dakwah berbasis pembebasan

14

Transcript of dakwah berbasis pembebasan

Page 1: dakwah berbasis pembebasan
pdiipdl
Rectangle
Page 2: dakwah berbasis pembebasan
Page 3: dakwah berbasis pembebasan

, . . . . . . .

I . . . . DAKWAH DAN KRlTIK ...... ~a?znruddin

kapitalisme global yang tidak saja rnenyentuh ke-hidupan keagamaan,

teiapi juga aspek politik, budaya dan bahkan aspek ekonomi, konsep pernbangunan - misalnya.

Dengan alur mainstream di atas, tulisan ini bertujuan memberi pemahaman (verstehen) yang sinergis bagaimana bahasa dakwah tidak hanya dilihat sebagai dogmatisasi normatif pemahaman ajaran lslam, namun sekaligus bagaimana bahasa dakwah berperan sebagai agent kritik sosial dan mampu membebaskan rnasyarakat dari belenggu budaya global. Karena sebagairnana disinyalir ~ u n t o w i j o ~ o ~ , bahasa dakwah amar ma'ruf nahi mungkar dan tu' minubillah, tidak cukup hanya berkotak-katik seputar masalah kesalehan individu, semisal shalat, menyantuni anak yatim, menghormati orang tua dan sebagainya, t ~ t a p i bahasa dakwah juga mernbicarakan kesalehan publik, dari masalah judi, lokalisasi, jaminan sosial sampai pada masalah civil society dan menciptakan pernerintahan yang bersih dan berwibawa.

11. Teologi Pembebasan : Dakwah' Rekonstruksi Sosial

Konsep teologi pembebasan atau yang sering diistilahkan dengan theology o f liberation merupakan tafsiran dialektika hubungan Tuhan

.-

dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Dalam persfektif etimologi teologi berasal dari bahasa Yunani theologia. Theos berarti Tuhan, dan logos berarti ilmu atau wacana. Artinya dalam khazanah teologi klasik, teologi lebih dipahami sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang Tuhan (teosentris) an sich.

Pengeitian ini menjadi per- debatan tersendiri ketika pernikir- pemikir lslam konternporer mener- jemahkan wacana teologi secara luas dan tidak terpaku pada doktrin- doktrin klasik yang membelenggu pemikiran m a t Islam.

Salah seorang tokoh teolog kontemporer yang concern mem- bahas persoalan ini adalah Asghar Ali Engineer. Sebagai pemikir radikal, pemikiran-pemikiran yang dikem- bangkan Engineer memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan pemikir kontemporer lainnya, seperti Syed Muhammad Naquib Al-Attas, lsmail Raji Al- Faruqi, Hasan Hanafi, Muhammad Arkoun dan pemikir lainnya. Bagi Engineer, kata teologi dikons- truksikan sebagai perdebatan dialektika . nilai-nilai normatif- transenden Islam dengan fenomena sosia!.

Engineer menyatakan, jika makna teologi diartikan sepeiti definisi di atas secara tidak langsung membuka ruang cakrawala yang

Page 4: dakwah berbasis pembebasan

sempit tentang pemaharnan rnakna teologi itu sendiri sehingga sewaktu wacaua - teulogi dikernbangkan, pemahaman masyarakat atau stock of knowledge rnasyarakat langsung mengarahkan diskusinya seputar masalah pernbicaraan tentang Tuhan.

Padahal bila bangunan teologi tidak didefinisikan secara klasik, pemaharnan teologi secara holistik bisa berarti kurnpulan-kumpulan ajaran rnana saja yang disusun secara koheren rnenyangkut hakekat Tuhan, dan hubungannya dengan rnanusia dan alarn sernesta.' Karena berbicara masalah hubungan Tuhan, rnanusia dan alarn sernesta, rnaka sebenarnya teologi harus dipahami sebagai sebuah paradigma dalam mernahami realitas Tuhan, manusia dan alam sernesta. Dengan kata lain, teologi suatu seni tafsir, interpretasi, pemaharnan, penihian dan perencanaan dalarn mencari arah kemampuan dan kreatifitas dalam usaha rnewujudkan irnan l ~ l a m i . ~

