Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS...

43
Kajian Ekonomi Regional Jakarta Triwulan III 2010

Transcript of Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS...

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Kajian Ekonomi Regional

Jakarta

Triwulan III 2010

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

(KER) Jakarta Triwulan IIII 2010 ini dapat diselesaikan. Buku KER berisi informasi

mengenai perkembangan terkini ekonomi dan perbankan di Jakarta yang di era

otonomi daerah keberadaannya dirasakan semakin penting. Tujuan dari

penyusunan buku laporan triwulanan ini untuk memenuhi kebutuhan Bank

Indonesia dalam mempertajam informasi tentang perekonomian regional

khususnya DKI Jakarta, sehingga dapat mendukung formulasi kebijakan moneter

Bank Indonesia. Selain itu, juga ditujukan untuk memberikan informasi kepada

stakeholder tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta, dengan

harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi

bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang

membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di

Jakarta.

Memasuki triwulan III 2010, kinerja perekonomian wilayah Provinsi DKI Jakarta

masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Kinerja investasi mengalami

peningkatan sejalan dengan prospek investasi yang membaik disertai kuatnya

permintaan. Konsumsi masih kuat ditopang oleh daya beli masyarakat yang

membaik, terjaganya optimisme masyarakat terhadap perekonomian, dan tingkat

inflasi yang masih terkendali masih cukup kuat. Sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) meningkat seiring adanya hari besar keagamaan dan peningkatan

ekspor. Perkembangan inflasi hingga akhir triwulan III 2010 berada dalam arah

yang meningkat, bersumber dari volatile food, khususnya sayuran, terutama

disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat faktor cuaca. Kinerja perbankan

terus menunjukkan peningkatan dengan risiko kredit tetap terkendali dan sistem

pembayaran masih tetap terjaga dalam memenuhi kebutuhan transaksi

perekonomian. Sementara pencapaian realisasi terkini belanja APBD 2010

Pemprov. DKI Jakarta lebih rendah dari pada tahun 2009.

Ke depan, perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh di atas 6,0% pada

triwulan IV 2010. Diprakirakan prospek investasi di Indonesia yang tetap baik,

konsumsi tetap kuat, dan ekspor tetap tinggi. Secara sektoral, sumber

pertumbuhan ekonomi Jakarta ditopang oleh kinerja sektor keuangan, sektor

bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan. Sementara itu, inflasi pada

triwulan mendatang diperkirakan cenderung stabil meskipun masih terdapat

risiko dari beberapa komoditas pangan. Kerjasama Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Jakarta perlu semakin ditingkatkan untuk menghasilkan langkah-

langkah strategi kebijakan yang semakin nyata dalam meredam kenaikan harga.

Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat dalam rangkaian panjang

proses pembangunan ekonomi Jakarta.

Jakarta, November 2010

BIRO KEBIJAKAN MONETER

Sugeng

Kepala Biro

Page 3: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta iii

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman iv

BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL halaman 1

Sisi Permintaan halaman 2

Sisi Penawaran halaman 8

BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA halaman 15

BOKS : Peran Strategis Perekonomian Jakarta dan

Tantangannya dalam Upaya Menciptakan Stabilitas

Harga

halaman 19

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN halaman 21

Intermediasi Perbankan halaman 21

Risiko Kredit Perbankan halaman 23

Kredit UMKM halaman 24

BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 25

Transaksi RTGS halaman 25

Transaksi Kliring halaman 25

BAB V. KEUANGAN DAERAH halaman 27

Realisasi Belanja APBD halaman 28

Realisasi Pendapatan APBD halaman 29

BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI halaman 31

Beberapa Asumsi yang Digunakan halaman 31

Pertumbuhan Ekonomi halaman 33

Inflasi halaman 37

Page 4: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

iv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta v

Ringkasan Eksekutif

Perkembangan Makro Regional

Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2010 tumbuh 6,5% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan Nasional (5,8%; yoy). Meskipun demikian

arah pertumbuhannya menunjukkan perlambatan. Perekonomian

Jakarta pada triwulan III 2010 tumbuh 6,5% (yoy), melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,7%; yoy). Kenaikan impor

menahan laju pertumbuhan karena menjadi faktor pengurang, sehingga

laju net ekspor turun. Akan tetapi untuk komponen sisi permintaan

lainnya tetap baik, kinerja investasi terus membaik dengan didukung

oleh kuatnya pertumbuhan konsumsi dan tingginya ekspor. Peningkatan

konsumsi didukung oleh daya beli masyarakat yang membaik disertai

optimisme masyarakat yang terjaga dan tingkat inflasi yang masih

terkendali. Di sisi sektoral, seiring adanya hari besar keagamaan dan

peningkatan ekspor pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) meningkat.

Perkembangan Inflasi Regional

Inflasi pada akhir triwulan III 2010 meningkat menjadi sebesar

5,44% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,52%; yoy).

Tekanan inflasi terbesar berasal dari volatile food, khususnya sayuran,

yang disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat faktor cuaca dan

masih berlangsungnya pembelian yang dilakukan ke sentra produksi

langsung oleh berbagai pelaku usaha di luar Jawa. Sementara itu, harga

komoditas makanan jadi seperti gula pasir dan roti masih tinggi seiring

adanya perayaan hari keagamaan dan kenaikan harga bahan baku

(tepung terigu dan gula pasir). Inflasi administered price terjadi lonjakan

dipicu kebijakan pemerintah di bidang harga pada triwulan laporan yaitu

kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan tarif jalan tol..

Perkembangan Perbankan

Pada triwulan III 2010, kinerja perbankan Jakarta terus

menunjukkan peningkatan dan risiko kredit tetap terkendali.

Perkembangan kegiatan intermediasi perbankan membaik sebagaimana

terpantau dari perkembangan LDR (loan to deposit ratio) yang

menunjukkan peningkatan dari 74,0% menjadi 76,2%, didorong oleh

perkembangan DPK dan kredit. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat

menjadi 14,1% (yoy) sementara kredit yang disalurkan oleh perbankan

di Jakarta tumbuh 18,0% (yoy). Kualitas kredit terjaga dengan rasio

gross Non Performing Loan (NPL) tetap di bawah 5%. Sementara itu,

kredit UMKM yang berupa kredit mikro, kecil dan menengah (MKM)

Page 6: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

vi

masih tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya dan menunjukkan

pertumbuhan yang tinggi,.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kegiatan sistem pembayaran menunjukkan peningkatan seiring

masih tingginya aktivitas ekonomi. Volume transaksi keuangan melalui

sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai

22.687 transaksi dengan nilai rata-rata mencapai Rp75,88 triliun.

Demikian halnya dengan transaksi non tunai melalui sarana kliring yang

volume rata-ratanya mengalami peningkatan dibanding periode triwulan

sebelumnya, dengan diikuti peningkatan kualitas kliring yang membaik.

Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi penyerapan belanja APBD Pemda DKI Jakarta mencapai

40,3% hingga triwulan III 2010. Pencapaian tersebut lebih rendah dari

pencapaian tahun 2009 pada periode yang sama yang dapat mencapai

44,7% yang antara lain disebabkan masih tertundanya beberapa proyek

infrastruktur dan masih berlangsungnya proses lelang. Sementara pada

pos pendapatan, pencapaian lebih baik dibandingkan tahun 2009,

dengan realisasi penerimaan APBD 2010 secara nominal telah tercapai

Rp16,82 triliun atau sebesar 73,3%. Penerimaan pajak daerah dan dana

perimbangan meningkatkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan

tahun sebelumnya.

Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Pertumbuhan Jakarta triwulan ke depan diperkirakan tetap lebih

besar dari 6%. Pada triwulan IV 2010 ekonomi Jakarta diperkirakan

masih akan tumbuh stabil dengan laju pertumbuhan berada pada

kisaran 6,3-6,7%. Proses pemulihan ekonomi global diperkirakan tetap

berlanjut. Sementara prospek investasi di Indonesia yang tetap baik,

menjadi pendorong kinerja investasi Jakarta. Seiring dengan

pertumbuhan investasi, kebutuhan impor barang modal menjadi relatif

tinggi. Sementara konsumsi diperkirakan tetap kuat dan ekspor tetap

tinggi. Dilihat secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta

ditopang oleh kinerja sektor keuangan, sektor bangunan, sektor jasa-

jasa dan sektor pengangkutan. Sementara itu, inflasi pada triwulan

mendatang diperkirakan cenderung stabil meskipun masih terdapat

risiko dari beberapa komoditas pangan.

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 1

BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Jakarta tumbuh lebih tinggi dibandingkan nasional.

Namun demikian arahnya relatif indentik, yaitu terjadi perlambatan. Pada

triwulan III 2010 Jakarta tumbuh sedikit melambat sebesar 6,5% (yoy),

dibandingkan triwulan sebelumnya (6,7%; yoy). Di sisi permintaan,

kenaikan impor menahan laju pertumbuhan karena menjadi faktor

pengurang, sehingga laju net ekspor turun. Sementara untuk komponen

lain terjadi peningkatan, antara lain kinerja investasi, ekspor, dan

konsumsi. Prospek investasi yang membaik disertai kuatnya permintaan

berdampak positif pada peningkatan investasi. Sementara daya beli yang

membaik mendorong konsumsi, seiring penyaluran gaji ke-13,

terjaganya optimisme masyarakat terhadap perekonomian, dan tingkat

inflasi yang masih terkendali. Di sisi sektoral, terjadi peningkatan

pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) seiring

adanya hari besar keagamaan dan peningkatan ekspor.

1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Jakarta

Meskipun sedikit melambat, perekonomian Jakarta pada triwulan

III 2010 mencatat pertumbuhan sebesar 6,5% (yoy) masih relatif

tinggi dan berada di tengah perkiraan awal (6,3 6,7%).

Dibandingkan pertumbuhan nasional yang hanya sebesar 5,8% (yoy)

pertumbuhan Jakarta termasuk tinggi. Pandangan dunia internasional

terhadap iklim dan prospek investasi di Indonesia yang semakin membaik

juga berdampak positif pada pada meningkatnya kinerja investasi dalam

perekonomian Jakarta. Namun demikian, perlambatan tersebut sejalan

dengan indikator penuntun (leading indicators) PDRB Jakarta, yang

mengarah pada penurunan meskipun berada dalam fase ekspansi. Hal

ini dipengaruhi oleh melambatnya berbagai indikator pembentuk

(komposit) indikator penuntun seperti indeks penjualan eceran, nilai

transaksi pada sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), indeks

produksi, nilai impor barang modal, nilai tukar dan nilai ekspor.

Grafik I.1 Indikator Penuntun PDRB Jakarta

98

99

99

100

100

101

101

102

102

103

103

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Composit Leading Indicator PDRB Jakarta

PDRB CLI

fase kontraksi fase kontraksi

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

2

Struktur perekonomian Jakarta yang masih didominasi oleh peran

sektor tersier. Pangsa sektor tersier1 dalam perekonomian Jakarta pada

triwulan III 2010 mencapai 71,2%, diikuti oleh sektor sekunder dan

sektor primer yang masing-masing sebesar 28,3% dan 0,5%. Sementara

itu, perekonomian Jakarta memiliki pangsa 17,0% dalam perekonomian

nasional. Distribusi perekonomian Jakarta yang terkonsentrasi pada

sektor tersier dan sekunder ini tidak terlepas dari peran Jakarta sebagai

sentra bisnis dan penghubung perekonomian nasional dengan global.

A. SISI PERMINTAAN

Tingginya pertumbuhan investasi yang ditengarai dari impor

barang modal, menjadikan impor sebagai faktor pengurang net

ekspor tumbuh turun. Turunnya net ekspor mendorong pertumbuhan

ekonomi Jakarta menjadi sedikit melambat. Peningkatan ekspor yang

cukup menonjol terutama pada berbagai barang manufaktur seperti

listrik, mesin, dan suku cadang, lebih lanjut diikuti dengan meningkatnya

impor terutama untuk barang modal, bahan baku, dan barang

konsumsi. Kinerja konsumsi di Jakarta yang menguat dipengaruhi oleh

daya beli masyarakat yang membaik. Selain itu, optimisme masyarakat

yang tetap terjaga dalam melihat kondisi ekonomi ke depan turut

memicu konsumsi untuk tumbuh lebih cepat. Sebagai respons atas

menguatnya konsumsi tersebut dan membaiknya prospek perekonomian

ke depan, pelaku usaha melakukan perluasan sarana produksi melalui

investasi. Penilaian berbagai lembaga pemeringkat internasional

terhadap sovereign credit rating Indonesia yang terus membaik

merefleksikan iklim dan prospek investasi yang semakin cerah. Kondisi ini

secara keseluruhan mendorong kinerja investasi di Jakarta mengalami

ekspansi. Sementara itu, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan

ekonomi global terutama di negara-negara mitra dagang berdampak

positif pada kinerja ekspor yang tetap tumbuh tinggi.

Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy)

1 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa

I II III* IV* I* II* III*

Konsumsi 7.5 6.2 6.5 6.7 6.7 6.5 4.6 5.7 6.3

Investasi 8.5 1.3 3.2 3.2 3.3 2.8 7.4 7.7 15.2

Ekspor 4.6 -0.5 -0.7 -1.0 3.1 0.2 1.7 8.4 9.2

Impor 27.6 -1.0 -4.4 -4.5 2.7 -1.8 1.2 7.9 11.0

Net Ekspor -67.6 4.0 57.5 53.6 7.9 26.1 6.1 13.4 -8.5

P D R B 6.2 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.7 6.5

* angka sementara BPS DKI Jakarta

2008* 2009*

2009 2010

DKI

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 3

1. Konsumsi

Konsumsi pada triwulan III 2010 tumbuh cepat sebesar 6,3% (yoy)

relatif stabil dibandingkan periode triwulan sebelumnya (5,7%;

yoy). Peningkatan konsumsi disebabkan oleh peningkatan daya beli

masyarakat. Daya beli didorong oleh pencairan gaji ke-13 dan

peningkatan gaji profesional. Pencairan gaji ke-13 yang telah diterima

pegawai Pemprov DKI berjumlah 70.133 PNS, 13.088 CPNS dan 3.413

PTT, pada bulan Juli 2010. Hasil survei yang dilakukan lembaga riset

menunjukkan naiknya pendapatan yang diterima oleh kaum pekerja

profesional dengan rentang yang lebih tinggi dibanding kenaikan gaji

pada tahun 2009. Pada rilis hasil survey bulan Mei 2010, gaji kelompok

pekerja profesional mengalami kenaikan 5 15% (Tabel I.2) atau lebih

tinggi dibanding periode tahun 2009 yang sebesar 0 13%.

Peningkatan gaji yang lebih tinggi di tahun 2010 terjadi pada kategori

pekerjaan fast moving consumer good, telekomunikasi, teknologi

informasi, perbankan, dan asuransi.

Indikator daya beli menunjukkan indikasi yang stabil. Membaiknya

daya beli ini juga disertai oleh terjaganya optimisme masyarakat

terhadap kondisi perekonomian sebagaimana terlihat pada indeks

penghasilan saat ini yang tetap berada di atas angka 1002 (Grafik I.5).

Berbagai indikator terkait konsumsi menunjukkan arah yang sejalan

dengan laju pertumbuhan konsumsi pada PDRB, yaitu Survei Penjualan

Eceran terutama untuk alat rumah tangga (elektronik), pakaian, dan

suku cadang kendaraan bermotor (Grafik I.2), pendaftaran mobil/motor

baru3 (Grafik I.3), maupun pengeluaran yang bersifat rutin (nondurable

goods) lainnya seperti bahan bakar dan konsumsi energi lainnya (listrik

rumah tangga) (Grafik I.4).

Grafik I. 2 Survei Penjualan Eceran

Grafik I. 3 Perkembangan Pendaftaran

Mobil/Motor Baru

2 Survey Konsumen Bank Indonesia. IKK di atas 100 menunjukkan optimisme masyarakat, sebaliknya apabila IKK berada di bawah 100 maka masyarakat cenderung bersikap pesimis terhadap kondisi perekonomian. 3 Data dari Dinas Pelayanan Pajak, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

-100

-50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy Survei Penjualan Eceran

g.Indeks Alat RT g.Pakaian g.Sk-Cad-Kend

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy

g.Pendaftaran Mobil Baru g.Pendaftaran Motor Baru

Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Jakarta

Page 10: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

4

Grafik I. 4 Konsumsi Energi Rumah Tangga

Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini

Pembiayaan konsumsi relatif tumbuh moderat. Pertumbuhan kredit

konsumsi (riil) yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan posisi

Agustus 2010 tumbuh moderat sebesar 8,5% (yoy), dibanding posisi

akhir triwulan II 2010 (7,1%). Sementara pembiayaan dari lembaga

pembiayaan non-bank (leasing) pada posisi Agustus 2010 tercatat juga

tumbuh terbatas (1,3%), dibanding periode akhir triwulan II 2010

(0,5%) (Grafik I.6). Tingkat bunga yang tetap masih mendorong

masyarakat untuk melakukan pembelian barang-barang konsumsi yang

bersifat durable seperti elektronik, kendaraan bermotor, rumah, dan lain-

lain dengan cara mengangsur melalui lembaga pembiayaan.

Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional

Grafik I.6 Perkembangan Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) dan Pembiayaan Nonbank

2. Investasi

Kinerja investasi tetap menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III

2010, investasi tumbuh 15,2% (yoy) atau tetap tinggi dibanding periode

triwulan II 2010 (7,7%, yoy). Permintaan domestik yang menguat dan

permintaan pasar luar negeri yang tetap tinggi mendorong pelaku usaha

untuk melakukan ekspansi bisnis dan atau perluasan kapasitas produksi.

Indikator investasi non-bangunan menunjukkan bahwa peningkatan

kinerja investasi terutama bersumber dari investasi non-bangunan seperti

penambahan kapasitas (Grafik I.9) dan perluasan lahan industri (Grafik

I.28). Penambahan kapasitas terlihat dari impor barang modal yang

meningkat tinggi, terutama pembelian kendaraan roda 4 atau lebih,

kapal laut, komputer, dan besi/baja. Berdasarkan riset lembaga properti,

total penjualan lahan industri pada triwulan III 2010 mencapai 927,250

0

2

4

6

8

10

12

14

1500

1700

1900

2100

2300

2500

2700

2900

3100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoyJuta Kwh

Kons Listrik RT g.Kons Listrik RT (rhs)

Sumber : PLN, diolah

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

Indeks Survei Konsumen-Kondisi Saat Ini

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan saat ini

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Sektor 2007 2008 2009 2010

FMCG 10-12% 9-12% 3-11% 6-11%

Telekomunikasi 12-17% 10-12% 0-9% 5-9%

TI 9-11% 8-10% 6-9% 5-10%

Farmasi 8-12% 8-11% 7-10% 6-8%

Perbankan 10-15% 9-12% 6-10% 5-12%

Migas 12-15% 12-15% 8-12% 8-12%

Asuransi 8-12% 11-15% 9-13% 5-15%

Logistik 9-12% 9-12% 7-10% 6-9%

Perkebunan 10-12% 9-12% 7-10% 7-10%

Sumber: SWA, BTI Consultants

-20

-10

0

10

20

30

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III*

2008 209 2010

%, yoy%, yoy

g.kredit kons riil (rhs) g.Leasing (yoy) (rhs)

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 5

m2 dan investasi industri elektronik hingga triwulan III 2010 mencapai

400 juta USD untuk investasi rutin seperti pergantian bentuk dan

pengembangan produk baru. Kemudian berdasarkan informasi Dinas

Pelayanan Pajak, pendaftaran alat berat seperti kendaraan pick-up, truk

dan alat berat lainnya masih bertumbuh (Grafik I.9). Alat berat tersebut

digunakan untuk pembangunan infastruktur. Sementara investasi

bangunan relatif moderat yang tercermin dari penjualan semen yang

stabil (Grafik I.10) dan pembangunan properti komersial yang masih

terbatas (Grafik I.28).

Grafik I.9 Perkembangan Impor Barang Modal dan Pendaftaran Alat Berat Baru

Grafik I.10 Konsumsi Semen

Prospek dan iklim investasi yang membaik turut mendorong

peningkatan kinerja investasi di Jakarta. Perbaikan peringkat

sovereign credit rating Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh

berbagai lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch, S&P,

dan JCRA berdampak positif pada keyakinan investor asing terhadap

prospek investasi di Indonesia. Hal ini berdampak langsung pada kinerja

investasi di Jakarta. Ekspektasi terhadap kegiatan dunia usaha

menunjukkan bahwa dalam periode triwulan ke depan persepsi

pengusaha menunjukkan perkembangan yang terus membaik (Grafik

I.12). Hasil survei kegiatan dunia usaha mengindikasikan optimisme

pengusaha terhadap meningkatnya pemesan barang dari luar negeri

yang disertai harga jual yang cenderung stabil (Grafik I.13). Berdasarkan

komoditas, permintaan akan produk otomotif dan besi/baja meningkat

signifikan pada triwulan III 2010.

Grafik I.11 Kegiatan Usaha dan Bisnis

Grafik I.12 Ekspektasi Kegiatan Bisnis

-100

-50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy

g.Volum Impor Brg Modal g.Pick Up,Truk,Alat Berat,Truk Tanki[baru]

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoyribuan ton

Penjualan Semen g.Penjualan-rhs

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III-p

2007 2008 2009 2010

Indeks SBT Sumber : SKDU Jakarta

Ekspektasi Situasi Bisnis Situasi Bisnis

Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha

70

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2007 2008 2009 2010

Indeks

Order Brg. Input Riil Order DN Riil Order LN Riil

Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil

*) angka perkiraanSumber : BPS, diolah

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

6

Grafik I.13 Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi mendukung peningkatan kinerja investasi.

Hingga Agustus 2010, kredit perbankan yang disalurkan untuk tujuan

investasi di Jakarta secara riil tercatat tetap tumbuh tinggi sebesar 7,31%

(yoy), dibandingkan periode akhir triwulan sebelumnya. Selain itu, pada

triwulan III 2010 terdapat beberapa perusahaan yang melakukan initial

public offering (IPO) yang telah tercatat di Bapepam, yaitu masing-

masing untuk 2 emiten obligasi senilai Rp1,5 triliun, dan 2 emiten saham

senilai Rp8,89 triliun.

3. Kegiatan Ekspor-Impor4

Kinerja perdagangan luar negeri dan antar daerah masih

mengalami peningkatan pada triwulan III 2010. Masih tingginya

permintaan untuk produk otomotif dan besi/baja berdampak positif

pada kinerja ekspor Jakarta yang tetap tumbuh tinggi. Ekspor Jakarta

pada triwulan III 2010 dapat tumbuh 9,2% (yoy), lebih tinggi dibanding

periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,9% (yoy). Ekspor

barang manufaktur masih dalam tren meningkat adalah mesin/mekanik,

suku cadang/aksesoris, peralatan listrik, dan pakaian jadi (Grafik I.17).

Sementara itu, kegiatan arus bongkar/muat barang di Pelabuhan

Tanjung Priok menunjukkan tren yang stabil. Selain itu dari sisi harga,

harga logam dasar masih meningkat seiring penurunan stok dan

peningkatan permintaan internasional. Kemudian untuk ekspor jasa,

relatif mengalami peningkatan sebagaimana terindikasi dari semakin

panjang lamanya hari menginap turis asing (Grafik I.16).

Grafik I.14 Komposisi Ekspor Jakarta

Grafik I.15 Perkembangan Arus Perdagangan di

Tanjung Priok

4 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau

antar pulau) (Grafik I.14)

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III

2008 209 2010

%

Total IPO (Rp miliar) - rhs g.kredit inv riil (yoy)

Komposisi Ekspor Jakarta

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Luar negeri

(36,7%)

Domestik

(63,3%)

Jasa

(70,0%)

Barang

(30,0%)

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

%, yoy g.Bongkar

g.Muat

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 7

Sejalan dengan permintaan ekspor dan domestik yang tinggi,

permintaan impor berupa barang modal dan bahan baku industri

masih dalam tren meningkat. Pada triwulan laporan impor Jakarta

tumbuh 11,0% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II 2010 (6,8%,

yoy). Peningkatan impor bahan baku terutama untuk suku cadang dan

aksesoris; bahan plastik; kimia organik; dan peralatan listrik (Grafik I.18).

Keseluruhan bahan baku untuk industri memiliki pangsa mencapai 86%

dari keseluruhan nilai impor Jakarta. Sementara impor barang modal

untuk kebutuhan investasi berupa kendaraan bermotor (Grafik I.9).

Grafik I.16 Indikator Ekspor Jasa

Grafik I.17 Pertumbuhan Volume Ekspor Komponen Utama Manufaktur Jakarta

Grafik I. 18 Perkembangan Volume Impor Jakarta

2.00

2.50

3.00

3.50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2009

hari Rata-rata Lama Menghinap Tamu Asing

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy

Peralatan listrik Pakaian Jadi Mesin dan mekanik Suku cadang & aksesori

-100

0

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy

Bahan plastik Suku cadang & aksesori Peralatan listrik

Kendaraan bermotor Kimia Organik

pangsa : 40%* data prakiraan

Page 14: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

8

B. SISI PENAWARAN

Meningkatnya ekspor, kinerja investasi yang meningkat, dan

menguatnya konsumsi, berdampak positif terhadap kinerja

sektor-sektor utama Jakarta. Pada triwulan III 2010, sektor yang

mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup tinggi antara lain

sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor konstruksi, dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Beberapa sektor ekonomi

lainnya pada triwulan laporan juga mengalami pertumbuhan yang positif

dan hanya sektor pertambangan yang mengalami kontraksi

pertumbuhan. Meningkatnya kinerja berbagai sektor ekonomi di Jakarta,

terutama sektor-sektor yang memiliki pangsa besar dalam perekonomian

Jakarta, dipengaruhi oleh menguatnya permintaan domestik maupun

internasional berdampak mendorong dilakukannya investasi berupa

penambahan alat angkut dan mesin industri.

