Penelitian Kematian Maternal Jadi

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu penentu indikator pembangunan manusia. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Kematian ibu merupakan tolok ukur kemampuan pelayanan dan derajat kesehatan suatu negara. Di Indonesia angka kematian ibu masih sangat tinggi, bahkan angka kematian ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN 1,2 . Angka Kematian Maternal (AKM) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup1. AKM juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum,

Transcript of Penelitian Kematian Maternal Jadi

Page 1: Penelitian Kematian Maternal Jadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu penentu indikator

pembangunan manusia. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui

angka morbiditas, mortalitas dan status gizi. Kematian ibu merupakan tolok ukur

kemampuan pelayanan dan derajat kesehatan suatu negara. Di Indonesia angka kematian

ibu masih sangat tinggi, bahkan angka kematian ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi

di antara negara-negara ASEAN1,2.

Angka Kematian Maternal (AKM) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya

(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan

dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan

per 100.000 kelahiran hidup1. AKM juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian

terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum,

pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKM terhadap

perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan

sektor kesehatan1,2.

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

Angka Kematian Maternal (AKM) untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007)

sebesar 228 per 100.000 KH. Angka ini turun dibandingkan AKM hasil SDKI tahun 2002-

2003 yang mencapai 307 per 100.000 KH. Angka Kematian Maternal (AKM) hasil SDKI

Page 2: Penelitian Kematian Maternal Jadi

2

tahun 2002-2003 dan 2007 masih jauh dari target INDONESIA SEHAT 2010 yakni AKM

125 per 100.000 KH1. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Nasional (SUKESNAS) tahun 2004

menunjukan bahwa AKM di Provinsi NTT masih 554 per 100.000 KH dimana angka ini

jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu 307 per 100.000 KH2.

Angka kematian Maternal (AKM) di Kota Kupang mengalami penurunan pada

tahun 2011 bila dibandingkan dengan AKM pada tahun 2008 dan 2009, namun sedikit

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan AKM pada tahun 2010. Penurunan yang

signifikan ini sebagai dampak dari adanya Revolusi KIA di Provinsi NTT. angka kematian

ibu maternal pada tahun 2008 cenderung mengalami penurunan sampai tahun 2010,

namun pada tahun 2011 menunjukan sedikit peningkatan kasus kematian ibu menjadi

88/100.000 kelahiran hidup3.

Berdasarkan data WHO 2007, Penyebab kematian ibu yang paling umum di

Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %,

preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah

trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 %. Berdasarkan data Depkes RI tahun 2010, dari

data SKRT 2001 penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%,

infeksi 11%, partus lama 5%, abortus 5%, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, kematian maternal di NTT masih cukup tinggi,

termasuk di kota Kupang. Kematian maternal disebabkan oleh berbagai faktor, baik itu

penyebab obstetri langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Penyebab Kematian Maternal di

RSUD Prof. W.Z. Johannes Tahun 2011-2012”

Page 3: Penelitian Kematian Maternal Jadi

3

1.2Perumusan Masalah

a) Berapa jumlah Angka Kematian Maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes Tahun 2011-

2012?

b) Bagaimana gambaran penyebab kematian maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes

Tahun 2011-2012?

1.3Tujuan Penelitian

a) Mengetahui Angka Kematian Maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes Tahun 2011-2012

b) Mengetahui gambaran penyebab kematian maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes

Tahun 2011-2012

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan

tentang kesehatan maternal dan kematian maternal

1.4.2 Bagi Pemerintah dan RSUD Prof. W.Z. Johannes

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak rumah sakit untuk

menurunkan Angka Kematian Maternal (AKM) dan meningkatkan mutu pelayanan

terutama dalam upaya pencegahan kematian maternal

1.4.3 Bagi Pembaca

Sebagai bahan informasi bagi pembaca untuk menambah wawasan dan

kewaspadaan terhadap faktor risiko dan penyebab kematian maternal.

Page 4: Penelitian Kematian Maternal Jadi

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kematian Maternal

2.1.1 Definisi kematian maternal

Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The International

Classification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat

kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama

dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau

yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang

disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan.

Kematian-kematian yang terjadi akibat kecelakaan atau kebetulan tidak

dimasukkan ke dalam kematian maternal. Untuk memudahkan identifikasi kematian

maternal ICD-10 memperkenalkan kategori baru yang disebut pregnancy – related death

(kematian yang dihubungkan dengan kehamilan) yaitu kematian wanita selama hamil atau

dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian.

