Biomassa Mangrove
-
Upload
bayu-setiarbi -
Category
Documents
-
view
115 -
download
18
description
Transcript of Biomassa Mangrove
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup
di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove
seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang
kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai
mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove
dikelilingi oleh air garam atau air payau.
Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari
atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub
tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di
antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan
membentuk hutan yang ekstensif dan produktif.Karena hidupnya di dekat pantai,
mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau,
atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan
nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp.
Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara
bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah
baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah
pantai.
Berkaitan dengan penggunaan istilah mangrove maka menurut FAO
(1982) : mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan
yang tumbuh di daerah pasang surut. Istilah mangrove merupakan perpaduan dari
dua kata yaitu mangue dan grove. Di Eropa, ahli ekologi menggunakan istilah
2
mangrove untuk menerangkan individu jenis dan mangal untuk komunitasnya.
Hal ini juga dijelaskan oleh Macnae (1968) yang menyatakan bahwa kata
nmangrove seharusnya digunakan untuk individu pohon sedangkan mangal
merupakan komunitas dari beberapa jenis tumbuhan.
Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan
hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau,
dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu
tergenang oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan
untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di
rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari
bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk
kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas,
arang).
Wilayah mangrove dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan khas mangrove,
terutama jenis-jenis Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan
Acrostichum (Soerianegara,1993). Selain itu juga ditemukan jenis-jenis
Lumnitzera, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Nybakken, 1986; Soerianegara,
1993). Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan
keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan
dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan
mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai
penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya sebagai
penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan. Selain itu,
tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi hewan-
3
hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan
pertumbuhan dari banyak organisme epifit (Nybakken.1986).
Secara umum komunitas hutan, termasuk hutan mangrove memiliki
karakteristik fisiognomi yaitu dinamakan sesuai dengan jenis yang dominan
berada di suatu kawasan. Misalnya di suatu kawasan hutan mangrove yang
dominan adalah jenis Rhizophora sp maka hutan tersebut dinamakan hutan
mangrove Rhizophora.
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan menghitung produksi serasah yang dihasilkan
hutan mangrove dalam jang waktu per hari dan per bulan. Menghitung kerapatan
nisbi dan frekuensi mutlak di lokasi pratikum dan juga untuk mengetahui
populasi dari jenis – jenis tumbuhan yang tumbuh di lokasi diadakannya
praktikum karena tumbuhan yang hidup di pesisir perairan juga dapat dijadikan
indicator terhadap kondisi perairan.
I.3 Manfaat Pratikum
Adapun manfaat dari melaksanakan praktikum ini adalah agar dapat
memberikan suatu gambaran mengenai kondisi perairan dan juga mengetehui
populasi – populasi tumbuhan apa saja yang hidup di sekitar lokasi praktikum.
Selain itu kita juga dapat mengetahui berapa banyak serasah yang dihasilkan oleh
komunitas tumbuhan hutan mangrove.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting sebab
produktivitasnya tinggi, menghasilkan sejumlah besar zat organik tersedia sebagai
makanan organisme lain. Partikel-partikel organik sekitar 80 % mengalir keluar
dari rawa bakau dan 50 % daripadanya berasal dari dalam bakau (Bengen,2001).
Biomass dari hutan dapat dihitung dengan beberapa cara menurut Ons
dalam Weber (1973) bimass dihitung dengan cara menghitung biomass yang
berada dipermukaan tanah dan biomass bawah tanah (biomass akar ).
Kotak atau jala ditempatkan dibawah tegakan pohon mangrove, mengikuti jalur
transek yang tegak lurus dari garis pantai.Pohon mangrove diidentifikasikan
jenisnya,lebih baik lagi jika diketahui umur dari masing-masing kelompok pohon
mangriove.
Dengan mengetahui umur bisa membandingkan tingkat produksi serosah
antara jenis dan tingkat umur yang berbeda.Setelah kotak atau jala dibiarkan
selama beberapa hari (7,10 atau 15 hari ) atau selama sebulan.Serosah
dikumpulkan kemudian disortir,sehingga dapat dibedakan serosah daun,ranting,
dan bunga. Serosah yang telah disortir dikeringkan dengan menggunakan alat
furnes.Untuk mendapatkan serosah kering air,serosah dimasukkan kedalam furnes
dengan suhu 20º C selama 72 jam sehingga mencapai berat konstan
(Brown,1984).
