PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

94
i PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH YANG DIVISUALISASIKAN DALAM BENTUK FILM PENDEK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Disusun 0leh : Nama : Yustinus Wijaya Kusuma NIM : 024114043 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA FEBRUARI 2010

Transcript of PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

Page 1: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

i

PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

YANG DIVISUALISASIKAN DALAM BENTUK FILM PENDEK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Disusun 0leh :

Nama : Yustinus Wijaya Kusuma

NIM : 024114043

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

FEBRUARI 2010

Page 2: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

ii

Page 3: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

iii

.

Page 4: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

iv

MOTTO PERSEMBAHAN

Kita hidup harus dengan satu tujuan,

kita harus hidup dengan tertawa,

kita harus hidup dengan tekad,

dan yang terpenting kita harus tetap hidup walau ada seribu masalah.

Di mana ada keyakinan di situ pasti ada harapan

(Wijaya Kusuma)

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Yesus Kristus dan Bunda Maria, Bapak dan Mama yang mencintaiku,

kakaku Agnes Silvia Purwaningsih yang selalu mengasihiku, Sri Wulandari Marta

yang menyayangiku dan selalu mendukungku

Page 5: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

v

Peryataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagi layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2010

Penulis

Yustinus Wijaya Kusuma

Page 6: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

vi

Page 7: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah

memberi kelimpahan dan tuntunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

dengan judul Penciptaan Skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” yang Divisualisasikan

dalam Bentuk Film ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

Indonesia di Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen

pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing sampai

tersusunnya skripsi ini;

2. Para dosen jurusan Sastra Indonesia, yang telah dengan sabar mendidik penulis;

3. Para karyawan dan karyawati sekretariat Sastra dan BAAK yang selalu

mempermudah pengurusan administrasi;

4. Para karyawan dan karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu mempermudah peminjaman buku-buku;

5. Ayahanda, Ibunda, dan Kakanda yang telah memberi dukungan materil dan

spiritual kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai;

6. Teman spesial yang selalu mendukung penggarapan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik;

7. Teman-teman Bengkel Sastra, Lolenlones, Bobo, Bejo dan Biru yang telah

membantu penulis mewujudkan penulisan skripsi ini;

Page 8: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

viii

8. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia 2002 yang telah memberikan motivasi

sehingga penulis selalu terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini;

9. Teman-teman “sukarelawan” yang telah berkenan membantu penulis dengan

merelakan komputernya untuk di-booking dalam waktu lama;

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak

memberikan dukungan dan perhatian sampai selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

dengan kerendahan hati, penulis mohon sumbangan berupa pemikiran, kritik dan saran

untuk menyempurnakannya. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca, terima kasih.

Yogyakarta, 28 Februari 2010

Penulis

Yustinus Wijaya Kusuma

Page 9: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

ix

ABSTRAK

Kusuma, Wijaya. 2009. Penciptaan Skenario ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” Yang

Divisualisasikan Dalam Bentuk Film Pendek. Yogyakarta: Program Studi Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma

Skenario adalah bagian terpenting dalam pembuatan film. Proses pembuatan skenario

menjadi faktor utama yang mempengaruhi kualias sebuah sinematografi. Dalam skripsi ini

penulis menciptakan sebuah skenario film pendek mulai dari tahap awal pembuatan skenario

sampai proses produksi film pendek.

Dari Proses pembuatan skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” dapat

disimpulkan bahwa (1)sasaran cerita usia 17 tahun ke atas, (2)jenis cerita tragedi, (3)tema

keluarga, (4)ide cerita berasal dari penulis yang terilhami cerita seorang teman, (5)alur

maju/plot lurus, (6)grafik cerita menggunakan Grafik Aristoteles, (7)setting cerita menggunakan

outdoor dan indoor , (8)setting budaya menggunakan setting budaya Yogyakarta, (9)rencana

plot dan treatment merupakan penerapan dari plot lurus, (10)kerangka tokoh mengambarkan

bentuk fisik tokoh dan psikis tokoh, (11)bahasa yang digunakan dalam scenario film pendek”

Bercak Merah Di Atas Kertas Putih” adalah bahasa Indonesia yang menggunakan logat bahasa

Jawa.

Produksi film dibagi menjadi tiga tahap yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi.

Pra-produksi meliputi (1)sutradara, (2)produser dan modal, (3)story board, (4)hunting lokasi,

dan (5)tata kostum. Produksi meliputi (1)penata fotografi dan juru kamera, (2)pemeran, (3)tata

rias, (4)tata suara dan cahaya, serta (5)tata artistik. Pasca-produksi meliputi (1)tata musik dan

(2)editing.

Skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” berkisah tentang perjuangan

seorang penjual tabloid mingguan bernama Boli yang berjuang mencari uang untuk membiayai

operasi kanker ibunya. Berbagai tantangan harus ia lalui hingga pada akhirnya ia harus

berhadapan dengan kenyataan bahwa sang ibu meninggal sementara ia sendiri menjadi cacat.

Nilai pantang menyerah dan pengabdian kepada orang tua menjadi hal penting yang ingin

diungkapkan oleh penulis.

Proses pembuatan skenario dan produksi film merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari unsur bahasa dan seni. Proses pembuatan skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih” ini menghasilkan (1)skenario film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih”, (2)film

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” yang dikemas dalam bentuk VCD dan DVD, dan

(3)laporan tugas akhir yang mendeskripsikan dan mempertanggungjawabkan proses pembuatan

sebuah skenario film dan produksi film yang telah dilaksanakan.

Page 10: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

x

ABSTRACT

Kusuma, Wijaya. 2009. The Composition Of “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” Scenario

Which Is Being Visualized In Short Film Model. Yogyakarta: Indonesian Literature Study

Program, Sanata Dharma University

The process of “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” scenario composition concludes that

(1)the story target are adults, (2)it is a tragically kind of story, (3)family theme, (4)the story idea

was taken from a true story of a friend’s experience, (5)progressive plot, (6)the story uses the

Aristoteles Graphic, (7)outdoor and indoor setting, (8)Yogyakarta cultural setting, (9)plot

planning and treatment as the application of progressive plot, (10)figure plan, (11)the main

language is Indonesian language in Javanese language dialect.

The film production contains of three main steps; pre-production, production, and post-

production. Pre-production step contains of (1)film director, (2)producer and capital, (3)story

board, (4)location hunting, and (5)costume. Production; (1)director of photography and

cameraman, (2)characters, (3)makeup, (4)sound system and lighting, and (5)director of artistic.

Post-production is about (1)musical directing and (2)editing.

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” scenario is about the struggle of Boli, a newspaper

vendor, in financing his mother’s cancer surgery. This man has to overcome everything even he

has to accept the facts of his mother’s death and his paralysis. Not to give up easily and

parenthood respect are the moral values of this story.

Scenario composition and film production are inseparable parts of language and art. The

results of “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” short film-scenario composition are (1)”Bercak

Darah Di Atas Kertas Putih” short film scenario, (2)”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” film in

VCD and DVD format, and (3)the final task report to describe and for being responsible to the

film scenario composition and the film production process.

Page 11: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 4

1.5 Kerangka Teori……………………………………………………. 4

1.5.1 Penciptaan Skenario ............................................................ 4

1.5.1.1 Sasaran Cerita…………………………………… . 5

1.5.1.2 Jenis Cerita……………………………………… .. 5

1.5.1.3 Tema Cerita……………………………………… . 6

1.5.1.4 Ide Cerita………………………………………… . 6

1.5.1.5 Alur Cerita…………………………………………. 7

Page 12: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

xii

1.5.1.6 Grafik Cerita……………………………………….. 7

1.5.1.7 Setting Cerita……………………………………….. 11

1.5.1.8 Unsur Dramatik……………………………………. 12

1.5.1.9 Bahasa Dalam Skenario…………………………… 13

1.5.1.10 Sinopsis………………………………………… . 13

1.5.1.11 Rencana Plot…………………………………… . 14

1.5.1.12Kerangka Tokoh…………………………………… 14

1.5.1.13Treatment………………………………………….. 17

1.5.1.14Skenario…………………………………………… 18

1.5.2 Proses Produksi Film………………………………………. 19

1.5.2.1 Pra-Produksi……………………………………… 20

a. Sutradara……………………………………… . 20

b. Produser Modal………………………………. . 21

c. Story Board……………………………………. 21

d. Hunting Lokasi………………………………… 21

e. Kostum………………………………………... 22

1.5.2.2 Produksi………………………………………….. 22

a. Fotografi dan Juru Kamera……………………. 22

b.Tata Rias………………………………………. . 23

c. Pemeran………………………………………… 23

d. Tata Suara dan Cahaya………………………… 24

e. Tata Artistik……………………………………. 24

1.5.2.3 Pasca-Produksi……………………………………. 24

Page 13: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

xiii

a. Tata Musik…………………………………….. 24

b. Editting………………………………………… 25

1.6 Metode Penelitian…………………………………………… 26

1.7 Sistematika Penyajian……………………………………… .. 26

BAB II PROSES PENCIPTAAN SKENARIO…………………………… 27

2.1 Proses Pembuatan Skenario “Bercak Darah di Atas

Kertas Putih”… ..................................................................... . 27

2.1.1 Sasaran Cerita……………………………………… 28

2.1.2 Jenis Cerita………………………………………… . 29

2.1.3 Tema Cerita………………………………………… 29

2.1.4 Ide Cerita…………………………………………… 30

2.1.5 Alur Cerita…………………………………………. . 30

2.1.6 Grafik Cerita………………………………………. . 31

2.1.7 Setting Cerita………………………………………. . 31

2.1.8 Unsur Dramatik……………………………………. . 32

2.1.9 Bahasa Dalam Skenario……………………………. 33

2.2 Hasil Proses Pembuatan Skenario Film “ Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih”………………………………………………… 33

2.2.1 Sinopsis……………………………………………. .. 33

2.2.2 Rencana Plot……………………………………….. 36

2.2.3 Kerangka Tokoh…………………………………… .. 39

2.2.4 Treatment………………………………………… .... 52

2.2.5 Skenario…………………………………………… .. 55

Page 14: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

xiv

BAB III PROSES PRODUKSI FILM “BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS

PUTIH”……………………………………………………………. 66

3.1 Proses Produksi Film “ Bercak Darah Di Atas Kertas Putih”.. 66

3.1.1 Pra-Produksi………………………………………………. . 66

3.1.1.1 Sutradara…………………………………………… 66

3.1.1.2 Produser Modal…………………………………….. 67

3.1.1.3 Story Board………………………………………. . 69

3.1.1.4 Hunting Lokasi…………………………………… . 69

3.1.1.5 Kostum…………………………………………… . 70

3.1.2 Produksi…………………………………………………… 70

3.1.2.1 Penata Fotografi dan Juru Kamera………………… 70

3.1.2.2 Pemeran…………………………………………. ... 70

3.1.2.3 Tata Rias…………………………………………. . 71

3.1.2.4 Tata Suara dan Cahaya………………………….. ... 72

3.1.2.5 Tata Artistik……………………………………… . 72

3.1.3 Pasca-Produksi…………………………………………… .. 72

3.1.3.1 Tata Musik………………………………………….. 73

3.1.3.2 Editting……………………………………………... 73

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 74

4.1 Kesimpulan………………………………………………………… 74

4.1.1 Penciptaan Skenario……………………………………….. 74

4.1.2 Proses Produksi…………………………………………….. 75

4.2 Saran………………………………………………………………. . 75

Page 15: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

xv

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… . 78

Page 16: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

1

BAB I

PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

YANG DIVISUALISASIKAN DALAM BENTUK FILM PENDEK

1.1 Latar Belakang

Skenario adalah bagian terpenting dalam pembuatan film. Skenario merupakan

intisari dari terbentuknya cerita dalam sinematografi. Kreativitas seorang penulis

skenario sangat mempengaruhi kualitas film yang akan dibuat. Setiap tontonan di TV,

film, dan bioskop tak lepas dari peran penulis skenario, sebab skenario adalah intisari

yang lazim disebut sebagai jiwa atau roh dari terbentuknya cerita dalam sinetron atau

film (Lutters, 2004:xiv).

Skenario bukanlah karya sastra yang menjadi hasil akhir sebuah karya seni.

Skenario merupakan bahan baku dasar, sebagai blue print, kerja produksi. Dengan

kata lain skenario merupakan patokan awal dalam pembuatan film (Widagdo,

2004:17).

