Pendekatan Model Gravitasi - bi.go.id · tantangan bagi Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan...

36
WORKING PAPER WP/16/2007 Dampak Kedekatan Lokasi Terhadap Ekspor Komoditas Propinsi: Pendekatan Model Gravitasi Yayat Cadarajat Yanfitri Desember 2007

Transcript of Pendekatan Model Gravitasi - bi.go.id · tantangan bagi Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan...

WORKING PAPER WP/16/2007

Dampak Kedekatan Lokasi Terhadap Ekspor Komoditas Propinsi:

Pendekatan Model Gravitasi

Yayat Cadarajat Yanfitri

Desember 2007

ii

iii

Dampak Kedekatan Lokasi Terhadap Ekspor Komoditas Propinsi: Pendekatan Model Gravitasi

Yayat Cadarajat Yanfitri1

Working Paper No. 16 Desember 2007

Abstraks

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 membuka peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui integrasi ekonomi dan keuangan di kawasan. Dari sisi perdagangan internasional, upaya Indonesia dalam menarik manfaat optimal dari pembentukan pasar tunggal ASEAN akan tergantung dari kemampuan meningkatkan daya saing dan produktivitas. Luasnya wilayah Indonesia dengan komoditi unggulan ekspor yang relatif bervariasi antar provinsi membuka peluang peningkatan diversifikasi ekspor Indonesia baik dalam rangka meningkatkan ekspor ke kawasan ASEAN, Asia lainnya maupun dunia. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi pasar yang luas bagi ekspor negara ASEAN lainnya, namun juga dapat memanfaatkan negara tetangga untuk menjadi pasar bagi ekspor Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedekatan jarak antara lokasi eksportir dengan negara pengimpor terhadap tingkat ekspor 15 komoditi utama dari 24 propinsi di Indonesia dengan partner dagang meliputi negara ASEAN ditambah Australia, New Zealand, Papua New Guinea, Bangladesh, India, Srilanka, Jepang, Korea, dan China. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan model gravitasi dengan metode random effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat perdagangan komoditas utama ekspor propinsi mempunyai hubungan negatif dengan jarak lokasi antara propinsi di Indonesia dengan negara partner dagangnya, dan memiliki hubungan positip dengan tingkat pertumbuhan daerah dan tingkat permintaan negara partner dagang. Namun demikian, faktor nilai tukar kurang berpengaruh terhadap sebagian besar ekspor komoditas unggulan.

JEL classification: R12, P33 Keywords: Interregional Trade, International Trade.

1 Adalah para peneliti di BRE-DKM Bank Indonesia serta bertanggung jawab atas hasil riset dan segala opininya. Ucapan terima kasih ditujukan kepada Pimpinan DKM Bp. Made Sukada dan Bp. Wijoyo Santoso, dan seluruh peneliti lainnya yang telah mendukung penelitian ini.

iv

v

Daftar Isi

Abstraks ....................................................................................................................................... iii

Daftar Isi ....................................................................................................................................... v

Daftar Gambar.............................................................................................................................. vi

Daftar Tabel ................................................................................................................................. vi

I. Pendahuluan............................................................................................................................... 1

II. Perkembangan Ekspor Nonmigas Indonesia ........................................................................... 3

III. Kerangka Teori dan Penelitian Terdahulu .............................................................................. 8

Model Gravitasi ..................................................................................................................... 11

IV. Spesifikasi Model dan data ................................................................................................... 14

Model ..................................................................................................................................... 14

Ruang lingkup dan Data......................................................................................................... 16

V. Hasil Uji Empiris.................................................................................................................... 17

Jarak ....................................................................................................................................... 17

Tingkat Impor Negara Tujuan................................................................................................ 19

PDRB Propinsi di Indonesia .................................................................................................. 20

Nilai Tukar ............................................................................................................................. 21

VII. KESIMPULAN ................................................................................................................... 24

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN ....................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 27

LAMPIRAN 1............................................................................................................................. 29

vi

Daftar Gambar Gambar 1 Trade Balance dan Kinerja Ekspor Impor Indonesia.................................................... 3

Gambar 2 Beberapa Negara Tujuan Ekspor Indonesia di Asia ..................................................... 4

Gambar 3 Pangsa Ekspor Sampel Terhadap Total Ekspor Nonmigas .......................................... 4

Daftar Tabel

Tabel 1 Kontribusi Propinsi Terhadap Ekspor Impor Nonmigas .................................................. 5

Tabel 2 Komoditas Ekspor Utama dan Beberapa Wilayah Pengekspornya.................................. 7

Tabel 3 Koefisien Elastisitas Ekspor terhadap Jarak................................................................... 18

Tabel 4 Elastisitas Ekspor Terhadap Impor Negara Tujuan........................................................ 19

Tabel 5 Elastisitas Ekspor Terhadap PDRB Propinsi Eksportir.................................................. 21

Tabel 6 Elastisitas Ekspor terhadap Perubahan Nilai Tukar Riil ................................................ 21

Tabel 7 Kontribusi Propinsi dan Pangsa Beberapa Negara Terhadap Ekspor Batubara ............. 22

Tabel 8 Kontribusi Propinsi dan Pangsa Beberapa Negara Terhadap Ekspor CPO.................... 23

Tabel 9 Kontribusi Propinsi dan Pangsa Ekspor Terhadap Total Ekspor Ikan ........................... 24

1

I. Pendahuluan

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community -

AEC) bertujuan menjadikan ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal.

Implementasi AEC 2015 diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan intra-

ASEAN, sehingga ASEAN dapat lebih berperan dalam sistem perdagangan dunia.

Bagaimana peran Indonesia di dalam peningkatan perdagangan intra-kawasan tersebut?

Luasnya wilayah Indonesia dengan komoditi unggulan ekspor yang relatif

bervariasi antar provinsi membuka peluang untuk mendayagunakan diversifikasi

komoditi ekspor unggulan yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia untuk menjadi

pemasok utama kebutuhan komoditi tersebut di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik yang

letaknya berdekatan dengan Indonesia khususnya, disamping memenuhi permintaan

negara lainnya di dunia. Upaya peningkatan kemampuan memanfaatkan peluang ini

menjadi penting agar Indonesia tidak hanya menjadi pihak yang terlalu dimanfaatkan

mengingat potensi pasar Indonesia yang terbesar di ASEAN (yang direpresentasikan

dengan jumlah penduduk).

Penelitian ini difokuskan pada ekspor non-migas yang perannya semakin penting

terutama sejak tahun 1990an dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam tahun 1991-1996, pertumbuhan ekpor non-migas mencapai rata-rata 17,5%,

sehingga pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama rata-rata mencapai 7,8%,

setelah sebelumnya pada tahun 1980an sempat turun dari 7.4% menjadi sekitar 5.5%

akibat penurunan penerimaan ekspor migas. Promosi ekspor non-migas di Indonesia

terus meningkat, sehingga pada tahun 2006 pangsa ekspor nonmigas telah mencapai

78% terhadap total ekspor Indonesia.

Secara spesifik, kinerja ekspor Indonesia ditentukan oleh kinerja ekonomi dan

perdagangan masing-masing propinsi. Oleh karena itu pola perdagangan setiap propinsi

2

menjadi penting untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kedekatan jarak antara lokasi ekspotir dan importir terhadap pola perdagangan

internasional, disamping adanya pengaruh dari variabel-variabel makro lainnya. Adapun

sampel yang digunakan adalah perdagangan 15 komoditas ekspor utama antara

propinsi-propinsi di Indonesia dengan negara tetangga yang meliputi negara ASEAN

ditambah Australia, New Zealand, Papua New Guinea, Bangladesh, India, Srilanka,

Jepang, Korea, dan China. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

pola perdagangan (ekspor) komoditas utama propinsi sehingga persiapan dan antisipasi

terhadap AEC 2015 menjadi lebih optimal dan pada gilirannya keberadaan pasar

tunggal ASEAN tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kajian ini dilakukan dengan menggunakan model gravitasi. Berbeda dengan teori

perdagangan internasional konvesional seperti Ricardian, Heckscher-Ohlin hingga

Monopolistic Competition yang lebih menitik-beratkan pada sisi penawaran, model

gravitasi menjelaskan sisi permintaan dalam perdagangan internasional. Model awal

gravitasi melihat pengaruh tingkat pendapatan dan jarak tempuh antara negara eksportir

dan importir terhadap pola perdagangan internasional ((Anderson (1979), dan Leamer

dan Levinsohn (1994)).

