Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

16
1 PEMERINTAHAN VICHY, GERAKAN RÉSISTANCE DAN PEMBEBASAN PARIS OLEH ANDHIKA RAHMAN, 1106062960 ANNISA PUSPA, 1106062872 HANA MAULIDA, 1106063023 MAKALAH AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENGANTAR SEJARAH PRANCIS FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2011

Transcript of Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

Page 1: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

1

PEMERINTAHAN VICHY, GERAKAN RÉSISTANCE DAN

PEMBEBASAN PARIS

OLEH

ANDHIKA RAHMAN, 1106062960

ANNISA PUSPA, 1106062872

HANA MAULIDA, 1106063023

MAKALAH AKHIR

UNTUK MATA KULIAH PENGANTAR SEJARAH PRANCIS

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2011

Page 2: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

2

Abstrak

Makalah ini secara garis besar membahas tentang keadaan Prancis pada saat

pemerintahan Vichy yang terjadi pada tahun 1940 sampai 1944. Pemerintahan ini dipimpin

oleh marsekal Pétain dengan seorang suksesor ternama pada masa ini yaitu Pierre Laval.

Pemerintahan darurat yang dijalankan bersama pemerintahan Jerman ini tidak sepenuhnya

didukung rakyat Prancis. Dibawah pimpinan Jendral Charles De Gaulle, rakyat yang tidak

mendukung pemerintahan ini melakukan sebuah gerakan yang dinamakan gerakan résistance.

Gerakan résistance ini dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Semakin lama

pemerintahan Vichy semakin kehilangan pendukungnya. Gagasan Jendral De Gaulle untuk

melepaskan Prancis dari cengkraman Jerman dilakukan dengan membebaskan Paris.

Peristiwa pembebasan Paris ini memiliki makna besar bagi Prancis, diantaranya melepaskan

Prancis dari cengkraman Jerman, Prancis keluar sebagai pemenang dalam perang dunia II,

dan berakhirnya pemerintahan Vichy.

Page 3: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

3

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya,

penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah pengantar sejarah Prancis yang berjudul

“Pemerintahan Vichy dan Pembebasan Paris”.

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

mahasiswa peserta mata kuliah pengantar sejarah Prancis mengenai pemerintahan Vichy,

gerakan résistance, dan proses pembebasan Paris. Pemerintahan Vichy adalah suatu

pemerintahan yang dijalankan bersama dengan pemerintahan Jerman yang berlangsung pada

tahun 1940 sampai tahun 1944. Peristiwa penting yang menjadi titik balik dari kondisi

Prancis yang menjalankan pemerintahan bersama Jerman di masa pemerintahan Vichy pun

berakhir dengan peristiwa pembebasan Paris. Hal ini membuat Prancis keluar sebagai

pemenang dalam perang dunia II. Disamping itu, makalah ini diselesaikan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah mitologi Yunani.

Dengan diselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Djoko Marihandono M.si, selaku dosen pengantar sejarah Prancis,

yang telah memberikan tugas ini sehingga membantu penyusun untuk lebih

mengetahui dan memahami tentang pemerintahan Vichy, gerakan résistance, dan

pembebasan Paris.

2. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Penyusun berharap dengan diselesaikannya tugas ini dapat membantu para pembaca

dalam memahami bagaimana kondisi Prancis pada masa pemerintahan Vichy, gerakan

résistance dan pembebasan Paris yang merupakan akhir dari pemerintahan Vichy dan

peristiwa yang menjadikan Prancis keluar sebagai pemenang perang dunia II.

Penyusun

25 Desember 2011

Page 4: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

4

Daftar Isi

Halaman Judul 1

Abstrak 2

Kata Pengantar 3

Daftar Isi 4

Bab I Pendahuluan 5

A. Latar Belakang 5

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penulisan 6

D. Metode Analisis 6

E. Sistematika Penulisan 6

Bab II Pembahasan 7

A. Pemerintahan Vichy 7

B. Gerakan Résistance 10

C. Pembebasan Paris 12

Bab III Kesimpulan 14

Daftar Pustaka 16

Page 5: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perang Dunia II yang terjadi pada tahun 1940 sampai tahun 1944 dialami

semua negara tanpa terkecuali Prancis. Jerman yang pada saat itu melakukan ekspansi

terhadap negara-negara Eropa tentu membuat perang terjadi diberbagai wilayah di

Eropa. Pemerintahan Prancis yang pada saat itu dipegang Daladier tidak mampu

berbuat banyak dalam menghadapi Jerman yang mengakibatkan berakhirnya

pemerintahan Daladier. Marsekal Pétain yang disukseskan oleh Pierre Laval berhasil

merebut pemerintahan. Pemerintahan itu dinamakan pemerintahan Vichy karena

berkedudukan di kota Vichy.

