Oca Biomassa
-
Upload
allind-linalinallinnallindllaggi -
Category
Documents
-
view
48 -
download
11
description
Transcript of Oca Biomassa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik,
baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak.
Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak
nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber
energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa
yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Di Indonesia,
biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk
primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan
untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi tulang punggung
penghasil devisa negara.
Proses gasifkasi telah dikenal sejak abad lalu untuk mengolah batubara,
gambut. Atau kayu menjadi bahan bakar gas yang kini mulai dimanfaatkan. Pada
tahun-tahun terakhir ini. Proses gasifikasi mendapat perhatian kembali di seluruh
dunia, terutama untuk mengolah biomassa sebagai sumber energi alternatif yang
terbaharukan. Secara sederhana proses gasifikasi dapal dikatakan sebagai reaksi kimia
pada temperatur tinggi antara biomassa dengan udara.
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi
jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan
menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan
lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati
memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara
keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan
1
akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena
seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya.
Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena
penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di
daerah perkotaan.Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk
sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit, jarak,
kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung, sorghum, sago merupakan
tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan pembuatan
bioethanol.
1.2. Tujuan
1) Dapat mengetahui Pemanfaatan teknologi Biomass Gasification
2) Dapat mengetahui tipe reaktor gasifikasi
1.3. Manfaat
1) Dapat memberikan informasi teknologi dari pemanfaatan gasifikasi biomassa
2) Mengetahui tipe-tipe reaktor gasifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.Definisi Biomass Gasification
Gasifikasi biomassa merupakan teknologi lama yang sekarang menjadi
perhatian sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar
konvensional saat ini. Gasifikasi ini merupakan konversi dari biomass padat (kayu,
arang kayu, sekam padi, dsb) secara termokimia yang kemudian menghasilkan gas
yang memiliki sifat mudah terbakar yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar
pada motor pembakaran. Untuk mendapatkan gas hasil gasifikasi dilakukan
pemrosesan pada reactor yang dinamakan Downdraft/Upperdraft Gasifier. Dalam
pemakaian sebagai bahan bakar pada motor pembakaran dalam, dapat digunakan 100
% gas dengan aplikasinya pada motor bensin. Sementara pada motor diesel
pemakaiannya dikombinasikan dengan bahan bakar diesel cair.
Gasifikasi termokimia adalah sebagai konversi biomassa menjadi energi gas
dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Konversi ini dapat dilakukan
dalam jenis reaktor yang berbeda seperti moving bed gasifier dan fluid bed
gasifier.Gas yang dihasilkan sebagai bahan bakar gas untuk pembangkit listrik dan
pemanasan langsung dan juga dapat digunakan sebagai gas sintesis dalam industri
proses yang digunakan untuk menghasilkan metanol atau amonia.
Ketika digunakan untuk produksi panas atau listrik, gasifikasi harus bersaing
dengan pembakaran langsung biomassa bahan bakar alternatif. Produksi syngas dari
biomassa harus dibandingkan dengan produksi dari bahan bakar fosil. Sebuah negara
akan kurang rentan terhadap harga energi yang tinggi atau kekurangan energi jika
memiliki gasifikasi biomassa di pembuangan. Selain itu, ada banyak kasus di mana
gasifikasi biomassa memiliki kelebihan dibanding pembakaran langsung bahan bakar
biomassa atau fosil.
Misalnya skala kecil pembangkit listrik dapat direalisasikan tanpa perlu siklus
uap, hanya dengan pembakaran gas di mesin reciprocating. Pembakaran gas produser
dalam boiler yang ada, tanur atau tungku bisa sangat menarik. Keuntungan lain atas
pembakaran langsung adalah bahwa gas produser dapat dibersihkan dalam unit relatif
kompak sebelum pembakaran.
Namun, gasifikasi juga memiliki beberapa kelemahan. Teknologi ini lebih
rumit dibandingkan dengan pembakaran langsung. Gastight padatan penanganan,
pembersihan gas, bahan suhu tinggi dan keamanan harus memenuhi persyaratan yang
3
lebih parah daripada untuk peralatan pembakaran. Selain itu, konversi biomassa
menjadi bahan bakar gas selalu mengarah pada efisiensi termal menurun karena
kerugian panas dan konsumsi listrik untuk motor dan blower. Pemeliharaan dan
pengoperasian gasifier - kombinasi boiler yang rumit dibandingkan dengan sistem
pembakaran langsung dan biasanya membutuhkan perhatian operator lebih.Skala
kecil gasifikasi biomassa memiliki reputasi untuk menjadi merepotkan. Banyak
masalah yang dialami dengan penanganan padatan dan pembersihan gas. Alasan
untuk ini adalah bahwa hal itu sering tidak diperlakukan sebagai sistem yang
terintegrasi. Bahkan instalasi kecil untuk gasifikasi biomassa tanaman lengkap yang
terdiri dari:
(1) pretreatment, penyimpanan dan transportasi biomassa;
(2) gasifier dengan makan gastight;
(3) gas pendingin dan hati-hati memilih peralatan pembersihan gas;
(4) sistem kontrol;
(5) pengobatan dan pembuangan residu padat dan cair.
Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo
kimia menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang
digunakan untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama
yang terjadi adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses
berlangsung). Media yang paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara
dan uap. Produk yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu
padatan, cairan (termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media
yang paling umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap.
Gas yang dihasilkan dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai
nilai kalor yang lebih rendah tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih
sederhana.Beberapa keunggulan dari teknologi gasifikasi yaitu :
1. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan
sebagai pembangkit listrik.
2. Mampu memproses beragam input bahan bakar termasuk batu bara, minyak
berat, biomassa, berbagai macam sampah kota dan lain sebagainya.
3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai
lebih tinggi.
4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat.
4
5. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioxin yang berbahaya.
2.2. Prinsip Proses Gasifikasi
Gasifikasi biomassa terdiri dari sejumlah langkah-langkah dasar.
Gambar 1. prinsip proses gasifikasi
1. Tahap pengeringan. Akibat pengaruh panas, biomassa mengalami pengeringan
pada temperatur sekitar100oC.
2. Tahap pirolisis. Bila temperatur mencapai 250oC, biomassa mulai mengalami
proses pirolisis yaitu perekahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil
akibat pengaruh temperatur tinggi. Proses ini berlangsung sampai temperatur
500oC. Hasil proses pirolisis ini adalah arang, uap air, uap tar, dan gas- gas.
3. Tahap reduksi. Pada temperatur di atas 600oC arang bereaksi dengan uap air
dan karbon dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida
sebagai komponen utama gas hasil.
4. Tahap oksidasi. Sebagian kecil biomassa atau hasil pirolisis dibakar dengan
udara untuk menghasilkan panas yang diperlukan oleh ketiga tahap tersebut di
atas. Proses oksidasi (pembakaran) ini dapat mencapai temperatur 1200oC,
yang berguna untuk proses perekahan tar lebih lanjut.
5
Biasanya mekanisme reaksi adalah rumit dan tergantung pada kondisi proses
(Meunier, 1962). Hasilnya adalah gas, terutama terdiri dari CO, H2, N2, CO2, uap dan
hidrokarbon. Komposisi gas ini sangat bervariasi dengan sifat biomassa, agen
gasifying, dan kondisi proses. Hal ini terbukti dalam nilai-nilai pemanasan yang
berbeda dari gas dari jenis proses yang berbeda. Dalam prakteknya mereka bervariasi
antara 3 dan 33 MJ/Nm3. Karena C: H: O jatah untuk berbagai jenis biomassa yang
sangat mirip, parameter utama yang mempengaruhi biomassa komposisi gas produser
adalah kadar air nya. Ketika biomassa mengandung lebih banyak air, agen yang lebih
gasifying (udara atau O2) diperlukan karena air harus memanas dan menguap. Sebuah
gas produser dari biomassa basah mengandung jumlah yang relatif tinggi uap,
hidrogen dan nitrogen dibandingkan dengan gas produk dari biomassa kering.
Pada prinsipnya kadar air sampai dengan 60% pada basis basah yang diterima,
namun dalam prakteknya angka ini terbatas pada 30-50%, tergantung pada jenis
reaktor, jika kualitas gas yang wajar yang akan diproduksi. Jika udara adalah agen
gasifying, gas produser mengandung 40-60% vol. % Dari N2. Hal ini dapat dikurangi
dengan menggunakan O2 atau O2-diperkaya udara. Isi N2 juga bisa menurun sedikit
menjadi pemanasan agen gasifying. Jika langkah-langkah tersebut menyebabkan
keausan tidak dapat diterima bahan komponen di dalam gasifier, steam dapat
ditambahkan ke agen gasifying. Akibatnya suhu akan menurun karena reaksi uap
karbon endotermik.Perbedaan dalam kondisi proses sangat tergantung pada jenis
reaktor.
2.3. Tipe Reaktor
Ada beberapa tipe reaktor gasifikasi, yang secara garis besar terbagi
menjadi fixed-bed dan fluidized bed. Reaktor tipe fluidized bed biasanya berukuran
besar dan menghasilkan daya dalam besaran MW. Sedang tipe fixed-beddigunakan
untuk memperoleh daya kecil dengan kisaran kW sampai beberapa MW.
