Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

27
Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin Nama: Gladys Suwanti NIM: FAA 113 010 Kelompok: 4 (Empat) Fasilitator: Tri Widodo, SKM 1. Jelaskan anatomi hipotalamus, hipofisis, dan adrenal 2. Jelaskan histologi hipotalamus, hipofisis, dan adrenal 3. Jelaskan organ-organ yang terlibat dalam regulasi penurunan berat badan sesuai dengan pemicu PERAN HIPOTALAMUS DALAM REGULASI NAFSU MAKANAN Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam regulasi proses-proses homeostasis, termasuk mengatur perilaku dan nafsu makan. Dalam dekade terakhir, peran hipotalamus dalam regulasi nafsu makan telah semakin difahami. Asupan Makanan Asupan Makanan Neuron orde kedua (PVN)

description

11

Transcript of Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

Page 1: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

Nama: Gladys Suwanti

NIM: FAA 113 010

Kelompok: 4 (Empat)

Fasilitator: Tri Widodo, SKM

1. Jelaskan anatomi hipotalamus, hipofisis, dan adrenal

2. Jelaskan histologi hipotalamus, hipofisis, dan adrenal

3. Jelaskan organ-organ yang terlibat dalam regulasi

penurunan berat badan sesuai dengan pemicu

PERAN HIPOTALAMUS DALAM REGULASI NAFSU MAKANAN

Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam

regulasi proses-proses homeostasis, termasuk mengatur perilaku dan

nafsu makan. Dalam dekade terakhir, peran hipotalamus dalam regulasi

nafsu makan telah semakin difahami.

Asupan Makanan Asupan Makanan Neuron orde kedua (PVN)

Page 2: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

Gambar 2. Nukleus arkuata (ARC) dan regulasi nafsu makan. Keterangan:

α-MSH: α -melanocyte-stimulating hormone; GHS-R= growth hormone

secretagogue receptor; NPY: neuropeptida Y; AgRP: agouti related

peptide; CART: cocaine-and-amphetamine related transcript. Sumber:

Wynne dkk, 2005.

Nukleus arkuata yang terletak di sekeliling dasar ventrikel III,

memiliki dua populasi neuron yang berbeda untuk mengatur asupan

makanan. Neuron yang memproduksi neuropeptida Y (NPY) bertindak

sebagai akselerator yang bekerja untuk menstimulasi makan. Sedangkan

populasi neuron yang lain didekatnya yang memproduksi

proopiomelanocorti (POMC) bekerja pada area otak yang sama dengan

area NPY untuk menyebabkan inhibisi makan. Ketika salah satu neuron

teraktivasi, maka populasi lain mengalami inhibisi. Contohnya, ketika

neuron NPY teraktivasi oleh penurunan kadar leptin, maka NPY yang

disekresikan akan berikatan dengan reseptornya di neuron POMC

(reseptor Y1) dan menyebabkan inhibisi terhadap aktivitas neuron POMC

tersebut. Neuron yang memproduksi NPY juga menghasilkan agouti

related peptide (AgRP) yang dapat memblok reseptor MC4R (reseptor bagi

α-MSH, turunan POMC) di neuron orde kedua (gambar 2). Aktivasi neuron

yang mengekspresikan NPY/AgRP ini pada saat keseimbangan energi

negatif, dapat menstimulasi makan dengan dua cara, yaitu dengan

pelepasan perangsang nafsu makan NPY dan dengan menurunkan kerja

penekan nafsu makan melanocortin/POMC.

NPY kemudian akan berikatan dengan reseptor Y1 dan Y5 di area lateral

hipotalamus (LHA).

Pengikatan dengan reseptor Y1 dan Y5 di LHA menyebabkan aktivasi

neuron melanoconcentrating hormone (MCH) dan orexin (sebagai neuron

orde kedua). Aktivasi neuron MCH dan orexin akan berakibat peningkatan

nafsu makan melalui regulasi perilaku oleh pusat yang lebih tinggi yaitu

korteks prefrontal bagian median dan insular. Hipotalamus menerima

masukan input neural, endokrin serta sinyal metabolik, kemudian

Page 3: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

mengintegrasikannya dan menggunakan berbagai jalur efektor untuk

menimbulkan respons

perilaku, otonom atau endokrin. Selain hipotalamus, pusat regulasi nafsu

makan dan keseimbangan energi juga melibatkan sistem saraf secara

luas meliputi batang otak, korteks

serebri, area olfaktori dan lainnya.

