Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

10
Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011 ISSN 1412-498X FMIPA Universitas Mulawarman 29 PENDUGAAN BIOMASSA PADA TEGAKAN HASIL REVEGETASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA STUDI KASUS TANAMAN JOHAR (Cassia siamea, Lamk.),DI PT. MULTI SARANA AVINDO, KALIMANTAN TIMUR Sadeli Ilyas Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda ABSTRACT. Forests absorb CO 2 during the process of photosintesis and keep it as organic materials in plant biomass. The number of organic matters stored in forest biomass per unit area and per unit of time is the subject of forest prod- uctivity. Forest productivity is a representation of the ability of forests in reducing emissions of CO 2 in the atmosphere through forest productivity physiology. The measurements of forest productivity in the context of this study are relevant to the measurement of the biomass. Forest biomass provides important information of the expected potential absorption of CO 2 and biomass within a certain age which can be used to estimate forest productivity. Reclamation of the former mine sites is an attempt to recover or re-store the land and vegetation in degraded forest areas, as a result of business activities for mining and energy use, so that they can still function optimally as intended. Measurement of forest productivity in the area of former coal mining revegetation is the purpose of this study. The results showed that the stand volume Johar (Cassia siamea, Lamk) the results of revegetation at the age of 7 years for not being a former mining area is 172.36 m 3, with bassal area of 28.85 m2. While the stand volume to the former mining area is 107.28 m3 with bassal area of 20.80 m2. Biomass johar (C. siamea) at the age of 7 years for not being a former mining area is 136.39 tonnes / ha, while in the former mining area is 108.56 tonnes/ha. Keywords : biomass, forest productivity, reclamation, Johar PENDAHULUAN Reklamasi dan revegetasi bekas tambang adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak, sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Karbon dioksida (CO 2 ) merupakan salah satu gas rumah kaca karena berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Konsentrasi CO 2 di atmosfer meningkat dramatik sejak dimulainya revolusi industri, dimana berdasarkan pengukuran di Mauna Loa, CO 2 di

description

pertanian

Transcript of Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Page 1: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman 29

PENDUGAAN BIOMASSA PADA TEGAKAN HASIL REVEGETASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA STUDI KASUS TANAMAN

JOHAR (Cassia siamea, Lamk.),DI PT. MULTI SARANA AVINDO, KALIMANTAN TIMUR

Sadeli Ilyas

Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda

ABSTRACT. Forests absorb CO2 during the process of photosintesis and keep it as organic materials in plant biomass. The number of organic matters stored in forest biomass per unit area and per unit of time is the subject of forest prod-uctivity. Forest productivity is a representation of the ability of forests in reducing emissions of CO2 in the atmosphere through forest productivity physiology. The measurements of forest productivity in the context of this study are relevant to the measurement of the biomass. Forest biomass provides important information of the expected potential absorption of CO2 and biomass within a certain age which can be used to estimate forest productivity. Reclamation of the former mine sites is an attempt to recover or re-store the land and vegetation in degraded forest areas, as a result of business activities for mining and energy use, so that they can still function optimally as intended. Measurement of forest productivity in the area of former coal mining revegetation is the purpose of this study. The results showed that the stand volume Johar (Cassia siamea, Lamk) the results of revegetation at the age of 7 years for not being a former mining area is 172.36 m 3, with bassal area of 28.85 m2. While the stand volume to the former mining area is 107.28 m3 with bassal area of 20.80 m2. Biomass johar (C. siamea) at the age of 7 years for not being a former mining area is 136.39 tonnes / ha, while in the former mining area is 108.56 tonnes/ha. Keywords : biomass, forest productivity, reclamation, Johar

PENDAHULUAN

Reklamasi dan revegetasi bekas tambang adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak, sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.

Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca karena berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat dramatik sejak dimulainya revolusi industri, dimana berdasarkan pengukuran di Mauna Loa, CO2 di

Page 2: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Sadeli Ilyas Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegetasi Lahan Bekas Tambang

FMIPA Universitas Mulawarman 30

atmosfer meningkat sekitar 31% dari 288 ppm pada masa pra-revolusi industri menjadi 378 ppm pada tahun 2004 (Keeling dan Whorf, 2004). Penyebab utamanya adalah pembakaran batubara dan minyak bumi, dan diikuti dengan deforestasi yang akhir-akhir ini semakin meningkat.

Untuk meminimumkan dampak dari perubahan iklim ini, diperlukan upaya menstabilkan konsentrasi CO2 di atmosfer dan konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC), melalui Protokol Kyoto mewajibkan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5% dari level tahun 1990. Dalam protokol ini, afforestasi dan reforestasi dihitung sebagai rosot karbon yang kegiatannya termasuk dalam kerangka CDM (Clean Development Mechanism). (Heriansyah, 2005)

Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiologinya (Heriansyah, 2005)

Pengukuran produktivitas hutan dalam kontek studi ini relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan.

Untuk menjawab beberapa isu di atas, studi kandungan biomassa hutan terutama hutan tanaman industri sangat dibutuhkan. Studi ini difokuskan pada tanaman johar yang akan dikembangkan secara luas di areal reklamasi bekas tambang batubara di Kalimantan Timur. Studi ini bertujuan untuk mengetahui potensi hutan tanaman hasil revegetasi lahan dalam menyerap CO2 dari atmosfer yang dihitung berdasarkan dimensi pertumbuhannya. Penyusunan persamaan allometri juga merupakan salah satu fokus dari studi ini. Jika persamaan allometri untuk setiap jenis tersedia, maka pendugaan kemampuan hutan tanaman dalam menyimpan biomassa dapat diestimasi tanpa harus menebang.

Studi biomassa hutan tanaman johar (Cassia siamea, Lamk.) ini dilaksanakan di areal konsesi tambang batu bara PT. Multi Sarana Avindo (PT. MSA) yang pengerjaan penambangannya dilaksanakan oleh PT Anugerah Bara Kaltim (PT. ABK). Konsesi tambang batubara ini mulai di eksploitasi sejak tahun 2001. Daerah konsesi PT. MSA ini secara administratif pemerintahan termasuk kedalam wilayah Desa Purwajaya, Desa Batuah, Desa Loa Duri Ulu, Desa Loa Duri Ilir dan Desa Bakungan Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada koordinat antara 117° 05’ 00.0” BT dan 0° 37’ 30” LS dan 117° 03’55.0” BT dan 0° 37’ 30.0” LS. METODOLOGI PENELITIAN

Studi ini dilaksanakan melalui teknik "destructive sampling" terhadap tanaman johar pada tingkat umur 3, 5 dan 7 tahun. Untuk mengestimasi biomassa hutan tanaman, dilakukan pengukuran diameter dan tinggi pada seluruh tanaman dalam area seluas 0.06 ha yang diulang sebanyak 3 kali.

Untuk membangun persamaan allometri, pada setiap kelas umur dilakukan penebangan terhadap 10 - 20 pohon yang mewakili distribusi diameternya. Selain besaran

Page 3: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman 31

pohon berupa diameter dan tinggi, dilakukan pengukuran diameter dan berat masing-masing log, berat cabang dan ranting, berat daun.

Untuk mengetahui biomassanya, dari masing-masing bagian tanaman diambil sampel sekitar 250 gram untuk di-kering oven-kan dan berdasarkan rasio berat kering dan berat basahnya, maka biomassa setiap bagian pohon, berupa biomassa batang, cabang dan ranting, daun dan biomassa total dapat dihitung.

