Biomassa Mangrove

24
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau. Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif.Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia

description

untuk anda

Transcript of Biomassa Mangrove

Page 1: Biomassa Mangrove

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup

di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove

seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang

kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai

mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove

dikelilingi oleh air garam atau air payau.

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari

atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub

tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di

antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan

membentuk hutan yang ekstensif dan produktif.Karena hidupnya di dekat pantai,

mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau,

atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan

nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp.

Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara

bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah

baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah

pantai.

Berkaitan dengan penggunaan istilah mangrove maka menurut FAO

(1982) : mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan

yang tumbuh di daerah pasang surut. Istilah mangrove merupakan perpaduan dari

dua kata yaitu mangue dan grove. Di Eropa, ahli ekologi menggunakan istilah

Page 2: Biomassa Mangrove

2

mangrove untuk menerangkan individu jenis dan mangal untuk komunitasnya.

Hal ini juga dijelaskan oleh Macnae (1968) yang menyatakan bahwa kata

nmangrove seharusnya digunakan untuk individu pohon sedangkan mangal

merupakan komunitas dari beberapa jenis tumbuhan.

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan

hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau,

dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu

tergenang oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan

untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di

rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari

bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk

kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas,

arang). 

Wilayah mangrove dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan khas mangrove,

terutama jenis-jenis Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan

Acrostichum (Soerianegara,1993). Selain itu juga ditemukan jenis-jenis

Lumnitzera, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Nybakken, 1986; Soerianegara,

1993). Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan

keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan

dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan

mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai

penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya sebagai

penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan. Selain itu,

tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi hewan-

Page 3: Biomassa Mangrove

3

hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan

pertumbuhan dari banyak organisme epifit (Nybakken.1986).

Secara umum komunitas hutan, termasuk hutan mangrove memiliki

karakteristik fisiognomi yaitu dinamakan sesuai dengan jenis yang dominan

berada di suatu kawasan. Misalnya di suatu kawasan hutan mangrove yang

dominan adalah jenis Rhizophora sp maka hutan tersebut dinamakan hutan

mangrove Rhizophora. 

I.2 Tujuan

Untuk mengetahui dan menghitung produksi serasah yang dihasilkan

hutan mangrove dalam jang waktu per hari dan per bulan. Menghitung kerapatan

nisbi dan frekuensi mutlak di lokasi pratikum dan juga untuk mengetahui

populasi dari jenis – jenis tumbuhan yang tumbuh di lokasi diadakannya

praktikum karena tumbuhan yang hidup di pesisir perairan juga dapat dijadikan

indicator terhadap kondisi perairan.

I.3 Manfaat Pratikum

Adapun manfaat dari melaksanakan praktikum ini adalah agar dapat

memberikan suatu gambaran mengenai kondisi perairan dan juga mengetehui

populasi – populasi tumbuhan apa saja yang hidup di sekitar lokasi praktikum.

Selain itu kita juga dapat mengetahui berapa banyak serasah yang dihasilkan oleh

komunitas tumbuhan hutan mangrove.

Page 4: Biomassa Mangrove

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting sebab

produktivitasnya tinggi, menghasilkan sejumlah besar zat organik tersedia sebagai

makanan organisme lain. Partikel-partikel organik sekitar 80 % mengalir keluar

dari rawa bakau dan 50 % daripadanya berasal dari dalam bakau (Bengen,2001).

Biomass dari hutan dapat dihitung dengan beberapa cara menurut Ons

dalam Weber (1973) bimass dihitung dengan cara menghitung biomass yang

berada dipermukaan tanah dan biomass bawah tanah (biomass akar ).

Kotak atau jala ditempatkan dibawah tegakan pohon mangrove, mengikuti jalur

transek yang tegak lurus dari garis pantai.Pohon mangrove diidentifikasikan

jenisnya,lebih baik lagi jika diketahui umur dari masing-masing kelompok pohon

mangriove.

Dengan mengetahui umur bisa membandingkan tingkat produksi serosah

antara jenis dan tingkat umur yang berbeda.Setelah kotak atau jala dibiarkan

selama beberapa hari (7,10 atau 15 hari ) atau selama sebulan.Serosah

dikumpulkan kemudian disortir,sehingga dapat dibedakan serosah daun,ranting,

dan bunga. Serosah yang telah disortir dikeringkan dengan menggunakan alat

furnes.Untuk mendapatkan serosah kering air,serosah dimasukkan kedalam furnes

dengan suhu 20º C selama 72 jam sehingga mencapai berat konstan

(Brown,1984).