Gambar 3 memperlihatkan mekanisme sinyal perifer sampai ke

hipotalamus, yang dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Melalui sirkulasi darah. Sinyal metabolik dan hormon dapat melalui

sawar darah otak sehingga dapat sampai ke hipotalamus melalui sirkulasi

darah.

2. Melalui persarafan. Sinyal mekanik dan kimia dari organ visera dan

saluran cerna dan disampaikan ke otak melalui serat aferen simpatis ke

tingkat servikal yang dintegrasikan terlebih dahulu di nukleus traktus

solitarius.

Gambar 3 Sinyal kenyang dari hati, saluran cerna dan peptida

ditransmisikan melalui n. vagus dan serat simpatis ke nukleus solitarius

(NTS) dan berintegrasi dengan input dari hipotalamus untuk mengakhiri

makan. Schwartz dkk, 2000.

Page 4: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

MEKANISME GHRELIN DALAM MENINGKATKAN NAFSU MAKAN

Ghrelin pertama kali dipublikasikan oleh Kojima dkk dalam jurnal Nature

pada Desember 1999, sebagai ligan endogen untuk growth hormone

secretagogue receptor (GHS-R). Mereka memilih nama ghrelin karena

“ghre” adalah istilah proto-indo-eropa bagi kata “tumbuh” dan

dimaksudkan sebagai juga sebagai gabungan kata GH dan relin yang

berarti zat pelepa growth hormone (GH). Ghrelin adalah peptida dengan

28 asam amino merupakan peptide alami yang memiliki satu ester n-

octanoyl pada residu serin-3. Adanya kelompok n-octanoyl pada gugus

Ser3 ini bersifat esensial bagi aktivasi reseptor ghrelin (gambar 4). Kadar

ghrelin plasma pada seseorang yang puasa adalah 140 ± 14 fmol/ml.

Gambar 4 Struktur ghrelin manusia dan tikus. Keduanya merupakan

peptida dengan 28 asam amino dimana Ser3 dimodifikasi oleh asam

lemak, n-octanoic acid. Sumber: Kojima, 2001

Hormon ini terutama diproduksi dan disekresikan oleh X/A-like cells

di dalam kelenjarkelenjar oxyntic mukosa yang tersebar di lambung.

Selain lambung, didapati adanya

rangkaian neuron diantara nukleus-nukleus di sekitar ventrikel III yang

menghasilkan ghrelin. Ghrelin juga dihasilkan dalam jumlah sedikit di

testis, plasenta, ginjal, hipofise, usus halus, pancreas, limfosit dan bagian

otak lainnya. Rata-rata, dua pertiga jumlah ghrelin dalam plasma berasal

dari lambung dan sekurangnya sepertiga berasal dari usus halus. Kadar

ghrelin memperlihatkan variasi diurnal, yang meningkat karena puasa,

Page 5: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

sebelum makan dan saat malam hari, serta menurun dengan cepat

(kurang dari 1 jam) oleh adanya asupan makanan terutama yang berkalori

tinggi (gambar 5). Mekanisme supresi sekresi ghrelin sistemik oleh

makanan belum diketahui dengan jelas. Namun, kadar ghrelin dalam

darah berkorelasi negatif dengan adiposa tubuh. Hal tersebut mendukung

adanya peran ghrelin dalam regulasi homeostasis energi. Ghrelin

merupakan peptida neuroenterik pertama yang diketahui bertindak

sebagai molekul pembawa sinyal lapar dari perifer. Ghrelin meningkatkan

sekresi GH, masukan makanan dan penambahan berat badan ketika

diberikan di perifer maupun sentral. Ghrelin menghasilkan efek stimulasi

makan yang lebih kuat dari peptide oreksigenik lainnya kecuali NPY.

Gambar 5. Fluktuasi kadar ghrelin dalam darah harian yang meningkat

sebelum makan dan menurun setelah makan. Sumber: Cummings dkk,

2001.

Dari hasil penelitian Hewson dan Dickinson pada tahun 2000

diketahui bahwa pengaruh ghrelin dalam meningkatkan nafsu makan

berkaitan dengan NPY dan AgRP, yang telah diketahui sebagai peptida

oreksigenik yang bekerja di hipotalamus. Ghrelin akan menyebabkan

peningkatan ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin

mengimbangi pengaruh leptin terhadap NPY/AgRP. Pada tahun 2002, Date

dkk memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin

memerlukan peran dari serat aferen n.vagus yang berasal dari lambung.