Mata kuliah penulisan drama dan penulisan skenario dalam program studi

Sastra Indonesia sangat mendukung untuk menghasilkan skenario dan karya

sinematografi. Bertolak dari mata kuliah itu, timbul ide untuk membuat karya film

pendek yang dititik beratkan pada proses penciptaan sebuah skenario mulai dari

Page 17: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

2

mencari ide, membuat skenario film, hingga akhirnya divisualisasikan dalam bentuk

film pendek. Dalam hal ini film menjadi hasil akhir dari penciptaan sebuah skenario.

Tema dari film ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” ialah jangan pernah

menyerah untuk menjalani hidup. Dasar dari skenario ”Bercak Darah Di atas Kertas

Putih” adalah perjuangan dan pengorbanan seorang anak untuk ibunya.

Boli adalah seorang penjual tabloid mingguan. Ia menerima surat dari ibunya

dikampung yang berisi bahwa ibunya sedang sakit dan membutuhkan uang untuk

operasi. Membaca surat itu, Boli memacu semangatnya untuk mencari uang demi

biaya operasi sang ibu. Ketika berangkat untuk berjualan, Boli mendapat kabar

bahwa dalam seminggu ini akan diadakan razia terhadap anak-anak jalanan dan para

pedagang asongan. Razia ini dilakukan oleh para preman yang disewa oleh Satpol PP

setempat. Niatnya untuk mencari uang bagi sang ibu tampaknya harus

dipertimbangkan lagi. Tetapi setelah beberapa hari berpikir Boli memutuskan untuk

tetap berjualan koran. Selesai berjualan Boli menulis surat untuk ibunya di pinggir

jalan. Saat itulah dua orang preman datang dan mengejar Boli. Ia tertangkap dan

dihajar hingga pingsan. Dua hari Boli terbaring tak sadarkan diri di kamar dan

dirawat oleh teman-temannya. Dalam keadaan sakit datanglah sepucuk surat untuk

Boli. Surat itu berisi berita bahwa sang ibu telah meninggal dunia. Setelah membaca

surat itu Boli menangis penuh penyesalan karena tidak bisa menolong ibunya. Boli

lalu membacakan surat balasan untuk ibunya yang belum sempat ia kirim. Hidup

Page 18: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

3

harus terus berjalan walau sang ibu telah meninggal. Dengan kursi roda Boli tetap

berjualan koran untuk menyambung hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses penciptaan skenario ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih”?

2. Bagaimana proses pembuatan film yang dibuat dari skenario ”Bercak Darah

Di Atas Kertas Putih”?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuannya dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Menghasilkan sebuah skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas

Putih“ dari proses awal pembuatan sampai menjadi skenario film pendek.

2. Membuat film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ sebagai hasil

visualisasi dari sebuah skenario.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil dari pembuatan skenario film pendek ini bermanfaat bagi perkembangan

penulisan skenario dan film itu sendiri. Dengan adanya pembuatan skenario film

Page 19: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

4

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ yang akan direalisasikan dalam bentuk film

pendek, kita dapat mengetahui proses pembuatan skenario film pendek dari awal

munculnya ide sampai proses akhir yaitu memproduksi film pendek. Bagi program

studi Sastra Indonesia karya ini dapat menjadi bahan kajian untuk mata kuliah

penulisan skenario.

1.5 Kerangka Teori

Dalam kerangka teori ini penulis menghadirkan dua bagian penting, yang pertama

tentang proses penciptaan skenario dan yang kedua adalah proses produksi.

1.5.1 Proses Penciptaan Skenario

Dalam subjudul ini, penulis akan menjelaskan skenario dan tahap-tahap

pembuatan skenario. Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan

sutradara untuk memproduksi sebuah film. Penulis skenario menciptakan sebuah

cerita secara utuh, lengkap dengan dialog dan deskripsi visualnya. Namun, pekerjaan

seorang penulis skenario tidak hanya berhenti sampai di atas kertas. Selain harus

memikirkan agar cerita enak dibaca secara tulisan (gunanya untuk panduan sutradara,

produser, kru, pemain, dll), penulis skenario juga harus membayangkan bagaimana

visualisasi tulisan tersebut menjadi tontonan sinetron atau film (Lutters, 2004:xv).

Menurut Elizabeth Lutters (2004: 31), sebelum masuk pada tahap membuat

skenario kita perlu mencari dan menentukan dahulu beberapa hal yang berkaitan

dengan cerita yang akan kita tulis.

Page 20: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

5

1.5.1.1 Sasaran Cerita

Sasaran cerita yaitu kepada siapa cerita tersebut akan ditujukan. Salah satunya

berkaitan dengan usia. Sasaran cerita mempengaruhi tema dan cara bertutur dalam

skenario. Beberapa tingkat usia yang menjadi patokan dalam membuat skenario,

antara lain: Anak-anak, remaja, dewasa, dan umum (Lutters,2004:31).

1.5.1.2 Jenis Cerita

Cerita dapat dikelompokkan menjadi drama tragedi (cerita yang berakhir

dengan duka lara atau kematian), drama komedi (cerita lucu yang berasal dari para

pemainnya maupun situasinya), drama misteri (cerita yang sangat terasa

ketegangannya baik dari unsur mahluk halus maupun klenik), drama laga (cerita yang

banyak menampilkan adegan pertempuran dan perkelahian), melodrama (cerita yang

memunculkan unsur yang mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan), drama

sejarah (cerita yang menampilkan kisah-kisah sejarah baik tokoh maupun

peristiwanya), drama dokumenter (cerita yang berisi kisah non-fiksi atau non-drama),

dan drama propaganda (cerita yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk

maupun kegiatan sosial) (Lutters,2004:35-40)

1.5.1.3 Tema Cerita

Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan atau dapat diartikan

pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Beberapa jenis

tema yang cukup populer seperti percintaan (kisah tentang permasalah percintaan),

Page 21: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

6

rumah tangga (kisah tentang problema rumah tangga atau keluarga), perselingkuhan

(kisah tentang suami istri yang tertarik pada laki-laki atau wanita lain), pembauran

(kisah tentang asimilasi warga pribumi dengan keturunan Cina), persahabatan (kisah

tentang kesetiaan pertemanan), kepahlawanan (kisah tentang tokoh utama yang

memiliki kelebihan dibanding manusia lain yang mempunyai sifat suka menolong)

petualangan (kisah yang berisi penelusuran atau perjalanan seorang tokoh utama),

balas dendam (kisah yang berisi tentang pembalasan atas sakit hati dari tokoh utama),

dan keagamaan (kisah yang berisi tentang perjalanan religius tokoh utama), (Lutters,

2004:41-45).

1.5.1.4 Ide Cerita

Ide adalah gagasan sebuah cerita yang nantinya akan dituangkan menjadi

sebuah cerita dalam skenario. Menurut Elizabeth Lutters (2004:46-50), ide

didapatkan dari penulis (pengalaman pribadi penulis), karya sastra (novel, roman,

cerpen, cerber, dll), film, dan produser.

Inspirasi sebuah ide cerita ada di mana-mana. Kepekaan seorang penulis

skenario untuk mengolah dan memikirkan secara mendalam sangat

dibutuhkan untuk mengubah peristiwa-peristiwa itu menjadi sebuah skenario.

Beberapa sumber inspirasi yang dapat dijadikan ide cerita ialah musik

(perjalanan sebuah grup musik menuju cita-citanya ), olah raga (perjalanan

tentang seorang olahragawan), peristiwa yang berkesan, feature atau artikel

(majalah dan koran), cerita rakyat, khayalan, kriminal, komik, dan perang

(Widagdo, 2004:19-22),

Page 22: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

7

1.5.1.5 Alur Cerita/Plot

Alur cerita sama dengan jalan cerita atau sering kita sebut plot. Plot

merupakan suatu hal yang wajib ada dalam sebuah cerita, termasuk cerita skenario

film. Plot yang berkaitan dengan penulisan skenario dapat dibagi menjadi plot lurus

dan plot bercabang. Plot lurus adalah plot yang alur ceritanya terfokus pada konflik

seputar tokoh sentral. Plot bercabang adalah plot yang alur ceritanya melebar ke

tokoh-tokoh yang lain (Lutters,2004:50-51).

1.5.1.6 Grafik Cerita

Grafik cerita ibarat tangga nada dalam musik. Grafik cerita dalam skenario

berkaitan juga dengan irama plot yang membangun konflik pada tiap adegan dalam

skenario. Berikut ini adalah beberapa grafik konflik yang lazim digunakan dalam

membuat skenario film dan sinetron (Lutters,2004:51-56).

A. Grafik Aristoteles

Model Grafik Aristoteles (Lutters, 2004:52)

Page 23: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

8

Grafik ini adalah grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles, seorang filsuf dan

sastrawan Yunani kuno. Saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis di Indonesia

untuk membuat skenario (teater, sinetron, atau film).

B. Grafik Fraytag’s Piramide

Grafik Fraytag’s Piramide (Lutters, 2004:52)

Grafik ini dianggap kurang baik oleh Brander Mathews dan H. Misbach Yusa Biran

sehingga Misbach membuat grafik yang menurutnya lebih baik.

C. Grafik Misbach Yusa Biran

Grafik Misbach Yusa Biran (Lutters, 2004:53)

Page 24: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

9

Perjalanan grafik ini sama dengan grafik Aristoteles. Nilai dramatik disusun

meningkat terus. Bedanya, klimaks baru dicapai pada saat mendekati akhir cerita, disusul

sedikit saja dengan anti klimaks, lalu tamat.

Grafik tersebut adalah grafik yang dianggap baik oleh H. Misbach Yusa Biran dalam

diklat yang dituliskannya pada sekitar tahun 1980-an. Dan memang untuk beberapa cerita di

Indonesia sampai saat ini, banyak sinetron memakai gaya penulisan skenario dengan struktur

grafik tersebut.

D. Grafik Hudson

a. Ekposisi/pengenalan

b. Insiden permulaan/awal konflik

c. Pertumbuhan laku/penanjakan laku

d. Krisis atau titik balik/klimak krisis

e. Penyelesaian/penurunan laku

f. Castrope/keputusan

Grafik Hudson (Lutters, 2004:52)

E. Grafik Elizabeth Lutters (1)

Grafik Elizabeth Lutters 1, (Lutters, 2004:52)

Page 25: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

10

Grafik ini mengambil gebrakan di depan, lalu turun atau reda beberapa saat, namun

selanjutnya diikuti oleh konflik yang naik, lalu datar sedikit terus naik lagi dan datar sedikit,

menyerupai anak tangga, dan seterusnya hingga mencapai puncak konflik yaitu klimaks.

Setelah itu ada katarsis atau penjernihan sedikit lalu tamat.

F. Grafik Elizabeth Lutters (2)

Grafik ini dimulai dengan gebrakan di depan, lalu konflik turun sedikit, datar

sebentar, kemudian naik terus dengan posisi agak terjal sehingga mencapai klimaks. Tidak

ada anti klimaks atau katarsis/penjernihan. Cerita diakhiri pada adegan klimaks.

Grafik Elizabeth Lutters (2)

1.5.1.7 Setting Cerita

Setting cerita adalah lokasi tempat cerita ini ingin ditempatkan atau diwadahi.

Setting bisa diartikan sebagai lokasi (tempat) dan bisa pula diartikan sebagai latar

belakang budaya, (Lutters,2004:56-58).

Page 26: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

11

a. Setting Tempat

Setting diartikan media, dapat dibedakan menjadi indoor dan outdoor. Setting

indoor selain diartikan sebagai setting di dalam ruangan (dalam rumah), juga

diartikan setting buatan di dalam studio (Lutters,2004:56).

Setting outdoor dibuat di luar studio. Biasanya digunakan dalam film atau

sinetron yang menonjolkan unsur gambar dan pemandangan. Skenario dengan setting

jenis ini biasanya tidak mengunakan terlalu banyak dialog. Penulis lebih memperluas

tulisan pada deskripsi visualnya sehingga penggambarannya bisa lebih detail

(Lutters,2004:56).

b. Budaya

Setting dikaitkan dengan budaya tertentu. Semua unsur yang terkait dengan

setting tersebut disesuaikan dengan daerah dan budaya yang akan ditampilkan.

Setting budaya banyak dipakai untuk membuat film atau sinetron lokal

(Lutters,2004:58).

5.1.1.8 Unsur Dramatik

Unsur dramatik adalah unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak

dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya. Ada beberapa unsur dramatik

yang perlu diketahui oleh seorang penulis skenario yaitu konflik, suspense,

curiousity, dan surprise.

Page 27: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

12

a. Konflik adalah permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan

pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan unsur dramatik yang

menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak mencapai apa yang

diinginkannya (Lutters,2004:100).

b. Suspense disebut pula ketegangan. Ketegangan yang dimaksudkan di sini tidak

berkaitan dengan yang menakutkan melainkan menanti sesuatu yang akan

terjadi (Lutters,2004:101).

c. Curiousity adalah rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah

adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan

sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton

(Lutters,2004:102).

d. Surprise atau kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada

penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan berada di luar dugaan

(Lutters,2004:102).