Pemerintahan yang berkolaborasi dengan Jerman ini tidak sepenuhnya

didukung rakyat Prancis ini mendapat tentangan yang dipimpin oleh Charles De

Gaulle. Penentangan ini lah yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Vichy dan

membebaskan Prancis dari genggaman Jerman. Bebasnya Prancis dari genggaman

Jerman ditandai dengan peristiwa pembebasan Paris. Hal ini merupakan awal yang

baik untuk mengembalikan Prancis kepada zaman ketentraman dan kesejahteraan.

Masa pemerintahan Vichy yang diwarnai dengan gerakan résistance dan

diakhiri dengan pembebasan Paris merupakan sejarah yang sangat penting bagi

bangsa Prancis. Dengan peristiwa ini membuktikan bahwa Prancis masih negara besar

yang mampu mengalahkan Jerman dan harga diri Prancis sebagai bangsa yang besar

masih tetap terjaga. Tidak hanya itu, pembebasan Paris memberikan banyak pengaruh

bagi Prancis maupun Jerman. Hal ini lah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi

penyusun untuk membuat makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini hanya akan membahas tentang pemerintahan Vichy, gerakan

résistance, dan peristiwa pembebasan Paris yang terjadi dalam kurun waktu empat

tahun yaitu dari tahun 1940 sampai dengan 1944.

Page 6: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

6

C. Tujuan penulisan

Makalah ini dibuat untuk membantu peserta mata kuliah pengantar sejarah

Prancis pada khususnya dan pembaca pada umumnya agar mengetahui dan

memahami kondisi Prancis pada zaman pemerintahan Vichy. Yang mana di dalamnya

terdapat peristiwa penting yaitu gerakan résistance dan pembebasan Paris. Peristiwa

ini merupakan titik balik dari keadaan Prancis sebelumnya. Disamping itu, makalah

ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pengantar sejarah Prancis.

D. Metode analisis

Kami menggunakan metode pustaka untuk menganalisis permasalah dalam

makalah ini.

E. Sistematika penulisan

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

metode analisis, dan sistematika penulisan.

Bab II Pembahasan

Pada bab ini, penyusun membahas hal yang telah dipaparkan dalam rumusan

masalah yang telah dikemukakan dalam Bab I Pendahuluan.

Bab III Kesimpulan

Bab ini berisi kesimpulan.

Page 7: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Vichy

Ketika Jerman melakukan penyerangan ke Polandia tanggal 1 september 1939

sampai ke Luxembourg, Prancis merasa terancam dan memutuskan gencatan senjata

dengan Jerman. Hal ini disebabkkan oleh prinsip Prancis yang tidak mau melakukan

perang, yang akhirnya mengakibatkan Prancis terpaksa menuruti segala keinginan

Jerman.

Atas keinginan Jerman, daerah pemerintahan Prancis dibagi menjadi dua,

yaitu Zone Occupée dan Zone libre. Zone Occupée adalah wilayah yang diduduki

Jerman yang berada di daerah utara Prancis, dan Zone Libre adalah wilayah yang

diduduki Prancis yang berada di bagian Selatan Prancis. Hal ini telah disepakati oleh

Prancis dan Jerman dalam perjanjian Versailles.

Page 8: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

8

Pemerintahan darurat segera dipindahkan dari Paris ke Bordeaux. Namun

dikarenakan status Bordeaux yang termasuk dalam daerah kekuasaan Jerman (Zone

Occupée), maka kemudian pemerintahan dipindahkan lagi ke Clerment-Ferrand.

Namun karena sarana komunikasi di Clerment-Ferrand yang kurang baik, akhirnya

pemerintahan dipindahkan untuk yang terakhir ke Vichy. Disinilah Maréchal Pétain

diangkat menjadi Chef de l’État (Presiden). Vichy pun menjadi ibukota sementara

selama pemerintahan ini.