Pengikatan ghrelin pada reseptornya yang terdapat di terminal akson

Page 6: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

n.vagus menyebabkan lepasnya muatan n. vagus. Sinyal ini kemudian

dibawa ke nukleus traktus solitarius dan selanjutnya diteruskan ke

hipotalamus (gambar 2). Di dalam regulasi keseimbangan energi, ghrelin

mempunyai 2 peran, yaitu 1) sebagai hormon perifer dari lambung, yang

bersama sinyal lain seperti insulin dan leptin akan memberikan informasi

kepada kontrol pusat keseimbangan energi ketika cadangan nergi

berkurang, sehingga meningkatkan nafsu makan (orexigenic drive) dan

menurunkan pemakaian energi; dan 2) sebagai neuropeptida hipotalamus

yang dieksresikan oleh neuron di ventrikel ke III diantara hipotalamus

ventromedial, hipotalamus dorsal, nukleus paraventrilar dan nukleus

arkuata. Serabut eferen dari neuron yang mengeksresikan ghrelin akan

diproyeksikan menuju sirkuit pusat regulasi keseimbangan energi dan

akan menyeimbangkan aktivitas oreksigenik NPY/AGRP dengan neuron

anorektik POMC. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya peran

ghrelin dalam regulasi nafsu makan. Kadar ghrelin akan meningkat

sebelum makan dan menurun segera (kurang dalam 1 jam) setelah

makan. Pada binatang percobaan, pemberian ghrelin secara sentral

maupun sistemik, terbukti meningkatkan nafsu makan. Pada manusia,

pemberian ghrelin intravena sampai kadar ghrelin preprandial

merangsang rasa lapar dan perilaku makan spontan. Pemberian ghrelin

secara subkutan juga merangsang nafsu makan dan asupan makanan

baik pada penderita obesitas ataupun normal. Peran ghrelin dalam

homeostasis energi jangka panjang juga telah dibuktikan oleh beberapa

penelitian. Kadar ghrelin berkorelasi negatif dengan adiposa tubuh dan

meningkat dengan adanya penurunan berat badan yang diinduksi oleh

diet rendah kalori, latihan, anoreksia nervosa atau kakeksia. Berat badan

yang diinduksi oleh diet dengan kadar lemak tinggi, terapi untuk

anoreksia nervosa atau pemberian glukokortikoid menyebabkan

penurunan kadar ghrelin sistemik. Pemberian ghrelin jangka panjang pada

binatang percobaan menyebabkan peningkatan nafsu makan,

peningkatan berat badan, menurunkan

pemakaian energi dan meningkatkan adipogenesis.

Sumber:

Page 7: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

Cowley MA, Smith RG, Diano S, Tscho¨p M, Pronchuk N, Grove KL,

dkk. The distribution and mechanism of action of ghrelin in the CNS

demonstrates a novel hypothalamic circuit regulating energi

homeostasis. . Neuron 2003;37:649–61.

Van der Lely AJ, Tschöp M, Heiman ML, Ghigo E. Biological,

physiological, pathophysiological, and pharmacological aspects of

ghrelin. Endocr Rev. 2004;25:426-57.

Date Y, Murakami N, Toshinai K, Matsukura S, Niijima A, Matsuo H,

dkk. The role of the gastric afferent vagal nerve in ghrelin induced

feeding and growth hormone secretion in rats. Gastroenterology.

2002;123:1120-8.

Dostalova I, Haluzik M. The role of ghrelin in the regulation of food

intake in patients with obesity and anorexia nervosa. Physiol Res.

2009;58:59-170.

Haqq AM, Farooqi S, O’rahilly S, Stadler DD, Rosenfeld RG, Pratt KL,

dkk. Serum ghrelin levels are inversely correlated with ody mass

index, age, and insulin concentrations in normal children and are

markedly increased in Prader-willi syndrome. J Clin Endocrinol

Metab. 2003;88:174-8.

Tritos NA, Kokkotou EG. The physiology and potential clinical

applications of ghrelin, a novel peptide hormone. Mayo Clin Proc.

2006;81:653-60.

Hewson AK, Dickson SL. Systemic administration of ghrelin induces

Fos and Egr-1 proteins in the hypothalamic arcuate nukleus of

fasted and fed rats. J Neuroendocrinol. 2000;12:1047-9.

4. Jelaskan mengenai konsep autokrin, parakrin, dan endokrin

5. Jelaskan mekanisme pembentukan dan sekresi hormon

hipofisis, hormon adrenal, dan hipotalamus

a. Hormon insulin

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian

asam amino yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Dalam

keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin

disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai

Page 8: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah.