Kajian ini terdiri dari 5 bagian. Bagian 2 menjelaskan perkembangan ekspor

nonmigas Indonesia. Studi literatur dan metodologi dan data secara berurutan akan

disajikan pada bagian 3 dan 4. Bagian 5 mengulas hasil estimasi dari model gravitasi.

Bagian 6 menarik kesimpulan dari hasil estimasi model. Bagian 7 merumuskan

rekomendasi kebijakan terkait dengan hasil penelitian.

3

II. Perkembangan Ekspor Nonmigas Indonesia

Kegiatan ekspor merupakan salah satu sumber penting dalam pertumbuhan

ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir ini tingkat pertumbuhan ekspor Indonesia

berada di bawah impor (Gambar 1). Di satu pihak, peningkatan pertumbuhan impor

dapat berdampak positip dalam menggerakkan perekonomian, apabila komoditi impor

tersebut digunakan sebagai input dalam kegiatan produksi baik untuk memenuhi

kebutuhan produksi domestik maupun produksi barang ekspor. Namun di sisi lain, laju

pertumbuhan impor yang terlalu tinggi melampau pertumbuhan ekspor akan mengikis

surplus neraca perdagangan bahkan membuat neraca perdagangan defisit.

Gambar 1 Trade Balance dan Kinerja Ekspor Impor Indonesia

-40

-20

0

20

40

60

80

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02

Jan-03

Jul-03

Jan-04

Jul-04

Jan-05

Jul-05

Jan-06

Jul-06

Jan-07

Periode

per

cent

(%)

-1

0

1

2

3

$billi

on

Pertumbuhan EksporPertumbuhan ImporTrade Balance (RHS)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah

Apabila dilihat dari sisi mitra dagang utama di Asia, negara tujuan utama ekspor

Indonesia adalah China, Jepang, dan Korea Selatan dengan tingkat ekspor ke tiga negara

tersebut mencapai 13-15 % dari total ekspor nonmigas Indonesia. Sementara itu, porsi

ekspor Indonesia ke negara ASEAN masih relative kecil, dengan negara tujuan utama

Singapura, diikuti dengan Malaysia dan Thailand. Kondisi tersebut dapat dilihat di

dalam Gambar 2. Rendahnya ekspor ke negara ASEAN terutama disebabkan jenis

produk yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN relatif sejenis.

4

Gambar 2 Beberapa Negara Tujuan Ekspor Indonesia di Asia

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1/1/88 1/1/90 1/1/92 1/1/94 1/1/96 1/1/98 1/1/00 1/1/02 1/1/04 1/1/06

Waktu

Eksp

or (m

n U

SD)

Jepang Korea Selatan

China Thailand

Singapura Malaysia

Sumber : CEIC

Apabila dilihat secara lebih jauh, dalam periode 1999-2007, total ekspor non migas

Indonesia ke ASEAN relatif tidak meningkat, yaitu berada di dalam kisaran 20-25%

dari keseluruhan total ekspor nonmigas. Dari gambar di bawah ini dapat ditunjukkan

bahwa masih besarnya potensi pasar yang bisa digali terutama di kawasan ASEAN.

Gambar 3 Pangsa Ekspor Sampel Terhadap Total Ekspor Nonmigas

0

2

4

6

8

10

12

14

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Tahun

%

0

5

10

15

20

25

30

35

Austalia Bangladesh CambodiaLao Malaysia MyanmarPapua New Guinea Philippines SingaporeThailand Vietnam BruneiASEAN (RHS)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa perdagangan internasional di

suatu negara dapat dibangun oleh perdagangan setiap propinsi. Luasnya wilayah

Indonesiea dengan komoditi unggulan ekspor yang relatif bervariasi antar propinsi

dapat didaya gunakan untuk memacu pertumbuhan ekspor propinsi tersebut terutama ke

5

negara-negara tetangga. Hingga saat ini propinsi yang paling dominan melakukan

kegiatan ekspor adalah Jawa Barat diikuti Riau, Jawa Timur dan Jakarta (Tabel1).

26,2% ekspor Jabar ditujukan ke ASEAN dengan negara tujuan utama Malaysia,

Filipina, Thailand, dan Vietnam. Selain Jabar, Sedangkan propinsi Riau melakukan

kegiatan ekspor terutama ke kawasan Singapura. Apabila dilihat tabel di bawah ini

dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar propinsi yang aktif melakukan kegiatan

perdagangan internasional (baik ekspor maupun impor) adalah propinsi di kawasan

pulau Jawa dan Riau. Oleh karena itu, tingkat perdagangan beberapa propinsi di

Indonesia masih berpotensi dapat dikembangkan secara optimal.

Tabel 1 Kontribusi Propinsi Terhadap Ekspor Impor Nonmigas

PROVINSI 2005 2006 2007Rata-rata 2001-2007

PROVINSI 2005 2006 2007Rata-rata 2001-2007

JAWA BARAT 23.2 21.4 19.4 26.2 JAKARTA 40.0 35.7 37.7 49.2RIAU 13.6 13.0 13.5 14.0 JAWA TIMUR 10.1 9.5 10.5 12.6JAWA TIMUR 9.9 10.4 11.5 10.3 BANTEN 12.6 13.5 14.6 10.7JAKARTA 8.1 7.9 7.8 9.1 RIAU 12.4 16.3 14.6 7.9SUMUT 6.6 6.4 6.5 6.0 JAWA BARAT 14.9 13.2 11.8 7.0KALTIM 5.9 6.2 5.9 5.5 JAWA TENGAH 3.0 2.7 3.1 3.3BANTEN 7.7 7.6 6.6 5.4 SUMUT 2.2 2.6 2.7 2.7JAWA TENGAH 4.2 3.9 3.8 4.1 KALTIM 1.6 1.9 1.0 2.0IRIAN 3.8 3.9 4.8 3.2 IRIAN 0.8 1.0 1.3 1.4KALSEL 3.1 3.7 3.8 3.0 SULSEL 0.5 0.5 0.5 0.5

IMPOREKSPOR

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah

Komoditas Ekspor Utama Indonesia

Indonesia memiliki komoditi-komoditi unggulan yang diekspor ke berbagai

negara. Berdasarkan data total ekspor non migas Indonesia dan data ekspor komoditas

utama Indonesia, dapat dilihat bahwa Indonesia sebagian besar melakukan ekspor

barang-barang hasil perkebunan, pertambangan, dan manufaktur.

6

Gambar 4 Perkembangan Komoditas Ekspor Utama Indonesia Tahun 1983-2007

0

5000

10000

15000

20000

25000

1/1/881/1/891/1/901/1/911/1/921/1/931/1/941/1/951/1/961/1/971/1/981/1/991/1/001/1/011/1/021/1/031/1/041/1/051/1/061/1/07Tahun

Juta USD

ID: Exports: Vol: Crude Materials, Inedible

ID: Exports: Vol: Mineral Fuels, Lubricants etc.

ID: Exports: Vol: Manufactured Goods

ID: Exports: Vol: Crude Fertilizers and Crude Minerals

ID: Exports: Vol: Coal, Coke and Briquettes

ID: Exports: Vol: Petroleum and Petroleum Products

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

7/1/1983 7/1/1988 7/1/1993 7/1/1998 7/1/2003 Tahun

Juta USDID: Exports: Garments Products

ID: Exports: Other Textiles Products

ID: Exports: Preparation Rubber Products

ID: Exports: Vegetable Oil: Palm Oil

ID: Exports: Others Industrial Products

Sumber : CEIC

Gambar 4 menunjukkan beberapa komoditas utama Indonesia dan trendnya

selama 24 tahun terakhir. Terlihat beberapa komoditi ekspor unggulan mengalami

peningkatan pesat dari tahun ke tahun seperti barang-barang mineral dan barang

tambang (batubara). Beberapa komoditi mengalami pertumbuhan yang relative stagnan

seperti minyak sawit dan karet. Bahkan, beberapa komoditi ekspor unggulan telah

mengalami pertumbuhan yang melemah seperti produk tekstil dan garment, akibat

7

persaingan yang tinggi dengan sesame negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan

Vietnam.

Jika dilihat secara lebih detail komoditi-komoditi ekspor utama setiap propinsi di

Indonesia, maka setiap wilayah di Indonesia memiliki kekhususan komoditi yang

diekspor, misalnya:

- Propinsi di Sumatera: minyak sawit, karet mentah,

- Propinsi di Kalimantan : barang-barang tambang (batu bara)

- Propinsi di Sulawesi: coklat, minyak sawit, metalferrous

- Propinsi di Pulau Jawa dan Bali : komoditi industri seperti tekstil & garment,

kertas, furniture & produk kayu

- Propinsi di Nusatenggara: metalferrous

- Irian Jaya : metalferrous

Tabel 2 Komoditas Ekspor Utama dan Beberapa Wilayah Pengekspornya

FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP COAL, COKE AND BRIQUETTES OFFICE MACH.& AUT.DATA PROC.

