Pemicu Diskusi Konsep Sehatkekompok 4
-
Upload
titip-elia-gustami -
Category
Documents
-
view
42 -
download
7
Transcript of Pemicu Diskusi Konsep Sehatkekompok 4
Pemicu Diskusi Konsep Sehat – Sakit
Kasus
Seorang Ibu berusia 20 tahun membawa anak keduanya, laki – laki 1 tahun ke puskesmas
untuk imunisasi. Ketika ditanya apakah ada keluhan, ibu tersebut mengatakan tidak ada,
anaknya dalam keadaan sehat, sehingga ingin melengkapi program imunisasi. Setelah
memeriksa, dokter mengatakan bahwa anak ibu tersebut tidak sehat, tetapi masih dapat
menerima imunisasi. Dokter menjelaskan bahwa anak tersebut kurang gizi dan
perkembangannya terlambat. Ibu tersebut tidak setuju dengan keterangan dokter dan
menerangkan bahwa anaknya tetap aktif dan biasanya semua anak kecil memang sulit
makan.
Terminologi
Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat.
Imunisasi
Kurang gizi
Keyword
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Anak
Identifikasi Masalah
Analisis Masalah
Hipotesis
Pertanyaan Terjaring
1. Konsep sehat – sakit menurut WHO dan NKRI
2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan menurut Blum, Mandala of Health, Epidemology
3. Deskripsi perjalanan terjadinya kurang gizi
4. Definisi dan ciri – ciri kurang gizi serta macam – macam malnutrisi energy dan protein
5. Faktor penyebab terjadinya kurang gizi (malnutrisi energi dan protein), baik secara umum
maupun secara khusus
6. Upaya yang harus dilakukan, pencegahan, langkah pengobatan, serta peran serta
pemerintah dalam mengatasi masalah kurang gizi
KONSEP SEHAT-SAKIT
Jawaban Pertanyaan Terjaring
1. Konsep sehat – sakit menurut WHO dan NKRI
Sehat menurut WHO (1948) adalah kondisi sejahtera antara fisik, psikis, dan social,
tidak hanya terbatas pada tidak adanya penyakit dan kecacatan.
(Kesejahteraan ini diartikan sebagai suatu bentuk kesuksesan, kemakmuran, dan juga
kepuasan)
Sedangkan, Kesehatan menurut NKRI, tertuang dalam Undang – undang RI no.23
1992, bahwa “Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”
Pada kenyataannya dalam kehidupan bermasyarakat kita, banyak sekali perbedaan
pendapat yang terjadi dalam mengartikan makna dari sehat – sakit itu sendiri. Definisi
yang paling banyak di maknai oleh masyarakat, justru sebaliknya. Dimana sehat diartikan
hanya sebatas pada kondisi fisik yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Sama halnya
pada kejadian yang terjadi dalam pemicu. Bahwa si ibu memiliki persepsi bahwa anaknya
sehat – sehat saja. Sehingga dalam konteks ini bahwa dokter harus bisa menjelaskan ke
ibu, memberi pengertian bahwa anaknya alam keadaan sakit. Dalam hal ini, maka yang
sangat diperlukan si dokter adalah pengetahuan tentang kurang gizi itu sendir, deskripsi
mengenai perjalanan dari sulit makan menjadi kurang gizi sehingga mengakibatkan
perkembangannya terlambat, yang kesemuanya itu harus di sampaikan dengan cara
komunikasi seefektif mungkin. Sehingga terbentuknya pemahaman yang sama antara ibu
dan dokter dalam memahami konsep (sehat – sakit) kurang gizi yang terjadi pada anak
tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan menurut teori epidemiologi
Gambar. Segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle)
Keterangan :
Pejamu (Host) : hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia,
antara lain :
Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etnik (suku) hubungan keluarga ; Bentuk anatomis
tubuh ; Fungsi fisiologis atau faal tubuh ; Status kesehatan, termasuk status gizi ;
Keadaan kuantitas dan respon monitors ; Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial ;
Pekerjaan, dll. (Heru subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi,Media
presindo,Yogyakarta. Hal.15-16)
Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam doa kelompok yaitu :
a. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sekat biologis tertentu seperti
Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan
Bentuk anatomis tubuh serta
b. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti
Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan
keluarga sehubungan sosial kemasyarakatan.
