Pemicu 2 Blok 9

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lesi pra-ganas adalah kondisi penyakit yang secara klinis belum menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya sudah terjadi perubahan-perubahan patologis yang merupakan tanda akan terjadinya keganasan. Untuk membantu menegakkan diagnosa lesi tersebut diperlukan pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan sitologi maupun histopatologi harus didukung dengan teknik pengambilan spesimen yang baik agar didapatkan gambaran mikroskopis yang akurat. Adapun tujuan pemeriksaan laboratorium tersebut adalah untuk menegakkan suatu diagnosis, menjadi pedoman di dalam penatalaksanaan pasien, menentukan prognosis, skrining suatu penyakit, dan pemantauan terapi. 1.2 DESKRIPSI TOPIK Seorang pasein berumur 40 tahun datang berobat ke praktek dokter gigi dengan keluhan adanya luka di pii bagian kanan. Hal ini sudah dialami pasien 6 bulan terakhir. Luka ini pernah diobati tetpai tidak sembuh-sembuh. Selain itu paien juga mengeluhkan adanya benjolan di daerah bawah rahang kanan, tanpa sakit. Pasien sering mengeluh protesa yang dipakai mencucuk pipi. Berdasarkan pemeriksaan oleh dokter gigi, pada rongga mulut terdapat adanya ulkus (tukak) dipipi kanan (daerah bukal) dengan diameter 1,5 cm, tepi ulkus yang meninggi dan tidak teratur. Dijumpai kawat

description

Tugas Kuliah FKG

Transcript of Pemicu 2 Blok 9

Page 1: Pemicu 2 Blok 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lesi pra-ganas adalah kondisi penyakit yang secara klinis belum menunjukkan tanda-tanda yang

mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya sudah terjadi perubahan-perubahan patologis

yang merupakan tanda akan terjadinya keganasan. Untuk membantu menegakkan diagnosa lesi

tersebut diperlukan pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan sitologi maupun

histopatologi harus didukung dengan teknik pengambilan spesimen yang baik agar didapatkan

gambaran mikroskopis yang akurat. Adapun tujuan pemeriksaan laboratorium tersebut adalah

untuk menegakkan suatu diagnosis, menjadi pedoman di dalam penatalaksanaan pasien,

menentukan prognosis, skrining suatu penyakit, dan pemantauan terapi.

1.2 DESKRIPSI TOPIK

Seorang pasein berumur 40 tahun datang berobat ke praktek dokter gigi dengan keluhan adanya

luka di pii bagian kanan. Hal ini sudah dialami pasien 6 bulan terakhir. Luka ini pernah diobati

tetpai tidak sembuh-sembuh. Selain itu paien juga mengeluhkan adanya benjolan di daerah

bawah rahang kanan, tanpa sakit. Pasien sering mengeluh protesa yang dipakai mencucuk pipi.

Berdasarkan pemeriksaan oleh dokter gigi, pada rongga mulut terdapat adanya ulkus (tukak)

dipipi kanan (daerah bukal) dengan diameter 1,5 cm, tepi ulkus yang meninggi dan tidak teratur.

Dijumpai kawat (klamer) gigi palsu RA dibagian molar kanan atas yang mengiritasi mukosa pipi.

Pada pemeriksaan leher dijumpai pembengkakan yang berdiameter 3 cm pada daerah

submandibula kanan, konsistensi keras, tidak sakit, mobile (bergerak). Dari hasil pemeriksaan

histopatologi didiagnosa sebagai karsinoma sel skuamous rongga mulut (squamous cell

carsinoma) yang bermetastasi ke KGB regio submandibular kanan. Berdasarkan hasil radiologi

foto thorak, tidak dijumpai kelainan pada paru, dan jantung masih dalam batas normal.

PRODUK

1. Jelaskan cara pengambilan spesimen pemeriksaan patologi anatomi untuk kasus luka di

pipi.