Pernaharnan teologi yang dikernukan Engineer berangkat dari tafsiran Engineer sendiri dalam rnelihat tujuan kehadiran agama. Agarna rnenurutnya, sebagai media pengakuan . terhaaap kekuasaan Tuhan. Agarna berfungsi mem- bebaskan manusia dari keterikatan paganisme budaya dan dari struktur masyarakat yang tidak adil.' Pendekatan ini bisa diternukan dalarn Al-Quran ketika Tuhan seringkali

rnenggandengkan beberapa ayat yang berdimensi transenden dengan ayat-ayat yang mengarah tentang perubahan sosial. Kata zakat rnisalnya, selalu diikuti dengan kata shalat. Ataupun orang miskin dan fakir direkatkan dengan rnerniliki hak atas harta orang kaya, dan beberapa ayat AI-Quran lainnya yang menunjukkan inherensitas humanisme-religius dalam pelak- sanaan ajaran agama. Mengutip Y.B. Mangunwijaya, menyebutkan bahasa agama jangan sepintas dilihat sebatas tahapan having a religion dalam pelaksanaan ajaran agama, tetapi bagaimana harus menjadi being re l i g io~s .~

Dengan pengertian lain, teologi agarna harus menjadi empowering of tlie people yang membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan. lnilah sesungguhnya yang disebutkan Engineer sebagai jiwa lslarn. Karenanya cukup beralasan bila Engineer kemudian lebih lanjut melakukan kritik konstruktif terhadap bangunan teologi lslarn klasik yang lebih rnenitikberatkan pada peningkatan kesalehan individu, tetapi melupakan kesalehan publik.'

Tokoh lain yang juga conceni memberikan sumbangan kritis terhadap bangunan teologi pernbebasan adalah Gustafo Guiterez. Bagi Guiterez, teologi pernbebasan merupakan suatu

Page 5: dakwah berbasis pembebasan

. . . . . . . . - . . .

.. DAKWAH DAN KRITIK . . . . . . Mrrhr~~utlrlin

refleksi teologi yang lahir dari ungkapan dan pengalaman serta usaha bersama untuk mengahapus situasi ketidakadilan dan untuk rnembangun suatu masyarakat lebih bebas dan lebih manusiawi.

yoang

Teologi Pembebasan bukanlah baoian atau cabang tertentu dari

akan tersobek-sobek oleh realitas sosial pada saat agama tidak mampu menjadi basic need ditengah terpaan modernisasi global."

Mengikuti wacana yang dija barkan Ali Engineer maupun Gustapo, menunjukkan teologi pembebasan dapat bergerak dalam - .

teologi, melainkan merupakan orientasi keseluruhan refleksi teologis y a i t u orientasi kerakyat an." Artinya, konsep teologi pembebasan rnemproklamirkan suatu konsep teologi dari "bawah ke atas"; yakni rnerefleksikan realitas sosial kemu- dian mengartikulasi- kan teks kitab suci erhadapnya. Ber- beda dengan sebe- lurnnya, teologi dari "atas ke bawah", yakni teks kitab suci vana mengidealkan

Dakwah yang tercerahkan fidak cukup member!

gambaran secara normatif hubungan manusia dengan

Tuhan dalam segala ha/, namun bagaimana bahasa

dakwah mampu membebaskan pola pikir

masyarakat dari belenggu "kejumudan agama". Agama

hanya dianggap sebagai barang fashion, di saat

agama berguna j ika memang benar-benar

menawarkan dan member; kepuasan pada masyarakat

dan bisa menghilangkan rasa ketidakpuasan dalam

diri penganutnya

ban- mengorder sebuah realitas sosia~. '~

Pemaknaan di atas, senada dengan tesisnya Peter L. Berger, sentuhan agama ditengah masyarakat modeiii tidak hanya sebagai sacred conopy (baca rnisi suci), rnelainkan agarna harus mampu hadir sebagai realitas sosial. Karena ketika agama hanya dianggap sebagai "misi suci", ia

berbagai macam dataran, baik dataran ilrniah, praksis, sosial maupun agama. Ini menunjukkan teologi pernbebasan men- ciptakan orthopraxis yang sesuai dengan konsep kebenaran llal7iah maupun kebenaran alamiah.

Dialektikan ini menjadi penting, manakala muncul pertanyaan dimana letak sumbangan teologi pembebasan pada agama, bagai- mana agama mampu meniemba-

tani perdebatan normatif dengan konstruksi realitas sosial masyarakat multi-religius dan multi-kultural, atau sejumlah pekanyaan lainnya seputar reposisi agama dalarn melakukan rekayasa sosial mernbebaskan masyarakat dari "keterkungkungan" roh agama ditengah mencuatnya budaya global di segala lini saat ini.