Turn over adalah adalah ratio antara produksi serosah dan standing
coop.Turn over rate adalah jumlah substansi yang keluar dan masuk dalam suatu
bagian pada periode tertentu,sedangkan turn over time adalah waktu yang
diperlukan untuk pengambilan pada suatu bagian kedalam suatu substansi
5
(Odum,1971)Untuk melihat standing coop dan turn over digunakan metode NYE
dan metode Olson dalam Bengen (2001).
Moller dalam Krebs (1985) bahwa kerapatan pohon mempengaruhi
produksi serasah.Semakin tinggi kerapatan pohon,semakin tinggi pula produksi
serasahnya,begitu juga sebaliknya semakin rendah kerapatan pohon maka semakin
rendah produksi serasahnya.Selain tingkat kerapatan,laju produksi serasah juga
dipengaruhi oleh jenis tumbuhan riparian umurnya.Jenis tumbuhan riparian yang
berbeda akan memiliki laju produksi serasah yang berbeda pula.
Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme
(tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam
suatu habitat mangrove. Mangrove merupakan ekosistem hutan yang unik karena
merupakan perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem perairan. Hutan
mangrove mempunyai peranan yang sangat penting terutama bagi kehidupan
masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya,
baik sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan)
yang biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, et al.,
2005).
Hutan mangrove di Indonesia, yang terbagi kedalam 2 (dua) zone wilayah
geografi mangrove yakni Asia dan Oseania, kedua zona tersebut memiliki
keanekaragaman tumbuhan, satwa dan jasad renik yang lebih besar dibanding
negara-negara lainnya. Hal ini terjadi karena keadaan alamnya yang berbeda dari
satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ketempat lainnya dalam
pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumberdaya hutan mangrove dan
tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem yang masing-
6
masing menampilkan kekhususan dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat di
dalamnya (Santono, et al., 2005).
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di
suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai
dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai
yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari
genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap
garam (Santono, et al.,2005).
7
III. BAHAN DAN METODE
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan dilaksanakan pada tanggal 16 April 2013
Pukul 13.00 s/d 14.45 di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
III.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah daun, ranting dan bunga
gugur yang terdapat di dalam jaring yang telah dipasang dihutan 2 minggu
sebelumnya.
Sedangkan alat yang digunakan adalah jaring dengan panjang sisi 150 cm,
oven, aluminium foil, dan timbangan elektrik.
III.3 Metode Pratikum
Metode yang digunakan adalah survey langsung ke lapangan dengan
menggunakan metode perangkap (jaring), yaitu dengan meletakkan jaring
dibawah komunitas hutan secara sebarang dan kemudian membiarkan kotak
tersebut pada lokasi praktikum selama 2 minggu dan setalah itu serasah yang
terdapat di dalam kotak tersebut dilakukan proses lanjutan di laboratorium.
III.4 Prosedur Pratikum
Prosedur praktikum ini adalah menyiapkan peralatan praktikum dan bahan
yang dibutuhkan dalam praktikum. Mencatat data – data yang diperoleh dari
pelaksanaan pratikum.
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Berat kering komponen serasah
Table 1. Berat Kering Komponen Serasah
Stasiun/plot (jenis
tegakan)Waktu/minggu
Komponen serasah (gr/0,25m2/hariJumlah
Daun Ranting Bunga
I A 14 13.4 3.5 0.1 17.1
II B 14 0.5 5.1 - 5.6
4.1.2 Produksi serasah
Table. 2 Produksi Serasah
Tegakan atau stasiun atau plotProduksi serasah (gr/0,25m2/hari)
Produksi serasah (gr/0,25 m2/bulan)
I A 4.275 128.25
II B 0.4 12
III C 0.028 0.48
TOTAL L = 4.703 Xss = 141.09
Maka nilai Turn Over dari biomassa hutan mangrove adalah
K = L = 4.703 =0.003 Xss 141.09
Dimana : K = Turn over
L = Produksi serasah (gr/0,25m2/hari)
Xss = Standing coop (gr/0,25 m2/bulan)
9
IV.2 Pembahassan
IV.2.1 Berat kering komponen serasah
Dari produksi serasah yang telah tersusun diatas menunjukkan produksi
rata – rata serasah dari keseluruhan tegakan atau stasiun. Ini dinamakan biomassa
atau standing coop. produksi serasah yang telah didapat menunjukkan produksi
rata – rata serasah dari keseluruhan lokasi penelitian. Hal ini akan mempengaruhi
kandungan bahan organic yang ada di suatu lingkungan khususnya perairan
disuatu lingkungan. Dengan yang tersedianya bahan organikakan mempengaruhi
kelangsungan hidup organism yang ada. Bahan organic memiliki peran penting
dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung kelangsungan hidup
suatu organisme baik organism darat maupun organisme perairan.( Santono, et
al.,2005)
Serasah yang telah didapatkan dari proses penangkaran dengan
menggunakan jaring kemudian disortir lalu dmasukkan kedalam oven selama
kurang lebih 5 menit. Setelah itu serasah ditimbang dan diperolehlah hasil berat
bersih dari pada serasah.