Tabel I.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, yoy)

1. Industri

Sektor industri pada triwulan III 2010 tumbuh 3,0% (yoy). Kinerja

sektor industri pada triwulan laporan ini relatif terbatas dibanding

periode triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% (yoy). Terbatasnya

pertumbuhan industri ini dikonfirmasi melambatnya indikator untuk

konsumsi energi listrik industri (Grafik I.19) dan indeks produksi industri

(Grafik I.20). Indeks produksi untuk industri logam dasar, makanan,

tekstil, alat angkut dan elektronik relatif stabil (Grafik I.21). Demikian

pula dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan ke sektor industri relatif

terbatas (Grafik I.22). Sementara dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL)

I* II* III*

Pertanian 0.8 0.8 -0.8 0.7 0.7 0.3 0.9 1.6 0.9

Pertambangan 0.3 -2.5 -9.9 -2.4 -2.6 -4.3 -6.8 1.4 -6.3

Industri 3.9 1.6 0.1 -0.3 -0.8 0.1 3.0 4.8 3.0

Listrik 6.3 6.1 4.7 4.9 2.7 4.6 5.3 5.8 5.1

Bangunan 7.7 6.3 6.5 6.1 5.9 6.2 6.9 7.4 7.3

Perdagangan 6.7 3.3 3.4 4.4 4.8 4.0 6.8 7.2 7.4

Pengangkutan 14.8 15.7 15.3 15.4 16.2 15.6 15.2 14.8 15.0

Keuangan 4.2 4.5 4.2 3.8 3.4 4.0 4.0 4.3 4.4

Jasa-jasa 6.0 5.8 6.2 6.5 7.4 6.5 6.7 6.6 6.4

PDRB 6.2 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.7 6.5

* angka sementara BPS DKI Jakarta

2008* 2009*II III*

2009 2010

IV*IDKI

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 9

terhadap industri relatif berpengaruh minimal terhadap kinerja industri

secara keseluruhan5.

Grafik I. 19 Konsumsi Energi Industri

Grafik I. 20 Indeks Produksi Industri

Grafik I. 21 Rincian Indeks Produksi Industri

Grafik I. 22 Kredit Sektor Industri

Grafik I. 23 Indeks Tendensi Bisnis Industri

Pada triwulan III 2010 industri menunjukkan tendensi bisnis yang

turun. Meskipun permintaan luar negeri dan domestik tetap tinggi,

namun perkembangan tendensi bisnis industri menunjukkan penurunan

pada pendapatan usaha, penggunaan kapasitas produksi dan jumlah jam

kerja. Diperkirakan stok produk di pasar masih relatif tinggi, setelah

produsen memacu distribusi guna meraih momentum dari pertumbuhan

permintaan, sehingga pada triwulan III 2010 produsen mengurangi

kapasitas produksi guna menghindari penumpukan pasokan.

Perkembangan pembiayaan sektor industri cenderung moderat.

Hingga Agustus 2010, pertumbuhan kredit industri trennya masih

moderat, dengan tingkat pertumbuhan riil pada triwulan ini hanya

mencapai kisaran 1,1% (yoy) (Grafik I.22). Sementara itu, profil risiko

(non performing loan/NPL) sektor industri telah berada di bawah ambang

batas yang diperkenankan (<5%) dan terus menunjukkan tren

penurunan rasio.

5 Hasil survei Bank Indonesia terhadap industri di 9 wilayah kerja Bank Indonesia.

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

1000

1200

1400

1600

1800

2000

2200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%juta KWH

Konsumsi Listrik Industri

Listrik Industri %, yoy - rhs

-4

-2

0

2

4

6

8

10

110

115

120

125

130

135

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2007 2008 2009 2010

%, yoy

Industrial Production Index (IPI) g.Industrial Production Index(rhs)

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

-40

-20

0

20

40

60

80

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2007 2008 2009 2010

%, yoy%, yoy

g.IPI Tekstil g.IPI Logam dasar g.IPI Mesin g.Makanan

Sumber : CEIC, diolah

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-30

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2007 2008 2009 2010

%%

g.kredit Industri Riil (mtm) - rhs g.kredit Industri Riil (yoy)

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

I II III IV I II III

2008 2009

%, yoy

Pendapatan Usaha Peg. Kap. Prod. Jumlah Jam Kerja ITB

Page 16: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

10

2. Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi masih mencatat

pertumbuhan yang tinggi (15,0%, yoy), setelah pada triwulan II

2010 juga tumbuh mencapai 14,8% (yoy). Di tengah pertumbuhan

pelanggan telepon seluler yang masih tinggi (Grafik I.24), penetrasi pasar

yang terus dilakukan oleh berbagai operator telepon melalui penyediaan

akses layanan yang lebih bersifat value added, khususnya layanan data,

mendorong kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh

tinggi. Saat ini, penggunaan telepon seluler sebagai sarana untuk akses

internet di Indonesia mencapai 51%-52%6, lebih tinggi dibandingkan

dari komputer (48%-49%). Salah satu penyedia layanan sarana

komunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) hingga 30

September 2010 mencatat kenaikan pendapatan usaha sebesar Rp1,96

triliun atau 3,9%, menjadi Rp52,12 triliun dari sebelumnya Rp50,16

triliun. Kenaikan itu sebagian besar disumbang dari pendapatan data

internet dan jasa teknologi informatika.

Sementara itu, pertumbuhan subsektor transportasi relatif stabil.

Perkembangan jumlah penumpang yang menggunakan sarana angkutan

laut, pesawat udara, dan kereta api, relatif stabil (Grafik I.25). Selama

masa Lebaran, volume penumpang yang menggunakan angkutan kereta

api mencapai 2.654.226 orang, atau naik tipis 1,69% dari tahun 2009

(2.610.097 penumpang). Sementara untuk penumpang bus trans Jakarta

meningkat 6,65% (yoy) dibanding akhir triwulan II 2010 (3,56%; yoy)

sebagai implikasi penerapan sterilisasi jalur bus dari kendaraan lainnya,

sehingga kecepatan bus meningkat dan mempersingkat waktu tunggu.

Grafik I.24 Perkembangan Telepon Seluler

Grafik I.25 Perkembangan Jumlah

Penumpang Moda Transportasi

Grafik I.26 Perkembangan Penumpang Bus Trans Jakarta

6

Hasil riset Google terhadap pengguna Opera Mini tahun 2010

0

10

20

30

40

50

60

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%Jutaan orang

Sumber : CEIC dan Pers ReleaseCellular (telkomsel + Indosat+ProXL) (data perkiraan)

g.Pelanggan Cellular Jabodetabek (yoy) - rhs

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy%, yoy

Kereta Api Jabodetabek Angkutan Udara Soekarno Hatta

Angkutan Laut Tanjung Priok-rhs

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

%, yoyjuta orang jumlah penumpang

g.jumlah penumpang (rhs)

Sumber : www.transjakarta.co.id, diolah

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 11

3. Bangunan

Sektor bangunan tetap tumbuh tinggi (7,3%), relatif moderat

dibanding periode sebelumnya. Masih tingginya pertumbuhan sektor

bangunan bersumber dari pembangunan properti oleh swasta.

Pembangunan properti terutama masih berasal dari properti untuk

industri, dimana terdapat penambahan 500-Ha lahan industri untuk dari

3 perusahaan di sekitar area greater Jakarta, antara lain di Bekasi

Karawang. Sementara untuk properti swasta lainnya adalah properti

apartemen milik (selesainya Tower A Gandaria Height dan Tower A of

Centro City), apartemen sewa (pembangunan Menara Budi Apartment

sehingga menambah pasokan sebanyak 291 unit menjadi kumulatif

37,756 unit), dan properti retail (pembangunan Gandaria City dan lantai

3 Tanah Abang Blok B, yang menambah pasokan menjadi sebesar

3,532,600 m2). Sementara infrastruktur pemerintah daerah berupa

perbaikan jalan, pembebasan lahan banjir kanal timur, dan normalisasi

saluran air.

Grafik I.27 Hasil Survei Properti Residensial

Grafik I.28 Riset Lembaga Properti Komersial

4. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Adanya perayaan hari besar keagamaan ikut mendorong

peningkatan laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) tumbuh 7,4%. Meningkatnya laju pertumbuhan sektor

ini dipengaruhi oleh masih kuatnya konsumsi dan kinerja ekspor yang

tetap tumbuh tinggi. Berbagai indikator terkait perkembangan sektor

PHR menunjukkan tren yang meningkat seperti indeks penjualan eceran,

konsumsi listrik sektor bisnis (Grafik I.29) dan arus barang di Tanjung

Priok (Grafik I.31). Selain itu, perkembangan jumlah wisatawan dan

tingkat hunian mengindikasikan pertumbuhan yang cukup tinggi (Grafik

I.30). Jumlah pengunjung yang masuk ke Ancol pada triwulan III 2010

diperkirakan mencapai target sebanyak 1,4 juta lebih tinggi

dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun 2009 (1,1 juta

pengunjung).

0

1000

2000

3000

Tw IV-2008 Tw I-2009 Tw II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010

Unit terjual

Survei Properti Residensial

TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010

%, yoy

Retail Office Industrial Condominium for Sale

Sumber: Cushman&Wakefield, diolah

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

12

Grafik I.29 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis

dan Survei Penjualan Eceran

Grafik I.30 Perkembangan Jumlah Wisman

dan Tingkat Hunian

Grafik I.31 Arus Barang melalui Kereta dan Pelabuhan

Pertumbuhan subsektor perdagangan dipengaruhi oleh

perkembangan kegiatan ekspor yang masih tinggi. Kinerja sub

sektor perdagangan didorong oleh pertumbuhan ekspor barang yang

masih tinggi. Namun demikian, arus perdagangan domestik relatif tidak

tinggi tercermin dari perlambatan arus barang yang melalui kereta dan

pelabuhan (Grafik I.31).

Peningkatan pembiayaan kredit perbankan turut mendorong

pertumbuhan sektor perdagangan. Posisi kredit (berdasarkan lokasi

proyek) yang disalurkan di sektor ini pada akhir Agustus 2010 tercatat

sebesar Rp91,9 triliun, atau secara tahunan mengalami peningkatan

18,2%. Selain itu, kualitas kredit di sektor ini juga terus terjaga

sebagaimana tercermin dari rasio NPL yang selalu berada di bawah 5%.

5. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa

tumbuh meningkat 4,4% (yoy), dibandingkan triwulan

sebelumnya (4,3%). Iklim dunia usaha yang kondusif dan ditunjang

oleh menguatnya permintaan, serta masih berlanjutnya tren penurunan

suku bunga berpengaruh pada kegiatan di sektor keuangan, persewaan,

dan jasa usaha. Nilai dan frekuensi transaksi di pasar modal masih

mengalami peningkatan (Grafik I.32). Selain itu, pada triwulan laporan

terdapat initial public offering (IPO) dari 2 emiten obligasi perusahaan

otomotif dan jasa pengangkutan dengan nilai Rp1,5 triliun; serta 2

emiten saham dari perusahaan makanan dan energi senilai Rp8,89triliun.

Sementara tingkat hunian (occupancy rate) persewaan retail dan

-10

0

10

20

30

40

50

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

%, yoy%, y-o-y

g.Kons Listrik Bisnis (yoy) g.SPE (rhs)

Sumber : PLN dan SPE-BI, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

40

42

44

46

48

50

52

54

56

58

60

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

%%

Hotel Occupancy Rate g.Kunjungan Turis (rhs)

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy%, yoy

Kereta Api Jawa Angkutan Laut Tanjung Priok-rhs

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 13

apartemen relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik

I.33). Faktor positif lainnya adalah pertumbuhan kredit lokasi proyek dan

simpanan masing-masing meningkat sebesar 21,3% (yoy) dan 14,1%

(yoy).

