Penerapan Model Belajar Make A Match dengan...

18
2 1. Pendahuluan Kendala pembelajaran sering ditemui di lingkungan pendidikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh guru dan siswa di SMA N 1 Karanggede pada mata pelajaran TIK, masih terdapat kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemui saat proses pembelajaran pada penelitian ini adalah proses pembelajaran di sekolah yang kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK dibawah batas nilai KKM yaitu 75. Akibat lain yaitu siswa kurang aktif didalam kelas karena hanya guru yang berperan pada metode konvensional. Faktor-faktor yang menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, yaitu model belajar yang diterapkan adalah model konvensional, sumber belajar yang digunakan kurang lengkap dan siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan komputer secara langsung. Berdasarkan permasalahan yang ada maka guru dan siswa harus memanfaatkan fasilitas yang terdapat di sekolah. Adanya internet disekolah maka siswa dituntut untuk menggunakannya secara optimal dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan aplikasi search engine sebagai salah satu sumber belajar. Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan untuk memperluas dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang dibutuhkan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna. Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model belajar untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran TIK kelas X. Model konvensional berakibat proses belajar kurang menarik maka perlu dilakukan perubahan model belajar yang membuat proses belajar menjadi menarik dan bermakna. Model belajar tersebut adalah make a match. Penggunaan model belajar yang sebelumnya digunakan yaitu model konvensional, pada pelaksanaannya terdiri dari teori dan praktik, hasil yang diperoleh yaitu nilai TIK kurang dari batas KKM serta siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan komputer secara langsung. Konsep dasar yang dicapai dengan menggunakan model belajar make a match pada pelaksanaannya juga terdiri dari teori dan praktik, namun hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya hasil belajar siswa serta menjadikan proses belajar bermakna sehingga apabila siswa melaksakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer bisa mengerjakan dan hasil yang diperoleh diatas KKM. Proses belajar yang kurang menarik serta sumber belajar yang digunakan kurang lengkap dan model belajar yang diterapkan adalah model konvensional di SMA N 1 Karanggede, faktor tersebut menyebabkan hasil belajar siswa dibawah KKM. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan penelitian tentang “Penerapan Model Belajar Make A Match Dengan Memanfaatkan Aplikasi Search Engine Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK Di SMA Negeri 1 Karanggede”. Menurut wawancara terhadap siswa dan beberapa warga sekitar, SMA N 1 Karanggede menjadi sekolah unggulan di daerah Karanggede. Teknologi yang disediakan lebih baik dibanding sekolah-sekolah di sekitar Karanggede.

Transcript of Penerapan Model Belajar Make A Match dengan...

Page 1: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

2

1. Pendahuluan

Kendala pembelajaran sering ditemui di lingkungan pendidikan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh guru dan siswa di SMA N 1

Karanggede pada mata pelajaran TIK, masih terdapat kendala yang terjadi

dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemui saat proses

pembelajaran pada penelitian ini adalah proses pembelajaran di sekolah yang

kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK dibawah batas nilai

KKM yaitu 75. Akibat lain yaitu siswa kurang aktif didalam kelas karena

hanya guru yang berperan pada metode konvensional. Faktor-faktor yang

menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, yaitu model belajar yang

diterapkan adalah model konvensional, sumber belajar yang digunakan kurang

lengkap dan siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan

komputer secara langsung.

Berdasarkan permasalahan yang ada maka guru dan siswa harus

memanfaatkan fasilitas yang terdapat di sekolah. Adanya internet disekolah

maka siswa dituntut untuk menggunakannya secara optimal dalam

pembelajaran yakni dengan menggunakan aplikasi search engine sebagai salah

satu sumber belajar. Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan

untuk memperluas dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang

dibutuhkan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna.

Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model

belajar untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran TIK kelas X. Model

konvensional berakibat proses belajar kurang menarik maka perlu dilakukan

perubahan model belajar yang membuat proses belajar menjadi menarik dan

bermakna. Model belajar tersebut adalah make a match. Penggunaan model

belajar yang sebelumnya digunakan yaitu model konvensional, pada

pelaksanaannya terdiri dari teori dan praktik, hasil yang diperoleh yaitu nilai

TIK kurang dari batas KKM serta siswa kurang menguasai tes tertulis apabila

tidak menggunakan komputer secara langsung. Konsep dasar yang dicapai

dengan menggunakan model belajar make a match pada pelaksanaannya juga

terdiri dari teori dan praktik, namun hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya

hasil belajar siswa serta menjadikan proses belajar bermakna sehingga apabila

siswa melaksakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer bisa mengerjakan

dan hasil yang diperoleh diatas KKM.

Proses belajar yang kurang menarik serta sumber belajar yang digunakan

kurang lengkap dan model belajar yang diterapkan adalah model konvensional

di SMA N 1 Karanggede, faktor tersebut menyebabkan hasil belajar siswa

dibawah KKM. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan

penelitian tentang “Penerapan Model Belajar Make A Match Dengan

Memanfaatkan Aplikasi Search Engine Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK Di SMA Negeri 1 Karanggede”.