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk
kebiasaan hidup sehat. (Nur nasry
PEJAMU / HOST
LINGKUNGANAGEN
noor,2002.Epidemiologi.Universitas
Hasanuddin.Makassar.Hal.27)
Agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
a) Biotis khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan, yaitu :
Protozoa misalnya Plasmodum, amodea
Metazoa misalnya arthopoda , helminthes
Bakteri misalnya Salmonella, meningitis
Virus misalnya dengue, polio, measies, lorona
Jamur misalnya candida, tinia algae, hystoples osis
b) Abiotis, terdiri dari :
Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak,
mineral, protein dan vitamin)
Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan,
dan getaran
Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik.
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.
(Heru subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi,Media
pressindo,Yogyakarta. Hal.16-17.)
Unsur lingkungan (Enviroment)
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya
sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses
kejadian penyakit.
a. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
Vektor pembawa infeksi
Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia,
baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun
sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ; dan
Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan)
maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia (Nur nasri
noor.2002,Epidemiologi,Univesutas Hasanuddin Makassar.Hal.28-29)
b. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air,
dan
Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang
timbul akibat manusia sendiri (Nur nasri noor,2000,Dasar epidemiologi,Rinika
cipta,Jakarta. Hal.28.)
c. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem
ekonomi yang berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat,
dan
Kebiasaan hidup masyarakat
Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.
Dari keseluruhan unsur tersebut di atas, di mana hubungan interaksi antara satu
dengan yang lainnya akan menentukan proses dan arah dari proses kejadian
penyakit, baik pada perorangan, maupun dalam masyarakat. Dengan demikian
maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya di tentukan oleh unsur penyebab
semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab
akibat di pengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu,
maka dalam setiap proses terjadinya penyakit, selalu kita memikirkan adanya
penyebab jamak (multiple causational). Hal ini sangat mempengaruhi dalam
menetapkan program pencegahan maupun penanggulangan penyakit tertentu.
Karena usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang di harapkan bila dalam
perencanaannya memperhitungkan berbagai unsur di atas. (Nur nasry
noor.2002.Epidemiologi.Universitas Hasanuddin,Makassar.Hal.29)
Dari penyesalan model segitiga epidemiologi sangat berhubungan erat dan saling
terkait, dan keseimbangan itulah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu
penyakit. Dan pertimbangan ini menerapkan pertimbangan mendasar yang sangat
terpisah, tetapi itu tidak cukup sebab masih ada beberapa pertimbangan penting
lainnya yakni pertimbangan perjalanan alamiah penyakit.
(http://portaltiens.com/portal)
3. Deskripsi perjalanan terjadinya kurang gizi
Salah satu penyebab terjadinya kurang gizi adalah kurangnya intake makanan itu sendiri.
Begitu juga dengan keadaan yang terjadi dalam pemicu di atas. Seperti apa yang
disampaikan dalam pemicu tersebut, pada kalimat terakhir bahwa “Ibu tersebut tidak
setuju dengan keterangan dokter dan menerangkan bahwa anaknya tetap aktif dan
biasanya semua anak kecil memang sulit makan.”
Anak si ibu tersebut (pasien) tetap aktif berarti membutuhkan banyak energy, sedangkan
anak tersebut sulit makan. Secara tidak langsung asupan makanan yang akan dibakar
menjadi energy juga kurang. Berarti energy yang dibutuhkan si anak tidak mencukupi,
begitu jugapun dengan asupan gizinya. Sehingga, pada keadaan ini menyebabkan daya
tahan tubuh si anak menurun, dan anakpun akan mudah terserang penyakit. Semakin
menurun daya tahan tubuh anak, maka penyakitpun akan semakin leluasa untuk
menghambat perkembangan tubuh anak tersebut.
GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh
akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru
sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting
untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan
gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus
mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
4. Definisi dan ciri – ciri kurang gizi serta macam – macam malnutrisi energy
dan protein
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi / kurang
energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein.
Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi
penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau
HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat.
KURANG GIZI (MEP Ringan), Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita,
terutama di negara-negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas,
hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya.
Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis
yang biasa menyertainya antara lain:
Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
Maturasi tulang terlambat.
Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
MARASMUS, Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski masih
anak-anak, wajahnya terlihat tua, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan
otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan
hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng
dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
Sering menderita diare atau konstipasi.
Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar
hemoglobin yang juga lebih rendah dari semestinya.
KWASHIORKOR (busung lapar atau HO). Penampilan anak-anak penderita HO
umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di
bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita
ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya:
Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut
anak terlihat sangat pasif.
Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
Anemia.
Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena
berkurangnya produksi laktase dan enzim penting lainnya.
Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia
(perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit
maupun selaput lendir, Red.), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah
mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya
dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.
Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar
tubuh, terasa licin dan kenyal.
MARASMIK-KWASHIORKOR, Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus
dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai.
Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit dan sebagainya.
Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic
seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar
natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
GAGAL TUMBUH, Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan
pertumbuhan yang diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal
tumbuh adalah bayi/anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding
anak sebayanya. Untuk mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva
pertumbuhan normal. Tanda-tanda lainnya adalah:
Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal
Hilangnya lemak di bawah kulit secara signifikan
Berkurangnya massa otot
Dermatitis
Infeksi berulang
5. Factor penyebab terjadinya kurang gizi (malnutrisi energy dan protein), baik
secara umum maupun secara khusus
FAKTOR PENYEBAB
Secara umum masalah malnutrisi energi-protein (MEP) disebabkan beberapa faktor.
Yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena
bagaimanapun MEP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Secara umum, ada beberapa faktor penyebabnya, yaitu :
Faktor sosial; yang dimaksud di sini adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak balita yang
diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi.
Kemiskinan; sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan
kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun seringkali tak bisa terpenuhi.
Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi
penyebab munculnya penyakit MEP.
Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi
malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran
berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit.
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedoman
untuk mengetahui anak kurang gizi bisa dilakukan dengan melihat berat dan tinggi
badan yang kurang dari normal, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau
kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah
berlangsung lama.
Secara khusus, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada
anak.
Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi.
Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan
keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak
diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi.
Padahal, balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama
untuk makan.
Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular
oleh penyakit-penyakit lain.
Ketiga, karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-
sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi.
Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. Kurang
gizi yang murni adalah karena makanan, sehingga si Ibu harus dapat memberikan
makanan yang kandungan gizinya cukup. “Tidak harus mahal, bisa juga diberikan
makanan yang murah, asal kualitasnya baik.” Oleh karena itulah si Ibu harus
pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak.
Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak
mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan
kekurangan gizi.
Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya
penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung
dan paru-paru bawaan.
Keadaan gizi kurang (undernutrition) maupun gizi lebih (overnutrition) tidak selalu
disebabkan oleh masukan makanan yang tidak cukup atau berlebihan. Keadaan
demikian dapat juga terjadi oleh kelainan dalam tubuh sendiri seperti ganggguan
pencernaan, absorbsi, utilisasi, ekskresi dan sebagainya (Pudjiadi, 2000).
6. Upaya yang harus dilakukan, pencegahan, langkah pengobatan, serta peran
serta pemerintah dalam mengatasi masalah kurang gizi
UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak
yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian
kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi
anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya.
Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan
orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan
makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan
demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Menurut dr. Sri
Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita,
makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan
dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si
anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai
kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu.
Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan
telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung
semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang
terakhir adalah dengan mengobati penyakit-penyakit penyerta.
PENCEGAHAN
Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat
dihindari. Misalnya ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk
dapat membeli bahan pangan, serta pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita.
LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya.
Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam
sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan
100-150 Kkal.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing
penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di
rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan
penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga
sembuh.
PERAN SERTA PEMERINTAH
Dalam mengatasi tingkat kejadian masalah kurang gizi ini, peran pemerintah juga sangat
diperlukan. Untuk itu diperlukan kebijakan pembangunan di bidang ekonomi, pangan,
kesehatan dan pendidikan, serta keluarga berencana yang saling terkait dan
mendukung, yang secara terintegrasi ditujukan untuk mengatasi masalah gizi (kurang
dan lebih) dengan meningkatkan status gizi masyarakat (World Bank, 2006).
Kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi lima hal, yaitu :
Pertama, pelayanan gizi dan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Upaya
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang dilaksanakan tahun 1970-1990an, penimbangan
balita di Posyandu dengan KMS.
Kedua, pemberian suplemen zat gizi mikro seperti pil besi kepada ibu hamil, kapsul
vitamin A kepada balita dab ibu nifas.
Ketiga, bantuan pangan kepada anak gizi kurang dari keluarga miskin.
Keempat, fortifikasi bahan pangan seperti fortifikasi garam dengan yodium, fortifikasi
terigu dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2.
Kelima, biofortifikasi, suatu teknologi budi daya tanaman pangan yang dapat menemukan
varietas padi yang mengandung kadar zat besi tinggi dengan nilai biologi tinggi pula
sebagai.
Contoh :
Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan dan kebutuhan masyarakat
meliputi enam hal, yakni :
Bantuan langsung tunai (BLT) bersyarat bagi keluarga miskin,
Kredit mikro untuk pengusaha kecil dan menengah,
Pemberian suplemen makanan khususnya pada waktu darurat,
Pemberian suplemen zat gizi mikro khususnya zat besi, vitamin A dan zat
yodium,
Bantuan pangan langsung kepada keluarga miskin, serta
Pemberian kartu miskin untuk keperluan berobat dan membeli makanan
dengan harga subsidi, seperti beras untuk orang miskin (raskin) dan MP-ASI
untuk balita keluarga miskin.
Kebijakan yang menumbuhkan permintaan adalah dengan mendorong perubahan
perilaku hidup sehat dan sadar gizi, melalui pendidikan gizi dan kesehatan.
Pendidikan itu bertujuan memberikan pengetahun kepada keluarga, khususnya kaum
perempuan, tentang gizi seimbang, memantau berat badan bayi dan anak sampai usia
2 tahun, pengasuhan bayi dan anak yang baik dan benar, air bersih dan kebersihan diri
serta lingkungan, serta mendorong pola hidup sehat lainnya.
Kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi enam hal.
Pertama, pelayanan kesehatan dasar termasuk keluarga berencana dan pemberantasan
penyakit menular.
Kedua, penyediaan air bersih dan sanitasi.
Ketiga, kebijakan pengaturan pemasaran susu formula.
Keempat, kebijakan pertanian pangan untuk menjamin ketahanan pangan.
Kelima, kebijakan pengembangan industri pangan yang sehat.
Keenam, memperbanyak fasilitas olah raga bagi umum.
Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan atau kebutuhan pangan dan
gizi meliputi :
Pembangunan ekonomi yang meningkatkan pendapatan rakyat miskin,
Pembangunan ekonomi dan sosial yang melibatkan dan memberdayakan
masyarakat rakyat miskin,
Pembangunan yang menciptakan lapangan kerja, kebijakan fiscal dan harga
pangan yang meningkatkan daya beli masyarakat miskin dan pengaturan
pemasaran pangan yang tidak sehat dan tidak aman.
Kebijakan yang mendorong perubahan perilaku yang mendorong hidup sehat dan
gizi baik bagi anggota keluarga adalah :
Meningkatkan kesetaraan gender, mengurangi beban kerja wanita terutama pada
waktu hamil, dan meningkatkan pendidikan wanita.
DAFTAR PUSTAKA