Grafik I. 32 Perkembangan Transaksi

Saham

Grafik I.33 Tingkat Hunian Apartemen

dan Retail

6. Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listrik 5,1%% (yoy), masih tumbuh tinggi di atas 5%

sebagaimana triwulan sebelumnya. Konsumsi listrik di wilayah

Jakarta yang cenderung meningkat seiring dengan membaiknya kegiatan

bisnis dan perdagangan yang menjadi salah satu faktor yang mendorong

naiknya pertumbuhan sektor ini. Sementara penambahan daya listrik

berasal dari interkoneksi Jawa-Bali dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Labuan sebesar 630 MW, PLTU Rembang 630 MW, Suryalaya 640

MW, PLTU Lontar 8 sebesar 300 MW. Pembangkit lain yang akan

beroperasi adalah PLTU Pacitan 1 sebesar 315 MW dan Pacitan 630 MW.

Pasokan yang semakin meningkat secara total telah mendorong

konsumsi listrik Jakarta dan pendapatan di sektor listrik tumbuh masih

tinggi (Grafik I.34). Pada subsektor air bersih, pada triwulan ini Pemda

juga telah menganggarkan dana Rp20 miliar untuk kegiatan normalisasi

saluran air, dengan mengeruk enam sungai.

Grafik I.34 Pendapatan dan Konsumsi Listrik DKI Jakarta

-100

-50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

%, yoy

Frekuensi Saham Diperdagangkan Nilai Saham Diperdagangkan

82%

83%

84%

85%

86%

87%

88%

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010

56%

58%

60%

62%

64%

66%

68%

70%

72%

Apartment Rental Office (rhs)

Sumber: Cushman Wakefield, diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010

0

2

4

6

8

10

12

14

16 %, yoy%, yoy

g.Pendapatan PLN g.Konsumsi Listrik Total(rhs)

Sumber : PLN, diolah

Page 20: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

14

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 15

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA

Inflasi pada akhir triwulan III 2010 meningkat menjadi sebesar 5,44%

(yoy) yang terutama bersumber dari volatile food, khususnya sayuran.

Hal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat faktor

cuaca dan masih berlangsungnya pembelian yang dilakukan ke sentra

produksi langsung oleh berbagai pelaku usaha di luar Jawa. Sementara

itu, inflasi administered price dipicu oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL)

dan tarif jalan tol.

Perkembangan inflasi IHK Jakarta hingga akhir triwulan laporan

masih cenderung meningkat, terutama dipicu oleh kenaikan

harga pada komoditas bahan makanan khususnya sayuran.

Kenaikan harga sayuran tersebut terutama terjadi pada bulan Juli 2010,

akibat berkurangnya pasokan. Kenaikan harga masih terjadi terutama

pada komoditas cabe. Menurunnya pasokan komoditas cabe di Jakarta

terlihat pada kondisi pasokan per minggu di Pasar Induk Kramat Jati.

Sementara untuk beras kondisi pasokan di Pasar Induk Beras Cipinang

yang sempat menurun pada Agustus mendorong kenaikan harga pada

level tinggi yang tetap bertahan sampai dengan akhir triwulan,

walaupun sebenarnya pasokan mulai meningkat. Sebagai akibat masih

naiknya harga komoditas volatile food (sayuran) dan komoditas bahan

makanan lainnya (beras, termasuk minyak goreng dan tepung terigu

juga naik) ini, tercatat inflasi pada kelompok bahan makanan meningkat

(11,74%; yoy). Sementara itu, harga komoditas makanan jadi seperti

gula pasir dan roti masih tinggi seiring adanya perayaan hari keagamaan

dan kenaikan harga bahan baku (tepung terigu dan gula pasir). Hal ini

mendorong kelompok makanan jadi tetap lebih dari 10% (11,01%, yoy)

(tabel II.1). Kontribusi dua kelompok tersebut mencapai lebih dari 60%

dalam inflasi tahunan pada triwulan III 2010. Selain dua kelompok

tersebut, kelompok perumahan juga mengalami peningkatan seiring

kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang mulai diberlakukan Juli 2010.

Grafik II.1 Perkembangan Inflasi

Grafik II.2 Kontribusi Inflasi

Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Jakarta

0.7

1.0

0.2 0.3

0.2

0.1

0.7 0

.8

0.4

1.0

-0.2

0.9

1.9

0.3

0.8

0.8

1.5

1.9

1.3

0.2

1.0

0.4

0.3

0.1

-0.2

-0.2

0.3

-0.2

0.2

0.1 0

.4 0.4

0.9

0.1

-0.1

0.5 0

.7

0.1

0.1 0

.2 0.2

0.7

1.1

1.0

0.5

-4

0

4

8

12

16

-1

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

%, m-t-m %, y-o-y

Inflasi Jakarta

MTM

YOY (rhs)

panen panen

lebaran lebaran

kenaikan harga internasional

panen

harga BBM bersubsidi rata2 meningkat 28,7%

dampak 2nd round kenaikan harga BBM

Des : 1st round effectJan&Feb:1st+2nd round effect penurunan BBM

5,44

5.44

1.67

1.67

0.71

0.14

0.07

0.14

0.88

2.63

0.83

0.33

0.58

-0.08

0.03

0.13

0.77

-1 0 1 2 3 4 5 6

SHARE : IHK

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Pakaian

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

10

0.0

01

4.2

11

5.1

32

7.1

39

.59

4.7

39

.48

19

.74 %Kontribusi Inflasi

qtq

yoy

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

16

Grafik II.3 Inflasi Berdasarkan

Kelompok Barang (yoy)

Grafik II.4 Inflasi Berdasarkan Kelompok

Barang (qtq)

Kebijakan pemerintah di bidang harga pada triwulan laporan

terjadi pada tarif dasar listrik (TDL) dan tarif jalan tol. Kenaikan TDL

rata-rata sebesar 15%. Kenaikan terjadi pada pelanggan sosial (10%),

pelanggan rumah tangga lainnya (18%), pelanggan bisnis (12%-16%),

pelanggan industri lainnya (6%-15%) dan pelanggan pemerintah lainnya

(15%-18%). Harga yang diatur Pemerintah lainnya yaitu bahan bakar

minyak (BBM) subsidi7 relatif stabil sementara BBM non-subsidi pertamax

dan pertamax plus justru mengalami penurunan sekitar 3,9% 4,3%

dibandingkan harga tahun sebelumnya (Tabel II.2). Kenaikan BBM non-

subsidi hanya terjadi pada pertamax dex yang mencapai 6,6%.

Sementara itu, penetapan kenaikan tarif tol dilakukan pada pertengahan

Juli 2010, dengan besaran sebagai berikut, untuk ruas tol Jakarta-

Cikampek 9-11% dan tol Sedyatmo 7-12%.

7

Konsumsi BBM subsidi hampir mencapai 60%.

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy

IHK -0.13 6.98 0.15 3.45 1.73 2.63 0.58 2.34 0.92 3.43 1.21 4.52 2.63 5.44

Bahan Makanan 1.22 10.71 0.27 6.75 5.67 6.60 -0.77 5.17 2.43 6.43 3.84 11.54 5.86 11.74

Makanan jadi 2.30 9.51 0.87 7.74 2.31 9.02 2.87 8.55 4.29 10.66 1.24 11.12 2.20 11.01

Perumahan -0.08 9.91 1.05 6.29 0.09 1.78 0.09 0.28 0.29 0.66 0.08 0.55 2.14 2.61

Pakaian 3.97 8.06 1.54 4.87 0.44 6.11 2.55 5.31 -2.68 -1.43 2.52 2.76 -0.79 1.50

Kesehatan 0.30 4.09 0.91 6.04 0.39 4.76 0.47 4.13 0.16 3.99 0.12 1.15 0.66 1.42

Pendidikan 0.00 2.96 0.00 2.45 1.99 1.97 0.06 1.96 0.00 1.96 0.01 2.06 1.35 1.42

Transportasi -5.70 -0.16 -3.85 -7.15 1.36 -6.23 -0.30 -3.87 0.15 2.09 0.70 1.91 3.92 4.48

II2010

Inflasi Jakarta

IIIIV2009

Kelompok BarangI II III

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

Jakarta (y-o-y,%)

Bhn Makanan Mknn jadi Perumahan Pakaian

Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum

Sumber : BPS, diolah

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

Jakarta %(q-t-q)

Bhn Makanan Mknn jadi Perumahan PakaianKesehatan Pendidikan Transportasi Umum

Sumber : BPS, diolah

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 17

Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta

Secara umum kondisi konsumsi yang masih kuat masih dapat

diimbangi oleh sisi produksi. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

menunjukkan sektor produksi cenderung meningkatkan kapasitas

produksinya (Grafik I.13) melalui investasi, baik untuk mengimbangi

permintaan domestik maupun untuk memenuhi permintaan eskpor.

Respons sisi produksi yang memadai perlu terus dijaga untuk menunjang

menguatnya konsumsi, sehingga daya beli masyarakat yang membaik

tidak berpotensi untuk menekan terjadinya inflasi lebih tinggi. Ekspektasi

kenaikan harga dapat dipengaruhi melalui peran pemerintah daerah

lewat rilis ketersediaan pasokan yang masih cukup memadai, sehingga

turut berpengaruh positif dalam meredam kenaikan inflasi lebih lanjut

dan meminimalkan upaya spekulasi yang mencari margin keuntungan

tinggi dan penimbunan stok komoditas.

Grafik II.5 Ekspektasi Harga

Masih berkurangnya pasokan sayuran ke Pasar Induk Kramat Jati

pada Juli 2010 menyebabkan kenaikan harga beberapa komoditas

bahan pangan (volatile foods). Pada awal triwulan, pasokan beberapa

komoditas sayuran masih turun sehingga mendorong kenaikan harga.

Masih tingginya curah hujan di berbagai sentra produksi sayuran

menyebabkan gagal panen dan menurunnya produksi, sehingga

pedagang luar Jawa pun mulai mencari pasokan langsung dari sentra

produksi di Jawa, karena pasokan lokal mereka juga relatif terbatas.

Pasokan sayur ke Pasar Induk Kramat Jati pada Juli relatif lebih rendah

dibanding bulan-bulan sebelumnya yang dapat mencapai lebih dari 35

ribu ton per bulan. Sementara pada bulan tersebut, pasokan hanya

mencapai 30 ribu, terutama untuk komoditas cabe yang hanya sekitar

Tw I -

09Tw II-09

Tw III-

09

Tw IV-

09

Tw I -

10Tw II-10

Tw III-

10Tw I - II 10 Tw I - II 10

Tw II 09 - II

10

Tw III 09 -

III 10

Minyak Solar 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 0,0 0,0 0,0 0,0

Premium 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 0,0 0,0 0,0 0,0

Minyak Tanah 5.681 5.681 5.681 5.681 5.681 5.681 5.681 0,0 0,0 0,0 0,0

Pertamax Plus 6.300 6.600 7.000 6.800 7.300 6.700 6.700 -8,2 0,0 1,5 -4,3

Pertamax 5.600 6.000 6.400 6.300 6.750 6.250 6.150 -7,4 -1,6 4,2 -3,9

Pertamax Dex 5.800 6.550 6.850 7.100 7.400 7.100 7.300 -4,1 2,8 8,4 6,6

Sumber : Pertamina, diolah

Perubahan QtQ (%) Perubahan YoY (%)Harga (Rp)Jenis

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010

indeks

Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad

Page 24: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

18

3.718 ton, dari pasokan normal yang dapat sekitar 6 ribu ton per bulan.

Perkembangan tersebut menyebabkan harga eceran cabe merah pada

awal Juli mencapai Rp45.000,-/kg atau meningkat hampir 2 kali lipat

dibandingkan harga normal yang hanya di bawah Rp20.000,-/kg. Hal

lain yang perlu diwaspadai adalah penurunan pasokan beras di Pasar

Induk Cipinang pada Agustus sebagai persiapan menjelang Idul Fitri,

yang menyebabkan harga beras naik pada level yang tinggi dan

bertahan hingga akhir triwulan padahal pasokan berangsur mulai

meningkat, terutama berasal dari daerah Jawa Tengah. Kenaikan

terutama terjadi pada beras kualitas baik (IR-I, IR-II, Muncul, dan Setra),

sementara beras IR-III relatif turun. Faktor positif yang menyebabkan

adalah upaya Pemerintah yang telah menjatahkan raskin selama 2 bulan,

yaitu Agustus dan September yang dikeluarkan sekaligus pada Agustus.