Menurut wawancara terhadap siswa dan beberapa warga sekitar, SMA N 1

Karanggede menjadi sekolah unggulan di daerah Karanggede. Teknologi yang

disediakan lebih baik dibanding sekolah-sekolah di sekitar Karanggede.

Page 2: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

3

Terdapat LCD proyektor dan kabel LAN (di meja guru) pada setiap ruang

kelas, jaringan internet di lab komputer dan lab IPA.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi Prasetia Ningrum tentang

“Keefektifan Model Make A Match Dalam Belajar Pemahaman Pantun Pada

Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2 Karangjati Kabupaten Bajarnegara”.

Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa materi pemahaman pantun yang

belajarnya menerapkan model make a match dan yang proses belajarnya

menerapkan model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai

posttest materi pemahaman pantun di kelas eksperimen yang lebih tinggi dari

pada kelas kontrol. Selain itu model belajar make a match berpengaruh positif

terhadap hasil belajar siswa materi pemahaman pantun daripada model belajar

konvensional. Hal ini terbukti dari hasil posttest siswa di kelas eksperimen

yang seluruh siswanya mencapai KKM dan kelas control terdapat 5 anak yang

tidak mencapai KKM. [1]

Penelitian lain juga dilakukan oleh Umi Makromah yang berjudul

“penerapan strategi belajar kooperatif make a match untuk meningkarkan hasil

belajar pendidikan agama islam kompetensi dasar menyebutkan tugas

malaikat siswa kelas IV SDN 2 Karangmalang kangkung Kendal 2010/2011”.

Metode penelitian yang digunakan yaitu PTK - classroom Action research.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami

peningkatan siklus 1 dengan rata-rata nilai 62, siklus 2 dengan rata-rata nilai

68 dan siklus 3 dengan rata-rata 70. [2]

Selain penelitian yang dilakukan oleh Dwi dan Umi, penelitian lain juga

dilakukan oleh Henny Ambarwati yang berjudul “penerapan model belajar

make a match dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah siswa SMA

Kristen Satya Wacana Salatiga semester gasal tahun ajaran 2011/2012”.

Metode yang digunakan dalam penelitian Henny adalah PTK dengan 2 siklus.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada pokok

bahasan tradisi sejarah pada masa aksara mengalami peningkatan. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan rata-rata klasikal pada pra siklus 77,4 (tanpa model

belajar make a match) menjadi 77,5 (siklus 1) dan 95,09 (siklus 2) setelah

menggunakan model belajar make a match. Selain meningkatkan pemahaman

siswa, hasil dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan aktifitas dalam

proses belajar mengajar terjadi interaksi yang positif dari hasil observasi

terjadi hasil peningkatan aktifitas belajar siswa, pada siklus 1 kriteria baik

sekali hanya 3,43 menjadi 4 pada siklus 2. [3]

Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam

melaksanakan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan,

terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu penerapan model belajar make a

match. Namun terdapat perbedaan yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh

Page 3: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

4

Umi Makromah meneliti hasil belajar Agama, Dwi Prasetia Ningrum meneliti

efektivitas Belajar Pemahaman Pantun dan Henny meneliti hasil belajar

Sejarah, sedangkan penelitian ini meneliti hasil belajar TIK, (2) Penelitian

yang dilakukan oleh kedua sumber diatas tidak menggunakan aplikasi search

engine untuk belajar, sedangkan penelitian ini memanfaatkan aplikasi search

engine untuk belajar.

Model belajar make a match. Menurut Miftahul Huda, model belajar ini

merupakan belajar dengan cara siswa mencari pasangan sambil mempelajari

suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan [4].

Model ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Adapun kelebihan model ini yaitu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa

(baik secara kognitif maupun fisik), karena ada unsur permainan model ini

menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari, dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, efektif

sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, efektif

melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar). Kekurangan

dari model ini adalah jika tidak dirancang dengan baik maka banyak waktu

terbuang, jika tidak mengarahkan siswa dengan baik saat presentasi banyak

siswa yang kurang memperhatikan) [5].

Hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang

diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan

pengajaran tertentu [6]. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana-mana,

misalnya dilingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari

maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Secara garis besar ada

dua kategori alat penilaian hasil belajar, yaitu tes dan nontes [7]. Pengertian

hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-

pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-

kemampuan tertentu.

Mata pelajaran TIK. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu

lembaga pendidikan menengah perlu membekali siswa dan lulusannya

dengan keterampilan yang memadai termasuk kompetensi TIK. Menurut

kurikulum Tahun 2004 tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran TIK

SMA dan MA, tujuan khusus mempelajari TIK adalah menyadarkan siswa

akan potensi perkembangan TIK yang terus berubah, sehingga siswa

termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari TIK sebagai dasar untuk

belajar sepanjang hayat. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa

beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri. Mengembangkan

kompetensi siswa dalam penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan belajar,

bekerja, dan berbagai aktifitas dalam aspek kehidupan sehari-hari.

Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi, sehingga proses belajar dapat lebih optimal, dan terampil dalam

berkomunikasi, mengorganisasi informasi, belajar, dan bekerjasama,

Page 4: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

5

mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif

dan bertanggungjawab dalam penggunaan TIK untuk belajar, bekerja, dan

pemecahan masalah [8]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

kurikulum Depdiknas (2007) dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran TIK menyatakan bahwa visi mata pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi. Visi dari mata pelajaran TIK yaitu

agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat TIK secara tepat dan

optimal. Fungsi lain dari mata pelajaran TIK, yaitu untuk mendapatkan dan

memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya

sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif,

mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi

dengan perkembangan baru di lingkungannya. Melalui mata pelajaran TIK

diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang

mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk

teknologi informasi dan komunikasi. Siswa menggunakan perangkat TIK

untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi

secara efisien dan efektif. Menggunakan Teknologi Informasi dan

Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari

berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan TIK

akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri. Siswa

dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal,

termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. [9]

Aplikasi search engine. Menurut Sutikno, menyatakan bahwa search

engine adalah suatu fasilitas diinternet yang digunakan untuk mencari

informasi diinternet dengan mengetikkan kata kuncinya. Informasi yang

dicari diinternet dapat berupa berita, tutorial ilmu pengetahuan, teknologi,

soal-soal dan lain-lain. Untuk menggunakan fasilitas search engine ini maka

harus menggunakan website yang menyediakan fasilitas ini. Contoh website

yang menyediakan fasilitas search engine yaitu www.google.com,

www.yahoo.com, www.msn.com, www.altavista.com, www.catcha.com,

searchindonesia.com dan lain-lain [10]. Google menjadi salah satu search

engine nomor satu dan terpopuler dengan hasil persentase Google: 114.7

billion searches, 65.2% share [11], sehingga dipilih search engine yang fokus

pada google sebagai sumber belajar siswa di SMA N 1 Karanggede. Selain

google menduduki posisi teratas dan terpopuler, terdapat beberapa faktor

yang melatarbelakangi penggunaan google sebagai sumber belajar. Menurut

Jcom google menawarkan pencarian informasi secara lengkap dan cepat.

Google mengakses lebih dari 1.3 milyar halaman web sehingga bisa

memberikan hasil pencarian yang relevan kurang dari setengah detik untuk

semua pemakai mesin pencari ini diseluruh dunia. Faktor lain yang

diungkapkan dari buku yang sama yaitu google menyediakan berbagai

macam pilihan bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh para

penggunanya di seluruh dunia, antara lain yang menggunakan bahasa

Indonesia memiliki alamat www.google.co.id [12].

Page 5: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

6

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah model penelitian yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan

tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu [13].

Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi experimental

research. Quasi experimental research adalah penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali [14]. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized

Control Group Pretest-Posttest Design.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [15]. Penelitian ini

dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede pada kelas X yang mengikuti mata

pelajaran TIK. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut [16]. Teknik sampel dilakukan dengan metode

pusposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu dengan memperhatikan rekomendasi dari guru [17].

Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti memilih kelas X-4 untuk

dijadikan kelas kontrol dan X-5 sebagai kelas eksperimen. Sesuai dengan

rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran TIK bahwa kedua kelas

tersebut memiliki rata-rata kelas yang tidak jauh beda.

Terdapat tahapan dalam penelitian, tahapan pertama yaitu mengurus

perijinan, observasi lokasi penelitian, melakukan wawancara, studi

dokumentasi, menentukan materi eksperimen, menentukan kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol dan uji coba instrumen. Uji coba instrumen

tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur [18]. Penelitian ini

menggunakan validitas konstruk. Instrumen akan diuji cobakan sebelum

dilakukan pretes dan postes di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Uji

coba instrumen berupa validitas dan reliabilitas dilakukan di kelas X1 SMA

N 1 Karanggede. Hasil uji validitas butir soal yang valid adalah soal ke- 1, 2,

3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 17 ,24 dan 25, sedangkan soal yang tidak valid

soal ke- 8, 9, 11, 16, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23. Berdasarkan perhitungan

validitas maka 15 soal yang valid akan dipakai untuk penelitian dan 10 soal

yang tidak valid akan dihapus.

Setelah uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas

digunakan untuk mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan

senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan perhitungan dengan

menggunakan salah satu program penghitung, diperoleh angka reliabel 0,493,

maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel karena lebih tinggi

dari r tabel yaitu 0,367.

Page 6: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

7

Selain melakukan uji validitas dan reliabilitas dilakukan pengkajian

tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Berdasarkan hasil uji coba dengan

salah satu program penghitung, maka mendapatkan hasil tingkat kesukaran

soal. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran

tiap butir soal setiap siswa yang menjawab benar dalam soal yang sama.

