Pemicu 1 Blok 16

7
1. Langkah-langkah diagnosis gigi 11, 14, 23, 24, dan 37 a. Anamnesa: i. Keluhan utama, riwayat medis, riwayat dental, social ekonomi. b. Pemeriksaan subjektif dan objektif i. Objektif sondesi / tes vitalitas 1. 11 karies profunda, sudah pernah ditambal tapi patah, tes vitalitas (-) 2. 14 karies profunda, vitalitas (-) 3. 23 karies profunda, vitalitas (+) 4. 24 tambalan amalgam rusak, vitalitas (+) 5. 37 tambalan amalgam rusak, vitalitas (-) 2. Diagnosa a. 11 nekrosis Pulpa. Laminadura hilang, ada lesi periapeks kemungkinan condensifying osteitis atau osteosklerosis periapeks, biasa karena penyakit sistemik b. 14 dan 37 nekrosis pulpa c. 23 dan 24 pulpitis irreversible kronis sudah pernah ditambal tapi gagal d. Rencana restorasi akhir i. 11 post core crown ii. 14 setelah endo fullcrown, rujuk ke prosto cek oklusi adjustment prosto: fix atau removable iii. 23 pulpek vital : full crown. Pilihan lain: dibuilt up dengan reborn post untuk feinforce gigi iv. 24 full crown v. 37 full crown 3. Seleksi kasus a. Kebutuhan utama pasien estetis b. Tmj perlu konsul ke prosto c. Keluhan berat edentulous 4. Pertimbangan dalam merencanakan perawatan saluran akar: a. Kemampuan operator b. Ketersediaan alat c. Kooperatif pasien d. Ekonomi pasien Pulpotomi pada usia >30 tahun pertimbangan proses healing pasien terkait dentinogenesis yang membentuk dentin tersier Kecuali: kasus darurat, kita lakukan pulpotomi Usia 45 tahun pertimbangan keadaan vaskuler, nervus, keadaan sel endotel osteoblas. Restorasi akhir tidak bisa langsung dipasang rujuk dulu ke prosto untuk masalah oklusi dan tmj.

Transcript of Pemicu 1 Blok 16

1. Langkah-langkah diagnosis gigi 11, 14, 23, 24, dan 37a. Anamnesa:

i. Keluhan utama, riwayat medis, riwayat dental, social ekonomi.b. Pemeriksaan subjektif dan objektif

i. Objektif sondesi / tes vitalitas1. 11 karies profunda, sudah pernah ditambal tapi patah, tes vitalitas (-)2. 14 karies profunda, vitalitas (-)3. 23 karies profunda, vitalitas (+)4. 24 tambalan amalgam rusak, vitalitas (+)5. 37 tambalan amalgam rusak, vitalitas (-)

2. Diagnosaa. 11 nekrosis Pulpa. Laminadura hilang, ada lesi periapeks kemungkinan condensifying osteitis

atau osteosklerosis periapeks, biasa karena penyakit sistemikb. 14 dan 37 nekrosis pulpac. 23 dan 24 pulpitis irreversible kronis sudah pernah ditambal tapi gagald. Rencana restorasi akhir

i. 11 post core crownii. 14 setelah endo fullcrown, rujuk ke prosto cek oklusi adjustment prosto: fix

atau removableiii. 23 pulpek vital : full crown. Pilihan lain: dibuilt up dengan reborn post untuk feinforce

gigiiv. 24 full crownv. 37 full crown

3. Seleksi kasus a. Kebutuhan utama pasien estetisb. Tmj perlu konsul ke prostoc. Keluhan berat edentulous

4. Pertimbangan dalam merencanakan perawatan saluran akar:a. Kemampuan operatorb. Ketersediaan alatc. Kooperatif pasiend. Ekonomi pasien

Pulpotomi pada usia >30 tahun pertimbangan proses healing pasien terkait dentinogenesis yang membentuk dentin tersierKecuali: kasus darurat, kita lakukan pulpotomiUsia 45 tahun pertimbangan keadaan vaskuler, nervus, keadaan sel endotel osteoblas.Restorasi akhir tidak bisa langsung dipasang rujuk dulu ke prosto untuk masalah oklusi dan tmj.