JAWA TIMUR 31.9KALIMANTAN TIMUR 59.1 RIAU 48JAKARTA 12.4KALIMANTAN SELATAN 35.6 JAWA BARAT 39.4SUMATERA UTARA 10.3BENGKULU 1.9 JAKARTA 0.8LAMPUNG 6.9LAMPUNG 1.6 SUMATERA UTARA 0.1SULAWESI SELATAN 6.2SUMATERA SELATAN 0.5 JAWA TIMUR 0

Total 67.7Total 98.7 Total 88.3

COFFEE, TEA, COCOA, SPICES FIXED VEGETABLE OILS & FATS TELECOMMUNICATION & REPRO. APPSULAWESI SELATAN 21.2SUMATERA UTARA 38.9 JAWA BARAT 66.3LAMPUNG 17.4RIAU 36.1 RIAU 19.4JAWA BARAT 13SUMATERA BARAT 5.5 JAKARTA 4.2SUMATERA UTARA 11.2SUMATERA SELATAN 4.7 JAWA TIMUR 1JAWA TIMUR 10.9SULAWESI UTARA 3.4 JAWA TENGAH 0.8

Total 73.7Total 88.6 Total 91.6

CRUDE RUBBER PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF FURNITURE AND PARTS THERE OF

SUMATERA SELATAN 25.8 JAWA TIMUR 35.5 JAWA TENGAH 32.9JAMBI 8.8 JAWA BARAT 34.4 JAWA TIMUR 26.5RIAU 8.2RIAU 15.3 JAWA BARAT 21.4SUMATERA BARAT 7.9 JAKARTA 2.6 JAKARTA 6.4KALIMANTAN BARAT 6.4 JAWA TENGAH 0.9 BALI 3

Total 57.1Total 88.7 Total 90.2

8

METALLIFEROUS ORES&METAL SCR TEXTILE YARNS, FABRICS&PROD. CLOTHING IRIAN JAYA 36.5 JAWA BARAT 61.8 JAWA BARAT 39.8NUSA TENGGARA BARAT 18JAWA TENGAH 17.3 JAKARTA 39.1SULAWESI SELATAN 14.4 JAKARTA 8.6 JAWA TENGAH 8.9RIAU 1.2 JAWA TIMUR 6.4 JAWA TIMUR 1.9JAWA BARAT 0.6BALI 0.6 BALI 1.8

Total 70.7 94.6 91.6Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, dihitung

Berdasarkan tabel Komoditi Ekspor Utama Propinsi (lampiran) dapat dilihat bahwa

sebagian besar propinsi di Indonesia hanya memiliki komoditi ekspor utama yang

terbatas pada satu hingga dua komoditi. Hanya beberapa propinsi di Pulau Jawa yang

memiliki komoditi ekspor unggulan yang lebih terdiversifikasi

III. Kerangka Teori dan Penelitian Terdahulu

Beberapa teori telah mendasari munculnya perdagangan antar negara. Sebagian

besar teori tersebut mendukung adanya peningkatan kesejahteraan dalam bentuk

pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari perdagangan internasional.

Salah satu teori perdagangan internasional dikemukakan oleh David Ricardo

(1951). Teori ini mengembangkan keunggulan komparatif dimana perdagangan antara

dua wilayah akan terjadi karena perbedaan kemampuan teknologi antar negara. Ricardo

membangun teori ini berdasarkan atas beberapa asumsi yaitu :

- Kedua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi dengan hanya

menggunakan satu faktor produksi, yaitu : tenaga kerja.

- Kedua komoditi yang diproduksi bersifat identik (homogen) baik antar industri

maupun antar negara.

- Biaya transportasi diasumsikan nol.

- Tenaga kerja merupakan faktor yang heterogen antar negara, dan lain-lain.

Kesimpulan dari teori ini, setiap negara akan mengekspor komoditas yang memiliki

keunggulan komparatif di dalam biaya tenaga kerjanya (harga komoditi dibandingkan

9

dengan produktivitas tenaga kerjanya) dan akan melakukan impor komoditas yang tidak

memiliki keuntungan komparatif di dalam biaya tenaga kerjanya.

Sementara Heckser dan Ohlin (HO) (1991) berpendapat bahwa perdagangan antar

negara akan terjadi karena perbedaan kekayaan faktor-faktor produksi yang dimiliki

oleh setiap wilayah. Teori ini merupakan pengembangan dari teori perdagangan yang

dikemukakan oleh Ricardo sebelumnya. HO menambahkan faktor modal sebagai salah

satu faktor produksi dan mengasumsikan tidak ada perbedaan teknologi antara 2 negara

yang berdagang. Kedua negara yang berdagang juga menghasilkan 2 komoditi, dimana

komoditi pertama merupakan komoditi yang modal-intensif dan komoditi kedua

merupakan komoditi yang tenaga kerja-intensif. Apabila suatu negara memiliki

kelimpahan di dalam modal maka negara tersebut akan melakukan spesialisasi di dalam

komoditi pertama, sementara apabila negara tersebut memiliki kelimpahan di dalam

tenaga kerja, maka negara itu akan melakukan spesialisasi di dalam memproduksi

komoditi kedua.

Perbedaan kemampuan teknologi dan kelimpahan faktor produksi akan

mendorong munculnya perdagangan antar wilayah. Akan tetapi di samping kedua hal

tersebut, terdapat faktor-faktor lainnya yang mendorong perdagangan dan faktor-faktor

ini telah dibuktikan berpengaruh berdasarkan penelitian empiris, yaitu sebagai berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi; peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara

menunjukkan peningkatan pendapatan dan output sehingga akan mendorong

perdagangan internasional. Anderson (1979), Krugman dan Helpman (2000)

melakukan pendekatan diferensiasi produk dan menemukan bahwa setiap

perusahaan memproduksi barang yang berbeda-beda dan memiliki kemampuan

monopoli di pasarnya. Pada saat pertumbuhan ekonomi suatu negara meningkat,

pendapatan konsumen meningkat maka konsumen akan meningkatkan utilitasnya

10

bukan saja di dalam bentuk membeli lebih banyak barang tetapi di dalam bentuk

membeli lebih banyak jenis barang. Oleh karena itu ketika pertumbuhan ekonomi

meningkat, maka suatu negara akan melakukan kegiatan perdagangan lebih banyak

(baik ekspor maupun impor).

2. Pendapatan per kapita yang menunjukkan daya beli setiap individu di dalam suatu

wilayah. Hoftyzer (1984) melakukan penelitian semakin rendah tingkat pendapatan

per kapita suatu wilayah, maka perdagangan juga akan mengalami penurunan.

Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan di sisi permintaan atau konsumen,

faktor lain yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap komoditi adalah

selera (Markusen, 1988).

3. Nilai tukar; apabila terjadi apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing,

maka harga barang-barang di dalam negeri menjadi relatif lebih mahal daripada

harga barang-barang luar negeri. Sehingga permintaan terhadap barang-barang di

luar negeri menjadi meningkat dan impor meningkat sementara ekspor menurun,

begitupula sebaliknya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Baak

(2004) yang menarik kesimpulan depresiasi nilai tukar memiliki dampak yang

positif terhadap ekspor dan begitupula sebaliknya.

4. Term of trade, merupakan komponen dari harga ekspor dibagi dengan harga impor.

Di dalam hal ini adalah harga barang-barang yang diperdagangkan di pasar dunia.

Semakin tinggi term of trade suatu negara maka preferensi untuk melakukan ekspor

semakin tinggi dan preferensi untuk melakukan impor juga semakin kecil.

Begitupula sebaliknya.

5. Hambatan perdagangan yang dapat membuat barang yang diimpor menjadi relatif

lebih mahal, yaitu seperti : kuota dan tarif impor. Hambatan perdagangan seringkali

disebut juga sebagai border effect, karena hambatan perdagangan muncul sebagai

11

konsekuensi perbedaan negara. Turunnya hambatan perdagangan juga akan

menurunkan border effect. Adanya hambatan perdagangan misalnya di dalam

bentuk tarif yang tinggi akan menyebabkan biaya untuk mengimpor menjadi relatif

lebih mahal sehingga kuantitas barang yang diimpor juga menjadi semakin sedikit.