Perhitungan menghasilkan informasi berupa jumlah soal yang tergolong

mudah ada 3 soal, soal yang tergolong sedang ada 19 soal dan yang tergolong

sukar ada 3 soal. Uji instrumen yang terakhir yaitu melihat daya pembeda.

Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi /

membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau

belum memahami materi yang diajarkan guru [19]. Berdasarkan perhitungan

daya beda dengan program penghitungan, maka daya pembeda soal yang

dikategorikan baik ada 2 soal, cukup ada 11, jelek ada 7 dan sangat jelek 5.

Tahapan kedua yaitu pemberian pretest, pemberian perlakuan dan

pemberian posttest. Pemberian pretest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dengan bobot soal yang sama sebelumnya telah ditentukan kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Tahap selanjutnya yaitu pemberian perlakuan,

yakni kelas kontrol menggunakan model belajar konvensional dengan sumber

belajar LKS dan kelas eksperimen menggunakan model belajar make a match

dengan sumber belajar aplikasi search engine. Tahapan perlakuan ini

dilaksanakan dengan pretest, penjelasan tujuan belajar, proses belajar dengan

belajar konvensional kelas kontrol dan belajar make a match kelas

eksperimen dan terakhir diberikan posttest. Berikut rancangan proses belajar.

Tabel 1. Proses Belajar

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Minggu pertama penelitian

Pemberian Pretest Pemberian Pretest

Minggu kedua penelitian

Pendahuluan

a. Apresepsi

- Kelas/Lab dipersiapkan seperti

perangkat komputer, LCD,

mempersiapkan komputer,

absensi dan kebersihan.

- Peneliti memberi penjelasan

mengenai model belajar yang

akan dilakukan, serta

menjelaskan fungsi search

engine pada saat belajar.

b. Memotivasi

- Guru menjelaskan tujuan belajar

yang akan dilakukan, misal

Pendahuluan

a. Apresepsi

- Kelas/Lab dipersiapkan seperti

perangkat komputer, LCD,

mempersiapkan komputer,

absensi dan kebersihan.

b. Memotivasi

- Peserta didik diberi penjelasan

tentang pokok bahasan yang

akan dipelajari pada pertemuan

ini.

Page 7: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

8

menjelaskan kooperatif itu apa?

Make a macth itu apa? Fungsi

search engine pada belajar?

- Menjelaskan mengenai belajar

kelompok, yang menuntut siswa

untuk berinteraksi antar sesama

dan saling bekerja sama untuk

tercapainya tujuan bersama.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi :

- Guru menjelaskan langkah-

langkah belajar yang akan

dilakukan.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

- Siswa diberikan topik mengenai

materi pada pertemuan ini untuk

mencarinya di aplikasi search

engine. Siswa dituntut untuk

belajar mandiri. Belajar

dilakukan di Lab komputer.

- Setelah siswa siap guru

memberikan instruksi bahwa

masing-masing siswa akan

menerima kertas karton kecil

dari guru yang memiliki 2 warna

berbeda. Kertas pertama

berwarna biru muda yang berisi

konsep/teori dan kertas kedua

berwarna kuning yang berisi

jawaban konsep/teori. Dalam

hitungan 3 menit dan diawali

dengan bunyi peluit, siswa harus

mampu mencari pasangan dari

kertas yang mereka pegang

dengan cara mencocokkan

antara kertas yang berisi

konsep/teori dengan kertas yang

berisi jawaban konsep/teori

yang dibawa masing-masing

siswa.

- Siswa yang telah menemukan

pasangannya segera

memisahkan diri dari siswa lain

yang belum menemukan

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi :

- Siswa diminta untuk

memperhatikan depan.

- Guru menerangkan step by step

cara untuk mengformat ukuran

halaman kertas Folio, Kertas

Kuarto dan A4, beserta batas

marginya dll.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

- Guru memberikan kesempatan

siswa untuk bertanya mengenai

belajar.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta

didik:

- Menyimpulkan tentang hal-hal

yang belum diketahui.

- Menjelaskan tentang hal-hal

yang belum diketahui.

Page 8: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

9

pasangannya. Setelah waktu

yang ditentukan telah habis,

maka siswa berpasangan dengan

siswa lain yang telah benar

pasangan antara konsep/teori

dengan jawaban konsep/teori.

- Namun permainan belum selesai

karena akan diadakan kegiatan

verifikasi jawaban. Masing-

masing pasangan membacakan

konsep/teori beserta

jawabannya. Siswa yang lain

menjadi juri dari konsep/teori

beserta jawaban yang dibacakan

temannya. Apabila ternyata

antara konsep/teori beserta

jawabannya ternyata salah,

maka nilai untuk pasangan itu

nol sampai pada pasangan yang

terakhir.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta

didik:

- Permainan ini diakhiri dengan

kembalinya siswa ditempat

duduknya masing-masing dan

guru menjelaskan kepada siswa

apa manfaat atau faedah dalam

permainan kali ini.

Kegiatan Akhir

- Guru memberikan simpulan

pertemuan hari ini.