5. Perawatan saluran akar:a. 11 dan 14 pulpektomi vitalb. 23 dan 24 pulpektomi vitalc. 37 pulpektomi nonvital

6. Teknik preparasi saluran akar step back7. Bahan dressing saluran akar

a. Vital chkm, cresophere memfiksasi jaringan diapeksb. Nonvital ca(oh)2 membentuk osteogenesis

Contoh: dressing, periodontitis cresophere, pulpotomi darurat: ledermix

Bahan sealer nonvital: sealer mengandung ca(oh)2. Vital: berbasis ZOE. Ex: endometason.

8. Teknik obturasi kondensasi lateral dan vertical9. Mekanisme kelainan jaringan pulpa dan periapeks:

Pulpa terbuka karena karies/tambalan yang tidak baik pulpa terinfeksi oleh bakteri pelepasan mediator inflamasi: histamine, bradikini, prostlagandin permeabilitas vascular meningkat sel lebih mudah bergerak di dalam pulpa bakteri yang tidak terkontrol di dalam saluran akar menyebabkan vasokonstirksi volume darah meningkat terlepas vasoactive amine yang memberi respon inflamasi pada jaringan periapeks dan melebarkan pembuluh darah terbentuk lesi periapeks.

10. Mekanisme rasa sakit pada rahang:

Karena banyaknya edentulous terjadi gangguan oklusi tidak diganti dengan protesa gigi yang masih ada berubah posisinya (elongasi, drifting dan tilting ke daerah edentulous) keparahan bergantung berapa lama gigi tersebut sudah hilang gangguan oklusi menyebabkan gerakan sendi rahang tidak sinergis timbul benturan-benturan sendirahang cek dengan palpasi suara krek/krepitasi.

Perawatan

- tidak bisa langsung buat protesa, cek dulu oklusinya lakukan oklusal adjustment (penyesuaian oklusi)

- oklusi pas buat protes: removable (bisa dilepas) atau fix (cekat, disementasi ke gigi pasien).

Jika protesa dulu yang dibuat oklusi memperburuk keadaan rahang tambah parah. Karena protesa akan mengikuti oklusi gigi yang tidak benar.

11. Prognosis gigi: baik

D e f i n i s i S c l e r o s i n g o s t e o m i e l i t i s k r o n i s m e r u p a k a n l e s i y a n g d i c i r i k a n d e n g a n pertumbuhan tulang secara periodik. Tulang tersebut tumbuh dikarenakan adanya infeksim e n e n g a h d a r i p u l p a . A r e a l o k a l y a n g t e r k e n a p a d a t u l a n g r a h a n g y a n g m e n g a l a m i sclerosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma ataupun infeksi, hal inidisebut sclerosing osteitis. Apabila hal tersebut langsung disebabkan oleh infeksi dan bukan akibat faktor lain maka disebut condensing osteitis. Condensing osteitis adalahdaerah tulang yang mengalami sklerosis di bawah gigi yang menunjukkan tanda adanya pembengkakan. Daerah yang paling sering terkena adalah dekat premolar dan molar.Condensing osteitis disebabkan oleh iritasi kronis pulpa pada saluran akar. Pulpa yangmengalami pembengkakan akibat periodontitis atau mikroorganisme dengan tingkatv i r u l e n s i r e n d a h a k i b a t s i s a d a r i p u l p a y a n g m e n g a l a m i n e k r o s i s s e t e l a h p e r a w a t a n endodontik yang tidak layak juga dapat menyebabkan adanya respon tulang.Condensing osteitis lebih sering terjadi pada mandibula. Perbedaan rasio letak t e r j a d i n y a c o n d e n s i n g o s t e i t i s d i s e b a b k a n o l e h s u p l a i d a r a h d a n a n a t o m i t u l a n g . Condensing osteitis paling sering terjadi pada molar pertama rahang bawah, diikuti olehm o l a r k e d u a r a h a n g b a w a h . I n i m e n j e l a s k a n p r e v a l e n s i y a n g t i n g g i d a r i k a r i e s d a n tumpatan pada molar bawah dengan kemungkinan besar dampak perkembangan pulpitisdan nekrosis pulpa.Ukuran dari condensing osteitis berkisar antara 1 mm hingga 22 mm dengan rata-r a t a l e b a r d a n t i n g g i 5 m m . B e n t u k n y a b e r v a r i a s i m u l a i d a r i b u l a t ( 3 2 % ) d a n t i d a k teratur ( 64% ) dan berbentuk U dalam 4% kasus.Ini akan menjadi catatan bahwa condensing osteitis paling banyak berkembangdisekitar gigi dengan karies yang dalam tanpa perawatan, tumpatan yang dalam,

