PENELITIAN IKM fix

download PENELITIAN IKM fix

of 47

description

ikm oye

Transcript of PENELITIAN IKM fix

MINI RESEARCH

Hubungan Tingkat Pengetahuan Hipertensi Dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Dukuh Kalirandu Kasihan Bantul

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam MengikutiProgram Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPuskesmas Kasihan I, Bantul, Yogyakarta

Diajukan Kepada :Puskesmas Kasihan I, Bantul, Yogyakarta

Disusun Oleh :Dian NovitawatiDiana Kartika SariSanto JuliansyahNindya Puspita TsaniEwo Jatmiko

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015

PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb.Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun tugas penelitian yang berjudul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Hipertensi Dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Di Dukuh Kalirandu Kasihan Bantul . Penulisan tugas ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memenuhi salah satu syarat pada stase Ilmu Kesehatan Masyarakat.Dalam menyusun penelitian ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga, penyusuan proposal ini dapat diselesaikan tepat waktu. Untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :1. dr. Denny Anggoro, M.Kes. selaku pembimbing stase Ilmu Kesehatan Masyarakat.2. dr. Siti Marlina selaku pembimbing di Puskesmas Kasihan 1 Bantul.1

2

3. dr. Antoni selaku dokter puskesmas Kasihan 1 Bantul 4. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan saat penulis menyusun penelitian. Akhir kata penulis berharap semoga amal kebaikan Bapak/Ibu/Saudara mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT Yang Maha Kuasa. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 9 September 2015

Penulis

DAFTAR ISI

MINI RESEARCH1PRAKATA2DAFTAR ISI4BAB I6PENDAHULUAN6A.Latar Belakang6B.Rumusan Masalah9C.Tujuan Penelitian10D.Penelitian Pendukung10E.Penelitian11BAB II13TINJAUAN PUSTAKA13A. Landasan Teori13B.Kerangka konsep penelitian24C.Hipotesis24BAB III25METODE PENELITIAN25A.Desain Penelitian25B.Populasi dan Sampel25C.Lokasi dan waktu Penelitian26D.Variabel dan Definisi Operasional27E.Definisi Operasional27F. Hubungan Antara Variabel27G.Cara Pengumpulan Data30H.Uji Validitas dan Reliabilitas31I. Analisa Data33BAB IV34HASIL DAN PEMBAHASAN34A.Hasil34B.Pembahasan37BAB V41KESIMPULAN DAN SARAN41A.Kesimpulan41B.Saran41DAFTAR PUSTAKA43LAMPIRAN45