Kegiatan Akhir

- Guru memberikan simpulan

pertemuan hari ini.

Minggu ketiga penelitian

Pemberian posttest Pemberian posttest

Tahap penelitian yang terakhir adalah evaluasi. Hasil pretest dan posttest

dievaluasi untuk dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa. Tahap

evaluasi terdiri dari : (1) Pemberian skor. (2) Menghitung nilai rata-rata

kelompok dan nilai minimum maksimum. (3) Melakukan uji normalitas. Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing

kelompok terdistribusi normal atau tidak. (4) Melakukan uji homogenitas. Uji

homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data masing-masing

kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. (5) Uji T

Page 9: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

10

kesamaan dan perbedaan dua rata-rata dengan statistik Independent sample

T-Test menggunakan equal variances assumed. Dilakukan untuk mengetahui

apakah terdapat kesamaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan

kontrol pretes dan mengetahui apakah terdapat perbedaan antara rata-rata

nilai antara kelas eksperimen dan kontrol postes. (6) Pengujian hipotesis.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan

menghasilkan pembelajaran yang terjadi mengalami kendala yaitu

pembelajaran kurang menarik dengan metode konvensional. Pembelajaran

dengan metode konvensional menjadikan siswa kurang aktif didalam kelas

karena hanya guru yang berperan dalam proses pembelajaran. Akibat lain dari

pembelajaran kurang menarik yaitu siswa kurang mampu menguasai materi

teori yang ditunjukkan dengan nilai TIK dibawah batas KKM. Tidak hanya

metode yang menjadi kendala namun juga sumber belajar yang siswa

gunakan kurang lengkap karena siswa menggunakan LKS sebagai buku

panduan. Untuk itu maka kendala tersebut dijadikan dasar pada penelitian ini.

Pembelajaran yang biasanya hanya ceramah didepan maka pada penelitian ini

tidak hanya guru yang berperan dalam pembelajaran namun juga siswa

dituntut berperan aktif dalam pembelajaran dengan model belajar make a

match. Tidak hanya model belajar yang dirubah namun juga siswa dituntut

untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk pembelajaran dengan

menggunakan search engine sebagai sumber belajar. Model belajar make a

match dengan memanfaatkan aplikasi search engine dilakukan di kelas X5

sebagai kelas eksperimen, sementara model ceramah atau metode

konvensional dilakukan di kelas X4 sebagai kelas kontrol.

Penelitian ini berawal dari pemberian pretest atau tes awal kepada siswa

untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa. Pretest dilakukan

pada pertemuan pertama setelah itu memberikan pengarahan terhadap

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah pretest dilaksanakan,

selanjutnya pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen pada pertemuan

kedua. Pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir atau posttest setelah

menerima pembelajaran yang telah dilakukan guna mengetahui kemampuan

siswa setelah dilakukan perlakuan. Tes yang diberikan berupa tes tertulis

dengan jenis soal pilihan ganda sebanyak 15 soal. Hasil pretest dan posttest

kemudian dihitung dengan uji statistik.

Proses perlakukan pada penelitian ini dimulai dengan siswa diberikan

tugas untuk mencari dan memahami materi menggunakan aplikasi search

engine yang sudah ditentukan guru sebelumnya selama 30 menit. Pada

pelaksanaan permainan, siswa berada didalam LAB komputer. Setelah siswa

siap guru memberikan instruksi bahwa masing-masing siswa akan menerima

kertas karton kecil dari guru yang memiliki 2 warna berbeda. Kertas pertama

berwarna merah muda yang berisi konsep/teori dan kertas kedua berwarna

kuning yang berisi jawaban konsep/teori. Hitungan 3 menit dan diawali

Page 10: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

11

dengan bunyi peluit, siswa harus mampu mencari pasangan dari kertas yang

mereka pegang dengan cara mencocokkan antara kertas yang berisi

konsep/teori dengan kertas yang berisi jawaban konsep/teori yang dibawa

masing-masing siswa. Siswa yang telah menemukan pasangannya segera

memisahkan diri dari siswa lain yang belum menemukan pasangannya.

Setelah waktu yang ditentukan telah habis, maka siswa berpasangan dengan

siswa lain yang telah benar pasangan antara konsep/teori dengan jawaban

konsep/teori. Namun permainan belum selesai karena akan diadakan kegiatan

verifikasi jawaban. Masing-masing pasangan membacakan konsep/teori

beserta jawabannya. Siswa yang lain menjadi juri dari konsep/teori beserta

jawaban yang dibacakan temannya. Apabila ternyata antara konsep/teori

beserta jawabannya ternyata salah, maka nilai untuk pasangan itu nol sampai

pada pasangan yang terakhir. Permainan ini diakhiri dengan kembalinya

siswa ditempat duduknya masing-masing dan guru menjelaskan kepada siswa

apa manfaat atau faedah dalam permainan kali ini.

