Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
description
Transcript of Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
PENENTUAN Ni DALAM FERRONIKEL SECARA GRAVIMETRI
TUJUAN
Menentukan Ni dalam sampel dengan gravimetri
Menentukan klorida terlarut dalam sampel dengan gravimetri
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PERCOBAAN
o Penentuan nikel dalam sampel
Massa hasil = 0,37 gram
Massa Ni = 0,0752 gram
% Ni dalam sampel = 0,752% (m/v)
Warna = merah keunguan
o Penentuan klorida terlarut dalam sampel
Massa (gram) Percobaan 1 Percobaan 2
Kertas saring
Kertas saring + AgCl
0,35 g
0,54 g
0,34 g
0,58 g
Sampel 0,19 g 0,24 g
Massa Cl rata-rata = 0,053 gram
% Cl dalam sampel = 66,25%
Warna = keunguan
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan dua analisis dengan menggunakan metode
gravimetri. Yang pertama yakni analisis penentuan nikel dalam sampel dan yang kedua
yakni analisis penentuan klorida terlarut dalam sampel. Metode gravimetri yang
digunakan yakni gravimetri pengendapan, di mana pada hasil akhir akan diperoleh
endapan senyawa yang diinginkan yang dari endapan tersebut dapat dihitung massanya.
Penentuan nikel dengan gravimetri dengan cara ion nikel diendapkan dalam
bentuk nikel dimetilglioksimat dengan cara menambahkan larutan dimetilglioksim
(DMG) pada sampel. Namun, sampel yang mengandung nikel terlebih dahulu
diencerkan dengan akuades. Tujuan pengenceran ini untuk melarutkan garam yang
mudah bercampur dengan air. Selain itu, pengenceran ini juga akan menyebabkan
keenceran larutan sampel bertambah, sehingga dengan menggunakan larutan dan
pereaksi yang encer maka kemungkinan larutan tersebut menghasilkan endapan sangat
besar. Dengan larutan yang lebih encer juga menjadikan perubahan-perubahan yang
terjadi selama reaksi dapat teramati dengan baik.
Penambahan asam tartrat berfungsi untuk mencegah interferensi dari Cr, Fe,
dan logam-logam lain. Anion-anion akan selektif mengikat logam-logam tersebut
membentuk kompleks yang larut dan mencegah pembentukan logam yang tidak larut
dalam larutan buffer. Sedangkan ammonia pekat yang ditambahkan sebelum
penambahan DMG yakni sebagai larutan buffer, di mana pH larutan dijaga pada pH
antara 5-9 (ammonia bersifat basa, sehingga pH nya dapat di atas 7), karena jika pH
terlaru rendah akan menyebabkan kesetimbangan reaksi mengarah pada pembentukan
ion nikel (II), menyababkan pelarutan Ni(DMG)₂ kembali ke dalam larutan.
Larutan perlu dipanaskan dan ditambahakan HCl. Penambahan HCl pada larutan
bertujuan untuk menjadikan kondisi larutan asam. Selain itu, dengan adanya
pemanasan akan menyebabkan suhu larutan meningkat, sehingga dengan suhu yang
panas dan kondisi larutan yang asam diharapkan dapat diperoleh hasil endapan yang
berukuruan lebih besar sesuai yang diharapkan. Penambahan HCl juga bertujuan untuk
mencegah terbentuknya endapan nikel dimetilglioksimat [Ni(DMG)₂] di awal
penambahan DMG. Apabila pengendapan tersebut terjadi di awal maka endapan yang
terbentuk akan berukuran kecil dan akan sulit saat proses pemisahannya (penyaringan),
sehingga menyebabkan kadar nikel yang nantinya dihitung akan menjadi lebih kecil
(sedikit) dari kadar sebenarnya. Maka dari itu reaksi dilakukan dalam suasana asam
(antara pH 3-4) dan pada suhu tinggi.
Reaksi yang terbentuk saat larutan sampel Ni ditambahkan dengan HCl adalah
sebagai berikut
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ion nikel dapat diendapkan
dengan menambahkan larutan dimetilglioksim (DMG) 1%. Penambahan dimetilglioksim
ini perlu hati-hati karena penambahannya harus sedikit berlebih tapi juga
penambahannya tidak boleh terlalu berlebih. Penambahan yang terlalu berlebih
dikhawatirkan yang terjadi justru terbentuknya kristal dari DMG yang tidak akan larut
dalam air. Kristal yang terbentuk ini dapat bercampur dengan endapan dan dengan
begitu maka berat endapan yang dihasilkan akan jauh lebih besar dari yang seharusnya.
Penambahan dimetilglioksim ini akan membentuk kompleks dengan nikel membentuk
Ni(DMG)₂.
Reaksi yang terjadi saat sampel Ni bereaksi dengan dimetilglioksim adalah
sebagai berikut.
Penambahan dimetilglioksim berlangsung dalam keadaan asam. Oleh karena itu,
perlu ditambahkan ammonia 6 M sedikit demi sedikit yang bertujuan untuk membentuk
suasana netral dalam larutan (karena ammonia bersifat basa) dan kemudian
ditambahkan berlebih agar larutan beralih menjadi bersifat basa. Hal ini dikarenakan
untuk memperoleh endapan nikel dimetilglioksimat [Ni(DMG)₂] yang mana akan
mengendap sempurna dalam suasana basa. Penambahan ammonia yang dilakukan
sampai ada bau ammonia menandakan larutan telah bersifat netral, sehingga
penambahan ditambahkan beberapa tetes agar berlebih dan larutan menjadi bersifat
basa.