Grafik II.6 Harga Beras Eceran dan Pasokan Beras di Pasar Induk Beras

Grafik II.7 Perkembangan Rata-rata

Pasokan dan Harga Sayur

Grafik II.8 Perkembangan Rata-rata

Pasokan dan Harga Buah

Grafik II.9 Perkembangan Rata-rata

Harga Bumbu-bumbuan

Grafik II.10 Perkembangan Harga Sembako

Grafik II.11 Perkembangan Harga Sembako

Lainnya

5,500

5,700

5,900

6,100

6,300

6,500

6,700

6,900

7,100

7,300

7,500

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp/kgton/bulan

Pasokan Beras Harga rata-rata Eceran Beras (rhs)

5,500

7,500

9,500

11,500

13,500

15,500

17,500

19,500

21,500

23,500

30,000

32,000

34,000

36,000

38,000

40,000

42,000

44,000

46,000

48,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp/kgton/bulan

Pasokan Sayur Harga rata-rata Sayur (rhs)

5,500

6,500

7,500

8,500

9,500

10,500

11,500

12,500

13,500

14,500

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp/kgton/bulan

Pasokan Buah Harga rata-rata

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp/kg

Cabe merah keriting Cabe merah TW Cabe rawit merahCabe rawit hijau Bawang merah

Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta

5000

6000

7000

8000

9000

10000

11000

12000

13000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2008 2009 2010

Rp/kg

Gula pasir Minyak goreng curah Tepung terigu

Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

5000

10000

15000

20000

25000

30000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010

Rp/kgRp/kg

Ayam Boiler/Potong Telur ayam rasDaging Sapi Murni (rhs)

Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 19

Boks : Peran Strategis Perekonomian Jakarta dan

Tantangannya dalam Upaya Menciptakan Stabilitas Harga

Dibanding daerah lain, peran ekonomi dan inflasi Jakarta

terbesar. Peran tersebut tercermin dari dengan bobot Jakarta yang

terbesar dibandingkan daerah lain. Inflasi Jakarta memiliki bobot sebesar

22,49% terhadap inflasi nasional, sementara ekonomi Jakarta memiliki

pangsa (share) sebesar 16,41% dalam ekonomi nasional.

Ekonomi dan inflasi Jakarta selalu lebih baik. Pola historis inflasi

Jakarta selalu lebih rendah dibanding nasional. Inflasi Jakarta perlu

dijaga, karena mampu mendorong pergerakan inflasi nasional lebih

stabil. Pertumbuhan ekonomi Jakarta lebih kuat, ketika terjadi shock,

penurunannya tidak sedalam Nasional. Secara historis, pertumbuhan

Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan Nasional.

Grafik A.1 Inflasi Jakarta dibanding Nasional

Grafik A.2 Perkembangan Ekonomi Jakarta

dibanding Nasional

Tantangan penanganan inflasi Jakarta masih akan dihadapi oleh

Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Jakarta. Tantangan yang masih akan

dihadapi oleh TPID berupa, (1) Harga di pasar induk Jakarta menjadi

acuan (benchmark) harga di daerah. Penentuan harga di daerah

mengacu harga yang terjadi di pasar induk Jakarta, karena volume yang

diperdagangkan relatif besar. Berkurangnya pasokan dari daerah

mendorong kenaikan harga di Jakarta, yang berimbas pula ke daerah. (2)

Harga eceran beras belum stabil. Khusus untuk komoditas beras, hasil

Kajian Kemendag8 menyatakan harga eceran beras bulanan paling tak

stabil ternyata justru terjadi di Jakarta dibanding kota besar lainnya

(Bandung, Surabaya, Medan, dan Makasar). (3) Ekspektasi inflasi, upaya

mempengaruhi perilaku masyarakat melalui konferensi pers khususnya

mejelang peak season. (4) Administered Price, pengaturan besaran dan

waktu penyesuaian tarif yang diatur Pemda (PDAM, busway, UMP, dan

lainnya).

8

Kajian Kebijakan Stabilisasi Harga Kebutuhan Pokok (Kemendag, 2008): Jakarta indeks stabilitas = 13,5 % sementara indeks stabilitas Indonesia

8,4 %

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008 2009 2010

%, yoy

Inflasi Jakarta

Inflasi Nasional

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010

%, yoy

Pertumbuhan PDRB Jakarta

Pertumbuhan PDB Nasional

Page 26: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

20

Grafik A.3 Perkembangan Pasokan dan

Harga

Grafik A.4 Perkembangan Pasokan dan

Harga

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT

TonRp/kgCabe Merah

Pasokan (Ton) - rhs Harga Cabe Merah Jkt

Harga Cabe Merah Palembang Harga Cabe Merah Medan

-

200

400

600

800

1,000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

22000

I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT

TonRp/kg

Bawang Merah

Pasokan (Ton) - rhs Harga Bawang Merah Jkt

Harga Bawang Merah Palembang Harga Bawang Merah Medan

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 21

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN

Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada triwulan III 2010

terus menunjukkan peningkatan dengan risiko kredit tetap

terkendali. Dana Pihak Ketiga (DPK) masih meningkat menjadi 14,1%

(yoy) sementara kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta

tumbuh 18,0% (yoy). Perkembangan kegiatan intermediasi perbankan

membaik sebagaimana terpantau dari perkembangan LDR (loan to

deposit ratio) yang menunjukkan peningkatan dari 74,0% menjadi

76,2%. Kualitas kredit terjaga dengan rasio gross Non Performing Loan

(NPL) tetap di bawah 5%. Demikian pula dengan kredit UMKM yang

berupa kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) tetap tumbuh tinggi,

tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.

Tabel III.1 Beberapa Indikator Perbankan Jakarta

A. INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan yang tercermin dalam loan to

deposit ratio (LDR) berdasarkan lokasi bank dan proyek

menunjukkan peningkatan. LDR hingga Agustus 2010 sebesar 76,2%

relatif meningkat dibanding LDR pada akhir triwulan II 2010 (74,0%).

Pada data terakhir triwulan laporan, dana pihak ketiga (DPK) perbankan

dan kredit tumbuh tinggi. Sementara itu, kredit dalam kategori UMKM

tetap tumbuh cukup tinggi (43,7%), namun pangsa kredit UMKM hanya

sebesar 25% dari total kredit Jakarta. Penghitungan LDR dengan kredit

yang ditujukan untuk lokasi peruntukan proyek Jakarta juga

menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik III.1 Perbandingan LDR Kredit Lokasi Bank dengan Lokasi Proyek

I II III IV I II III*

DPK Rp Miliar 880,839.2 899,351.3 921,394.6 995,416.6 994,087.8 1,012,718.1 1,054,017.8

Pertumbuhan (%, y-o-y) 21.7 17.6 17.2 14.6 12.9 12.6 14.1

Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 665,407.9 666,946.3 672,416.1 709,804.5 705,214.5 749,394.8 803,020.9

Pertumbuhan (%, y-o-y) 26.8 15.4 6.2 5.2 6.0 12.4 18.0

Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 476,032.0 476,533.0 492,633.7 520,547.4 524,875.2 564,256.8 590,523.8

Pertumbuhan (%, y-o-y) 27.0 16.7 9.4 7.6 10.3 18.4 19.4

Kredit UMKM Rp Miliar 133,817.4 143,407.7 148,208.5 155,941.7 185,750.0 191,264.3 211,389.0

Pertumbuhan (%, y-o-y) 17.1 15.8 9.2 13.6 38.8 33.4 43.7

LDR Lokasi Bank (%) 75.5 74.2 73.0 71.3 70.9 74.0 76.2

LDR Lokasi Proyek (%) 54.0 53.0 53.5 52.3 52.8 55.7 56.0

NPL (%) 4.5 4.5 4.2 3.8 3.8 3.3 3.1

*) s.d. Agustus 2010

2009 2010Uraian Satuan

50

55

60

65

70

75

80

85

40

45

50

55

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

%

Lokasi Proyek Lokasi Bank(rhs)

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

22

1. Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Jakarta

sampai dengan Agustus 2010 mengalami peningkatan. Secara

tahunan, penghimpunan DPK hingga Agustus 2010 tumbuh lebih cepat

dibandingkan posisi akhir triwulan II 2010 yaitu dari 12,6% menjadi

sebesar 14,1% (yoy). Berdasarkan komponen, peningkatan DPK

bersumber dari semua komponen. Pertumbuhan Giro naik ke 15,3%

(yoy), tabungan naik menjadi 22,1%(yoy), dan deposito naik menjadi

13,8%(yoy), dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya masing-

masing sebesar 2,4%; 14,4%; dan 12,8%.

Grafik III.2 Perkembangan Komponen DPK

Grafik III. 3 Perkembangan Kepemilikan DPK

2. Penyaluran Kredit

Perkembangan kredit selama triwulan III 2010 (hingga Agustus

2010) terus meningkat. Berdasarkan lokasi bank penyalur, kredit pada

triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp803,02 triliun (posisi Agustus 2010)

atau tumbuh lebih cepat yaitu sebesar 18,0% (yoy), dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,4%(yoy). Dilihat dari sisi

penggunaannya, pada triwulan III 2010 kredit modal kerja tercatat

mengalami ekspansi pertumbuhan 19,4% (yoy). Demikian halnya

dengan kredit investasi yang juga mengalami ekspansi 12,6% (yoy).

Namun, di sisi lain pertumbuhan kredit konsumsi mengalami

perlambatan yaitu 21,4% (yoy). Secara sektoral, membaiknya kinerja

perekonomian berbagai sektor ekonomi utama di Jakarta diikuti oleh

peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut. Pada beberapa sektor,

seperti industri, jasa dunia usaha, dan konstruksi membaik. Perlambatan

kredit konsumsi tercermin dalam perlambatan sektor lain-lain.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

%, y-o-yJakarta

Total Giro Tabungan Deposito

0

5

10

15

20

25

30

35

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

%, yoy%, yoy

Pemerintah Daerah BU Bukan Keuangan Milik Negara

Perseorangan (rhs) BU Bukan-Keuangan Milik Swasta (rhs)

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 23

Tabel III.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha

Tabel III.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral

B. RISIKO KREDIT PERBANKAN

Sampai dengan triwulan III 2010 (posisi Agustus 2010), risiko

kredit perbankan masih relatif terjaga di bawah 5%. Sampai

dengan posisi akhir Agustus 2010, risiko kredit yang tercermin pada

rasio NPLs gross bank berada pada level 3,1%. Perbaikan rasio NPL

tersebut karena kondisi perekonomian yang mulai membaik. Rasio NPL

sektor-sektor yang memiliki risk profile tinggi juga menunjukkan tren

I II III IV I II III*

Kredit Modal Kerja

Level Rp Miliar 359,444.3 349,090.4 340,665.7 355,713.9 341,011.5 373,402.2 415,376.1

Pertumbuhan (%, y-o-y) 22.9 8.8 (2.6) (3.8) (5.1) 7.0 19.4

Pertumbuhan (%, q-t-q) (2.8) (2.9) (2.4) 4.4 (13.3) 9.5 11.2

Pangsa (%) 54.0 52.3 50.7 50.1 48.4 49.8 51.7

Kredit Investasi

Level Rp Miliar 171,053.2 174,797.8 180,740.3 192,665.8 185,765.8 191,819.3 207,445.4

Pertumbuhan (%, y-o-y) 40.6 28.9 20.8 15.0 8.6 9.7 12.6

Pertumbuhan (%, q-t-q) 2.1 2.2 3.4 6.6 19.3 3.3 8.1

Pangsa (%) 25.7 26.2 26.9 27.1 26.3 25.6 25.8

Kredit Konsumsi

Level Rp Miliar 134,910.5 143,058.1 151,010.1 161,424.7 178,437.3 184,173.3 180,199.4

Pertumbuhan (%, y-o-y) 21.9 17.9 12.7 17.2 32.3 28.7 21.4

Pertumbuhan (%, q-t-q) (2.1) 6.0 5.6 6.9 48.3 3.2 (2.2)

Pangsa (%) 20.3 21.4 22.5 22.7 25.3 24.6 22.4

*) s.d. Agustus 2010

2009 2010Uraian

I II III IV I II III*

Kredit Industri

Level Rp Miliar 161,473.1 144,837.9 135,315.8 139,515.1 133,081.0 140,487.6 147,905.6

Pertumbuhan (%, y-o-y) 27.5 5.7 (8.0) (14.8) (17.6) (3.0) 2.5

Pertumbuhan (%, q-t-q) (1.4) (10.3) (6.6) 3.1 (4.6) 5.6 5.3

Pangsa (%) 24.3 21.7 20.1 19.7 18.9 18.7 18.4

Kredit Lain-Lain

Level Rp Miliar 134,991.3 143,129.6 151,082.6 161,488.2 186,228.1 192,107.3 197,995.9

Pertumbuhan (%, y-o-y) 22.0 17.9 12.7 17.1 38.0 34.2 33.3

Pertumbuhan (%, q-t-q) (2.1) 6.0 5.6 6.9 15.3 3.2 3.1

Pangsa (%) 20.3 21.5 22.5 22.8 26.4 25.6 24.7

Kredit Jasa DU

Level Rp Miliar 106,882.8 104,178.2 105,872.1 109,644.0 100,545.9 109,586.0 114,228.0

