Energi Biomassa Perdesaan

9
Energi Biomassa Perdesaan Oleh: Parjoko Midjan 1 Ketika datang ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, sempat bertemu dengan Kepala Sekolah Advent Sogokmo, Distrik Asolokobar, yang meminta agar desanya dijenguk oleh orang Pusat. Perjalanan dengan sepeda motor dari Wamena, memerlukan waktu sekitar 45 menit melalui jembatan yang hilang karena diterjang longsoran batu pasir, dan sampailah kami di Desa Sogokmo, yang berudara dingin, dan masih belum ada listrik. Penduduk tinggal di honai yang gelap penuh asap dari kayu api yang dibakar malam hari untuk menghangatkan ruangan. Di tengah desa, ada aliran sungai kecil yang mengalir bergemericik sepanjang tahun. Mereka hidup dari pertanian yang sengaja dibatasi luas tanamnya karena ubi yang dihasilkan harus segera dikonsumsi. Banyak sapi di desa milik Sekolah Advent yang dibiarkan lepas di padang rumput mencari makan sendiri. Penduduk Desa Sogokmo sendiri belum banyak yang mempunyai ternak. Dari pertemuan dengan masyarakat, yang memerlukan penterjemahan dari bahasa Papua ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya, banyak harapan yang disampaikan oleh penduduk, seperti rumah sehat, penerangan, bantuan usaha ekonomi dan transportasi. Bertolak dari harapan masyarakat itu, munculah gagasan untuk uji coba listrik mikro- hidro yang pernah juga dicoba oleh Sekolah Advent namun tidak berjalan, dan pemanfaatan biomassa untuk menghasilkan biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak, memanaskan ruangan, penerangan dan juga pengeringan bahan pangan untuk tujuan pengawetan dan pengolahan menjadi produk pangan lainnya yang dapat lebih lama disimpan. Delegasi RI dari Kementerian Pertanian, Kementeriaan Koordinator Bidang Kesra dan pengusaha di bidang biogas dan biomassa (Juli 2010)

description

Refleksi pengalaman mengikuti ASEAN Workshop Energi Biomassa di Suzhou, China (Juli 2010) dan mencoba mengaitkannya dengan kebutuhan energi untuk perdesaan di daerah Pegunungan Tengah Papua, yang masih belum tersentuh listrik dan masih menggunakan kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.

Transcript of Energi Biomassa Perdesaan

Page 1: Energi Biomassa Perdesaan

Energi Biomassa Perdesaan

Oleh: Parjoko Midjan 1

Ketika datang ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, sempat bertemu dengan

Kepala Sekolah Advent Sogokmo, Distrik Asolokobar, yang meminta agar desanya

dijenguk oleh orang Pusat. Perjalanan dengan sepeda motor dari Wamena, memerlukan

waktu sekitar 45 menit melalui jembatan yang hilang karena diterjang longsoran batu

pasir, dan sampailah kami di Desa Sogokmo, yang berudara dingin, dan masih belum ada

listrik. Penduduk tinggal di honai yang gelap penuh asap dari kayu api yang dibakar

malam hari untuk menghangatkan ruangan. Di tengah desa, ada aliran sungai kecil yang

mengalir bergemericik sepanjang tahun. Mereka hidup dari pertanian yang sengaja

dibatasi luas tanamnya karena ubi yang dihasilkan harus segera dikonsumsi. Banyak sapi

di desa milik Sekolah Advent yang dibiarkan lepas di padang rumput mencari makan

sendiri. Penduduk Desa Sogokmo sendiri belum banyak yang mempunyai ternak.

Dari pertemuan dengan masyarakat, yang memerlukan penterjemahan dari bahasa

Papua ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya, banyak harapan yang disampaikan oleh

penduduk, seperti rumah sehat, penerangan, bantuan usaha ekonomi dan transportasi.

Bertolak dari harapan masyarakat itu, munculah gagasan untuk uji coba listrik mikro-

hidro yang pernah juga dicoba oleh Sekolah Advent namun tidak berjalan, dan

pemanfaatan biomassa untuk menghasilkan biogas yang dapat dipergunakan untuk

memasak, memanaskan ruangan, penerangan dan juga pengeringan bahan pangan untuk

tujuan pengawetan dan pengolahan menjadi produk pangan lainnya yang dapat lebih

lama disimpan.