2.2.2 Epidemiologi Kematian Maternal

Komplikasi kehamilan sebagai variabel terpengaruh pada kematian maternal

diklasifikasikan menjadi 2 bagian :

1. Penyebab obstetrik langsung disebabkan karena komplikasi pada saat kehamilan,

melahirkan, dan periode postpartum, termasuk komplikasi aborsi

Page 5: Penelitian Kematian Maternal Jadi

5

2. Kematian obstetrik tidak langsung adalah kondisi keadaan kesehatan yang buruk pada

saat kehamilan atau melahirkan.

Menurut Depkes RI 2008, Penyebab kematian ibu dapat dikelompokkan menjadi

tidak langsung maupun langsung. Penyebab tidak langsung lebih terkait dengan keadaan

sosial, ekonomi, geografis, dan perilaku budaya masyarakat sedangkan penyebab langsung

terkait erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan, persalinan, dan pasca

persalinan.

Penyebab kematian ibu secara langsung adalah komplikasi yang terjadi pada saat

persalinan yang dikenal dengan Trias Klasik yaitu pendarahan menjadi penyebab

terbanyak, eklampsia dan infeksi.

Berdasarkan data WHO 2007, Penyebab kematian ibu yang paling umum di

Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %,

preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah

trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 %. Berdasarkan data Depkes RI tahun 2010, dari

data SKRT 2001 penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%,

infeksi 11%, partus lama 5%, abortus 5%, dan lain-lain.

2.2Faktor Resiko Kematian Maternal

2.2.1 Usia

Komplikasi yang sering timbul pada kehamilan di usia muda adalah anemia, partus

prematur, partus macet. Sedangkan kehamilan di atas usia 35 tahun menyebabkan ibu

terkena risiko terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit

ginjal dan gangguan fungsi paru. Dengan resiko-resiko tersebut sangat besar kemungkinan

Page 6: Penelitian Kematian Maternal Jadi

6

untuk menyebabkan kematian pada ibu. Sehingga usia kehamilan yang paling aman adalah

usia 20 – 35 tahun.

2.2.2 Kebiasaan Hidup

Banyak kebiasaan hidup yang tidak sehat dan berpengaruh pada kesehatan ibu dan

bayi yang dikandungnya. Kebiasaan tersebut antara lain merokok dan juga mengkonsumsi

minuman beralkohol. ibu akan kesulitan dalam proses melahirkan dan dapat meninggal

akibat kegagalan jantung yang berdenyut cepat akibat pengaruh alcohol yang terkandung

dalam darahnya.

2.2.3 Jarak antar kehamilan

Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko

terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan merupakan

kelompok resiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu.

2.2.4 Pelayanan Kesehatan

Hal ini meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, tempat

pelayanan yang lokasinya sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu

hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan

keterjangkauan terhadap informasi (WHO, 2008). Akses terhadap tempat pelayanan

kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor, seperti lokasi dimana ibu dapat memperoleh

pelayanan kontrasepsi, pemeriksaan antenatal, pelayanan kesehatan primer atau

pelayanan kesehatan rujukan yang tersedia di masyarakat.

2.2.5 Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

Page 7: Penelitian Kematian Maternal Jadi

7

Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku

penggunaan alat kontrasepsi. Ibu yang mengikuti program keluarga berencana (KB) akan

lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak mengikuti program Keluarga

Berencana. Demikian juga perilaku pemeriksaan antenatal, ibu yang melakukan

pemeriksaan antenatal secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan

komplikasinya. Termasuk juga dalam hal ini adalah penolong persalinan, ibu yang ditolong

oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dan kesakitan dibandingkan

dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan, serta tempat persalinan,

persalinan yang dilakukan di rumah akan menghambat akses untuk mendapatkan

pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.

2.2.6 Lingkungan

Lingkungan juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi KIA.

Banyak aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam

hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas), ada

dua aspek yang akan dibahas. Yang pertama adalah aspek geografis. Kondisi geografis

suatu lingkungan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri.

Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana

transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk

menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan

tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak

ibu yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga

angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.Yang kedua

Page 8: Penelitian Kematian Maternal Jadi

8

adalah masalah social ekonomi. Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu

menyulitkan para ibu (hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan

yang memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung memilih dukun beranak karena biaya

yang dikeluarkan tentu jauh lebih murah dibanding puskesmas. Akibatnya, banyak ibu

yang meniggal saat melahirkan karena pendarahan atau mengalami infeksi akibat proses

melahirkan yang tidak steril, dan berujung pada kematian.