Larutan tersebut dipanaskan untuk lebih memperlihatkan endapan Ni(DMG)₂
yang terbentuk. Endapan yang terbentuk berwarna merah keunguan. Endapan itulah
yang merupakan endapan Ni(DMG)₂ yang terbentuk dari reaksi antara nikel dan
dimetilglioksim.
Endapan dapat diperoleh dengan penyaringan. Endapan yang diperoleh pun
perlu dimurnikan untuk membebaskan ion-ion yang masih terkandung di dalamnya,
misalnya Cl⁻. Sehingga, pencucian dilakukan dengan menggunakan akuades. Untuk
menguji bahwa sudah tidak ada lagi ion Cl⁻ yang terkandung, maka diuji dengan
meneteskan larutan AgNO₃. Ion Cl⁻ akan membentuk endapan putih dengan larutan
tersebut membentuk endapan AgCl. Sehingga, jika masih terbentuk endapan putih
setelah ditetesi AgNO₃, maka harus terus dicuci dengan akuades hingga tidak
terbentuknya endapan putih dari AgCl. Endapan yang masih basah perlu dikeringkan
(menguapkan sisa-sisa air/senyawa di dalamnya) dengan pengovenan pada suhu tinggi
(110⁰C).
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh massa hasil endapannya yakni 0,04 g.
Massa yang diperoleh tersebut masih merupakan massa endapan Ni(DMG)₂, sehingga
jika dicari massa Ni nya saja diperoleh 0,00813 gram. Sehingga, persesntase Ni dalam 10
ml sampel yakni 0,0813% dengan warna endapan merah keunguan.
Percobaan kedua yakni penentuan klorida terlarut secara gravimetri. Pada
percobaan ini digunakan sampel NaCl. Sampel NaCl berbentuk padatan, sehingga perlu
dilarutkan terlebih dahulu dalam akuades. Pelarutan ini bertujuan agar mempermudah
proses reaksi karena jika NaCl masih berbentuk padatan maka akan menyulitkan untuk
memperoleh klorida yang diinginkan. Pelarutan ini dilakukan hingga menjadi larutan
NaCl yang homogen.
Pada larutan NaCl ditambahkan larutan HNO₃ yang bertujuan untuk menjadikan
suasana larutan menjadi asam karena jika suasananya asam maka endapannya lebih
dapat terlihat, sedangkan jika dalam keadaan basa justru akan meningkatkan kelarutan
AgCl (endapan yang terbentuk dari reaksi NaCl dan AgNO₃). Sehingga, larutannya harus
dalam keadaan asam.
Sementara itu, penambahan AgNO₃ akan menjadikan terbentuknya endapan
berwarna putih dari AgCl (larutan lewat jenuh). Hal ini dapat terjadi karena adanya
penambahan HNO3 dan AgNO3 yang berasal dari ion yang sama yaitu NO₃⁻. sehingga,
dapat memberikan efek padatan klorida yang ada di dalam larutan akuades yaitu akan
mengurangi kelarutan dari endapan klorida yakni AgCl.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Pemberian AgNO₃ dilakukan berlebih pada larutan. Hal ini agar konsentrasi ion
Cl⁻ dalam kesetimbangan dapat diabaikan. Sedangkan apabila pemberian AgNO₃ tidak
mencukupi (terlalu sedikit/kurang banyak) akan mengakibatan endapan AgCl yang
terbentuk tidak sesuai (kurang sempurna), karena nantinya endapan AgCl hanya sedikit
hasilnya.
Dalam proses penentuan klorida di sini, larutan perlu dijauhkan dari sinar
matahari langsung. Hal ini bertujuan agar bahan-bahan pada larutan maupun endapan
tidak terurai, karena perak klorida (AgCl) sangat peka terhadap cahaya di mana pada
reaksinya AgCl dapat terurai menjadi Ag⁺ dan Cl⁻, dengan perak tetap terdispersi sebagai
koloid dalam perak klorida (AgCl).
Larutan perlu dipanaskan (hangat) tapi tidak boleh sampai mendidih, setidaknya
hingga muncul gelambung-gelembung. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat
reaksi yang trejadi, sehingga proses pengendapan pun dapat berlangsung lebih cepat.
Endapan dapat diperoleh dengan cara penyaringan. Penyaringan ini bertujuan
untuk memisahkan antara endapan dengan cairannya. Sebelum larutan dituangkan,
kertas saring terlebih dahulu dibasahi dengan larutan tersebut agar pori-pori pada
kertas saring dapat terbuka. Dengan penyaringan ini maka antara endapan AgCl dan
larutan NaNO₃ dapat dipisahkan.
Endapan AgCl ini kemudian dapat dicuci dengan pencucian awalnya dilakukan
menggunakan akuades yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan aseton.
Pencucian akhir dengan aseton ini bertujuan untuk mencuci sisa-sisa pengotor yang
masih terkandung di dalam endapan yang mungkin bersifat non polar sehingga jika
dengan pencucian menggunakan akuades saja tentu pengotornya tidak akan ikut larut.
Endapan AgCl yang telah bersih perlu dikeringkan dengan cara didiamkan selama
24 jam pada ruang yang gelap karena AgCl sangat peka terhadap cahaya sehingga jika
terkena cahaya AgCl justru dapat terurai. Pendiaman ini bertujuan untuk menghilangkan
sisa air/senyawa lain yang masih terkandung. Sehingga dapat diperoleh endapan AgCl
yang murni dan endapan juga tidak menempel pada kertas saring.
Hasil percobaan diperoleh massa klorida rata-rata yakni 0,053 gram. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat ditentukan persentase klorida terlarut dalam 0,08 gram
sampel yakni sebesar 66,25% dengan warna endapan keunguan.