Page 2: Pemicu 2 Blok 9

2. Jelaskan cara pengambilan spesimen dengan kasus pembengkakan submandibular untuk

pemeriksaan di laboratorium patologi anatomi.

3. Jelaskan tujuan, indikasi, serta kontradiksi pemeriksaan biopsi lesi pada rongga mulut.

4. Jelaskan cara pengambilan darah dan interpretasi dalam menegakkan diagnosa.

5. Berdasarkan kasus diatas, tentukan tingkat sistem TNM.

6. Jelaskan tanda-tanda gambaran mikroskopis karsinoma sel skuamus.

7. Jelaskan lesi-lesi jaringan lunak pada rongga mulut.

8. Jelaskan etiologi yang dapat menyebabkan luka pada rongga mulut.

9. Jelaskan proses wound healing dan faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik pada

penyembuhan luka.

10. Jelaskan perbedaan gambaran klinis dan histopatologis tumor jiank dan ganas.

BAB II

PEMBAHASAN

METODE PENGAMBILAN EKSFOLIATIF SITOLOGI MULUT1

Kapas lidi

1. Lesi dibersihkan dengan mormal saline

2. Kapas lidi diputarkan ke lesi 3600

3. Kemudian ditransfer ke objek glass berputar 3600

4. Fiksasi dengan alkohol 96%, kirim ke lab PA

Cytobrush

1. Lesi dibersihkan dengan normal saline

2. Dibrush dengan alat cytobrush

3. Dibrush ke objek glass

4. Fiksasi, kirim ke lab PA

Spatel/ smear

1. Lesi dibersihakan dengan normal saline

2. Lesi dikerok dengan spatel

3. Ditransfer ke objek glass

4. Fiksasi, kirim ke lab PA

Page 3: Pemicu 2 Blok 9

PROSEDUR FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY)2

Alat yang digunakan: tabung suntik plastik ukuran 10-20 ml, jarum halus, pistolette, kaca objek,

dan desinfektan alkohol/betadine.

Cara pengambilan :

1. Tumor dipegang lembut

2. Jarum diinsersi segera ke dalam tumor

3. Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal, tekanan di dalam tabung

menjadi negatif, jarum dimanuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel

massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik

4. Piston dalam tabung dikembalikan pada posisi semula dengan cara melepaskan

pegangan

5. Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan ke

laboratorium Patologi Anatomi

TUJUAN BIOPSI3

1. Mengetahui morfologi tumor: tipe histologic tumor, subtipe tumor dan grading sel.

2. Radikalitas operasi

3. Staging tumor: besar specimen dan tumor dalam centimeter, luas ekstensi tumor, bentuk

tumor, dan nodus regional.

INDIKASI BIOPSI3

1. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya

2. Lesi yang membesar dan tidak memberikan reaksi pada perawatan lokal 10 sampai 12

hari

3. Lesi hiperkeratotik yang menetap

4. Tumor yang menetap, baik yang nampak atau terdeteksi dengan palpasi

5. Pembesaran yang tidak diketahui penyebabnya dan menetap untuk waktu yang lama

6. Lesi yang mempengaruhi fungsi lokal misalnya fibroma

Page 4: Pemicu 2 Blok 9

7. Lesi tulang yang tidak teridentifikasi secara spesifik setelah pemeriksaan klinis dan

radiografis

8. Lesi yang mempunyai karakteristik sebagai keganasan

KONTRADIKSI BIOPSI3

Pasien dengan penyakit yang sangat serius, pada subjek dengan beberapa   

yang memburuk, atau dimana terdapat komplikasi sekunder.

Kasus lesi yang terletak pada daerah yang sangat dalam atau pada daerah dengan akses

yang sangat sulit dimana teknik bedah terbukti sulit atau berbahaya, dimana terdapat

resiko kerusakan pada struktur di sekitarnya.

