PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN...

download PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25896/1/Desly... · media leaflet dalam pelaksanaan kelas ibu hamil yang didalamnya para

If you can't read please download the document

Transcript of PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN...

  • PENGARUH MEDIA POP UP BOOK TERHADAP PENINGKATAN

    PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSLUSIF IBU HAMIL DI

    PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN

    TAHUN 2013

    SKRIPSI

    Disusun Oleh:

    DESLY AHDI KANTA

    109101000074

    PEMINATAN GIZI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2013 M/1434 H

  • Generated by CamScanner from intsig.com

  • Generated by CamScanner from intsig.com

  • Generated by CamScanner from intsig.com

  • ii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    Skripsi, Agustus 2013

    DESLY AHDI KANTA, NIM : 109101000074

    PENGARUH MEDIA POP UP BOOK TERHADAP PENINGKATAN

    PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSLUSIF IBU HAMIL DI PUSKESMAS

    KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 xiv + 85 halaman, 14 tabel, 5 gambar, 6 lampiran

    ABSTRAK

    ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam)

    bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

    Puskemas Kecamatan Pesanggrahan menggunakan beberapa cara seperti penggunaan

    media leaflet dalam pelaksanaan kelas ibu hamil yang didalamnya para ibu hamil

    diberikan informasi yang berkaitan tentang kehamilan ibu hamil termasuk pengetahuan

    ASI ekslusif. Akan tetapi didapat angka cakupan ASI eksklusif di Puskesmas

    Kec.Pesanggrahan sebesar 51,2%, masih dibawah target nasional. Dalam hal ini peneliti

    menggunakan media buku pop up yang telah di analisis kelayakannya untuk melihat

    pengaruhnya dalam perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Ekslusif

    di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan tahun 2013.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan

    non equivalent control group design. Penelitian untuk mencari tahu penjelasan dari

    objek penelitian tentang pengaruh media buku pop up dalam perubahan pengetahuan dan

    intensi ibu hamil tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun

    2013 dengan cara membandingkan rata-rata skor antara kelompok perlakuan dan

    kelompok kontrol.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

    rata-rata skor pengetahuan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan media buku

    pop up dan kelompok kontrol (Pvalue 0.026). Akan tetapi untuk intensi pada kedua

    kelompok, dari hasil uji Chi-Square diperoleh Pvalue 1.00 yang berarti tidak ada

    perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal

    tersebut menujukkan tidak adanya pengaruh dari pemberian media buku pop up terhadap

    intensi ASI Eksklusif. Dilihat dari karakteristik responden tidak terdapat hubungan dari

    karakteristik umur (Pvalue=0,554), tingkat pendidikan (Pvalue=0,765), dan status paritas

    ibu hamil (Pvalue=0,701) terhadap perubahan skor pengetahuan ASI eksklusif

    Kesimpulan dari penelitian bahwa media buku pop up dapat digunakan untuk

    meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil akan tetapi tidak sampai taraf

    memberikan kepercayaan untuk berniat melakukannya.

    Daftar bacaan : 53 (1981-2012)

    Kata Kunci : Pengetahuan ,ASI Eklusif, Media, Pop up book

  • iii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    Skripsi, Agustus 2013

    DESLY AHDI KANTA, NIM : 109101000074

    INFLUENCE OF POP UP BOOK MEDIA ON THE IMPROVEMENT OF

    KNOWLEDGE AND ASI EXCLUSIVE INTENTION FOR PREGNANT WOMEN IN

    PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN 2013

    xiv + 85 pages, 14 tables, 5 images, 6 attachments

    ABSTRACT

    Exclusive breastfeeding is breast milk given to infants from birth for 6 (six)

    months, without adding or replacing with other food or drink. Puskemas Kecamatan

    Pesanggrahan use several ways such as the use of media leaflet in the implementation

    class in which pregnant women are given information about pregnancy related maternal

    including exclusive breastfeeding knowledge. However, the figures obtained coverage

    exclusively breastfeed in the Puskesmas Kec. Pesanggrahan at 51.2 %, still below the

    national target. In this case the researcher uses the pop-up books media that has been in

    the feasibility analysis to see the effect in the change of knowledge and intentions of

    pregnant women about exclusive breastfeeding in the Puskesmas Kecamatan

    Pesanggarahan Jakarta Selatan in 2013.

    This research uses quasi-experimental research design with non-equivalent

    control group design. Research to find out an explanation of the object of research on the

    influence of pop-up books media in the knowledge and intentions change of pregnant

    women about exclusive breastfeeding in Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan in 2013

    by comparing the average scores between the treatment and control groups .

    Results of this study indicated that there were significant differences in the

    average scores of knowledge between the group treated with media pop-up books and

    the control group (Pvalue 0.026). But for the intention in both groups, from the Chi-

    Square test results obtained Pvalue 1,00 which meant there was no significant difference

    between the treatment and control groups. It showed the lack of effect of granting media

    pop-up books to exclusive breastfeeding intentions. Judging from the characteristics of

    the respondents there was no correlation of the characteristics of age (Pvalue = 0.554),

    education level (Pvalue = 0.765), and maternal parity status (Pvalue = 0.701) on

    exclusive breastfeeding knowledge score changed.

    The conclusion of the study that the pop-up book media can be used to improve

    exclusive breastfeeding knowledge of pregnant women but not to the extent of giving

    belief to intend to do so.

    Reading list: 53 (1981-2012)

    Keywords: Knowledge, Exclusive breastfeeding, Pop up Book Media

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap :Desly Ahdi Kanta

    Tempat Tanggal Lahir :Banyuasin,04 Desember 1991

    Alamat : Jln. Bukit Indah No.54 Kelurahan Pangkalan Balai,

    Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin

    Sumatera Selatan

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Islam

    Email : [email protected]

    Telepon : 085367893434

    Riwayat Pendidikan :

    1997 2003 SDN No.4 Pangkalan Balai

    2003 2006 MTs Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin

    2006 2009 MA Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin

    2009 sekarang S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Riwayat Organisasi :

    2007 2008 OSIS MA Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin

    2007 2009 OSPa (Organisasi Santri Putra) Ponpes Sabilul Hasanah

    2009 2011 BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena

    atas sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya, penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam

    menjalankan segala aktivitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

    serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Uswatun Hasanah sepanjang zaman,

    Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarganya, para shahabatnya, para tabiit-

    tabiinnya dan kepada para umatnya yang senantiasa dalam kebaikan hingga akhir

    zaman.

    Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Papa dan Mama tercinta, Zailani S.Pd dan Nisyati S.Pd yang telah berikhtiar,

    sabar, dan tawakal dalam mendidik anaknya dan memberi dukungan serta selalu

    mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

    2. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan kesehatan.

    3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

    sekaligus Pembimbing I dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.Ma selaku

    Pembimbing II yang telah dengan sabar mendidik, membimbing, dan

    mengajarkan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi masa depan penulis serta

    mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini..

  • viii

    4. Ibu Narila Mutia Nasir,Ph.D, Ibu Fajar Ariyanti,Ph.D, dan Ibu Rostini,M.KM

    selaku penguji skripsi yang telah mengarahkan, mendukung dan mengizinkan

    penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    5. Kak Septiani, Kak Ami, Kak Ida selaku Laboran Kesmas yang telah memberikan

    arahan dalam perjalanan penyelesaian skripsi ini.