Pertumbuhan (%, y-o-y) 28.5 12.7 1.3 (2.1) (5.9) 5.2 8.8

Pertumbuhan (%, q-t-q) (4.6) (2.5) 1.6 3.6 (8.3) 9.0 4.2

Pangsa (%) 16.1 15.6 15.7 15.4 14.3 14.6 14.2

Kredit Perdagangan

Level Rp Miliar 93,633.4 99,792.5 97,129.9 103,369.9 89,530.8 99,129.3 109,877.7

Pertumbuhan (%, y-o-y) 19.6 11.6 5.7 11.8 (4.4) (0.7) 12.4

Pertumbuhan (%, q-t-q) 1.2 6.6 (2.7) 6.4 (13.4) 10.7 10.8

Pangsa (%) 14.1 15.0 14.4 14.6 12.7 13.2 13.7

Kredit Pengangkutan

Level Rp Miliar 49,081.8 48,986.9 55,574.3 56,009.0 57,015.5 57,480.6 54,325.2

Pertumbuhan (%, y-o-y) 50.3 29.7 21.8 11.6 16.2 17.3 0.6

Pertumbuhan (%, q-t-q) (2.2) (0.2) 13.4 3.7 1.3 0.8 (5.5)

Pangsa (%) 7.4 7.3 8.3 7.9 8.1 7.7 6.8

Kredit Konstruksi

Level Rp Miliar 35,128.3 35,576.1 35,413.0 35,892.0 31,329.7 34,256.8 35,530.8

Pertumbuhan (%, y-o-y) 32.1 17.7 4.0 (1.6) (10.8) (3.7) 1.7

Pertumbuhan (%, q-t-q) 1.9 1.3 (0.5) 2.7 (14.5) 9.3 3.7

Pangsa (%) 5.3 5.3 5.3 5.1 4.4 4.6 4.4

Kredit Pertanian

Level Rp Miliar 31,975.4 37,806.8 33,871.9 34,536.4 32,043.6 37,527.3 44,032.4

Pertumbuhan (%, y-o-y) 25.9 38.1 20.2 10.7 0.2 (0.7) 24.6

Pertumbuhan (%, q-t-q) 4.2 18.2 (10.4) (2.2) (5.8) 17.1 17.3

Pangsa (%) 4.8 5.7 5.0 4.9 4.5 5.0 5.5

Kredit Pertambangan

Level Rp Miliar 25,631.0 24,018.1 28,884.0 30,144.1 38,598.9 42,856.7 48,314.8

Pertumbuhan (%, y-o-y) 0.6 (7.6) 6.2 11.7 50.6 78.4 60.4

Pertumbuhan (%, q-t-q) (8.3) (6.3) 20.3 0.1 1.3 11.0 12.7

Pangsa (%) 3.9 3.6 4.3 4.2 5.5 5.7 6.0

Kredit Listrik, Air, Gas

Level Rp Miliar 18,377.6 20,299.6 21,765.5 21,225.6 22,559.3 23,464.7 22,198.8

Pertumbuhan (%, y-o-y) 101.1 119.0 69.8 21.8 22.8 15.6 (1.1)

Pertumbuhan (%, q-t-q) 6.5 10.5 7.2 (5.4) 1.3 4.0 (5.4)

Pangsa (%) 2.8 3.0 3.2 3.0 3.2 3.1 2.8

*) s.d. Agustus 2010

2010Uraian

2009

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

24

yang menurun. Salah satunya adalah sektor perdagangan dengan rasio

NPL yang turun dari 4,4% menjadi 3,8%. Sementara rasio NPL industri

pengolahan tetap stabil di bawah 5%, yaitu sebesar 4,1%.

Grafik III.4 NPLs Jenis Penggunaan

Grafik III.5 NPLs Sektor Ekonomi Utama

C. KREDIT UMKM (LOKASI PROYEK)

Pertumbuhan kredit mikro, kecil dan menengah (MKM9)

Bank di

Jakarta mengalami percepatan. Hingga Triwulan III 2010, kredit MKM

di Jakarta tumbuh 38,8% (yoy) menjadi 205,76 triliun. Nominal kredit

MKM Jakarta tersebut masih tertinggi dibandingkan dengan provinsi

lain. Provinsi lain yang penyaluran kredit MKM-nya termasuk tinggi

diantaranya provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Secara

nasional, penggunaan kredit MKM tersebut masih berupa kredit

konsumsi (pangsa 52,2%), yang tercermin pula secara sektoral dalam

kredit lain-lain (pangsa 55,6%). Sementara kredit MKM yang bersifat

produktif (investasi dan modal kerja) tercatat masih meningkat, yang

tercermin secara sektoral pada sektor jasa dunia usaha, industri,

perdagangan, dan listrik.

Tabel III.4 Perkembangan Kredit UMKM

9 Termasuk kredit MKM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

%

Konsumsi Modal Kerja Investasi

batas NPL

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009 2010

%

Konstruksi Peng., Pergd., dan Kom. Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan Hotel

batas NPL

(Miliar Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertumbuhan

2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 (yoy)

1. DKI Jakarta 133,817.4 143,407.7 148,208.5 155,941.7 186,281.9 191,832.5 205,764.3 38.8%

2. Jawa Barat 103,425.1 108,727.3 112,633.3 117,856.5 121,720.1 133,069.1 137,382.2 22.0%

3. Jawa Timur 78,499.4 81,425.3 84,395.0 89,356.9 91,849.1 98,081.0 101,889.6 20.7%

4. Jawa Tengah 63,833.5 66,878.3 69,527.1 72,038.8 73,568.6 78,808.9 81,291.6 16.9%

5. Sumatera Utara 34,552.2 36,292.4 38,236.4 39,863.5 41,066.8 43,237.6 45,262.6 18.4%

6. Banten 29,148.9 29,274.3 30,117.3 31,647.8 34,104.5 36,936.3 39,752.5 32.0%

7. Sulawesi Selatan 22,834.2 24,210.9 24,949.4 27,048.4 27,983.4 30,077.5 31,143.0 24.8%

8. Riau 17,380.7 18,449.0 19,455.5 20,208.6 20,574.4 22,582.6 22,784.3 17.1%

9. Bali 16,765.7 17,582.3 18,351.3 19,236.2 19,867.0 21,053.4 22,018.6 20.0%

10. Sumatera Selatan 14,745.1 16,153.6 17,152.0 18,343.2 19,049.9 20,714.2 21,996.3 28.2%

Total 10 Propinsi 515,002.2 542,401.1 563,025.9 591,541.6 636,065.9 676,393.0 709,285.1 26.0%

Propinsi Lainnya 148,794.8 158,935.4 167,229.4 175,359.8 176,329.0 192,686.1 205,185.1 22.7%

Total Kredit MKM Nasional 663,797.0 701,336.6 730,255.3 766,901.4 812,394.8 869,079.1 914,470.2 25.2%

Baki Debet

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 25

BAB IV PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan sistem pembayaran sampai triwulan III 2010 masih tetap

terjaga dalam memenuhi kebutuhan transaksi perekonomian. Nilai

transaksi pembayaran nontunai dengan menggunakan sarana BI Real

Time Gross Settlement (RTGS) masih tinggi. Sementara pelayanan

nontunai lainnya (kliring) juga menunjukkan kinerja membaik

sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya persentase tolakan kliring

yang terus menunjukkan penurunan.

A. TRANSAKSI RTGS

Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan

sarana RTGS tetap tinggi (Tabel IV.1). Nilai transaksi RTGS dalam

triwulan laporan kira-kira mencapai Rp75,88 triliun per hari dan dari sisi

volume sebanyak 22.687 transaksi per hari. Disamping itu, penggunaan

RTGS masih mendominasi pembayaran nontunai yang nilai nominalnya

mencapai lebih dari 95% dari total nilai transaksi nontunai, karena

mampu melayani transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat

mendesak (urgent) antara lain seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank

(PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta

asing (valas). Pengguna sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh

nasabah bank untuk jumlah transaksi dari luar Jakarta ke Jakarta.

Tabel IV.1 Transaksi RTGS Harian

B. TRANSAKSI KLIRING

Rata-rata transaksi harian melalui kliring di Jakarta pada triwulan

III 2010 meningkat (Tabel IV.2). Rata-rata harian jumlah warkat kliring

I II III IV I II III

RTGS (Rp Miliar) 59,093 72,102 66,591 61,165 68,005 82,549 75,885

Dari Jakarta 35,302 42,783 38,780 35,914 41,107 48,456 44,553

ke Jakarta(f-t) 11,985 15,320 12,876 11,529 12,923 16,037 14,210

ke Luar Jakarta(f) 23,316 27,463 25,904 24,385 28,185 32,419 30,343

Ke Jakarta 23,791 29,320 27,811 25,251 26,898 34,093 31,332

dari Luar Jakarta(t) 23,791 29,320 27,811 25,251 26,898 34,093 31,332

RTGS (Volume) 18,947 20,396 20,652 21,878 21,621 22,247 22,687

Dari Jakarta 10,606 11,502 11,519 12,678 12,876 13,613 14,099

ke Jakarta(f-t) 3,215 3,470 3,046 3,594 3,532 3,553 3,531

ke Luar Jakarta(f) 7,391 8,032 8,473 9,084 9,344 10,059 10,569

Ke Jakarta 8,341 8,895 9,133 9,200 8,745 8,635 8,588

dari Luar Jakarta(t) 8,341 8,895 9,133 9,200 8,745 8,635 8,588

2009 2010

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

26

naik menjadi 241.970 warkat dibandingkan triwulan sebelumnya

229.670 warkat. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring di

triwulan laporan Rp3,74 triliun, meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (Rp3,61 triliun). Faktor yang mempengaruhi

kenaikan nilai transaksi tersebut antara lain karena meningkatnya

transfer dengan nominal yang kecil, dan seiring adanya perayaan hari

besar keagamaan.

Tabel IV.2 Rata-rata Harian Transaksi Kliring

Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan III 2010 semakin baik

(Tabel IV. 3). Persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total

rata-rata harian kliring, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai

transaksi relatif rendah dan menunjukkan penurunan. Persentase rata-

rata harian nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak masing-

masing adalah 0,75% dan 0,35%. Rendahnya temuan Cek/BG kosong

didorong oleh upaya Bank Indonesia memberlakukan penerbitan daftar

hitam nasional penarik cek dan atau bilyet giro kosong.

Tabel IV.3 Tolakan Kliring

VolumeNominal

(miliar rupiah)I 198,919 3,174

II 217,356 3,499

III 225,148 3,648

IV 213,995 3,510

I 190,947 2,994

II 187,848 2,538

III 188,912 2,628

IV 218,399 3,520

I 213,480 3,547

II 229,670 3,613

II 241,970 3,743

2008

2009

Triwulan

2010

Nominal

(juta Rupiah)

Volume

(lembar)

Nominal

(juta Rupiah)

Volume

(lembar)

Nominal

(%)

Volume

(%)

I 14,943 514 3,173,572 198,919 0.47 0.26

II 15,424 513 3,498,543 217,356 0.44 0.24

III 20,185 587 3,647,637 225,148 0.55 0.26

IV 20,233 677 3,510,452 213,995 0.58 0.32

I 19,249 625 2,993,592 190,947 0.64 0.33

II 20,226 606 2,538,039 187,848 0.80 0.32

III 20,655 712 3,310,022 216,357 0.62 0.33

IV 22,947 683 3,520,222 218,399 0.65 0.31

I 25,403 693 3,407,388 213,480 0.75 0.32

II 30,490 793 3,612,950 229,670 0.84 0.35

II 27,109 838 3,742,854 241,970 0.72 0.35

2009

2008

Kliring Total

Triwulan

PersentasePenarikan Cek/BG Kosong

2010

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 27

BAB V KEUANGAN DAERAH

Hingga akhir triwulan III 2010, realisasi belanja APBD Pemprov. DKI

Jakarta mencapai 40,3% atau lebih rendah dari pencapaian tahun 2009

pada periode yang sama yang mencapai 44,7% yang antara lain

disebabkan masih tertundanya beberapa proyek infrastruktur dan masih

berlangsungnya proses lelang. Sementara pada pos pendapatan, realisasi

penerimaan APBD 2010 secara nominal telah tercapai Rp16,82 triliun

atau sebesar 73,3%. Penerimaan pajak daerah dan dana perimbangan

meningkatkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya.