6. Biaya pengangkutan (seperti sewa kapal dan asuransi selama di dalam perjalanan)

yang diperhitungkan berdasarkan jaraknya. Sejak perang dunia kedua, dalam

praktek perdagangan internasional kegiatan ekspor selalu dilakukan dalam free on

board (fob) di mana kewajiban eksportir hanya menjamin bahwa barang sampai di

pelabuhan negara eksportir tepat waktu. Sementara itu, impor dilaksanakan dalam

cost insurance and freight (CIF) di mana seluruh biaya pengangkutan dan asuransi

ditanggung oleh importir. Jarak yang semakin jauh akan menyebabkan biaya untuk

melakukan impor menjadi relatif lebih mahal, mendorong importir untuk

menurunkan impor, dan begitupula sebaliknya. Dengan demikian, hubungan antara

jarak dan perdagangan menjadi negatif. Kondisi inilah yang digambarkan di dalam

model gravitasi.

Model Gravitasi

Pada awalnya model gravitasi dibangun berdasarkan teori fisika Newton bahwa

benda-benda akan saling tarik-menarik tergantung dari masanya dan berbanding terbalik

dengan jarak antar benda tersebut. Model gravitasi dasar hanya menggambarkan

pengaruh ukuran pasar dan jarak terhadap tingkat perdagangan internasional. Kondisi

pasar yang semakin besar akan meningkatkan perdagangan internasional. Selain itu,

seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jarak menggambarkan biaya transportasi dan

waktu yang dibutuhkan untuk mengantarkan barang serta berbagai resiko lainnya seperti

kerusakan barang atau hilang, sebagai contoh kapal tenggelam di laut. Model gravitasi

12

dibangun di tahun 1960-an untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral dari negara i

ke negara j2 , dengan model awal sebagai berikut:

)(ij

jiijij Dist

YYAT

××= (1)

ijT = Perdagangan antara 2 wilayah

iY = GDP negara i

jY = GDP negara j

ijDist = Jarak antara wilayah i ke j

ijA = proporsi konstan

Dari persamaan dasar tersebut, banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat

hubungan antara jarak dan perdagangan dan menambahkan variable lainnya. Salah

satunya adalah menambahkan GDP per kapita sebagai pendekatan di dalam menghitung

daya beli masyarakat, kemudian variabel dummy digunakan untuk melihat dampak-

dampak lainnya seperti kesamaan bahasa, perjanjian perdagangan regional atau

bilateral, dll.

Frankel (1997) membuat modifikasi model gravitasi dengan memasukkan faktor-

faktor geografis, perjanjian regional seperti APEC, NAFTA, dan Mercosur ke dalam

persamaan gravitasi dasar untuk melihat dampak integrasi regional terhadap

perdagangan.

Okubo (2000) melakukan analisis dampak jarak terhadap perdagangan

internasional yang dilakukan oleh wilayah-wilayah di Jepang. Penelitian ini menarik

kesimpulan adanya hubungan yang negatif antara jarak dan perdagangan internasional

yaitu sebesar 1.91. Selain faktor jarak, faktor lainnya yang kuat mempengaruhi

perdagangan internasional di Jepang adalah border effect. Border effect ini digambarkan

sebagai hambatan perdagangan berupa tarif, ketika tarif mengalami penurunan, border

2 Lihat antara lain Sohn, Chan-Hyun., Yoon, Jinna (2001).

13

effect juga mengalami penurunan maka perdagangan internasional mengalami

peningkatan. Selain di dalam bentuk tarif, Evans (2000) juga melakukan penelitian yang

serupa dengan Okuba dan menginterpretasikan border effect sebagai elastisitas subtitusi

antara barang-barang dalam negeri dan barang yang diperdagangkan di luar negeri.

Semakin tinggi elastisitas subtitusi antara barang domestik dan luar negeri maka border

effect menjadi semakin kecil.

Antanucci dan Manzocchi (2004) melakukan penelitian yang menganalisa

hubungan perdagangan antara Turkey dan EU. Penelitian ini membuktikan bahwa selain

pengaruh jarak yang negatif dengan koefisien sebesar 0.568 pada impor dan 1.026 pada

ekspor, kebijakan custom union pada tahun 1996 menyebabkan perdagangan antara

Turkey dan EU menjadi meningkat.

Sementara itu, penelitian yang menganalisis pola perdagangan dengan

menggunakan model gravitasi untuk setiap sektor telah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Frankel (1997) menemukan bahwa 8 (dari 12 sektor) memiliki tingkat

signifikansi dengan hubungan yang negatif antara jarak dengan perdagangan. Adapun

kisaran koefisien yang didapat adalah sekitar 0.5-1.2.

Penelitian untuk melihat pola perdagangan yang dilakukan oleh setiap propinsi

dengan menggunakan pendekatan model gravitasi juga pernah dilakukan oleh Anderson

dan Smith (1996). Mereka meneliti secara lebih detail dampak keberadaan perbatasan

antara US dan Canada yang telah menurunkan perdagangan internasional pada setiap

propinsi di Canada. Sementara hasil penelitian yang lain menemukan perilaku berbeda

dari setiap propinsi di Canada dengan partnernya (US) di dalam perdagangan

internasional sebagai akibat adanya border effect antara US dan Canada 3.

3 McCallum (1995) dan Heliwell (1996).

14

Penelitian yang melihat hubungan antara jarak dan perdagangan komoditas

tertentu telah dilakukan oleh Aguilar (2006) dimana penelitian ini mencoba melihat

dampak pendapatan, output, dan kedekatan jarak (border effect) dengan pola

perdagangan Frozen Tart Cherry (FTC) yang dilakukan oleh 17 negara ekspor utama

komoditi ini di dunia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan

output berpengaruh positif terhadap perdagangan komoditi tersebut. Sementara

perbedaaan jarak, adanya batas antar wilayah, perjanjian perdagangan, dan hubungan

perdagangan juga mempengaruhi tingkat perdagangan antar negara.

IV. Spesifikasi Model dan data

Model

Model gravitasi menggunakan asumsi bahwa jarak merupakan proksi atas biaya dan

hambatan perdagangan. Selain itu model ini juga mengasumsikan bahwa setiap negara

akan memproduksi barang yang berbeda-beda, dengan fungsi utilitas yang sama dan

seragam dan berlaku asumsi constant elasticity of substitution (CES). Asumsi terakhir

ini mengindikasikan apabila terdapat 2 wilayah yang memproduksi barang yang sama,

maka alasan di dalam melakukan perdagangan adalah biaya transportasi yang muncul.

Persamaan dasar model tersebut adalah sebagai berikut 4:

)(ij

jiijij Dist

YYAT

××= (2)

Sementara model gravitasi yang digunakan di dalam analisis ini adalah:

1 2 3 4log log log log logij ij i j ijT Dist Y M RERα β β β β ε= + + + + + (3)

ijT = Tingkat ekspor komoditas antar wilayah

ijD = Jarak antar wilayah i dan j

4 Deardorff (1995)

15

iY = PDRB propinsi pengekspor

jM = Impor negara partner perdagangan

RER = Nilai tukar riil

Di dalam penelitian ini digunakan variabel impor negara partner sebagai proksi

pendapatan partner dagang. Selain itu impor lebih menunjukkan permintaan yang riil

dari partner dagang.

Adapun metodologi yang digunakan untuk melakukan estimasi adalah metode

pengolahan data panel dengan model random effect. Pengolahan panel digunakan untuk

menguji ekspor komoditas utama setiap propinsi terhadap partner perdagangannya

antara tahun 1999-2006. Sementara itu, pemilihan metode random effect didasarkan atas

beberapa alasan sebagai berikut:

1. Variabel jarak tidak memiliki perubahan antar waktu sehingga untuk melihat

dampak jarak terhadap perdagangan dilakukan estimasi dengan menggunakan

random effect. Apabila variabel eksogen tidak berubah antar waktu, metode fixed

effect tidak dapat digunakan, dan random effect lebih efisien digunakan

dibandingkan dengan metode pool OLS (Wooldridge (2006)).

2. Egger (2000) menyatakan bahwa random effect baik digunakan untuk melihat aliran

perdagangan dengan partner yang memiliki populasi penduduk yang lebih besar,

sementara fixed effect digunakan untuk partner populasi penduduknya lebih kecil. Di

dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah random effect. Hal ini

disebabkan karena setiap propinsi memiliki jumlah populasi yang relatif labih

sedikit dibandingkan negara-negara partner.

3. Jumlah periode waktu yang digunakan di dalam penelitian ini (8 tahun) lebih sedikit

daripada jumlah sampel negara partner perdagangan (16 negara). Menurut Gujarati

16

(2003) apabila jumlah dari data time-series lebih besar daripada cross-section maka

metode fixed effect lebih baik digunakan, begitupula sebaliknya.

4. Penggunaan metode ini juga karena partner perdagangan merupakan salah satu

sampel yang diambil dari keseluruhan populasi dan penentuan sampel diambil

secara random (Gujarati (2003)).

Ruang lingkup dan Data

Ruang lingkup penelitian ini adalah perdagangan komoditi utama 24 propinsi di

Indonesia terhadap 16 negara sampel yang meliputi Australia, Bangladesh, Brunei

Darusalam, Kamboja, China, Filipina, India, Jepang, Korea, Malaysia, New Zealand,

Papua New Guinea, Singapura, Srilanka, Thailand, Vietnam. Data yang digunakan

adalah data tahunan dari 1999-2006. Adapun variable-variabel yang digunakan di dalam

melakukan estimasi adalah sebagai berikut:

1. Variabel terikat berupa tingkat perdagangan komoditi utama yang dieskpor

propinsi-propinsi di Indonesia di dalam bentuk logaritma dengan 16 negara sampel

pada tahun 1999-2006.

2. Adapun variabel bebas yang digunakan meliputi:

Jarak lokasi antara eksportir dan importir. Ada beberapa metode pengukuran jarak

lokasi antara dua wilayah yang biasa dilakukan, antara lain dengan metode jarak

terdekat, metode jarak rata-rata dan metode pengukuran jarak antara ibu kota kedua

wilayah (Antonucci dan Manzocchi (2004)). Jarak yang ditunjukkan dengan logaritma

jarak antara dua ibukota wilayah dengan hipotesa awal semakin jauh jarak dengan

partner perdagangan maka semakin rendah tingkat perdagangannya. Adapun sumber

data jarak antar wilayah ini diperoleh dari http://www.infoplease.com/atlas/calculate-

distance.html,1dan http://www.geobytes.com/CityDistanceTool.htm.

17

a. Tingkat impor negara partner perdagangan yang menunjukkan sisi demand dari

perdagangan internasional di dalam negeri. Semakin tinggi tingkat impornya maka

semakin besar permintaannya.

b. Pertumbuhan Domestik Bruto Daerah (PDRB). Hipotesa awal variabel ini

memiliki hubungan yang positif dengan perdagangan karena suatu wilayah yang

memiliki pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memiliki kecederungan

untuk memproduksi jenis barang tertentu saja dan melakukan perdagangan

untuk komoditi lainnya.

c. Nilai tukar riil Indonesia terhadap masing-masing partner dagang. Hipotesa awal

variabel ini memiliki hubungan yang negatif terhadap ekspor, dimana apresiasi

nilai tukar Indonesia akan menurunkan ekspor komoditi unggulan, begitupula

sebaliknya.

V. Hasil Uji Empiris

Jarak

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode random effect dan pool

OLS. Metode random effect cenderung mempunyai elastisitas yang lebih rendah

dibandingkan koefisien hasil estimasi dengan metode pool OLS. Namun demikian, di

dalam analisis ini tetap digunakan metode random effect karena metode pool OLS

cenderung kurang efisien5.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa sebagian besar komoditi ekspor utama

Indonesia mempunyai elastisitas negatif terhadap jarak tujuan ekspor. Besarnya

koefisien jarak dipengaruhi oleh karakteristik dari komoditi yang diperdagangkan

tersebut serta kondisi dari negara patner dagang dari propinsi-propinsi tersebut.

18

Komoditi yang berbobot berat dan relatif sulit dipindahkan mempunyai elastisitas yang

tinggi terhadap jarak, seperti : batubara dan CPO. Sementara tingkat ekspor bijih metal

(bijih tembaga, bijih nikel, timah dll. mempunyai hubungan yang negatif terhadap jarak

dengan koefisien sebesar 0.95, dimana 10% penambahan jarak akan menurunkan

ekspor sebesar 9.5%. Sebaliknya komoditi yang cenderung mudah dipindahkan seperti

mesin-mesin listrik, peralatan telekomunikasi, dan kopi memiliki koefisien elastisitas

yang kecil terhadap jarak.

Selain itu, terdapat beberapa komoditas ekspor utama yang tidak memiliki

pengaruh dengan jarak seperti produk kayu, kertas, pakaian jadi, furniture, dan karet.

Ekspor karet mentah tidak dipengaruhi oleh jarak diduga ada kaitannya dengan praktek

perdagangan karet alam di mana transaksi perdagangan banyak terjadi di bursa komoditi

di Singapura dan New York. Sementara Indonesia, sekalipun merupakan produsen

terbesar karet alam bukan merupakan trader sehingga tidak mampu mempengaruhi

harga internasional.

Tabel 3 Koefisien Elastisitas Ekspor terhadap Jarak Komoditi Random Efek Pool OLSFish, Crust., Mollusc -0.68*** 0.95***Coffee, Tea, Cocoa, Spices -0.38* 0.65***Crude Rubber 0.21 1.29***Wood, Lumber&Cork -0.03 0.45***Metalliferous ores &scraps -0.95* 1.24***Coal -1.96*** 0.59***CPO -1.19*** 1.11***Wood&Cork Manufactured -0.12 1.10***Paper, Paperboard -0.1 0.46***Textile yarns, fabrics&prod. -0.04 0.56***Office machinery 0.5 1.61***Telecommunication app -0.41*** 1.09***Electrical machinery -0.28* 0.46***Furniture 0.21 0.70***Clothing 0.43 0.81***

Keterangan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level.

5 Wooldridge (2006)

19

Di sisi lain, rendahnya elastisitas ekspor komoditi beberapa barang manufaktur

juga diperkirakan berhubungan dengan kesamaan produk yang dihasilkan oleh negara-

negara yang termasuk dalam sampel sehingga propinsi-propinsi di Indonesia lebih

banyak mengekspor ke negara lain seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa dibandingkan

ekspor ke negara-negara sampel.

Tingkat Impor Negara Tujuan

Selain dipengaruhi oleh jarak, model gravitasi ini juga memprediksikan bahwa

ekspor juga dipengaruhi oleh impor negara tujuan ekspor. Berdasarkan hasil pengolahan

data diperoleh bahwa besarnya elastisitas pendapatan dari komoditi ekspor dipengaruhi

oleh karakteristik dari komoditi tersebut. Dari hasil estimasi terlihat bahwa sebagian

besar komoditi ekspor utama mempunyai elastisitas positif yang lebih besar dari 0,75.

Komoditi ekspor yang merupakan bahan baku seperti antara lain karet alam, bijih metal,

kayu dan produk kayu, peralatan kantor dan telekomunikasi, ikan (udang), minyak

kelapa sawit dan batubara cenderung mempunyai elastisitas ekspor yang relatif tinggi

terhadap impor (dibaca pendapatan) negara tujuan.

Tabel 4 Elastisitas Ekspor Terhadap Impor Negara Tujuan Komoditi Random Efek Pool OLSFish, Crust., Mollusc 0.80*** 0.78***Coffee, Tea, Cocoa, Spices 0.56*** 0.64***Crude Rubber 1.25*** 1.41***Wood, Lumber&Cork 0.47*** 0.22Metalliferous ores &scraps 1.27*** 1.57***Coal 0.80*** -1.09***CPO 0.94*** 0.06Wood&Cork Manufactured 0.80*** 0.81***Paper, Paperboard 0.21** 2.19***Textile yarns, fabrics&prod. 0.26*** 2.35***Office machinery 1.25*** 2.45***Telecommunication app 0.94*** 4.00***Electrical machinery 0.45*** 2.04***Furniture 0.36*** 1.17***Clothing 0.39** 2.72***

Keterangan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level.

20

Tabel 4 menunjukkan bahwa komoditi tekstil, pakaian jadi, furniture, dan kertas

memiliki sensitivitas yang rendah terhadap impor negara tujuan ekspor. Hal tersebut

diduga antara lain karena komoditi tersebut merupakan komoditi hilir. Komoditi ini

permintaannya tidak akan tumbuh secara drastis (akibat pertambahan pendapatan).