Maréchal Pétain

KOLABORASI

Menghadapi kekalahan dan kemungkinan masa depan Eropa dikuasai Reich

III, pemerintahan Vichy menjalankan kolaborasi dengan Jerman, yang dipandang

sebagai situasi tak terelakkan dan dilakukan demi melindungi kepentingan Prancis.

Pierre Laval, tanpa mendukung kolaborasi ideologis yang diterapkan oleh para

kolaborator di Paris yang terpukau dengan nazisme, berpendapat bahwa kolaborasi

negara, jaminan masa depan Prancis di Eropa yang dikuasai Jerman, haruslah

dilakukan dengan “jujur”.

Pada tanggal 13 Desember 1940, Laval disingkirkan melalui kudeta

berhalauan nasionalis dan digantikan oleh mantan presiden Conseil, Pierre-Etienne

Page 9: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

9

Flandin. Namun tokoh terakhir ini, yang dicurigai bersimpati pada Inggris, harus

menyerahkan kedudukannya pada Laksamana Darlan, yang menjadi wakil ketua

Conseil dan Menteri Luar Negeri. Sebenarnya, pemerintahan Vichy kian lama kian

terpenjara oleh keadaan yang melingkupinya. Untuk keluar dari konflik tersebut,

pemerintah harus menanggung resiko konflik terbuka dengan Jerman. Padahal Petain,

yang yakin bahwa kehadirannya merupakan pelindung bagi rakyat Prancis daripada

administrasi langsung oleh Jerman, menolak pilihan itu.

Pierre Laval

REVOLUSI NASIONAL

Sehari setelah tanggal 10 Juli 1940, Pétain mengambil tugas sebagai kepala

negara serta mencabut jabatan presiden republik. Ia mendirikan pemerintahan yang

pada dasarnya antidemokrasi dan antiliberal. Undang-undang khusus ditetapkan dan

jaminan akan hak tak ada lagi. UU 22 juli 1940 memberikan keleluasaan untuk

meninjau kembali keputusan naturalisasi yang dilakukan sejak tahun 1927. UU 3

oktober 1940 menyingkirkan orang yahudi dari jabatan pegawai negeri dan kerja-

kerja di bidang pers dan industri. Revolusi Nasional ini sebenarnya bertentangan

dengan Revolusi Prancis. Pada rezim Vichy, terkenal sebuah moto yang dikeluarkan

oleh Pétain yaitu Travail, Famille, Patrie. Semakin lama popularitas rezim Vichy

semakin menurun. Untuk mengatasi hal ini, Pétain kembali memanggil Pierre Laval

pada 18 April 1942 yang sebelumnya telah ia pecat pada 13 Desember 1940.

Sebenarnya tidak semua orang mendukung pemerintahan Vichy. Jendral Charles De

Page 10: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

10

Gaulle adalah salah satunya. Hal ini dikarenakan ketidaksependapatan de Gaulle

dengan Marsekal Pétain tentang gencatan senjata di tahun 1940. Masuk perangnya

Uni Soviet 22 Juni 1941, dan AS pada 7 desember, menjadi konflik perang dunia

yang menjadikan alasan bagi de Gaulle untuk melaksanakan Résistance.

B. Gerakan Résistance

Résistance adalah gerakan pemberontakan yang terjadi pada masa perang dunia II

guna melawan pendudukan Jerman di Perancis dan rezim pemerintahan boneka Vichy

yang dikendalikan oleh Jerman. Sedangkan France Libre adalah tujuan dari Résistance itu

sendiri. Gerakan ini dipimpin oleh jendral Charles de Gaulle. Gerakan résistance ini

dibagi dua, yaitu Résistance d’Exterieur dan Résistance d’Intérieur.

Résistance d’Extérieur

De Gaulle merupakan ahli strategi perang kendaraan lapis baja sebelum tahun 1939,

berpangkat jenderal brigade sementara. Paul Reynaud mengangkatnya menjadi wakil

sekretaris negara urusan peperangan pada 6 Juni 1940. De Gaulle tiba di Inggris pada 17

Juni 1940. De Gaulle menggalang kekuatan untuk mendirikan dan menjalankan gerakan

résistance. Setelah diakui oleh Inggris sebagai “Pemimpin orang – orang Perancis

merdeka”, ia mula – mula hanya mampu menggalang kekuatan yang sangat terbatas.