4.2.2 Produksi serasah
Produksi serasah adalah banyaknya serasah dalam jumlah bersih yang
diperoleh dari pada proses penangkaran serasah dalam jangka waktu tertentu.
Misalnya satu minggu atau satu bulan. Untuk menghitung jumlah produksi
serasah dapat digunakan rumus:
K = L = 4.703 =0.003 Xss 141.09
Dimana : K = Turn over
10
L = Produksi serasah (gr/0,25m2/hari)
Xss = Standing coop (gr/0,25 m2/bulan)
K = L = 4.703 =0.003 Xss 141.09
Dimana:
L= gram*Jumlah hari mengumpulkan serasah
11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada setiap komunitas terdapat bermacam – macam populasi yang menjadi
anggota struktur komunitas tersebut.. Produksi serasah dapat mempengaruhi
tingkat kesuburan suatu kawasan perairan karna dari serasah yang yang jatuh ke
tanah dan kedalam air tersebut dapat menambah ketersedian bahan organic.
5.2 Saran
Diharapkan kepada semua pratikan dapat mengikuti semua prosedur
pratikum dengan baik, sehingga pratikum yang dilaksanakan dapat berlangsung
dengan baik. Dan juga diharapkan adanya hubungan yang baik dengan setiap
asisten agar komunikasi dalam pratikum dapat lebih intensif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, D., 1994. Kondisi Umum Lingkungan Pantai Kelurahan Tanjung Palas Kec. Dumai TImur Kota Administrasi Dumai. Skripsi Faperika-Unri.
Harnalin, A., 2000. Keragaman Biomassa Hutan Mangrove dan Sifat-sifat Fisika-Kimia Sungai Siak di Sekitar PT. RICKRY Kodya Pekanbaru. Himp. Alumni Faperika-Unri.
Rambe, S. B. M. S., 1999. Pengaruh Serasah Dalam Pertumbuhan Tanaman. Skripsi Faperika-Unri.
Sachlan, 1980. Biomassa Hutan Mangrove. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Unri.
Sastrawijaya, A.T., 1991. Keanekaragaman Hutan. Rineka Cipta. Jakarta. 274 hal.
Sedana, I. P., S. Hasibuan dan N. A. Pamukas., 2001. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan Faperika-Unri.
www. Google.com/literatur-biomassa-mangrove.html/76/kl
13
14
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
Jarum Baja Petak Kuadran
Kalkulator Pensil & Penghapus Pena
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Ekologi Perairan ini
dengan judul “Biomassa Hutan Mangrove”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada para asisten yang telah membantu
penulis selama praktikum dan penulisan laporan ini. Serta terima kasih juga
penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
laporan ini.
Keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan yang penulis miliki, maka
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Pekanbaru, 02 Mei 2013
BAYU SETIARBI
16
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1........................................................................................................................ 1.2. Tujuan dan Manfaat........................................................................... 2
........................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
..................................................................................................................
................................................................................................................4
III.BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat............................................................................ 7..................................................................................................................
3.2. Bahan dan Alat.................................................................................. 7..................................................................................................................
3.3. Metode Praktikum............................................................................. 7 3.4. Prosedur Praktikum........................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil................................................................................................... 8 4.2. Pembahasan....................................................................................... 9
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................ 10 5.2. Saran.................................................................................................. 10
..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11
LAMPIRAN
17
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Pengamatan Tumbuhan Riparian............................................... 6
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum........................................ 12