Delegasi RI dari Kementerian Pertanian, Kementeriaan Koordinator

Bidang Kesra dan pengusaha di bidang biogas dan biomassa (Juli 2010)

Page 2: Energi Biomassa Perdesaan

Pendalaman mengenai energi biomassa, mempertemukan kami dengan para pakar dan

pengusaha yang memproduksi digester biogas dari fibreglass. Harganya cukup terjangkau

tetapi jika ditambah dengan ongkos kirim ke Sogokmo yang harus menggunakan pesawat

terbang dari Jayapura, dan ditambah biaya teknis pemasangan dan pelatihannya,

menjadi besar juga biaya yang diperlukan. Dari komunitas biogas ini, kami mendapat

kesempatan untuk mengikuti Forum Energi Biomassa Ketiga, ASEAN+3 (China, Jepang,

Korea) yang disponsori oleh Pemerintah China bekerjasama dengan Asian Development

Bank (ADB), diselenggarakan pada bulan Juli 2010 di Suzhou, Provinsi Jiansu, RRC.

Banyak Belajar dari China

Energi biomassa adalah salah satu bentuk dari energi terbarukan. Bentuk energi

terbarukan lainnya yang sudah banyak dikembangkan adalah energi air, surya, angin, dan

panas bumi. Akan tetapi air, surya dan angin, sangat dipengaruhi oleh waktu dan

keadaan sehingga sulit dipergunakan secara optimal.

Hal serupa juga terjadi di China. Selama ini Pemerintah RRC secara umum lebih mengarah

pada pengembangan energi terbarukan terutama dari tenaga angin, surya dan air, dan

kurang memperhatikan potensi sumber daya biomassa (limbah yang dihasilkan dari

pertanian dan peternakan). Baru sejak tahun 2005, Pemerintah RRC berinisiatif dan

bersemangat untuk memenuhi kesenjangan kebutuhan energi perdesaan-perkotaan

melalui proyek energi biomassa dan ternyata cukup berhasil di tingkat rumah tangga,

namun pada skala industri, sedikit-banyak mengalami kegagalan karena kendala

teknologi dan biaya. Unit pengolah skala industri ini diperlukan karena energi biomassa

perdesaan tidak cukup memiliki kapasitas untuk memanfaatkan sumber daya biomassa

yang banyak tersedia.

Energi merupakan masalah krusial di RRC, yang dikenal sebagai produsen sekaligus

konsumen energi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Kebutuhan energi RRC

sebagian besar berasal dari batubara dan minyak, akan tetapi masih ada hampir 50% dari

200 juta rumah tangga perdesaan RRC pada tahun 2008 yang mengandalkan kayu bakar

dan berbagai limbah pertanian untuk memanaskan rumah dan memasak makanan, suatu

kondisi serius yang membahayakan lingkungan dan kesehatan.

Sejalan dengan kebijakan Pemerintah RRC yang terus membangun untuk menanggulangi

kemiskinan, maka kebutuhan akan energi bagi industri dan rumah tangga di perkotaan

dan pedesaan akan terus bertambah. Salah satunya adalah untuk memenuhi energi bagi

kendaraan pribadi penduduk RRC yang meningkat lebih dari dua kali lipat dalam lima

tahun terakhir, dari 300.000 pada tahun 1980 menjadi lebih dari 46 juta pada tahun

2009. Selain kebutuhan energi, meningkat pula kebutuhan akan pangan dan barang-

barang elektris lainnya yang untuk memenuhinya diperlukan upaya lebih keras untuk

mengolah sumber daya alam dan meningkatkan produktivitas usaha pertanian. Namun

kedua hal terakhir ini ternyata menghasilkan limbah atau residu yang jika tidak diolah,

selain akan kehilangan potensi ekonomisnya juga bersifat racun bagi lingkungan.

Menurut sebuah studi di RRC (2007), pada tahun 2003, sebanyak 20% dari total emisi gas

rumah kaca yang mempengaruhi perubahan iklim, berasal dari limbah pertanian yang tak

terolah di ladang dan lahan peternakan.