Perlakuan tersebut ternyata berpengaruh positif terhadap proses

pembelajaran yang menjadi menarik. Hasil observasi menunjukkan bahwa

siswa terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya pada siswa atau guru

apabila tidak paham dengan materi, berusaha mencari berbagai informasi

dengan materi yang ditugaskan, melaksanakan diskusi kelompok dengan

baik, menerapkan apa yang diperoleh dengan mengerjakan tugas yang

diberikan. Selain observasi juga dilakukan wawancara kepada siswa

mengenai ketuntasan nilai pada posttest. Hasil wawancara kepada seluruh

sample pada kelas eksperimen berdasarkan beberapa indikator keberhasilan

perlakukan yaitu berdasarkan dari ketuntasan nilai siswa pada posttest dan

aktifitas siswa didalam kelas. Skor posttest menunjukkan nilai siswa diatas

KKM ada 22 anak (75,86%) dan dibawah KKM ada 7 anak (24,14%).

Berdasarkan hasil ketuntasan KKM kelas eksperimen dapat dikatakan

tercapai karena lebih dari 75% dengan tingkat keberhasilan baik [22].

Simpulan dari nilai ketuntasan siswa yaitu siswa dapat menguasai materi

dengan baik dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat. Wawancara juga

menghasilkan simpulan bahwa pembelajaran make a match sangat menarik

dan menimbulkan antusias siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa juga

mengaku bahwa pemahaman materi yang diterima sangat bermakna.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan

mendeskripsikan mengenai nilai rata-rata siswa, nilai minimum dan

maksimum dari data pretes dan postes. Deskripsi data pretest dilakukan untuk

mengukur kemampuan siswa sebelum siswa menerima belajar serta

mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum menerima

belajar. Data pretest diperoleh dari tes tertulis berupa pilihan ganda sebanyak

15 soal. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat

statistik deskriptif data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai

berikut:

Page 11: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

12

Tabel 1. Deskriptif data pretest

N Minimum Maximum Sum Mean

Eksperimen 29 20 80 1340 46,21

Kontrol 29 20 80 1599 55,14

Berdasarkan tabel 1 dapat terlihat bahwa perbedaan nilai rata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berdeda, yaitu 46,21 untuk kelas

eksperimen dan 55,14 untuk kelas kontrol. Data tersebut mencerminkan

bahwa antara dua kelas memiliki kecenderungan yang sama. Deskriptif data

pretes menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi memiliki hasil

yang sama, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki

nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 80.

Deskripsi data posttest berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa

setelah mengikuti proses belajar yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi

perlakuan. Soal posttest yang diberikan tidak memiliki perbedaan dengan soal

pretest. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat

statistik deskriptif data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai

berikut:

Tabel 2. Deskriptif data posttest

N Minimum Maximum Sum Mean

Eksperimen 29 53 93 2307 79,55

Kontrol 29 40 73 1638 56,48

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 79,55 untuk kelas

eksperimen dan 56,48 untuk kelas kontrol. Berdasarkan tabel 2 pula

menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi dari masing-masing

kelas, yaitu nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 93 untuk kelas eksperimen

dan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 73 untuk kelas kontrol.

Setelah mendeskripsikan data pretes postes, selanjutnya dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukkannya uji hipotesis. Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal

atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengujian ini dilakukan

dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program

penghitung. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.

Page 12: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

13

Tabel 3. Uji Normalitas pretest

Hasil Pengujian Hasil Belajar

Pretes

(eksperimen)

Hasil Belajar

Pretes(kontrol)

N 29 29

Normal

Parameters

Mean 46,21 55,14

Std.

Devition 17,581 14,429

Nilai | Ft-Fs| terbesar 1,207 0,803

Asymp. Sig (2-

Tailed) 0,108 0,539

Test distribution is

Normal

Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel

Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft - Fs |

terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ;

H1 diterima [20]. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretes eksperimen

menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,207 dan asymp. Sig (2-

Tailed) bernilai 0,108. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat

disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut normal

karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,207) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-

Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,108) > 5% (0,05).

Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretes kontrol menunjukkan bahwa

nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 0,803 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,539.

Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data

pretes kelas kontrol tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,108) >

dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-

Tailed) (0,539) > 5% (0,05).

Setelah mengetahui skor pretes terdistribusi nomal, maka selanjutnya

dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan varian

antara skor pretest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan bantuan program

penghitung, maka hasil uji homogenitas pada skor pretest antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P = 0,147. Dengan membandingkan

dengan nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P(0,147) > ∝(0.05), maka dapat

disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang

sama (homogen).

Diketahui penyebaran skor pretest berdistribusi normal dan homogen,

sehingga untuk pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen

dan kontrol digunakan statistik uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik

Independent Sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Uji t

(Independent Samples T Test) dilakukan dengan bantuan program

penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik analisis uji-t pretest

bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada tahap awal.