Pada 3 Juli 1940, aksi pemboman Inggris terhadap armada angkatan laut Prancis di

Mers El-Kebir, untuk mencegahnya dikuasai Jerman, semakin mengisolasi kekuatan

Prancis merdeka, yang gagal dalam serangan atas Dakar pada bulan September.

Meskipun demikian, de Gaulle berhasil mendapatkan dukungan dari jajahan Afrika-

khatulistiwa Prancis, Kamerun, New Caledonie serta pulau-pulau Prancis di samudra

Pasifik. Dengan demikian, ia memiliki dukungan yang diperlukan demi menegaskan

kemandirian Prancis merdeka.

Résistance d’Intérieur

Charles de Gaulle mengutus Jean Moulin, seorang mantan préfet, untuk sedapat

mungkin menggalang persatuan di dalam negara Prancis itu sendiri. De Gaulle mengajak

masyarakat Prancis melalui radio di London untuk mendukung résistance dengan cara :

• Menggulingkan kereta

Page 11: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

11

• Menghancurkan jembatan

• Menyerang tentara Jerman dengan bergerilya

• Membajak informasi dan membuat koran rahasia

Perubahan Keadaan Tahun 1942

Pendaratan pasukan Anglo-Saxon di Afrika Utara pada 8 November 1942

merupakan tanggal menentukan. Pasukan Anglo-saxon sengaja mengesampingkan de

Gaulle untuk meraih dukungan tentara Vichy dan memberi kekuasaan pada Jenderal

Giraud, tokoh yang memerangi Jerman namun tetap mendukung semangat Revolusi

Nasional. Pada kenyataannya, Menteri Pertahanan Nasional rezim Vichy, Darlan,

berada di Algiers saat pendaratan berlangsung. Ia merunding dengan pasukan Anglo-

Saxon, mengangkat Giraud sebagai panglima pasukan dan mengambil tugas kepala

negara Prancis di afrika Utara.

Pétain telah menolak pergi ke Afrika Utara dan tak mau mengakui Darlan.

Pasukan Jerman memasuki wilayah bebas dan armada angkatan laut Prancis pun

menghancurkan diri di Toulon pada 27 November 1942, karena tidak sempat

mencapai Afrika Utara. Sikap Pétain ini meluluhkan dukungan kelompok opini yang

telah berharap agar ia kembali membawa Prancis ke medan peperangan.

Pemerintah Sementara Republik Prancis

De Gaulle merasa dikesampingkan dan menolak semangat Vichy di Afrika

Utara. Giraud yang pada saat itu naik menjadi pemimpin tertinggi militer maupun

sipil di Afrika Utara karena tewasnya Darlan pada malam natal 1942 dikritik oleh de

Gaulle karena tidak memulihkan UU republik dan ia mengusulkan agar dibentuk

pemerintahan pusat sementara.

Pada tanggal 3 Juni dibentuklah Komite Pembebasan Nasional Prancis

( CFLN : Comité Française de La Libération Nationale ), yang diketuai bersama –

sama oleh de Gaulle dan Giraud. Namun, Giraud dengan cepat kehilangan seluruh

kewenangan politiknya. CFLN kemudian berubah menjadi GPRF (Gouvernement

Provisoire de la République Française).

Sementara itu, pemerintahan Vichy lambat laun kehilangan pendukungnya.

Dalam keadaan terpojok, makin lama Laval terpaksa semakin menyerah pada desakan

Jerman aksi gerakan perlawanan semakin gencar. Di sejumlah wilayah pegunungan,

masyarakat membentuk kelompok-kelompok gerilya hutan yang juga menerima

Page 12: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

12

pemuda yang melarikan diri dari kewajiban kerja paksa (STO: Service du Travail

Obligatoire) di Jerman. Aksi penindasan, pemboman dari udara oleh kekuatan Sekutu,

kesulitan mendapat makanan yang semakin menjadi-jadi, inilah suasana menjelang

Libération (Pembebasan Paris).