Lesi yang bersumber dari pembuluh darah, seperti hemangioma, karena resiko

pendarahan yang persisten dan besar

Kasus neurofibroma multiple, karena resiko terbentuknya neurosacroma atau pada tumor

dikelenjar saliva yang lebih besar.

CARA PENGAMBILAN DARAH4

1. Siapakan alat dan bahan seperti:

a. Spuit ukuran 5-10cc

b. Kapas alcohol dantempatnya

c. Antikoagulan (untuk mencegah hemolisis)

d. Botol/tabung penampung darah

e. Karet pembendung

f. Sarung tangan bersih

2. Prosedur:

a. Cuci tangan (steril)

b. Gunakan sarung tangan

c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

d. Ambil spuit sesuai dengan ukuran (5-10ml)

e. Tentukan vena yang akan diambil darahnya (diutamakan mediana cubiti)

f. Desinfeksi dengan kapas alcohol

Page 5: Pemicu 2 Blok 9

g. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas vena yang akan diambil

darahnya

h. Lakukan pengambilan darah dengan cara menusukkan vena dengan jarum spuit

menghadap ke atas dengan sudut 300-400 terhadap kuli, kemudian lepas karet

pembendung dan lakukan pengambilan darah

i. Setelah darah diambil, masukkan ke dalam botol penampung yang telah diberi

antikoagulan sesuai dengan jenis pemeriksaan dan tekan daerah penusukan selama 2-5

menit

j. Catat tanggal pengambilan

k. Buka darung tangan

l. Cuci Tangan

Nilai lab normal pada anak dan dewasa menurut American Academy of Pediatrics5:

Darah Rutin / Darah Lengkap

Usia Hb

(g/dL)

Ht

(%)

Eritrosit

(mill/mm3)

RDW MCV

(fL)

MCH

(pg)

MCHC

(%)

Trombosit (x

103/mm3)

0-3 hari 15.0-

20.0

45-

61

4.0-5.9 <18 95-

115

31-37 29-37 250-450

1-2

minggu

12.5-

18.5

39-

57

3.6-5.5 <17 86-

110

28-36 28-38 250-450

1-6 bulan 10.0-

13.0

29-

42

3.1-4.3 <16.5 74-96 25-35 30-36 300-700

7 bulan –

2 tahun

10.5-

13.0

33-

38

3.7-4.9 <16 70-84 23-30 31-37 250-600

2-5 tahun 11.5-

13.0

34-

39

3.9-5.0 <15 75-87 24-30 31-37 250-550

5-8 tahun 11.5-

14.5

35-

42

4.0-4.9 <15 77-95 25-33 31-37 250-550

13-18

tahun

12.0-

15.2

36-

47

4.5-5.1 <14.5 78-96 25-35 31-37 150-450

Laki-laki 13.5- 41- 4.5-5.5 <14.5 80- 26-34 31-37 150-450

Page 6: Pemicu 2 Blok 9

dewasa 16.5 50 100

Wanita

dewasa

12.0-

15.0

36-

44

4.0-4.9 <14.5 80-

100

26-34 31-37 150-450

Sel Darah Putih dan Hitung Jenis

Usia Leukosit 

(x 103/mm3)