Page 13: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

14

Tabel 4. Uji Kesamaan Dua rata-rata Pretes

Kelas Df P ∝ thitung ttabel

Eksperimen 56 0,039 0,05 -2,115 2,003

Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung (th) sebesar -2,115. Setelah

dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan Df 56 sebesar 2,003

ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-2,115 < 2,003) yang berarti H1 diterima,

maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor pretest kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Perbedaan skor tergolong rendah dan dibuktikan dengan uji

gain berikutnya.

Perhitungan analisa data pretes sudah dilakukan, maka selanjutnya

analisa data postes. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-

Smirnov dengan bantuan program penghitung. Hasil uji normalitas dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Uji Normalitas posttest

Hasil Pengujian Hasil Belajar postes

(eksperimen)

Hasil Belajar

Postes(kontrol)

N 29 29

Normal

Parameters

Mean 79,55 56,48

Std. Devition 12,307 9,113

Nilai | Ft-Fs| terbesar 1,355 1,266

Asymp. Sig (2-Tailed) 0,051 0,081

Test distribution is Normal

Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel

Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft - Fs |

terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ;

H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas postes eksperimen

menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,355 dan asymp. Sig (2-

Tailed) bernilai 0,051. Pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat

disimpulkan bahwa sebaran data postes kelas eksperimen tersebut normal

karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,355) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-

Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,051) > 5% (0,05). Hasil

yang sama pada postes kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar

adalah 1,266 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,081. Berdasarkan

pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa

sebaran data postes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs |

terbesar (1,266) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan

nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,081) > 5% (0,05). Kedua uji normalitas untuk

data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa

data tersebut berdistribusi normal.

Page 14: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

15

Analisis data postes terdistribusi secara normal, kemudian dilakukan uji

homogenitas. Pada perhitungan ini dilakukan dengan bantuan program

penghitung, maka pada skor posttest antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh P = 0,262. Kemudian membandingkan dengan nilai ∝ =

0.05, karena nilai untuk P(0,262) > ∝(0.05), maka dapat disimpulkan bahwa

data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor posttest

dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan homogen,

sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik

parametrik uji T (Independent Samples T Test menggunakan equal variances

assumed) dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil Uji perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel

dibawah.

Rumusan hipotesis yang akan diuji:

H0 : Hasil belajar Penerapan model belajar make a match dengan

memanfaatkan aplikasi search engine sama dengan hasil belajar penggunaan

model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X

SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.

H1 : Hasil belajar Penerapan model belajar make a match dengan

memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dari pada hasil belajar

penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar

siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan

Komputer.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah satu pihak, yaitu untuk menguji

tandingan H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi

yang digunakan dapat sebuah daerah kritis di ujung sebelah kanan yang

besarnya sama dengan α. Kriteria pengujian: tolak H0 jika statistik yang

dihitung berdasarkan sampel tidak kurang dari daerah penolakan. Pengujian

dinamakan uji satu pihak tepatnya pihak kanan. [21]

Hipotesis Statistik:

H0 : μx2 = μy

2

H1 : μx2 > μy

2

Kriteria Uji hipotesis

Independent Sample T Test

1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜 ditolak, H1 diterima.

2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜 diterima, H1 ditolak.

Berdasarkan Signifikansi

3. Jika P > ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 diterima, H1 ditolak.

4. Jika P < ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 ditolak, H1 diterima.

Page 15: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

16

Tabel 6. Uji perbedaan dua rata-rata posttest

Kelas Df P ∝ thitung ttabel

Eksperimen 56 0,000 0,05 9,211 2,003

Kontrol

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,000.

Karena signifikansi P (0.000) < ∝(0.05), atau thitung adalah 9,211 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

(9,211) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,003), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung > ttabel

maka keputusannya adalah tolak H0 dengan kata lain H1 diterima. Berarti

penerapan model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search

engine lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada

pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.

Hasil Uji-T skor pretest dan posttest menunjukkan bahwa H1 sama-sama

diterima, namun untuk mengetahui seberapa meningkat signifikannya maka

dilakukan uji gain. Berikut hasil perhitungan dan simpulan uji gain;

Tabel 7. Uji Gain

Kelas Pretest Posttest G g Keterangan

Eksperimen 46,21 79,55 33,34 0,62 Sedang

Kontrol 55,14 56,48 1,34 0,03 rendah

Berdasarkan simpulan hasil Uji-T pada skor pretest dan posttest

menunjukkan bahwa H1 sama-sama diterima, namun peningkatan yang lebih

baik ditunjukkan pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen setelah dilakukan

pretest dan posttest mengalami peningkatan sedang sementara pada kelas

kontrol setelah dilakukan pretest dan posttest mengalami peningkatan yang

rendah. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen

lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

Hasil belajar lebih tinggi kelas eksperimen dikarenakan berubahnya

model belajar yang semula konvensional menjadi model belajar make a

match. Kelas kontrol yang tetap menggunakan model konvensional

mengalami peningkatan hasil belajar yang rendah sedangkan kelas

eksperimen yang menggunakan model baru yaitu model belajar make a match

dengan memanfaatkan sumber belajar search engine mengalami peningkatan

hasil belajar yang sedang (lebih baik dari pada kelas kontrol). Model belajar

make a match memiliki beberapa kelebihan, yaitu meningkatkan aktifitas

belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik, karena unsur permainan

maka belajar menjadi menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang dipelajari dll. Selain faktor yang ada, terdapat pula

faktor lain yang membuat meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen, yaitu sumber belajar yang hanya berpedoman pada LKS dan