Sebagai contoh, kenaikan pendapatan tidak akan meningkatkan permintaan kayu lapis

atau furniture secara besar-besaran. Demikian pula halnya terjadi pada komoditi tekstil

dan pakaian jadi. Sedangkan ekspor komoditi alat elektronik tidak signifikan

dipengaruhi oleh pendapatan negara tujuan ekspor.

Selain itu rendahnya elastisitas ekspor terhadap tingkat impor partner dagang

beberapa komoditi tersebut, diduga karena adanya persaingan yang tinggi di negara

tujuan baik pesaing dari produsen domestik maupun produsen negara lain.

PDRB Propinsi di Indonesia

Selain jarak dan impor negara partner, model gravitasi juga memprediksikan

bahwa besarnya ekspor dipengaruhi oleh pendapatan (propinsi) eksportir. Pendapatan

propinsi menunjukkan sisi penawaran dari komoditi ekspor. Diantara 15 komoditi

tersebut, hanya ikan, kopi, dan peralatan kantor yang elastisitas ekspor terhadap

PDRBnya relatif jauh dari satu. Pada Tabel 5 terlihat bahwa semua komoditi utama

ekspor berpengaruh positif terhadap pendapatan eksportir kecuali kayu, batu bara, dan

CPO. Ekspor batubara memiliki hubungan yang negatif dengan PDRB propinsi diduga

antara lain karena pasar domestik dari batubara relatif cukup besar sehingga

pertumbuhan PDRB akan meningkatkan permintaan domestik terhadap batubara.

21

Tabel 5 Elastisitas Ekspor Terhadap PDRB Propinsi Eksportir Komoditi Random Efek Pool OLSFish, Crust., Mollusc 0.73*** -0.89***Coffee, Tea, Cocoa, Spices 0.62*** -0.36***Crude Rubber 1.39*** 0.14Wood, Lumber&Cork 0.14 0.01Metalliferous ores &scraps 1.47*** -1.07***Coal -0.75* -1.61***CPO 0.14 -1.16***Wood&Cork Manufactured 0.75*** -0.26***Paper, Paperboard 1.74*** -0.31***Textile yarns, fabrics&prod. 1.65*** 0.09**Office machinery 0.68*** 0.38Telecommunication app 3.00*** -0.72***Electrical machinery 1.82*** -0.28***Furniture 0.95*** 0.06Clothing 2.05*** 0.24***

Keterangan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level.

Nilai Tukar

Selain ketiga faktor di atas, nilai tukar juga diprediksi mempengaruhi pola ekspor

komoditas unggulan. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh bahwa hanya komoditi kopi,

teh, dan coklat yang dipengaruhi secara negatif oleh perubahan nilai tukar. Apresiasi 1

% pada nilai tukar riil menyebakan penurunan ekspor sebesar 0.03%. Sementara

komoditi lainnya tidak signifikan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar riil.

Tabel 6 Elastisitas Ekspor terhadap Perubahan Nilai Tukar Riil

Komoditi Random Efek Pool OLSFish, Crust., Mollusc 0.00 -0.12***Coffee, Tea, Cocoa, Spices -0.03* 0.04Crude Rubber -0.04 -0.12Wood, Lumber&Cork -0.02 -0.12**Metalliferous ores &scraps -0.07 -0.25**Coal -0.09 -0.35***CPO 0.01 0.04*Wood&Cork Manufactured -0.01 -0.01Paper, Paperboard -0.01 -0.01Textile yarns, fabrics&prod. -0.03 -0.01Office machinery 0.04 -0.31***Telecommunication app 0.05 -0.05Electrical machinery -0.02 -0.12Furniture -0.02 -0.01Clothing 0.01 0

Keterangan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level.

22

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat beberapa komoditas yang memiliki

elastisitas yang tinggi terhadap jarak, diantaranya batubara, CPO, dan ikan. Komoditas

ini akan dijelaskan secara lebih detail.

Batubara

Pangsa ekspor terbesar dimiliki oleh propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan

Selatan yaitu mencapai 95 % dari total ekspor batubara Indonesia. Hal ini terkait dengan

besarnya supply dan keberadaan beberapa perusahaan pertambangan besar seperti

Kaltim Primacoal (KPC), Adaro Indonesia, Berau Coal dan lain sebagainya.

Tabel 7 menunjukkan adanya korelasi negatif antara jarak dan nilai ekspor di kedua

wilayah tersebut. Sebagai contoh, ekspor batubara Kalimantan Selatan ke India dan

Thailand lebih besar daripada ekspor Kalimantan Timur ke negara yang sama. Hal ini

diduga karena jarak Kalimantan Selatan yang lebih dekat daripada Kalimantan Timur ke

kedua negara tersebut. Demikian pula halnya jarak Kalimantan Tengah yang lebih dekat

dengan Philipina dibandingkan dengan Sumatera Selatan dan Bengkulu yang diduga

antara lain mempengaruhi nilai ekspornya sehingga lebih besar daripada ekspor kedua

propinsi di Sumatera tersebut.

Tabel 7 Kontribusi Propinsi dan Pangsa Beberapa Negara Terhadap Ekspor Batubara

Jepang 24.8 Korea 9.2 India 7.0 Malaysia 4.39 Philippine 4.37 Thailand 4.2

Kalsel 91.60 Kaltim 88.2 Kalsel 49.6 Kalsel 37.61 Kalsel 50.04 Kalsel 60.86 Lampung 6.65 Kalsel 11.4 Kaltim 30.8 Kaltim 32.00 Kalteng 49.08 Kaltim 26.96 Sumbar 0.56 Aceh 0.4 Bengkulu 3.1 Bengkulu 8.20 Sumsel 0.23 Bengkulu 10.40 Kaltim 0.44 Riau 0.1 Sumbar 1.6 Sumbar 6.09 Jabar 0.03 Kalteng 0.86 Kalbar 0.24 DIY 0.1 Lampung 0.6 Lampung 2.35 DKI 0.00 Sumut 0.42

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, dihitung CPO (kelapa sawit)

Ekspor CPO disumbangkan terutama oleh propinsi Sumatera Utara, Riau,

Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara. Namun demikian, hampir 80%

23

dari total ekspor CPO didominasi oleh Sumatera Utara (38.9%) dan Riau (36.1%).

Sedangkan negara tujuan ekspor yang relatif dominan dalam sampel penelitian ini

adalah India, China, Malaysia dan Singapura.

Tabel 8 menunjukkan beberapa bahwa sisi penawaran yang besar lebih dominan

menentukan besarnya ekspor ke masing-masing negara partner dagang terlihat dari

dominasi propinsi Sumatera Utara dan Riau atas propinsi lain. Namun demikian, tabel

tersebut juga memperlihatkan adanya korelasi negatif antara ekspor dan jarak. Sebagai

contoh, ekspor CPO dengan negara tujuan Korea Selatan didominasi oleh Sulawesi

Utara sedangkan untuk negara tujuan Malaysia dan China didominasi oleh Riau.

Tabel 8 Kontribusi Propinsi dan Pangsa Beberapa Negara Terhadap Ekspor CPO

India 24.99 China 11.24 Malaysia 6.20 Singapore 4.10 Bangladesh 2.57 Korea 0.38

Riau 41.72 Riau 41.87 Riau 38.49 Sumut 49.34 Sumut 46.86 Sulut 66.23Sumut 37.22 Sumut 33.23 Sumut 18.68 Riau 23.56 Riau 42.75 Jatim 17.03Sumbar 9.83 Sumsel 12.27 Sumsel 8.84 Sumbar 20.93 Sumsel 5.91 Sumut 7.31Sumsel 6.17 Sulut 5.27 Jambi 8.24 Jambi 2.7 Sumbar 3.29 Riau 4.49Jatim 1.27 Jatim 3.89 Jatim 6.41 Bengkulu 1.55 Jatim 0.57 Sumsel 2.62

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, dihitung

Fish, Crustacean, Mollusca Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung dan Sulawesi Selatan

merupakan 5 (lima) propinsi eksportir komoditi fish, crustacean, mollusca terbesar

dalam periode penelitian. Ikan diekspor ke wilayah-wilayah yang meliputi : Amerika

Serikat, Uni Eropa, Jepang, Singapura, China, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan

Australia. Jepang mendominasi pangsa ekspor ikan Indonesia hingga mencapai rata-

rata (1999-2006) 40%. Jawa Timur (rata-rata 32% pangsa total ekspor) juga

mendominasi ekspor ke negara-negara yang memiliki pasar besar yaitu Jepang, China,

Korea Selatan dan Australia dengan pangsa lebih dari 30% ekspor ikan Indonesia ke

negara tersebut. Kondisi ini sejalan dengan hasil estimasi model gravitasi dimana

elastisitas ekspor terhadap jarak secara umum magnitude-nya lebih kecil dibandingkan

elastisitasnya terhadap pendapatan negara partner dagang dan terhadap PDRB.