Page 6: dakwah berbasis pembebasan
Page 7: dakwah berbasis pembebasan

. . DAKWAH DAN KRlTIK ...... Mulznzuddi~t

gang peran monumental dalam menginformasikan secara sinergis bahasa agarna dalam konteks sosial. Dakwah yang tercerahkan tidak cukup memberi gambaran secara normatif hubungan rnanusia dengan Tuhan dalam segala hal, narnun bagairnana bahasa dakwah rnampu membebaskan pola pikir masyarakat dari belenggu "kejurnudan agama". Agama hanya dianggap sebagai barang fashion, di saat agama berguna jika memang benar-benar menawarkan dan memberi kepuasan pada rnasyarakat dan bisa meng- hilangkan rasa ketidakpuasan dalam diri penganutnya.

Bahasa dakwah emansipatoris harus jeli melihat semua persoalan di atas di tengah derasnya arus globalisasi dan rnodernisasi yang menghujam rasionalitas dan religiu- sitas masyarakat saat ini. Dakwah jangan hanya berteriak seputar kebenaran-kebenaran dogmatis, kaku dan parsial, yang kadang- kadang melupakan kebenaran publik. Artinya, dakwah tidak hanya diartikan sebagai proses pembenaran Al-Cluran kepada individu, tetapi yang lebih penting bahasa dakwah harus marnpu menerjemahkan nilai-nilai Qurani dalam konteks kebutuhan rnasyarakat Iuas.

Barangkali dalam konteks seperti ini, paradigrna dakwah harus di dekonstruksi ulang dalam rnenggagas terbentuknya rnasyarakat

arnar rna'ruf nahi rnungkar. Perfama, kalau dulu dakwah hanya diasumsikan rnengurusi 2iosa.dosa individu", maka sudah saatnya = sekarang dakwah harus rnenjadi agent kritik sosial. Bahasa dakwah harus rnampu menjembatani nilai- nilai masyarakat agamis dengan nilai-nilai baru yang sangat rnenekankan rasionalitas. Bagi pelaku dakwah sendiri, rnakna ini mengisyaratkan mereka (baca da'~) tidak harus menjadi "Tuhan-Tuhan kecil" yang dapat rnenentukan nilai benar atau dosa seorang individu rnaapun kornunal dalam lingkup dogmatis-individualistik. Kedua, se- bagai agent kritik sosial, dakwah harus rnenjauhi sikap-sikap yang sifatnya totaliter. Pembenaran nilai-nilai ajaran agama yang berkembang dalam rnasyarakat bukan sekedar - menciptakan kesalehan individu, narnun bagairnana m a s y a r a k a t rnentransforrnasikan pesan-pesan agarna tersebut dalarn lingkup pembenaran sosial. Dalam bahasa yang lain, dakwah tidak hanya bisa bersifat a-politis dalarn pengertian hanya rnernbatasi diri pada rnasalah ritualistik dan rnoralitas dalarn rangka ketaatan individu kepada Tuhannya, tetapi perlu terlibat ke dalam proses transformasi sosial, sehingga fungsi kemanusiaan agarna bisa tercapai, yakni sebagai rahrnat sernesta alarn.

Page 8: dakwah berbasis pembebasan

. . . . . . . . . . . . Al-Bqan, VoI. 7 No.7, J;lnu;iri - Juni 2003 : 19 - 32

Kehga, bahasa dakwah perlu mendefmsikan ulang pesan "pertobatan" dalam keberagamaan manusia. Artinya, "tobat" tidak sekedar direallsasikan secara individu an sich, tetapi perlu dilakukan pula pesan pertobatan secara kolektif, sehingga menjadi s e k a h struktur kesadaran masyarakat.

Ill. Dakwah : Agent Krit ik Sosial

Dengan membaca ketiga kom- ponen di atas, memperlihatkan makna dakwah menjadi sangat global d i saat bersentuhan . dengan realitas sosial masyarakat. Besarnya permasalahan dan fundamentalnya peru-bahan yang terjadi dalam masyarakat menjadi dialektika yang menarik ketika konsep dakwah tidak cuma dipahami dalam skala mikro, tetapi mengalami pergeseran yang radikal di saat dakwah harus berhadapan dengan arus globalisasi dan modernisasi.