Page 3: Energi Biomassa Perdesaan

Untuk mengembangkan energi biomassa perdesaan, Pemerintah RRC menetapkan

Undang-undang Energi Terbarukan Tahun 2006, dan menargetkan pada tahun 2010

sebesar 10% dari total konsumsi energi RRC berasal dari energi terbarukan, dan menjadi

sebesar 15% pada tahun 2020.

Energi yang Lebih Bersih, Lingkungan yang Lebih Baik, dan Pendapatan yang Lebih

Tinggi

Energi Biomassa memiliki potensi besar untuk mengatasi dua tantangan pembangunan

yang paling mendesak bagi RRC, yaitu: kemiskinan di perdesaan dan kerusakan

lingkungan. Dengan memanfaatkan sumber daya yang terbuang tetapi berharga, energi

biomassa memungkinkan adanya: (i) peningkatan akses perdesaan terhadap energi, (ii)

pelestarian lingkungan, dan (iii) pembangunan perdesaan.

Peningkatan akses perdesaan terhadap energi sangat mungkin untuk dipenuhi dari energi

biomassa perdesaan yaitu untuk mengatasi keterbatasan pasokan listrik yang walaupun

98% rumah tangga perdesaan RRC sudah terjangkau listrik, namun masih ada kebutuhan

masyarakat akan energi untuk pemanas ruangan dan memasak. Sementara itu, masih

ada 2% lainnya (30 juta orang) penduduk perdesaan RRC yang masih mengandalkan

lampu minyak untuk penerangan. Pada tahun 2007, hanya 30% konsumsi energi

perdesaan berasal dari sumber listrik komersial dari batubara dan LPG, atau hanya

sebesar 3% dari total konsumsi energi nasional. Pemerintah RRC berniat secara agresif

mengembangkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi perdesaan.

Pelestarian lingkungan menjadi sangat penting di RRC yang secara luas diketahui

kondisinya mengkhawatirkan. Pengembangan industri biomassa secara ekonomis dan

lingkungan sangat menguntungkan. Selain lingkungan terbebas dari limbah pertanian,

rumah dan tangga dan juga industri akan memperoleh manfaat dari sistem konversi

Kotoran ternak

Pakan ternak

Biogas

Pupuk

Organik

Pertanian

Memasak Lampu

ENERGI BIOMASSA PERDESAAN

Page 4: Energi Biomassa Perdesaan

biomassa yang berkaraktersitik: “mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur-

ulang”. Diperlukan adanya subsidi dan insentif pajak untuk menarik pihak swasta

berinvestasi dalam pengembangan energi biomassa yang modern. Selain itu, pengetatan

standar emisi dan pembuangan limbah dapat memacu industri untuk membuat sistem

konversi energi biomassa yang terpadu di site-plan-nya.

Pembangunan perdesaan akan dipacu dengan pengembangan industri energi biomassa

melalui penggunaan biomassa di ladang petani untuk pasokan sistem biomassa rumah

tangga petani sendiri, atau dijual kepada unit energi biomassa skala industri. Penggunaan

sistem biomassa rumah tangga petani, akan menghasilkan biogas yang dapat

dipergunakan memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, yang berarti menghemat

biaya untuk energi. Petani juga dapat menghemat biaya kesehatan dan hilangnya

produktivitas sebagai akibat dari efek samping pencemaran udara baik di dalam maupun

di luar ruangan yang berasal dari tungku tradisional atau pembakaran limbah pertanian

secara terbuka. Petani juga menghemat dan bahkan memperoleh pendapatan dari pupuk

organik sebagai produk sampingan dari proses konversi biogas. Pupuk berkualitas tinggi

berbentuk seperti lumpur dapat diaplikasikan langsung pada tanaman, yang berarti

menghemat biaya pupuk komersial selain meningkatkan hasil panen. Tambahan

pendapatan tersebut memungkinkan petani dapat berinvestasi pada peningkatan

kualitas hidupnya baik pendidikan, kesehatan, perumahan maupun aset fisik dan sosial

lainnya.