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (prekursor

hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan

bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan

sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam

gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut.

Di sini, dengan bantuan peptidase, proinsulin diuraikanlagi

menjadi insulin dan peptida-C (C-Peptide) yang keduanya sudah

siap untuk disekresikan secara bersama-sama melalui membran

sel.

Insulin berperan penting dalam berbagai proses biologis

dalam tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat

Hormon ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir

seluruh jaringan tubuh terutama pada otot, lemak, dan hepar.

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin

berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate)

yang terdapat pada membran sel. Ikatan antara insulin dan

reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi

proses regulasi atau metabolisme glukosa dalam sel otot dan

lemak, dengan mekanisme yang belum begitu jelas. Bebera hal

diketahui, diantaranya meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glukosa

transporter-4) pada membran sel karena proses translokasi

GLUT-4 dari dalm sel diaktivasi oleh adanya transduksi signal.

Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme

glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar. Untuk

mendapatkan metabolisme glukosa yang normal diperlukan

mekanisme sekresi insulin disertai aksi insulin yang berlangsung

normal.

Page 9: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

b. Hormon Tiroid

Kelenjar thyroid mensekresi dua jenis hormon, yaitu

tiroksin (T4), mencapai 90 % dari seluruh sekresi kelenjar thyroid

dan tri-iodotironin (T3) disekresi dalam jumlah kecil. Jika TSH

mengikat reseptor sel folikel, maka akan mengakibatkan

terjadinya sintesis dan sekresi tiroglobulin yang mengandung

asam amino tirosin, ke dalam lumen folikel.

Iodium yang tertelan bersama makanan dibawa aliran

darah dalam bentuk ion iodida menuju kelenjar thyroid. Sel-sel

folikuler memisahkan iodida dari darah dan mengubahnya

menjadi molekul unsur iodium. Molekul iodium bereaksi dengan

tirosin dalam tiroglobulin untuk membentuk molekul

monoiodotirosin dan diiodotirosin, dua molekul diiodotirosin

membentuk T4 sedangkan satu molekul monoiodotirosin dan

satu molekul diiodotirosin membentuk T3. Sejumlah besar T3

dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin selama berminggu-

minggu. Saat hormon thyroid akan dilepas di bawah pengaruh

TSH, enzim proteolitik memisahkan hormon dari tiroglobulin.

Hormon berdifusi dari lumen folikel melalui sel-sel folikular dan

masuk ke sirkulasi darh. Sebagian besar hormon thyorid yang

bersirkulasi bergabung dengan protein plasma.

Hormon thyroid meningkatkan laju metabolisme hampir

semua sel tubuh. Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen

dan memperbesar pengeluaran energi terutama dalam bentuk

Page 10: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

panas. Pertumbuhan dan maturasi normal tulang gigi, jaringan

ikat, dan jaringan saraf bergantungpada hormon-hormon

thyroid. Fungsi thyroid diatur oleh hormon perangsang thyroid

(TSH) hipofisis, di bawah kendali hormon pelepas tirotropin

(TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-

hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH

dan TSH adalah kadar hormon thyroid yang berdirkulasi dan laju

metabolik tubuh.

c. Hormon Kortisol

Mineralokortikoid disintesis dalam zona glomerolus.

Aldosteron merupakan mineralokortikoid terpenting mengatur

keseimbangan air dan elektrolit melalui pengendaliankadar

natrium dan kalium dalam darah. Sekresi aldosteron diatur oleh

kadar natrium darah tetapi terutama oleh mekanisme renin-

angiotensin. Glukokortikoid disintesis dalam zona fasikulata.