Turn over adalah adalah ratio antara produksi serosah dan standing

coop.Turn over rate adalah jumlah substansi yang keluar dan masuk dalam suatu

bagian pada periode tertentu,sedangkan turn over time adalah waktu yang

diperlukan untuk pengambilan pada suatu bagian kedalam suatu substansi

Page 5: Biomassa Mangrove

5

(Odum,1971)Untuk melihat standing coop dan turn over digunakan metode NYE

dan metode Olson dalam Bengen (2001).

Moller dalam Krebs (1985) bahwa kerapatan pohon mempengaruhi

produksi serasah.Semakin tinggi kerapatan pohon,semakin tinggi pula produksi

serasahnya,begitu juga sebaliknya semakin rendah kerapatan pohon maka semakin

rendah produksi serasahnya.Selain tingkat kerapatan,laju produksi serasah juga

dipengaruhi oleh jenis tumbuhan riparian umurnya.Jenis tumbuhan riparian yang

berbeda akan memiliki laju produksi serasah yang berbeda pula.

Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme

(tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam

suatu habitat mangrove. Mangrove merupakan ekosistem hutan yang unik karena

merupakan perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem perairan. Hutan

mangrove mempunyai peranan yang sangat penting terutama bagi kehidupan

masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya,

baik sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan)

yang biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, et al.,

2005).

Hutan mangrove di Indonesia, yang terbagi kedalam 2 (dua) zone wilayah

geografi mangrove yakni Asia dan Oseania, kedua zona tersebut memiliki

keanekaragaman tumbuhan, satwa dan jasad renik yang lebih besar dibanding

negara-negara lainnya. Hal ini terjadi karena keadaan alamnya yang berbeda dari

satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ketempat lainnya dalam

pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumberdaya hutan mangrove dan

tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem yang masing-

Page 6: Biomassa Mangrove

6

masing menampilkan kekhususan dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat di

dalamnya (Santono, et al., 2005).

Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di

suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai

dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan

sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai

yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari

genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap

garam (Santono, et al.,2005).

Page 7: Biomassa Mangrove

7

III. BAHAN DAN METODE

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ekologi Perairan dilaksanakan pada tanggal 16 April 2013

Pukul 13.00 s/d 14.45 di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan

Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

III.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah daun, ranting dan bunga

gugur yang terdapat di dalam jaring yang telah dipasang dihutan 2 minggu

sebelumnya.

Sedangkan alat yang digunakan adalah jaring dengan panjang sisi 150 cm,

oven, aluminium foil, dan timbangan elektrik.

III.3 Metode Pratikum

Metode yang digunakan adalah survey langsung ke lapangan dengan

menggunakan metode perangkap (jaring), yaitu dengan meletakkan jaring

dibawah komunitas hutan secara sebarang dan kemudian membiarkan kotak

tersebut pada lokasi praktikum selama 2 minggu dan setalah itu serasah yang

terdapat di dalam kotak tersebut dilakukan proses lanjutan di laboratorium.

III.4 Prosedur Pratikum

Prosedur praktikum ini adalah menyiapkan peralatan praktikum dan bahan

yang dibutuhkan dalam praktikum. Mencatat data – data yang diperoleh dari

pelaksanaan pratikum.

Page 8: Biomassa Mangrove

8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.1.1 Berat kering komponen serasah

Table 1. Berat Kering Komponen Serasah

Stasiun/plot (jenis

tegakan)Waktu/minggu

Komponen serasah (gr/0,25m2/hariJumlah

Daun Ranting Bunga

I A 14 13.4 3.5 0.1 17.1

II B 14 0.5 5.1 - 5.6

4.1.2 Produksi serasah

Table. 2 Produksi Serasah

Tegakan atau stasiun atau plotProduksi serasah (gr/0,25m2/hari)

Produksi serasah (gr/0,25 m2/bulan)

I A 4.275 128.25

II B 0.4 12

III C 0.028 0.48

TOTAL L = 4.703 Xss = 141.09

Maka nilai Turn Over dari biomassa hutan mangrove adalah

K = L = 4.703 =0.003 Xss 141.09

Dimana : K = Turn over

L = Produksi serasah (gr/0,25m2/hari)

Xss = Standing coop (gr/0,25 m2/bulan)

