Pemeriksaan Lab Muskuloskelektal

6
EVALUASI DIAGNOSTIK Implikasi Keperawatan Persiapan untuk pemeriksaan diagnostik meliputi pengkajian pasien mengenai kondisinya ( mis. Kehamilan klaustrofobia,implan logam,kemampuan mentoleransi posisi yang di inginkan akibat lansia,keterbelakangan mental dan deformitas) yang memerukan pendekatan khusus selama pemeriksaan. Perawat harus berkomunikasi dengan dokter dan departemen terkait mengenai situasi yang mungkin mempengarui uji diagnostik yang dilakukan. PEMERIKSAAN KHUSUS Prosedur Pencitraan Sinar –X penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan muskuloskelektal. Sinar –X menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untukpengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa.Sinar –X korteks tulang menunjukan adanya pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar –X sendi dapat menunjukan adanya cairan, ireguritas, spur, penyempitan, dan perubahan struktur sendi. Computed Tomography (CT scan ) menunjukan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit di evakuasi ( mis. Asetabulum). Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam. Magnetic resonance imaging ( MRI) adalah teknik pencitraan khusus, non invasif, yang men ggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas ( mis.tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan.karena yang digunakan lektromagnet, pasien yang

description

pemeriksaan lab muskuloskelektal

Transcript of Pemeriksaan Lab Muskuloskelektal

Page 1: Pemeriksaan Lab Muskuloskelektal

EVALUASI DIAGNOSTIK

Implikasi Keperawatan

Persiapan untuk pemeriksaan diagnostik meliputi pengkajian pasien mengenai kondisinya ( mis. Kehamilan klaustrofobia,implan logam,kemampuan mentoleransi posisi yang di inginkan akibat lansia,keterbelakangan mental dan deformitas) yang memerukan pendekatan khusus selama pemeriksaan. Perawat harus berkomunikasi dengan dokter dan departemen terkait mengenai situasi yang mungkin mempengarui uji diagnostik yang dilakukan.

PEMERIKSAAN KHUSUS

Prosedur Pencitraan

Sinar –X penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan muskuloskelektal. Sinar –X menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untukpengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa.Sinar –X korteks tulang menunjukan adanya pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar –X sendi dapat menunjukan adanya cairan, ireguritas, spur, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.

Computed Tomography (CT scan ) menunjukan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit di evakuasi ( mis. Asetabulum). Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.

Magnetic resonance imaging ( MRI) adalah teknik pencitraan khusus, non invasif, yang men ggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas ( mis.tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan.karena yang digunakan lektromagnet, pasien yang menggunakan implan logam,braces atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas. Pasien yang menderita klaustrofobia biasanya tak mampu menghadapi ruangan tertutup peralatan MRI tanpa penenang.

Angiografi adalah pemeriksaan struktur vaskuler. Arteriografi adalah pemeriksaan sistem arteri.suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-x serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut.prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk tingkat amputasi yang dilakukan. Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12 sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri. Perawat memantau tanda vital, tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma, dan ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.

Digital Subtraction Angiography ( DSA) mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistem arterial melalui kateter vena.

Page 2: Pemeriksaan Lab Muskuloskelektal

Venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi trombosis vena.

Mielografi, penyuntikan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal ( penyempitan kanalis spinalis) atau tempat adanya tumor. ( teknik ini telah didiskusikan di bab 58).

Diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis ,suatu bahan kontras diinjeksikan kedalam diskus dan dilihat distribusinya.

Artrografi adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara itu di ambil gambar sinar-x serial. Artrografi sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atu kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. ( bila terdapat robekan, bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat dengan sinar-x). Setelah dilakukan artrogram, biasanya sendi di imobilisasi selama 12 sampai 24 jam diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan.

Pemeriksaan Lain

Artrosentesis ( aspirasi sendi) dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keprluan pemeriksaan atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi. Dengan menggunakan teknik aseptis, dokter memasukan jarum kedalam sendi dan melakukan aspirasi cairan. Kemudian dipasang balutan steril setelah dilakukan aspirasi.