Seg Bat Limf Mono Eos Bas

0-3 hari 9.0-35.0 32-62 10-18 19-29 5-7 0-2 0-1

1-2 minggu 5.0-20.0 14-34 6-14 36-45 6-10 0-2 0-1

1-6 bulan 6.0-17.5 13-33 4-12 41-71 4-7 0-3 0-1

7 bulan – 2 tahun 6.0-17.0 15-35 5-11 45-76 3-6 0-3 0-1

2-5 tahun 5.5-15.5 23-45 5-11 35-65 3-6 0-3 0-1

5-8 tahun 5.0-14.5 32-54 5-11 28-48 3-6 0-3 0-1

13-18 tahun 4.5-13.0 34-64 5-11 25-45 3-6 0-3 0-1

Dewasa 4.5-11.0 35-66 5-11 24-44 3-6 0-3 0-1

Seg = neutrofil segmen

Bat = neutrofil batang

Limf = limfosit

Mono = monosit

Eos = eosinofil

Bas = basofil

Laju Endap Darah (LED) and Hitung Retikulosit

Laju endap darah, Westergren Anak 0-20 mm/jam

Pria dewasa 0-15 mm/jam

Wanita dewasa 0-20 mm/jam

Sedimentation rate, Wintrobe Anak 0-13 mm/jam

Pria dewasa 0-10 mm/jam

Wanita dewasa 0-15 mm/jam

Hitung Retikulosit Newborns (<28 hari) 2%-6%

Page 7: Pemicu 2 Blok 9

1-6 bulan 0%-2.8%

Dewasa 0.5%-1,5%

Interpretasi5:

Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit

Leukosit atau sel darah putih adalah komponen sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan

tubuh untuk melawan berbagai infeksi. Apabila jumlah leukosit melebihi nilai normal disebut

leukositosis. Leukositosis dapat disebabkan infeksi, inflamasi, keganasan dan lain-lain.

Sedangkan apabila jumlah leukosit lebih rendah dari nilai normal disebut leukopenia.

Leukopenia juga dapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, dan keganasan.

Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Di dalam sel

darah merah terdapat protein yang berfungsi mengikat oksigen, yaitu haemoglobin. Apabila

jumlah eritrosit di bawah nilai normal ada kemungkinan terdapat anemia. Apabila eritrosit lebih

dari normal, ada kemungkinan polisitemia. Namun untuk menentukan anemia atau polisitemia

perlu melihat nilai hemoglobin.

Hemoglobin (Haemoglobin)

Hemoglobin atau sering kita kenal Hb adalah protein di dalam sel darah merah yang berfungsi

mengikat oksigen. Bila hemoglobin lebih rendah dari nilai normal maka disebut anemia. Apabila

nilai hemoglobin lebih tinggi dari nilai normal maka disebut polisitemia.

Banyak kondisi yang dapat menyebabkan anemia di antaranya kekurangan/defisiensi zat besi,

defisiensi asam folat, talasemia, infeksi kronik, keganasan dan lain-lain

Hematokrit

Hematokrit adalah perbandingan volume sel darah merah terhadap volume darah secara

keseluruhan. Nilai hematokrit biasanya dikaitkan dengan ada tidaknya perembesan plasma pada

kasus demam berdarah dengue. Pada kasus demam berdarah dengue (DBD), apabila terdapat

peningkatan hematokrit berarti terdapat rembesan plasma ke luar pembuluh darah.

Trombosit

Page 8: Pemicu 2 Blok 9

Trombosit adalah sel darah yang berperan pada proses pembekuan atau menghentikan

perdarahan. Trombositopenia adalah jumlah trombosit lebih rendah dari nilai normal.

Trombositopenia dapat disebabkan infeksi virus (termasuk demam dengue atau demam berdarah

dengue), keganasan, ITP, perdarahan, dan lain-lain. Sedangkan trombositosis adalah peningkatan

jumlah trombosit melebihi nilai normal. Trombositosis dapat disebabkan infeksi, keganasan,

reaksi dari kerusakan jaringan, dan lain-lain.

Laju Endap Darah

Laju endap darah adalah kecepatan sel darah merah (eritrosit) mengendap dalam satuan mm/jam.

Laju endap darah yang tinggi biasanya dikaitkan dengan adanya infeksi akut, infeksi kronik dan

inflamasi.Interpretasi hasil pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter dan menyesuaikan

korelasinya dengan kondisi klinis pasien.