Pada bulan Agustus 2010 APBD Jakarta tahun 2010 mengalami

perubahan melalui rapat paripurna DPRD. APBD Perubahan (APBD-P)

2010 ditetapkan sebesar Rp 26,71 triliun, atau bertambah sekitar Rp2,03

triliun dari APBD penetapan sebesar Rp 24,67 triliun. Dengan rincian,

target pendapatan bertambah sebesar Rp 791 miliar menjadi Rp 22,96

triliun dari sebelumnya sebesar Rp 22,17 triliun. Kemudian, anggaran

belanja bertambah sebesar Rp 1,94 triliun menjadi Rp 26,23 triliun dari

sebelumnya Rp 24,28 triliun. Terdapat lima dinas yang mendapatkan

anggaran tambahan tertinggi yaitu Dinas Pendidikan, Kesehatan,

Pekerjaan Umum, Perhubungan, serta Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil

Menengah dan Perdagangan (KUMKMP). Penambahan anggaran di

Dinas Kesehatan dialokasikan utamanya untuk anggaran Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK-Gakin) dan penambahan

perlengkapan puskesmas yang saat ini sudah berjalan., Anggaran Dinas

Perhubungan bertambah sebesar 4,5% yang sebagian besar akan

dialokasikan untuk pendirian ruang kontrol (control room) di Badan

Layanan Umum (BLU) Transjakarta. Control Room ini digunakan untuk

mengatur dan mengawasi operasionalisasi armada bus Transjakarta yang

selama ini masih menggunakan handy talky (HT).

Grafik V.1 Proporsi PAD dan Dana Perimbangan

Grafik V.2 Proporsi Belanja Langsung dan Tidak langsung

55.1 55.2 53.9 53.6

40.6 44.6 46.1 43.6

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2007 2008 2009 2010

Proporsi Pendapatan

Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah

Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah

66.5 75.1 71.7 73.1

29.3 24.9 28.3 26.9

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2007 2008 2009 2010

Proporsi Belanja

Belanja Modal Belanja Administrasi dan Ops

Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

28

Meskipun adanya perubahan terhadap APBD 2010, proporsi

belanja APBD terutama masih didominasi oleh belanja rutin.

Belanja rutin tersebut diantaranya adalah belanja yang bersifat

administrasi dan operasional seperti belanja pegawai. Proporsi belanja

rutin mencapai 73% dari total belanja. Sementara proporsi belanja

modal sedikit turun menjadi 27% atau setara Rp 7,63 triliun. Namun

demikian, nilai belanja modal masih mengalami peningkatan dibanding

APBD 2009. Komponen belanja modal terutama untuk belanja

infrastruktur publik yang diharapkan memiliki dampak multiplier yang

besar terhadap perekonomian Jakarta.

Tabel V.1 APBD DKI Jakarta dan Realisasi (Miliar Rupiah)

A. Realisasi Pendapatan APBD

Nilai realisasi APBD pendapatan daerah pada triwulan III 2010

meningkat dibandingkan realisasi pada tahun 2009. Nilai realisasi

pendapatan APBD hingga triwulan III 2010 mencapai Rp16,82 triliun,

lebih besar dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp12,85 triliun.

Kontribusi pendapatan asli daerah meningkat menjadi Rp9,42 triliun

atau sudah mencapai 76,5% dari yang dianggarkan. Pencapaian

tersebut didorong oleh kegiatan sosialisasi supaya wajib pajak dapat

membayar tepat waktu. Sosialisasi yang juga dilakukan secara nasional,

berupa pekan panutan pelayanan pajak yang dimaksudkan untuk

menjaring pendapatan daerah dari pajak secara lebih optimal. Hal lain

yang turut mendorong pencapaian penerimaan tersebut adalah tingkat

Uraian (Rp Miliar)

Anggaran

Perubahan

2009

Realisasi Tw

III 2009 %

Anggaran

Perubahan

2010

Realisasi

Tw III-2010 %

PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah 11,134.5 7,330.0 65.8 12,315.4 9,421.8 76.5

Pajak Daerah 9,397.0 6,160.0 65.6 10,083.0 7,971.2 79.1

Retribusi Daerah 384.6 317.5 82.5 407.9 295.0 72.3

Laba Perusahaan Milik Daerah 180.0 157.2 87.3 212.8 199.5 93.8

Lain-Lain Pendapatan 1,172.9 - - 1,611.6 956.0 59.3

Dana Perimbangan 9,540.0 5,520.0 57.9 10,006.1 7,138.4 71.3

Lain-Lain Penerimaan Yang Sah - - - 641.9 261.0 40.7

Total Pendapatan Daerah 20,674.5 12,850.0 62.2 22,963.4 16,821.1 73.3

BELANJA

Belanja Tidak Langsung 6,710.7 4,500.0 65.9 8,577.6 5,149.1 60.0

Belanja Langsung 15,428.8 6,040.0 36.0 17,551.7 5,377.5 30.6

Belanja Pegawai 1,872.0 1,170.0 58.0 1,383.0 791.6 57.2

Belanja Barang Dan Jasa 7,611.9 3,300.0 40.9 8,536.7 3,788.7 44.4

Belanja Modal 5,944.9 1,560.0 23.3 7,632.1 797.1 10.4

Total Belanja Daerah 22,139.5 10,540.0 44.7 26,129.3 10,526.5 40.3

Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta (data sementara)

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 29

penjualan kendaraan bermotor yang meningkat signifikan pada tahun

2010, sehingga penerimaan yang diperoleh dari bea balik nama dan

pajak kendaraan bermotor turut meningkat signifikan.

B. Realisasi Belanja APBD

Realisasi belanja APBD triwulan III 2010 masih lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Pencapaian realisasi

belanja pada triwulan III 2009 dapat mencapai 44,7 %. Namun pada

triwulan II 2010 penyerapan yang dapat dilakukan baru mencapai

40,3% atau sebesar Rp10,52 triliun. Hal tersebut antara lain disebabkan

oleh belum terealisasinya pembebasan lahan dan penundaan

pembangunan beberapa proyek (antara lain terminal Pulo Gebang,

pembangunan kabel bawah laut, dan proyek rehabilitasi sekolah-sekolah

besar). Sementara berdasarkan satuan kerja, sebanyak 13 dinas yang

memiliki alokasi anggaran terbesar, terdapat lima dinas yang

penyerapannya masih di bawah 25%. Untuk mendorong realisasi

penyerapan anggaran di 702 satuan kerja perangkat daerah (SKPD),

Gubernur DKI Jakarta sudah meminta para asisten gubernur untuk

melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap para pimpinan SKPD.

Dengan demikian realisasi penyerapan APBD DKI 2010 diharapkan akan

lebih baik daripada realisasi APBD 2009 yang hanya mencapai 83%.

Kegiatan pembangunan infrastruktur yang berlangsung antara lain

adalah lanjutan pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dengan

pembebasan 46 pemilik lahan yang terkena proyek Kanal Banjir Timur

(KBT), di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara; pengerukan enam

sungai (Kali Grogol, Kali Ciliwung, Kali Penghubung Rawa Kerbau, Kali

Penghubung Kesehatan, dan Saluran Serdang). Sementara itu, dalam

rangka pembangunan jalan layang Antasari-Blok M dan

Kampungmelayu-Tanahabang (jalan layang Dr Satrio) yang saat ini masih

dalam proses redesain, Pemprov DKI telah mengalokasikan dana sekitar

Rp2 triliun, dengan rincian Rp1,2 triliun untuk ruas Antasari-Blok M dan

Rp800 miliar untuk ruas Kampung Melayu-Tanah Abang.

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

30

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 31

BAB VI OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

Stabilnya ekonomi Jakarta diperkirakan masih akan berlanjut pada

triwulan IV 2010 dengan laju pertumbuhan yang diperkirakan berada

pada kisaran 6,3-6,7%. Prospek investasi di Indonesia yang tetap baik,

menjadi pendorong kinerja investasi Jakarta. Seiring dengan

pertumbuhan investasi, kebutuhan impor barang modal menjadi relatif

tinggi. Sementara konsumsi diperkirakan tetap kuat dan ekspor tetap

tinggi. Dilihat secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta

ditopang oleh kinerja sektor keuangan, sektor bangunan, sektor jasa-jasa

dan sektor pengangkutan. Sementara itu, inflasi pada triwulan

mendatang diperkirakan cenderung stabil meskipun masih terdapat

risiko dari beberapa komoditas pangan.

A. BEBERAPA ASUMSI YANG DIGUNAKAN

Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik

Proses pemulihan ekonomi global diperkirakan tetap berlanjut

dengan optimisme yang semakin membaik. Hal ini terlihat dari

dilakukannya revisi ke atas angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global

oleh berbagai lembaga internasional. IMF pada rilis World Economic

Outlook 201010

memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia dapat

mencapai 4,8%, setelah pada rilis Juli 2010 IMF masih meyakini

pertumbuhan ekonomi tumbuh 4,6%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi

dunia yang lebih baik ini tidak terlepas dari perkembangan kondisi

ekonomi makro yang terus membaik. Perekonomian global masih terus

menunjukkan pertumbuhan meskipun tidak merata. Perekonomian

negara-negara besar seperti AS, Jepang dan China mengalami

perlambatan. Di sisi lain, negara-negara Eropa khususnya Jerman dan

Perancis tumbuh lebih baik dari perkiraan. Peningkatan tersebut antara

lain didorong oleh ekspor yang meningkat serta hasil stress test

perbankan Eropa yang lebih baik dari perkiraan sehingga memicu

optimisme pelaku ekonomi. Selain itu, perekonomian negara-negara

emerging market juga tetap tumbuh dengan solid. Ekspor diperkirakan

masih mendapatkan permintaan yang tinggi, seiring revisi ke atas

prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia tahun 2010

(Oktober 2010) menjadi 11,4%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya

(9,0%). Pertumbuhan ekspor ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi

global yang terus membaik terutama China dan India seiring dengan

semakin tersebarnya negara tujuan ekspor.

10 World Economic Outlook 2010, Oktober 2010, International Monetary Funds (IMF)

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

32

Tabel VI.1. Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2010 diprakirakan akan

terus mengalami peningkatan. Di sisi permintaan, sumber utama

pertumbuhan diprakirakan berasal dari permintaan domestik yang terus

menguat dan perbaikan kinerja investasi. Kondisi tersebut mencerminkan

pemulihan ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah kondisi

eksternal yang masih diliputi ketidakpastian. Menguatnya permintaan

domestik didukung oleh variabel makroekonomi yang positif, daya beli

masyarakat yang tetap kuat, meningkatnya pembiayaan dari lembaga

keuangan, serta kepercayaan konsumen dan dunia usaha yang masih

positif. Akselerasi kinerja investasi juga didukung oleh membaiknya

kondisi makroekonomi serta meningkatnya kepercayaan dunia usaha

akan prospek kondisi ekonomi mendatang. Sementara itu, dukungan

ekspor masih tetap tinggi di tengah penguatan rupiah karena

pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang yang secara umum masih

positif, harga komoditas yang cenderung naik, serta masih besarnya

kontribusi komoditas sumber daya alam. Di sisi penawaran, kinerja

sektoral pada triwulan IV 2010 berpeluang untuk tumbuh tinggi

sebagaimana terindikasi dari berbagai indikator ekonomi.

Kebijakan Fiskal Daerah

Realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Jakarta diperkirakan akan relatif moderat pada triwulan

mendatang. Proses pelaksanaan pembangunan infrastruktur

diharapkan akan terakselerasi sejalan dengan selesainya proses kegiatan

lelang dan pembebasan lahan pada akhir triwulan IV 2010. Pemerintah

Daerah Jakarta masih optimis penyerapan belanja APBD untuk

keseluruhan tahun dapat lebih tinggi dari tahun 2009 yang telah

mencapai 83%. APBD-P yang disetujui untuk naik sebesar Rp2,03 triliun

diperkirakan akan memberi dampak pada peningkatan kapasitas fiskal

dalam memberi stimulasi bagi kinerja perekonomian Jakarta.

2008 2009 2010 2011 2010 2011

Output Dunia 3.0 -0.6 4.8 4.2 0.2 -0.1

Negara Maju 0.5 -3.2 2.7 2.2 0.1 -0.2

Negara Berkembang 6.1 2.5 7.1 6.4 0.3 0.0

Volume Perdagangan Dunia 2.8 -11.3 11.4 7.0 2.4 0.7

Sumber : World Economic Outlook, Oktober 2010

YoY (%)

Proyeksi Selisih Dengan Perkiraan Juli 2010

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 33

B. PERTUMBUHAN EKONOMI

1. SISI PERMINTAAN

Perekonomian global yang membaik meskipun tidak merata dan

membaiknya prospek investasi domestik berdampak positif pada

perekonomian Jakarta yang berpotensi tumbuh pada kisaran

6,3% - 6,7% (yoy) di triwulan mendatang. Masih tingginya kinerja

pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari kinerja investasi yang

meningkat dan masih kuatnya konsumsi domestik. Selain itu kinerja

ekspor diperkirakan masih tetap tumbuh tinggi sejalan dengan perkiraan

volume perdagangan dunia yang meningkat tinggi.