2.3 Penyebab Kematian Maternal

Diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam kehamilan, persalinan atau nifas, 16-17

ibu menderita komplikasi yang mempengaruhi kesehatan, umumnya menetap. Penyebab

kematian ibu telah diuraikan diatas, yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan,

partus macet, dan aborsi. WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami

komplikasi perdarahan pasca persalinan. Komplikasi paling sering dari perdarahan pasca

persalinan adalah anemia. Jika kehamilan terjadi pada yang telah menderita anemia, maka

perdarahan pasca persalinan dapat memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat

fatal.

Penyebab kematian ibu sejak dahulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan,

eklampsia, komplikasi aborsi, partus macet, dan sepsis. Penyebab lainnya dapat ditambah

dengan adanya anemia, penyakit infeksi seperti malatia, tbc, hepatitis, atau HIV/AIDS.

Defisiensi energi kronis merupakan penyebab lain kematian ibu. Status sosioekonomi

keluarga, pendidikan, budaya, akses terhadap fasilitas kesehatan, serta transportasi juga

berperan pada kematian ibu. Disamping itu masalah pertumbuhan penduduk, transisi

Page 9: Penelitian Kematian Maternal Jadi

9

demografi, desentralisasi, utilisasi fasilitas kesehatan, pendanaan, dan kurangnya

koordinasi instansi terkait baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Perdarahan yang bertanggung jawab atas 28% kematian ibu, sering tidak dapat

diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Sebagian besar perdarahan terjadi pasca persalinan,

baik karena atonia uteri maupun sisa plasenta. Hal ini menunjukkan penanganan kala III

yang kurang optimal dan kegagalan sistem pelayanan kesehatan menangani kedaruratan

obstetri dan neonatal secara cepat dan tepat.

Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian ibu. Insidensi infeksi nifas

sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada waktu persalinan dan masa nifas.

Infeksi Menular Seksual dalam kehamilan merupakan faktor resiko untuk sepsis, infeksi

HIV/AIDS berhubungan dengan peningkatan insiden sepsis. Sepsis yang resisten terhadap

antibiotika sering terjadi pada ibu-ibu dengan HIV positif, demikian pula infeksi

pascaseksio sesarea.

Eklampsia secara global terjadi pada 0,5% kelahiran hidup dan 4,5% hipertensi

dalam kehamilan. Eklampsia merupakan penyebab nomor dua yang mempengaruhi

mortalitas, yaitu sebanyak 13% kematian ibu. Preeklampsia mempengaruhi banyak organ

vital. Pasca konvulsi pada eklampsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, edema

paru, perdarahan serebral, dan ablasio retina.

Persalinan macet merupakan 8% penyebab kematian ibu secara global. Komplikasi

yang dapat terjadi adalah fistula vesikovaginalis dan atau rektovaginalis. Disamping itu

dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan sepsis, terutama jika terjadi ketuban

pecah dini. Komplikasi lain adalah terjadinya rupture uteri yang dapat mengakibatkan

perdarahan dan syok, bahkan kematian.

Page 10: Penelitian Kematian Maternal Jadi

10

Insidens aborsi tidak aman secara global adalah sekitar 20 juta per tahun, atau 1

diantara 10 kehamilan atau 1 aborsi tidak aman dengan 7 kelahiran hidup. Lebih dari 90%

aborsi tidak aman terjadi di negara-negara sedang berkembang. Komplikasi yang terjadi

berupa sepsis, perdarahan, trauma genital dan abdominal, perforasi uterus dan keracunan

bahan abortifasien. Kematian dapat terjadi karena gangren gas dan gagal ginjal akut.

Komplikasi jangka panjang aborsi tidak aman adalah nyeri panggul menahun, penyakit

radang panggul, oklusi tuba, dan infertilitas sekunder. Dapat pula terjadi kehamilan

ektopik, persalinan prematur atau abortus spontan pada kehamilan berikutnya.

Kesakitan yang menyusul penyebab tidak langsung misalnya anemia, malaria,

hepatitis, tuberkulosis, dan penyakit kardiovaskular. Salah satu kesakitan yang utama

adalah anemia, yang di samping menyebabkan kematian melalui henti kardiovaskular, juga

berhubungan dengan penyebab langsung kematia ibu. Ibu yang anemia tidak dapat

menolerasnsi kehilangan darah seperti perempuan sehat tanpa anemia. Pada waktu

persalinan, kehilangan darah 1000 ml tidak mengakibatkan kematian pada ibu sehat, tetapi

pada ibu anemia, kehilangan darah kurang dari itubdapat berakibat fatal. Ibu anemia juga

meningkatkan resiko operasi atau penyembuhan luka tidak segera, sehingga luka dapat

terbuka seluruhnya. Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian ibu.