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang gejala berlanjut ke suatu organ sehingga menimbulkan beberapa komplikasi seperti gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Penyakit ini menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia (Darmojo, 1995). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi adalah sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002).Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung (Congestif Heart Failure), gagal ginjal (End Stage Renal Disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95% melaporkan hipertensi essensial atau hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik keadaan ini cenderung akan meningkat (Doengoes, 2000).Di dunia prevalensi hipertensi pada lansia usia 60-65 tahun mencapai 60-80%. Contohnya di negara Amerika penderita hipertensi pada usia 60 tahun mencapai 67%. Sedangkan di negara Eropa penderita yang diobati hanya sebesar 27% dan dari jumlah tersebut 70% tidak terkontrol. Penderita hipertensi di Indonesia yang periksa di Puskesmas secara teratur sebanyak 22,8%, sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%. Dari pasien hipertensi dengan riwayat kontrol tidak teratur tekanan darah yang belum terkontrol mencapai 91,7%, sedangkan yang mengaku kontrol teratur dalam tiga bulan terakhir malah dilaporkan 100% masih mengidap hipertensi. Hasil ini diduga karena keterbatasan fasilitas di Puskesmas, keterbatasan dana, keterbatasan obat dan lama pemberian obat yang hanya 3-5 hari (Anwar, 2008).Data WHO (2011) dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Diperkirakan tahun 2025 kasus hipertensi di negara berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar kasus. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 31,7% dimana penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat antihipertensi hanya 0,4%. Penyakit hipertensi menjadi masalah kesehatan keluarga yang perlu segera ditanggulangi sebelum timbulnya komplikasi atau kerusakan diberbagai organ sasaran, seperti jantung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer, ginjal dan retina. (Soeparman & Waspadji, 2001). Terdapat faktor pemicu terjadinya komplikasi hipertensi di antaranya: gaya hidup, merokok, minuman alkohol, konsumsi tinggi natrium dan lemak, kegemukan, aktivitas (olahraga), bertempat tinggal di daerah pantai (Bustan, 1993). Faktor resiko komplikasi hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah serebral (stroke), apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Soeparman & Waspadji, 2001). Untuk Indonesia sendiri kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi masih sangat rendah. Hal ini terbukti, masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang pada umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan mengandung banyak garam. Pola makan yang kurang sehat ini merupakan pemicu penyakit hipertensi (Austriani,2008). Penderita hipertensi juga tidak sadar dengan karakter yang timbul tenggelam. Ketika si penderita hipertensi dinyatakan bisa berhenti minum obat karena tekanan darahnya bisa normal, dia sering menganggap kesembuhan permanen. Padahal sekali divonis hipertensi, penyakit itu terus membelit tubuh anda. Pada sebagian kasus memang bisa disembuhkan total tapi presentasenya kecil itupun hanya hipertensi ringan. Yang bisa anda lakukan adalah mengontrolnya dengan mengonsumsi obat penurun hipertensi dan menjalankan pola hidup sehat (Lawrence, 2002). Penanganan hipertensi dilakukan bersama dengan diet rendah kolesterol atau diet tinggi serat dan diet rendah energi bagi penderita hipertensi yang obesitas. Pengubahan pola hidup dapat berupa penurunan berat badan jika overweight, membatasi konsumsi alkohol, olahraga teratur, mengurangi konsumsi garam, mempertahankan konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup, dan berhenti merokok. Selain itu penderita hipertensi juga harus mempunyai pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk dapat menyesuaikan penatalaksanaan hipertensi dalam kehidupan sehari-hari (Willy, 2007). Pengetahuan penderita hipertensi akan sangat berpengaruh pada sikap untuk patuh berobat karena semakin tinggi penegtahuanmaka keinginan untuk patuh berobat semakin meningkat (Gama, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan data yang diambil dari Puskesmas Kasihan 1 Bantul dukuh Kalirandu menunjukkan 24 penderita hipertensi dari usia 60-75 tahun pada bulan Agustus 2015 dan hanya 3 orang yang berkunjung di Puskesmas Kasihan 1 Bantul. Berdasarkan fenomena diatas maka penulis akan melakukan penelitian hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi dengan sikap kepatuhan minum obat di wilayah Kalirandu.

B. Rumusan Masalah Beradasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia di Dukuh Kalirandu Yogyakarta?.C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi di Pedukuhan Kalirandu Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tentang pengetahuan hipertensi pada lansia. b. Mengetahui kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia D. Penelitian PendukungBerdasarkan hasil pencarian peneliti didapatkan beberapa penelitian terakhir yang terkait yaitu :1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Nur Anisa, Wahidduin, Jumriani Anshar tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Hipertensi pada lansia di puskesmas Pattingalloang kota Makasar tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan motivasi dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan berobat hipertensi pada lansia. Penelitian dilakukan dengan cara observasional analitik dengan rancangan cross-sectional study. Perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti hanya untuk mengetahui adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi terhadap kepatuhan minum obat.2. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah Isti Yuli Yanti tentang Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi Hipertensi Dengan Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Gamping II, Sleman, Yogyakarta tahun 2008 menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi. Penelitian dilakukan dengan cara non-eksperimen dengan pendekatan cross sectional study. Perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu tingkat pemahaman, pada penelitian ini ditujukan untuk pasien, sedangkan penelitian sebelumnya ditujukan untuk keluarganya, penelitian ini tidak menitik beratkan komplikasi pada hipertensi.E. Penelitian1. Bagi profesi kedokteran. Sebagai masukan dalam proses belajar mengajar, terutama mengenai pentingnya pengetahuan hipertensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa keperawatan sebagai modal untuk menjadi petugas kesehatan.2. Bagi institusi pelayanan kesehatan Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan profesional dengan lebih banyak memberikan informasi yang luas mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyakit hipertensi.