Di satu sisi, proses modernisasi telah mengantarkan masyarakat pada fase supermasi kebudayaan teknologis atau peradaban positivistik. Namun di sisi yang lain, proses modernisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola atau tradisi hidup dari rasionalisme- spekulatif kerasionalisme-empirism, atau juga bergesernya fungsi-fungsi teknis kemanusiaan (humanity), bahkan yang lebih esensial adalah

hilangnya otqritas dan absolutitas serta totalitas kemanusiaan yang orginil, lalu menggiris manusia pada kesadaran absurd atau kesadaran marginal."

Proses modernisasi-globalisasi telah mengundang kehadiran virus yang setiap saat mengancam kematian esensi kemanusiaan atau distruksi antropos. Malapetaka ini diakibatkan oleh keterlibatan manusia dalam sistem teknologi dan mesinisme tanpa dukungan kesadaran kemanusiaan yang esensial dan kualitas kemanusiaan positivistik. Kehidupan masyarakat SepqUhnya dikendalikan oleh mesin-mesin teknologi, sehingga secara matematis mesin-mesin industri teknologi mengambil alih posisi dan peran ideal kemanusiaan, dan pada gilirannya manusia pun menjadi teralienasi dari dirinya sendiri karena kehilangan substansi kemanusiaannya.

Fenomena ini semakin meng- akar dalam masyarakat d i saat wacana modernisasi-globalisasi yang menjadi momok bagi masyarakat dunia, tidak hanya~ menghempas persoalan politik, ekonomi, sosial-budaya, namun juga merambah pada wacana agama. Iluslrasi-ilustrasi modernisasi telah menciptakan tumbal-tumbal budaya yang sarat dengan kekosongan derasionalisasi dan dehumanisasi.

Page 9: dakwah berbasis pembebasan

DAKWAH DAN KRITIK ...... Mrrbnuddir~

pemandangan ini bisa kekuatan kontrol terhadap perilaku ditemukan ketika gerakan lslamisasi h i d u p. Praktek keadaan yang tercabut dari akar spiritualitas. lslam demikian ter-sebut adalah sama ditampilkan dalam bentuk perilaku dampaknya terhadap eksistensi parsial, formalitas dan eksibesif. manusia yaitu terjadinya Semangat emosional keagamaan derasionalisasi dan dehumanisasi. iubahnisasi dan serbanisasi oleh Karena model praktek keagamaan sebahagian masyarakat m~salnya, ternyata telah menceburkan rnereka pada spektrum kebudayaan keagarnaan yang t i d a k memiliki transparansi spirit zarnan.

A d a l a h tidak mengheran- kan jika kernudian masyarakat men- yakini dan men- sikapi lslarn dalarn perspektif tertentu dan tidak merniliki konvergensi total dari perspektif fiqh, tasawuf rnaupun teologi yang sebe- narnva P e r l u

gerakan dakwah h a r m menjadi sebagai sebuah

paradigma emansipatoris melepaskar~ masyarakat yang

telah terjebak dalam aneka sistem yang mengikat dm

memaksa. Dakwah bukanlah suatu sisfem sosial yang

hsnya panda; menolak dan melarang, akan refapi dakwah

juga h a r m bersedia menerima Pelaku dakwah bukanlah

seorang hakim, akan tefapi lebih sebagai seorang guru.

Pelaku dakwah bukanlah seorang prabjkan, akan tetapi

sebagai seorang peketja bengkel yang mampu

mengemas barang yang rusak berantakan menjadi sesuatu yang mempunyai makna dan

fungsi

yang diaspirasikan hanya

melaksanakan normatisme yang tidak didasari oleh pernahaman y a n g akurat dan epistimologik. A I i en as^,

deterministik-an- tropos, distruktif- antropos kembali menjadi wabah yang rnembaha- yakan kehidupan manusia. Manusia terpenjara dalam " k e r a n j a n g agama", karena manusia terlantar oleh penyerahan d~rinya pada norma yang tidak dipa- harni oleh kecerda-

dikritki rel'evansi-ny'a t e r h a d a p sannya. Makanya, sangat beralasan epistemologi pada kosrnologi di masa ketika L. Sfoddard menyebutkan "ls-