Penyebab kematian ibu yang lain adalah sepsis, merupakan kontributor 10% kematian ibu

di Indonesia.

Malaria meningkatkan resiko anemia ibu, prematuritas, dan berat badan lahir

rendah pada kehamilan pertama, Prevaleni dan densitas parasitemia pada primigravida

lebih tinggi daripada ibu tidak hamil. Infeksi HIV juga meningkatkan resiko komplikasi

malaria. Hepatitis virus dalam kehamilan merupakan keadaan yang meningkatkan case

Page 11: Penelitian Kematian Maternal Jadi

11

fatality rate 35 kali daripada ibu tidak hamil. Hepatitis virus umumnya terjadi pada

trimester ketiga kehamilan, dapat menyebabkan persalinan prematur, gagal hati,

perdarahan, dan janin umumnya sulit diselamatkan.

Pada 1992 McGarthy dan Maine mengembangkan suatu kerangka konseptual

kematian ibu yang secara garis besar dilukiskan pada gambar berikut:

Page 12: Penelitian Kematian Maternal Jadi

Mati/cacat

komplikasi

Kehamilan

12

Determinan jauh Determinan antara Hasil

Faktor-faktor sosioekonomi dan

budayaAkses layanan

kesehatan

Status reproduksi

Status kesehatan

Perilaku/pemanfaatan pelayanan kesehatan

Faktor-faktor yang tidak diketahui/tidak

diperkirakan

Page 13: Penelitian Kematian Maternal Jadi

13

Page 14: Penelitian Kematian Maternal Jadi

14

2.4 Upaya Pemerintah Dalam Mengurangi Angka Kematian Maternal

Pemerintah dalam hal ini jajaran kesehatan di Provinsi NTT telah berupaya selama ini

memberikan pelayanan kesehatan melalui berbagai upaya, antara lain dengan penempatan

bidan di desa - desa, pembangunan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas

Keliling, tetapi belum memberikan suatu hasil yang menggembirakan. Oleh karena

persalinan dengan komplikasi perdarahan, retensio plasenta, keracunan kehamilan

(Eklamsia) dan kehamilan dengan penyulit lainnya tidak dapat ditolong oleh tenaga

Bidan/Perawat yang ada di desa, Hal-hal seperti itu hanya dapat diatasi bila persalinan

tersebut dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam.

Oleh karena itu diperlukan suatu strategi dan kebijakan (Revolusi) dibidang

pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan kepada setiap Ibu yang melahirkan

dan bayi baru lahir melalui pendekatan ”Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan

yang terlatih pada fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam”.

Revolusi KIA adalah salah satu bentuk upaya percepatan penurunan kematian ibu

melahirkan dan bayi baru lahir dengan cara – cara yang luar biasa melalui persalinan pada

fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan siap 24 jam.

Fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang siap memberikan pelayanan 24 jam serta memenuhi standar dari setiap

aspek, yaitu:

1. Aspek SDM (Sumber Daya Manusia);

2. Aspek Peralatan;

3. Aspek Obat, Bahan dan Perbekalan Kesehatan;

4. Aspek Bangunan;

Page 15: Penelitian Kematian Maternal Jadi

15

5. Aspek Sistem (termasuk Standard Operating Procedure/SOP, ProsedurTetap/ Protap

dan Sistem Rujukan);

6. Aspek Penganggaran.

Tujuan Umum Revolusi KIA yaitu tercapainya percepatan penurunan kematian Ibu

melahirkan dan kematian Bayi Baru Lahir melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang

memadai dan siap 24 jam. Dari 554/100.000 KH pada tahun 2004 menjadi 153/100.000

KH padatahun 2013, dan kematian bayi dari 62/1000 KH tahun 2004 menjadi 27/1000 KH

pada tahun 2013.

Tujuan Khusus Revolusi KIA sebagai berikut :

1. Tersedianya data sasaran ibu hamil, melahirkan dan bayi di tiap desa;

2. Tersedianya Puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK di Kabupaten/Kota;

3. Tersusunnya system pelayanan dasar, esensial dan emergensi (obstetri neonatal)

bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibuNifas serta bayi baru lahir;

4. Terselenggaranya system pelayanan dasar, esensial dan emergensi (obstetri

neonatal) bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu Nifas serta bayi baru lahir.