TINGKAT SISTEM TNM6

TNM rongga mulut menurut UICC 2002:

T(Tumor Primer):

To : Tidak ditentukan

Tis : Carsinoma in situ

T1 : tumor < 2 cm

T2 : tumor 2-4 cm

T3 : tumor >4

T4 : tumor menginvasi jaringan sekitarnya

N (Kelenjar Limfe Regional/ Nodus) :

N0 : Tidak terasa pembesaran kelenjar

N1 : single ipsilateral node ≤ 3 cm

N2A : single ipsilateral node 3-6 cm

N2B : multiple ipsilateral nodes ≤ 6 cm

N2C : kontralateral atau bilateral nodes ≤ 6cm

N3 : node > 6 cm

M(Metastasis) :

Page 9: Pemicu 2 Blok 9

M0 : Tidak ada metastase

M1 : Terdapat metastase jauh

Mx : Metastase tidak dapat ditentukan

STADIUM

STADIUM TNM System

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T3 N0 M0

T1 N1 M0

T3 N1 M0

IVA T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IVB T1-4 N3 M0

IVC T1-4 N1-3 M1

Pada kasus tersebut termasuk dalam stadium III, karena berdasarkan lesi yang berdiameter 1,5

cm termasuk dalam T1 , terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening yang berdiameter 3 cm

termasuk dalam N1, dan tidak terjadinya metastase jauh itu termasuk dalam M0.

GAMBARAN MIKROSKOPIS KARSINOMA SEL SKUAMOUS7&8

Berdasarkan derajat diferensiasinya karsinoma sel skuamosa rongga mulut dibagi atas

diferensiasi baik, sedang dan jelek.

Diferensiasi baik :

Gambaran karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi baik adalah adanya sel

keratinisasi, pertumbuhan sejumlah sel epitel atau gambaran keratin seperti mutiara dengan besar

yang bervariasi. Pertumbuhannya lambat dan tidak mengalami metastase yang cepat, sehingga

memiliki prognosa yang baik. Pada lesi tipikal kelompok sel meligna ini dapat dijumpai secara

aktif menginvasi jaringan konektif dengan bentuk yang tidak teratur.

Diferensiasi Sedang :

Page 10: Pemicu 2 Blok 9

Karsinoma sel skuamosa rongga mulut yang mengalami diferensiasi sedang memiliki

gambaran tertentu sehingga epithelium skuamosa juga kurang jelas. Bentuk karakteristik dari sel

ini berubah dari satu dan yang lainnya , tersusun secara tipikal. Laju pertumbuhan sel individu

lebih cepat an hal ini ditunjukkan dengan mitosis yang lebih besar dan bahkan lebih bervariasi

dalam ukuran bentuk dan kegagalan untuk melakukan fungsi sel skuamosa yang berdiferensiasi

terbentuknya karatin.

Diferensiasi jelek :

Karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi jelek menghasilkan sedikit petunjuk sel-sel

asal dengan sering menimbulkan kesulitan dalam mendiagnosa karena gambaran histology

malignan yang primitive tidak meniliki karakteristik, yang dengan cepat membagi sel-sel . Sel-

sel ini bahkan menunjukkan kurangnya daya kohesif yang sangat tidak teratur, adanya anaplasia,

pembentukan, pembentukan tumor sel giant dan sejumlah mitosis serta tidak ada pembentukan

keratin.

LESI-LESI JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT7&8

Lesi Primer

1. Makula

Bercak pada kulit/mukosa, berbatas jelas, bentuk dan ukuran bervariasi, datar (tak ada

peninggian) hanya berupa perubahan warna. Warna : Merah, coklat keputihan, merah kebiruan,

biru kecoklatan. Contoh penyakit : Hyperemia, petechiae, purpura, ecchymoses

2. Papula

Adalah bercak putih pada kulit/mukosa, berbatas jelas, dan ada peninggian. Ukuran: dari titik

sampai < 1 cm. Warna bervariasi: kemerahan, kekuningan, abu2 keputihan. Contoh: Lichen

planus (pada mukosa) dan Fordyce’s spot.

3. Plak

Suatu bentuk variasi dari papula; diameter > 1 cm; warna : putih keabuan dan mengadakan

perluasan ke tepi; timbul bentuk yang melandai. Permukaan halus, menonjol atau bentuk fisura.