Page 16: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

17

informasi dari guru, pada kelas eksperimen ditambahkan dengan mencari

informasi materi secara individu dengan sumber belajar yang baru. Sumber

belajar yang dimaksud adalah search engine, dengan ini siswa dituntut untuk

mencari materi dan mendalami materi secara mandiri yang tentunya topik-

topik bahasan ditentukan oleh guru. Siswa tidak hanya mendengarkan guru

berbicara didepan dan mencari informasi pada LKS melainkan siswa dirubah

pola belajarnya menjadi “student centred” yang semula “teacher centred”.

5. Simpulan

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan

pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata

hasil belajar siswa kelas eksperimen model belajar make a match dengan

memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol model belajar konvensional. Hasil belajar siswa yang menggunakan

model belajar make a match memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi 79,55

dibandingkan dengan rata-rata nilai 56,48 tanpa menggunakan model make a

match. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih signifikan

dibandingkan dengan kelas kontrol. Proses pembelajaran yang menarik

tenyata dapat mempengaruhi keaktifan siswa didalam kelas serta dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini yaitu pembelajaran

yang menarik akan meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas,

meningkatkan pemahaman bermakna bagi siswa sehingga siswa dalam

mengerjakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer secara langsung masih

teringat jelas dan hasil belajar siswa dapat meningkatkan karena proses

pembelajaran yang menarik.

Hambatan penggunaan model make a match dengan memanfaatkan

aplikasi search engine adalah pelaksanaan proses perlakuan kurang leluasa

karena pada saat pencarian pasangan dilakukan didalam Lab TIK.

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, untuk

pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat

bermanfaat dan dapat membantu untuk penelitian selanjutnya yaitu

berdasarkan penelitian ini pada pelajaran TIK yang berbasis teknologi

diharapkan penggunaan kartu-kartu (konsep dan jawaban) pada model belajar

make a match dikemas dalam suatu teknologi yang kreatif dan menarik untuk

siswa dan pada penelitian selanjutnya, diharapkan tidak hanya meningkatkan

hasil belajar yang diteliti namun juga meneliti seberapa efektifitaskah

penggunaan model belajar make a match untuk belajar siswa di kelas.

6. Daftar Pustaka

[1] Ningrum, dwi prasetia, 2013, Keefektifan Model Make A Match Dalam

Belajar Pemahaman Pantun Pada Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2

Karangjati Kabupaten Bajarnegara, jurnal pendidikan, 94-95.

[2] Makromah, Umi, 2011, Penerapan Strategi Belajar Kooperatif "Make A

Match" Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Page 17: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

18

Kompetensi Dasar Menyebutkan Tugasmalaikat Siswa Kelas Iv Sdn 2

Karangmalang Kangkung Kendal 2010 / 2011, Jurnal pendidikan.

[3] Ambarwati, Heni, 2012, Penerapan Model belajar Make A Match Dalam

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kristen Satya Wacana

Salatiga, jurnal pendidikan.

[4] Huda, Miftahul, 2011, Cooperative learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

[5] Huda, Miftahul, 2011, Cooperative learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

[6] Ambarwati, Hennny, 2012, Penerapan Model belajar Make A Match

Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kristen Satya

Wacana Salatiga, jurnal pendidikan.

[7] Supraktinya, Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes, Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

[8] Ramadhani, Mawar, 2012, Efektifitas Penggunaan Media Belajar E-

learning Berbasis Web Pada Mata Pelajaran TIK Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan, Jurnal pendidikan, 24-27.

[9] Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK.

[10] Sutikno, 2007, teknologi informasi dan komunikasi, Magelang: Ardana

Media.

[11] Sillivan, Danny, 2013, comScore’s Worldwide Search Figures,

http://searchengineland.com/google-worlds-most-popular-search-engine-

148089. diakses tanggal 19 Mei 2014

[12] Jcom, 2009, Jago internet dari nol hingga mahir, Yogyakarta: Multicom.

[13] Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, 2013:

Kencana Predana Media Group.

[14] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

[15] Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.

[16] Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.

[17] Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.

[18] Iskandar, 2008, metodologi penelitian pendidikan dan sosial, Jakarta: GP

Press

[19] Yudikaresa, 2014, daya pembeda,

http://www.scribd.com/doc/82022285/Daya-Pembeda, diakses tanggal 19

Mei 2014.

Page 18: Penerapan Model Belajar Make A Match dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5117/3/T1_702010005_Full... · kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK ... latar

19

[20] kriteria uji normal

[21] Sisworo, Agus, Pengujian Hipotesisi, Jurnal, Diakses pada 19 Mei 2014.