5.1.1.9 Bahasa dalam Skenario

Sebaiknya bahasa yang digunakan pada dialog dalam skenario bukanlah

bahasa buku melainkan bahasa lisan yang biasa digunakan sehari-hari kecuali dalam

deskripsi visual. Pada deskripsi visual kita bisa mengunakan bahasa buku mengingat

kegunaannya yang memang untuk dibaca dan divisualisasikan, bukan sebuah

kalimat yang harus diucapkan tokoh dalam tayangan. Pemilihan bahasa lisan sehari-

Page 28: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

13

hari yang digunakan dalam dialogpun harus tepat sesuai dengan latar belakangnya

(Lutters,2004:103-104).

5.1.1.10 Sinopsis

Sinopsis bukan hanya ringkasan sebuah film. Sinopsis bukanlah sebuah karya

sastra untuk dipamerkan, namun yang lebih penting adalah membuat

penonton memahami sekilas tentang bagaimana film tersebut disajikan.

Sinopsis berisi ikhtisar film, alur cerita, konflik, maupun tokoh yang penting

dan mempengaruhi plot, termasuk dalamnya informasi tempat dan waktu

kejadian. (Widagdo, 2004:29).

Sinopsis adalah ringkasan cerita dalam skenario. Dalam sebuah skenario film

sinopsis bukan sekedar ringkasan cerita, tetapi juga memuat semua informasi dalam

skenario. Di dalam sinopsis untuk film dan sinetron, ada beberapa hal yang harus

termuat, yakni isi cerita, keinginan, tujuan dari cerita, serta hambatan dan cara

penanggulangannya (Lutters, 2004:61).

5.1.1.11 Rencana Plot

Rencana plot adalah rencana alur cerita yang dibuat oleh penulis skenario.

Rancangan awal jalan cerita menunjukan alur sebuah cerita (alur maju atau flash

back). Rencana plot menjadi acuan untuk membuat treatment.

Page 29: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

14

5.1.1.12 Kerangka Tokoh

Kerangka tokoh berguna untuk menjelaskan hubungan antartokoh dalam

skenario. Kerangka tokoh harus dibuat agar cerita yang kita konsepkan tidak

bercabang. Hal-hal yang ada dalam kerangka tokoh:

a. Nama tokoh, nama tokoh harus disesuaikan dengan banyak hal. Misalnya,

seorang tokoh remaja kota trendi yang juga merupakan anak orang kaya tentu

tidak terasa tepat jika diberi nama Sariyem. Pangkat atau jabatan juga harus

ditulis sebagai tanda profesi atau jabatan dalam masyarakat (Lutters,2004:69).

b. Usia tokoh, usia tokoh harus diperjelas terutama saat terjadi adegan flash back,

karena itulah usia di saat flash back harus dicantumkan. Menjelaskan usia tokoh

juga penting untuk casting pemain dan make up pemain (Lutters,2004:69-70).

c. Tipologi tokoh adalah istilah psikologis untuk membedakan manusia

berdasarkan beberapa tipe. Agar lebih sederhana, tipologi tokoh dapat dibedakan

menjadi tipe fisik dan tipe psikis. Tipe fisik adalah penggolongan tipe manusia

berdasarkan bentuk tubuh manusia. Piknis mengarah pada tubuh dengan ciri-ciri

pendek dan gemuk (berat badan melebihi berat normal), leptosom mengarah

pada tubuh yang tinggi dan kurus (berat badan kurang normal), atletis mengarah

pada bentuk tubuh yang tinggi, kekar, dan tidak banyak lemak, serta displatis

yaitu bentuk tubuh yang khas atau tidak umum (menyimpang dari kondisi

Page 30: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

15

normal). Tipe psikis adalah penggolongan manusia berdasarkan temperamen

atau bisa disamakan dengan karakter. Beberapa tipe psikis :

Sanguin, umumnya memiliki tipe fisik piknis. Sifat-sifat khasnya

mudah menerima kesan, sering berjanji tapi jarang ditepati, suka

menolong, bukan penakut, dan cepat bosan pada hal-hal serius

(Lutters,2004:73).

Melankolis, biasanya memiliki tipe fisik leptosom. Sifat khasnya

adalah semua dianggap penting, selalu curiga terhadap orang lain, serta

tidak mudah membuat janji (Lutters,2004:73-74).

Koleris, memiliki tipe fisik atletis. Sifat khasnya cepat terbakar,

tindakan cepat tapi tidak terkontrol, selalu tampak sibuk, mengejar

kehormatan, suka melindungi dan bermurah hati, serta rapi dalam

berpakaian (Lutters,2004:74).

Flegmatis, biasanya memiliki tipe fisik displastis. Sifat khasnya cool

(tenang), tidak mudah marah, cenderung masa bodoh (Lutters,2004:76).

d. Status tokoh, status dalam hal ini adalah status dalam arti umum, misalnya

pelajar, mahasiswa, lajang atau sudah menikah (Lutters,2004:76).

e. Agama tokoh, agama tokoh sebenarnya tidak mutlak untuk di tuliskan, tetapi

jika berguna bagi skenario maka haruslah dicantumkan (Lutters,2004:77).

Page 31: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

16

f. Profesi atau jabatan, pekerjaan tokoh yang ada dalam skenario atau jabatan

dalam perusahaan tokoh ( Lutters,2004:77).

g. Ciri khusus tokoh, artinya ciri-ciri fisik atau kelakuan dari tokoh-tokoh yang

ada. Ciri-ciri ini perlu ditulis untuk melihat kelebihan dan kekurangan pada

dirinya berkaitan dengan perannya (Lutters,2004:77-78).

h. Latar belakang tokoh, lebih merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan masa

lalu tokoh tersebut yang masih mempengaruhi sikap hidup tertentu tokoh

(Lutters,2004:79-80).

i. Tokoh-tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama

dan tokoh tambahan. Ditinjau dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke

dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Altenbert dan Lewis via

Nurgiyantoro, 1995:178).

Protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya

secara populer disebut hero – tokoh yang merupakan pengejawantahan

norma-norma, nilai-nilai, serta apa yang ideal bagi kita (Altenbert dan

Lewis via Nurgiyantoro, 1995:178).

Antagonis adalah peran yang mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan

cerita, atau tokoh penyebab konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat

pula disebut beroposisi dengan tokoh protagonis dengan langsung

Page 32: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

17

maupun tidak langsung yang dapat bersifat batin maupun fisik

(Altenbert dan Lewis via Nurgiyantoro, 1995:178).

Tritagonis adalah peran pendamping. Peran ini bisa menjadi pendukung

atau penentang tokoh sentral, tetapi bisa juga sebagai penengah atau

perantara antartokoh sentral (Lutters, 2004:80-81).

Peran pembantu yang berfungsi sebagai tokoh pelengkap, guna

mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak ada pada semua

cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).

5.1.1.13 Treatment / Scene plot

Treatment adalah pengembangan dari sebuah sinopsis yang di dalamnya

berisi plot secara detail dan padat. Bisa diartikan pula sebagai kerangka skenario

yang tugas utamanya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik.

Pembuatan treatment awalnya terdiri dari beberapa sequence babak. Masing-

masing sequence memuat suatu kesatuan peristiwa. Bentuknya bisa masih dalam

beberapa setting dan dalam bentuk deskripsi yang belum ada dialog-dialognya

(Lutters,2004:86).

Page 33: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

18

5.1.1.14 Skenario

Skenario adalah penuturan secara filmis dengan penataan secara khusus.

Skenario merupakan draf akhir sebuah jalinan cerita yang siap divisualisasikan

menjadi sebuah karya film (Widagdo, 2004:30).

Elemen-elemen dasar dalam skenario berfungsi sebagai petunjuk atau

keterangan yang mendukung cerita dan peristiwa yang disatukan dalam

sebuah alur cerita skenario. Elemen-elemen yang ada adalah informasi

ruang dan waktu, peristiwa, karakter tokoh, parenthetical (keterangan

aksi), dialog, transisi adegan, dan shot angel (Widagdo, 2004:22-25).

Menurut Elizabeth Lutters (2004:90-97), skenario adalah naskah cerita yang

sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang dan siap digarap dalam

bentuk visual. Format pembuatan skenario bisa berbeda-beda tergantung gaya dan

selera penulis skenario. Meski dari isi tidak banyak berbeda, format skenario

memuat hal-hal berikut:

a. Judul scene berisi: nomor scene 1: keterangan luar/dalam ruangan yang biasanya

memakai istilah exterior/interior yang menjelaskan tempat kejadian dan

ruangannya (Lutters,2004:92).

b. Nama pemeran: Pada format penulisan internasional, nama pemeran ini tidak

lazim dicantumkan, tetapi beberapa penulis di Indonesia sering mencantumkannya

karena dianggap penting (Lutters,2004:92).

Page 34: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

19

c. Deskripsi visual: Deskripsi ini berisi tentang keterangan suasana, tempat kejadian,

dan peristiwa yang terkandung dalam scene tersebut (Lutters,2004:92-93).

d. Tokoh dialog: Bagian ini hanya menerangkan nama dari tokoh yang sedang

berdialog (Lutters,2004:93).

e. Beat: Beat dalam istilah musik berarti irama/tempo. Istilah beat dalam skenario

tak jauh berbeda dengan musik, hanya menitikberatkan irama/tempo tersebut ada

pada emosi inner-action tokoh yang akhirnya tersirat dalam ekspresi

(Lutters,2004:93).

f. Dialog: Kalimat yang nantinya akan diucapkan oleh pemain. Dialog dibutuhkan

untuk menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dilakukan hanya dengan gerak dan

gambar ( Lutters,2004:94).

g. Transisi: Transisi dalam skenario berarti peralihan; peralihan dari scene satu ke

scene berikutnya. Biasanya digunakan istilah cut to, fade out, fade in atau

dissolve to (Lutters,2004:97).

1.5.2 Proses Produksi Sebuah Film

Proses produksi adalah proses setelah skenario jadi dan akan divisualisasikan

menjadi film pendek. Proses produksi film dibagi menjadi pra-produksi, produksi,

dan pasca-produksi.

Page 35: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

20

1.5.2.1 Pra-Produksi

Pra-produksi adalah masa persiapan sebelum produksi. Produksi sebuah film

dimulai dari pra-produksi. Di dalam pra-produksi terdapat sutradara, produser, story

board, penata fotografi, juru kamera, tata artistik, kostum, tata rias, tata cahaya, tata

suara, tata musik, pemeran, dan hunting lokasi.

a. Sutradara

Sutradara menduduki posisi tertinggi dalam segi artistik. Sutradara memimpin

pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh penonton. Sutradara

bertanggung jawab meliputi aspek-aspek kreatif, baik interpretative maupun teknis

dari sebuah produksi film. Selain mangatur laku di depan kamera dan mengarahkan

akting dan dialog, sutradara juga mengontrol sisi kamera, suara, pencahayaan, di

samping hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuah film (Sumarno,

1996:34).

Merurut Mangunharjana (1976:62), tugas utama sutradara adalah mengepalai

semua tugas dalam pembuatan film itu. Bidang kerjanya bukan terletak di dalam

salah satu segi, melainkan di seluruh pembuatan film itu. Sutradara memimpin

pembuatan skenario, permainan para bintang film yang bersangkutan dengan

pembuatan film itu, pengambilan gambar oleh juru kamera, perekaman suara oleh

juru suara, dan penyusunan gambar oleh penyusun film sampai film itu selesai

dicetak dan siap dipertunjukan di hadapan publik.

Page 36: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

21

b. Produser dan Modal

Produser adalah majikan dari seluruh pembuatan film dan bertanggung

jawab penuh atas modal yang dibutuhkan untuk pembuatan film. Tugas

utama produser yaitu mengatur mekanisme kerja yang dilakukan pada tahap

produksi sesuai dengan waktu dan biaya yang telah ditentukan. Oleh karena

itu produser perlu membuat working schedule atau jadwal kerja agar

pelaksanaan kerja terdistribusi dan terkontrol dengan rapi sehingga pada

produksi nantinya tidak ada yang terlupa yang menghambat jalannya

shooting di lapangan (Widagdo, 2004:12).

c. Story Board

Story board adalah deretan gambar-gambar sket yang kasar dan melukiskan

adegan-adegan atau bagian-bagian yang pokok dari adegan film itu. Story board juga

bisa berupa gambar-gambar film dari adegan atau bagian adegan film yang

bersangkutan (Mangunhardjana, 1976 :17).