    6. Rekan-rekan seperjuangan SJD SS 2009, rekan-rekan Kesehatan Masyarakat

    2009, dan rekan-rekan peminatan Gizi 2009 yang telah bersama-sama menuntut

    ilmu, berdiskusi, memberi dukungan dan masukan terhadap penulisan ini,

    terkhusus pada Ana Mahillatul Jannah dan Agung Taufiqur Rokhman yang

    selalu memberi support dan menemani dalam penyelesaian skripsi ini.

    7. Rekan-rekan peneliti di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Fitri Aryani,SKM ,

    Nur Syamsiyah,SKM, dan Kiki Chairani Saputri,SKM yang selalu berbagi suka-

    duka dan informasi dengan penulis selama pengerjaan skripsi ini.

    Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan, bimbingan dan petunjuk

    yang telah disampaikan serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak

    terhadap penulis mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

    penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan

    skripsi ini.

    Ciputat, Agustus 2013

    Desly Ahdi Kanta

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................................... ii

    ABSTRAK .................................................................................................................................... ii

    PERNYATAAN PESETUJUAN.iv

    LEMBAR PENGESAHAN ..v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI................................................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 6

    C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................................... 6

    D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 7

    1. Tujuan Umum ................................................................................................................ 7

    2. Tujuan Khusus ............................................................................................................... 7

    E. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 8

    1. Bagi Puskesmas ............................................................................................................. 8

    2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................................. 8

    3. Bagi Peneliti Lain .......................................................................................................... 8

    F. Ruang Lingkup ................................................................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Metode Pendidikan .......................................................................................................... 10

    B. Media ............................................................................................................................... 14

    1. Konsep Dasar Media .................................................................................................... 14

    2. Fungsi dan Manfaat Media ......................................................................................... 14

    3. Karakteristik Media ..................................................................................................... 15

    4. Pesan dalam Media ...................................................................................................... 17

    2 Media Buku Pop-up ..................................................................................................... 19

  • x

    D. Asi Eksklusif .................................................................................................................... 21

    1. Pengertian .................................................................................................................... 21

    2. Manfaat ........................................................................................................................ 21

    E. Pengetahuan ..................................................................................................................... 25

    1. Pengertian .................................................................................................................... 25

    2. Sumber Pengetahuan .................................................................................................... 25

    3. Pengetahuan ASI Eksklusif .......................................................................................... 26

    4. Kebutuhan Pengetahuan ............................................................................................... 29

    5. Pemberian Pengetahuan ............................................................................................... 29

    6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................................................ 31

    F. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) ............................................................................. 35

    1. Pengertian .................................................................................................................... 35

    2. Kebijakan ..................................................................................................................... 36

    3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pemberian Pengetahuan ........... 37

    G. Intensi ............................................................................................................................... 40

    1. Pengertian Intensi ......................................................................................................... 40

    2. Teori Plan Behavior ..................................................................................................... 41

    H. Kerangka Teori ................................................................................................................ 42

    BAB III KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep ............................................................................................................. 45

    B. Definisi Operasional ........................................................................................................ 46

    C. Hipotesis .......................................................................................................................... 48

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................................... 49

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................... 50

    C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................................... 50

    D. Instrumen Penelitian ........................................................................................................ 52

    E. Pengumpulan Data ........................................................................................................... 53

    F. Pengukuran Data. ............................................................................................................. 53

    G. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................................................... 54

    1. Pengolahan Data .............................................................................................................. 54

    BAB V HASIL PENELITIAN

  • xi

    A. Karakteristik Sampel ........................................................................................................ 57

    B. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum Intervensi ............................. 58

    C. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Setelah Intervensi ............................... 60

    D. Pengaruh Media Buku Pop Up dalam Perubahan Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil

    di Puskesmas Kec.Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013 ................................................ 60

    E. Hubungan Karakteristik Demografi Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ASI Ekslusif ..... 67

    F. Gambaran Intensi ASI Ekslusif Ibu Hamil ...................................................................... 69

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................................... 71

    B. Karakteristik Ibu Hamil ................................................................................................... 72

    C. Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum Intervensi .............................................. 73

    D. Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Setelah Intervensi ................................................. 73

    E. Pengaruh Media Buku Pop Up Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil ................................. 74

    F. Hubungan Karakteristik Demografi Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ASI Ekslusif ..... 78

    G. Intensi ASI eksklusif Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan ........................................ 81

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 83

    B. Saran ................................................................................................................................ 84

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................86

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    3.1 Definisi Operasional 46

    5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Paritas di

    Wilayah Puskesmas Pesanggrahan Tahun 2013 57

    5.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Perlakuan 59

    5.3 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Setelah Diberikan Intervensi 60

    5.4 Pengetahuan Kelompok Perlakuan Tentang ASI Ekslusif Sebelum (Pre

    test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Buku Pop Up 61

    5.5 Gambaran Skor Pengetahuan ASI Eksklusif Kelompok Perlakuan 62

    5.6 Pengetahuan Kelompok Kontrol Tentang ASI Ekslusif Sebelum (Pre

    test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Plasebo 63

    5.7 Gambaran Skor Pengetahuan ASI Eksklusif Kelompok Kontrol 64

    5.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Permateri Pertanyaan yang Dijawab

    Benar 65

    5.9 Rata-Rata Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Perlakuan Dan

    Kelompok Kontrol 66

    5.10 Hubungan Karakteristik Umur Dan Skor Pengetahuan Ibu Hamil 67

    5.11 Hubungan Karakteristik Tingkat Pendidikan Dan Skor Pengetahuan Ibu

    Hamil 68

    5.12 Hubungan Karakteristik Paritas Ibu Dan Skor Pengetahuan Ibu Hamil 69

    5.13 Perbedaan Intensi ASI Eksklusif Pada Kelompok Perlakuan Dan

    Kelompok Kontrol 70

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Gambar Halaman

    2.1 Teori of Planned Behavior 42

    2.2 Kerangka Teori Penelitian 44

    3.1 Kerangka Konsep Penelitian 45

    5.1 Grafik Skor Pengetahuan Kelompok Perlakuan dengan Kurva

    Normal 62

    5.2 Grafik Skor Pengetahuan Kelompok Kontrol dengan Kurva Normal 64

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

    Lampiran 2 Output SPSS

    Lampiran 3 Kuesioner

    Lampiran 4 Media Pop Up Book

    Lampiran 5 Media Placebo

    Lampiran 6 Lembar Minat Media

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Air susu ibu (ASI) merupakan cairan hidup yang diciptakan oleh Allah SWT

    untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi sejak lahir yang diperlukan untuk pertumbuhan,

    perkembangan dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, ASI mengandung zat-zat

    gizi yang tidak ditemukan dalam makanan/minuman olahan manusia apapun (Kemenkes

    R.I, 2009).