24

Kontribusi Jawa Timur terhadap ekspor ikan ke Singapura, Malaysia dan Thailand

relatif kecil (dibawah 15%). Ekspor ke Singapura didominasi oleh propinsi yang

mempunyai jarak yang lebih dekat yaitu DKI Jakarta dan Riau. Ekspor Malaysia

didominasi oleh Sumatera Utara dan Riau. Ekspor ke Thailand didominasi oleh propinsi

Irian dan Riau.

Pengaruh jarak juga terlihat pada ekspor dengan negara tujuan Australia dan

Korea Selatan di mana ekspor ikan yang berasal dari NTT (10.24%) lebih besar dari

DKI (8.99%) dan Lampung (8.6%) dan ekspor Sulawesi Utara (19.40%) yang lebih

besar dari Sulawesi Selatan (12.51%).

Tabel 9 Kontribusi Propinsi dan Pangsa Ekspor Terhadap Total Ekspor Ikan

Jepang 40.15 Singapore 4.47 China 2.1 Malaysia 1.87 Thailand 1.41 Korea 1.21 Australia 0.73

Jatim 32.34 DKI 27.63 Jatim 34.75 Sumut 51.08 Irian 25.67 Jatim 40.27 Jatim 32.92DKI 12.15 Riau 22.71 DKI 13.94 Riau 13.66 Riau 20.79 Sulut 19.40 NTT 10.24Kaltim 11.6 Jatim 13.02 Sulut 11.02 Jatim 8.53 Jatim 11.54 Sulsel 12.51 Irian 9.99Sumut 10.62 Sulsel 7.53 Sumut 9.25 Sumsel 5.37 DKI 11.09 DKI 11.66 DKI 8.99Sulsel 8.95 Sumut 7.24 Kaltim 7.26 Kaltim 4.04 Sumut 10.92 Sumut 4.63 Lampung 8.60

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, dihitung VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka disimpulkan

beberapa hal, yaitu :

1. Jarak sebagai representasi costs and frictions secara signifikan berpengaruh negatif

terhadap ekspor pada hampir seluruh komoditi utama ekspor.

2. Komoditi yang berbobot berat atau memiliki karakteristik sebagai barang yang sulit

dipindahkan cenderung mempunyai elastisitas ekspor negatif terhadap jarak yang

cukup tinggi.

3. Komoditi hulu yang berbasis sumber daya alam dan bersifat sebagai bahan baku

atau intermediate goods cenderung mempunyai elastisitas ekspor terhadap jarak

25

bernilai negatif yang cukup tinggi. Sebaliknya, komoditi manufaktur yang sebagian

besar travel well tingkat ekspornya kurang elastis terhadap jarak.

4. Pendapatan (impor) negara tujuan ekspor sebagai representasi permintaan pasar dan

PDRB eksportir sebagai representasi penawaran secara signifikan berpengaruh positif

terhadap besarnya ekspor dari komoditi nonmigas unggulan.

5. Nilai tukar kurang berpengaruh terhadap tingkat ekspor mayoritas komoditas ekspor

unggulan

6. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah sebagai stimulus untuk meningkatkan

ekspor propinsi di Indonesia.

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang

dapat dilakukan :

1. Perlu dikembangkan komoditi manufaktur (industri hilir) yang dapat menjadi

produk ekspor unggulan dengan menggunakan bahan baku komoditi berbasis

sumber daya alam yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia sehingga dapat

mengurangi dampak elastisitas negatif dari jarak terhadap ekspor.

2. Komoditi ekspor yang berupa barang manufaktur dapat dikembangkan di semua

daerah karena faktor jarak terhadap pasar negara tujuan ekspor kurang berpengaruh

terhadap ekspor barang manufaktur.

3. Di dalam rangka ekstensifikasi komoditas ekspor yang berbasis sumber daya alam

dan mempunyai karakteristik not travel well, sebaiknya dikembangkan di lokasi

yang terdekat dengan negara tujuan ekspornya.

26

27

DAFTAR PUSTAKA

Aguilar, Cristobal. (2006). “Trade Analysis of Spesific Agri-food Commodities Using

A Gravity Model”. Department of Agricultural Economics. Anderson, J. (1979): “A theoretical Foundation for the gravity equation”. American

Economic Review 69, 106-116 Anderson, M and Stephen Smith (1999): “Canadian Provinces in World Trade:

Engagement and Detachment“ Canadian Journal of Economic, 32. Antonucci, D and Stefano Manzocchhi (2004): “Does Turkey have a special trade

relation with the EU? A Gravity Model Approach”. Economic System 30, 157-169.

Baak, S.J (2004): “Exchange Rate Volatility and Exports from East Asian Countries to

Japan and the US,” International Development Series, 2003-2, International University of Japan.

Deardorff, V. A. (1995): “Determinants of Bilateral Trade : Does Gravity Work in a

Neoclassic World?” NBER Working Paper No. 5377. Egger, P. (2000): “A note on the proper econometric specification of the gravity

equation”. Economic Letter 66, 25-31. Evans, C.L. (2000): “The economic significance of national border effects”. Mimeo.

Federal Research Bank of New York. Frankel, Jeffrey (1997): “Regional Trading Blocs in The World Economic System,”

NBER Working Paper Series 4050. Gujarati, D.N. (2003), Basic Econometrics, 4th Edition, New York: McGraw Hill. Heckser, Eli dan Bertil Ohlin. (1991). Heckser-Ohlin Trade Theory, ed. By Harry Flam

dan M. June Flanders, Cambridge : MIT Press. Helliwell, J.F., 1996. Do national borders matter for Quebec’s trade? Can. J. Econ. 26

(3), 507–522. Helpman, E. and P. Krugman (1985): “Imperfect Competition and International Trade:

evidence from fourteen industrial countries,” Journal of the Japanese and International Economies 1, 62-81.

Hoftyzer, J. (1984):” A Further Analysis of The Linder Trade Thesis,” Quarterly

Review of Economics and Bussiness.

28

Lawless, M. and Karl Whelan (2007): “A Note Trade Cost and Distance”. University College Dublin.

Leamer, E.E. and Levinsohn, J. (1994): “International Trade Theory: the Evidence”.

NBER Working Paper Series 4940. Markusen, James R. & Venables, Anthony J., (1988): “Trade policy with increasing

returns and imperfect competition : Contradictory results from competing assumptions”. Journal of International Economics, 24(3-4), pages 299-316.

McCallum, J., 1995. National borders matter: Canada–US regional trade patterns.

Amer. Econ. Rev. 85 (3), 615–623. Melitz, Jacques (2007):” North, South and Distance in The Gravity Model”. European

Economic Review 51 (2007) 971–991. Okubo, Toshihiro. 2000. The Border Effect in the Japanese Market : A Gravity Model

Analysis. Overman, H. G. and L. Alan Winters (2003): “Trade Shocks and Industrial Location :

The Impact of EEC Accession on the UK”. Discussion Paper. Centre for Economic Performance Centre for Economic Performance, LSE

Ricardo, David (1951). The Works and Correspondence of David Ricardo, ed. By P.

Staffa, Cambridge: Cambridge University Press. Shigeyuki, Hamori., Razafimahefa, Ivohasina. 2003. Trade and Growth Relationship :

Some Evidence from Comoros, Madagascar, Mauritius, and Seychelles. Sohn, Chan-Hyun., Yoon, Jinna. 2001. Does the Gravity Model Fit Korea’s Trade

Patterns? Implications for Korea’s FTA Policy and North-South Korean Trade. Wooldridge, J.M. (2006): Introductory Econometrics: a modern approach. 3ed.