Contoh: Leukoplakia

4. Nodula

Page 11: Pemicu 2 Blok 9

Pemadatan massa jaringan yang berbatas jelas dan berisi jaringan ikat dilapisi epitel dan Dapat

terjadi karena iritasi kronis. Dasar nodula: Melibatkan submukosa dan daerah dibawah

epidermis. Contoh: Iritasi fibroma

5. Vesikula

Peninggian pada kulit atau mukosa yang berisi bahan cair (serum, plasma, darah)dan berbentuk

vesikula karena infeksi virus. Ukuran: dari titik 1 sampai 5 mm; jumlah: bisa tunggal atau

banyak. Contoh: Herpes.

6. Bula

Adalah bentukan seperti vesikula tetapi diameternya > 5 mm. Bila pecah dapat menjadi

ulser/ulkus yang sembuh dengan jaringan parut. Contoh: pemphigus vulgaris.

7. Pustula

Adalah bentukan yang sama seperti vesikula/bula tetapi berisi nanah /pus. Contoh: penyakit

impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul kecil.

8. Keratosis

Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum korneum). Warna: putih

sampai keabuan. Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.

9. Wheals

Adalah bentukan yang sama seperti papula, diameter lebih kecil, cepat sembuh dan berisi serum.

Contoh: bintil karena gigitan serangga

10. Tumor

Suatu neoplasma yang pertumbuhan jaringan bebas, baru, pembelahan sel yang progresif dan

tidak terkontrol, tidak punya kegunaan fisiologis. Istilah yang dipakai pada massa padat dari

jaringan, diameter > 1 cm dan dapat berwarna apapun. Lokasi: pada jaringan lunak RM

manapun. Klinis: Lesi bulat menimbul dan tumor menetap bertangkai/ulseri ditengahnya.

11. Gelegata

Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema dermis dan dilatasi

kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.

Lesi Sekunder

Yaitu merupakan lesi yang muncul setelah lesi primer muncul pada jaringan lunak rongga

mulut. Ada beberapa macam lesi sekunder, antara lain :

1. Erosi

Page 12: Pemicu 2 Blok 9

Dapat sembuh tanpa jaringan parut. Contoh: Lichen Planus tipe erosi

2. Ulseri

Rasa nyeri bertambah dan bila ditekan menimbulkan perdarahan karena kerusakan sampai

lamina propia. Contoh: ulkus traumatikus; stomatitis aftosa rekuren.

3. Fisura

Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis. Dapat

terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi kronik.

4. Sikatriks

Adalah bentukan jaringan baru yang berlebihan pada penyembuhan luka. Contoh: Keloid

5. Deskuamasi

Adalah pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum). Ini bisa fisiologis → pengelupasan epitel

sehingga kulit mengalami regenerasi

6. Pseudomembran

Adalah membran palsu. Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut.

7. Eschars

Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar.

8. Krusta

Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit. Masing-masing dapat

dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning kehitaman (krusta

nanah), berwarna madu (krusta serum). Contoh: Eritema Multiformis

9. Sinus

Adalah suatu saluran atau fistula yang memanjang dari rongga supuratif, kista atau abses ke

permukaan epidermis. Contoh: Aktinomikosis.

Lesi - Lesi lainya

Jenis lesi-lesi lainnya pada jaringan lunak rongga mulut yaitu : lesi putih, lesi merah dan lesi

berpigmen.

1. Lesi Merah Rongga Mulut

Merupakan lesi yg paling sering terjadi. Penyebab lesi merah rongga mulut: Inflamasi pada

mukosa, erosi, atrofi, purpura, vaskuler, neoplasma.

2. Lesi- Lesi Putih

Page 13: Pemicu 2 Blok 9

Penyebab utama dari lesi putih rongga mulut adalah leukodema. Penyebab lokal antara lain

keturunan (misalnya nevus spon putih), leukoplakia, neoplasama, infeksi, dan penyakit

mukokutan.