Selain menggunakan limbah pertanian, energi biomassa juga berpeluang untuk

memproduksi bahan bakar energi alternatif seperti bio-etanol dan bio-diesel, yaitu

dengan membudidayakan tanaman yang bukan tanaman pokok (jarak, nyamplung,

singkong, dan lain-lain), yang berpotensi tinggi untuk dikonversi menjadi bahah bakar

alternatif.

Merujuk pada laporan Proyek Efesiensi Pemanfaatan Limbah Pertanian yang didanai

ADB, diketahui ada 3 manfaat yang diperoleh dari sistem energi biomassa perdesaan.

Dari tahun 2005-2009, dengan investasi sebesar US$ 33,1 juta, telah dapat dipasok energi

yang bersih kepada 34.080 rumah tangga di 145 desa, di 4 provinsi RRC. Selain itu juga

telah mengurangi emisi karbondioksida sebesar 84.429 ton setiap tahunnya, serta

mengangkat 9.000 rumah tangga dari kemiskinan. Berdasarkan asesmen lainnya yang

dilakukan oleh Universitas Pertanian China pada bulan Mei 2008, diketahui bahwa

pendapatan rumah tangga penerima manfaat naik sebesar 86%, konsumsi kayu bakar

menurun sebesar 61% dan batu bara sebesar 30%, berkurangnya waktu yang

dipergunakan oleh perempuan untuk pekerjaan rumah tangga sebesar 40%, serta kondisi

sanitasi dan kesehatan rumah tangga yang meningkat secara substansial.

Sumber Daya Biomassa, Teknologi dan Hambatan

Sebagai negara pertanian, RRC memiliki sumber daya biomassa dalam jumlah besar di

berbagai daerah, yang berasal terutama dari kotoran ternak dan limbah tanaman. Pada

tahun 2005, tersedia sejumlah kotoran ternak yang mampu memenuhi 28% kebutuhan

energi rumah tangga perdesaan, namun hanya 12% kotoran ternak rumah tangga yang

dipergunakan untuk energi, dan hanya 0,5% kotoran hewan industri peternakan yang

dipergunakan untuk energi. Untuk limbah tanaman, diperkirakan hanya 0,4% dari jumlah

jerami yang dipergunakan dalam sistem energi terbarukan. Menurut China Statistical

Page 5: Energi Biomassa Perdesaan

Yearbook 2009, diperkirakan tahun 2008 tersedia kotoran ternak yang dapat memenuhi

30% dari kebutuhan energi rumah tangga perdesaan.

Pemerintah RRC dengan bersemangat mengembangkan industri energi biomassa

perdesaan, dan telah meningkatkan produksi biogas rumah tangga sebesar 340% dari

tahun 2000 ke tahun 2008. Ada 15 teknologi yang dapat mengkonversi sumber daya

biomassa menjadi panas, listrik, bahan bakar padat, bahan bakar cair (etanol, biodiesel,

dan lain-lain), dan bahan bakar gas (biogas, bahan bakar gas biomassa,

hidrogen). Ditinjau dari segi lingkungan, sosial dan ekonomi, ada enam teknologi yang

mempunyai peringkat tinggi untuk diaplikasikan yaitu: (i) sistem biogas rumah tangga

perdesaan, (ii) unit biogas ukuran sedang dan besar, (iii) bahan bakar briket/pelet jerami,

(iv) listrik dari jerami, (v) gasifikasi tanaman berjerami, dan (vi) bioetanol dan biodiesel.

Teknologi yang lebih canggih akan dikembangkan melalui penelitian dan uji coba agar

dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan energi

perdesaan dan dan juga kebutuhan energi nasional.

Hambatan yang dialami oleh Pemerintah RRC dalam pengembangan energi terbarukan

melalui pemanfaatan biomassa meliputi masalah pembiayaan, faktor operasional dan

peraturan terkait dengan lingkungan. Memang rumah tangga miskin memperoleh

manfaat dari digester biogas, akan tetapi teknologi ini masih terlalu mahal tanpa adanya

subsidi yang cukup besar dari pemerintah di samping dukungan lainnya. Di lain pihak,

sistem berskala besar terhambat oleh mahalnya peralatan yang harus diimpor dan

lemahnya kerjasama dengan petani lokal dalam memperoleh biomassa untuk pasokan

unit konversi biogas. Belum adanya regulasi tentang lingkungan terkait dengan

pengembangan energi biomassa, dan lemahnya penegakan standar lingkungan seperti

larangan pembakaran di ladang dan pembuangan air limbah, ikut berkontribusi pada

hilangnya peluang dalam mengkonversi limbah pertanian menjadi energi terbarukan.