3. Bagi peneliti Sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut dalam bidang kesehatan khususnya yang menyangkut penyakit hipertensi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu dan setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaraan, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media masa maupun lingkungan dan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan kepercayaan diri (Notoatmodjo, 1997). Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk mengubah perilaku seseorang yang disengaja. Menurut teori Sigmund Freud, salah satu aspek perkembangan manusia adalah perkembangan kognitif. Hal ini merujuk pada proses internal dari produk pikiran manusia yang mengarah pada konsep mengetahui termasuk didalamnya semua aktifitas mental seperti mengingat, menghubungkan, mengklasifikasi, memberi simbol, mengimajinasi, pemecahan masalah, penalaran persepsi, berkreasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru (Effendi, 1998). Determinan perilaku dalam kesehatan antara lain menurut Green (Notoatmodjo, 1993) dikatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku itu ditentukan oleh tiga faktor. a. Faktor predisposisi terwujud dalam pengetahuan, individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma, sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. b. Faktor pendukung yaitu terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. c. Faktor pendorong yaitu terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan, disamping tersedianya fasilitas dan sikap perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan memperkuat dan mendukung terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 1993). Pengetahuan merupakan dasar konseptual dan rasioanal terhadap metode pendekatan yang dipilih untuk mencapai tujuan keperawatan yang spesifik, tepat dan juga meliputi segi intelektual dalam proses kognitif yang mempunyai 6 tingkatan (Notoatmojo, 2003). Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. a. Memahami (Comprehension) yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tersebut secara benar. b. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk mengetahui materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil. c. Analisis (Analysis) yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut. d. Sintesis (Synthesis) yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. e. Evaluasi (Evaluation) yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.2. Kepatuhan minum obatKepatuhan atau ketaatan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain (Smet, 1994). Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Nifen, 2002). Atau juga dapat didefinisikan kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah sesuatu kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah ditentukan (Gabit, 1999).Kepatuhan pada pengobatan membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam manajemen perawatan diri dan kerjasama antara pasien dan petugas kesehatan (Robert 1999).Penderita yang patuh berobat adalah menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus (Depkes RI, 2000)3. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansjoer, 2002). Hipertensi merupakan gangguan asimpomatik yang sering terjadi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten. Selain itu, The Sixth Report Of Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNCP, 1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan antihipertensi. Menurut Beevers (2000) hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi ditetapkan sebagai tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.b. Penyebab Hipertensi Menurut Mansjoer A (2002) penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin - angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, seta polisitemia. 2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain. c. Gejala dan komplikasi Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2002). Bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung (Suyono et. al., 2001). Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti: 1) Payah jantung Payah jantung (Congestive Heart Failure) adalah kondisi jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung. 2) Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit. 3) Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. 4) Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta. (Vitahealth, 2005).Menurut Soeparman & Waspadji (2001) gejala lain yang disebabkan komplikasi hipertensi, antara lain: 1) Hipertensi ringan dan sedang, komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai buta. 2) Hipertensi berat, gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabakan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat menyebabkan kematian. Kelaianan lain yanga sering terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemik otak sementara. 3) Pada hipertensi maligna, gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan akut.d. Diagnosis Hipertensi Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti gagal jantung, penyakit serebrovaskuler, dan lainya. Adanya riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, dan hasil efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya). e. Praktek pencegahan komplikasi hipertensi Praktek pencegahan komplikasi adalah tingkah laku, perbuatan-perbuatan serta usaha-usaha untuk menjaga kesehatan yang dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi (Notoatmodjo, 2003). Hipertensi adalah adalah faktor resiko stroke yang utama, pengobatan dan pengendaliannya dapat mencegah resiko terjadinya komplikasi hipertensi (Lamsudin, 1999). Jadi praktek pencegahan komplikasi hipertensi pada klien hipertensi pada intinya merupakan perilaku keluarga dan klien hipertensi dalam mengendalikan tekanan darahnya agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut (Junaidi, 2002). Praktek untuk mencegah komplikasi hipertensi diantaranya: 1) Pengaturan Diet Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak langsung menurunkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga perlu mengkonsumsi buah-buahan segar seperti pisang, sari jeruk, dan sebagainya yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi makanan awetan dalam kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam makanan (Vitahealth, 2005).2) Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat Gaya hidup yang dapat merugikan kesehatan dan meningkatkan resiko komplikasi hipertensi seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, minum kopi, mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), malas berolah raga, gaya hidup itulah yang meningkatkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi (Junaidi, 2002). 3) Manajemen Stres Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapkan mampu menghindari stres, menyediakan waktu untuk relaksasi, dan istirahat (Lumbantobing, 2003). 4) Mengontrol kesehatan Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan darahnya. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru menyadari saat pemeriksaan tekanan darah (Purwanto, 2004). Penderita hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Obat - obatan antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan pengendalian tekanan darah (Suyono et. al., 2001).5) Olahraga teratur Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu olahraga secara teratur dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi. f. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensiMenurut Mansjoer (2002) praktek pencegahan hipertensi dilakukan penatalaksanaan dengan obat antihipertensi. 1) Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta blocker. 2) Indikasi tertentu : inhibitor ACE, Pengambat Reseptor Angiotensi II, Alfa-Beta blocker, antagonis Ca, Diuretik.4. Lansia (Lanjut Usia)PengertianDefinisi lansia menurut UU No 4 tahun 1945 lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2004). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).Batasan lansia menurut WHO:1. Usia pertengahan (midle age), adalah antara usia 45-59 tahun.2. Usia lanjut (elderly), adalah usia antara 60-74 tahun.3. Usia lanjut tua (old), adalah usia antara 75-90 tahun.4. Usia sangat tua (very old), adalah usia 90 tahun ke atas.