Hormon ini meliputi kortikosteron, kortisol, dan kortison. Yang

terpenting adalah kortisol. Glukokortikoid mempengaruhi

metabolisme glukosa, protein, dan lemak untuk membentuk

cadangan molekul yang siap dimetabolisme. Hormon ini

meningkatkan sintesis glukosa dari sumber non karbohidrat

(glukoneogenesis). Simpanan glikogen di hati (glikogenesis) dan

penningkatan kadar glukosa darah. Hormon ini juga

meningkatkan penguraian lemak dan protein serta menghambat

ambilan asam amino dan sintesis protein. Hormon ini juga

Page 11: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

menstabilisasi membran lisosom untuk mencegah kerusakan

jaringan lebih lanjut. Glukokortikoid adalah melalui kerja ACTH

dalam mekanisme umpan balik negatif. Stimulus utama dari

ACTH adalah semua jenis stres fisik atau emosional. Stres

misalnya trauma, infeksi, atau kerusakan jaringan akan memicu

impuls saraf ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian mensekresi

hormon pelepas kortikotropin (CRH) yang melewati sistem portal

hipotalamus-hipofisis menuju kelenjar pituitari anterior, yang

melepas ACTH. ACTH bersirkulasi dalam darah meuju kelenjar

adrenal dan mengeluarkan sekresi glukokortikoid. Glukokortikoid

mengakibatkan peningkatan persediaan asam amino, lemak,

dan glukosa dalam darah untuk membantu memperbaiki

kerusakan yang disebabkan karena stres dan menstabilkan

membran lisosom untukmencegah kerusakan lebih lanjut.

Gonadokortikoid (steroid kelamin) disintesis pada zona

retikularis dalam jumlah yang relatif sedikit, steroid ini berfungsi

terutama sebagai prekursor untuk pengubahan testosteron dan

esterogen oleh jaringan lain.

d. Hormon pertumbuhan

GH (growth hormon) atau hormon somatotropik (STH)

adalah sejenis hormon protein. Hormon ini mengendalikan

seluruh sel tubuh yang mampu memperbesar ukuran dan jumlah

Page 12: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

disertai efek utama pada pertumbuhan tulang dan massa otot

rangka. GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel

tubuh dengan cara meningkatkan pemasukan asam amino

melalui membran sel. GH juga menurunkan laju penggunaan

karbohidrat oleh sel tubuh dengan demikian menambah glukosa

darah. GH menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan

pemakaian lemak untuk energi. Selain itu, GH menyebabkan hati

(mungkin juga ginjal) memproduksi somatomedin, sekelompok

faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting

untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.

Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan terjadi melalui

sekresi dua hormon antagonis. 1. stimulus untuk pelepasan,

hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH) dari hipotalamus

dibawa melalui saluran portal hipotalamus-hipofisis menuju

hipofisis anterior tempatnya menstimulasi sintesis dan pelepasan

GH. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH melalui stress,

malnutrisi, dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah

seperti puasa dan olahraga. 2. Inhibisi pelepasan, sekresi GHRH

dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melallui

mekanisme umpan balik negatif. Somatostatin, hotmon

penghambat hormon pertumbuhan (GHIH) dari hipotalamus

dibawa menuju hipofisis anterior melalaui sistem portal.

Hormonm ini menghambat sintesis dan pelepasan GH. Stimulus

tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan peningkatan

kadar asam lemak darah.

e. Hormon epinefrin

Secara keseluruhan efek hormone epineferin adalah

untuk mempersiapkan tubuh terhadap aktivitas fisik yang

merespon stres, kegembiraan, cedera, latihan dan penurunan

kadar gula. Efek epinefrin yang lain, yaitu meningkatkan

frekuensi jantung, metabolisme, dan komsumsi oksigen. Kadar

gula darah meningkat melalui stimulasi glikogenolisis pada hati

dan simpanan glikogen otot. Pembuluh darah pada kulit dan

Page 13: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

organ-organ viseral berkontriksi sementara pembululh di otot

rangka dan otot jantung berdilatasi.

6. Jelaskan apa saja yang mempengaruhi penurunan berat

badan

a. Pengaruh Hormon Insulin

Hormon isulin berperan dalam metabolisme glukosa dalam

sel. Apabila ada gangguan pada sekresi dan kerja insulin,

misalnya hiposekresi dan resistensi insulin, maka akan

menimbulkan hambatan dalam utilisasi glukosa serta

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Hiposekresi

insulin disebabkan oleh rusaknya sel beta pankreas sedangkan

resistensi insulin disebabkan tidak adanya atau tidak sensitifnya

reseptor insulin yang berada di permukaan sel. Hiposekresi dan

resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam

sel sehingga tidak dihasilkan energi. Akibatnya, terjadi

penguraian glikogen dalam otot dan pemecahan protein

sehingga menyebabkan penurunan berat badan.

b. Pengaruh Hormon Tiroid

Hormon tiroid berperan dalam metabolisme yang terjadi

dalam tubuh. Kelebihan hormon tiroid menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme basal yang terjadi dalam

tubuh. Apabila glukosa tidak mampu mencukupi kebutuhan

metabolisme tubuh, maka tubuh menggunakan glikogen dan

protein sebagai bahan bakar penggantinya. Akibatnya, massa

otot menurun dan berat badan pun menurun.

c. Pengaruh Hormon Kortisol

Salah satu hormon yang mengatur regulasi berat badan

adalah kortisol. Apabila terjadi penurunan kortisol, akan

berakibat pada menurunnya metabolisme dalam tubuh.