C. Pembebasan Paris

Keadaan pemerintah yang sudah tidak berdaya lagi terhadap keadaan yang

sudah kian parah, membuat gerakan perlawanan (résistance) yang dipimpin De Gaulle

menemukan momentum yang tepat untuk benar-benar melepaskan Prancis dari

cengkraman Jerman. Momentum ini digunakan untuk membebaskan Paris. Paris

bukan hanya ibukota negara bagi rakyat Prancis tetapi juga pusat kebudayaan dan

lambang kebesaran bagi bangsa Prancis. Secara politis, pembebasan Paris adalah

sarana bagi FFL (Forces Française Libre) untuk menguasai seluruh wilayah Prancis.

Secara garis besar, proses pembebasan Paris dilakukan dengan tiga tahap.

Tahap yang pertama adalah penyerangan ke Normandie yang memungkinkan sekutu

mendirikan pangkalan untuk mengatur pembebasan seluruh wilayah Prancis oleh

pasukan darat Sekutu. Sekutu mendarat di Normandie pada tanggal 6 Juni 1944.

Gerakan résistance d’exterieur yang dilakukan de Gaulle berhasil mendapatkan

dukungan dari wilayah kolonialisasi Prancis dan yang paling penting adalah dari

Amerika Serikat dan Sekutu. Dengan dukungan ini, pasukan résistance yang dibantu

pasukan Sekutu dapat menjalankan langkah awal untuk membebaskan Paris.

Tahap yang kedua adalah penerobosan ke pedalaman Prancis yang merupakan

tahap penentu bagi Sekutu dalam upaya menghancurkan semua pertahanan Jerman di

wilayah pedalaman dan mendesak tentara Jerman ke perbatasan Utara. Pasukan

Prancis dan Sekutu dengan cepat mampu memasuki pedalaman dan mendesak Jerman

sampai ke perbatasan utara. Kemajuan ini tentu membuat pesimis kalangan Jerman

dan akhirnya mempengaruhi keputusan Von Chorlitz untuk menyerahkan Prancis.

Tahap yang ketiga adalah pelaksanaan pembebasan Paris oleh FFL dan Sekutu

yang merupakan klimaks dari proses pembebasan Paris dan secara tidak langsung

menandai bebasnya seluruh wilayah Prancis. Dengan dibebaskannya Paris pada

tanggal 25 Agustus 1944 membuat kekuasaan Jerman di Prancis berakhir dan

kekuasaan politik dikembalikan kepada Prancis. Namun, pada tahap ini terdapat suatu

keunikan. Jendral Von Chorlitz menyerahkan Paris kepada de Gaulle, bukan kepada

Page 13: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

13

Eisenhower, yang merupakan pemimpin Sekutu. Hal ini dikarenakan ketiga pihak ini

telah menyepakati bahwa Paris dibebaskan oleh FFL. Hal ini membuat de Gaulle naik

menjadi pemerintahan sementara Prancis. Tidak hanya itu, hal ini juga menggagalkan

keinginan Sekutu untuk mendirikan AMGOT (Allied Military Government for

Occupied Territories). Sepanjang perang dunia II, Prancis merupakan satu-satunya

negara yang tidak pernah mengalami masa pemerintahan militer Sekutu.

Pembebasan Paris memiliki makna tersendiri bagi Prancis dan Jerman. Bagi

Prancis, pembebasan Paris memiliki 5 makna politis yaitu pembebasan seluruh

wilayah Prancis, pembatalan AMGOT di Prancis, kenaikan de Gaulle ke tampuk

kekuasaan, pencegahan upaya kaum komunis mengambil alih kekuasaan di Prancis

serta munculnya figur de Gaulle dan pendukungnya (Gaullist) sebagai pahlawan

perang dan penyelamat Prancis. Dari segi psikologis, pembebasan Paris memiliki dua

makna yaitu, pemulihan harga diri Prancis yang hilang sejak pendudukan Jerman

tahun 1940 serta persiapan Prancis untuk muncul sebagai pemenang dari perang dunia

II, bukan sebagi negara yang diselamatkan sekutu.

Bagi Jerman, makna politis pembebasan Paris adalah sebagai bentuk

pembrontakan dan sentimen antipatis terhadap Hitler. Sedangkan secara psikologis,

ini sebagai pengakuan kekalahan kepada Prancis yang dianggap sebagai kekuatan

Eropa yang patut disegani, bukan kepada Sekutu yang tidak berpengalaman maupun

ahli dalam perang antarnegara.

Page 14: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

14

BAB III

KESIMPULAN

Penyerangan Jerman ke Polandia pada tanggal 1 September 1939 mengakibatkan

Prancis dan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Namun, Jerman yang pada saat itu

dipimpin oleh Hitler begitu kuat. Hal ini membuat pemerintahan Prancis yang pada saat itu

dipimpin Daladier menjadi tidak berdaya. Daladier pun mundur dari pemerintahan dan

Marsekal Pétain yang dibantu oleh Pierre Laval berhasil mengambil kedali pemerintahan.

Wilayah Prancis yang terbagi dua menjadi zone libre dan zone occuppée mempersempit

wilayah kekuasaan Prancis. Paris yang merupakan ibukota negara, kini tidak bisa lagi dipakai

untuk menjalankan pemerintahan karena berada di zone occuppée yang menjadi wilayah

kekuasaan Jerman. Akhirnya pemerintahan dipindah dan berkedudukan di Vichy.

Selama pemerintahan Vichy, dalam menjalankan pemerintahan dilakukan bersama

dengan pemerintahan Jerman. Hal ini dilakukan karena Prancis yang pada saat itu tidak ingin

berperang. Keputusan maupun kebijikan -revolusi nasional- yang diambil pada masa ini lebih

memihak untuk kepentingan Jerman dibandingkan untuk pemerintahan Prancis sendiri.

Marsekal Pétain merasa inilah yang terbaik bagi bangsa Prancis. Disisi lain, tentu hal ini

bukanlah suatu yang tepat untuk diambil. Pihak yang tidak setuju dengan pemerintahan

Vichy melaksanakan suatu gerakan yang disebut gerakan résistance yang bertujuan untuk

membebaskan Prancis atau yang disebut France Libre.

Gerakan ini dipimpin oleh Jendral Charles De Gaulle. Gerakan ini dilakukan baik di

dalam negeri maupun di luar negeri. Gerakan di dalam negeri dilakukan dengan

menghancurkan jembatan, menggulingkan kereta api, membajak informasi, membuat koran

rahasia, dan menyerang tentara Jerman dengan bergerilya. Gerakan résistance di dalam negeri

ini dipimpin oleh Jean Moulin dibawah komando de Gaulle. De Gaulle mengkomandoi

gerakan di dalam negeri melalui radio. Gerakan résistance di luar negeri langsung dipimpin

oleh de Gaulle. De Gaulle yang berada di London, melakukan gerakan ini dengan cara

mencari dukungan dari sekutu terutama Amerika Serikat dan Inggris untuk mendukung

gerakan résistance ini.

Kian lama pemerintahan Vichy kehilangan pendukungnya dan sebagian besar rakyat

Prancis mendukung gerakan résistance. De Gaulle yang berhasil mendapatkan dukungan dari

sekutu berencana untuk merebut Paris dari tangan Jerman. Dalam melakukan hal ini, de

Page 15: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

15

Gaulle mendirikan GPRF (Governement Previsoire de la Republique Française). Peristiwa

ini lah yang dikenal dengan nama pembebasan Paris.

Secara garis besar, pembebasan Paris dilakukan dengan tiga tahap. Tahap yang

pertama adalah penyerangan ke Normandie yang memungkinkan sekutu mendirikan

pangkalan untuk melaksanakan pembebasan Paris. Tahap yang kedua adalah penerobosan ke

pedalaman Prancis dalam upaya menghancurkan semua pertahanan Jerman di wilayah

pedalaman dan mendesak Jerman sampai ke perbatasan utara. Tahap yang ketiga adalah

pelaksanaan pembebasan Paris oleh FFL dan sekutu. Akhirnya Paris dapat dibebaskan pada

tanggal 25 Agustus 1944. Dengan bebasnya Paris dari tangan Jerman membuat seluruh

wilayah Prancis bebas dari cengkraman Jerman. Namun, ada peristiwa unik dari pembebasan

Paris ini yaitu Jendral Jerman, Von Choltitz, menyerahkan Paris kepada De Gaulle bukan

kepada Eisenhower, pemimpin sekutu. Hal ini membuat Prancis keluar sebagai pemenang

pada perang dunia II.

Page 16: Pemerintahan vichy dan pembebasan paris

16

Daftar Pustaka

Carpentier, Jean dan Lebrun, François. 2011. Sejarah Prancis. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia

Kartika. 2008. Pembebasan Paris. Depok: Universitas Indonesia.