5. Terselenggaranya system rujukan obstetrik neonatal yang baik bagi ibu hamil, ibu

melahirkan, ibuNifas dan bayi baru lahir;

6. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu bagi ibu hamil, ibu

melahirkan, ibu Nifas dan bayi baru lahir;

7. Terselenggaranya persalinan yang selamat di fasilitas kesehatan yang memadai dan

siap 24 jam;

Page 16: Penelitian Kematian Maternal Jadi

16

8. Menurunnya angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir setiap tahun (Target

AKI 2010: 227/100.000KH, Tahun 2013: 153/100.000KH, dan AKB 2010 :

42/1000KH, Tahun 2013: 27/1000KH);

9. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya penurunan kematian ibu dan bayi

baru lahir.

Ada dua sisi yang harus di intervensi di dalam Revolusi KIA yaitu sisi

pemerintah/swasta sebagai penyedia pelayanan kesehatan dan sisi masyarakat sebagai

yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Sebagai penyedia pelayanan kesehatan, masing

- masing program dan sektor terkait berperan sesuai tugas dan fungsinya.

Pemerintah/swasta pada sisi penyedia pelayanan atau fasilitas kesehatan berperan

merubah kondisi sebelum revolusi menjadi kondisi: (1). Menolong di fasilitas pelayanan

kesehatan yang memadai dan siap 24 jam, (2). Merujuk pasien pada saat yang tepat, (3).

Bekerja sesuai standar.

Masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan pelayanan berperan merubah kondisi

sebelum revolusi menjadi: (1). Melahirkan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang

memadai dan siap 24 jam, (2). Saat melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan yang

terlatih, (3). mendorong/berupaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

Alur pelayanan sebagai berikut: pasien (ibu akan melahirkan) dirujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang memadai dan siap 24 jam di Puskesmas rawat inap dan bila

memerlukan penanganan lebih lanjut pada tingkat yang lebih tinggi maka dirujuk ke rumah

sakit. Untuk mendukung pelayanan di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam

pada kedua level tersebut diatas, akan disediakan rumah tunggu yang berfungsi sebagai

Page 17: Penelitian Kematian Maternal Jadi

17

tempat penampungan sementara bagi ibu yang akan melahirkan dan bagi keluarga yang

mendampingi.

Sangat diharapkan Kebijakan Revolusi KIA ini dapat secara bermakna menurunkan

kematian ibu dan bayi sekurang - kurangnya menyamai angka Nasional, bahkan bila

memungkinkan satu digit dibawah angka Nasional. Upaya ini harus dilakukan oleh semua

pihak pada masing - masing level/ tingkatan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,

KecamatandanDesa/ Kelurahan.

Page 18: Penelitian Kematian Maternal Jadi

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional,

dimana jenis penelitian ini untuk mencari hubungan antara beberapa variabel bebas

(faktor penyebab) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran

secara bersamaan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang

C. Populasi dan sampel

Populasi dan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh data

kematian maternal di RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang dengan batasan waktu dari

tahun 2011 hingga tahun 2012,

D. Bahan dan Alat

Bahan dan Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder kematian

maternal di RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang dari tahun 2011 – 2012.. Selain itu

juga dipergunakan alat bantu Laptop untuk proses pengolahan data dan printer untuk

penyajian hasil.

Page 19: Penelitian Kematian Maternal Jadi

19

E. Cara Kerja

Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data dengan

melihat data – data rekapan statistik kematian maternal dari tahun 2011 hingga 2012

di RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang sebagai gambaran dalam penelitian ini.

F. Analisis Data

Jenis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu uji analitik dengan

metode pendekatan Cross Sectional, karena penelitian yang digunakan memanfaatkan

dataprimer dan sekunder pada satu saat dan penelitian dilakukan satu kali dan dapat

dipergunakan untuk meneliti lebih dari satu variabel. Dalam penel;itan ini dibatasi

hanya satu variabel yaitu penyebab kematian maternal. Data yang dikumpulkan akan

diolah dan diedit untuk melihat gambaran kematian maternal berdasarkan penyebab

kematian di RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang dari tahun 2011 hingga 2013.