Penurunan kortisol ini sendiri dapat disebabkan oleh destruksi

korteks adrenal. Penurunan metabolisme dalam tubuh akan

mengakibatkan penurunan jumlah energi yang diperoleh (ATP

menurun). Penurunan produksi ATP menyebabkan otot tidak

Page 14: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

mendapatkan cukup energi untuk bekerja. Hal ini memicu

terjadinya pemecahan di dalam otot sendiri, sehingga massa

otot berkurang. Penurunan massa otot ini pada akhirnya akan

menyebabkan penurunan berat badan.

7. Jelaskan apa saja penyakit pada hipofisi, pankreas

(endokrin), adrenal, tiroid, dan paratiroid

8. Jelaskan apa saja penyakit atau kelainan dalam bidang

endokrin dan metabolisme yang menyebabkan penurunan

berat badan

a. Diabetes Mellitus Tipe 1, disebut juga insulin-dependent diabetes

melitus (IDDM), yaitu penyakit yang disebabkan hiperglikemia

karena defisiensi sekresi insulin akibat rusaknya sel beta

pankreas.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2, disebut juga Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM), yaitu pankreas tetap menghasilkan

insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh

membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi

kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-

anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.

Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, 80-90%

penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung

diturunkan.

c. Tirotoksikosis

Kelainan kelenjar tiroid yang menyebabkan peningkatan

produksi tiroid. Penyebab tirotoksikosis sebagian besar adalah

penyakit Graves, goiter multinodular toksik dan mononodular

toksik. Pasien tirotoksikosis mengalami peningkatan laju

metabolik basal. Terjadi peningkatan pembentukan panas

(keringat berlebihan) dan penurunan toleransi terhadap panas.

Tubuh yang membakar bahan bakar dengan kecepatan

abnormal menyebabkan meningkatnya kebutuhan metabolik,

walaupun nafsu makan dan asupannya meningkat berat badan

biasanya menurun.

Page 15: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

d. Addison disease

Suatu penyakit yang jarang, paling sering terjadi pad

orang dewasa; timbul setelah terdapat destruksi korteks adrenal

paling sedikit 90%. Etiologinya banyak, termasuk adrenalitis

autoimun, proses infeksi (tuberkulosis, histoplasmosis, jamur),

kanker metastatik. Gambaran klinis meliputi lemah, kelelahan,

anoreksia, hipotensi, mual, muntah dan hiperpigmentasi kulit.

Pemeriksaan laboratorium menghasilkan hiperkalemia, rendah

natrium, klorida, bikarbonat dan glukosa. Kadar ACTH serum

meningkat.

9. Bagaimana patomekanisme penurunan berat badan

d. Pengaruh Hormon Insulin

Hormon isulin berperan dalam metabolisme glukosa dalam

sel. Apabila ada gangguan pada sekresi dan kerja insulin,

misalnya hiposekresi dan resistensi insulin, maka akan

menimbulkan hambatan dalam utilisasi glukosa serta

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Hiposekresi

insulin disebabkan oleh rusaknya sel beta pankreas sedangkan

resistensi insulin disebabkan tidak adanya atau tidak sensitifnya

reseptor insulin yang berada di permukaan sel. Hiposekresi dan

resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam

sel sehingga tidak dihasilkan energi. Akibatnya, terjadi

penguraian glikogen dalam otot dan pemecahan protein

sehingga menyebabkan penurunan berat badan.

e. Pengaruh Hormon Tiroid

Hormon tiroid berperan dalam metabolisme yang terjadi

dalam tubuh. Kelebihan hormon tiroid menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme basal yang terjadi dalam

tubuh. Apabila glukosa tidak mampu mencukupi kebutuhan

metabolisme tubuh, maka tubuh menggunakan glikogen dan

protein sebagai bahan bakar penggantinya. Akibatnya, massa

otot menurun dan berat badan pun menurun.

f. Pengaruh Hormon Kortisol

Page 16: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

Salah satu hormon yang mengatur regulasi berat badan

adalah kortisol. Apabila terjadi penurunan kortisol, akan

berakibat pada menurunnya metabolisme dalam tubuh.