atau p u l p a y a n g t i d a k t e r a w a t . B e b e r a p a k a s u s m e n g a c u p a d a p u l p i t i s k r o n i s y a n g m a n a berakibat pada osteogenesis reaktif pada daerah periapikal. Gigi dengan kasus tersebut biasanya diserahkan pada perawatan prostetik. Tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi condensing osteitis. Pengontoran secara berkala sangat penting dilakukandalam diagnosis condensing osteitis

Proyeksi Inferosuperior Transfacial 

a. Persiapan alat dan bahan : 

1. Film dan kaset 18 x 24 cm 

2. Pesawat sinar X 

3. Marker 

4. Alat fiksasi 

5. Shielding 

b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 

c. Posisi pasien : 

1. Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone. 

2. Apabila pasien berdiri, pasien dapat lebih nyaman dengan posisi PA oblique. 

d. Posisi object : 

1. Atur kepala pasien agar true lateral. Letakkan sisi yang diperiksa menempel pada kaset. 

2. Akan terjadi sedikit tilt, jadi interpupilary line membentuk sudut 10º-15 º dari posisi tegak lurus. 

3. Kepala juga akan mengalami putaran dari posisi lateral, jadi MSP membentuk sudut 15 º terhadap bidang kaset. 

4. Hal ini mencegah superposisi daerah yang akan difoto dengan vertebra cervicalis. 

5. Ekspose yang pertama dilakukan dengan mulut tertutup. Kemudian ganti kaset dan lakukan eksposi kedua dengan

mulut terbuka. 

6. Tahan napas saat diekspos. 

e. CR : Arahkan sinar ke chepalad dengan sudut 30º 

f. CP : Pada pertengahan kaset. Maksudnya sinar yang diarahkan ke inferior mandibula yang jauh dari film dan melalui atau

menuju TMJ yang menempel pada kaset. 

g. FFD : 100 cm 

h. Kriteria gambar : 

1. Tampak gambaran lateral oblique dari TMJ pada posisi open mouth dan closed mouth. 

2. Mandibula pada sisi yang tidak menepel pada kaset tidak mengalami overlapping dengan daerah TMJ.

3. TMJ bebas dari superposisi dengan vertebra cervicalis. 

4. Pada pemeriksaan closed mouth, condyle akan terletak pada mandibular fossa 

5. Pada pemeriksaan open mouth, condyle akan terletak pada articular tubercle apabila pasien membuka mulutnya

dengan lebar.

i. Hasil Foto Inferosuperior Transfacial

PostedLateral transkranial atau Up –degrave, memperlihatkan aspek lateral dari glenoid fossa, artikulare eminence, ruang sendi, dan kepala kondil.2. Towne dan Reverse Towne, memperlihatkan dari arah lateral glenoid fossa, artikulare eminence, ruang sendi, kepala sendi, leher sendi ramus dan sekitarnya.3. Panoramik: memperlihatkan dari arah lateral glenoid fossa, artikulare eminence, ruang sendi, kepala sendi, leher sendi ramus, dan sekitarnya.