Strategi Pencapaian Tujuan 2020

Sebagaimana amanat Undang-undang Energi Terbarukan Tahun 2006, Pemerintah RRC

menargetkan bahwa pada tahun 2020 sebesar 15% dari total konsumsi energi RRC

berasal dari energi terbarukan. Sejalan dengan kebijakan nasional tentang pembangunan

dengan emisi karbon rendah, maka pengembangan energi biomassa perdesaan menjadi

pilihan yang layak. Pemerintah RRC bekerjasama dengan ADB menyusun strategi yang

holistik meliputi instrumen kebijakan, pengaturan kelembagaan, dan investasi keuangan

yang sangat penting untuk kemajuan energi biomassa perdesaan di RRC tahun 2020.

Diperkirakan diperlukan investasi sebesar US$ 61,1 miliar sampai tahun 2020, dengan

76% dana ditujukan untuk rumah tangga sasaran di perdesaan, sebesar 4% untuk proyek

pembangkit biogas skala industri, dan 20% untuk produksi bahan bakar cair dan

pembangkit listrik. Tambahan sekitar US$ 221,5 juta diperlukan untuk penelitian,

pengembangan, dan uji coba. Diharapkan, masyarakat perdesaan RRC pada tahun 2020

dapat menikmati energi yang lebih bersih, lingkungan yang lebih baik, dan pendapatan

perdesaan yang lebih tinggi.

Page 6: Energi Biomassa Perdesaan

Konsensus Suzhou

Berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh China dalam pengembangan energi

terbarukan khususnya energi biomassa dan rencana pengembangannya, diinformasikan

dan dibahas dalam Forum Energi Biomassa Ketiga ASEAN+3 (China, Jepang dan Korea)

yang memfokuskan pada pertukaran dan kerjasama pengembangan energi biomassa

perdesaan serta konservasi energi dan pengurangan emisi, dan berhasil mencapai

konsensus sebagai berikut:

• Mendorong pemerintah untuk meningkatkan dukungan dalam pengembangan dan

pemanfaatan energi biomassa perdesaan, mengurangi emisi gas rumah kaca dan

memfasilitasi pembangunan perdesaan. Khususnya dalam melakukan upaya yang

efektif dan berkesinambungan untuk meningkatkan kebijakan, dukungan keuangan

dan kelembagaan guna pengembangan dan pemanfaatan teknologi, serta

pengembangan industrialisasi energi biomassa perdesaan, dan secara bersama-sama

meningkatkan dan memperluas pengembangan energi biomassa di daerah perdesaan

guna mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung pembangunan perdesaan.

• Membentuk mekanisme yang efektif jangka panjang untuk pertukaran dan kerjasama

dalam teknologi dan peralatan energi biomassa. Menjadikan Forum ini sebagai

wahana untuk meningkatkan dialog dan komunikasi antara pemerintah, perusahaan

dan lembaga-lembaga penelitian ilmiah, untuk bersama-sama membahas cara,

pendekatan dan langkah khusus untuk meningkatkan dan memperdalam kerjasama,

dan secara aktif memfasilitasi para pihak untuk melakukan kerjasama substansial.

• Mempromosikan perumusan rencana pembangunan jangka menengah dan jangka

panjang untuk pengembangan energi biomassa perdesaan. Melalui pembahasan

serius, para pihak sepakat untuk mendesak pemerintah masing-masing untuk

merumuskan rencana jangka menengah dan jangka panjang pengembangan energi

biomassa perdesaan, memfasilitasi pengembangan siklus ekonomi di daerah

perdesaan, dan secara bertahap meningkatkan pengembangan industrialisasi

teknologi dan peralatan energi biomassa.