Konsumsi diperkirakan tetap kuat mekipun melambat. Indikasi

masih kuatnya daya beli masyarakat yang masih terjaga berupa

meningkatnya pendapatan kaum pekerja profesional sebagaimana yang

dilansir oleh survei BTI Consultans, meningkatnya Upah Minimum

Regional (UMR) Jakarta 2011 sekitar 5-10 persen dari UMP tahun 2010,

suku bunga pembiayaan konsumsi yang lebih terjangkau, dan tingkat

inflasi yang relatif masih terkendali. Selain itu, Pemerintah dalam RAPBN

2011 berencana menaikkan gaji pokok sebesar rata-rata 10 persen bagi

PNS/TNI/Polri dan pensiunan serta tetap akan memberikan gaji dan

pensiun bulan ke-13 bagi PNS/TNI/Polri dan pensiunan. Keyakinan

masyarakat terhadap stabilnya kondisi perekonomian terindikasi pada

hasil survei konsumen yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen

yang tetap berada di level yang optimis. Namun demikian, pola musiman

konsumsi rumah tangga tidak setinggi triwulan III 2010 yang terdapat

ramadhan dan perayaan hari raya keagamaan.

Kinerja investasi diperkirakan meningkat dengan kemudahan

perizinan, ekspansi industri, dan selesainya proyek infrastruktur.

Badan Penanaman Modal dan Promosi DKI Jakarta melalui Pergub No 14

Tahun 2010 melakukan penyederhanaan sistem perizinan/nonperizinan

di bidang penanaman modal dengan menyelenggarakan pelayanan

terpadu satu pintu (PTSP) yang secara resmi mulai beroperasi pada akhir

September 2010. Adanya PTSP dapat mengurangi jangka waktu untuk

memperoleh perizinan usaha hingga menjadi maksimal 38 hari, dari

sebelumnya selama 60 hari. Kemudian industri otomotif dan elektronik

masih akan melakukan investasi seperti pergantian molding dan

pengembangan produk baru. Sementara penambahan sarana angkutan

massal dilakukan dengan selesainya perakitan 69 single bus (bus

tunggal) dan 25 articulated bus (bus gandeng). 94 bus tersebut

disiapkan untuk melayani koridor IX dan X yang akan beroperasi akhir

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

34

tahun nanti. Hingga saat ini koridor 9 (Pinangranti-Pluit) dan koridor 10

(Cililitan-Tanjungpriok) tengah diperbaiki oleh Pemprov DKI Jakarta.

Perbaikan meliputi sarana maupun prasarana seperti halte, separator,

dan jalan di sepanjang dua koridor tersebut, yang akan dilakukan akhir

Oktober dan ditargetkan selesai 15 Desember.

Tabel VI. 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta

Kinerja ekspor Jakarta diperkirakan tetap tinggi meskipun sedikit

melambat. Masih melambatnya pertumbuhan negara-negara maju

diperkirakan menyebabkan tertahannya ekspor Jakarta. Porsi ekspor

Jakarta ke Amerika dan Eropa masing-masing sebesar 20,5% dan 8,2%.

Ekspor berupa pakaian jadi; peralatan listrik; mesin dan mekanik; dan

suku cadang & aksesori. Mulai awal triwulan IV 2010 kemungkinan

untuk ekspor besi akan sedikit tertahan dengan terbitnya rencana China

mulai membatasi suplai listrik untuk pabrik baja sejak Oktober dan akan

terus berlangsung hingga kuartal keempat tahun 2010. Sementara

pendorong impor masih meningkat diperkirakan berasal dari permintaan

akan barang modal yang masih tinggi dan naiknya permintaan domestik.

2. SISI PENAWARAN

Meningkatnya kinerja investasi, masih kuatnya konsumsi dan

ekspor berdampak positif pada kinerja sektor-sektor utama

perekonomian Jakarta. Sebagian besar sektor tersier dan sekunder

yang memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Jakarta

diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan IV 2010. Investasi yang

terus meningkat ditunjang oleh pembangunan properti dan ekspansi

industri. Konsumsi masih kuat terutama akan mendorong kinerja sektor

pengangkutan dan sektor jasa-jasa dapat tumbuh lebih tinggi.

Menguatnya permintaan domestik dan ekspor, juga akan direspons oleh

kinerja sektor industri pengolahan yang tetap tumbuh tinggi.

I II III* IV* I* II* III*Proyeksi Tw

IV-p

Proyeksi

2010-p

Konsumsi 7.5 6.2 6.5 6.7 6.7 6.5 4.6 5.7 6.3 5.8 - 6.2 5.7 - 6.1

Investasi 8.5 1.3 3.2 3.2 3.3 2.8 7.4 7.7 15.2 14.8 - 15.2 11.3 - 11.7

Ekspor 4.6 -0.5 -0.7 -1.0 3.1 0.2 1.7 8.4 9.2 7.8 - 8.2 6.0 - 6.4

Impor 27.6 -1.0 -4.4 -4.5 2.7 -1.8 1.2 7.9 11.0 13.8 - 14.2 8.2 - 8.4

Net Ekspor -67.6 4.0 57.5 53.6 7.9 26.1 6.1 13.4 -8.5

P D R B 6.2 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.7 6.5 6.3 - 6.7 6.2 - 6.6

* angka sementara BPS DKI Jakarta

p proyeksi meningkat

2008* 2009*

2009

DKI2010

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 35

Tabel VI.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan masih

tumbuh tinggi sekitar 15%. Pada sub sektor komunikasi, didorong

oleh perkembangan pengguna internet. Hingga saat ini akses blog

mencapai 1,2 juta orang dibandingkan tahun 2007 yang hanya sekitar

150 ribu orang11

. Selain itu, di sub sektor pengangkutan periode triwulan

IV 2010 akan meningkat seiring adanya proyek pembangunan rel ganda

(Double Double Track/DDT) dan pengaktifan bus trans Jakarta koridor IX

dan X.

Melambatnya konsumsi dan ekspor diperkirakan berdampak pada

turunnya kinerja sektor perdagangan. Konsumsi masyarakat yang

sedikit melambat diperkirakan berpengaruh pada kinerja sektor

perdagangan. Selain itu, penyelenggaraan kegiatan promosi

perdagangan relatif sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikasi

melambatnya sektor perdagangan tercermin dari tingkat hunian retail di

Jakarta sedikit turun sebesar 0,1%12

pada akhir triwulan III 2010 dengan

ruang yang masih kosong sekitar 774,400 m2.

11 Pesta Blogger

12 Cushman and Wakefield, 3rd 2010

I* II* III*Proyeksi Tw

IV-p

Proyeksi

2010-p

Pertanian 0.8 0.8 -0.8 0.7 0.7 0.3 0.9 1.6 0.9 (0.8) - (0.4) 0.8 - 1.2

Pertambangan 0.3 -2.5 -9.9 -2.4 -2.6 -4.3 -6.8 1.4 -6.3 0.2 - 0.6 (1.2) - (0.8)

Industri 3.9 1.6 0.1 -0.3 -0.8 0.1 3.0 4.8 3.0 3.0 - 3.4 3.1 - 3.5

Listrik 6.3 6.1 4.7 4.9 2.7 4.6 5.3 5.8 5.1 4.2 - 4.6 4.4 - 4.8

Bangunan 7.7 6.3 6.5 6.1 5.9 6.2 6.9 7.4 7.3 7.8 - 8.2 7.2 - 7.6

Perdagangan 6.7 3.3 3.4 4.4 4.8 4.0 6.8 7.2 7.4 6.6 - 7.0 6.8 - 7.2

Pengangkutan 14.8 15.7 15.3 15.4 16.2 15.6 15.2 14.8 15.0 14.8 - 15.2 14.7 - 15.1

Keuangan 4.2 4.5 4.2 3.8 3.4 4.0 4.0 4.3 4.4 4.0 - 4.4 4.0 - 4.4

Jasa-jasa 6.0 5.8 6.2 6.5 7.4 6.5 6.7 6.6 6.4 6.2 - 6.6 6.5 - 6.9

PDRB 6.2 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.7 6.5 6.3 - 6.7 6.2 - 6.6

* angka sementara BPS DKI Jakarta

p proyeksi meningkat meningkat

2008* 2009*II III*

2009

IV*IDKI

2010

Page 42: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

36

Tabel VI.4 Calender Event Jakarta Triwulan IV-2010

Sektor bangunan diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran

7,8 8,2% (yoy). Pembangunan berbagai proyek properti yang

dilakukan oleh pengembang swasta diperkirakan terus berlanjut sejalan

dengan masih kuatnya permintaan dan akses pembiayaan yang masih

relatif terjangkau berdampak positif pada peningkatan kinerja sektor

bangunan di Jakarta. Pembangunan ruang kantor masih berlangsung

untuk penambahan 56.500 m2 di CBD office, selain itu juga segera

dimulai pembangunan apartemen sewa ,

apartemen milik New Royal Tower, U Residence Karawaci, dan Grand

Marina Ancol, yang akan menambah 38.886 unit hingga 2013. Selain

itu, realisasi proyek pembangunan sarana infrastruktur pemerintah

diperkirakan mengalami percepatan pada triwulan mendatang seiring

dengan berakhirnya proses lelang pengadaan.

Kinerja sektor industri diperkirakan tumbuh stabil pada kisaran

3,0 - 3,4% (yoy). Permintaan domestik dan ekspor yang diperkirakan

tumbuh tinggi diperkirakan menopang kinerja sektor industri

pengolahan Jakarta. Permintaan produk otomotif masih tinggi

Kegiatan Tanggal

Indonesia Furniture Show 9 - 17The 25th Trade Expo Indonesia 2010 13 - 17Festival Tempo Doeloe 16 - 17Hospital Expo 2010 19 - 22Real Estate Expo 2010 23 - 31World Tobacco Asia 27 - 31The 3rd Indonesian Fisheries Exhibition 2010 27 - 30Interfood Indonesia 2010 27 - 30Allpack Indonesia 2010 27 - 30All Print & Paper Indonesia 2010 Atraksi Wisata Centra

Timur Fair, Pemilihan Remaja Ceria27 - 3

AUTOTEK 2010 and ELEX 2010 3 - 5Indonesia Book Fair 2010 3 - 7Indocomtech 3 - 7Indo Defence 2010 10 - 13Indo Aerospace 2010 10 - 13Indo Marine 2010 10 - 13Indo Port Expo & Forum 2010 10 - 13Crafina 2010 24 - 28Broadcast Expo 2010 24 - 28Jakarta Property Expo 2010 26 - 05 DecIndonesia Furniture Fair 2010 Festival Kuliner Betawi, 27 - 05 Dec

Women’s International Club (WIC) Bazaar 1 - 2ProPak Indonesia 1 - 4Total Fashion 2010 1 - 5Automodified 3 - 5Indonesia Construction 8 - 12World Music Festival 17Gelar Malam Tahun Baru, 31New Year’s Eve Party at La Piazza 31Pergelaran Akbar Menyongsong Tahun Baru Jakarta

International Film Festival (JiFFest)31

Oktober

November

Desember

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id · Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai

Triwulan III 2010

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 37

sebagaimana yang mendaftar ke Dinas Pelayanan Pajak yang trennya

masih mengalami peningkatan signifikan. Selain itu, produk elektronik

masih akan melakukan ekspansi untuk pergantian molding dan

pengembangan produk baru.

C. INFLASI

Inflasi Jakarta pada triwulan IV 2010 diperkirakan stabil meskipun

terdapat risiko dari komoditas pangan terkait fenomena La Nina

dan bencana di daerah produsen. Berdasarkan pantauan Tim

Pengendalian Inflasi Jakarta (TPID) ke depan terdapat potensi tekanan

harga daging dan beras. Potensi kenaikan harga daging terkait perayaan

yang Idul Adha dan bencana di daerah produsen (Magelang dan DIY)

yang menyebabkan pasokan hewan ke Pasar Induk Dharma Jaya

berkurang. Sementara harga daging sapi yang dijual oleh Dharma Jaya

tetap dijaga stabil antara lain Daging Sapi Has (Rp58.000/ Kg), Daging

Sapi Bistik (Rp54.000/kg), dan Daging Sapi Murni (Rp50.000/kg).

Ekspektasi masyarakat yang positif perlu dijaga supaya upaya mencari

keuntungan dengan menaikkan harga tidak terjadi. Selain itu, komoditas

beras masih memiliki peluang kenaikan harga seiring tekanan pasokan

yang masih berkurang dari daerah Jawa Barat Bagian Selatan akibat

panen yang terserang hama dan debu vulkanik yang menutupi daerah

Jawa Tengah. Sementara ekspektasi konsumen relatif stabil. Hasil survei

konsumen menyatakan bahwa perubahan harga untuk 3 hingga 6 bulan

ke depan relatif stabil. Selain itu, konsumsi rumah tangga relatif stabil

yang diharapkan masyarakat berkonsumsi secara normal.

Grafik VI.1. Hasil Survei Konsumen BI

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2009 2010

indeks

Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad