PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN...
Transcript of PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN...
-
PENGARUH MEDIA POP UP BOOK TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSLUSIF IBU HAMIL DI
PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
TAHUN 2013
SKRIPSI
Disusun Oleh:
DESLY AHDI KANTA
109101000074
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M/1434 H
-
Generated by CamScanner from intsig.com
-
Generated by CamScanner from intsig.com
-
Generated by CamScanner from intsig.com
-
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Agustus 2013
DESLY AHDI KANTA, NIM : 109101000074
PENGARUH MEDIA POP UP BOOK TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSLUSIF IBU HAMIL DI PUSKESMAS
KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 xiv + 85 halaman, 14 tabel, 5 gambar, 6 lampiran
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
Puskemas Kecamatan Pesanggrahan menggunakan beberapa cara seperti penggunaan
media leaflet dalam pelaksanaan kelas ibu hamil yang didalamnya para ibu hamil
diberikan informasi yang berkaitan tentang kehamilan ibu hamil termasuk pengetahuan
ASI ekslusif. Akan tetapi didapat angka cakupan ASI eksklusif di Puskesmas
Kec.Pesanggrahan sebesar 51,2%, masih dibawah target nasional. Dalam hal ini peneliti
menggunakan media buku pop up yang telah di analisis kelayakannya untuk melihat
pengaruhnya dalam perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Ekslusif
di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan
non equivalent control group design. Penelitian untuk mencari tahu penjelasan dari
objek penelitian tentang pengaruh media buku pop up dalam perubahan pengetahuan dan
intensi ibu hamil tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun
2013 dengan cara membandingkan rata-rata skor antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
rata-rata skor pengetahuan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan media buku
pop up dan kelompok kontrol (Pvalue 0.026). Akan tetapi untuk intensi pada kedua
kelompok, dari hasil uji Chi-Square diperoleh Pvalue 1.00 yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal
tersebut menujukkan tidak adanya pengaruh dari pemberian media buku pop up terhadap
intensi ASI Eksklusif. Dilihat dari karakteristik responden tidak terdapat hubungan dari
karakteristik umur (Pvalue=0,554), tingkat pendidikan (Pvalue=0,765), dan status paritas
ibu hamil (Pvalue=0,701) terhadap perubahan skor pengetahuan ASI eksklusif
Kesimpulan dari penelitian bahwa media buku pop up dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil akan tetapi tidak sampai taraf
memberikan kepercayaan untuk berniat melakukannya.
Daftar bacaan : 53 (1981-2012)
Kata Kunci : Pengetahuan ,ASI Eklusif, Media, Pop up book
-
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Agustus 2013
DESLY AHDI KANTA, NIM : 109101000074
INFLUENCE OF POP UP BOOK MEDIA ON THE IMPROVEMENT OF
KNOWLEDGE AND ASI EXCLUSIVE INTENTION FOR PREGNANT WOMEN IN
PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN 2013
xiv + 85 pages, 14 tables, 5 images, 6 attachments
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is breast milk given to infants from birth for 6 (six)
months, without adding or replacing with other food or drink. Puskemas Kecamatan
Pesanggrahan use several ways such as the use of media leaflet in the implementation
class in which pregnant women are given information about pregnancy related maternal
including exclusive breastfeeding knowledge. However, the figures obtained coverage
exclusively breastfeed in the Puskesmas Kec. Pesanggrahan at 51.2 %, still below the
national target. In this case the researcher uses the pop-up books media that has been in
the feasibility analysis to see the effect in the change of knowledge and intentions of
pregnant women about exclusive breastfeeding in the Puskesmas Kecamatan
Pesanggarahan Jakarta Selatan in 2013.
This research uses quasi-experimental research design with non-equivalent
control group design. Research to find out an explanation of the object of research on the
influence of pop-up books media in the knowledge and intentions change of pregnant
women about exclusive breastfeeding in Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan in 2013
by comparing the average scores between the treatment and control groups .
Results of this study indicated that there were significant differences in the
average scores of knowledge between the group treated with media pop-up books and
the control group (Pvalue 0.026). But for the intention in both groups, from the Chi-
Square test results obtained Pvalue 1,00 which meant there was no significant difference
between the treatment and control groups. It showed the lack of effect of granting media
pop-up books to exclusive breastfeeding intentions. Judging from the characteristics of
the respondents there was no correlation of the characteristics of age (Pvalue = 0.554),
education level (Pvalue = 0.765), and maternal parity status (Pvalue = 0.701) on
exclusive breastfeeding knowledge score changed.
The conclusion of the study that the pop-up book media can be used to improve
exclusive breastfeeding knowledge of pregnant women but not to the extent of giving
belief to intend to do so.
Reading list: 53 (1981-2012)
Keywords: Knowledge, Exclusive breastfeeding, Pop up Book Media
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap :Desly Ahdi Kanta
Tempat Tanggal Lahir :Banyuasin,04 Desember 1991
Alamat : Jln. Bukit Indah No.54 Kelurahan Pangkalan Balai,
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Email : [email protected]
Telepon : 085367893434
Riwayat Pendidikan :
1997 2003 SDN No.4 Pangkalan Balai
2003 2006 MTs Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin
2006 2009 MA Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin
2009 sekarang S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Riwayat Organisasi :
2007 2008 OSIS MA Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin
2007 2009 OSPa (Organisasi Santri Putra) Ponpes Sabilul Hasanah
2009 2011 BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
-
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena
atas sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya, penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam
menjalankan segala aktivitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Uswatun Hasanah sepanjang zaman,
Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarganya, para shahabatnya, para tabiit-
tabiinnya dan kepada para umatnya yang senantiasa dalam kebaikan hingga akhir
zaman.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa dan Mama tercinta, Zailani S.Pd dan Nisyati S.Pd yang telah berikhtiar,
sabar, dan tawakal dalam mendidik anaknya dan memberi dukungan serta selalu
mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan kesehatan.
3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
sekaligus Pembimbing I dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.Ma selaku
Pembimbing II yang telah dengan sabar mendidik, membimbing, dan
mengajarkan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi masa depan penulis serta
mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini..
-
viii
4. Ibu Narila Mutia Nasir,Ph.D, Ibu Fajar Ariyanti,Ph.D, dan Ibu Rostini,M.KM
selaku penguji skripsi yang telah mengarahkan, mendukung dan mengizinkan
penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Kak Septiani, Kak Ami, Kak Ida selaku Laboran Kesmas yang telah memberikan
arahan dalam perjalanan penyelesaian skripsi ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan SJD SS 2009, rekan-rekan Kesehatan Masyarakat
2009, dan rekan-rekan peminatan Gizi 2009 yang telah bersama-sama menuntut
ilmu, berdiskusi, memberi dukungan dan masukan terhadap penulisan ini,
terkhusus pada Ana Mahillatul Jannah dan Agung Taufiqur Rokhman yang
selalu memberi support dan menemani dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Rekan-rekan peneliti di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Fitri Aryani,SKM ,
Nur Syamsiyah,SKM, dan Kiki Chairani Saputri,SKM yang selalu berbagi suka-
duka dan informasi dengan penulis selama pengerjaan skripsi ini.
Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan, bimbingan dan petunjuk
yang telah disampaikan serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak
terhadap penulis mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
skripsi ini.
Ciputat, Agustus 2013
Desly Ahdi Kanta
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................................... ii
PERNYATAAN PESETUJUAN.iv
LEMBAR PENGESAHAN ..v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 6
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 7
1. Tujuan Umum ................................................................................................................ 7
2. Tujuan Khusus ............................................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 8
1. Bagi Puskesmas ............................................................................................................. 8
2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................................. 8
3. Bagi Peneliti Lain .......................................................................................................... 8
F. Ruang Lingkup ................................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Pendidikan .......................................................................................................... 10
B. Media ............................................................................................................................... 14
1. Konsep Dasar Media .................................................................................................... 14
2. Fungsi dan Manfaat Media ......................................................................................... 14
3. Karakteristik Media ..................................................................................................... 15
4. Pesan dalam Media ...................................................................................................... 17
2 Media Buku Pop-up ..................................................................................................... 19
-
x
D. Asi Eksklusif .................................................................................................................... 21
1. Pengertian .................................................................................................................... 21
2. Manfaat ........................................................................................................................ 21
E. Pengetahuan ..................................................................................................................... 25
1. Pengertian .................................................................................................................... 25
2. Sumber Pengetahuan .................................................................................................... 25
3. Pengetahuan ASI Eksklusif .......................................................................................... 26
4. Kebutuhan Pengetahuan ............................................................................................... 29
5. Pemberian Pengetahuan ............................................................................................... 29
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................................................ 31
F. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) ............................................................................. 35
1. Pengertian .................................................................................................................... 35
2. Kebijakan ..................................................................................................................... 36
3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pemberian Pengetahuan ........... 37
G. Intensi ............................................................................................................................... 40
1. Pengertian Intensi ......................................................................................................... 40
2. Teori Plan Behavior ..................................................................................................... 41
H. Kerangka Teori ................................................................................................................ 42
BAB III KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ............................................................................................................. 45
B. Definisi Operasional ........................................................................................................ 46
C. Hipotesis .......................................................................................................................... 48
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................................... 49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................... 50
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................................... 50
D. Instrumen Penelitian ........................................................................................................ 52
E. Pengumpulan Data ........................................................................................................... 53
F. Pengukuran Data. ............................................................................................................. 53
G. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................................................... 54
1. Pengolahan Data .............................................................................................................. 54
BAB V HASIL PENELITIAN
-
xi
A. Karakteristik Sampel ........................................................................................................ 57
B. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum Intervensi ............................. 58
C. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Setelah Intervensi ............................... 60
D. Pengaruh Media Buku Pop Up dalam Perubahan Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil
di Puskesmas Kec.Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013 ................................................ 60
E. Hubungan Karakteristik Demografi Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ASI Ekslusif ..... 67
F. Gambaran Intensi ASI Ekslusif Ibu Hamil ...................................................................... 69
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................................... 71
B. Karakteristik Ibu Hamil ................................................................................................... 72
C. Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum Intervensi .............................................. 73
D. Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Setelah Intervensi ................................................. 73
E. Pengaruh Media Buku Pop Up Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil ................................. 74
F. Hubungan Karakteristik Demografi Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ASI Ekslusif ..... 78
G. Intensi ASI eksklusif Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan ........................................ 81
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 83
B. Saran ................................................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................86
-
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional 46
5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Paritas di
Wilayah Puskesmas Pesanggrahan Tahun 2013 57
5.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Perlakuan 59
5.3 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Setelah Diberikan Intervensi 60
5.4 Pengetahuan Kelompok Perlakuan Tentang ASI Ekslusif Sebelum (Pre
test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Buku Pop Up 61
5.5 Gambaran Skor Pengetahuan ASI Eksklusif Kelompok Perlakuan 62
5.6 Pengetahuan Kelompok Kontrol Tentang ASI Ekslusif Sebelum (Pre
test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Plasebo 63
5.7 Gambaran Skor Pengetahuan ASI Eksklusif Kelompok Kontrol 64
5.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Permateri Pertanyaan yang Dijawab
Benar 65
5.9 Rata-Rata Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Perlakuan Dan
Kelompok Kontrol 66
5.10 Hubungan Karakteristik Umur Dan Skor Pengetahuan Ibu Hamil 67
5.11 Hubungan Karakteristik Tingkat Pendidikan Dan Skor Pengetahuan Ibu
Hamil 68
5.12 Hubungan Karakteristik Paritas Ibu Dan Skor Pengetahuan Ibu Hamil 69
5.13 Perbedaan Intensi ASI Eksklusif Pada Kelompok Perlakuan Dan
Kelompok Kontrol 70
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Teori of Planned Behavior 42
2.2 Kerangka Teori Penelitian 44
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 45
5.1 Grafik Skor Pengetahuan Kelompok Perlakuan dengan Kurva
Normal 62
5.2 Grafik Skor Pengetahuan Kelompok Kontrol dengan Kurva Normal 64
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Output SPSS
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Media Pop Up Book
Lampiran 5 Media Placebo
Lampiran 6 Lembar Minat Media
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan cairan hidup yang diciptakan oleh Allah SWT
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi sejak lahir yang diperlukan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, ASI mengandung zat-zat
gizi yang tidak ditemukan dalam makanan/minuman olahan manusia apapun (Kemenkes
R.I, 2009).
Kewajiban ibu untuk menyusui bayinya tercantum jelas dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 223: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan... (QS: Al-Baqarah [2]:
233). Sedangkan dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012
mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif; ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain. Pemerintah menetapkan pemberian ASI eksklusif
selama enam bulan ini mengacu pada yang direkomendasikan oleh World Health
Organization (WHO), dan penetapan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi
juga di seluruh dunia.
Menurut Roesli (2000) faktor yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu
kurangnya penyampaian informasi ataupun pengetahuan tentang ASI Ekslusif kepada
para ibu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2010) menyimpulkan
-
2
adanya pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan perubahan
sikap ibu tentang makanan sehat dan gizi seimbang.
Dalam sebuah proses komunikasi yang disampaikan oleh Laswell dalam
Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat
terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut adalah komunikator, pesan,
media, komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk
menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pemilihan media yang tepat
akan membantu keberhasilan proses tersebut, sebaliknya penggunaan media yang tidak
tepat akan menyulitkan komunikan memahami isi pesan dari komunikator.
Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan fungsinya media dibagi menjadi 3
yakni media cetak, media elektronik, dan media papan. Adapun media cetak, seperti
booklet, leaflet, buku pop-up, flyer, flip chart, rubrik/ tulisantulisan poster, foto. Media
elektronik, seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media papan
(bill board), yang mencakup pesanpesan yang ditulis pada lembaran seng yang
ditempel pada kendaraan umum.
Dalam hal ini terdapat sebuah bentuk media cetak yang dikemas dengan menarik
dan interaktif yakni buku pop-up. Buku pop-up adalah sebuah buku yang memiliki
bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama
dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau
demikian origami lebih memfokuskan untuk menciptakan objek atau benda, sedangkan
-
3
pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar
tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif dan dimensi, perubahan bentuk
hingga dapat bergerak (Montanaro,2009).
Buku pop-up dapat memberikan visualisasi materi yang lebih menarik, mulai
dari tampilan gambar yang terlihat lebih berdimensi, memiliki tekstur yang
menggambarkan bentuk aslinya. Hal-hal seperti diatas membuat materi yang dimuat
dalam buku pop-up menjadi lebih menarik untuk diminati (Montanaro,2009).
Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan merupakan instansi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan yang berupaya memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat dari segi preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif, Khususnya dalam hal ini memberikan pelayanan dan informasi kepada Ibu
hamil mengenai pentingnya ASI Ekslusif untuk kesehatan ibu dan bayi. Dalam
memberikan informasi tentang pentingnya ASI Ekslusif terdapat beberapa media
pendidikan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan ASI Eksklusif. Media pendidikan yang ada adalah poster
ASI Eksklusif dan leaflet kelas ibu hamil. Poster ASI Eksklusif berada pada ruang
tunggu pelayanan antenatal dan leaflet kelas ibu hamil digunakan saat berlangsungnya
kelas ibu hamil. Namun materi pada kedua media yang digunakan masih terbatas.
Materi pada poster tersebut hanya menjelaskan terkait pengertian ASI Eksklusif
dan himbauan untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Materi ASI eksklsuif
pada leaflet lebih fokus pada materi persalinan dibandingkan dengan materi ASI
-
4
Ekslusif. Materi pada media-media tersebut masih kurang dari yang dianjurkan untuk
keberhasilan ASI Eksklusif.
Informasi tentang ASI Eklusif hanya disampaikan saat ibu hamil bertanya
langsung tentang ASI Ekslusif karena informasi yang sering diberikan bidan tanpa
pertanyaan dari ibu hamil kebanyakan mengenai informasi tentang persalinan,
sehingga dari data yang diperoleh, angka cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kec.
Pesanggrahan sebesar 51,2%, masih dibawah target nasional 80% (Kemenkes,2010c).
Dari hasil penelitian Septiani (2012) data pengetahuan yang diperoleh terdapat
beberapa materi ASI Ekslusif yang mayoritas tidak dikuasai oleh ibu hamil sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010a) dan Soetjiningsih (1997).
Adapun materi yang mayoritas tidak dikuasai bagi ibu hamil (
-
5
belum dapat memberikan informasi yang sesuai untuk memenuhi tujuan peningkatan
pengetahuan ASI Eklusif sasaran.
Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan masyarakat
(Nasution,2010). Sedangkan yang ada di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan selama
ini adalah media yang memberikan informasi lebih kepada teori persalinan. Hal ini
menunjukkan masih kurangnya informasi tentang ASI Ekslusif.
Sehingga menurut peneliti perlu diberikan media tentang ASI Ekslusif yang
sesuai dengan kebutuhan pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggarahan, sehingga informasi yang disampaikan dapat lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif, serta dapat memberikan niat bagi
ibu untuk mengamalkan ASI Ekslusif ini.
Media yang akan diberikan berupa buku pop up dengan alasan dari hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti, terbukti bahwa 18 dari 20 orang ibu hamil (90%)
di puskesmas Kec. Pesanggrahan lebih memilih media buku pop up untuk dibaca
dibandingkan dengan media leaflet.
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh media
buku pop up terhadap perubahan pengetahuan dan intensi ASI Ekslusif ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, yang dalam hal ini dapat
bermanfaat bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil
seterusnya sehingga dapat menciptakan perilaku ASI Ekslusif yang baik pula..
-
6
B. Rumusan Masalah
Pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif sangat penting dalam meningkatkan
praktek pemberian ASI Eksklusif. Menurut Kemenkes (2010a) dan Soetjiningsih
(1997), terdapat 22 materi pemberian ASI Eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh
ibu hamil. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah puksemas Kecamatan
Pesanggrahan masih dikatakan kurang karena terdapat 10 dari 22 materi pemberian
ASI Eksklusif yang belum dikuasai. Selain itu, media yang ada belum banyak berperan
dalam meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil apalagi sampai memberikan
niat untuk melaksanakan hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan media khusus yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan niat pada ibu untuk memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya kelak.
Dalam hal ini peneliti menggunakan media buku pop up yang telah di analisis
kelayakannya untuk melihat pengaruhnya dalam perubahan pengetahuan dan intensi
ibu hamil tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan
tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah media buku pop up berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu
hamil mengenai ASI Ekslusif dengan membandingkan selisih rata-rata skor pre-
test dan post test pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok
kontrol?
2. Apakah media buku pop up berpengaruh terhadap intensi ibu hamil untuk
melaksanakan ASI Ekslusif dengan melihat hubungan intensi dengan delta skor
pengetahuan pada kelompok perlakuan media dan kelompok kontrol?
-
7
3. Berapa persentase intensi untuk menerapkan ASI Ekslusif oleh ibu hamil pada
kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol?
4. Bagaimana persentase karakteristik demografi ibu hamil berdasarkan usia,
pendidikan, dan pengalaman (Paritas) terhadap pengetahuan ibu?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh media buku pop up terhadap peningkatan
pengetahuan dan jumlah persentase intensi ASI Ekslusif ibu hamil di puskesmas
kecamatan pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengaruh media buku Pop up terhadap peningkatan
pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif dengan membandingkan
selisih rata-rata skor pre-test dan post test pada kelompok perlakuan media
buku pop up dan kelompok kontrol.
b. Diketahuinya pengaruh media buku Pop up terhadap intensi ibu hamil untuk
melaksanakan ASI Ekslusif dengan melihat hubungan intensi dengan delta
skor pengetahuan pada kelompok perlakuan media dan kelompok kontrol.
c. Diketahuinya persentase intensi untuk menerapkan ASI Ekslusif oleh ibu
hamil pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol.
d. Diketahuinya persentase karakteristik demografi ibu hamil berdasarkan usia,
pendidikan, dan pengalaman (Paritas) terhadap pengetahuan ibu.
-
8
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Membantu puskesmas dalam menganalisa penguasaan pengetahuan pada
ibu hamil terkait ASI eksklusif dan pengaruh media buku pop up untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan
untuk terus meningkatkan pengetahuan sebagai awal dari perilaku hidup sehat.
2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memberikan tambahan pustaka yang dapat menunjang ilmu pengetahuan
dan memperluas wawasan mahasiswa terkait ASI eksklusif.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan terkait kebutuhan
pengetahuan tentang ASI ekslusif pada ibu hamil.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal pada bulan Juni di Poli Klinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan. Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
desain studi quasi eksperimen. Lokasi penelitian bertempat di Poliklinik Kesehatan
Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dan waktu penelitian
dalam rentang waktu bulan Juni 2013. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini bahwa masih rendahnya praktik pemberian ASI Eksklusif dan masih kurangnya
pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif juga karena media yang ada di
-
9
Puskesmas Kec.Pesanggrahan belum berperan dalam meningkatkan pengetahuan
ASI Ekslusif ibu hamil sehingga perlu diberikan media promosi kesehatan (buku
pop up) yang sesuai untuk melihat pengaruhnya dalam peningkatan pengetahuan
dan intensi ibu hamil dalam pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Pendidikan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.
Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa
akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo, 2007).
Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok,
dan massa (public).
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya membina seorang ibu yang baru
saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT
karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta
imunisasi, adalah pendekatan secara perorangan.
-
11
Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan,
tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat
membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini,
antara lain: bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), wawancara
(interview).
2. Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung
pula pada besarnya sasaran pendidikan
a. Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan
itu lebih dari 15 orang. Metode yangbaik untuk kelompok besar ini, antara lain
ceramah dan seminar.
b. Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara
lain:
-
12
1) Diskusi kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi
maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka
dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya
dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga duduk di
antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Dengan kata lain mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama,
sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
2) Curah pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya
pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap
peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh diberi komentar oleh siapapun. Baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya
terjadi diskusi.
3) Bola salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit
-
13
maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulnnya.
Kemudian tiap-tiap pasang yang telah sudah beranggotakan 4 orng ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga
akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan
dicari kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memanikan peranan, misalnya sebagai
Dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli.
3. Metode pendidikan massa
Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini
-
14
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan
status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan
yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk
sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila kemudian dapat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan (cara) massa ini tidak langsung (Notoatmodjo, 2003b).
B. Media
1. Konsep Dasar Media
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima. Arti jamak disini merupakan macam-macam
perantara yang mengantarkan informasi kepada penerima informasi.istilah
medium ini adalah perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan
penerima, dapat berupa foto,radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan,
bahan-bahan cetakan dll (Arsyad, 2007).
2. Fungsi dan Manfaat Media
Media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber menuju
penerima guna mencapai tujuan materi,dalam kegiatan pembelajaran fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang
-
15
mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Selain itu, media dapat memperjelas
penyajian pesan(Arsyad, 2007) .
Arifin, A. dalam Munandi (2010) menjelaskan media pembelajaran
menurut perspektif psikologis bahwa media pembelajaran merupakan stimulus
yang siap direspon penerima media, semakin banyak stimulus yang berada di
lingkungannya semakin banyak pula hal yang direspon oleh penerima media.
Menurut Lavied dan Lentz (Arsyad, 2007) fungsi media, khususnya visual yaitu
1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif dan 4) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi berperan dalam menarik dan mengarahkan perhatian
penerima media terhadap materi yang disampaikan pada gambar, fungsi afektif
menunjukkan kepada perasaan penerima media mengenai tingkat penerimaan
atau penolakan terhadap materi yang diberikan, fungsi kognitif mewakili
pemahaman penerima media terhadap materi ajar yang disajikan secara visual,
sedangkan fungsi kompensatoris berfungsi untuk mengakomodasi cepat
lambatnya waktu yang dibutuhkan penerima media untuk memahami suatu
informasi secara visual.media yang baik adalah media yang dapat mencakup
fungsi dari media tersebut.
3. Karakteristik Media
Menurut Kemp dalam Mubarak dkk 2007, karakteristik media merupakan
dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Karakteristik media
yang sering digunakan dalam media pembelajaran di Indonesia adalah:
-
16
a. Media grafis
Berfungsi untuk menyalurkan pesan berupa simbol-simbol komunikasi
visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan
apabila tidak diilustarikan. Beberapa jenis media grafis adalah :
1) Gambar/foto, gambar, yang dimksud disini termasuk foto, lukisan /
gambar dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai
jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin
disampaikan kepada audien.
Gambar/foto yang baik sebagai media pendidikan harus memenuhi
syarat-syarat yaitu harus autentik yaitu secara jujur gambar melukikskan
keadaan sebenarnya, sederhana yaitu komposisinya harus jelas
menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, ukuran relatife, gambar/
foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar hendaklah
bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2) Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan
bagian-bagian pokoknya tanpa detail.
3) Diagram adalah bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang sulit
dimengerti.
4) Bagan/chart
-
17
5) Grafis, menampilkan sajian visual berupa data angka-angka
b. Media Audio
Media audio merupakan bentuk media pengajaran yang murah dan
terjangkau. Penggunaan media audio dalam pengajaran dibatasi hanya oleh
imajinasi guru dan siswa. Media audio dapat digunakan dalam semua fase
pengajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan
topik bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Contoh media audio
adalah radio dan tape.
c. Media audio-visual
Media audio-visual adalah gabungan pesan yang ingin disampaikan
dari audio dan visual seperti TV, video dalam bentuk film-film.
4. Pesan dalam Media
Menurut Depkes RI (2004),Pesan adalah terjemahan dari tujuan
komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran.
Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Command Attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi
desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan
membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan
pesan tersebut.
-
18
b. Clarify The Message
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau
pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan
tersebut gagal.
c. Create Trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau.
d. Communicate a Benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan.
e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia
apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan
tetap sama.
f. Cater to the Heart and Head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to Action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat
adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
-
19
2 Media Buku Pop-up
a. Pengertian buku pop up
Buku pop-up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat
bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan
origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau
demikian origami lebih memfokuskan untuk menciptakan objek atau benda,
sedangkan pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat
membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif dan
dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak. Buku pop-up dapat
memberikan visualisasi materi yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar
yang terlihat lebih berdimensi,memiliki tekstur yang menggambarkan bentuk
aslinya. Hal-hal seperti diatas membuat materi yang dimuat dalam buku pop-up
menjadi lebih menarik untuk diminati (Montanaro,2009).
b. Kelebihan buku pop up
Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik.
Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang
dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang
dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa
ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih
menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.
Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku
cerita ilustrasi biasa adalah ia memberikan kejutan- kejutan dalam setiap
halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka.
-
20
Pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka
memiliki andil ketika mereka membuka halaman buku.Hal ini membuat pem-
baca memancing antusias pembaca dalam mengikuti ceritanya karena mereka
menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.
Buku pop-up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang
ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat lebih dapat terasa.
Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa nyata
ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap halamannya. Gambar
dapat secara tiba-tiba muncul dari balik halaman atau sebuah bangunan dapat
berdiri megah ditengah-tengah halaman dengan cara pemvisualisasi ini, kesan
yang ingin ditampilkan dapat lebih tersampaikan. Jenis cerita yang disampaikan
dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti
pengenalan hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan
keagamaan,hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos,
legenda.(Sabuda,2008)
c. Kekurangan buku pop up
Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga.
Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik
yang dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih
berdimensi; waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut
ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam
waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya. Hal ini meyebabkan
buku pop-up menjadi lebih mahal dari pada buku cerita ilustrasi pada umumnya.
-
21
Selain dari itu penggunaan material buku yang lebih berkualitas juga membuat
buku seperti ini lebih mahal (Sabuda,2008).
D. Asi Eksklusif
1. Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012
mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
2. Manfaat
Menurut Roesli (2000), manfaat ASI ekslusif bagi bayi dan ibu adalah
sebagai berikut:
a. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi
1) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah usia
enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan
sampai usia 2 tahun atau lebih.
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang
atau lebih kelenjar ASI susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan
-
22
memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi ASI dari
seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat
kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang
keluar dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke 10/ke-14 setelah kelahiran (ASI
transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang).
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari namun, kadar zat ini akan cepat
sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat
kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia
9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan
yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan
zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi
diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan
yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit
dan jamur.
Dari hasil penelitian Kramer dalam World Health Organization (WHO,
2011), didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi selain itu, pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta efek samping
pada pertumbuhan bayi.
-
23
3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas
bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah
pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan
termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Kesempatan ini
hendaknya dapat dimafaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh
optimal.
Dengan memberikan ASI secara ekslusif sampai bayi berusia enam
bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak
secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan
komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga
mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh
optimal. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi diantaranya
adalah :
a) Taurin
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak (Kemenkes R.I, 2005).
b) Laktosa
Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat
pada susu sapi (Kemenkes R.I, 2005).
c) DHA, AA, Omega 3, Omega 6
-
24
Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam
susu sapi. Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur
membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI ekslusif
mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi)
dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Penelitian dr. Riva (1997)
ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekslusif, ketika berusia 9,5 tahun
tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak
diberi ASI ekslusif (Kemenkes R.I, 2005).
d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan
kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram karena masih
dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik (Kemenkes R.I, 2005).
b. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu
Selain bermanfaat untuk bayi, ASI eksklusif juga dapat bermanfaat bagi
ibu. Berikut ini manfaat ASI eksklusif bagi ibu: mengurangi perdarahan
setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan kehamilan,
mengecilkan rahim, lebih cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan
menderita kanker, seperti kanker payudara dan kanker indung telur, lebih
ekonomis karena tidak ada pengeluaran untuk susu formula dan
perlengkapannya dan penghematan biaya ke dokter, tidak merepotkan dan
-
25
hemat waktu, praktis karena bisa langsung dinikmati oleh bayi serta memberi
kepuasan bagi ibu karena bisa menyusui bayinya secara eksklusif.
E. Pengetahuan
1. Pengertian Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003a), pengetahuan
merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang
diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang
merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
2. Sumber Pengetahuan
Menurut Hartono (2010), sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat
dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali
pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b)
perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c)
nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan media
elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (iklan,
brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan)
-
26
3. Pengetahuan ASI Eksklusif
Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, pengetahuan terkait ASI
eksklusif memegang peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Notoatmodjo (2003a), yang mengatakan bahwa pengetahuan
(kognitif) merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku
kesehatan. Sebenarnya pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya
dengan adanya dukungan pemberian pengetahuan dari petugas kesehatan sejak
dari awal kehamilan (Nusatya, 1981).
Menurut Kemenkes R.I (2010b), materi pengetahuan yang seharusnya
diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:
a. ASI Saja Enam Bulan;
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012
mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Materi ini penting
untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh MS. Kramer dalam WHO (2011), banyak manfaat yang akan
diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila bayi disusui secara eksklusif
selama enam bulan tanpa tambahan apapun.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada
bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda
periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam
-
27
bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada
pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh
ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat besar dan menguntungkan, bukan
hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu.
Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak
sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya
memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan
pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan
Purnawati, 2009).
b. Penjelasan Pentingnya ASI;
ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-
enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI
juga memiliki perbandingan antara Whei dan Kasein yang sesuai untuk bayi.
Rasio Whei yang lebih banyak dibandingkan kasein (65:35) menyebabkan
protein ASI lebih mudah diserap dan dimetabolisme (Kemenkes R.I, 2008).
Jumlah ini diyakini mencukupi kebutuhan bayi selama enam bulan. Hal
tersebut juga didukung berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Saputra, et.al (2010), yang juga mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi
ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal
dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.
Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai
memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk. Menurut
-
28
Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar. Arisman memaparkan
perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru akan menambah sekresi
oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus,
dan juga timbunan lemak penyebab gendut, kembali ke ukuran sebelum
hamil. Pernyataan Arisman mendapat dukungan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Dewey, et.al dalam Stube (2009). Dari hasil penelitian Dewey,
didapatkan hasil, perempuan dalam kelompok menyusui lebih dari satu tahun
dapat kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui
kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah
melahirkan (P
-
29
d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau kotoran
bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
e) Mencegah alergi.
4. Kebutuhan Pengetahuan
Menurut Dick dan Carey (1990) dalam Jacobsen and OConnor
(2006), kebutuhan adalah deskripsi yang jelas tentang masalah, bukti
penyebab masalah yang dapat dilihat sebagai masalah yang dapat
dipecahkan atau sebagai kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil
yang diinginkan. Kebutuhan dapat berupa konflik dalam mengambil
keputusan, defisit dalam pengetahuan dan harapan, kejelasan nilai-nilai,
dan dukungan dari sumber daya.
Pada kasus ibu hamil, menurut Heath (2006) dalam Atiyah (2008),
seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, orangtua
dituntut untuk memiliki pengetahuan khusus mengenai anaknya. Hal
tersebut tentu dapat mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan
pengetahuan yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai orangtua, oleh sebab itu pemberian pengetahuan memegang
peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu tersebut.
5. Pemberian Pengetahuan
Dari penelitian di Indonesia yang sudah dilakukan selama 15 tahun
menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI eksklusif ternyata
adalah kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan
-
30
terkait ASI eksklusif pada Ibu (Roesli, 2002). Hasil penelitian tersebut
tentu memprihatinkan sebab sebenarnya pemberian pengetahuan terkait
ASI eksklusif oleh petugas kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak
awal kehamilan ibu pada saat pelayanan antenatal. Pada saat pelayanan
antenatal tersebut, ibu hamil dipersiapkan pengetahuannya mengenai
nutrisi, yang salah satu materinya merupakan ASI eksklusif.
Menurut Yulifah (2009), pengertian dari pelayanan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan masa nifas,
persiapan memberikan ASI eksklusif dan pemulihan kesehatan
reproduksi secara wajar.
Dalam pelaksanaan operasional, pelayanan antenatal memiliki
standar operasional yang lebih dikenal dengan sebutan 10T, yang
terdiri atas: 1) Timbang Berat Badan dan mengukur tinggi badan; 2) Ukur
tekanan Darah; 3) ukur status gizi (LILA); 4) Ukur tinggi fundus uteri; 5)
Hitung denyut jantung janin; 6) Pemberian imunisasi TT (Tetanus
Toksoid) lengkap; 7) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari selama
kehamilan; 8) Test Laboratorium; 9) Tata laksana kasus; dan 10) Temu
wicara/konseling (Kemenkes R.I, 2010b).
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya fokus dalam
pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat
dan selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Persiapan
-
31
tersebut dalam pelayanan antenatal dapat diwujudkan dengan pemberian
pengetahuan dengan meode pendidikan.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah
yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
-
32
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut
(Notoatmodjo,2003a).
b) Informasi / Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo,2003a).
c) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,2003a).
-
33
d) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu (Notoatmodjo,2003a).
e) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.Bagi ibu hamil pengalamannya berupa paritas yakni
jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu, baik yang hidup
ataupun dalam keadaan meninggal. Paritas dapat digolongkan menjadi
3(tiga) bagian yaitu :
1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1 (satu)
2) Golongan multipara adalah dengan paritas 2-5
3) Golongan grande multipara adalah ibu dengan paritas > 5
-
34
(Notoatmodjo,2003a).
f) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir
tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup :
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo,2003a).
-
35
F. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
1. Pengertian
Menurut Fitriyani (2011) Pengertian komunikasi dalam KIE dapat
diartikan sebagai upaya membangun hubungan relasional dua arah yang
setara dengan masyarakat yang akan diberdayakan sehingga masyarakat yang
diberdayakan menjadi lebih terbuka dan mampu mengekspresikan apa yang
dirasakannya, mampu mengungkapkan pendapatnya, mampu berkreasi dan
berinovasi, sedangkan Informasi adalah penyedia berbagai berita dan
keterangan serta informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk
membangun kapasitas diri mereka. Setelah itu pemantapan yang dilakukan
dengan edukasi mengandung pengertian berbagai bentuk upaya pendidikan
baik formal dan non formal yang diperlukan oleh masyarakat yang
diberdayakan sehingga mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk
membangun dirinya dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dapat disimpulkan bahwa KIE adalah pemberian informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun kapasitas dirinya yang
diiringi dengan pemantapan dalam bentuk upaya pendidikan baik formal dan
non formal. KIE dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui
penyuluhan, penerangan dan pelayanan. Media massa dan berbagai teknologi
informasi dapat berperan secara efektif sebagai sarana KIE.
Dalam sebuah proses komunikasi yang disampaikan oleh Laswell
dalam Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen
komunikasi agar dapat terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut
-
36
adalah komunikator, pesan, media, komunikan serta pengaruh. Media
mempunyai peran sebagai sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi
dari pengirim kepada penerima pesan. Media mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan. Pemilihan media yang tepat akan
membantu keberhasilan proses tersebut, sebaliknya penggunaan media yang
tidak tepat akan menyulitkan komunikan memahami isi pesan dari
komunikator.
2. Kebijakan
Kebijakan untuk pelaksanaan pemberian pengetahuan mengenai ASI
eksklusif dapat dilihat pada beberapa kebijakan dibawah ini :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI
Eksklusif bagian ke empat (Informasi dan Edukasi) Pasal 13 ayat 1, 2
dan 3.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
585/MENKES/SKN/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas bagian ke tiga Di Ruang Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).
c. Startegi Nasional Peningkatan Pemberian ASI.
d. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKMM) poin ke tiga.
-
37
3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pemberian Pengetahuan
Menurut Machfoedz dan Suryani (2007), terdapat faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi proses pemberian pengetahuan, diantaranya adalah :
a) Bentuk Beban Tugas
Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan keterampilan otot
seperti mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku berupa
yang mengunakan kata-kata seperti bernyanyi, membaca puisi atau
membaca.
b) Banyaknya Materi Beban Tugas
Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang
materi pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana.
c) Fasilitas dan Sumber
Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup tentu akan
lebih berhasil.
d) Rutinitas
Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jauh lebih berhasil
daripada yang bersifat insidental.
e) Minat dan Motivasi
Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa sehingga
membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil.
Menurut Lavender, et.al (2001) dalam Bowden (2011), rendahnya motivasi
peran bidan dalam kesehatan masyarakat mungkin merupakan akibat adanya
-
38
ambiguitas dalam diri mereka. Mereka memiliki pandangan yang jelas
terhadap aspek mana dari kesehatan masyarakat yang sesuai dengan perannya
untuk melakukan intervensi, misalnya depresi pascanatal memang menjadi
bagian dari peran bidan sedangkan promosi latihan dan ASI eksklusif
sebaliknya
Menurut Kemenkes R.I (1995), faktor lain yang dapat mempengaruhi
pemberian pengetahuan diantaranya adalah :
a) Pengetahuan Komunikator dan Komunikan
Komunikator harus menguasai materi dengan baik, demikan halnya dengan
komunikan, harus juga mempersiapkan diri dalam proses komunikasi.
Dengan demikian akan terjadi komunikasi yang efektif.
b) Pesan
Pesan yang disampaikan harus ringkas dan disesuaikan dengan kondisi
komunikan sehingga mudah diterima. Salah satu elemen penting pesan yang
harus diperhatikan adalah mutu dari pesan itu sendiri. Terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi mutu dari pesan yang akan disampaikan,
diantaranya adalah jumlah pesan yang diberikan dan memformulasikan
pesan.
Jumlah pesan yang diberikan dipengaruhi oleh kuantitas pesan dan waktu
yang dialokasikan untuk penyajiannya, sedangkan memformulasikan pesan
merupakan penggunaan dan penekanan kata pada kata yang seharusnya
(Bowden, 2011).
-
39
c) Media
Macam dan kualitas media juga menentukan keberhasilan proses
komunikasi. Media yang menggunakan banyak panca indera akan lebih
efektif. Penggunaan contoh/petunjuk akan lebih menarik dan efektif.
Contoh/petunjuk akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan
dengan pengetahuan dan pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah
objek atau situasi yang dapat dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa
dilihat ibu ketika dokter/petugas kesehatan berbicara. Misalnya, petugas
kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu bagaimana mengelola payudara
yang mengalami mastitis sambil meminta ibu mengulangi mengerjakan
sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain yang sedang
melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat cara
yang benar. Dengan cara memeragakan akan teringat oleh ibu lebih lama
daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan.
Demonstrasi atau peragaan amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu
cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas
akan lebih efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya.
Cara yang paling efektif untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau
keterampilan misalnya mengelola saluran susu tersumbat adalah
menyuruhnya memperhatikan orang yang sedang mengerjakan kemudian
melakukan sendiri dengan bimbingan.
Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu
sebuah media yang telah dirancang untuk mereka. media harus meringkaskan
-
40
hal-hal yang penting dan berisikan kata-kata dan gambar yang menerangkan
hal-hal yang penting. Bila disuatu pelayanan kesehatan belum ada media atau
sukar untuk mendapatkannya, kembangkan sendiri media tersebut oleh
saudara sehingga ibu di tempat pelayanan kesehatan tersebut mengerti.
Menggunakan media sambil memberikan petunjuk-petunjuk kepada ibu
adalah cara yang baik dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada
kata-kata dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan
menolong memusatkan perhatian ibu lebih baik daripada hanya dengan kata-
kata saja, selain itu media juga mudah untuk dibawa sehingga apabila media
tersebut dibawa pulang akan membantu memperkuat apa yang telah
dipelajarinya.
G. Intensi
1. Pengertian Intensi
Intensi adalah probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang tentang akan
melakukan sesuatu perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Konsep tentang intensi
diajukan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), yang diartikan sebagai kemungkinan
subjektif seseorang untnk melakukan suatu perilaku tertentu. Kemudian
ditegaskan bahwa niat individu untuk melakukan sesuatu itu merupakan fungsi
dari (1) sikap terbadap perwujudan perilaku dalam situasi tertentu, sebagai faktor
personal atau attitudional. Hal ini berhubungan dengan orientasi seseorang yang
berkembang atas dasar keyakinan dan pertimbangan terhadap apa yang diyakini
itu, dan (2) norma-norma yang berpengaruh atas perwujudan perilaku dan
-
41
motivasi seseorang untuk patuh pada nonna itu, sebagai faktor sosial atau
normative. Ini merupakan gabungan antara persepsi reference-group atau
significant-person terhadap perwujudan perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975).
Intensi adalah niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu
perilaku (Effendi, 1986). Intensi atau niat dalam kaitannya dengan
mengikutsertakan individu dalam suatu aktivitas mempunyai keterkaitan yang
erat dengan komponen keyakinan (belief) seseorang terhadap obyek, sikap
(attitude) terhadap obyek, dan perilaku (behavior) sebagai perwujudan nyata dari
intensi.
Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak
berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap
perilakunya (Ajzen, 2005). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas
dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target tingkah laku
berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak
hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang
tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan
kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).
2. Teori Plan Behavior
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih
lanjut dari Theory Reaction Action. Ajzen (1988) dengan menambahkan
konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi
(perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya
-
42
memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan
perilaku tertentu (Chau & Hu, 1999). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak
dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma
subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat
dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut
(control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar
belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga secara
skematik perceived behavioral control dilukiskan sebagaimana pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Teori of Planned Behavior (Ajzen, 2005)
H. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan seseorang adalah :
Pendidikan, Media massa/Informasi, Usia, Pengalaman, Lingkungan, dan Sosial
Background
Factors.
Personal (General
Attitude
,Personality Trait,
Values, Emotions,
Intelligence)
Social (Age,
gender, Race,
Etnicity,
Education,
Income, Religion)
Information
(Experience,
Knowledge,
Media Expo)
Behavioral
Beliefs
Attitude
Toward the
Behavior
Normative
Beliefs
Subjective
Norms
Control
Beliefs
Perceive
Behavior
Control
Intention Behavior
-
43
budaya (Notoatmodjo ,2003a). Tersampainya pesan atau informasi dari suatu
media dapat dilihat dari teori komunikasi Laswell dalam Suprapto (2011)
disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi sebuah
proses komunikasi. Komponen tersebut adalah komunikator, pesan, media,
komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk
menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam Teori of
Planned Behavior, Ajzen (2005) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan
atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orang
tersebut.
Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut :
-
44
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian
Modifikasi Teori Komunikasi Laswell dalam Suprapto (2011), Teori of
Planned Behavior Ajzen (2005) dan Notoatmodjo (2003a).
Komunikan :
Pendidikan,Usia,Pengalaman,,
Lingkungan,Sos-bud
Pengaruh
Pada
Pengetahuan
Pesan Dengan Media Komunikator
Niat untuk
melakukan
(Intensi)
Perilaku
-
45
BAB III
KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dari media buku pop up yang berisikan materi yang dibutuhkan untuk
merubah pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif serta pengaruhnya
terhadap intensi untuk melakukan ASI Ekslusif.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
MEDIA BUKU POP UP Peningkatan Pengetahuan
Membandingkan Skor
Pre-test dan Post-test
Pengetahuan ASI Ekslusif
antara kelompok
perlakuan dan kontrol
Karakteristik Demografi Komunikan :
-Pendidikan,Usia,Pengalaman (Paritas)
Intensi (Niat) untuk melakukan ASI
Ekslusif
-
46
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional
1 Media Pop Up Book
Sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki
unsur 3 dimensi, yang dibagibagikan kepada responden kelompok
perlakuan.
No. Variabel Definisi
Operasional
Cara
ukur
Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
2 Pengetahuan
Ibu tentang
ASI Ekslusif
Skor kemampuan
ibu untuk
menjawab dengan
benar dari
pertanyaan terkait
ASI Ekslusif yang
diberikan
Angket Kuesioner Hasil skor
pengetahuan
(0-100)
Rasio
3 Peningkatan
pengetahuan
Selisih skor
pengetahuan pre-
test dan post-test
Ibu hamil
Melihat
Selisih
dari skor
hasil pre-
test dan
post-test
Kuesioner Skor Nilai Rasio
4 Pendidikan Pengalaman
mengikuti
Angket Kuesioner 0 tamat
SMP (wajib
belajar 9 tahun
Ordin
al
-
47
pendidikan
formal dinalai
berdasarkan
ijazah tertinggi
yang dimiliki
responden
Depdiknas)
1 > tamat
SMP
5 Usia Lama hidup
responden yang
dihitung
berdasarkan ulang
tahun terakhir
Angket Kuesioner 0 < median
1 median
Ordin
al
6 Pengalaman
(Paritas)
Jumlah Anak
Lahir Hidup
Angket Kuesioner 0 Jumlah Anak
Lahir Hidup
Nol
1 Jumlah Anak
Lahir Hidup
>Nol
Ordin
al
7 Intensi (niat)
ASI Ekslusif
Kemungkinan
subjektif
seseorang untuk
menerapkan ASI
Ekslusif
Angket Kuesioner 0 Tidak berniat
1 Berniat
Ordin
al
-
48
C. Hipotesis
1. Terdapat peningkatan yang signifikan pada skor pengetahuan ASI Ekslusif
ibu hamil antara sebelum dan sesudah diberikan media buku Pop up.
2. Adanya perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan ASI Ekslusif ibu
hamil kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensi dan pengetahuan ASI
Ekslusif ibu hamil yang diberikan perlakuan media buku pop up dan
kelompok kontrol.
4. Terdapat hubungan antara variabel umur, pendidikan, dan paritas ibu
terhadap pengetahuan ibu hamil.
-
49
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan
rancangan non equivalent control group design. Penelitian untuk mencari tahu
penjelasan dari objek penelitian tentang pengaruh media buku Pop up dalam
perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Eksklusif di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 dengan cara membandingkan
rata-rata skor pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Adapun rancangan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rancangan penelitian non equivalent control group design pada ibu
hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Keterangan:
1. O1 adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil pada kelompok
yang akan diberi perlakuan sebelum diberikan media buku Pop up
2. X adalah perlakuan yang diberikan, yaitu media buku Pop up ASI
Eksklusif
O1 X O2
O3 O4 (O2-O1)-(O4-O3) = X1
-
50
3. O2 adalah hasil post-test tingkat pengetahuan ibu hamil sesudah
diberikan media buku Pop up.
4. O3 adalah pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil yang pada kelompok
yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol).
5. O4 adalah post-test tingkat pengetahuan ibu hamil pada kelompok yang
tidak diberikan perlakuan ASI Eksklusif (kelompok kontrol).