Menurut Widagdo (2004:102), story board merupakan visualisasi rekaan yang

berbentuk sketsa gambar seperti komik atau perkiraan hasil gambar yang nantinya

akan dijadikan pedoman pengambilan gambar oleh camera operator. Sketsa gambar

ini dibuat oleh storyboarder dengan instruksi dari sutradara dan pertimbangan OP

(Operator of Photography).

d. Hunting Lokasi

Hunting lokasi merupakan proses pencarian lokasi yang akan digunakan untuk

shooting sebuah film. Proses ini dilakukan oleh sutradara, kameramen dan penata

Page 37: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

22

fotografi. Hunting lokasi dilakukan untuk meneliti lapangan atau observasi (biaya,

transportasi, perijinan, perlengkapan shooting).

e. Kostum

Kostum memiliki beberapa fungsi. Pertama dan paling penting ialah

membantu menghidupkan perwatakan pelaku. Kedua, individualisasi

peranan. Artinya, warna dan kostum dapat membedakan seorang peranan

dari peranan yang lain serta dari setting dan latar belakang. Ketiga, memberi

fasilitas dan gerak pelaku (Herymawan, 1993:131-132).

1.5.2.2 Produksi

Produksi adalah proses pembuatan sebuah film (shooting film). Di sinilah sebuah

skenario digarap menjadi objek visual. Bentuk dan penggambaran dipimpin langsung

oleh sutradara dan dibantu beberapa crew (kru atau tim) film. Kru film yang terdapat

di dalam produksi film adalah penata fotografi dan juru kamera, tata rias, pemeran,

tata suara dan cahaya, serta tata artistik.

a. Penata Fotografi dan Juru Kamera

Penata fotografi dan juru kamera adalah tangan kanan sutradara dalam kerja

di lapangan. Mereka bekerja sama dalam menentukan jenis-jenis shot.

Dalam industri perfilman maju seperti di Hollywood peran penata fotografi

dijuluki sebagai director of photography. Ia tidak langsung mengoperasikan

kamera karena tugas itu dipercayakan kepada operator kamera. Sementara

di Indonesia, tugas penata fotografi dan operator kebanyakan masih

dirangkap satu orang (Sumarno, 1996:51).

Page 38: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

23

b. Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk

mewujudkan wajah peranan. Rias film berbeda dengan rias drama, hanya

syarat-syaratnya yang berlainan. Rias drama menjadikan panggung untuk

dilihat langsung oleh penonton, maka rias film menjadikan suasana yang

dilihat oleh penonton di layar putih atau lensa kamera (Herymawan,

1993:134-135).

c. Pemeran

Pemeran menjadi bahan yang harus digarap untuk menampilkan tokoh film

yang dikehendaki. Dasar yang dipakai untuk menilai adalah dasar artistik; cocok,

indah, memikat. Yang dinilai adalah permainannya, acting, performance

(Mangunhardjana, 1976:61).

Akting film memiliki arti kemampuan berlaku sebagai orang lain. Proses

penokohan akan menggerakkan seorang pemeran menyajikan penampilan

yang tepat (tanpa melupakan bantuan tata rias dan kostum), seperti cara

bertingkah laku, ekspresi emosi dengan mimik dan gerak-gerik, cara

berdialog, untuk tokoh cerita yang ia bawakan (Sumarno, 1996:79).

Menjadi seorang pemain film harus pandai menguasai diri. Menguasai ritme

permainan dan jenis-jenis film yang diikuti. Perwatakan sering tidak dilukiskan

secara rinci karena itu pemain film harus bisa menjiwai tokoh yang hendak

diperankan.

Page 39: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

24

d. Tata Suara dan Cahaya

Proses pengolahan suara yang memadukan unsur-unsur suara yang terdiri atas

dialog dan narasi, music serta efek-efek suara. Seorang penata suara memadukannya

dengan cara merekam. Tata cahaya ialah suatu cara penyinaran khusus pada obyek

untuk membuat obyek itu semakin jelas dari pada obyek lain di sekitarnya.

e. Tata Artistik

Tata artistik berarti menyusun segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita

film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Penciptaan setting berarti

penciptaan konsep visual secara keseluruhan. Itu berarti juga menyangkut

pakaian-pakaian yang harus dikenakan pada tokoh film, bagaimana tata

riasnya, dan barang-barang (properti) yang harus ada. Karena tugas yang

beragam itu, penata artistik didampingi oleh tim kerja yang terdiri atas

bagian penata kostum, bagian make up, pembangun dekorasi, dan jika

diperlukan tenaga pembuat efek-efek khusus (Sumarno, 1996:66-67).

1.5.2.3 Pasca-Produksi

Pasca-produksi adalah proses akhir dari sebuah film. Di dalam pasca-produksi

ini hasil dari shooting mulai mengalami editting (membuang gambar yang tidak

dipakai) dan digabungkan. Musik dan efek-efek gambar mulai dimasukkan untuk

menambah daya tarik dan roh sebuah film.

b. Tata musik

Menurut Sumarno (1996:77-78), tata musik dalam film memiliki beberapa

fungsi:

Page 40: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

25

Membantu merangkaikan adegan. Artinya, sejumlah shot yang dirangkai

diberi suatu musik akan berkesan terikat dalam suatu kesatuan.

Menutupi kelemahan atau cacat dalam film. Kelemahan dalam akting

dan pengucapan dalam dialog dapat ditutupi dengan musik.

Menunjukan suasana batin tokoh-tokoh utama film.

Menunjukan suasana waktu dan tempat.

Mengiringi kemunculan suatu kerabat kerja atau nama-nama pendukung

produksi (credit title).

Mengiringi adegan dengan ritme cepat.

Mengantisipasi adegan mendatang dan membentuk ketegangan

dramatik.

Menegaskan karakter lewat musik.

c. Editting

Setelah proses pengambilan gambar, masuk ke proses editting yaitu proses

penyuntingan. Tenaga pelaksananya disebut editor.

Editor bertugas menyusun hasil syuting sehingga membentuk pengertian

cerita. Editor adalah orang paling akhir dari seluruh pekerjaan produksi di

mana pekerjaannya mengolaborasikan berbagai unsur kreatif sehingga dapat

memberikan sentuhan seni pada hasil akhir sebuah film. Seorang editor

Page 41: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

26

dibantu oleh beberapa assistant termasuk sound engineer atau sound

director (Widagdo, 2004:114).

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam proses penulisan skenario ini adalah metode

deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan tahap-tahap dalam proses pembuatan

skenario film. Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode yang dipilih dengan

mempertimbangkan kesesuaian obyek yang bersangkutan (Yudiono, 1986:14).

Metode yang digunakan dalam penulisan skenario ini selain metode deskriptif

juga meliputi metode klasifikasi. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan

proses pembuatan skenario film. Metode klasifikasi digunakan untuk

mengelompokkan dan menentukan skenario film yang dihasilkan.

1.7 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dapat dipaparkan sebagai berikut. Bab pertama berisi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teori,

sistematika penyajian, dan jadwal kegiatan. Bab dua berupa proses penciptaan

skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“. Bab tiga berupa proses pembuatan

film yang dibuat dari skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“.

Page 42: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

27

BAB II

PROSES PENCIPTAAN SKENARIO

Pada bab ini metode yang akan digunakan adalah metode deskripsi dan metode

klasifikasi. Penulis mendeskripsikan dan mengklasifikasikan proses pembuatan

skenario film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” sampai pada hasil proses

pembuatan skenario. Pada tahap awal penulis akan memulai dengan proses

pembuatan skenario film kemudian memaparkan hasil dari proses pembuatan

skenario film.

2.1 Proses Pembuatan Skenario

Penulis skenario menciptakan sebuah cerita secara utuh, lengkap dengan dialog

dan deskripsi visualnya. Namun pekerjaan penulis skenario tidak berhenti sampai di

atas kertas. Selain harus memikirkan supaya cerita enak dibaca secara tulisan

(gunanya untuk dibaca sutradara, produser, kru, pemain dan lain-lain), penulis

skenario juga harus ikut membayangkan bagaimana visualisasi tulisan tersebut

menjadi tontonan sinetron atau film (Lutters, 2004:xv).

Berikut ini akan dipaparkan jenis-jenis skenario film dan menentukan konsep

cerita skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” yang meliputi sasaran cerita,

Page 43: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

28

jenis cerita, tema cerita, ide cerita, alur cerita, grafik cerita, setting cerita, unsur

dramatik dan bahasa skenario.

2.1.1 Sasaran Cerita

Sasaran cerita yang dituju oleh penulis adalah usia dewasa yaitu umur 17 tahun

ke atas. Hal ini disebabkan skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“

memasukkan unsur-unsur kekerasan ke dalam ceritanya. Dialog-dialog yang

digunakan dalam skenario film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ banyak

menggunakan kata-kata umpatan sehingga tidak pantas didengarkan oleh anak-anak

di bawah usia 17 tahun.

2.1.2 Jenis Cerita

Cerita skenario yang berjudul “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ termasuk

dalam jenis drama tragedi yaitu cerita drama yang berakhir dengan duka lara atau

kematian. Akhir dari skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ adalah kematian

ibu. Kematian ibu tidak membuat Boli putus asa untuk menjalani hidup, walau dalam

keadaan lumpuh Boli tetap meneruskan hidupnya dengan berjualan tabloid mingguan.

2.1.3 Tema Cerita

Tema dalam skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ adalah rumah

tangga. Tema rumah tangga adalah tema cerita yang berisi tentang problem rumah

tangga atau keluarga. Baik hubungan antara suami dan istri, anak dengan ayah atau

Page 44: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

29

ibu. Kisah perjuangan anggota keluarga yang harus bekerja keras untuk menghidupi

keluarganya juga termasuk dalam tema rumah tangga.

Dalam skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” diceritakan tokoh Boli

yang masih muda namun harus berjuang untuk mencukupi kehidupan keluarganya

dengan berjualan tabloit mingguan di kota. Kondisi ibunya yang tengah sakit

menambah persoalan baru bagi Boli karena harus mencari uang untuk biaya operasi.

Perjuangan seorang anak untuk keluarganya inilah yang membuat tema cerita film

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih “ termasuk dalam tema rumah tangga.

2.1.4 Ide Cerita

Ide cerita dalam skenario film berjudul “Bercak Darah di Atas Kertas Putih“

didapat dari penulis sendiri. Bulan September 2009, seorang teman penulis bercerita

tentang ibunya yang baru saja meninggal karena penyakit kanker otak yang sudah

mencapai stadium empat. Keadaan keluarga yang tidak mampu untuk membiayai

membuat sang ibu meninggal. Usaha untuk mencari biaya operasi sudah dilakukan

dengan sekuat tenaga tetapi biaya operasi yang mahal membuat keluarga hanya bisa

pasrah dengan keadaan.

Perjuangan seluruh anggota keluarga untuk mengumpulkan uang dengan

berbagai usaha, walau akhirnya harus merelakan ibu meninggal karena uang yang

terkumpul tidak cukup untuk biaya operasi, membuat penulis merasa bahwa cerita

dari seorang teman itu sangat menarik untuk dibuat menjadi sebuah skenario film.

Page 45: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

30

Penggabungan unsur perjuangan, kepasrahan, dan kemauan yang keras untuk

menjalani hidup akan menjadi sebuah cerita skenario film yang menarik dan memiliki

nilai-nilai kehidupan.

2.1.5 Alur Cerita

Plot yang digunakan dalam skenario film pendek berjudul “Bercak Darah Di

Atas Kertas Putih“ adalah plot lurus. Plot lurus adalah plot yang alur ceritanya

terfokus hanya pada konflik seputar tokoh sentral. Konflik dalam skenario film

pendek berjudul “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ terfokus pada tokoh utama

atau sentral yaitu Boli dan tidak ada pelebaran konflik ke tokoh yang lain. Plot lurus

ini digunakan oleh penulis dengan tujuan agar penonton bisa dengan mudah

menerjemahkan maksud dari film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ tanpa

mengurangi sisi keindahan dari sebuah skenario film.

2.1.6 Grafik Cerita

Grafik cerita ibarat tangga nada dalam musik. Grafik cerita dalam skenario berkaitan

juga dengan irama plot yang membangun konflik pada tiap adegan dalam skenario.