Normalnya, cairan sinovial jernih, pucat berwarna seperti jeramidan volumenya sedikit. Cairan tersebut kemudian diperiksa secara makroskopis mengenai volume, warna, kejernihan dan adanbya bekuan musin. Diperiksa juga secara mikroskopis untuk memeriksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan gram, dan elemen penyusunanya. Pemeriksaan cairan sinovial sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofil inflamasi lainya dan dapat memperlihatkan adanya hematrosis( perdarahan di dalam rongga sendi), yang mengarahkan ke trauma atau kecenderungan perdarahan.

Artroskopi merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril, perlu dilakukan injeksi anestesi lokal ataupun dengan anestesi umum. Jarum bore besar dimasukkan dan sendi diregangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi dapatdilihat. Setelah prosedur ini, luka ditutup dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Bila perlu diletakkan es untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.

Secara umum, sendi tetap diestensikan dan dielevasi untuk mengurangi pembengkakan. Pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitas setelah prosedur. Fungsi neurovaskuler dipantau. Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi jarang

Page 3: Pemeriksaan Lab Muskuloskelektal

terjadi tetapi dapat mencakup infeksi, hemartrosis,tromboflebitis, kaku sendi, dan penyembuhan luka yang lama.

Pemindai tulang (skintigrafi tulang) mencerminkan derajat sejauh mana maktriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang di injeksikan ke dalam sistem tersebut.pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan isotop tampak pada penyakit primer tulang(osteosarkoma), penyakit tulang metastasik,penyakit inflamasi skelet( osteomielitis) dan pada berapa jenis patah tulang.

Tidak diperlukan pembatasan aktivitas untuk pemeriksaan ini. Untuk meningkatkan eksresi isotop, pasien dianjurkan minum air banyak-banyak. Pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelahnya.

Termografi mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi,begitu pula neoplasma, harus dievaluasi. Pemriksaan serial dapat dilakukan untuk mendokumentasi episode inflamasi dan respons pasien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.

Elektromiografi memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang mepersarafi. Tujuan prosedur ini adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unit motor end. Elektroda jarum ditusukan ke otot tertentu, dan respons terhadap rangsangan listrik dicatat pada suatu oskiloskop. Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindakan ini.

Absorpsiometri foton tunggal dan ganda adalah uji non invensif untuk menentukan kandungan mineral tulangpada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi menggunakan alat densitometri ini.

Biopsi dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tempat biopsi harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan dan nyeri. Mungkin perlu diberikan es untuk mengontrol edema dan perdarahan dan analgetika untuk mengurai rasa tak nyaman.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah dan urin dapat memberikan informasi mengenai masalah muskuloskelektal primer ( mis. Penyakit paget) atau komplikasi yang terjadi ( mis. Infeksi), sebagai dasar acuan pemberian terapi (mis. Terapi antikoagulan). Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin ( biasanyalebih rendah bila terjadi perdarahan karena truma) dan hitung darah putih. Sebelum dilakukan pembedahan, pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan untuk mendeteksi kecenderungan perdarahan, karena tulang merupakan jaringan yang sangat vaskuler.

Page 4: Pemeriksaan Lab Muskuloskelektal

Pemeriksaan kimia darah memberikan data mengenai berbagai macam kondisi muskuloskelektal. Kadar kalsium serum berubah pada osteomalasia, fungsi paratiroid, penyakit paget, tumor tulang metastasis, dan pada imobilisasi lama. Kadar fospor serum berbanding terbalik dengan kadar kalsium dan menurun pada rikets yang berhubungan dengan sindrom malabropsi. Fosfatase asam meningkat pada penyakit paget dan kanker metastasis. Fosfatase alkali meningkat selama penyembuhan patah tulang dan pada penyakit dengan peningkatan aktivitas osteoblas ( mis.tumor tulang metastasis). Metabolisme tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan tiroid dan penentuan kadar kalsitonin, hormon paratiroid (PTH), dan vitmin D. Kadar enzim serum kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT, aspartate aminotranferase) meningkat pada kerusakan otot. Aldolase meningkat pada penyakit otot (mis. Distrofi otot dan nekrosis otot skelet).

Kadar kalsium urine meningkat pada destruksi tulang ( mis.disfungsi paratiroid, tumor tulang metastasis, mieloma multipel).