B. Kerangka konsep penelitian

Faktor ResikoHipertensi

HIPERTENSIPembagianKuesioner

PengetahuanTentang HipertensiKepatuhanMinum Obat

C. Hipotesis Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia di Dukuh Kalirandu Yogyakarta.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain PenelitianDesain penelitian ini adalah desain non eksperiment, dengan menggunakan pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional yaitu data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau akibat akan dikumpulkan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (terikat) dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas) (Riwidikdo, 2007). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmojo, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang ada di Dukuh Kalirandu wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogyakarta, yaitu berjumlah 24 orang pada bulan Agustus 2015. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2002). Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang menderita hipertensi di Dukuh Kalirandu wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogyakarta dan diambil dengan menggunakan metode Total Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Alasan menggunakan metode ini adalah dikarenakan jumlah populasi yang kurang dari 100 dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono, 2007). Kriteria inklusi pada sampel ini adalah: 1. Penderita dengan tensi 140/90 mmHg.2. Usia 60-74 tahun.3. Bisa mendengar dengan jelas.4. Pendidikan minimal SD. 5. Penderita hipertensi minimal 1 bulan pengobatan. 6. Bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah penderita dengan gangguan jiwaC. Lokasi dan waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Dukuh Kalirandu dengan alasan berdasarkan data bulan Agustus 2015 di Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogyakarta bahwa Dukuh Kalirandu merupakan desa yang belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat.2. Waktu penelitian Hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di Dukuh Kalirandu Kasihan Bantul Yogyakarta dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel dalam penelitian ini: 1) Variabel bebas (Independent Variabel): Pengetahuan tentang hipertensi 2) Variabel terikat (Dependent Variabel): Kepatuhan minum obatE. Definisi Operasionala. Pengetahuan tentang hipertensi adalah wawasan yang diketahui mengenai penyakit hipertensi meliputi : pengertian hipertensi, pengertian komplikasi hipertensi, tanda dan gejala komplikasi hipertensi, faktor resiko komplikasi hipertensi. Skala pengukuran pada variabel bebas ini adalah skala Guttman dengan menggunakan kuesioner. b. Kepatuhan minum obat adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain.F. Hubungan Antara Variabel