Skenario film pendek ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” menggunakan grafik

Aristoteles mulai dari eksposisi, penggawatan, klimaks, dan tamat. Eksposisi dimulai

saat Boli akan berangkat ke perempatan untuk menjual tabloid mingguan dan bertemu

dengan Karisma dan Roni. Penggawatan bermula tatkala Boli nekat untuk berangkat

berjualan walau keadaan belum cukup aman baginya. Klimaks terjadi ketika Boli

Page 46: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

31

dihajar oleh preman-preman yang disewa oleh Satpol PP. Akhir dari skenario film

”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” adalah saat Boli membaca surat untuk ibunya

dan melanjutkan hidupnya dengan berjualan koran walau dalam keadaan kaki yang

lumpuh.

2.1.7 Setting Cerita

Setting dalam skenario film pendek berjudul “Bercak Darah Di Atas Kertas

Putih“ menggunakan indoor dan outdoor setting. Indoor setting berada di dalam

kamar kos, sedangkan outdoor setting menggunakan perempatan jalan. Untuk setting

budaya dalam skenario film pendek menggunakan setting budaya Jawa , terlihat pada

dialog yang logat bicaranya menggunakan logat Jawa.

2.1.8 Unsur Dramatik

Unsur Dramatik adalah unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak

dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya. Unsur-unsur dramatik dalam

skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ adalah:

a. Konflik yang ditampilkan penulis dalam skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas

Putih“ adalah konflik tokoh Boli dengan keadaan. Keadaan yang membuat dia

tidak bisa mencari uang untuk biaya operasi ibunya.

b. Suspense yang dimunculkan oleh penulis dalam skenario “Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih“ adalah di saat Boli nekat untuk berjualan walau keadaan belum

aman. Di sini penonton akan menunggu apa yang akan terjadi pada tokoh Boli.

Page 47: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

32

c. Curiousity yang dimunculkan penulis dalam skenario “Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih“ adalah surat yang ditulis oleh Boli. Begitu berharganya surat itu

sampai saat Boli dipukuli oleh para preman, surat itu masih saja dia genggam.

Penonton akan penasaran apa isi dari surat itu sebenarnya, sehingga Boli

mempertahankannya.

d. Surprise yang dimunculkan penulis dalam skenario “Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih“ adalah ketegaran Boli yang masih berjualan setelah mengalami hal

yang sangat menyakitkan (kelumpuhan dan meninggalnya ibu).

2.1.9 Bahasa Dalam Skenario

Bahasa dalam skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“

adalah bahasa Indonesia, yang pengucapannya menggunakan logat Jawa. Logat

bahasa Jawa mempermudah pemain untuk mengucapkan dialog bahasa Indonesia,

karena sebagian besar pemain dalam film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“

berasal dari Yogyakarta.

2.2 Hasil Dari Proses Pembuatan Skenario film “ Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih”

Setelah memaparkan proses pembuatan scenario film “ Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih”, Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil dari proses pembuatan

skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” berupa sinopsis, rencana plot,

kerangka tokoh, treatment, dan skenario.

2.2.1 Sinopsis

Page 48: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

33

SINOPSIS

BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

Penulis Skenario : Y. Wijaya Kusuma

Pagi itu BOLI sudah bangun, tangannya mengambil surat lalu

membacanya. Raut mukanya berubah setelah membaca surat itu, ternyata surat

itu dari IBUnya yang memberi kabar bahwa IBU butuh uang untuk operasi

Kanker otak stadium empat. Operasi harus segera dilakukan karena tumor IBU

sudah mencapai stadium empat. Sakit kepala yang selama ini dianggap hanya

sebatas sakit kepala biasa ternyata disebabkan adanya tumor di otak IBU.

Boli mengambil koran lalu mengayuh sepedanya menuju perempatan

jalan untuk berjualan. Di tengah perjalanannya BOLI dipanggil oleh RONY dan

KARISMA. RONI dan KARISMA memberitahu BOLI bahwa akan ada razia

anak jalanan dan pedagang asongan selama seminggu ini. BOLI ingin tetap

berjualan tetapi dipaksa oleh KARISMA dan RONI untuk tidak berjualan dulu

sampai kondisi aman. BOLI mengurungkan niatnya untuk berjualan karena akan

ada razia. Tetapi beban berat sangat menghantui Boli karena harus segera

mengumpulkan uang untuk biaya operasi IBU.

BOLI hanya bisa berbaring di kamar, padahal waktu terus berjalan dan

IBU harus segera di operasi. Ingin sekali BOLI membalas surat dari IBU tetapi

BOLI tidak mempunyai uang untuk membeli perangko. Satu hari berlalu. BOLI

Page 49: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

34

membulatkan tekadnya untuk tetap berjualan apapun resikonya karena IBU tidak

bisa menunggu. BOLI keluar dari kamar kos dan bertemu DOMI. DOMI

menyapa BOLI. Melihat BOLI membawa tabloid, DOMI mencoba mencegah

BOLI untuk berjualan karena memang kondisi belum aman betul. BOLI tidak

memperdulikan DOMI. BOLI tetap melaju dengan sepedanya.

Sampai di perempatan jalan BOLI langsung berjualan. Satu persatu koran

yang dibawanya habis terjual. Selesai berjualan BOLI berjalan ke sebuah warung

untuk membeli kertas surat dan perangko. Setelah membeli kertas surat dan

perangko BOLI menulis surat di samping jalan tempat dia berjualan tabloid

mingguan. Satu demi satu kalimat dia tulis. Tiba-tiba preman-preman sewaan

datang dan mengejar BOLI.

BOLI berlari dan meninggalkan sepedanya. Hanya kertas surat buat IBU

yang dibawanya. BOLI terjatuh karena gugup, keringatnya mengucur deras.

Merasa sudah aman BOLI memperlambat larinya. BOLI mengambil napas

panjang dan mulai mengatur napasnya yang hampir habis. Tanpa disadari

preman-preman itu datang dari arah belakang lalu menendang bagian belakang

kepala BOLI. BOLI hanya pasrah dan menggeggam erat surat untuk IBU supaya

jangan sampai direbut atau dirusak. Preman-preman itu turun dari motor,

menghampiri BOLI lalu kembali menghajar BOLI. Sebelum pergi preman-

preman itu mengambil uang di saku BOLI. BOLI tak sadarkan diri. Tanpa

sengaja KARISMA dan RONI melihat BOLI terbaring pingsan di jalan. Meraka

Page 50: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

35

membawanya ke kos dan merawatnya tetapi karena tidak punya uang BOLI

terpaksa hanya dirawat sendiri. Dua hari berlalu. Surat sekali lagi datang. Kali ini

surat pemberitahuan bahwa IBU telah meninggal. Surat itu diterima oleh

KARISMA sebab BOLI masih belum sadarkan diri. Setelah BOLI siuman RONI

memberitahukan berita duka itu kepada BOLI.

Mendengar berita itu BOLI hanya terdiam dan menagis di atas kursi roda

yang dipinjam RONI dari tetangga sebelah. Akhirnya BOLI bisa menerima

kepergian IBUnya. RONI mengajak BOLI ke depan kamar kos. Di depan kamar

kos BOLI membuka surat yang belum sempat dikirim untuk IBUnya. Surat itu

berlumuran darah. Di atas kursi roda BOLI berusaha membaca surat untuk

IBUnya itu. Rasa sakit tidak membuat BOLI berhenti membaca. Bu maaf aku

belum bisa mengirim uang untuk IBU... Bertahan ya Bu, BOLI sedang

berusaha...!

2.2.3 Rencana Plot

Rencana plot adalah pengembangan dari cerita sebuah skenario. Rencana

untuk persiapan pembuatan treatment.

RENCANA PLOT

BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

Penulis Skenario : Y. Wijaya Kusuma

Page 51: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

36

Pagi hari Boli terbangun dari tidurnya lalu membaca surat dari ibunya

yang berisi bahwa ibu butuh uang untuk operasi kanker yang sudah mencapai

stadium empat. Boli mengambil tabloid lalu naik sepeda untuk berjualan. Di

tengah perjalanan Boli bertemu dengan Karisma dan Roni yang bercerita bahwa

dalam seminggu ini akan ada razia dari preman-preman yang disewa oleh Satpol

PP. Berita itu membuat Boli mengurungkan niatnya untuk berjualan.

Di kamar Boli kembali membaca surat dari ibunya. Beberapa hari Boli

hanya diam di kamar dan tidak bisa mencari uang untuk operasi ibunya. Pikiran

yang kacau ini membuat konflik batin mulai terlihat. Konflik antara berjualan

atau tidak berjualan. Boli akhirnya keluar kamar dan pergi ke tempat di mana dia

sering menyendiri. Roni datang lalu menegur Boli. Boli bercerita tentang

kondisinya saat ini. Roni mencoba menenangkan Boli tetapi Boli tidak bisa

menerima maksud baik dari Roni. Boli tidak bisa menerima keadaan yang terjadi

saat ini. Keadaan yang memaksanya untuk tidak berjualan sehingga tidak bisa

mencari uang untuk membantu ibunya. Faktor keadaan inilah yang membuat

konflik di pikiran Boli semakin kelihatan.

Keesokan harinya Boli nekat untuk berjualan. Melihat Boli akan

berjualan, Domi mencoba menghalangi Boli. Sekali lagi maksud baik sahabatnya

ditolaknya mentah-mentah. Boli tetap berangkat dan meminta Domi untuk tidak

Page 52: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

37

menghalanginya. Sampai di pertigaan jalan Boli langsung berjualan. Setelah laku

Boli pergi ke sebuah warung untuk membeli kertas surat dan perangko untuk

membalas surat dari ibunya. Boli menulis surat di samping pertigaan tempat di

mana dia berjualan.

Dari kejauhan kedua preman mendekat pada Boli. Boli melihat kedua

preman itu menuju ke arahnya. Dalam keadaan gugup Boli melarikan diri. Boli

sempat terjatuh ke tanah. Di sini Boli mulai teringat ibunya. Ingatan Boli itu

diluapkan dengan berteriak memanggil ibu. Boli kembali bangun dan terus

berlari. Merasa sudah aman, Boli memperlambat larinya. Melihat Boli

memperlambat larinya kedua preman itu mempercepat laju motornya, saat tepat

di belakang Boli preman itu menendang kepala Boli. Boli terjatuh. Kedua

preman itu lalu berhenti dan kembali menghajar Boli hingga pingsan. Sebelum

pergi seorang preman sempat mengambil uang dari saku Boli.

Karisma dan Roni melihat Boli pingsan di pinggir jalan. Mereka

membawa Boli ke kos. Roni dan Karisma tahu kalau Boli mengalami luka yang

parah di kepalanya tetapi karena tidak ada biaya mereka tidak membawa Boli

kerumah sakit. Dua hari berselang datanglah surat dari majikan ibu yang

memberi kabar bahwa ibu telah meninggal. Siang harinya Boli sadarkan diri.

Kakinya tidak bisa digerakkan dan rahangnya terasa kaku. Untuk menghibur

Boli, Roni membawa Boli keluar dengan menggunakan kursi roda yang dia

pinjam dari tetangga di sebelah kos. Di situlah Roni memberitahukan bahwa ibu

Page 53: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

38

telah meninggal. Boli menangis lalu mengambil surat untuk ibunya yang belum

sempat dia kirim dan membacanya untuk ibunya. Mau tidak mau Boli harus

menerima keadaan bahwa ibu telah meninggal dan dia mengalami kelumpuhan.

Beberapa hari berikutnya Boli keluar kamar lalu duduk di kursi roda untuk

berjualan koran. Hidup harus tetap berjalan, jalani dengan tersenyum walaupun

pahit adanya.

2.2.4 Kerangka Tokoh

KARAKTER TOKOH FILM

BERCAK MERAH DIATAS KERTAS PUTIH

Penulis Skenario : Y. Wijaya kusuma

A. KARAKTER UTAMA

1. KARAKTER BOLI

a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Boli Setiawan

Nama panggilan : Boli (nama panggilan

Page 54: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

39

keluarga dan pergaulan)

Tempat dan tanggal lahir : Kulonprogo, 23 April

1990

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

Ketrampilan khusus : Tidak ada

b. Fisikal/biologis

Tinggi badan : 168 cm

Berat badan : 40 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar

Warna mata : Hitam

Warna dan model rambut : Hitam, poni agak

panjang, tidak rapi

Penampilan : Celana pendek jeans

Gaya bicara : Santai, mengalir

Suara dan kualitas : Normal

Page 55: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

40

Penampilan : Seadanya

Gaya baju atau baju kesukaan : Kaos oblong

Cara berjalan : Ringan, santai

c. Psikologis

Intelegensia : Kurang

Mudah tidaknya bergaul : Sangat mudah

Temperamen/watak : Optimis (selalu

berusaha)

Sifat secara umum : mandiri, hemat,

tidak mudah menyerah

Masalah utama yang harus diatasi : Keuangan

Perkembangan tokoh : - Sejak lulus SMP Boli

pergi ke kota

untuk bekerja, dan

membantu keuangan

keluarga.