29

LAMPIRAN 1

Hasil Estimasi Model Random Effect Kode Nama Komoditi Koefisien Impor PDRB Distance Nilai Tukar

03 Fish, Crustacean, Mollusca -15.41*** 0.80*** 0.73*** -0.68*** 0.0007 Coffee, Tea, Cocoa, Spices -9.70*** 0.56*** 0.62*** -0.38* -0.03*23 Crude Rubber -48.86*** 1.25*** 1.39*** 0.21 -0.0424 Wood, Lumber and Cork -0.47 0.47*** 0.14 -0.03 -0.0228 Metalliferous ores and scraps -44.91*** 1.27*** 1.47*** -0.95* -0.0732 Coal 22.69** 0.80*** -0.75* -1.96*** -0.0942 CPO 0.43 0.94*** 0.14 -1.19*** 0.0163 Wood, Cork, Manufactured -18.70*** 0.80*** 0.75*** -0.12 -0.0164 Paper, Paperboard -31.39*** 0.21** 1.74*** -0.10 -0.0165 Textile yarns, fabrics and production -30.96*** 0.26*** 1.65*** -0.04 -0.0375 Office Machinery -39.17*** 1.25*** 0.68*** 0.50 0.0476 Telecommunication app -78.44*** 0.94*** 3.00*** -0.41*** 0.0577 Electrical Machinery -37.72*** 0.45*** 1.82*** -0.28* -0.0282 Furniture -19.02*** 0.36*** 0.95*** 0.21 -0.0284 Clothing -48.98*** 0.39** 2.05*** 0.43 0.01

Keterangan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level. Model Pool OLS Kode Nama Komoditi Koefisien Distance Impor PDRB Nilai Tukar

03 Fish, Crustacean, Mollusca -17.46*** 0.95*** 0.78*** -0.89*** -0.12***07 Coffee, Tea, Cocoa, Spices -11.51*** 0.65*** 0.64*** -0.36*** 0.0423 Crude Rubber -48.89*** 1.29*** 1.41*** 0.14 -0.1224 Wood, Lumber and Cork -1.77 0.45*** 0.22 0.01 -0.12**28 Metalliferous ores and scraps -45.56*** 1.24*** 1.57*** -1.07*** -0.25**32 Coal 32.05*** 0.59*** -1.09*** -1.61*** -0.35***42 CPO -1.03 1.11*** 0.06 -1.16*** 0.04*63 Wood, Cork, Manufactured -24.35*** 1.10*** 0.81*** -0.26*** -0.0164 Paper, Paperboard -44.47*** 0.46*** 2.19*** -0.31*** -0.0165 Textile yarns, fabrics and production -53.31*** 0.56*** 2.35*** 0.09** -0.0175 Office Machinery -85.93*** 1.61*** 2.45*** 0.38 -0.31***76 Telecommunication app -101.973*** 1.09*** 4.00*** -0.72*** -0.0577 Electrical Machinery -42.20*** 0.46*** 2.04*** -0.28*** -0.1282 Furniture -28.45*** 0.70*** 1.17*** 0.06 -0.0184 Clothing -70.85*** 0.81*** 2.72*** 0.24*** 0.00

Keterangan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level.

30

Komoditi Ekspor Utama Propinsi-Propinsi Aceh (NAD) --> Share Nasional 0.20 Sumatera Utara --> Share Nasional 5.86 Sumatera Barat --> Share Nasional 0.88

562 - FERTILIZERS,MANUFACTURED 47.79 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 36.16 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 39.07

07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 16.46 23 - CRUDE RUBBER 14.93 23 - CRUDE RUBBER 29.45

52 - INORGANIC CHEMICALS 9.61 68 - NON FERROUS METALS 7.73 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 6.76

73.9 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 7.06 07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 6.62

03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 5.54 66 - NON METALIC MINERALS MFS 5.94

71.42 87.83

Riau --> Share Nasional 14.27 Jambi --> Share Nasional 0.91 Sumatera Selatan --> Share Nasional 2.40

75 - OFFICE MACH.& AUT.DATA PROC. 17.49 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 35.67 23 - CRUDE RUBBER 32.13

42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 17.10 23 - CRUDE RUBBER 35.45 68 - NON FERROUS METALS 28.36

77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS 16.47 25 - PULP AND WASTE PAPER 8.74 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 11.06

76 - TELECOMMUNICATION & REPRO. APP 9.39 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 6.39 07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 6.98

25 - PULP AND WASTE PAPER 6.10 24 - WOOD, LUMBER AND CORK 5.87 335 - RESIDUAL PETROLEUM PRODUCTS 4.82

64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 5.12 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 4.22 83.36

71.68 96.34

Bengkulu --> Share Nasional 0.16 Lampung --> Share Nasional 1.42 DKI --> Share Nasional 9.69

23 - CRUDE RUBBER 45.52 07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 28.76 84 - CLOTHING 33.01

32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES 32.55 25 - PULP AND WASTE PAPER 15.98 78 - ROAD VEHICLES 7.38

42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 15.62 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 14.68 971 - GOLD,NON-MONETARY 5.32

07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 2.39 05 - FRUITS AND VEGETABLES 11.32 65 - TEXTILE YARNS, FABRICS&PROD. 5.01

96.08 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 7.14 89 - MISC. MANUFACTURED ARTICLES 4.80

77.88 77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS 4.10

59.63

Jawa Barat --> Share Nasional 27.07 Jawa Tengah --> Share Nasional 4.21 DIY --> Share Nasional 0.23

65 - TEXTILE YARNS, FABRICS&PROD. 12.82 65 - TEXTILE YARNS, FABRICS&PROD. 24.87 84 - CLOTHING 25.53

84 - CLOTHING 12.00 82 - FURNITURE AND PARTS THERE OF 22.67 82 - FURNITURE AND PARTS THERE OF 25.16

76 - TELECOMMUNICATION & REPRO. APP 11.52 84 - CLOTHING 18.37 89 - MISC. MANUFACTURED ARTICLES 8.54

77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS 7.50 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 9.99 61 - LEATHER, LEATHER MFS. NES 6.77

85 - FOOTWEAR 6.90 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 3.59 65 - TEXTILE YARNS, FABRICS&PROD. 5.80

64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 5.20 79.50 71.80

55.93

Jawa Timur --> Share Nasional 10.46 Bali --> Share Nasional 0.79 Nusa Tenggara Barat --> Share Nasional 1.07

64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 13.12 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 20.36 28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 86.22

68 - NON FERROUS METALS 12.25 84 - CLOTHING 19.62 78 - ROAD VEHICLES 2.55

03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 9.31 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 15.09 79 - OTHER TRANSPORT EQUIPMENT 2.18

51 - ORGANIC CHEMICALS 7.61 89 - MISC. MANUFACTURED ARTICLES 11.42 05 - FRUITS AND VEGETABLES 1.71

82 - FURNITURE AND PARTS THERE OF 7.38 82 - FURNITURE AND PARTS THERE OF 11.08 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 1.61

63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 5.88 77.57 94.28

55.56

Nusa Tenggara Timur --> Share Nasional 0.02 Kalimantan Barat --> Share Nasional 0.75 Kalimantan Selatan --> Share Nasional 2.86

03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 18.79 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 54.48 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES 64.56

66 - NON METALIC MINERALS MFS 12.03 23 - CRUDE RUBBER 28.74 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 23.81

07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 9.76 24 - WOOD, LUMBER AND CORK 4.68 23 - CRUDE RUBBER 5.21

27 - CRD.FERTILIZERS&CRD.MINERALS 8.02 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 4.17 79 - OTHER TRANSPORT EQUIPMENT 1.23

29 - CRD.ANIMAL&VEGETABLE MAT,NES 7.42 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES 2.48 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 0.98

53 - DYEING,TANNING&COLOURING MAT 6.61 94.55 95.79

62.63

Kalimantan Timur --> Share Nasional 5.27 Sulawesi Utara --> Share Nasional 0.36 Sulawesi Tengah --> Share Nasional 0.22

32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES 56.91 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 51.57 07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 85.63

63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 16.85 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 20.85 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 5.55

52 - INORGANIC CHEMICALS 5.75 07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 14.33 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 2.37

51 - ORGANIC CHEMICALS 4.12 08 - FEEDING STUFF FOR ANIMALS 3.39 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 2.35

335 - RESIDUAL PETROLEUM PRODUCTS 3.62 05 - FRUITS AND VEGETABLES 2.71 24 - WOOD, LUMBER AND CORK 1.91

87.24 92.84 97.82

Sulawesi Selatan --> Share Nasional 1.96 Sulawesi Tenggara --> Share Nasional 0.30 Irian Jaya --> Share Nasional 2.48

28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 46.07 67 - IRON AND STEEL 63.06 28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 83.41

07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 29.98 28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 16.04 79 - OTHER TRANSPORT EQUIPMENT 4.32

03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 11.31 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 10.10 78 - ROAD VEHICLES 4.20

63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 3.24 07 - COFFEE, TEA, COCOA, SPICES 5.32 03 - FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP 2.14

66 - NON METALIC MINERALS MFS 2.77 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 2.37 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 1.59

93.37 96.89 95.65