Variabel TerikatKepatuhan Minum Obat HipertensiVariabel BebasPengetahuan tentang HipertensiF. Instrumen Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang berupa kuisioner tertutup, dimana sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang diketahui responden. Responden diminta untuk menjawab dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dari responden adalah sebagai berikut : a. Instrumen untuk Pengetahuan tentang hipertensi. Kuesioner untuk pengetahuan tentanghipertensi yang digunakan oleh peneliti terdiri dari 18 pertanyaan yang terdiri atas pertanyaan tentang pengertian hipertensi, pengertian komplikasi hipertensi, tanda dan gejala komplikasi, dan faktor resiko komplikasi Kuesioner diadopsi dan modifikasi dari instrumen yang sudah ada yaitu instrumen yang dibuat oleh Eliana, A. (2005), dengan menggunakan skala Guttman yang berisi 2 alternatif jawaban (betul, salah). Penilaian kuesioner, jika menjawab benar sesuai dengan kunci jawaban maka nilainya 1, dan jika menjawab salah tidak sesuai kunci jawaban maka nilainya 0. Interpretasi skor untuk penilaian pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi adalah dengan menjumlahkan alternatif jawaban pada setiap item soal kemudian dibandingkan dengan jumlah item dikalikan 100%. Hasil berupa persentase untuk menilai data pengetahuan tentang hipertensi, menggunakan rumus menurut Arikunto (2002) sebagai berikut: P = N/X x 100%Keterangan: P = Persentase, X = Skor yang didapat , N = Jumlah item Kemudian dikategorikan menjadi: Pengetahuan Tinggi : 76 %-100 % Pengetahuan Sedang : 55 %-75% Pengetahuan Rendah : 55 % (Arikunto, 2003). b. Instrumen untuk Kepatuhan Minum ObatInstrumen yang digunakan peneliti adalah instrumen yang dibuat oleh peneliti sendiri dan hasil modifikasi dari instrumen yang sudah ada yaitu instrumen yang dibuat oleh Eliana, A. (2001) dalam bentuk kuesioner dengan 7 item.Skala yang digunakan adalah skala likert, yaitu : Selalu (SL)=4, Sering (SR)=3, Kadang-kadang (KD)=2, Tidak pernah (TP)=1 untuk pertanyaan positif (Favorable), dan Selalu (SL)=1, Sering (SR)=2, Kadang-kadang (KD)=3, Tidak pernah (TP)=4 untuk pertanyaan negatif (Unfavorable) (Nursalam, 2003). Interpretasi skor adalah dengan menjumlahkan alternatif jawaban pada setiap item soal kemudian dibandingkan dengan jumlah item dikalikan 100%. Hasil berupa persentase untuk menilai data praktek pencegahan komplikasi hipertensi, menggunakan rumus menurut Arikunto (2002) sebagai berikut: P = N/X x 100%Keterangan: P = Persentase, X = Skor yang didapat, N = Jumlah item Kemudian dikategorikan menjadi: Perilaku Baik : skor 76 %-100 % Perilaku Cukup : skor : 55 %-75% Perilaku Kurang : 55 % (Arikunto, 2003). Kemudian untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat di uji dengan teknik korelasi Spearman Rank karena jenis kedua datanya adalah ordinal, dengan rumus : = 1- () 21 6 2 nn biKeterangan : = koefesien korelasi Spearman Rank bi= beda antara jenjang subyek n= banyak subyek G. Cara Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara memberikan kuesioner kepada keluarga secara langsung dengan mengunjungi rumah klien setelah mendapatkan ijin dari Kepala Dukuh Kalirandu dan Kepala Puskesmas Kasihan 1 Bantul. Peneliti juga meminta ijin persetujuan dari pihak keluarga sebagai responden. Kuesioner diisi oleh responden yang sebelumnya telah diberi penjelasan. Selama pengisian kuesioner responden didampingi oleh peneliti dan jika ada yang kurang jelas responden dapat menanyakan langsung, setelah selesai pengisian kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti. H. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk mengukur validitas instrumen, dilakukan dengan cara teknik korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Uji validitas instrumen berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di desa Banyuraden daerah wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta yang mempunyai karakteristik yang sama dengan subyek yang akan diteliti oleh peneliti. Responden pada uji kuesioner ini adalah penderita hipertensi di desa Banyuraden dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Uji validitas dan reliabelitas dilakukan pada tanggal 27-28 November 2007.Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 14 for Windows (Wahyono, 2006). Menurut Arikunto (2002), validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas butir dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson yaitu rumus korelasi product moment, sebagai berikut : rxy = N. XY- ( X)-( Y) {N. X2-( X2 )}{N.Y2-( Y2)} Keterangan : rxy : Koefisien korelasi antara x dan y N : Jumlah subyek XY : Jumlah perkalian X dan Y X : Jumlah nilai X Y : Jumlah nilai Y Hasil dari analisis ini akan dikonsultasikan dengan tabel r yaitu taraf signifikan 5 %. Harga kriteria dari r product moment dikatakan valid apabila r < 0,05. Uji validitas pada skala tingkat pengetahuan tentanghipertensi dari 18 item, didapatkan hasil 18 item valid. Uji validitas pada kepatuhan minum obat dari 7 item, didapatkan hasil 7 item yang valid.Sedangkan reliabilitas menunjukan pada suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan data karena insrtumen tersebut sudah baik atau handal (Arikunto, 2002). Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut : r11 = ( k ) (1 - O b 2 ) (k - 1) O 2 t Keterangan: r 11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal O b 2 = Jumlah varians O 2 t = Varians total Hasil dari analisis akan dikonsultasikan dengan nilai a > 0,06. Harga kriteria dari a dikatakan andal/reliabel apabila a > 0,06. Untuk instrumen dalam penelitian ini baik dari skala tingkat pengetahuan tentang hipertensi maupun skala kepatuhan minum obat didapatkan nilai a = > 0,06 sehingga semua item dikatakan reliabel.I. Analisa Data Analisa yang digunakan adalah analisa bivariat yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji hipotesis untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat menggunakan uji korelasi Spearman (rs) karena variabel bebas dan variabel terikat merupakan data ordinal (Nursalam, 2003). Jika hasil yang diperoleh p0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara variabel yang diuji (Dahlan, 2004).