Page 56: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

41

- Di kota Boli tinggal di

kos, bekerja sebagai

penjual tabloid

mingguan di

perempatan.

- Bertemu dengan Roni

dan Karisma yang

sama-sama

mengandalkan

perempatan sebagai

sumber mata

pencarian.

Persahabatan mereka

sangat erat, seperti

saudara.

- Boli menjadi satu-

satunya harapan

keluarga untuk

mencari uang karena

sang ibu sakit-sakitan.

Page 57: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

42

Pengalaman yang membentuk sifat : Kehidupan di jalan yang

keras.

d. Hubungan keluarga/pertemanan

Latar belakang keluarga/keturunan : Lahir sebagai anak

pertama

Teman dekat : Karisma dan Roni

e. Sosial – Ekonomi

Tempat tinggal : Kos

Lingkungan : Kota

Boli adalah tokoh protagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita

kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero – tokoh yang

merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.

Tokoh yang selalu membangun alur.

2. KARAKTER RONI

a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Roni Gunawan

Nama panggilan : Roni

Page 58: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

43

Tempat dan tanggal lahir : Wonosari, 1 Januari

1989

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

Agama/kepercayaan : Islam (tidak religius)

b. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 45 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar

Warna mata : Hitam

Warna dan model rambut : Hitam, agak panjang,

tidak teratur

Gaya bicara : Mengalir

Penampilan : Bersih, penutup kepala

Cara jalan : Ringan, santai

c. Psikologis

Page 59: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

44

Intelegensia : Normal

Mudah tidaknya bergaul : Mudah bergaul

Temperamen/watak : Cuek, santai

Sifat secara umum : Cuek dengan kondisi

d. Hubungan keluarga dan pertemanan

Teman dekat : Boli, Karisma, dan

Domi

e. Sosial – Ekonomi

Tempat tinggal : Kos

Lingkungan : Kota

Tokoh Roni adalah tokoh antagonis. Antagonis adalah peran yang

mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Tokoh antagonis selalu

berseberangan dengan tokoh protagonis. Peran antagonis juga sering menjadi

tokoh sentral dalam cerita yang tugasnya menggangu dan melawan tokoh

protagonis.

3. KARAKTER KARISMA

f. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Agustinus Karisma

Page 60: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

45

Nama panggilan : Karisma

Tempat dan tanggal lahir : Wonosari, 29 Februari

1988

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

Kegemaran : Bermain gitar

g. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 168 cm

Berat badan : 45 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar

Warna mata : Hitam

Warna dan model rambut : Hitam, pendek

Gaya bicara : Mengalir

Gaya baju atau kesukaan : Kaos, topi

h. Psikologis

Intelegensia : Rendah

Page 61: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

46

Mudah tidaknya bergaul : Mudah bergaul

Tempramen/watak : Cuek, santai

Sifat secara umum : Cuek dengan keadaan

i. Hubungan keluarga dan pertemanan

Teman dekat : Boli, Roni dan Domi

j. Sosial – Ekonomi

Tempat tinggal : Kos

Lingkungan : Kota

Tokoh Karisma adalah tokoh tritagonis. Tritagonis adalah peran

pendamping, peran pembantu adalah peran pelengkap untuk mendukung

rangkaian cerita. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh

sentral, tetapi bisa juga sebagai penengah atau perantara antartokoh sentral.

Fungsi tokoh Karisma sama dengan tokoh Roni yaitu pendukung rangkaian

cerita.

4. KARAKTER DOMI

a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Bambang Waluyo

Page 62: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

47

Nama panggilan : Domi

Tempat dan tanggal lahir : Yogyakarta, 28 Februari

1987

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

b. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 172 cm

Berat badan : 45 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar

Gaya bicara : Tegas

Penampilan : Urakan (lusuh)

Gaya baju atau kesukaan : Kaos, celana pendek

c. Psikologis

Intelegensia : Rendah

Mudah tidaknya bergaul : Agak tertutup

Tempramen/watak : Urakan

Page 63: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

48

Tokoh Domi adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh

ini tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita.

5. KARAKTER PREMAN 1

a. Kultural

Nama panggilan : Kampret

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

b. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 55 kg

Bentuk tubuh : Atletis

Kondisi fisik : Bugar

Gaya bicara : Urakan

Penampilan : Urakan (lusuh)

c. Psikologis

Intelegensia : Rendah

Page 64: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

49

Temperamen/watak : Keras

Tokoh Preman 1 adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh

ini tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita.

6. KARAKTER PREMAN 2

a. Kultural

Nama panggilan : Santo

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

b. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 173 cm

Berat badan : 48 kg

Bentuk tubuh : Atletis

Kondisi fisik : Bugar

Gaya bicara : Urakan

Penampilan : Urakan (lusuh)

c. Psikologis

Page 65: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

50

Intelegensia : Rendah

Temperamen/watak : Keras

Tokoh Preman 2 adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini

tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita.

7. KARAKTER PENJUAL

a. Kultural

Nama panggilan : Ibu Wagiran

Ras/suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

b. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 58 kg

Kondisi fisik : Bugar

Tokoh Penjual adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini

tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita.

Page 66: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

51

2.2.5 Treatment/Scene Plot

Treatment adalah pengembangan dari sebuah sinopsis yang di dalamnya

berisi plot secara detail dan padat. Bisa diartikan pula sebagai kerangka skenario

yang tugas utamanya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik.

Berikut ini adalah treatment film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“.

BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

Penulis Skenario : Y. Wijaya Kusuma

Treatment/Scene Plot

02. INT. KAMAR: KAMAR KOS BOLI. PAGI HARI

BOLI membaca surat dari IBUnya, yang memberi kabar bahwa IBU sedang sakit dan perlu uang untuk

operasi secepatnya karena kondisi IBU sangat kritis. BOLI menaruh surat itu, mengambil tabloid, meletakkannya di sepeda lalu pergi.

03. EXT. JALAN: JALAN. PAGI

BOLI mengayuh sepedanya dengan cepat menuju perempatan tempat di mana ia sering berjualan.

04. EXT. SEBERANG JALAN: TEMPAT NONGKRONG. PAGI

KARISMA dan BOLI sedang berbincang serius. Membicarakan masalah razia yang akan dilakukan oleh para preman sewaan. Melihat BOLI lewat KARISMA memanggil BOLI. BOLI berhenti lalu pergi ke arah KARISMA dan RONI.

05. EXT. SEBERANG JALAN: TEMPAT NONGKRONG. PAGI

RONI dan KARISMA menasehati BOLI supaya jangan berjualan dulu karena akan ada razia dari preman-preman yang disewa oleh Satpol PP. BOLI akhirnya mengurungkan niatnya untuk berjualan karena akan ada razia. BOLI berbalik lalu menuju kosnya.

06. EXT. KAMAR: KAMAR KOS BOLI . SIANG

BOLI tiduran di kos. Pikirannya selalu tertuju pada IBU tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ada

razia. Kegelisahan mulai menghantui BOLI. BOLI mulai mencari solusi untuk bisa berjualan tanpa harus tertangkap para preman.

Page 67: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

52

07. INT. KAMAR: KAMAR KOS BOLI. PAGI HARI

BOLI terbangun. Tangannya meraih surat dari IBUnya lagi. Dia membaca lalu menaruhnya. Berdiam sebentar lalu pergi keluar kamar.

07 EXT. LAPANGAN: LAPANGAN TENIS. PAGI HARI

BOLI terduduk lesu, pandangannya kosong. Ingin membantu IBU tapi tidak ada jalan keluar. Perasaan bersalah menghantuinya. Dari kejahuan terlihat RONI mendekat menghampiri BOLI.

08 EXT. LAPANGAN: LAPANGAN TENIS. PAGI HARI

BOLI menanyakan situasi pertigaan kepada RONI. RONI menceritakan bahwa pertigaan belum cukup aman untuk berjualan. BOLI terdiam lalu menceritakan kondisi IBUnya kepada RONI. RONI mencoba menasehati tetapi BOLI tidak bisa menerima nasehat dari RONI. BOLI lalu pergi.

09 INT. KAMAR: KAMAR KOS BOLI. SIANG HARI

BOLI kembali ke kamar kosnya lalu berbaring dan akhirnya tertidur.

10 INT. KAMAR: KAMAR KOS BOLI. PAGI HARI

BOLI terbangun lalu mengambil tabloid, menaruhnya di sepeda, kemudian pergi.

11 EXT. DEPAN KOS: JALAN DEPAN KOS. PAGI HARI

DOMI melihat BOLI akan berngkat berjualan. DOMI mencegah BOLI untuk berjualan karena keadaan di pertigaan semakin parah. Para PREMAN masih berkeliaran di pertigaan. BOLI tidak menghiraukan ucapan DOMI. BOLI tetap berangkat berjualan.

12 EXT. PERTIGAAN: PERTIGAAN JALAN. PAGI

BOLI menaruh sepeda lalu mengambil tabloid dan berjualan.

13 EXT. WARUNG: WARUNG PINGGIR JALAN: SIANG HARI

BOLI melangkah ke warung untuk membeli surat dan perangko guna membalas surat dari IBUnya. Setelah dari warung BOLI berjalan ke arah sepedanya.

14 EXT. PERTIGAAN: PERTIGAAN JALAN. SIANG HARI

BOLI duduk lalu menulis surat untuk IBUnya. Saat menulis surat datanglah PREMAN yang akan menangkap BOLI. Melihat keadaan semakin menakutkan BOLI berlari melewati gang.

15 EXT. GANG: SAMPING MAKAM. SIANG HARI

BOLI terjatuh dan pikirannya langsung tertuju pada IBU.

16 EXT. GANG: SAMPING MAKAM. SIANG HARI

BOLI berlari dengan kencang. BOLI menoleh ke belakang dan para PREMAN itu tidak lagi kelihatan. BOLI memperlambat larinya.

17 EXT. GANG: SAMPING MAKAM. SIANG HARI

Page 68: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

53

Melihat BOLI memperlambat larinya, PREMAN itu mendekat lalu menendang kepala BOLI. BOLI

terjatuh. PREMAN itu kembali lalu menghajar BOLI sampai pingsan. Sebelum pergi PREMAN itu mengambil uang dari saku BOLI.

18 EXT. GANG: SAMPING MAKAM. SIANG HARI

KARISMA dan RONI melihat BOLI pingsan. Mereka membawa BOLI ke kos dan merawatnya

19 EXT. KAMAR: KAMAR KOS. PAGI HARI.

KARISMA menerima surat dari petugas pos untuk BOLI. KARISMA memberikan surat itu kepada RONI untuk dibaca. Ternyata surat itu berisi berita bahwa IBU telah meninggal dunia.

20 EXT. KAMAR: KAMAR KOS. PAGI HARI

Akhirnya BOLI sadarkan diri. Kakinya tak bisa digerakan sementara rahangnya masih terasa sakit. RONI menyuruh BOLI minum. RONI meminta maaf perihal RONI dan KARISMA tidak membawa BOLI ke rumah sakit karena besarnya biaya. RONI mengajak BOLI untuk berjalan-jalan pada sore hari.

21 EXT. KOS: DEPAN KOS. PAGI HARI

RONI membawa BOLI keluar kos dengan kursi roda yang ia pinjam dari tetangga di sebelah kos. RONI

bercerita bahwa BOLI mendapat surat dari keluarganya di kampung yang memberi kabar bahwa IBU telah meninggal. BOLI tertunduk lesu dan menangis. Tangannya menggengam erat kursi roda seakan ia ingin berteriak tetapi tidak bisa. BOLI mengambil surat yang ia tulis untuk ibunya lalu membacanya.

22 EXT. DEPAN KAMAR KOS. PAGI HARI

BOLI keluar kamar membawa tabloid lalu duduk di atas kursi roda dan berangkat berjualan.

2.2.6 Skenario

Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan sutradara dalam

produksi sebuah film. Skenario diibaratkan seperti kerangka tubuh manusia

sehingga skenario merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembuatan

sebuah film.

Bercak Darah Di Atas Kertas Putih

Cerita dan Skenario : Y.Wijaya Kusuma

TEASER (ADEGAN PEMBUKA)

MAIN TITLE (JUDUL CERITA)

CREDIT TITLE

FADE IN

Page 69: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

54

01. INT. KAMAR ( PAGI )

BOLI

(Membaca surat)

BOLI

(BOLI mengambil tabloid lalu menaruhnya di sepeda lalu pergi naik sepeda)

CUT TO

02. EXT. SEBERANG JALAN. PAGI

KARISMA dan RONI sedang berbincang-bincang serius di seberang jalan tiba-tiba BOLI lewat. Dengan cepat KARISMA memanggil BOLI

KARISMA

(Berteriak memangil BOLI)

Bol…Bol…Boli!