Biomassa setiap petak merupakan jumlah dari masing-masing biomassa individu pohon yang terdapat pada petak studi bersangkutan, dan melalui konversi luasan area, maka akumulasi biomassa per-hektar dapat diketahui. A. Peralatan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan hasil revegetasi pada areal reklamasi bekas tambang batu bara dan peralatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan koordinat plot dan batas-batas areal penelitian

2. Suunto clinometers; helling meter untuk menentukan kelerengan 3. Phiband; meteran untuk mengukur diameter pohon. 4. Kamera dan handycam untuk mengabadikan peneitian 5. Alat tulis menulis 6. Tali Rafia / Tambang Plastik untuk memberi tanda petak ukur 7. Komputer.untuk pengetikan naskah dan pengolahan data 8. Cat. Untuk memberi tanda pohon yang akan diukur

B. Risalah Jenis Johar (Cassia siamea, Lamk.)

Klasifikasi Ilmiah : Cassia siamea (Lamk.) termasuk kedalam Kingdom : Plantae (Tumbuhan); Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh); Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji); divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga); kelas Magnoliopsida; sub kelas Rosidae; ordo Fabales; famili Fabaceae; Genus cassia Sinonim Cassia florida Vah; Cassia siamea Lamk.; Senna sumatrana Roxb. HASIL DAN PEMBAHASAN

Johar adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras yang termasuk suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan). Pohon yang sering ditanam sebagai peneduh tepi jalan ini dikenal pula dengan nama-nama yang mirip, seperti juar atau juwar (Betawi., Jawa., Sunda.), atau johor (Malaya.). Di Sumatra, pohon ini dinamai pula bujuk atau dulang. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut dengan beberapa nama seperti black-wood cassia, Bombay blackwood, kassod tree, Siamese senna dan lain-lain. Nama ilmiahnya, siamea, merujuk pada tanah asalnya, yakni Siam atau Thailand.

Pohon, tinggi 2 - 20 (-30) m; dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang melebihi 50cm. Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda; percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat. Daun menyirip genap, 10 - 35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5 - 3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu

Page 4: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Sadeli Ilyas Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegetasi Lahan Bekas Tambang

FMIPA Universitas Mulawarman 32

meruncing kecil, lk. 1 mm, lekas rontok. Anak daun 4 - 16 pasang, agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3—8 cm × 1 - 2,5 cm, panjang 2 - 4 × lebarnya, pangkal dan ujungnya membulat atau menumpul, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah. Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjang 15 - 60 cm, berisi 10 - 60 kuntum yang terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Kelopak 5 buah, oval membundar, 4 - 9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning cerah, 5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang 1 - 2 mm. Benangsari 10, yang terpanjang lk. 1 cm; kurang lebih sama panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya. Buah polong memipih, 15 - 30 cm × 12 - 16 mm, berbiji 20 - 30, dengan tepi yang menebal, pada akhirnya memecah. Biji bundar telur pipih, 6.5 - 8 mm × 6 mm, coklat terang mengkilap.

Johar sering ditanam dalam sistem pertanaman campuran (agroforestri), baik sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin. Pohon ini acap ditanam sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau kakao. Akan tetapi perakarannya yang luas dapat berpotensi sebagai pesaing tanaman utama dalam perolehan unsur hara dan air, sehingga penanamannya harus dilakukan dengan hati-hati. Sekarang johar juga kerap ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan dan pohon hias di taman-taman, bahkan juga untuk merehabilitasi lahan pertambangan.

Kayu johar termasuk ke dalam kayu keras dan cukup berat (B.J. 0,6 - 1,01 pada kadar air 15%). Gubalnya berwarna keputihan, jelas terbedakan dari kayu terasnya yang coklat gelap hingga kehitaman, berbelang-belang kekuningan.(Heyne, 1987) Kayu terasnya sangat awet (kelas awet I), sedangkan gubalnya lekas rusak dimakan serangga. Kayu johar juga tergolong kuat (kelas kuat I atau II), sehingga disukai dalam pembuatan jembatan dan tiang bangunan. Warna dan motifnya yang indah menjadikan kayu ini digemari dalam pembuatan mebel dan panel dekoratif; sayangnya kayu johar tergolong sukar dikerjakan karena kekerasannya.

Johar menghasilkan kayu bakar yang baik, meskipun banyak mengeluarkan asap. Nilai kalorinya sebesar 4500-4600 Kkal/kg, sehingga kayu ini juga baik dijadikan arang. Pada masa silam, johar dimasukkan dan ditanam secara luas di Afrika untuk diperdagangkan kayunya. Daun-daun johar, bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak ruminansia, namun kandungan alkaloida di dalamnya terbukti toksik (beracun) bagi non-ruminansia seperti babi dan unggas. Akan tetapi setelah melalui perebusan dan penggantian airnya beberapa kali, daun-daun johar yang muda dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam masakan lokal di Thailand dan Srilanka.

Johar juga menghasilkan zat penyamak dari pepagan, daun dan buahnya. Akarnya digunakan untuk mengobati cacingan dan sawan pada anak-anak. Kayu terasnya berkhasiat sebagai pencahar, dan rebusannya digunakan untuk mengobati kudis di Kamboja. Sementara di Jawa Tengah, teh johar yang dihasilkan dari rebusan daunnya dipakai sebagai obat malaria. Daun-daun dan bagian tumbuhan lainnya dari johar mengandung senyawa-senyawa kimia seperti antrakinona, antrona, flavona, serta aneka triterpenoida dan alkaloida, termasuk pula kasiadimina (cassiadimine). Di Cina, johar ditanam sebagai tanaman inang untuk memelihara kutu lak. Sementara daun-daun johar sering pula dimanfaatkan sebagai pupuk hijau atau mulsa.

Page 5: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman 33

A. Ekologi dan perbanyakan Asal-usul johar adalah dari Asia Selatan dan Tenggara. Tumbuhan ini telah

dibudidayakan begitu lama, sehingga tanah asalnya yang pasti tidak lagi diketahui. Di Indonesia, johar diketahui tumbuh alami di Sumatra. Johar dapat tumbuh baik pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500—2800 mm (optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20—31°C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5—7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl. Perbanyakan terutama dilakukan dengan biji, yang biasanya langsung ditaburkan di lapangan. Biji-biji segar tidak memerlukan perlakuan pendahuluan, namun merendamnya dalam air dingin selama 12 jam akan mempercepat perkecambahan. Cara lain ialah dengan menyemaikannya lebih dulu, dan baru memindahkan anakannya ke lapangan setelah berumur 12-14 minggu (tinggi 25-30cm). Cara kedua ini meningkatkan peluang keberhasilan tumbuh anakan, terutama dalam menghadapi persaingan dengan gulma. Untuk kepraktisan pengangkutannya, anakan dapat ditanam dalam bentuk stump; dengan batang yang dipangkas hingga tersisa sepanjang 10 cm dan akar sepanjang 30 cm, maksimal diameter batang adalah 1 cm. B. Persamaan Allometrik.

Metode allometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol, 1999). Metode allometrik ini pertama kali ditemukan oleh Kittredge (1944) dalam bentuk formulasi logaritmik sbb:

baXY =

Y = variabel bergantung (dalam hal ini kandungan biomassa) X = variabel bebas (dalam hal ini dapat berupa diameter batang atau tinggi pohon) a, b = konstanta

Gambar 1. Grafik Persamaan Allometrik Yang Menggambarkan Hubungan

Antara Diameter Dengan Volume Tegakan Johar (Cassia siamea, Lamk.)

Page 6: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Sadeli Ilyas Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegetasi Lahan Bekas Tambang

FMIPA Universitas Mulawarman 34

Allometrik seperti tersebut di atas telah banyak digunakan oleh para peneliti lain seperti Ogino (1977) dan Oohata (1991). Persamaan allometrik tersebut dibentuk dengan cara menebang pohon per pohon terlebih dahulu, selanjutnya persamaan yang diperoleh diterapkan pada tegakan pohon yang masih berdiri. Martin et al. (1998) menyatakan bahwa persamaan allometrik dapat digunakan untuk menghubungkan antara diameter batang pohon dengan variabel yang lain seperti volume kayu, biomassa pohon, dan kandungan karbon pada tegakan hutan yang masih berdiri (standing stock). Persamaan allometrik yang dihasilkan dari hubungan antara diameter dan volume batang untuk tegakan sengon. disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. ini merupakan tentang hubungan antara diameter setinggi dada dengan volume pohon hasil pengukuran diameter dan tinggi pohon dilapangan yang kemudian ditransformasikan menjadi suatu persamaan allometrik. Untuk penggunaan selanjutnya jika ingin mengetahui besarnya volume tegakan johar hanya diperlukan pengukuran diameter pohon setinggi dada.

Grafik tersebut menggambarkan bahwa hubungan antara diameter setinggi dada sangat erat hubungannya persamaan tersebut adalah :

V = 0,00013 D2,36351 dengan R2 = 0,93670 (93,67%) V = Volume Pohon, D = Diameter, R2 = Koefisien Korelasi Contoh untuk menghitung volume sebatang pohon johar mempunyai diameter 15

cm, maka untuk mencari volume pohon tersebut adalah : V = 0,00013 x 152,36351

= 0.00013 x 602,14828 = 0,078279 m3 Jadi volume pohon dengan diameter 15 Cm adalah 0,078279 m3. Dengan

menggunakan persamaan allometrik ini untuk mengetahui volume pohon, maka pengukuran tinggi tidak diperlukan lagi. C. Pertumbuhan Tegakan Johar

Pertumbuhan tanaman Johar yang meliputi pertumbuhan diameter, tinggi, volume dan basal area dari tegakan yang berumur 3, 5 dan 7 tahun pada areal bekas tambang dan bukan bekas tambang disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Tanaman Johar Pada kelas Umur 3, 5 dan 7 tahun Pada

Areal Bukan Bekas Tambang Dan Areal Bekas Tambang.

Maksi-

mum

Mini-

mumRataan

Maksi-

mum

Mini-

mumRataan

Th. (Cm) (Cm) (Cm) (M) (M) (M) (M3) (M

2) (M

3)

7*) 38,20 19,1 28,65 9,0 6,0 7,5 172,36 28,85 26,62

7**) 32,78 18,46 25,62 8,0 5,0 6,5 107,28 20,80 15,33

5 28,01 13,16 20,59 7,0 4,0 5,5 82,21 16,99 16,44

3 22,28 13,05 17,67 6,0 4,0 5,0 49,50 12,06 16,50

*) BBT = Bukan Bekas Tambang

**) BT = Bekas Tambang

MAIUMUR

Diameter TinggiVolume /

Ha

Basal

Area / Ha

Page 7: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman 35

Dari Tabel 1 tampak terdapat perbedaan volume dan basal area untuk areal bukan bekas tambang dengan areal bekas tambang, volume pohon pada umur 7 tahun untuk areal bukan bekas tambang adalah 172,36 m3/ hektar sedangkan volume pada areal bukan tambang dengan umur yang sama hanya 107,28 m3/hektar. Sehingga terdapat perbedaan diantara keduanya sekitar 65,08 m3. Demikian juga pada basal area terdapat perbedaan yang cukup menyolok antara tegakan yang ditanam pada areal bekas tambang dan bukan bekas tambang dimana pada areal bukan bekas tambang adalah 28,85 m2 sedangkan pada areal bekas tambang 20,80 m2 per hektar. Bila dilihat dari MAI, maka MAI pada pada areal bukan bekas tambang adalah 26,62 m3, sedangkan MAI pada areal bekas tambang hanya berkisar antara 15,33 m3 per tahun.

Terjadinya perbedaan volume dan basal area pada areal bekas tambang dengan areal bukan bekas tambang kemungkinan besar disebabkan perbedaan tempat tumbuh. Dimana pada areal bukan bekas tambang keadaan tanahnya baik sifat fisik maupun sifat kimianya masih utuh. Sedangkan pada areal bekas tambang sifat fisik dan kimia tanahnya telah mengalami perubahan baik pada saat pemindahan maupun pada saat rekonturing dilaksanakan. D. Biomassa Hutan Di Areal Revegetasi

Bagian terbesar pertukaran karbon (CO2 dan CO) antara atmosfer dan daratan terjadi di hutan karena vegetasi hutan menyerap karbon melalui fotosintesis untuk membangun biomassa kayu yang setengahnya merupakan senyawa karbon. Dengan demikian status pengelolaan hutan akan menentukan apakah daratan bertindak sebagai sumber emisi (source) atau rosot (sink) karbon. Dengan menggunakan persamaan allometrik yang merupakan hubungan antara diameter dengan biomassa untuk jenis johar, dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Diameter Setinggi Dada (DSD) Dengan Biomassa Johar (Cassia siamea)

Asumsi yang mendasari penyusunan model penaksiran biomassa adalah

terdapatnya hubungan erat antara dimensi pohon (diameter dan tinggi) dengan biomassa. Besarnya keeratan hubungan antar 2 peubah diukur dari besarnya nilai koefisien korelasi (R2) (Walpole, 1993)., bila nilai R2 mendekati +1 atau -1 maka hubungan kedua peubah

Page 8: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Sadeli Ilyas Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegetasi Lahan Bekas Tambang

FMIPA Universitas Mulawarman 36

itu kuat dan disimpulkan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Dari Gambar 2 tersebut tampak bahwa persamaan allometrik untuk batang adalah : Y = 0,3699 X1,9374 dengan nilai koefisien korelasinya (R2) adalah 0,9869. Selanjutnya persamaan allometrik untuk ranting (termasuk cabang) adalah Y=0,1782 X 1,7148 dengan R2 = 0,9547. Sedangkan persamaan allometrik untuk daun adalah Y = 0,1651 X1,5272 dengan nilai koefisien korelasinya adalah 0,9469, nilai-nilai tersebut menunjukkan terdapatnya hubungan yang erat antara diameter setinggi dada dengan volume biomassa. Persentase dari biomassa dari bagian pohon tersebut untuk jenis Johar tampak pada Gambar 3.

Gambar 3. Persentase Biomassa Bagian Pohon Johar

Dari gambar tersebut tampak bahwa batang menempati bagian terbesar dari biomassa keseluruhan yaitu sebesar 71%, diikuti oleh biomassa ranting yang mempunyai persentase sebesar 20% dan selanjutnya biomassa daun sebesar 9%. Rekapitulasi biomassa untuk masing-masing kelas umur dari tegakan johar dapat dilihat dari tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Biomassa Tegakan Johar Pada Berbagai Kelas Umur.

BATANG RANTING DAUN TOTAL

Tahun (M³) (M²)

7*) 172,36 28,85 69,26 37,28 29,85 136,39

7**) 110,43 21,27 55,55 30,17 22,83 108,56

5 82,21 16,99 46,40 25,33 18,59 90,32

3 49,50 12,06 36,22 19,97 13,76 69,95

7 *) Areal Bukan Bekas Tambang Batubara

7 **) Areal Bekas Tambang Batubara

UMUR

TEGAKANVOLUME BASAL AREA

BIOMASSA

Ton / Ha.

Dari tabel 2, tampak bahwa biomassa pohon pada areal bukan bekas tambang baik untuk Johar lebih tinggi dibandingkan dengan biomassa pada areal revegetasi bekas tambang. Total biomassa untuk tegakan Johar di areal bukan bekas tambang pada umur tujuh tahun adalah 136,39 Ton/Ha sedangkan pada areal bekas tambang pada umur yang sama

Page 9: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 1, April 2011 ISSN 1412-498X

FMIPA Universitas Mulawarman 37

adalah 108,56 Ton/Ha. Kondisi ini menunjukkan bahwa biomassa pada areal bekas tambang ternyata lebih rendah sekitar 80% dibandingkan biomassa pada areal bukan bekas tambang. KESIMPULAN

1. Persamaan allometrik untuk pendugaan volume tegakan johar di areal bekas tambang batu bara adalah : V=0,00013 D2,36351 dengan R2 = 0,93670 (93,67%)

2. Dengan adanya persamaan allometrik ini, maka untuk mengetahui volume suatu pohon hanya perlu mengukur diameter saja jadi pengukuran tinggi bisa diabaikan.

3. Persamaan allometrik untuk menduga biomassa batang adalah : Y = 0,3699 X1,9374

dengan nilai koefisien korelasinya (R2) adalah 0,9869. Persamaan allometrik untuk ranting (termasuk cabang) adalah Y= 0,1782 X1,7148 ,dengan R2 = 0,9547. Sedangkan persamaan allometrik untuk daun adalah Y = 0,1651 X1,5272 dengan nilai koefisien korelasinya adalah 0,9469

4. Tedapat perbedaan yang cukup besar antara areal bukan bekas tambang dengan areal bekas tambang baik volume maupun basal areal demikian juga MAI.

DAFTAR PUSTAKA Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: Primer.

(FAO RForestry Paper 134). FAO, Rome. Clark, A. 1979. Suggested Procedures for Measuring Tree Biomass and Reporting Free

Prediction Equations. Proc. For. Inventory Workshop, SAF-IUFRO. Ft. Collins, Colorado. h 615-628

Heriansyah, I., 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri Dalam Mense-quester Karbon. Jurnal Inovasi On Line. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Koservasi Alam. Bogor.

Hairiah, K. dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran ‘karbon tersimpan’ di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p.

Keeling, C.D. And T.P. Whorf. 2004. Atmospheric CO2 Records From Site In The SIO Air Sampling Network. In Trend: A Compendium Of Data On Global Change. Carbon Dioxide Information Analysis Center, Oak Ridge Na-tional Laboratory, U.S. Department of Energy, Oak Ridge, Tenn., U.S.A.

Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, K. Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia, jilid II: 59-64. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor.

Martin, J.G., Kloeppel, B.D., Schaefer, T.L., Kimbler, D.L and McNutly, S.G.,1998. Aboveground Biomass and Nitrogen Allocation of Ten Deciduous Southern Appalachian Tree Species. J. For. Res. 28: 1648-1659.

Ogino, K. 1977. A Beech Forest at Ashiu: Biomass, Its Increment and Net Production. In Primary Productivity of Japanese Forests: Productivity of Terrestrial Communities.

Page 10: Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegatisi Lahan Bekas Tambang Batubara

Sadeli Ilyas Pendugaan Biomassa Pada Tegakan Hasil Revegetasi Lahan Bekas Tambang

FMIPA Universitas Mulawarman 38

Shidei, T and Kira, T. (eds.), Japanese Committee for the International Biological Program, University of Tokyo Press, Japan.

Oohata, S. 1991. A Study to Estimate the Forest Biomass: A Non Cutting Method to Use the Piled up Data. Bulletin of the Kyoto University Forests 63: 2336.

Parresol, B.R. 1999. Assessing Tree and Stand Biomass: A Review with Examples and Critical Comparisons. For. Sci. 45 (4): 573593.

Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, Untuk Sekolah Di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Sutaryo, D. 2009, Penghitungan Biomassa. Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme, Wetlands International Indonesia Programme, Bogor.

Walpole,R.E, 1993. Pengantar Statistika edisi ke-3, PT.Gramedia, Jakarta.