• Melanjutkan peningkatan pengembangan kapasitas dan kerjasama di bidang energi

biomassa perdesaan. Melakukan upaya mempromosikan pengembangan sumber

daya manusia, serta pertukaran teknik dan informasi teknologi energi biomassa dan

manajemen. Proyek-proyek kerjasama penelitian, pusat kerjasama penelitian, proyek

percontohan serta berbagai landasan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi

internasional lainnya, perlu dimanfaatkan untuk bersama-sama mengembangkan

sumber daya manusia spesialis berkualitas tinggi dalam kerjasama di industri energi

biomassa perdesaan.

• Meningkatkan lebih lanjut kerja sama investasi dalam energi biomassa

perdesaan. Perusahaan yang relevan didorong dan didukung untuk memanfaatkan

teknologi dan peralatan energi biomassa perdesaan untuk mendemonstrasikan dan

mempromosikan teknologi di negara-negara ASEAN dan membangun basis-basis

produksi energi biomassa perdesaan.

• Mempromosikan peningkatan inisiatif pengembangan energi biomassa serta

keberlanjutan produk energi biomassa dan kelestarian lingkungan.

Page 7: Energi Biomassa Perdesaan

Konsensus tersebut akan disampaikan kepada Rapat Khusus Pejabat Senior pada

Pertemuan Kesembilan Kementerian Pertanian dan Kehutanan ASEAN+3 (Special SOM-9th

AMAF Plus Three) yang akan diselenggarakan pada awal Agustus tahun 2010.

Perdesaan Indonesia?

Bagaimana mengaplikasikan energi biomassa di perdesaan Indonesia? Kami sengaja

menyoroti Desa Sogokmo, Kab. Jayawijaya, yang terletak di provinsi yang IPM-nya

termasuk terendah di Indonesia, terpencil dari segi transportasi (hanya dapat dicapai

dengan pesawat terbang dari Jayapura), dan masih lekat dengan adat istiadat budaya

setempat. Kondisi lingkungan dan sanitasi di desa ini memerlukan sentuhan khusus

termasuk pembinaan usaha ekonomi perdesaan yang sebagian besar dari usaha

pertanian.

Masyarakat Desa Sogokmo, Wamena, Kab. Jayawijaya, Papua berkumpul untuk

berembug berupaya memajukan desa dan warganya (Desember 2009)

Page 8: Energi Biomassa Perdesaan

Mama Desa Sogokmo menyampaikan pandangan untuk memajukan kehidupan

perempuan dan anak di Desa Sogokmo (Desember 2009)

Pengenalan sistem energi biomassa perdesaan di Sogokmo dapat bersumber dari kotoran

ternak sapi dan lainnya, yang biogasnya dapat dipergunakan untuk memasak,

memanaskan honai secara sehat, serta untuk lampu penerangan sehingga masyarakat

dapat beraktivitas produktif di malam hari seperti mengerjakan kerajinan anyam-

anyaman yang sudah menjadi keahlian warga setempat. Biogas juga dapat dimanfaatkan

untuk memanaskan oven yang dapat dipergunakan untuk mengeringkan bahan pangan

sehingga berdaya simpan lama, atau kemudian diolah menjadi bentuk pangan lainnya.

Pupuk organik sebagai hasil sampingan dapat dipergunakan di kebun untuk

meningkatkan produktivitas tanaman.

Keberadaan Sekolah Advent di Sogokmo mempunyai arti strategis karena pembelajaran

di samping untuk penduduk perdesaan sekaligus juga diarahkan kepada para pelajar yang

tinggal di asrama sekolah. Namun diperlukan adanya perubahan cara beternak dan

bertani serta perubahan gaya hidup yang memerlukan waktu lama. Oleh karena itu,

pendampingan dan pemberdayaan yang dilakukan harus multi-years dan

berkesinambungan. Organisasi keagamaan, berpotensi untuk berperan serta dalam

pendampingan masyarakat.

Page 9: Energi Biomassa Perdesaan

----------

1 Asisten Deputi Urusan Kesempatan Kerja Perempuan dan Ekonomi Keluarga,

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Referensi:

• Qingfeng Zhang, et al. Rural Biomass Energy 2020, People’s Republic of China. Asian

Development Bank, 2010.

• Bahan-bahan Forum Energi Biomassa Ketiga ASEAN+3 di Suzhou, China, 2010.