BOLI

(Berhenti lalu memandang ke arah KARISMA dan RONI)

KARISMA

Bol… Sini dulu!

BOLI

(Memutar sepedanya lalu melaju ke arah KARISMA dan RONI)

RONI

Nah…Gitu dong, Bol…

BOLI

Gimana? Ada apakah gerangan sehingga dikau memangil daku yang mau ngantor ini. Kalau cuma mau ngobrol apa gosip aku ga ada waktu. Buatku waktu adalah uang…!

RONI

(Ngejek Boli)

Cieeehh…

Ini bukan hanya sekedar gosip Bol…

Page 70: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

55

BOLI

Terus?

KARISMA

Wah..bener-bener ketinggalan berita nich anak.

BOLI

Emang ada apa? Kayaknya heboh banget…

RONI

(Mengambil rokok dan menyalakannya )

Begini Bol, ini masalah kestabilitasan Bol…

BOLI

(Bingung)

Kestabilitasan? Maksudmu?

Pake bahasa yang mudah aja broo, bahasamu terlalu tinggi. Aku jadi ga dong…

KARISMA

Begini Bol,

merurut info yang berkembang, dalam seminggu ini akan ada razia...

BOLI

(Terkejut)

Razia..?

RONI

(Menegaskan)

Iya…Razia

BOLI

(Tidak percaya)

Razia… Ah jangan bikin berita palsu lo. Toh kalau hanya razia paling-paling cuman ditangkep, masuk satu hari setelah itu keluar... Santai aja ga usah dibesar-besarkan dong.

KARISMA

Ya kalau razia dari Trantip sih emang satu hari masuk besok dah keluar. Razia yang satu ini termasuk razia baru Bol... Razia dari Trantip tapi dijalankan oleh para preman. Udin kemarin ketangkep terus dihajar sampai gegar

otak.

Page 71: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

56

RONI

(Menegaskan)

Udah dihajar uangnya diambil lagi.

BOLI

Loh Trantip kok pake preman ?

KARISMA

Ya kalau trantip kan cuman nangkap aja , jadi ga bikin jera para pengamen dan penjual asongan, tapi kalau preman yang beraksi...tahu sendiri kan akibatnya...

BOLI

Terus maksud kalian?

KARISMA

Ya… Untuk sementara kita jangan jualan dulu!

Biar aman.

BOLI

Kalau ga ngantor terus kita mau makan apa?

Orang susah kok malah dibikin susah.

RONI

(Menegaskan)

Iya…

Tapi kita mau berbuat apa lagi.

CUT TO

03. INT. KAMAR BOLI. PAGI

BOLI sulit memejamkan mata walau hanya untuk sebentar, pikirannya selalu berjalan. Berita yang diberitahukan RONI dan KARISMA membuat dia tidak bisa tidur. Terus berpikir bagaimana cara agar dia bisa mendapatkan uang untuk ibunya di kampung.

CUT TO

Page 72: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

57

04. INT. KAMAR BOLI. SORE

Dua hari berlalu. BOLI tetap saja tidak bisa berjualan. BOLI hanya tiduran di kamar, lalu mengambil surat di sampingnya dan membacanya sekali lagi. Setelah membaca BOLI menaruh surat itu lalu berjalan keluar.

CUT TO

05. EXT. SAMPING LAPANGAN TENIS. SORE

BOLI berjalan lesu. Sesampainya di samping lapangan tenis BOLI duduk. Pikirannya masih saja berputar. Matanya menatap jauh seakan-akan tidak ada semangat di matanya. Dari kejauhan RONI melihat BOLI duduk sendirian lalu RONI berjalan menghampiri.

RONI

Bol…

BOLI

(Terkejut)

Oh..halo Ron…

RONI

Kamu kelihatan lemes Bol.

Kenapa?

BOLI

(Menarik napas)

Gimana kondisi kantor Ron ?

RONI

Masih belum kondusif Bol, aku juga bingung. Dua hari aku mangamati situasi masih saja ada preman yang mengawasi setiap pertigaan maupun perempatan yang sering buat jualan sama anak-anak.

BOLI

(Terdiam)

RONI

(Memandang Boli)

Kenapa Bol…?

(Tangan Roni menggapai bahu Boli)

BOLI

Penyakit ibuku makin parah Ron!

Page 73: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

58

RONI

(Terdiam)

BOLI

Kata dokter ibuku harus segera dioperasi secepatnya.

Kamu tahu kan ongkos buat operasi sangat besar!

RONI

(Diam sambil melihat BOLI)

BOLI

Dan sekarang aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau begini terus keadaannya aku ga bisa membiayai operasi ibuku. Apa aku harus melihat ibuku meninggal gara-gara aku tidak bisa bisa membiayai operasi?

BOLI

(Berdiri melampiaskan amarahnya)

Ahhh, bangsat….!

RONI

(Hanya diam)

BOLI

(Setelah melampiaskan amarahnya BOLI duduk menangis)

RONI

(Mengambil rokok)

Rokok, Bol… Biar lebih tenang.

BOLI

Makasih, Ron.

Surat ini datang dua hari lalu Ron

dan aku ga bisa membalas surat ibuku ini karena ga punya uang.

Aaahh… Hanya membalas surat ibu saja aku tidak bisa

Aku memang anak durhaka….

RONI

Sabar Bol... Sabar… Tuhan pasti punya rencana yang indah di balik peristiwa ini Bol...

BOLI

(Marah)

Page 74: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

59

Indah? Indah?

Seorang anak yang hanya bisa melihat ibunya sakit dan hampir meninggal tanpa bisa berbuat apa-apa untuk ibunya kamu sebut indah…!

BOLI

(Pergi)

RONI

(Memanggil Boli)

Bol… Boli…!

CUT TO

06. EXT. DEPAN KAMAR. PAGI

Pagi-pagi BOLI terbangun. Tumpukan tabloid diambilnya lalu ditaruh di sepeda dan berangkat berjualan koran. DOMI yang melihat BOLI akan berjualan mencoba untuk mencegahnya.

DOMI

Bol… Jangan nekat!

BOLI

Apa boleh buat, apapun yang terjadi aku tetep berjualan.

Aku harus cari uang buat ibuku.

DOMI

Kamu jangan nekat Bol!

Apa kamu mau seperti Udin!

Kamu jangan nekat!

BOLI

(BOLI tetap mengayuh sepedanya untuk berjualan)

DOMI

(Menggeleng-gelengkan kepala)

Page 75: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

60

CUT TO

07. EXT. PERTIGAAN JALAN. SIANG

Sampai di pertigaan jalan BOLI menaruh sepeda lalu mulai berjualan. Setelah berjualan BOLI berjalan ke arah sepeda lalu duduk. Ia merogoh sakunya dan mengambil uang hasil penjualan dan menghitungnya. BOLI berjalan ke arah warung untuk membeli kertas surat dan perangko.

CUT TO

08. EXT. WARUNG. SIANG

BOLI

(Merogoh saku lalu mengambil uang)

Bu, beli kertas surat sama perangko

PENJUAL

(Mengambilkan pesanan BOLI)

BOLI

Berapa Bu?

PENJUAL

Tiga ribu lima ratus, Mas.

BOLI

(menghitung uang)

Ini Bu, terima kasih.

CUT TO

09. EXT. PERTIGAAN. SIANG

BOLI berjalan ke pertigaan lagi. Sampai di pertigaan BOLI duduk lalu mengambil pena di tasnya dan mulai menulis surat untuk IBUnya. Dari kejahuan dua orang PREMAN menuju ke arah BOLI dengan mengendarai motor. Melihat PREMAN menuju ke arahnya, BOLI lari dengan cepat. Sepedanya tak sempat dibawa.

BOLI

(Berlari)

CUT TO

10. EXT. JALAN. SIANG

Page 76: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

61

BOLI terjatuh. Keringatnya bercucuran. Keringatnya menetes di jalanan.

BOLI

(Berteriak)

Ibu…!

DISSOLVE

CUT TO

11. EXT. JALAN. SIANG

BOLI belum juga berdiri, napasnya terengah-engah.

12. EXT. JALAN. SIANG

PREMAN semakin mendekat ke arah BOLI. BOLI kembali berdiri lalu berlari lagi.

13. EXT. GANG. SIANG

Merasa aman BOLI mengurangi kecepatan larinya.

14. EXT. GANG. SIANG

Melihat BOLI berjalan, kedua PREMAN mempercepat laju sepeda motornya. Setelah masuk dalam jangkauan, PREMAN yang di belakang langsung memukul kepala BOLI.

PREMAN 1

(Marah)

Bajingan, ketangkap kamu sekarang...!

(BOLI tersungkur sambil memegangi kepalanya dan berusaha untuk berdiri. Melihat BOLI berusaha berdiri, kedua PREMAN itu berhenti lalu berlari ke arah BOLI)

BOLI

(Kesakitan dan berusaha untuk berdiri)

Ampun Pak... Ampun.

PREMAN 2

(Marah)

Ampun!! Hahahaha

Enak banget bilang ampun!

Nich…

Page 77: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

62

(sambil memukul)

BOLI

(Boli terjatuh)

Ampun Pak…

PREMAN 2

Tidak ada ampun. Sudah dikasih tahu untuk tidak jualan masih saja jualan.

Kalian itu merusak pemandangan kota!

PREMAN 1

(Meludah)

Ayo…cepat pergi…!

(Kedua preman itu menghajar BOLI dengan membabi buta. BOLI hanya bisa diam sambil memegang erat surat untuk ibunya)

CUT TO

15. EXT. GANG. SORE

RONI dan Karisma melihat BOLI terkapar berlumuran darah lalu mereka membawa BOLI ke kos.

CUT TO

16. INT. KAMAR KOS BOLI. PAGI

KARISMA

Aku kan udah ngomong sama kamu, tapi kamu tidak percaya

Ya begini akibatnya.

17. INT. KAMAR KOS BOLI. PAGI

RONI menunjukkan surat kepada KARISMA

KARISMA

(Menunjukan surat)

BOLI dapat surat.

RONI

Buka aja, biar nanti aku yang kasih tahu BOLI kalau dia sudah sadar.

KARISMA

Isinya apa, Ron?

Page 78: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

63

RONI

Ibunya BOLI meninggal, Ma.

(KARISMA dan RONI hanya tertunduk lesu)

CUT TO

18. INT. KAMAR KOS BOLI. PAGI

Dua hari kemudian BOLI sadarkan diri.

RONI

Akhirnya kamu sadar, Bol...

Ini diminum, Bol. Sekarang kamu sudah aman. Kamu ada di kos.

Aku sama Karisma yang membawamu ke sini.

BOLI

(Tersenyum)

RONI

Tapi maaf, kami tidak membawamu ke rumah sakit, karena kami tidak punya uang.

Uang kami hanya bisa buat beli kapas dan perban saja.

Maaf ya, Bol...

CUT TO

19. EXT. DEPAN KOS. SORE

RONI membawa BOLI keluar kos dengan kursi roda yang ia pinjam dari tetangga sebelah. RONI bercerita kalau BOLI mendapat surat dari keluarganya di kampung yang memberi kabar bahwa IBU telah meninggal. BOLI tertunduk lesu dan menangis. Tangannya menggengam erat kursi roda seakan ia ingin berteriak tetapi tidak bisa. BOLI mengambil surat yang dia buat untuk ibunya lalu membacanya.

20. EXT. DEPAN KOS. PAGI HARI

BOLI merangkak menuju ke kursi roda untuk berjualan.

FADE OUT.

CREDIT TITLE

Page 79: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

64

BAB III

PRODUKSI FILM PENDEK

“BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH“

3.1 Proses Produksi Film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“

Proses produksi adalah proses pembuatan film. Proses produksi di bagi menjadi

pra-produksi, produksi dan pasca-produksi. Berikut adalah proses produksi dalam

film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“

3.1.1 Pra-Produksi

3.1.1.1 Sutradara

Sutradara dalam produksi film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ adalah

penulis skenario sendiri. Sutradara memulai tugasnya dengan memilih pemain dan

memimpin latihan. Sutradara juga melakukan diskusi dengan para kru film

(kameramen, tata artistik, kostum, tata rias, dan pemain). Diskusi berguna untuk

menyamakan pandangan tentang film yang akan dibuat.

Persiapan yang matang di pra-produksi akan sangat membantu dalam proses

produksi pembuatan film. Para kru film akan dengan mudah menerjemahkan maksud

sutradara sehingga resiko kesalahpahaman antara sutradara dan kru dapat dihindari.