18 sekarang. Islam yang dipahami lam yang diyakini dan dihayati oleh h a n y a I a h praktek-praktek masyarakat, merupakan Islam masa ketransendenan dan spiritualitas yang lalu yang tidak memiliki signifykansi terbatas pada hubungan vertical yang serta kemampuan ontologis pada bersifat normatif yang menjadi masa sekarang.Ig

Page 10: dakwah berbasis pembebasan
Page 11: dakwah berbasis pembebasan

DAKWAH DAN KRITIK ...... Muhrnuddi~~

telah terjebak dalam aneka sistem yang mengikat dan memaksa. Dakwah bukanlah suatu sistem sosial yang hanya pandai menolak dan melarang, akan tetapi dakwah juga harus bersedia menerima. Pelaku dakwah bukanlah seorang hakim, akan tetapi lebih sebagai seorang guru. Pelaku dakwah bukanlah seorang prabikan, akan tetapi sebagai seorang pekerja bengkel yang mampu mengemas barang yang rusak berantakan menjadi sesuatu yang mempunyai makna dan fungsi.

Dengan demikian, makna dakwah tidak hanya menyangkut dimensi teologis semaia, akan tetapi juga menyangkut masalah dan dimensi filosofi, teoritis, dan dimensi teknologi sekaligus. Pijakan dakwah tidak hanya melibatkan diri pada dialektika ibadah praktis, narnun juga harus melihat lebih jauh membaca berbagai persoalan global yang muncul dalam masyarakat dari persoalan KKN. pendidikan humacis, pemberdayaan ekonomi umat, pemberdayaan pelacur, gepeng (gelandangan dan pengemis) sampai pada , upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan jujur.

IV. Penutup.

Sebagai ilustrasi dari diskusi di atas, menggambarkan beberapa

pijakan konstruktif di saat dakwah dilihat sebagai sebuah paradigma sosial. Persoalan yang muncul kemudian tidaklah menempatkan dakwah dalam dialektika yang sederhana sebagairnana dipahami sebagian masyarakat. Paradigma dakwah akan menjadi diskusi yang alot di saat makns dakwah harus berhadapan dengan realita sosial serta beniuran rasionalisrne budaya global dan modernisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat.

Gerakan dakwah tidak hanya berteriak diseputar masalah "kesalehan individu", tetapi yang lebih penting mampu menciptakan masyarakat dalam bingkai "kesalehan publik". Makna dakwah tidak hanya dilihat sebagai dogmatisasi normatif pemahaman ajaran Islam, namun sekaligus ba~aimana dakwah marnpu berperan sebagai agent kritik sosial yang membebaskan masyarakat dari belenggu kejumudan agama serta kepongahan fatalistic modernitas budaya global., Gerakan dakwah yang selalu dikatakan sebagai amar ma'ruf nahi mungkar dan fu'minubillah sudah : saatnya merubah paradigma klasik yang cuma berdialog seputar masalah shalat, dosa-dosa individu atau surga-neraka, kepada paradigrna holistik membicarakan masalah demiliterisasi, p e m b e r d a y a a n

Page 12: dakwah berbasis pembebasan

ekonomi umat, civil society, pemberdayaan pelacur dan gepeng kesehatan rnasyarakat, clean (gelandangan dan pengemis). governmenf. dan sarnpai pada usaha - -

-

Page 13: dakwah berbasis pembebasan

DAKWAH DAN KRITIK ...... Mnlz~?zuddin

END NOTE

Budaya konsumerisnx bukan mendasari pada logika kebutuhan (need), melainkan pada logika l~asrat (desire). Libal, Damsar, Sosiologi E/m?onzi (Rajawali Pers, Jakarta, 1997) hal. 135-1551 Yasraf Amir Piliang, Zfiper-Realitn i;ehudqj1no17, (LKIS, Yogyakarta, 1999). hal. 101- 105. Melaksanakan kegiatan keagaina-an sebagai kebiasaan sang sudali ada. tanpa paham betul bentuk doktrin d. ~ I I : pelaksanaan ajarau againa itu