Page 20: Penelitian Kematian Maternal Jadi

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik Tempat Penelitian

RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes merupakan rumah sakit rujukan provinsi dengan kelas

Tipe B Non Pendidikan berdasarkan SK Menkes no. 94/Menkes/SK/95. Tentang RSUD

Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang sebagai RS Tipe B Non Pendidikan. Rumah sakit ini

berdiri sejak tahun 1941 pada zaman penjajahan Belanda dan resmi menjadi rumah

sakit milik daerah Tingkat provinsi pada tanggal 5 Juli 1954. Rumah sakit ini berada di

jalan Moch Hatta No. 19 Kupang. Rumah sakit ini memiliki luas lahan sekitar 51.670 m2

dengan luas bangunannya sendiri sekitar 42.418 m2. Rumah sakit ini memiliki

akreditasi 12 standar pelayanan dan memiliki kapasitas tempat tidur sekitar 375

tempat tidur. Rumah sakit ini memiliki sekitar 1177 pegawai termasuk didalamnya

tenaga medis maupun non Medis. Berdasarkan data sekunder RSUD Prof. Dr. W.Z

Johannes Kupang, tidak kurang dari 1000 kasus persalinan dilakukan di rumah sakit

ini dengan angka persalinan normal menempati urutan pertama. Untuk angka

kematian maternal sendiri memiliki angka yang cukup signifikan setiap tahunnya

dengan penyebab – penyebabnya yang beragam pula.

Page 21: Penelitian Kematian Maternal Jadi

21

4.1.2 Gambaran Kematian Maternal

Tabel 4.1 Gambaran Kasus kematian Maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes

tahun 2011 – 2012

Tahun   f (orang) %

2011 14 36,82012   24 63,2Total   38 100

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat adanya peningkatan kasus kematian maternal

dari tahun 2011 hingga 2012 dimana pada tahun 2011 angka kematian maternal

berjumlah 14 orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 24 orang.

4.1.3 Gambaran Penyebab Kematian Maternal

Tabel 4.2 Gambaran Penyebab Kematian Maternal di RSUD Prof. W. Z. Johannes

tahun 2011-2012

Penyebab f %Perdarahan 4 10,5

Preeklampsia dan eklampsia 12 36,1Infeksi 6 15,8

Malposisi 1 2,6Lain-lain 15 39,5

Total 38 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak penyebab kematian maternal di

RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang tahun 2011 hinga 2012 didapati dari 38 kasus,

penyebab terbanyak oleh kasus lain-lain yaitu sebesar 39 % diikuti oleh preeklampsia dan

Page 22: Penelitian Kematian Maternal Jadi

22

eklampsia yaitu sebanyak 36,1%, infeksi sebesar 15,8 %, perdarahan sekitar 10,5% dan

yang terakhir disebabkan oleh malposisi yakni sebesar 2,6%. Kasus lain-lain tersebut

merupakan kasus-kasus yang tidak memiliki penyebab utama yang spesifik mulai dari

kasus gagal ginjal, penyakit jantung hingga kasus-kasus yang tidak teridentifikasi.

4.2 Pembahasan

Setelah peneliti melakukan pengolahan data dan diperoleh hasil penelitian seperti

yang digambarkan dalam tabel distribusi diatas, maka selanjutnya peneliti akan

membahas hasil penelitian tersebut yang secara lebih jelas dapat dilihat pada uraian

dibawah ini.

4.2.1 Gambaran Kematian Maternal

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

Angka Kematian Maternal (AKM) untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007)

sebesar 228 per 100.000 KH. Angka ini turun dibandingkan AKM hasil SDKI tahun 2002-

2003 yang mencapai 307 per 100.000 KH. Angka Kematian Maternal (AKM) hasil SDKI

tahun 2002-2003 dan 2007 masih jauh dari target INDONESIA SEHAT 2010 yakni AKM

125 per 100.000 KH. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Nasional (SUKESNAS) tahun 2004

menunjukan bahwa AKM di Provinsi NTT masih 554 per 100.000 KH dimana angka ini

jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu 307 per 100.000 KH.

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat adanya peningkatan kasus kematian maternal dari

tahun 2011 hingga 2012 dimana pada tahun 2011 angka kematian maternal berjumlah 14

orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 24 orang. Sebenarnya angka kasus diatas

belum menjadi indikator kematian maternal di rumah sakit ini karena tidak dilihat

Page 23: Penelitian Kematian Maternal Jadi

23

bagaimana perbandingannya per 100.000 kelahiran hidup. Namun dari data tersebut kita

dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk kasus kematian maternal di rumah sakit ini

masih tergolong cukup tinggi dan mengalami peningkatan namun perlu juga untuk

diakumulasikan dengan kasus pada rumah sakit daerah lainnya dan dengan perbandingan

100.000 per kelahiran hidup untuk mendapatkan gambaran angka kematian maternal di

NTT.

4.2.2 Gambaran Penyebab Kematian Maternal

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa jumlah kematian maternal di RSUD Prof.

Dr. W.Z Johannes Kupang tahun 2011 hinga 2012 didapati dari 38 kasus, penyebab

terbanyak oleh kasus lain-lain yaitu sebesar 39 % diikuti oleh preeklampsia dan eklampsia

yaitu sebanyak 36,1%, infeksi sebesar 15,8 %, perdarahan sekitar 10,5% dan yang terakhir

disebabkan oleh malposisi yakni sebesar 2,6%. Kasus lain-lain tersebut merupakan kasus-

kasus yang tidak memiliki penyebab utama yang spesifik mulai dari kasus gagal ginjal,

penyakit jantung hingga kasus-kasus yang tidak teridentifikasi.

4.2.2.1 Preeklampsia dan Eklampsia sebagai Penyebab Kematian Maternal

Berdasarkan tabel 4.2, untuk kasus Kematian Maternal dengan penyebab

utama yang jelas, maka preeklampsia dan eklampsia menempati urutan pertama penyebab

kematian maternal. Jika dibandingkan dengan studi global, maka terdapat sedikit

perbedaan dimana kasus utama kematian maternal di seluruh dunia ditempati oleh

perdarahan, preeklampsia dan infeksi. Pada beberapa penelitian di negara – negara lain

seperti penelitian yang dilakukan oleh Swain dkk, di India didapati kasus kematian

Page 24: Penelitian Kematian Maternal Jadi

24

maternal oleh karena preeklampsia dan eklampsia sebanyak 44/1000 kelahiran dan angka

ini terus meningkat dari 1988 hingga saat ini sehingga oleh pemerintah di negara tersebut

dibuatkan regulasi kesehatan yang mengatur upaya penurunan kematian ibu dari tingkat

lokal, regional hingga nasional. Penelitian lain yang dilakukan Haryono, diperhitungkan

eklampsia menyebabkan 50.000 kematian maternal di seluruh dunia dalam satu tahun.

Disamping itu, kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal mencapai angka

34/1000.

Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik

yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia

juga disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada

wanita yang mengalami kejang dan kematian pada kasus tanpa kejang yang berhubungan

dengan pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan komplikasi – komplikasi

yang terjadi pada kasus persalinan dengan eklampsia antara tahun 1978 – 1998 di sebuah

rumah sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %),

pneumonia aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure

(4 %) dan kematian maternal (1 %).

Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau

beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila

perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami hemiplegia.

Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat

hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya

aneurisma Berry atau arterio venous malformation.

Page 25: Penelitian Kematian Maternal Jadi

25

Pada kira – kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan

variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini

adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus

oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya

pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.

Pada kira- kira 5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat

bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang luas.

Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat herniasi uncus trans

tentorial.

Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita

berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai 2

minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak terdapat

kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis dengan dosis yang tepat

dan diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam mengatasi masalah ini.

4.2.2.2 Infeksi sebagai Penyebab Kematian Maternal

Berdasarkan tabel 4.2, infeksi merupakan 3 besar penyebab kematian maternal di

RSUD Prof W.Z. Johannes tahun 2011-2012 yakni sebesar 15,8%. Menurut laporan

pencapaian tujuan pembangunan milenium Indonesia, sepsis berkontribusi 10% dari

kematian ibu, dan dunia rata-rata 15%. Sedangkan penelitian Chowdhury tahun 2007 yang

dilakukan di Pakistan, infeksi mengakibatkan 9,3% kematian ibu. Pada tahun 2011,

penelitian yang diadakan di Jawa Timur menunjukkan bahwa infeksi memberi kontribusi

kematian ibu sebesar 6,06%. Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) selama 10

Page 26: Penelitian Kematian Maternal Jadi

26

tahun angka kematian terutama disebabkan post partum sekitar 67% dan 70% karena

perdarahan dan infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor penolong

persalinan, faktor tempat tinggal ibu yang kotor dan luka post episiotomy yang tidak

dirawat sehingga menyebabkan infeksi.

Infeksi yang menyebabkan kematian ibu ada yang memasukkannya dalam

kelompok penyebab tidak langsung dan adapula yang mengelompokkan ke dalam faktor

penyebab langsung dengan menggabungkannya ke dalam suatu kelompok yang disebut

sebagai trias klasik (perdarahan, eklampsia dan infeksi). Infeksi bisa disebabkan oleh

bakteri, virus, dan parasit, sedangkan penularan dapat terjadi intrauterin, pada waktu

persalinan atau pasca persalinan. Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis,

dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki

gejala yang lebih parah dan memiliki tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin,

persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi dan/atau ibu.

4.2.2.3 Perdarahan sebagai Penyebab Kematian Maternal

Bedasarkantabel 4.2, kematian maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes yang

disebabkan oleh perdarahan cukup tinggi yakni sebesar 10,5 %.

Menurut WHO 2007 dan Depkes RI 2010, perdarahan merupakan penyebab

kematian maternal terbesar yakni sebersar 28%. Perdarahan berlebihan dialami oleh 5-15

% perempuan setelah persalinan, bahkan dengan manajemen yang tepat sekitar 3% ibu

dengan persalinan pervaginam dapat mengalami perdarahan sehingga meningkatkan

risiko kematian maternal.

Page 27: Penelitian Kematian Maternal Jadi

27

Penelitian yang dilakukan oleh Bazar, dkk tahun 2005-2009 di RSU dr. Mohammad

Hoesin Palembang, dari 50 sampel kasus kematian matenal didapatkan penyebab kedua

terbanyak adalah perdarahan yaitu sekitar 28%.

Penelitian lain oleh Soetrisno tahun 2011 di RSUD dr. Moewardi Surakarta dari 19

sampel didapatkan penyebab kematian maternal terbanyak ke 3 adalah perdarahan.

Page 28: Penelitian Kematian Maternal Jadi

28

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Gambaran Penyebab Kematian

Maternal di RSUD Prof. W.Z. Johannes Tahun 2011-2012 maka dapat disimpulkan :

a. Jumlah kasus kematian maternal di RSUD Prof. W. Z. Johannes tahun 2011-2012 sebanyak 38

orang, dimana terjadi peningkatan kasus kematian maternal dari tahun 2011 hingga 2012 yakni

tahun 2011 angka kematian maternal berjumlah 14 orang dan pada tahun 2012 meningkat

menjadi 24 orang..

b. Penyebab kasus kematian maternal di RSUD Prof W.Z. Johannes tahun 2011-2012 yang

terbanyak adalah kasus lain-lain sebesar 39 % diikuti oleh preeklampsia dan eklampsia sebesar

36,1%, infeksi sebesar 15,8 %, perdarahan sekitar 10,5% dan yang terakhir disebabkan oleh

malposisi yakni sebesar 2,6%.

5.2 Saran

a. Bagi pemerintah daerah agar tetap menggalakkan dan meningkatkan kinerja program-

program dalam menurunkan AKM seperti Revolusi KIA sehingga dapat dilakukan upaya

pencegahan dini untuk menghindari terjadinya kematian pada ibu hamil.

d. Bagi ibu hamil, diharapkan agar senantiasa berupaya memeriksakan kehamilannya

secara teratur sehingga komplikasi selama kehamilan dapat dideteksi dan ditangani

lebih dini.

e. Bagi peneliti lain, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mengembangkan

permasalahan yang ada dengan meneliti penyebab lain yang berperan dalam kematian

maternal

Page 29: Penelitian Kematian Maternal Jadi

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Kemenkes RI. 2010: 28.

Availabel from:

http://www.depkes.go.id/downloads/profil_kesehatan_2009/files/buku%20profil

%20kesehatan%20indonesia%202009.pdf [diakses 25 September 2011]

2. Dinkes NTT. Profil Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2007. Kupang: Dinkes NTT. 2008:20-

22. Available from: www.depkes.go.id/downloads/ profil / profil _ ntt _07. pdf . [diakses 30

Januari 2013]

3. Dinkes Kota Kupang. Profil Kesehatan Kota Kupang. Kupang: Dinkes Kota Kupang.

2012:42-46. Available from:

http://www.dinkes-kotakupang.web.id/bank-data/category/6-profil-kesehatan-kota-

kupang-tahun-2011.html?download=11:profil-kesehatan-kota-kupang-tahun-2011.

[diakses 29 Januari 2013

4. Prasetyo, I. Eklampsia. RSUD. RAA Soewondo Pati. 2011. : 3-5

5. Anonim. Management of Preeklampsia ; Issues For Anaesthetists. University of

Melbourne. 2012 : 1

6. Swain, S. Ojha KN, Prakash, A. Bhatia, BD. Maternal And Perinatal Mortality Due to

Eclampsia. Indian Pediatrics. 1993 : 1

7. Pertiwi, L. Salamah, M. Sutikno. Spatial Durbin Model untuk Mengidentifikasi Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu di Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni ITS

Volume 1. 2012 : 1-3

Page 30: Penelitian Kematian Maternal Jadi

30

8. Roeshadi, H. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Ibu Pada Penderita

Preeklampsia dan Eklampsia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2006 :

11-2

9. Prawirohardjo S, Siswishanto R. 2009. Penyakit Infeksi. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat,

Cetakan kedua. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 903-920