Page 9: Biomassa Mangrove

9

IV.2 Pembahassan

IV.2.1 Berat kering komponen serasah

Dari produksi serasah yang telah tersusun diatas menunjukkan produksi

rata – rata serasah dari keseluruhan tegakan atau stasiun. Ini dinamakan biomassa

atau standing coop. produksi serasah yang telah didapat menunjukkan produksi

rata – rata serasah dari keseluruhan lokasi penelitian. Hal ini akan mempengaruhi

kandungan bahan organic yang ada di suatu lingkungan khususnya perairan

disuatu lingkungan. Dengan yang tersedianya bahan organikakan mempengaruhi

kelangsungan hidup organism yang ada. Bahan organic memiliki peran penting

dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung kelangsungan hidup

suatu organisme baik organism darat maupun organisme perairan.( Santono, et

al.,2005)

Serasah yang telah didapatkan dari proses penangkaran dengan

menggunakan jaring kemudian disortir lalu dmasukkan kedalam oven selama

kurang lebih 5 menit. Setelah itu serasah ditimbang dan diperolehlah hasil berat

bersih dari pada serasah.

4.2.2 Produksi serasah

Produksi serasah adalah banyaknya serasah dalam jumlah bersih yang

diperoleh dari pada proses penangkaran serasah dalam jangka waktu tertentu.

Misalnya satu minggu atau satu bulan. Untuk menghitung jumlah produksi

serasah dapat digunakan rumus:

K = L = 4.703 =0.003 Xss 141.09

Dimana : K = Turn over

Page 10: Biomassa Mangrove

10

L = Produksi serasah (gr/0,25m2/hari)

Xss = Standing coop (gr/0,25 m2/bulan)

K = L = 4.703 =0.003 Xss 141.09

Dimana:

L= gram*Jumlah hari mengumpulkan serasah

Page 11: Biomassa Mangrove

11

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari pratikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa

pada setiap komunitas terdapat bermacam – macam populasi yang menjadi

anggota struktur komunitas tersebut.. Produksi serasah dapat mempengaruhi

tingkat kesuburan suatu kawasan perairan karna dari serasah yang yang jatuh ke

tanah dan kedalam air tersebut dapat menambah ketersedian bahan organic.

5.2 Saran

Diharapkan kepada semua pratikan dapat mengikuti semua prosedur

pratikum dengan baik, sehingga pratikum yang dilaksanakan dapat berlangsung

dengan baik. Dan juga diharapkan adanya hubungan yang baik dengan setiap

asisten agar komunikasi dalam pratikum dapat lebih intensif.

Page 12: Biomassa Mangrove

12

DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, D., 1994. Kondisi Umum Lingkungan Pantai Kelurahan Tanjung Palas Kec. Dumai TImur Kota Administrasi Dumai. Skripsi Faperika-Unri.

Harnalin, A., 2000. Keragaman Biomassa Hutan Mangrove dan Sifat-sifat Fisika-Kimia Sungai Siak di Sekitar PT. RICKRY Kodya Pekanbaru. Himp. Alumni Faperika-Unri.

Rambe, S. B. M. S., 1999. Pengaruh Serasah Dalam Pertumbuhan Tanaman. Skripsi Faperika-Unri.

Sachlan, 1980. Biomassa Hutan Mangrove. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Unri.

Sastrawijaya, A.T., 1991. Keanekaragaman Hutan. Rineka Cipta. Jakarta. 274 hal.

Sedana, I. P., S. Hasibuan dan N. A. Pamukas., 2001. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan Faperika-Unri.

www. Google.com/literatur-biomassa-mangrove.html/76/kl

Page 13: Biomassa Mangrove

13

Page 14: Biomassa Mangrove

14

1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum

Jarum Baja Petak Kuadran

Kalkulator Pensil & Penghapus Pena

Page 15: Biomassa Mangrove

15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Ekologi Perairan ini

dengan judul “Biomassa Hutan Mangrove”.

Penulis ucapkan terima kasih kepada para asisten yang telah membantu

penulis selama praktikum dan penulisan laporan ini. Serta terima kasih juga

penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

laporan ini.

Keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan yang penulis miliki, maka

dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat

bermanfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, 02 Mei 2013

BAYU SETIARBI

Page 16: Biomassa Mangrove

16

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1........................................................................................................................ 1.2. Tujuan dan Manfaat........................................................................... 2

........................................................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

..................................................................................................................

................................................................................................................4

III.BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat............................................................................ 7..................................................................................................................

3.2. Bahan dan Alat.................................................................................. 7..................................................................................................................

3.3. Metode Praktikum............................................................................. 7 3.4. Prosedur Praktikum........................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil................................................................................................... 8 4.2. Pembahasan....................................................................................... 9

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan........................................................................................ 10 5.2. Saran.................................................................................................. 10

..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

LAMPIRAN

Page 17: Biomassa Mangrove

17

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Pengamatan Tumbuhan Riparian............................................... 6

Page 18: Biomassa Mangrove

18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum........................................ 12