sendiri. Arif Budiman. A4epcar.i Irleologi Alternatif: Pole~nik Aganra Pasacoirleologi 1\4enjelang Abad ke 21. (Mzan, Bandung. 1995), hal. 66. Kuntowijoyo, "Menuju lliuu Sosial Profetik". dalam Republikn, 7 Agustus 1997. Abd. Malik Haramain, dkk. Pe1?1iliirn1~-Pe171ikirni? Reidusioner. (Pustaka Pelajar), Yogyakarta, 2001, linl. 201. Asghar Ali Engineer, lslaiii d m Teologi Penzbebasan; (Pustaka Pelajar), Yogyakarta, 1999; hal. 112. Abd. Malik Haramain; dkk. Pei~iiMrnn-Peniih-irai7 Re~~olusioner ..., hal. 206. Asghar Ali Engineer. Islanr don Teologi Pen7bebasan .... hal. 110. Y . B Manguuwijaya, 1\4anusia Po.rcmiioderi7 Semesta d m Tuhan_ (Kanisius. Yo@akarta_ 1999): hal. 113.

Abd. Malik Haramain, dkk, ~ - - Pen~ikiran-Penzikiran Resolusinner ..., lid. 207. .

'"nsur Fakill, Sesat Pikir Teori Pembangunan d m Globalisasi. (Insist Press, Yogyakart& 2001), hal. 177-1781 Liliat jugs; J.B. Banawiratma, "Pembebaszn Agama dan Demokrasi S~iii~bai~gan-Teologi Pembebasan", dalam M. Iman Azis. Agnma, D e ~ n o k ~ ~ s i d m Keadilai?, (Gnmedia Pustaka Utan~a. Jakarta. 1993), hal. 80.85.

" Bandingkan Nasruddin Umar. "Tafsir Unluk Kaum Tertindas".

' "anla dalam Hasan M. Noe5 .4, Difengah Kenzelut, (Media Cira. Jakarta, 2001), hal. 349-353

'"bid., lial 349. l 3 Zuly Qadir, Agoma Dalarri Bqvang-

Boyang Kekz1asam7, (Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2001). hal. 100.

I' Nnrcl~olish Madjid, Islam Dokrriii dan Peradoban : Sebuah Telonl~ I;r.ifis 1\4osalal~ Kcininnan. i;enranrt.siaon, dai? Keinoderenai7. (Paramadina, Jakarta, 1992); hal. 353.

15 Lihat, perdebatan mistik. siiubolik. ritualistik dengan otoritas rasiona- litas n~ei~emukau agama. ' Charles Kurznian (ed.), 1Yacana I.sin~n Liberal : Pen~iliiran Islam Konrrin- porer Tentang . - I Global. (Paramadim, Jakarta, 2001). hal. 311.

Page 14: dakwah berbasis pembebasan

I (l Budhy Munawar Racllman, islnrn Pl~u~nli.~ : Wacaim Keseraraan I;aw~r Beriu~ou. (Paramadina, Jakarta), hal. 362-363.

l i Lihat, F r a k Hearx, Reasnu and Freedn~n iu Sociological Thought. (Boston Allen & Unwin, 19S5), ha1 99-106; M. Francis Abraha~n, 11ladernisa.si di Dunia Ketiga : Suaaiu Teor-i UIUZ~IU Penlbanguim?, (Tiara Waca~la Yogya, Yogyakarta, 1991); hal. 17-26 Anthony Giddens. Tcr~iibnl Mode~nitas : . ~ I I I ~ I ' u L J ~ ) ~ I Pilor-Pilar Keblranan, (IRCISoD. Yogyakarta, 2001), bal. 85-90,

IS Lillat. Clmrles Kurz~nan, il'ncann 1.dour Liberal ..., hal. 331-368.

I9 Liliat Himmah, No. 3Th. XYW11993.

'' Wacana ini diga~ubarkan Baudrillard ketika melihat lnasyarakat global di tengah realita duuia nyata. Lilyit, Mark Slounka, Ruang Yang Hilang : Pancfnngar? Huntanis Tentnng Budaya Cyberspace Yang Merisaukan, m z a n , Jakarta, 1999), hal. 11-30; Marc A. Smith dan Peter Kollock. Conmrunilie.~ in Cyberqmce, (New York, 1999). ha1 29, 54-56, ~ i h a t , A. Munir Mulkan, Runlulmya Mitos Politik Snntri : Strafegi Kebrrdayaon Dalanr Dalnvoh ahslmn: (SIPRESS, Yogyakarta, 1994), hal. 173-175; "Dakwal~ dan Strategi Pengembangan Suniber Daya Umat;', dalam, K~i~upulau Makalall Ade~nbarpn iMa.yarakat Indonesia Abad,W (ICMI, 1994), hal. 328.