Penurunan kortisol ini sendiri dapat disebabkan oleh destruksi

korteks adrenal. Penurunan metabolisme dalam tubuh akan

mengakibatkan penurunan jumlah energi yang diperoleh (ATP

menurun). Penurunan produksi ATP menyebabkan otot tidak

mendapatkan cukup energi untuk bekerja. Hal ini memicu

terjadinya pemecahan di dalam otot sendiri, sehingga massa

otot berkurang. Penurunan massa otot ini pada akhirnya akan

menyebabkan penurunan berat badan.

10. Jelaskan keterkaitan antara penurunan berat badan

dengan gejala lain yang menyertai

Pada sebagian besar kasus terjadi penurunan berat badan

terlebih dahulu lalu diikuti dengan gejala lemah, lelah dan

mengantuk. Defek pada metabolisme (peningkatan

pengeluaran glukosa oleh hati, penurunan penyerapan

glukosa oleh sel, peningkatan asam lemak darah) memiliki

efek penurunan berat badan, juga mengakibatkan

peningkatan metabolisme anaerob dan penguraian protein

sehingga menyebabkan lemas dan lelah. Mengantuk dapat

pula terjadi seiring dengan penurunan berat badan akibat

hiperglikemia yang menurunkan konsentrasi oksigen dalam

darah untuk dibawa ke jaringan khususnya ke otak.

Penurunan konsentrasi oksigen dalam darah juga dapat

menstimulasi metabolisme anaerob sehingga menyebabkan

mengantuk.

11. Jelaskan mengenai alergi

a. Indikasi

b. Kontraindikasi

c. Efek samping

d. Mekanisme

e. Edukasi

Page 17: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

12. Jelaskan mengenai antihistamin

a. Indikasi

Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak

digunakan, karena antihistamin adalah obat yang paling

bermanfaat untuk mengatasi penyakit alergi seperti

rhinitis,urtikaria,pruritus,dan lain-lain. Walaupun selama ini

ahtihistamin dianggap sebagai obat yang cukup aman, namun

efek samping sedasi (rasa mengantuk) menyebabkan penurunan

daya tangkap, terutama pada antihistamin generasi pertama,

sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk

penanganan penyakit alergi gunakan antihistamin yang aman

dan efektif.

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu

mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin

dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang

mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk

kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin

H1.

Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi

alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh

terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman.

Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam

jumlah signifikan di tubuh.

Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan

berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.

1. Antagonis Reseptor Histamin H1

Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya

adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine,

quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari

obat antipsikotik ini), dan prometazina.

2. Antagonis Reseptor Histamin H2

Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya

adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian

Page 18: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk

mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula

dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks

gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina,

ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.

3. Antagonis Reseptor Histamin H3

Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat

kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk

mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh

obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

4. Antagonis Reseptor Histamin H4

Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya

sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah

tioperamida.

Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin.

Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik.

Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai

antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.

Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil,

mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara

menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.

AH1 non sedatif mempunyai efek menghambat kerja histamin

terutama diperifer, sedangkan di sentral tidak terjadi karena

tidak dapat melalui sawar darah otak. Antihistanin bekerja

dengan cara kompetitif dengan histamin terbadap reseptor

histamin pada sel, menyebabkan histamin tidak mencapai target

organ. AH1 non sedatif umumnya mempunyai efek antialergi

yang tidak berbeda dengan AH1 klasik. Beberapa peneliti

melaporkan bahwa untuk penderita seasonal

rhinitis alergika. terfenidin bekerja lebih cepat (1-3 jam) dari

astemizol 1-6 hari karena itu untuk penyakit ini astemizol

dianjurkan oleh mereka untuk profilaktik. Loratadin dan

Mequitazin mempunyai mula kerja dan efektivitas yang sama

Page 19: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

dengan terfenidin. Diantara AH1 non sedatif Mequitazin yang

paling tidak spesifik, karena masih mempunyai efek

antikolinergik.

Efek terhadap "psyvhomotor performance" dari terfenidin,

asetemizol, loratadin dari berbagai penelitian menyatakan tidak

dijumpai kelainan (2,3,5). Pada reaksi wheal dan flare, pemberian

per oral terfenidin 60 mg menunjukkan efek hambatan 1 jam

setelah pemberian, efek maksimum 3-4 jam dan lama kerja 8-12

jam sesudah pemberian. Pada loratadin respon wheal akan

ditekan pada pemberian 1-2 jam. (Batenhorst et al 1986). Untuk

pemberian jangka panjang dan untuk penderita yang

pekerjannya memerlukan kewaspadaan misalnya pengemudi

mobil lebih sesuai diberi AH1 non sedatif, karena efek sedasi dan

atltikolinergik dari AH1 klasik akan mengganggu penderita.

Krause dan Shuter 1985 mendapat hasil astemizol lebih baik

pada penggunaan jangka panjang terhadap urtikaria kronik

dibandingkan dengan chlorfeniramin. Ferguson et al

mendapatkan hasil yang bermakna dari perbandingan terfenidin

dengan plasebo dalam menurunkan skor itch dan wheal.

Loratadin mengurangi sistem chronic idiopathic urticaria dari

pada plasebo. Untuk pengobatan seasonal allergic rhinitis (SAR)

telah dilakukan beberapa uji klinik antara lain Katelaris

membandingkan loratidin dengan azatadin pada 34 penderita

dan mendapatkan efek kedua obat sama baiknya, tetapi

loratadin kurang efek sampingnya. Pemberiann kombinasi 5 mg

loratadin clan 120 mg pseudoefedri 2X sehari untuk pengobatan

SAR memberikan hasil bai. Pengobatan rinitis alergik prineal

dengan 10 mg loratadin 1X sehari dan terfenidin 60 mg 2X

sehari, selama 4 minggu jelas lebih baik dari plasebo dalam

menurunkan total symptom scores (TSS). Berbeda dengan AH1

klasik, AH1 non sedatif dengan obat-obat diazepam dan alkohol,

tidak ada interaksi potensial efek sedasi (2,3,5). Takhipilaksis

Page 20: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

tidak dijumpai pada 3 AH1 non sedatif . Penggunaan yang lama

dari astemizol akan menambah nafsu makan dan berat badan

b. Kontraindikasi

Hipersensitivitas dan glaucoma sudut sempit. Jangan digunakan

pada bayi baru lahir dan premature. Antihistamin generasi

pertama: hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait

secara struktural, bayi baru lahir atau premature, ibu menyusui,

narrow-angle glaucoma, stenosing peptic ulcer, hipertropi prostat

simptomatik, bladder neck obstruction, penyumbatan

pyloroduodenal, gejala saluran napas atas (termasuk asma),

pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI),

dan pasien tua.

Antihistamin generasi kedua dan ketiga : hipersensitif terhadap

antihistamin khusus atau terkait secara struktural.

c. Efek samping

d. Mekanisme

Antihistamin bekerja dengan cara menutup reseptor syaraf yang

menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran pernafasan, bersin, dan

produksi lendir (alias ingus). Antihistamin ini ada 3 jenis, yaitu

Diphenhydramine, Brompheniramine, dan Chlorpheniramine.

Yang paling sering ditemukan di obat bebas di Indonesia adalah

golongan klorfeniramin (biasanya dalam bentuk klorfeniramin

maleat).

Antihistamin menghambat efek histamin pada reseptor H1. Tidak

menghambat pelepasan histamin, produksi antibodi, atau reaksi

antigen antibodi. Kebanyakan antihistamin memiliki sifat

antikolinergik dan dapat menyebabkan kostipasi, mata kering,

dan penglihatan kabur. Selain itu, banyak antihistamin yang

banyak sedasi. Beberapa fenotiazin mempunyai sifat

antihistamin yang kuat (hidroksizin dan prometazin).

Page 21: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

1. Antihistamin H1

Meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1.

Selain memiliki kefek antihistamin, hampir semua AH1 memiliki

efek spasmolitik dan anastetik lokal

2. Antihistamin H2

Bekerja tidak pada reseptor histamin, tapi menghambat

dekarboksilase histidin sehinnga memperkecil pembentukan

histamin jika pemberian senyawa ini dilakukan sebelum

pelepasan histamin. Tapi jika sudah terjadi pelepasa histamin,

indikasinya sama denfan AH 1

e. Edukasi

Sumber:

1.Judith Hopfer Deglin dan April Hazard Vallerand.2004.Pedoman

Obat Untuk Perawat:Jakarta:EGC

2. Hoan tjay,tan dan rahardja,kirana.1978.obat-obat penting

khasiat,penggunaan dan efek-efek sampingnya.Jakarta:PT Elex

Media Komputindo

3. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2007.

farmakologi dan terapi edisi 5.Jakarta: Balai Penerbit FKUI

4. Bertramg,Katzung.1997.Farmakologi Dasar dan Klinik Ed

6.Jakarta : EGC

5.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3405/1/08E006

05

Page 22: Diskusi Kelompok 2 Pemicu 1 Modul Matabolik Endokrin

6.http://digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F_204_1860028/F_204_

Bab%2V

7. http://www.farklin.com/images/multirow3fdd269e975ed