Page 80: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

65

Sutradara dalam film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ juga merangkap

menjadi produser dan kru film. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi.

Dalam pembuatan film indie hal ini sering dilakukan. Walau terkesan tidak

profesional tetapi sangat membantu menekan pembengkakan biaya produksi

pembuatan film.

3.1.1.2 Produser dan Modal

Dalam pembuatan film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ Produser

dipegang langsung oleh penulis skenario. Modal langsung dikeluarkan oleh penulis

sebagai produser. Modal bisa berupa uang, perlengkapan film, dan dana lain-lain.

Modal yang disediakan untuk membuat film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“

Rp. 655.500,00 dengan rincian sebagai berikut:

a. Pra-Produksi

1. Photo copy

(1) Jadwal dan script breakdown Rp. 5.000,00

2. Konsumsi

(1) Latihan @ Rp. 5000 X 7 orang X 5 Rp. 140.000,00

Total Rp. 145.000,00

Page 81: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

66

b. Produksi

1. Kaset mini DV pita @ Rp. 27.000 X 2 Rp. 54.000,00

2. Properti artistik

(1) Kertas surat @ Rp. 2000 X 3 Rp. 6.000,00

(2) Perangko @ Rp. 3000 X 3 Rp. 9.000,00

3. Tata rias Rp. 15.000,00

4. Konsumsi

(1) Rp. 5000 X 16 orang X 3 Rp. 240.000,00

(2) Air mineral Rp. 11.500,00

6. Dana tak terduga Rp. 100.000,00

Total Rp. 435.500,00

c. Pasca-Produksi

1. Penyuntingan Rp. 50.000,00

2. Penggandaan DVD @ 5000 X 5 Rp. 25.000,00

Total Rp. 75.000,00

Total keseluruhan biaya praproduksi s.d pasca-produksi Rp. 655.500,00

Page 82: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

67

3.1.1.3 Story Board

Tidak semua adegan dalam film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ dibuat

berdasarkan story board. Hanya beberapa scene yang penting saja yang dibuat story

board-nya.

3.1.1.4 Hunting Lokasi

Hunting lokasi film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ dilakukan dua

minggu sebelum shooting. Lokasi yang akan digunakan sebagai tempat shooting

difoto sebagai bahan acuan untuk kru film (kameramen, setting, dan pemain). Foto

lokasi itu akan dipelajari untuk memperoleh gambaran lokasi shooting. Lokasi yang

dipakai untuk shooting adalah (1) pertigaan Kolombo, (2) Lapangan Tenis Kampus

USD, (3) samping makam Mrican, (4) warung Utara kampus USD. Lokasi-lokasi ini

dipilih karena sesuai dengan cerita dan lokasinya yang berdekatan sehingga

menghemat biaya produksi.

3.1.1.5 Tata Kostum

Tata kostum dalam film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ sangat mudah

karena setiap pemainnya sudah memiliki apa yang dibutuhkan untuk memainkan

perannya. Penata kostum hanya memotong krah baju.

3.1.2 Produksi

3.1.2.1 Penata Fotografi dan Juru Kamera

Page 83: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

68

Dalam pembuatan film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ menggunakan

penata fotografi yang bertugas mengambil foto saat cut (gesture terakhir pemain),

mencari sudut yang artistik di lokasi shooting. Film “Bercak Darah Di Atas Kertas

Putih“ menggunakan satu kameramen karena hanya menggunakan satu kamera dan

satu anggota kru untuk clapper.

3.1.2.2 Pemeran

Menjadi seorang pemain film harus pandai menguasai diri. Menguasai ritme

permainan dan jenis-jenis film yang diikuti. Perwatakan sering tidak dilukiskan

secara rinci karena itu pemain film harus bisa menjiwai tokoh yang hendak

diperankan. Para pemeran dalam film pendek “Bercak Merah Di Atas Kertas Putih“

berjumlah enam orang dan dipilih langsung oleh sutradara berdasarkan karakter fisik

(bentuk wajah dan badan). Dasar menggunakan pemilihan bentuk fisik ialah bentuk

fisik sangat penting untuk mewakili karakter. Bentuk wajah dan karakter wajah yang

sesuai dapat membantu mengurangi biaya make up. Sedangkan untuk karakter

pemain dapat diolah saat latihan. Latihan untuk para pemain berisi tentang

pemahaman skenario, karakter, vokal, dan improvisasi. Karena para pemain yang

direkrut adalah pemain yang awam soal dunia akting maka harus diberikan dasar

teater dan pantomim untuk membentuk gesture para pemain

Tokoh Boli diperankan oleh Roni, 23 tahun (mahasiswa PGSD USD).

Pemilihan ini berdasarkan bentuk tubuh dan fisik yang sesuai dengan karakter tokoh

Page 84: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

69

Boli. Tokoh Roni diperankan oleh Karisma, 24 tahun. Pemilihan ini didasarkan

bentuk fisik yang sesuai dengan tokoh Roni yang menjadi seorang pengamen. Tokoh

Karisma diperankan oleh Aloysius, 22 tahun (mahasiswa Sastra Indonesia USD),

berdasarkan logat bicara dan karakter aslinya yang sesuai dengan karakter tokoh

Karisma. Tokoh Domi diperankan oleh Ganang, 26 tahun (mahasiswa Sastra

Indonesia USD), didasarkan pada bentuk fisik yang sesuai dengan tokoh Domi.

Preman 1 diperankan oleh Indri, 29 tahun (mahasiswa PGSD USD), sesuai dengan

bentuk fisik dan logat bicaranya yang keras. Preman 2 diperankan oleh Desi 25

Tahun (mahasiswa PGSD USD), seturut bentuk fisik yang gemuk serta tekstur wajah

yang garang dan sadis. Penjual di perankan oleh ibu berumur 55 Tahun.

3.1.2.3 Tata Rias

Tata rias dalam film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ sangatlah

sederhana. Bentuk wajah dan karakter pemain yang ada di dalam film pendek

“Bercak Darah di Atas kertas Putih“ sangat membantu tim make up. Tim make up

hanya menambahkan kesan kotor pada wajah pemain menggunakan simswet coklat

dan hitam. Rambut menjadi tantangan tersendiri karena model rambut harus dibuat

seperti gaya anak muda sekarang. Tim make up harus memotong sebagian rambut

pemain untuk mendapatkan kesan gaya anak muda sekarang.

Page 85: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

70

3.1.2.4 Tata Suara dan Cahaya

Tata suara di dalam film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ langsung dari

kamera video dan tidak menggunakan boomer. Merekam langsung dari kamera

video ini dilakukan untuk menghemat biaya produksi. Tata cahaya dalam film

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ sangat minim dipakai karena shooting

dilakukan pada pagi hari dan siang hari. Pemakaian tata cahaya hanya dilakukan saat

di dalam kamar kos.

3.1.2.5 Tata Artistik

Setting dalam film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ tidak

menggunakan setting yang rumit. Pengerjaan setting hanya mengubah tata letak

barang di dalam kamar kos. Sedangkan saat di luar ruangan, tim setting hanya

menambah beberapa sampah dan menambah tulisan di dinding untuk menambah

kesan jalanan.

3.1.3 Pasca-Produksi

3.1.3.1 Tata Musik

Ilustrasi musik yang digunakan dalam film pendek “Bercak Darah Di Atas

Kertas Putih“ menggunakan D’Masiv “Jangan Menyerah”, Gigi dan musisi jalanan,

Green Day “Epionase”, Monty Tiwa “Kosong”, Sarah McLochlan “Angel”,

Page 86: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

71

“Pianissimo Princess”, “One Mon’s Dream”, Avenged Seven Fold “Unholy

Confessions”.

3.1.3.2 Editting

Editting film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ dikerjakan oleh

Shanon Digital Studio dengan Andreas AK sebagai operator editornya.

Menggunakan software Adobe Primier Pro CS4. Proses editting menggunakan jalur

digital editting. Digital editting atau linear editting adalah teknik sunting gambar

yang dikerjakan secara acak, sedangkan analog atau linier editting adalah teknik

sunting yang dilakukan secara runtut tanpa sebuah kesalahan sunting

Page 87: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

72

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Proses Penciptaan Skenario

Dari proses pembuatan skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas

Putih” dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Sasaran cerita ditujukan untuk usia 17 tahun ke atas, (2) jenis cerita

termasuk dalam jenis cerita tragedi, (3) tema cerita masuk dalam tema keluarga, (4)

ide cerita berasal dari penulis yang terilhami cerita seorang teman, (5) alur cerita

menggunakan alur maju/plot lurus, (6) grafik cerita menggunakan Grafik Aristoteles,

(7) setting cerita menggunakan outdoor (Pertigaan Gejayan, Lapangan Tenis

Kampus USD, toko utara kampus USD) dan indoor (kamar kos utara Apartemen

Sejahtera), (8) setting budaya menggunakan setting budaya Yogyakarta, (9) rencana

plot “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” menjadi dasar pembuatan treatment, (10)

treatment film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” menjadi dasar dari produksi

pembuatan film, (11) kerangka tokoh menghasilkan gambaran psikis dan fisik para

pemain (Boli, Karisma, Roni, Domi, Preman 1, dan Preman 2) dalam film “Bercak

Page 88: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

73

Darah Di Atas Kertas Putih”, (12) bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia

yang menggunakan logat bahasa Jawa karena bertempat di Yogyakarta.

4.3 Proses Produksi

Dari proses pra-produksi, produksi dan pasca-produksi pembuatan film pendek

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sutradara memulai tugasnya dari pra-produksi sampai pasca-produksi

(pemilihan pemain sampai editting). Sutradara menjadi orang yang paling

berpengaruh dalam hasil visualisasi sebuah film. Tugas sutradara dibantu

oleh beberapa kru (kameramen, fotografi, penata kostum, tata rias, tata

suara dan cahaya, tata artistik, tata musik, tata cahaya, dan editor).

2. Produser bertugas mencari dana (modal) dan mengaturnya untuk biaya

produksi pembuatan film.

3. Film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ merupakan hasil

penggabungan dari beberapa disiplin seni, seperti unsur seni pertunjukan,

seni sastra, seni rupa, seni musik dan suara, pertelevisian, dan fotografi.

4.4 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan skenario dan film pendek

“Bercak Darah Di Atas Kertas Putih“ masih terlihat banyak kekurangan. Kendala

nonteknis selalu dihadapi sebagai pelajaran membuat sebuah skenario yang

Page 89: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

74

divisualisasikan dalam bentuk film pendek. Dari pengalaman ini penulis dapat

mengetahui proses pembuatan skenario dan pembuatan film. Saran yang dapat

diberikan penulis setelah melaksanakan evaluasi dari proses pembuatan skenario

yang divisualisasikan dalam bentuk film adalah sebagai berikut:

1. Mencari sumber ide yang utuh dan terperinci sehingga dapat membantu

pembentukan alur sebuah skenario, walaupun akan dibuat cerita yang

berbeda.

2. Dalam membuat skenario setidaknya sudah mulai membayangkan

pemain yang akan bermain sehingga karakter pemain bisa mewakili

setiap tokoh yang diperankan.

3. Penulis skenario juga harus membayangkan bentuk visualisasi dari

cerita yang dibuat sehingga mempermudah kerja semua komponen

dalam produksi film.

4. Story board sudah harus disusun dari awal proses produksi

5. Pengelolaan modal yang baik dan terperinci untuk menaggulangi

kebocoran anggaran.

6. Editting harus dilakukan dengan teliti dan selesai tepat waktu.

Page 90: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

75

7. Proses pembuatan film sebisa mungkin dikerjakan pada musim kemarau

karena kalau dikerjakan pada musim hujan akan mempengaruhi

pencahayaan yang cepat berubah.

Page 91: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

76

Daftar Pustaka

Herymawan, RMA. 1998. Dramaturgi. Bandung: Rosda.

Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: PT. Gramedia

WidiaSarana Indonesia.

Mangunhardjana, Margija A. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: Kanisius

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Sumarno, Marseli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: PT. Gramedia

WidiaSarana Indonesia.

Widagdo Bayu M, Gora Winastwan S. 2004. Bikin Sendiri Film Kamu. PD. Anindya

Yudiono, K.S. 1986. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa

Page 92: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

LAMPIRAN

Page 93: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

STORYBOARD

Scene 1 Scene 2

Scene 3 Scene 5

Scene 19

Page 94: PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

Scene 9

DOKUMENTASI

HUNTING LOKASI

Gg. Gatotkaca, Mrican Lapangan Realino USD

Pertigaan Jln. Afandi, Yogyakarta