Pada kebanyakan tipe reaktor fixed-bed (unggun tetap) sebenarnya terjadi
aliran secara lambat biomas dalam reaktor secara gravitasi. Itulah sebabnya tipe ini
juga disebut sebagai moving-bed (unggun merambat). Beberapa macam reaktor
gasifikasi yang paling banyak digunakan saat ini diberikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tipe reaktor gasifikasi
6
Moving beds Fluid beds Entrained
bedsCo-
current
Counter
current
Dense Circulatin
g
Suhu
°C
700-1200 700-900 < 900 < 900 ± 1500
Tar Rendah Tinggi Sedang Sedang Tidak ada
Kontrol Mudah Paling Mudah Sedang Sedang Kompleks
Skala < 5 MW < 20 MW 10 – 100
MW
> 20 MW > 100 MW
Pada tipe moving-bed, biomas akan mengalir ke bawah secara lambat dalam
reaktor berbentuk tabung, seiring dengan laju pembakaran yang terjadi pada bagian
bawah tumpukan tersebut. Pada tipe tersebut selama proses gasifikasi, front nyala api
terjadi di bagian bawah reaktor, sehingga nama lengkap untuk tipe ini adalah moving-
bed fixed-flame. Reaktor moving bed cocok untuk biomas yang mudah bergerak ke
bawah oleh gaya gravitasi misalnya serpih / cebis kayu (wood chips), kayu potong
kecil, tongkol jagung, tempurung kelapa, dan sebagainya. Tipe reaktor moving
bed yang saat ini beroperasi terdiri dari 2 macam yaitu down-draft (alir bawah)
atau co-current danup-draft (alir atas) atau counter-current. Penamaan alir bawah
atau atas tersebut adalah berdasar aliran masuknya udara dan keluarnya gas di dalam
reaktor.
Karena kandungan tarnya tinggi, reaktor tipe up-draft hanya cocok untuk
memasok gas untuk tungku dan tidak cocok untuk memasok bahan bakar untuk motor
bakar dalam. Untuk memperoleh bahan bakar bagi motor bakar dalam, reaktor yang
cocok adalah tipe down-draft, karena kandungan tarnya rendah sehingga lebih mudah
dan murah untuk membersihkannya. Pada Gambar 5 ditunjukkan skema reaktor
gasifikasi up-draft dan down-draft.
7
Gambar: Tipe Reaktor Gasifikasi
Gambar : Dua sub-tipe reaktor gasifikasi moving bed
Tipe reaktor downdraft ada 2 macam yaitu tipe yang menggunakan leher,
disebut juga dengan tipe “imbert”, serta tipe tanpa leher. Tipe tanpa leher ini antara
lain dikembangkan oleh University of California Davis (Baozhao dan Yicheng, 1994).
Tipe ini cocok untuk biomas yang sulit mengalir jika terhalang bentuk leher. Salah
satu umpan yang sangat cocok dengan tipe ini adalah sekam.
Selain itu, ditinjau dari aliran bahan dalam reaktor, di samping tipe unggun
merambat juga terdapat tipe reaktor yang biomas di dalamnya tidak mengalir. Pada
tipe ini selama proses, nyala api bergerak sepanjang tabung reaktor. Untuk tipe alir
bawah, nyala api merambat dari bagian bawah reaktor menuju bagian atas
(penyulutan di bawah), sedang untuk alir atas, nyala api bergerak dari atas ke bawah
(disulutnya dari permukaan atas). Dalam bahasa Inggris, nama yang lengkap untuk
tipe ini adalah fixed-bed moving-flame.
8
A. Up-draft B. Down-draft
Karena tidak bisa dilakukan penambahan bahan bakar selama proses, tipe ini
disebut sebagai tipe batch. Tipe ini cukup sederhana sehingga banyak digunakan
untuk gasifikasi skala mikro untuk kebutuhan energi rumah tangga. Tipe reaktor yang
digunakan pada sistem batch tersebut adalah reaktor tanpa leher (throatless gasifier).
2.3. Aplikasi Gasifier
Hasil gas dari biomassa bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk produksi dari
pemanasan dan listrik. Perantara atau pengantar dari gasifaying ini biasanya itu adalah
udara. Gas bisa juga digunakan sebagai syngas yang baru untuk produksi dari
methanol,ammonia atau subsitusi gas alam.Dan diperlukan gas bebas dari N2 dan
inerts lainnya. Metode yang digunakan biasanya gasifikasi dengan O2 tapi dengan
teknik yang lainpun juga bisa.
Dari prinsip kerjanya gasifikasi dibedakan menjadi 3 jenis:
a. Updraft gasifier
Pembakaran berlangsung di bagian bawah dari tumpukan bahan bakar dalam
silinder, gas hasil pembakaran akan mengalir ke atas melewati tumpukan bahan bakar
sekaligus mengeringkannya. Bahan bakar dimasukkan ke dalam ruang bakar dari
lubang pemasukan atas.
b. Crossdraft gasifier
Udara disemprotkan ke dalam ruang bakar dari lubang arah samping yang
saling berhadapan dengan lubang pengambilan gas sehingga pembakaran dapat
terkonsentrasi pada satu bagian saja dan berlangsung secara lebih banyak dalam suatu
satuan waktu tertentu.
c. Downdraft gasifier
Gas hasil pembakaran dilewatkan pada bagian oksidasi dari pembakaran
dengan cara ditarik mengalir ke bawah sehingga gas yang dihasilkan akan lebih bersih
karena tar dan minyak akan terbakar sewaktu melewati bagian tadi
.
2.4. Pemanfaatan Teknologi Biomass Gasification
Gas biomas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Sebagai bahan
bakar, gas biomas mempunyai pemanfaatan yang cukup luas, antara lain untuk
memasak, menggerakkan turbin gas, menggerakkan motor bakar dalam, sebagai
bahan bakar pada ketel uap, serta untuk penerangan. Pada jaman perang dunia kedua,
9
diperkirakan sekitar satu juta kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas
biomas (Anonim, 1986). Pada saat ini, pemanfaatan utama gas biomas adalah untuk
menjalankan motor stasioner pembangkit listrik. Jika gasnya dibakar untuk
menghasilkan panas, misalnya pada pembakaran di kompor, sistem gasifikasi
memiliki kelebihan dibanding pembakaran biomas secara langsung.
Karena berbentuk gas, pembakaran gas biomas jauh lebih mudah dikontrol
dibanding pembakaran biomas secara langsung, sehingga hal tersebut menguntungkan
dari segi konservasi energi serta penekanan polusi udara.
Keuntungan gasifikasi antara lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih
sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah. Selain itu lebih mudah pengaturan laju
pembakarannya. Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi dibanding pembakaran
langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan
yang lebih tinggi. Semula, penggunaan gas biomas untuk memasak, baik di tingkat
rumah tangga maupun industri kecil tidak banyak dikembangkan, karena di negara
maju dan di perkotaan, masyarakat lebih memilih kompor gas LPG yang cara
penggunaannya lebih mudah.
Sedangkan untuk pedesaan, masyarakat lebih memilih cara pembakaran
biomas secara langsung, karena peralatan yang dibutuhkan pada teknologi gasifikasi
masih dianggap terlalu rumit dibanding dengan teknologi tungku pembakaran biasa.
Baru pada beberapa tahun terakhir ini, orang mulai tertarik untuk mengembangkan
penggunaan gas biomas untuk keperluan memasak. Hal tersebut terpicu oleh adanya
krisis energi serta makin mahalnya harga bahan bakar fosil. Di samping itu juga
terbantu oleh adanya kampanye cara hidup yang lebih sehat dan lebih ramah
lingkungan. Penggunaan teknologi gasifikasi biomas dalam hal ini dianggap sebagai
teknologi yang lebih ramah bagi pengguna dan lingkungannya. Negara yang cukup
maju dalam hal pemanfaatan teknologi gasifikasi biomas adalah India dan China.
Terdapat cukup banyak laporan tentang penerapan teknologi gasifikasi biomas
di kedua negara tersebut. Palit dan Mande (2007) melaporkan bahwa TERI (The
Energy and Resources Institute), sebuah lembaga yang mengembangkan teknologi
gasifikasi biomas di India, sampai tahun 2007 telah berhasil memasang lebih dari 350
sistem gasifikasi biomas di berbagai wilayah di India dengan total kapasitas lebih dari
13 MW termal. Beberapa pemanfaatan teknologi gasifikasi disebutkan dalam laporan
tersebut antara lain untuk memasak, pengolahan kapulaga, dan pengolahan biji aren.
10
Sedangkan Mande dan Kishore (2007) menyebutkan penggunaan teknologi gasifikasi
biomas untuk pembuatan benang sutera, pengolahan kapulaga, pembuatan garam,
pengeringan bata, memasak untuk upacara keagamaan, pemanasan air hotel, memasak
untuk sekolahan, pembakaran mayat, dan untuk pengolahan karet alam. Sementara itu
IISc (Indian Institute of Science) telah membuat sistem gasifikasi biomas untuk
berbagai keperluan antara lain pelistrikan pedesaan, pengeringan, pengolahan logam,
dan pembangkit tenaga di beberapa industri di India (Dassapa et al, 2003).
Penerapan teknologi gasifikasi biomas untuk pembangkit tenaga listrik di
China antara lain dilaporkan oleh Wu et al (2009) dengan bahan bakar sekam.
Sementara itu, Chen (2011) melaporkan bahwa di China, salah satu di antara
penerapan teknologi gasifikasi biomas yang jumlahnya cukup banyak ialah untuk catu
gas bakar yang disalurkan ke perumahan. Jumlah stasiun produksi gas dimaksud,
sampai tahun 2007 adalah tercatat sebanyak 600 buah, sedangkan jumlah pembangkit
tenaga listrik sesuai data tahun 2008 adalah sebanyak 40 buah. Salah satu skema
sebuah stasiun produksi gas bakar untuk komunitas ditunjukkan pada gambar 6 yang
diambil dari makalah Chen (2011).
Gas biomas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Sebagai bahan
bakar, gas biomas mempunyai pemanfaatan yang cukup luas, antara lain untuk
1. memasak,
2. menggerakkan turbin gas,
3. menggerakkan motor bakar dalam,
4. sebagai bahan bakar pada ketel uap,
5. serta untuk penerangan.
Pada jaman perang dunia kedua, diperkirakan sekitar satu juta kendaraan
bermotor yang menggunakan bahan bakar gas biomas (Anonim, 1986). Pada saat ini,
pemanfaatan utama gas biomas adalah untuk menjalankan motor stasioner
pembangkit listrik. Jika gasnya dibakar untuk menghasilkan panas, misalnya pada
pembakaran di kompor, sistem gasifikasi memiliki kelebihan dibanding pembakaran
biomas secara langsung. Karena berbentuk gas, pembakaran gas biomas jauh lebih
mudah dikontrol dibanding pembakaran biomas secara langsung, sehingga hal
tersebut menguntungkan dari segi konservasi energi serta penekanan polusi udara.
Keuntungan gasifikasi antara lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih
sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah. Selain itu lebih mudah pengaturan laju
11
pembakarannya. Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi dibanding pembakaran
langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan
yang lebih tinggi. Semula, penggunaan gas biomas untuk memasak, baik di tingkat
rumah tangga maupun industri kecil tidak banyak dikembangkan, karena di negara
maju dan di perkotaan, masyarakat lebih memilih kompor gas LPG yang cara
penggunaannya lebih mudah.
Sedangkan untuk pedesaan, masyarakat lebih memilih cara pembakaran
biomas secara langsung, karena peralatan yang dibutuhkan pada teknologi gasifikasi
masih dianggap terlalu rumit dibanding dengan teknologi tungku pembakaran
biasa.Baru pada beberapa tahun terakhir ini, orang mulai tertarik untuk
mengembangkan penggunaan gas biomas untuk keperluan memasak. Hal tersebut
terpicu oleh adanya krisis energi serta makin mahalnya harga bahan bakar fosil. Di
samping itu juga terbantu oleh adanya kampanye cara hidup yang lebih sehat dan
lebih ramah lingkungan. Penggunaan teknologi gasifikasi biomas dalam hal ini
dianggap sebagai teknologi yang lebih ramah bagi pengguna dan lingkungannya.
Negara yang cukup maju dalam hal pemanfaatan teknologi gasifikasi biomas
adalah India dan China. Terdapat cukup banyak laporan tentang penerapan teknologi
gasifikasi biomas di kedua negara tersebut. Palit dan Mande (2007) melaporkan
bahwa TERI (The Energy and Resources Institute), sebuah lembaga yang
mengembangkan teknologi gasifikasi biomas di India, sampai tahun 2007 telah
berhasil memasang lebih dari 350 sistem gasifikasi biomas di berbagai wilayah di
India dengan total kapasitas lebih dari 13 MW termal.
2.5. Penerapan Teknologi Biomassa
Saat ini, unit lengkap disediakan oleh sejumlah perusahaan besar. Mereka dibagi
menjadi unit skala kecil dan skala menengah. Unit dengan kapasitas termal dibawah
1MW digunakan terutama untuk pembangkit listrik. Ini dipilih sebagai kriteria
sebagai unit skala kecil. Lebih dari 1 MW satuan panas mendominasi dalam aplikasi
pemanas langsung. Unit skala besar memiliki keluaran panas lebih dari 40 MW. Ini
adalah ukuran di mana produksi metanol menjadi menarik. Mereka belum belum
pernah menerapkannya untuk biomassa
12
4.1 Unit skala kecil
Sebuah survei disajikan pada Tabel 1 tentang unit skala kecil yang tersedia secara
komersial atau dalam fase demonstrasi. Sangat sulit untuk memberikan data tentang
reabilitas dan durabilitas, karena sejumlah unit baru saja mencapai tahap akhir
pengembangan. Selain itu, banyak unit skala kecil dibuat di area terpencil.
Jenis reaktor saat ini yang paling umum
digunakan adalah cocurrent moving bed, karena unit ini digunakan untuk pembangkit
listrik atau tenaga penarik dan tar-gas diperlukan untuk ini Penerapan-penerapan ini
(Gambar 2). Ratusan unit sederhana digunakan untuk memproduksi arang setiap
tahun di daratan Brazil dan Filipina dengan aplikasi ini. Di Eropa dan Amerika Utara
sejumlah kecil unit memproduksi untuk di ekspor ke negara-negara berkembang.
Aplikasi secara dalam sering diarahkan untuk pengurangan sampah. Misalnya,
limbah kayu dari pabrik penggergajian dapat digunakan untuk produksi listrik untuk
pabrik.
Umumnya gasifiers moving bed yang terkenal luas berfungsi baik untuk arang
dan biomassa yang memiliki ukuran dari 10 hingga 100 mm, jika kadar abu di bawah
6% berat dari basis kering dan kadar air di bawah 25% dari basis basah. Dimana yang
lebih disukai untuk menjaga kadar abu di bawah 2%. Contohnya adalah blok kayu,
serpihan kayu kasar, batok kelapa, dan tongkol jagung. Pilihan antara arang dan kayu
sangat tergantung pada keadaan lokal. Selama ini produksi arang sekitar 60% dari
nilai kalor kayu yang terbuang. Walaupun, produksi tar-gas bebas dari arang adalah
sederhana dan pada dasarnya mengurangi biaya investasi dalam gasifier dan
pembersihan peralatan gas. Waktu yang diperlukan untuk pemeliharaan juga
menurun. Ketika ada penyaluran distribusi untuk arang, sering bahan bakar yang lebih
disukai atas kayu.
14
Kebanyakan unit dapat memuat hingga 100 Kg/h biomassa. Sepenuhnya
pabrik produksi gas otomatis dipasang terutama di negara-negara industri. Komponen
internal gasifier dapat terdiri dari baja yang sederhana serta baja tahan panas dan
keramik, ini ditentukan oleh kemudahan perbaikan dan persentase ketersediaan
operasi. Sebuah sistem pembersihan gas menyeluruh sangat penting untuk mesin
pembakaran internal. Tar dan partikel debu yang lebih besar dari 3 µm harus
dihilangkan sepenuhnya. Lebih disukai untuk memiliki tidak lebih dari 10 mg/Nm3
debu. Siklon sering diikuti oleh sistem pembersihan basah atau kering yang sering
dipakai. Komposisi dari gas yang diproduksi dari kayu dan arang ditunjukkan pada
Tabel 2. Konsumsi
energi internal unit bervariasi dari 1 sampai 10% dari total listrik yang dihasilkan, ini
menjadi sangat tergantung pada baik atau tidak kipas gas yang digunakan. Pada
tingkat harga energi sekarang, umumnya waktu pengembalian untuk sistem unit skala
kecil adalah lama untuk memberikan ekonomi yang wajar. Mereka hanya dapat
dipakai dibawah kondisi tertentu, seperti daerah yang terpencil dengan harga minyak
yang tinggi, ketersediaan limbah dengan nilai Ekonomi yang rendah atau sebagai
akibat dari kebijakan administratif (Foley dan Barnard, 1983; Mahin. 1984). Untuk
yang pertama dan kedua teknologi generasi (Reed 1970, 1980) mengisyaratkan
mampu memberikan perbaikan sehubungan dengan penanganan, penyaluran, dan
dalam meningkatkan fleksibilitas biomasa memiliki kandungan abu tinggi isi
(Groeneveld et al. 1985)
15
4.2 Unit skala menengah
Unit Skala Menengah telah dikembangkan untuk tujuan pemanasan langsung
dan untuk produksi metanol (Gambar 3). Pada skala ini cocurrent moving bed
digantikan oleh counter-current moving bed dan fluidized bed gasifier; pertama,
karena kandungan tar dalam gas produk tidak ada masalah untuk pemanasan
langsung, dan kedua, karena penanganannya lebih mudah. Untuk unit pemanasan
langsung udara digunakan sebagai agen gasifikasi. Untuk skala yang lebih besar
16
memerlukan operasi otomatis dan keramik atau bahan yang tahan panas yang sering
digunakan. Sistem yang paling sederhana terdiri dari gasifier diikuti oleh siklon yang
panas dan pembakar gas panas. pada jenis reaktor gas produser dipasok ke burner
pada suhu 300-800°C. Pengeluran sistem burner harus dikonversi atau diganti.
Tingkat debu dalam gas produser mungkin dua atau tiga kali lebih besar dari standar
emisi, karena pelarutan terjadi selama proses pembakaran. Emisi gas tidak menjadi
masalah karena biomassa memiliki belerang dan klor dalam konten rendah.
Komposisi gas produk yang didinginkan sangat mirip dengan nilai yang diberikan
dalam Tabel 2, dengan pengecualian untuk hidro karbon. Persentase CH4 dan senyawa
yang lebih tinggi bisa sampai 10% volume dari pada CO dan H2. Akibatnya gas
dengan kepadatan energi yang lebih tinggi diperoleh. Namun demikian, sistem
kondensasi ter, bersama-sama dengan partikel debu, dapat mengakibatkan
penyumbatan pada pipa. Countercurrent moving bed menerima biomassa dengan
spesifikasi yang agak lebih luas daripada reaktor cocurrent. Dalam unit komersial
limbah kayu untuk gasifikasi memiliki dimensi dari 10 hingga 100 mm, kadar air
hingga 40% (basis basah). dan berat abu 2% (basis kering). Jika kadar air tinggi
akibatnya suhu reaktor menjadi rendah, untuk itu O2 dapat ditambahkan ke agen
gasifikasi (Hummels IEP dan Funk, 1980). Pada proses operasi terak dengan O2 juga
mungkin terbentuk (Fisher et al, 1976). Gasifier Countercurrent kurang sensitif
terhadap penyaluran daripada jenis cocurrent. Pengembangan untuk gasifier saat ini
sedang dilakukan secara komersial. itu bertujuan untuk meningkatkan kinerja operasi
(Jackson, 1982; Sirois dan perhitungannya Houn, 1985). Fluidized bed gasifier cocok
untuk jenis biomassa apa saja, seperti serbuk gergaji, serutan, sekam, dan serbuk
sabut. jerami dengan kadar air tinggi, hingga 50% berat (basis basah) dan partikel
yang memiliki ukuran luas dapat diterima; Kandungan abu hingga 20% juga diterima,
kecuali mengandung komponen yang mudah mencair. Gas produksi dari cocurrent
moving bed mengadung tar, tetapi lebih sedikit dibanding gas dari countercurrent
moving bed. Pada suhu 800oC, merupakan kelemahannya . Karena sistem kontrol
yang rumit, tempat fluidized bed digunakan untuk unit skala medium dan skala
besar. Pembangunan diarahkan pada desain unit yang lebih murah (Moreno dan
Goss,1983). Sistem yang digunakan disajikan dalam Table 3, adalah Fluid Bed
dengan sirkulasi cepat juga dikembangkan untuk batubara. Akumulasi adalah daur
17
ulang bed melalui siklon dan didapatkan pengeluaran yang lebih tinggi per unit
volume dari reaktor.
BAB III
KESIMPULAN
18
1. Gasifikasi biomassa merupakan teknologi lama yang sekarang menjadi perhatian
sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar konvensional saat
ini. Gasifikasi ini merupakan konversi dari biomass padat (kayu, arang kayu,
sekam padi, dsb) secara termokimia yang kemudian menghasilkan gas yang
memiliki sifat mudah terbakar yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar
pada motor pembakaran.
2. Tipe reaktor gasifikasi yang diterapkan itu adalah moving bed dan fluidized bed.
3. Gas biomas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Sebagai bahan bakar,
gas biomas mempunyai pemanfaatan yang cukup luas, antara lain untuk
a. memasak,
b. menggerakkan turbin gas,
c. menggerakkan motor bakar dalam,
d. sebagai bahan bakar pada ketel uap,
e. serta untuk penerangan.
4. Pada penerapan teknologi gasifikasi biomas untuk pembangkit listrik melalui
teknologi turbin gas maupun dengan motor bakar dalam, gas dari reaktor harus
dibersihkan dahulu agar dapat digunakan dengan baik tanpa merusak atau
mengurangi kinerja peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abril, P.L.(1985). ‘Fully automatic wood gasifier with associated burner’, in
CSIR
19
Babu, S.P (1980). ‘Non catalytic fluidized bed hydroconversion of biomass to
SNG’ ,in IGT, 136-387
Beenackers, A.A.C.M., and van Swaaij, W.P.M.(1984). ‘Gasification of
biomass, a state of the art review’ in : A.V. Bridgewater (ed.).
Thermochemical Processing of Biomass, But-terworth, London.
Beijer Institute (ed.)(1985). ‘producer gas conference 1985, The Beijer
Institue, Stockholm.
Bickle, R.S., Edwards, A.J., and Moss, G.(1982) In W. Palz and G. Grassi
(eds.), Energy from Biomass, vol.2, p.43, Reidel Dordrecth, The
Netherlands.
Bircher, K.G. (1982). Economics of an 80 MM btu/hr wood gasifier
installation, IGT.
Blomkvits, G. (1982). Swedish gasification reasearch and development at RIT,
in Strub, E., et al., 896,918.
Bridgewater, A.V. (1984). Thermochemical processing of Biomass,
Butterworths, London.
Chrysostome, G. And Lamsle, J.M. (1982). ‘Pressurized oxygen blown
fluidized bed gasifier’,EEC, 28,49.
CSIR, (1985). Proceedings of Symposium on Forest Products Research
International. Pretoria, South Africa. Council for Scientific Research
(April 1985).
Dennetiere, A. (1977). Developpment de moteurs diesel/gaz fonctionnant avec
du gaz pauvre de gazogenes at avec d’autres gaz, 12th Int. Congress on
Combustion Engines, Tokyo, Japan.
Dubois, P. (1982). Pressurized wood gasification with oxygen or electrical
heating, IGT, 763,775.
ECC 3 (1985). International Conference on Biomass (1985: Venice). Energy
from Lbiomass: 3er E.C Conference, W. Plaz, J. Coombs and D.O Hall
(eds.). Elsevier Applied Science Publishers, London.
Engstrom, F., and Ahlstrom, O (1980). Pyroflow, a circulating fluid bed
reactor for Biomass, IGT, 555, 567.
Feldmen, M.F. (1981). Steam gasification of wood in a MSFB gasifier, IGT,
529,548.
20
Fisher, F., and Gwosdz, J. (1921). Kraftgas, Theorie und Vergasung fester
Brennstoffe.Spamer, Leipzig, Germany.
Fisher, T.F., Kasbohm. M.L., and Reviro, J.R. (1976). The Purox system,
Chemical Engineering Progress, 75-79.
Foley, G., and Barnard, G. (1983). Biomass Gasification in Developing
countries, Earthscan, London.
Franken, G., Adlhock, W., and Koch, W. (1980). Chem.Ing.Techn. 52, 324.
Furlong, L.E (1979). Catalytic coal Gasification, Exxon Research and
Enggineering Co., Baytown , Texas.
Groeneveld, M.J. (1980). The cocurrent moving bed gasifier, Ph.D. Thesis,
Twente University of Technlogy, The Netherlands.
Groeneveld, M,j., van Amerongen, J., and Hos, J.J (1985). Production of tar-
free gas in an annular cocurrent moving bed gasifier, CSIR.
Groeneveld, M.J., Gellings, P.E and Hos, J.J (1983). Production of a tar-free
gas in an annular cocurrent moving bed gasifier, IGT, 433,450.
Helmstetter, A.J. (1978). A technical and economical evaluation of the
Baltimore Landguard demonstration, Proc. National Waste Processing
Conf., ASME(Am. Soc. Mech. Eng.), Chicago.
Hoogendoorn, J.C. (1976) Coal gasification at Sasol, In; D.M. Considine (ed),
Energy Technology Handbook, pp.1/285-1/296, McGraw Hill, New
York.
Hos, J.J., and van Swaaij, W.P.M (1982). Gasification of solid wastes with a
coccurrent moving bed reactor, IGT, 333,351.
Hos, J.J., and van Swaaij, W.P.M (1982). Gasification of solid wastes with a
coccurrent moving bed reactor, IGT, 631,645.
Hummelsiep, H., and Funk, H.(1980). Gasification of solid waste linked with
purification IGT, 721, 737.
Igarashi, M. (1984). Pyrolysis of municipal solid wasted Japan. Transactions
of the ASME, vol.106, p.377.
IGT (1980). Symposium: Energy from Biomass and Wastes IV (Buena Vista).
Institue of Gas Technology, Chicago.
IGT (1981). Symposium: Energy from Biomass and Wastes V (Buena Vista).
Institue of Gas Technology, Chicago.
21
IGT (1982). Symposium: Energy from Biomass and Wastes VI (Buena Vista).
Institue of Gas Technology, Chicago.
IGT (1983). Symposium: Energy from Biomass and Wastes VII (Buena Vista).
Institue of Gas Technology, Chicago.
IGT (1984). Symposium: Energy from Biomass and Wastes VIII (Buena
Vista). Institue of Gas Technology, Chicago.
Jackson, J.F. (1982). Design, Commecial Operation and Costs of Two 25
Million btu/hr Air Blown Gasifiers. IGT, 721, 737.
Jaster, K.W. (1985) Modern Development in Fixed Bed and Fluid Bed
Gasification, CSIR.
Klass, D.L. (1980) Energy From Biomass and Wastes, 1979 Updated, IGT,
1,41.
Lancet, M.S., and Curren, G.P (1982). US patent 139915, Conoco, 15-6-1982
Lammers, Schulze, P (1985). Environmental aspects of the gasification of
biomass, EEC 3, 874-878.
Lindner, C., and Reimert, R. (1982). In: W. Palz and G. Grassi (eds.), Energy
from biomass, vol.2, p.115.Reidel, Dordrecht, The Netherlands.
Mahin, D.B. (1984). DownDraf gasifier-engine systems, Bioenergy Systems
Report Series, Front Royal, Virginia, USA.
Meunier, J. (1962). Vergasung fester Brennstoffe and oxydatieve Umwandlung
von Kohlenwassertoffen. G. Thieme Verlag, Stuttgart, FRG.
Moreno, F.E., and Goss, J.R. (1983). Fluidized bed gasification of high ash
agricultural wastes, IGT, paper 24.
Rambush, N.E. (1923). Modern Gasproducers, Benn Brothers, London.
Reed, T.B. (1979), (1980). A Survey of Biomass Gasification, SERI TR-33-
239, 3 vols., Golden, CO.80401.
Rock, K.L. (1982). Production of Methanol from Mixed Synthesis gas derived
from wood and natural gas, IGT 737, 763.
Schlapfer, P., and Tobler, J. (1937). Theoretische und Praktische
Untersuchungen ber den Betrieb von Motorfahrzeuge mit Holzgas,
Selbstverlag der Gesellschaft, Bern, Switzerland.
SERI. (1979). Generatorgas: the Swedish experience from 1939-1945, Solar
Energy Research Institute SP-33-140, Golden CO, USA.
22