    Kewajiban ibu untuk menyusui bayinya tercantum jelas dalam Al-Quran surat

    Al-Baqarah ayat 223: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

    tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan... (QS: Al-Baqarah [2]:

    233). Sedangkan dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012

    mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif; ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan

    kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti

    dengan makanan atau minuman lain. Pemerintah menetapkan pemberian ASI eksklusif

    selama enam bulan ini mengacu pada yang direkomendasikan oleh World Health

    Organization (WHO), dan penetapan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi

    juga di seluruh dunia.

    Menurut Roesli (2000) faktor yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu

    kurangnya penyampaian informasi ataupun pengetahuan tentang ASI Ekslusif kepada

    para ibu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2010) menyimpulkan

  • 2

    adanya pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan perubahan

    sikap ibu tentang makanan sehat dan gizi seimbang.

    Dalam sebuah proses komunikasi yang disampaikan oleh Laswell dalam

    Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat

    terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut adalah komunikator, pesan,

    media, komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk

    menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses

    penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pemilihan media yang tepat

    akan membantu keberhasilan proses tersebut, sebaliknya penggunaan media yang tidak

    tepat akan menyulitkan komunikan memahami isi pesan dari komunikator.

    Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan fungsinya media dibagi menjadi 3

    yakni media cetak, media elektronik, dan media papan. Adapun media cetak, seperti

    booklet, leaflet, buku pop-up, flyer, flip chart, rubrik/ tulisantulisan poster, foto. Media

    elektronik, seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media papan

    (bill board), yang mencakup pesanpesan yang ditulis pada lembaran seng yang

    ditempel pada kendaraan umum.

    Dalam hal ini terdapat sebuah bentuk media cetak yang dikemas dengan menarik

    dan interaktif yakni buku pop-up. Buku pop-up adalah sebuah buku yang memiliki

    bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama

    dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau

    demikian origami lebih memfokuskan untuk menciptakan objek atau benda, sedangkan

  • 3

    pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar

    tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif dan dimensi, perubahan bentuk

    hingga dapat bergerak (Montanaro,2009).

    Buku pop-up dapat memberikan visualisasi materi yang lebih menarik, mulai

    dari tampilan gambar yang terlihat lebih berdimensi, memiliki tekstur yang

    menggambarkan bentuk aslinya. Hal-hal seperti diatas membuat materi yang dimuat

    dalam buku pop-up menjadi lebih menarik untuk diminati (Montanaro,2009).

    Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa Puskesmas Kecamatan

    Pesanggrahan Jakarta Selatan merupakan instansi pelayanan kesehatan bagi

    masyarakat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan yang berupaya memberikan

    pelayanan terbaik kepada masyarakat dari segi preventif, promotif, kuratif dan

    rehabilitatif, Khususnya dalam hal ini memberikan pelayanan dan informasi kepada Ibu

    hamil mengenai pentingnya ASI Ekslusif untuk kesehatan ibu dan bayi. Dalam

    memberikan informasi tentang pentingnya ASI Ekslusif terdapat beberapa media

    pendidikan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang digunakan untuk

    meningkatkan pengetahuan ASI Eksklusif. Media pendidikan yang ada adalah poster

    ASI Eksklusif dan leaflet kelas ibu hamil. Poster ASI Eksklusif berada pada ruang

    tunggu pelayanan antenatal dan leaflet kelas ibu hamil digunakan saat berlangsungnya

    kelas ibu hamil. Namun materi pada kedua media yang digunakan masih terbatas.

    Materi pada poster tersebut hanya menjelaskan terkait pengertian ASI Eksklusif

    dan himbauan untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Materi ASI eksklsuif

    pada leaflet lebih fokus pada materi persalinan dibandingkan dengan materi ASI

  • 4

    Ekslusif. Materi pada media-media tersebut masih kurang dari yang dianjurkan untuk

    keberhasilan ASI Eksklusif.

    Informasi tentang ASI Eklusif hanya disampaikan saat ibu hamil bertanya

    langsung tentang ASI Ekslusif karena informasi yang sering diberikan bidan tanpa

    pertanyaan dari ibu hamil kebanyakan mengenai informasi tentang persalinan,

    sehingga dari data yang diperoleh, angka cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kec.

    Pesanggrahan sebesar 51,2%, masih dibawah target nasional 80% (Kemenkes,2010c).

    Dari hasil penelitian Septiani (2012) data pengetahuan yang diperoleh terdapat

    beberapa materi ASI Ekslusif yang mayoritas tidak dikuasai oleh ibu hamil sesuai

    dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010a) dan Soetjiningsih (1997).

    Adapun materi yang mayoritas tidak dikuasai bagi ibu hamil (

  • 5

    belum dapat memberikan informasi yang sesuai untuk memenuhi tujuan peningkatan

    pengetahuan ASI Eklusif sasaran.

    Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan masyarakat

    (Nasution,2010). Sedangkan yang ada di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan selama

    ini adalah media yang memberikan informasi lebih kepada teori persalinan. Hal ini

    menunjukkan masih kurangnya informasi tentang ASI Ekslusif.

    Sehingga menurut peneliti perlu diberikan media tentang ASI Ekslusif yang

    sesuai dengan kebutuhan pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan

    Pesanggarahan, sehingga informasi yang disampaikan dapat lebih efektif untuk

    meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif, serta dapat memberikan niat bagi

    ibu untuk mengamalkan ASI Ekslusif ini.

    Media yang akan diberikan berupa buku pop up dengan alasan dari hasil studi

    pendahuluan yang dilakukan peneliti, terbukti bahwa 18 dari 20 orang ibu hamil (90%)

    di puskesmas Kec. Pesanggrahan lebih memilih media buku pop up untuk dibaca

    dibandingkan dengan media leaflet.

    Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh media

    buku pop up terhadap perubahan pengetahuan dan intensi ASI Ekslusif ibu hamil di

    Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, yang dalam hal ini dapat

    bermanfaat bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil

    seterusnya sehingga dapat menciptakan perilaku ASI Ekslusif yang baik pula..

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif sangat penting dalam meningkatkan

    praktek pemberian ASI Eksklusif. Menurut Kemenkes (2010a) dan Soetjiningsih

    (1997), terdapat 22 materi pemberian ASI Eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh

    ibu hamil. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah puksemas Kecamatan

    Pesanggrahan masih dikatakan kurang karena terdapat 10 dari 22 materi pemberian

    ASI Eksklusif yang belum dikuasai. Selain itu, media yang ada belum banyak berperan

    dalam meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil apalagi sampai memberikan

    niat untuk melaksanakan hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan media khusus yang

    dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan niat pada ibu untuk memberikan

    ASI Eksklusif pada bayinya kelak.

    Dalam hal ini peneliti menggunakan media buku pop up yang telah di analisis

    kelayakannya untuk melihat pengaruhnya dalam perubahan pengetahuan dan intensi

    ibu hamil tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan

    tahun 2013.

    C. Pertanyaan Penelitian

    1. Apakah media buku pop up berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu

    hamil mengenai ASI Ekslusif dengan membandingkan selisih rata-rata skor pre-

    test dan post test pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok

    kontrol?

    2. Apakah media buku pop up berpengaruh terhadap intensi ibu hamil untuk

    melaksanakan ASI Ekslusif dengan melihat hubungan intensi dengan delta skor

    pengetahuan pada kelompok perlakuan media dan kelompok kontrol?

  • 7

    3. Berapa persentase intensi untuk menerapkan ASI Ekslusif oleh ibu hamil pada

    kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol?

    4. Bagaimana persentase karakteristik demografi ibu hamil berdasarkan usia,

    pendidikan, dan pengalaman (Paritas) terhadap pengetahuan ibu?

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh media buku pop up terhadap peningkatan

    pengetahuan dan jumlah persentase intensi ASI Ekslusif ibu hamil di puskesmas

    kecamatan pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya pengaruh media buku Pop up terhadap peningkatan

    pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif dengan membandingkan

    selisih rata-rata skor pre-test dan post test pada kelompok perlakuan media

    buku pop up dan kelompok kontrol.

    b. Diketahuinya pengaruh media buku Pop up terhadap intensi ibu hamil untuk

    melaksanakan ASI Ekslusif dengan melihat hubungan intensi dengan delta

    skor pengetahuan pada kelompok perlakuan media dan kelompok kontrol.

    c. Diketahuinya persentase intensi untuk menerapkan ASI Ekslusif oleh ibu

    hamil pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol.

    d. Diketahuinya persentase karakteristik demografi ibu hamil berdasarkan usia,

    pendidikan, dan pengalaman (Paritas) terhadap pengetahuan ibu.

  • 8

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Puskesmas

    Membantu puskesmas dalam menganalisa penguasaan pengetahuan pada

    ibu hamil terkait ASI eksklusif dan pengaruh media buku pop up untuk

    meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan

    untuk terus meningkatkan pengetahuan sebagai awal dari perilaku hidup sehat.

    2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Memberikan tambahan pustaka yang dapat menunjang ilmu pengetahuan

    dan memperluas wawasan mahasiswa terkait ASI eksklusif.

    3. Bagi Peneliti Lain

    Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan terkait kebutuhan

    pengetahuan tentang ASI ekslusif pada ibu hamil.

    F. Ruang Lingkup

    Penelitian ini dibatasi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan

    antenatal pada bulan Juni di Poli Klinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan

    Pesanggrahan. Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

    desain studi quasi eksperimen. Lokasi penelitian bertempat di Poliklinik Kesehatan

    Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dan waktu penelitian

    dalam rentang waktu bulan Juni 2013. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian

    ini bahwa masih rendahnya praktik pemberian ASI Eksklusif dan masih kurangnya

    pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif juga karena media yang ada di

  • 9

    Puskesmas Kec.Pesanggrahan belum berperan dalam meningkatkan pengetahuan

    ASI Ekslusif ibu hamil sehingga perlu diberikan media promosi kesehatan (buku

    pop up) yang sesuai untuk melihat pengaruhnya dalam peningkatan pengetahuan

    dan intensi ibu hamil dalam pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan

    Pesanggrahan.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Metode Pendidikan

    Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

    menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

    harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau

    individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

    Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.

    Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa

    akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo, 2007).

    Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok,

    dan massa (public).

    1. Metode pendidikan individual (perorangan)

    Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini

    digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik

    kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya membina seorang ibu yang baru

    saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT

    karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang

    digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta

    imunisasi, adalah pendekatan secara perorangan.

  • 11

    Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan,

    tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.

    Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

    masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku

    baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat

    membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini,

    antara lain: bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), wawancara

    (interview).

    2. Metode pendidikan kelompok

    Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok

    sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,

    metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung

    pula pada besarnya sasaran pendidikan

    a. Kelompok besar

    Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan

    itu lebih dari 15 orang. Metode yangbaik untuk kelompok besar ini, antara lain

    ceramah dan seminar.

    b. Kelompok kecil

    Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

    kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara

    lain:

  • 12

    1) Diskusi kelompok

    Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi

    maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka

    dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya

    dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga duduk di

    antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.

    Dengan kata lain mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama,

    sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk

    mengeluarkan pendapat.

    2) Curah pendapat (brain storming)

    Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya

    sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya

    pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap

    peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat).

    Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

    flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,

    tidak boleh diberi komentar oleh siapapun. Baru setelah semua anggota

    mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya

    terjadi diskusi.

    3) Bola salju (snow balling)

    Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian

    dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit

  • 13

    maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan

    masalah tersebut, dan mencari kesimpulnnya.

    Kemudian tiap-tiap pasang yang telah sudah beranggotakan 4 orng ini

    bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga

    akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

    4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

    Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz

    group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama

    dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah

    tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan

    dicari kesimpulannya.

    5) Memainkan peranan (role play)

    Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

    pemegang peran tertentu untuk memanikan peranan, misalnya sebagai

    Dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya,

    sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.

    6) Permainan simulasi (simulation game)

    Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi

    kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

    permainan seperti permainan monopoli.

    3. Metode pendidikan massa

    Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

    pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini

  • 14

    bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan

    status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan

    yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

    massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau

    kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk

    sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila kemudian dapat berpengaruh

    terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk

    pendekatan (cara) massa ini tidak langsung (Notoatmodjo, 2003b).

    B. Media

    1. Konsep Dasar Media

    Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat

    didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari

    pengirim menuju penerima. Arti jamak disini merupakan macam-macam

    perantara yang mengantarkan informasi kepada penerima informasi.istilah

    medium ini adalah perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan

    penerima, dapat berupa foto,radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan,

    bahan-bahan cetakan dll (Arsyad, 2007).

    2. Fungsi dan Manfaat Media

    Media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber menuju

    penerima guna mencapai tujuan materi,dalam kegiatan pembelajaran fungsi

    media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang

  • 15

    mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Selain itu, media dapat memperjelas

    penyajian pesan(Arsyad, 2007) .

    Arifin, A. dalam Munandi (2010) menjelaskan media pembelajaran

    menurut perspektif psikologis bahwa media pembelajaran merupakan stimulus

    yang siap direspon penerima media, semakin banyak stimulus yang berada di

    lingkungannya semakin banyak pula hal yang direspon oleh penerima media.

    Menurut Lavied dan Lentz (Arsyad, 2007) fungsi media, khususnya visual yaitu

    1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif dan 4) fungsi kompensatoris.

    Fungsi atensi berperan dalam menarik dan mengarahkan perhatian

    penerima media terhadap materi yang disampaikan pada gambar, fungsi afektif

    menunjukkan kepada perasaan penerima media mengenai tingkat penerimaan

    atau penolakan terhadap materi yang diberikan, fungsi kognitif mewakili

    pemahaman penerima media terhadap materi ajar yang disajikan secara visual,

    sedangkan fungsi kompensatoris berfungsi untuk mengakomodasi cepat

    lambatnya waktu yang dibutuhkan penerima media untuk memahami suatu

    informasi secara visual.media yang baik adalah media yang dapat mencakup

    fungsi dari media tersebut.

    3. Karakteristik Media

    Menurut Kemp dalam Mubarak dkk 2007, karakteristik media merupakan

    dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Karakteristik media

    yang sering digunakan dalam media pembelajaran di Indonesia adalah:

  • 16

    a. Media grafis

    Berfungsi untuk menyalurkan pesan berupa simbol-simbol komunikasi

    visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,

    mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan

    apabila tidak diilustarikan. Beberapa jenis media grafis adalah :

    1) Gambar/foto, gambar, yang dimksud disini termasuk foto, lukisan /

    gambar dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai

    jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin

    disampaikan kepada audien.

    Gambar/foto yang baik sebagai media pendidikan harus memenuhi

    syarat-syarat yaitu harus autentik yaitu secara jujur gambar melukikskan

    keadaan sebenarnya, sederhana yaitu komposisinya harus jelas

    menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, ukuran relatife, gambar/

    foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar hendaklah

    bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin

    dicapai.

    2) Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan

    bagian-bagian pokoknya tanpa detail.

    3) Diagram adalah bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang sulit

    dimengerti.

    4) Bagan/chart

  • 17

    5) Grafis, menampilkan sajian visual berupa data angka-angka

    b. Media Audio

    Media audio merupakan bentuk media pengajaran yang murah dan

    terjangkau. Penggunaan media audio dalam pengajaran dibatasi hanya oleh

    imajinasi guru dan siswa. Media audio dapat digunakan dalam semua fase

    pengajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan

    topik bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Contoh media audio

    adalah radio dan tape.

    c. Media audio-visual

    Media audio-visual adalah gabungan pesan yang ingin disampaikan

    dari audio dan visual seperti TV, video dalam bentuk film-film.

    4. Pesan dalam Media

    Menurut Depkes RI (2004),Pesan adalah terjemahan dari tujuan

    komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran.

    Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus

    memenuhi hal-hal sebagai berikut:

    a. Command Attention

    Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi

    desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan

    membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan

    pesan tersebut.

  • 18

    b. Clarify The Message

    Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus

    memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau

    pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan

    tersebut gagal.

    c. Create Trust

    Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau.

    d. Communicate a Benefit

    Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan.

    e. Consistency

    Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia

    apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan

    tetap sama.

    f. Cater to the Heart and Head

    Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi

    yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga

    harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

    g. Call to Action

    Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk

    bertindak sesuatu. Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat

    adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.

  • 19

    2 Media Buku Pop-up

    a. Pengertian buku pop up

    Buku pop-up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat

    bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan

    origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau

    demikian origami lebih memfokuskan untuk menciptakan objek atau benda,

    sedangkan pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat

    membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif dan

    dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak. Buku pop-up dapat

    memberikan visualisasi materi yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar

    yang terlihat lebih berdimensi,memiliki tekstur yang menggambarkan bentuk

    aslinya. Hal-hal seperti diatas membuat materi yang dimuat dalam buku pop-up

    menjadi lebih menarik untuk diminati (Montanaro,2009).

    b. Kelebihan buku pop up

    Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik.

    Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang

    dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang

    dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa

    ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih

    menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.

    Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku

    cerita ilustrasi biasa adalah ia memberikan kejutan- kejutan dalam setiap

    halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka.

  • 20

    Pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka

    memiliki andil ketika mereka membuka halaman buku.Hal ini membuat pem-

    baca memancing antusias pembaca dalam mengikuti ceritanya karena mereka

    menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.

    Buku pop-up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang

    ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat lebih dapat terasa.

    Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa nyata

    ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap halamannya. Gambar

    dapat secara tiba-tiba muncul dari balik halaman atau sebuah bangunan dapat

    berdiri megah ditengah-tengah halaman dengan cara pemvisualisasi ini, kesan

    yang ingin ditampilkan dapat lebih tersampaikan. Jenis cerita yang disampaikan

    dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti

    pengenalan hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan

    keagamaan,hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos,

    legenda.(Sabuda,2008)

    c. Kekurangan buku pop up

    Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga.

    Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik

    yang dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih

    berdimensi; waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut

    ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam

    waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya. Hal ini meyebabkan

    buku pop-up menjadi lebih mahal dari pada buku cerita ilustrasi pada umumnya.

  • 21

    Selain dari itu penggunaan material buku yang lebih berkualitas juga membuat

    buku seperti ini lebih mahal (Sabuda,2008).

    D. Asi Eksklusif

    1. Pengertian

    Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012

    mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang

    diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan

    dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

    2. Manfaat

    Menurut Roesli (2000), manfaat ASI ekslusif bagi bayi dan ibu adalah

    sebagai berikut:

    a. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi

    1) ASI sebagai nutrisi

    ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

    seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah

    makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan

    tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup

    memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah usia

    enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan

    sampai usia 2 tahun atau lebih.

    Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang

    atau lebih kelenjar ASI susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan

  • 22

    memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi ASI dari

    seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat

    kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang

    keluar dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke 10/ke-14 setelah kelahiran (ASI

    transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang).

    2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

    Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat

    kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari namun, kadar zat ini akan cepat

    sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat

    kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia

    9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan

    yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan

    zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi

    diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan

    yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit

    dan jamur.

    Dari hasil penelitian Kramer dalam World Health Organization (WHO,

    2011), didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan

    dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi selain itu, pemberian ASI

    eksklusif selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta efek samping

    pada pertumbuhan bayi.

  • 23

    3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

    Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas

    bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah

    pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan

    termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Kesempatan ini

    hendaknya dapat dimafaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh

    optimal.

    Dengan memberikan ASI secara ekslusif sampai bayi berusia enam

    bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak

    secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan

    komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga

    mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh

    optimal. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi diantaranya

    adalah :

    a) Taurin

    Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang

    berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses

    maturasi sel otak (Kemenkes R.I, 2005).

    b) Laktosa

    Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat

    pada susu sapi (Kemenkes R.I, 2005).

    c) DHA, AA, Omega 3, Omega 6

  • 24

    Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam

    susu sapi. Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur

    membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI ekslusif

    mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi)

    dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Penelitian dr. Riva (1997)

    ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekslusif, ketika berusia 9,5 tahun

    tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak

    diberi ASI ekslusif (Kemenkes R.I, 2005).

    d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

    Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan

    kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram karena masih

    dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam

    kandungan. Perasaan terlindung inilah yang akan menjadi dasar

    perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan

    dasar spiritual yang baik (Kemenkes R.I, 2005).

    b. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu

    Selain bermanfaat untuk bayi, ASI eksklusif juga dapat bermanfaat bagi

    ibu. Berikut ini manfaat ASI eksklusif bagi ibu: mengurangi perdarahan

    setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan kehamilan,

    mengecilkan rahim, lebih cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan

    menderita kanker, seperti kanker payudara dan kanker indung telur, lebih

    ekonomis karena tidak ada pengeluaran untuk susu formula dan

    perlengkapannya dan penghematan biaya ke dokter, tidak merepotkan dan

  • 25

    hemat waktu, praktis karena bisa langsung dinikmati oleh bayi serta memberi

    kepuasan bagi ibu karena bisa menyusui bayinya secara eksklusif.

    E. Pengetahuan

    1. Pengertian Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003a), pengetahuan

    merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang

    diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang

    merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan

    domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

    behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

    angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

    penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

    2. Sumber Pengetahuan

    Menurut Hartono (2010), sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat

    dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali

    pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b)

    perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c)

    nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan media

    elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (iklan,

    brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan)

  • 26

    3. Pengetahuan ASI Eksklusif

    Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, pengetahuan terkait ASI

    eksklusif memegang peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Notoatmodjo (2003a), yang mengatakan bahwa pengetahuan

    (kognitif) merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku

    kesehatan. Sebenarnya pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya

    dengan adanya dukungan pemberian pengetahuan dari petugas kesehatan sejak

    dari awal kehamilan (Nusatya, 1981).

    Menurut Kemenkes R.I (2010b), materi pengetahuan yang seharusnya

    diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:

    a. ASI Saja Enam Bulan;

    Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012

    mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang

    diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan

    dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Materi ini penting

    untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah

    dilakukan oleh MS. Kramer dalam WHO (2011), banyak manfaat yang akan

    diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila bayi disusui secara eksklusif

    selama enam bulan tanpa tambahan apapun.

    Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI

    eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada

    bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda

    periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam

  • 27

    bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada

    pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh

    ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat besar dan menguntungkan, bukan

    hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu.

    Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak

    sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya

    memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.

    Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan

    pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan

    Purnawati, 2009).

    b. Penjelasan Pentingnya ASI;

    ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-

    enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI

    juga memiliki perbandingan antara Whei dan Kasein yang sesuai untuk bayi.

    Rasio Whei yang lebih banyak dibandingkan kasein (65:35) menyebabkan

    protein ASI lebih mudah diserap dan dimetabolisme (Kemenkes R.I, 2008).

    Jumlah ini diyakini mencukupi kebutuhan bayi selama enam bulan. Hal

    tersebut juga didukung berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh

    Saputra, et.al (2010), yang juga mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi

    ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal

    dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.

    Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai

    memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk. Menurut

  • 28

    Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar. Arisman memaparkan

    perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru akan menambah sekresi

    oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus,

    dan juga timbunan lemak penyebab gendut, kembali ke ukuran sebelum

    hamil. Pernyataan Arisman mendapat dukungan dari penelitian yang telah

    dilakukan oleh Dewey, et.al dalam Stube (2009). Dari hasil penelitian Dewey,

    didapatkan hasil, perempuan dalam kelompok menyusui lebih dari satu tahun

    dapat kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui

    kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah

    melahirkan (P

  • 29

    d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau kotoran

    bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

    e) Mencegah alergi.

    4. Kebutuhan Pengetahuan

    Menurut Dick dan Carey (1990) dalam Jacobsen and OConnor

    (2006), kebutuhan adalah deskripsi yang jelas tentang masalah, bukti

    penyebab masalah yang dapat dilihat sebagai masalah yang dapat

    dipecahkan atau sebagai kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil

    yang diinginkan. Kebutuhan dapat berupa konflik dalam mengambil

    keputusan, defisit dalam pengetahuan dan harapan, kejelasan nilai-nilai,

    dan dukungan dari sumber daya.

    Pada kasus ibu hamil, menurut Heath (2006) dalam Atiyah (2008),

    seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, orangtua

    dituntut untuk memiliki pengetahuan khusus mengenai anaknya. Hal

    tersebut tentu dapat mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan

    pengetahuan yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya

    sebagai orangtua, oleh sebab itu pemberian pengetahuan memegang

    peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu tersebut.

    5. Pemberian Pengetahuan

    Dari penelitian di Indonesia yang sudah dilakukan selama 15 tahun

    menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI eksklusif ternyata

    adalah kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan

  • 30

    terkait ASI eksklusif pada Ibu (Roesli, 2002). Hasil penelitian tersebut

    tentu memprihatinkan sebab sebenarnya pemberian pengetahuan terkait

    ASI eksklusif oleh petugas kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak

    awal kehamilan ibu pada saat pelayanan antenatal. Pada saat pelayanan

    antenatal tersebut, ibu hamil dipersiapkan pengetahuannya mengenai

    nutrisi, yang salah satu materinya merupakan ASI eksklusif.

    Menurut Yulifah (2009), pengertian dari pelayanan antenatal adalah

    pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan

    fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan masa nifas,

    persiapan memberikan ASI eksklusif dan pemulihan kesehatan

    reproduksi secara wajar.

    Dalam pelaksanaan operasional, pelayanan antenatal memiliki

    standar operasional yang lebih dikenal dengan sebutan 10T, yang

    terdiri atas: 1) Timbang Berat Badan dan mengukur tinggi badan; 2) Ukur

    tekanan Darah; 3) ukur status gizi (LILA); 4) Ukur tinggi fundus uteri; 5)

    Hitung denyut jantung janin; 6) Pemberian imunisasi TT (Tetanus

    Toksoid) lengkap; 7) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari selama

    kehamilan; 8) Test Laboratorium; 9) Tata laksana kasus; dan 10) Temu

    wicara/konseling (Kemenkes R.I, 2010b).

    Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya fokus dalam

    pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat

    dan selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk

    memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Persiapan

  • 31

    tersebut dalam pelayanan antenatal dapat diwujudkan dengan pemberian

    pengetahuan dengan meode pendidikan.

    6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    a) Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

    dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

    hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

    seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan

    pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

    informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

    informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

    tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

    dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

    tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

    bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

    berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

    diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

    pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga

    mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah

    yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

    Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

  • 32

    menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut

    (Notoatmodjo,2003a).

    b) Informasi / Media Massa

    Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

    formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

    sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya

    teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat

    mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai

    sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

    surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

    pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi

    sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang

    berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

    baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

    terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo,2003a).

    c) Sosial budaya dan ekonomi

    Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

    penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

    seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

    Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

    yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini

    akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,2003a).

  • 33

    d) Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

    lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

    terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

    dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

    balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

    individu (Notoatmodjo,2003a).

    e) Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

    masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

    memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

    belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

    mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan

    menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam

    bidang kerjanya.Bagi ibu hamil pengalamannya berupa paritas yakni

    jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu, baik yang hidup

    ataupun dalam keadaan meninggal. Paritas dapat digolongkan menjadi

    3(tiga) bagian yaitu :

    1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1 (satu)

    2) Golongan multipara adalah dengan paritas 2-5

    3) Golongan grande multipara adalah ibu dengan paritas > 5

  • 34

    (Notoatmodjo,2003a).

    f) Usia

    Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

    Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

    pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

    Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

    kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

    upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

    lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

    intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

    tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

    perkembangan selama hidup :

    1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

    dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

    menambah pengetahuannya.

    2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

    tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.

    Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan

    bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain

    seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori

    berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat

    sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo,2003a).

  • 35

    F. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

    1. Pengertian

    Menurut Fitriyani (2011) Pengertian komunikasi dalam KIE dapat

    diartikan sebagai upaya membangun hubungan relasional dua arah yang

    setara dengan masyarakat yang akan diberdayakan sehingga masyarakat yang

    diberdayakan menjadi lebih terbuka dan mampu mengekspresikan apa yang

    dirasakannya, mampu mengungkapkan pendapatnya, mampu berkreasi dan

    berinovasi, sedangkan Informasi adalah penyedia berbagai berita dan

    keterangan serta informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk

    membangun kapasitas diri mereka. Setelah itu pemantapan yang dilakukan

    dengan edukasi mengandung pengertian berbagai bentuk upaya pendidikan

    baik formal dan non formal yang diperlukan oleh masyarakat yang

    diberdayakan sehingga mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk

    membangun dirinya dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

    Dapat disimpulkan bahwa KIE adalah pemberian informasi yang

    dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun kapasitas dirinya yang

    diiringi dengan pemantapan dalam bentuk upaya pendidikan baik formal dan

    non formal. KIE dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui

    penyuluhan, penerangan dan pelayanan. Media massa dan berbagai teknologi

    informasi dapat berperan secara efektif sebagai sarana KIE.

    Dalam sebuah proses komunikasi yang disampaikan oleh Laswell

    dalam Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen

    komunikasi agar dapat terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut

  • 36

    adalah komunikator, pesan, media, komunikan serta pengaruh. Media

    mempunyai peran sebagai sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi

    dari pengirim kepada penerima pesan. Media mempunyai peranan yang

    sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses penyampaian pesan

    dari komunikator kepada komunikan. Pemilihan media yang tepat akan

    membantu keberhasilan proses tersebut, sebaliknya penggunaan media yang

    tidak tepat akan menyulitkan komunikan memahami isi pesan dari

    komunikator.

    2. Kebijakan

    Kebijakan untuk pelaksanaan pemberian pengetahuan mengenai ASI

    eksklusif dapat dilihat pada beberapa kebijakan dibawah ini :

    a. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI

    Eksklusif bagian ke empat (Informasi dan Edukasi) Pasal 13 ayat 1, 2

    dan 3.

    b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

    585/MENKES/SKN/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

    Kesehatan di Puskesmas bagian ke tiga Di Ruang Pelayanan Kesehatan

    Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).

    c. Startegi Nasional Peningkatan Pemberian ASI.

    d. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKMM) poin ke tiga.

  • 37

    3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pemberian Pengetahuan

    Menurut Machfoedz dan Suryani (2007), terdapat faktor-faktor yang

    dapat mempengaruhi proses pemberian pengetahuan, diantaranya adalah :

    a) Bentuk Beban Tugas

    Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan keterampilan otot

    seperti mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku berupa

    yang mengunakan kata-kata seperti bernyanyi, membaca puisi atau

    membaca.

    b) Banyaknya Materi Beban Tugas

    Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang

    materi pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana.

    c) Fasilitas dan Sumber

    Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup tentu akan

    lebih berhasil.

    d) Rutinitas

    Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jauh lebih berhasil

    daripada yang bersifat insidental.

    e) Minat dan Motivasi

    Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa sehingga

    membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil.

    Menurut Lavender, et.al (2001) dalam Bowden (2011), rendahnya motivasi

    peran bidan dalam kesehatan masyarakat mungkin merupakan akibat adanya

  • 38

    ambiguitas dalam diri mereka. Mereka memiliki pandangan yang jelas

    terhadap aspek mana dari kesehatan masyarakat yang sesuai dengan perannya

    untuk melakukan intervensi, misalnya depresi pascanatal memang menjadi

    bagian dari peran bidan sedangkan promosi latihan dan ASI eksklusif

    sebaliknya

    Menurut Kemenkes R.I (1995), faktor lain yang dapat mempengaruhi

    pemberian pengetahuan diantaranya adalah :

    a) Pengetahuan Komunikator dan Komunikan

    Komunikator harus menguasai materi dengan baik, demikan halnya dengan

    komunikan, harus juga mempersiapkan diri dalam proses komunikasi.

    Dengan demikian akan terjadi komunikasi yang efektif.

    b) Pesan

    Pesan yang disampaikan harus ringkas dan disesuaikan dengan kondisi

    komunikan sehingga mudah diterima. Salah satu elemen penting pesan yang

    harus diperhatikan adalah mutu dari pesan itu sendiri. Terdapat dua faktor

    yang dapat mempengaruhi mutu dari pesan yang akan disampaikan,

    diantaranya adalah jumlah pesan yang diberikan dan memformulasikan

    pesan.

    Jumlah pesan yang diberikan dipengaruhi oleh kuantitas pesan dan waktu

    yang dialokasikan untuk penyajiannya, sedangkan memformulasikan pesan

    merupakan penggunaan dan penekanan kata pada kata yang seharusnya

    (Bowden, 2011).

  • 39

    c) Media

    Macam dan kualitas media juga menentukan keberhasilan proses

    komunikasi. Media yang menggunakan banyak panca indera akan lebih

    efektif. Penggunaan contoh/petunjuk akan lebih menarik dan efektif.

    Contoh/petunjuk akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan

    dengan pengetahuan dan pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah

    objek atau situasi yang dapat dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa

    dilihat ibu ketika dokter/petugas kesehatan berbicara. Misalnya, petugas

    kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu bagaimana mengelola payudara

    yang mengalami mastitis sambil meminta ibu mengulangi mengerjakan

    sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain yang sedang

    melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat cara

    yang benar. Dengan cara memeragakan akan teringat oleh ibu lebih lama

    daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan.

    Demonstrasi atau peragaan amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu

    cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas

    akan lebih efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya.

    Cara yang paling efektif untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau

    keterampilan misalnya mengelola saluran susu tersumbat adalah

    menyuruhnya memperhatikan orang yang sedang mengerjakan kemudian

    melakukan sendiri dengan bimbingan.

    Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu

    sebuah media yang telah dirancang untuk mereka. media harus meringkaskan

  • 40

    hal-hal yang penting dan berisikan kata-kata dan gambar yang menerangkan

    hal-hal yang penting. Bila disuatu pelayanan kesehatan belum ada media atau

    sukar untuk mendapatkannya, kembangkan sendiri media tersebut oleh

    saudara sehingga ibu di tempat pelayanan kesehatan tersebut mengerti.

    Menggunakan media sambil memberikan petunjuk-petunjuk kepada ibu

    adalah cara yang baik dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada

    kata-kata dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan

    menolong memusatkan perhatian ibu lebih baik daripada hanya dengan kata-

    kata saja, selain itu media juga mudah untuk dibawa sehingga apabila media

    tersebut dibawa pulang akan membantu memperkuat apa yang telah

    dipelajarinya.

    G. Intensi

    1. Pengertian Intensi

    Intensi adalah probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang tentang akan

    melakukan sesuatu perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Konsep tentang intensi

    diajukan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), yang diartikan sebagai kemungkinan

    subjektif seseorang untnk melakukan suatu perilaku tertentu. Kemudian

    ditegaskan bahwa niat individu untuk melakukan sesuatu itu merupakan fungsi

    dari (1) sikap terbadap perwujudan perilaku dalam situasi tertentu, sebagai faktor

    personal atau attitudional. Hal ini berhubungan dengan orientasi seseorang yang

    berkembang atas dasar keyakinan dan pertimbangan terhadap apa yang diyakini

    itu, dan (2) norma-norma yang berpengaruh atas perwujudan perilaku dan

  • 41

    motivasi seseorang untuk patuh pada nonna itu, sebagai faktor sosial atau

    normative. Ini merupakan gabungan antara persepsi reference-group atau

    significant-person terhadap perwujudan perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975).

    Intensi adalah niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu

    perilaku (Effendi, 1986). Intensi atau niat dalam kaitannya dengan

    mengikutsertakan individu dalam suatu aktivitas mempunyai keterkaitan yang

    erat dengan komponen keyakinan (belief) seseorang terhadap obyek, sikap

    (attitude) terhadap obyek, dan perilaku (behavior) sebagai perwujudan nyata dari

    intensi.

    Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak

    berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap

    perilakunya (Ajzen, 2005). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas

    dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target tingkah laku

    berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak

    hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang

    tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan

    kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

    2. Teori Plan Behavior

    Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih

    lanjut dari Theory Reaction Action. Ajzen (1988) dengan menambahkan

    konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi

    (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya

  • 42

    memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan

    perilaku tertentu (Chau & Hu, 1999). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak

    dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma

    subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat

    dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut

    (control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar

    belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga secara

    skematik perceived behavioral control dilukiskan sebagaimana pada gambar 2.1

    Gambar 2.1

    Teori of Planned Behavior (Ajzen, 2005)

    H. Kerangka Teori

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan seseorang adalah :

    Pendidikan, Media massa/Informasi, Usia, Pengalaman, Lingkungan, dan Sosial

    Background

    Factors.

    Personal (General

    Attitude

    ,Personality Trait,

    Values, Emotions,

    Intelligence)

    Social (Age,

    gender, Race,

    Etnicity,

    Education,

    Income, Religion)

    Information

    (Experience,

    Knowledge,

    Media Expo)

    Behavioral

    Beliefs

    Attitude

    Toward the

    Behavior

    Normative

    Beliefs

    Subjective

    Norms

    Control

    Beliefs

    Perceive

    Behavior

    Control

    Intention Behavior

  • 43

    budaya (Notoatmodjo ,2003a). Tersampainya pesan atau informasi dari suatu

    media dapat dilihat dari teori komunikasi Laswell dalam Suprapto (2011)

    disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi sebuah

    proses komunikasi. Komponen tersebut adalah komunikator, pesan, media,

    komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk

    menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses

    penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam Teori of

    Planned Behavior, Ajzen (2005) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan

    atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orang

    tersebut.

    Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan di atas, maka dapat

    dirumuskan kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut :

  • 44

    Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian

    Modifikasi Teori Komunikasi Laswell dalam Suprapto (2011), Teori of

    Planned Behavior Ajzen (2005) dan Notoatmodjo (2003a).

    Komunikan :

    Pendidikan,Usia,Pengalaman,,

    Lingkungan,Sos-bud

    Pengaruh

    Pada

    Pengetahuan

    Pesan Dengan Media Komunikator

    Niat untuk

    melakukan

    (Intensi)

    Perilaku

  • 45

    BAB III

    KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep

    Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    dari media buku pop up yang berisikan materi yang dibutuhkan untuk

    merubah pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif serta pengaruhnya

    terhadap intensi untuk melakukan ASI Ekslusif.

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    MEDIA BUKU POP UP Peningkatan Pengetahuan

    Membandingkan Skor

    Pre-test dan Post-test

    Pengetahuan ASI Ekslusif

    antara kelompok

    perlakuan dan kontrol

    Karakteristik Demografi Komunikan :

    -Pendidikan,Usia,Pengalaman (Paritas)

    Intensi (Niat) untuk melakukan ASI

    Ekslusif

  • 46

    B. Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No. Variabel Definisi Operasional

    1 Media Pop Up Book

    Sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki

    unsur 3 dimensi, yang dibagibagikan kepada responden kelompok

    perlakuan.

    No. Variabel Definisi

    Operasional

    Cara

    ukur

    Alat ukur Hasil ukur Skala

    ukur

    2 Pengetahuan

    Ibu tentang

    ASI Ekslusif

    Skor kemampuan

    ibu untuk

    menjawab dengan

    benar dari

    pertanyaan terkait

    ASI Ekslusif yang

    diberikan

    Angket Kuesioner Hasil skor

    pengetahuan

    (0-100)

    Rasio

    3 Peningkatan

    pengetahuan

    Selisih skor

    pengetahuan pre-

    test dan post-test

    Ibu hamil

    Melihat

    Selisih

    dari skor

    hasil pre-

    test dan

    post-test

    Kuesioner Skor Nilai Rasio

    4 Pendidikan Pengalaman

    mengikuti

    Angket Kuesioner 0 tamat

    SMP (wajib

    belajar 9 tahun

    Ordin

    al

  • 47

    pendidikan

    formal dinalai

    berdasarkan

    ijazah tertinggi

    yang dimiliki

    responden

    Depdiknas)

    1 > tamat

    SMP

    5 Usia Lama hidup

    responden yang

    dihitung

    berdasarkan ulang

    tahun terakhir

    Angket Kuesioner 0 < median

    1 median

    Ordin

    al

    6 Pengalaman

    (Paritas)

    Jumlah Anak

    Lahir Hidup

    Angket Kuesioner 0 Jumlah Anak

    Lahir Hidup

    Nol

    1 Jumlah Anak

    Lahir Hidup

    >Nol

    Ordin

    al

    7 Intensi (niat)

    ASI Ekslusif

    Kemungkinan

    subjektif

    seseorang untuk

    menerapkan ASI

    Ekslusif

    Angket Kuesioner 0 Tidak berniat

    1 Berniat

    Ordin

    al

  • 48

    C. Hipotesis

    1. Terdapat peningkatan yang signifikan pada skor pengetahuan ASI Ekslusif

    ibu hamil antara sebelum dan sesudah diberikan media buku Pop up.

    2. Adanya perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan ASI Ekslusif ibu

    hamil kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    3. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensi dan pengetahuan ASI

    Ekslusif ibu hamil yang diberikan perlakuan media buku pop up dan

    kelompok kontrol.

    4. Terdapat hubungan antara variabel umur, pendidikan, dan paritas ibu

    terhadap pengetahuan ibu hamil.

  • 49

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan

    rancangan non equivalent control group design. Penelitian untuk mencari tahu

    penjelasan dari objek penelitian tentang pengaruh media buku Pop up dalam

    perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Eksklusif di

    Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 dengan cara membandingkan

    rata-rata skor pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    Adapun rancangan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Rancangan penelitian non equivalent control group design pada ibu

    hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

    Keterangan:

    1. O1 adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil pada kelompok

    yang akan diberi perlakuan sebelum diberikan media buku Pop up

    2. X adalah perlakuan yang diberikan, yaitu media buku Pop up ASI

    Eksklusif

    O1 X O2

    O3 O4 (O2-O1)-(O4-O3) = X1

  • 50

    3. O2 adalah hasil post-test tingkat pengetahuan ibu hamil sesudah

    diberikan media buku Pop up.

    4. O3 adalah pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil yang pada kelompok

    yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol).

    5. O4 adalah post-test tingkat pengetahuan ibu hamil pada kelompok yang

    tidak diberikan perlakuan ASI Eksklusif (kelompok kontrol).