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 1. Subyek PenelitianPengambilan sampel sebagai subyek penelitian dilakukan secara Total Sampling. Subyek pada peelitian ini adalah penderita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil kuesioner data pribadi dan pemeriksaan didapatkan 24 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian ke-24 orang tersebut diambil sebagai sampel pada penelitian ini. Karakteristik subyek pada penelitian ini tercantum dalam tabel sebagai berikut :

Karakteristik RespondenJumlah Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki625%

Perempuan 1875%

Dari tabel duatas diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 18 atau dalam presentase 75%. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita dibanding pria, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12,2 % dan wanita 15,5 %.

2. Hasil Analisa kategori responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obata. Kategori tingkat pengetahuan penderita tentang komplikasi hipertensi

37,5%50%12,5%Berdasarkan diagram di atas didapatkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang hipertensi sebesar 12,5% yaitu sebanyak 3 orang. Responden yang tingkat pengetahuannya sedang sebesar 50% yaitu sebanyak 12 orang. Responden yang tingkat pengetahuannya rendah sebesar 37,5% yaitu sebanyak 9 orang.b. Kategori perilaku pencegahan komplikasi hipertensi dengan kepatuhan minum obat

4,2%45,8%50%

Berdasarkan tabel di atas didapatkan responden yang memiliki kepatuhan baik dalam meminum obat antihipertensi sebesar 50% yaitu sebanyak 12 orang. Responden yang memiliki keparuhan sedang dalam meminum obat antihipertensi sebesar 45,8% yaitu sebanyak 11 orang. Sedangkan untuk responden yang memiliki kepatuhan rendah dalam mengonsumsi obat antihipertensi sebesar 4,2% hanya 1 orang saja.3. Hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obatDengan menggunakan uji korelasi Spearman antara pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan meminum obat antihipertensi menunjukkan nilai koefisien korelasi p = 0,00. Artinya kedua variabel mempunyai hubungan yang signifikan. B. Pembahasan 1. Tingkat pengetahuan tentang hipertensiBerdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang hipertensi yaitu sebanyak 3 orang. Pengetahuan responden yang baik disebabkan oleh berbagai informasi tentang pengertian, faktor penyebab, gejala-gejala, komplikasi, serta pencegahan terjadinya komplikasi yang mereka peroleh baik dari media masa, petugas kesehatan, orang lain maupun dari lingkungan sekitar. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang komplikasi hipertensi yaitu sebanyak 9 orang. Pengetahuan responden yang rendah disebabkan oleh faktor usia, kurangnya berbagai informasi tentang pengertian, faktor penyebab, gejala-gejala, komplikasi, serta pencegahan terjadinya hipertensi yang mereka peroleh baik dari media masa, petugas kesehatan, orang lain maupun dari lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui kenyataan fakta dengan melihat atau mendengar sendiri melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, dan lain-lain. Pengetahuan tentang kesehatan merupakan dasar bagi perubahan perilaku dan besar pengaruhnya dalam perilaku sehat (Barlet, 1981). Namun, orang yang memiliki pengetahuan tinggi tidak selalu berperilaku baik dalam upaya mempertahankan kesehatan dan penanganan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian yang bersifat individual (Dewit, 1998).2. Kepatuhan minum obat antihipertensiBerdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang memiliki kepatuhan minum obat yang kurang hanya 1 orang. Sebagian besar responden telah mematuhi untuk minum obat antihipertensi. Sebagian besar responden telah mengetahui dan memahami bahwa pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Doktor Ahli Hipertensi (Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretik, beta blocker, antagonis kalsium, atau ACE Inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan kondisi penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. 3. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obatBerdasarkan hasil analisis statistik menggunakan Rank Spearman Correlation, didapatkan nilai koefisien kolerasi (p) sebesar 0.00 dan sig. 2-tailed adalah p