3. Lesi Mukus Berpigmen

Merupakan perubahan warna mukosa rongga mulut, dimana daerah antara warna coklat ke warna

hitam. Jenis: intrinsik dan ekstrinsik. Penyebab dari pigmentasi rongga mulut terdiri dari :

pigmentasi ras, inflamasi kronis, tatto amalgam, tatto grafit, dan obat-obatan.

ETIOLOGI LUKA RONGGA MULUT7

Etiologi yang dapat menyebabkan luka pada rongga mulut adalah

A. Faktor lokal

Biasanya merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain:

1. Trauma

a. Trauma dapat berupa gigitan tepi atau akar gigi yang tajam.

b. Iritasi dari gigi yang malposisi.

c. Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi.

d. Adanya kebiasaan jelek, antara lain kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan

mulut, pipi, maupun lidah.

2. Kemikal atau termal

Pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan

perubahan keganasan.

B. Faktor kaustik

1. Tembakau

Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas

yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di

dalam tembakau yang ikut terkunyah.

2. Alkohol

Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang memudahkan

terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa.

3. Bakterial

Page 14: Pemicu 2 Blok 9

Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai

higiene mulut yang jelek.

c. Faktor sistemik

1. Umur

Luka pada orang tua lebih sulit sembuh,ada hubungannya dengan penyakit degeneratif.

2. Hormonal

Contoh: Penyakit DM

3. Nutrisi.

Protein,Vitamin C penting untuk pembentukan fibroblast dan kolagen

PROSES PENYEMBUHAN LUKA (WHOUD HEALING)9

- Fase Inflamasi

Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi pendarahan, tubuh akan berusaha

menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi)

dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan

prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi

pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit.

Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara

kemotaksis. Sel Mast mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas

kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul tanda-tanda radang.

Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman. Pertautan

pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase

tertinggal (lag phase).

- Fase Proliferasi atau Fibroplasi

Berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini terjadi

proliferasi dari fibroblast yang menghasilkan mukopolisakarida, asamaminoglisin dan prolin

yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi. Pembentukan

jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses

pendewasaan penyembuhan luka, pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.

- Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan

Page 15: Pemicu 2 Blok 9

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan

yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan

yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang sudah hilang.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Faktor intrinsik:

- Koagulasi; Adanya kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat penyembuhan

luka.

- Gangguan sistem Imun (infeksi,virus); Gangguan sistem imun akan menghambat dan

mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi.

- Penyakit Kronis; Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga mempengaruhi sistem imun.

Faktor ekstrinsik:

- Obat-obatan; Pemberian sitostatika, obat penekan reaksi imun,kortikosteroid dan sitotoksik

mempengaruhi penyembuhan luka denganmenekan pembelahan fibroblast dan sintesis kolagen.

- Teknik Penjahitan; Tehnik penjahitan luka yang tidak dilakukan lapisan demi lapisan akan

mengganggu penyembuhan luka.

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS TUMOR JINAK DAN GANAS10

Tumor Jinak Gamabaran Histopatologis Tumor Ganas

Relatif normalKarakteristik sel secara histology

Tampak perubahan yang jelas

Mitosis sedikit Aktivitas mitosis Aktivitas Mitosis cepatRelative lambat Tingkat pertumbuhan Cepat dan meluasExpansif Sifat pertumbuhan InvasiveBerkapsul Pembatas Berbentuk, berkapsulTidak bermetastasis Metastasis BermetastasisRelatif sedikit Vaskularisasi Meningkat Tidak mengalami nekrosis Nekrosis Sebagian besar mengalami

nekrosis

Page 16: Pemicu 2 Blok 9

BAB III

PENUTUP

Exfoloative Sitology adalah metode pengambilan spesimen berupa sel-sel epitel yang terlepas

secara fisiologi dari suatu luka.Tujuan exfoliative sitology yaitu screening(deteksi dini kanker

rongga mulut), menurunkan insidensi terjadinya kanker, menurunkan mortality terhadap

penderita kanker, dan memudahkan pengobatannya. Metode pengambilan spesimen Exfoliative

Sitology pada rongga mulut, antara lain Imprint, Kapas lidi, Cytobrush, Smear/ Spatel dan

kumur-kumur.

FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah teknik pengambilan spesimen berupa sejumlah

sel dari ekstrak tumor atau nodul dengan menggunakan jarum atau tabung suntik. FNAB

biasanya dilakukan pada lesi kelenjar liur atau semua lesi yang diperkirakan berisi cairan. Teknik

ini lebih diminati oleh pasien karena prosedurnya yang sederhana, tidak sakit, lebih murah, dan

hasil pemeriksaan yang cepat.

Dalam menegakkan diagnosis suatu karsinoma diperlukan pemeriksaan laboratorium yaitu

pemeriksaan darah lengkap untuk menemukan sel tumor pada peredaran darah. Dalam penentuan

derajat atau stadium cancer digunakan metode TNM (T=Tumor primer, N=Nodul,

M=Metastase).

Karsinoma sel skuamous ditandai dengan proliferasi sel-sel epitel skuamosa, pembentukan

keratin yang abnormal, susunan sel yang tidak teratur dan terbentuknya tumor nest yang

berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya. Luka pada rongga mulut dapat disebabkan oleh faktor lokal

dan sistemik. Faktor lokal berupa trauma ataupun kebiasaan merokok, menyirih dan meminum

alkohol.

Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu, fase inflamasi, proliferasi dan remodelling.

Proses ini dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Tumor jinak memiliki ciri-ciri

pertumbuhan yang lambat, aktivitas mitosis yang lambat, tidak memiliki kemampuan

bermetastasis, memiliki kapsul sebagai pembatas dan bersifat ekspansif. Berbeda dengan tumor

ganas yang memiliki ciri-ciri pertumbuhan yang cepat, aktivitas mitosis yang tinggi, mampu

bermetastasis, tidak memiliki kapsul dan bersifat infiltratif.

Page 17: Pemicu 2 Blok 9

DAFTAR PUSTAKA

1. Nn

2.

3. Sudiono J. Pemeriksaan patologis untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.Jakarta:

EGC;57-58

4. Hidayat A. Ed. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC, 2007: 37-40.

5. http://www.pediatriccareonline.org/pco/ub/view/Pediatric-Drug-Lookup/ 153930/0 /normal_ laboratory_values_for_children

6. Miloro M, ghali GE, Larsen PE, Waite PD. Peterson’s principles of Oral and Maxilofacial Surgery. Eds,2nd.2004, London: Hamilton; 623-624

7. http://ayu-dani91.blogspot.com/2011/06/lesi-lesi-jaringan-lunak-rongga-mulut.html8. http://drganjoz.blogspot.com/2011/02/blok-10-lbm-1.html9. perawatpskiatri.com/2009/03/proses-penyembuhan-luka.html

10. Wim de jong. Kanker, apakah itu? Pengobatan,Harapan Hidup,dan Dukungan Keluarga.2004, Jakarta: Arcan;1-9.

Page 18: Pemicu 2 Blok 9

LAPORAN PEMICU III

“LUKA DI PIPI”

DISUSUN OLEH :

GRUP C

KELAS B

??????????

Yohanna M. Hutabarat (110600120)

Elsi Silalahi (110600122)

Ivan (110600123)

Maya Indah Triastuti (110600124)

Patria Fajar Wibowo (110600125)

Garry B. Gunawan (110600126)

Hendry D. P. (110600127)

Anusyiah Melanie (110600128)

Angeline James (110600129)

Nurul Sukma Mustafa (110600130)

Michiko (110600131)

Zilda Fania (110600132)

Grace A. Siahaan (110600133

Page 19: Pemicu 2 Blok 9

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA