PEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI...

download PEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/04/Tulisan-Bantuan-Parpol.pdf · yang duduk dalam lembaga legislatif atau eksekutif, dan badan usaha

If you can't read please download the document

Transcript of PEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI...

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 1

    PEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK

    DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENGELOLAAN KEUANGAN PARTAI POLITIK

    YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL

    bantenpos-online.com

    I. PENDAHULUAN Peran partai politik dewasa ini sangat signifikan dalam sistem politik di Indonesia karena

    menjadi poros penting dalam proses demokrasi.1 Partai politik tidak hanya menjadi saluran

    partisipasi politik warga negara, tetapi juga untuk mengintegrasikan para individu dan kelompok

    dalam masyarakat ke dalam sistem politik. Partai politik tidak hanya berperan dalam

    mempersiapkan para kader calon pemimpin bangsa untuk dicalonkan melalui pemilihan umum

    (pemilu) untuk menduduki berbagai jabatan dalam lembaga legislatif atau eksekutif, tetapi juga

    memperjuangkan kebijakan publik berdasarkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Untuk itu

    partai politik memerlukan sumberdaya agar dapat bertahan dan mengoperasikan struktur dasar

    partai untuk merepresentasi rakyat, mengembangkan kapasitas bersaing dalam pemilu, dan

    berkontribusi secara kreatif dalam perdebatan kebijakan publik.2

    Proses politik demokratis tidak akan dapat berlangsung tanpa sumber keuangan. Tanpa

    dana yang memadai, partai politik tidak akan dapat mengorganisasi dirinya, para politikus tidak

    akan dapat berkomunikasi dengan publik, dan kampanye pemilu tidak akan dapat dilaksanakan.

    Singkat kata, partai politik memerlukan dana yang cukup besar untuk dapat melaksanakan

    1 Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik, 28 November 2011, http://www.bpk.go.id/web/?p=10544 2 Sidik Pramono, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 3.

    http://bantenpos-online.com/2012/04/04/alokasi-dana-parpol-rp900-juta/dana-parpol-euy/

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 2

    fungsinya, baik sebagai jembatan antara masyarakat dengan negara maupun sebagai peserta

    pemilu.3

    Berdasarkan pengalaman negara demokrasi di dunia, terdapat tiga alternatif sumber dana

    partai politik.4 Pertama, dari internal partai, seperti iuran anggota, sumbangan dari kader partai

    yang duduk dalam lembaga legislatif atau eksekutif, dan badan usaha yang didirikan oleh partai.

    Pada mulanya semua kebutuhan keuangan partai politik dipenuhi oleh iuran anggota. Hubungan

    ideologis kuat antara partai politik dengan anggota menyebabkan partai politik tidak sulit

    menggalang dana dari anggota. Namun sejalan dengan perubahan struktur sosial masyarakat dan

    penataan sistem pemerintahan demokrasi yang semakin kompleks, kini nyaris tidak ada partai

    politik yang hidup sepenuhnya dari iuran anggota.5

    Kedua, dari kalangan swasta (private funding), seperti sumbangan dari individu

    (termasuk dari orang kaya, keluarga kaya), badan usaha swasta, organisasi (seperti organisasi

    lobi), dan kelompok masyarakat. Dan ketiga, dari negara (public funding), yaitu dari Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    baik yang dialokasikan secara langsung maupun secara tidak langsung kepada partai politik.

    Bantuan negara kepada partai politik ini merupakan hal wajar, karena hampir semua negara

    memberikan subsidi kepada partai politik. Misalnya Jerman, Amerika Serikat, Portugal, Ceko,

    Inggris, Afrika Selatan, dan Filipina.6

    Atas berbagai sumber dana yang diterima, sebagian besar partai politik hanya memiliki

    laporan keuangan yang berasal dari APBN dan APBD. Partai politik cukup taat membuat laporan

    tersebut karena jika laporan itu tidak dibuat maka dana bantuan keuangan berikutnya akan

    berkurang. Sayangnya, partai politik sering terlambat dalam memberikan laporan tersebut.

    Walaupun terlambat, pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tetap

    mengucurkan anggaran untuk partai politik pada tahun berikutnya.7

    3 Sidik Pramono, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 3 4 Sidik Pramono, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 49 5Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 154. 6 Emmy Hafild, Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Jakarta: Transparency International Indonesia dan IFES, cetakan kedua, 2008, halaman 14. 7 www.hukumonline.com, ICW: Banyak Parpol Tak Punya Laporan Keuangan, 13 September 2012

    http://www.hukumonline.com/

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 3

    Dalam rangka penguatan akuntabilitas keuangan negara terkait dengan kegiatan bidang

    politik, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan

    keuangan partai politik, yang penerimaannya berasal dari APBN/APBD. Sementara itu, untuk

    Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Tahunan yang tidak bersumber dari APBN/APBD, serta

    atas Laporan Dana Kampanye dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).

    Sesuai Pasal 34A Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 2011 tentang Perubahan atas

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dinyatakan bahwa partai politik

    wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang bersumber

    dari bantuan APBN dan APBD kepada BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit

    paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.8

    Wewenang yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 ini sejalan

    dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara, dimana dalam Undang-Undang tersebut BPK mempunyai

    wewenang untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

    negara. Peran BPK dalam memeriksa pengelolaan keuangan partai politik dirasa penting karena

    pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali dari partai politik yang juga bersih,

    transparan dan akuntabel.9

    Saat ini administrasi keuangan partai politik tampak belum tertib. Hampir semua partai

    politik melaporkan penggunaan dana bantuan keuangan tidak sesuai dengan peruntukan. Laporan

    pertanggungjawaban pun, terkadang dalam format yang sangat sederhana dalam selembar

    kertas.10 Selain itu, banyak pula partai politik yang tidak menyampaikan laporan

    pertanggungjawaban. Padahal, format laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan

    keuangan itu sangat sederhana sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

    2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik yang diperjelas lagi oleh Peraturan

    Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,

    8 Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik, 28 November 2011, http://www.bpk.go.id/web/?p=10544 9 Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik, 28 November 2011, http://www.bpk.go.id/web/?p=10544 10 http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-mana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131, 5 April 2012

    http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-mana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-mana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 4

    Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban

    Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.11

    II. PERMASALAHAN Berdasarkan hal-hal tersebut, maka terdapat masalah hukum, yaitu:

    A. Bagaimanakah mekanisme bantuan keuangan untuk partai politik?

    B. Bagaimanakah pemeriksaan atas bantuan keuangan untuk partai politik?

    III. PEMBAHASAN A. Mekanisme Bantuan Keuangan untuk Partai Politik

    Bantuan keuangan dari negara kepada partai politik merupakan hal yang wajar dalam

    era demokrasi modern. Beberapa contoh negara yang memberi bantuan keuangan kepada

    partai politik dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 1. Negara yang menerima bantuan keuangan

    Nama Pengaturan

    Amerika

    Serikat

    a. Kandidat Partai Republik dan Partai Demokrat yang memenangkan no-

    minasi untuk pemilihan presiden mendapatkan dana untuk kebutuhan

    kampanye pemilu. Dana tersebut diberikan mulai dari $20 juta dan dise-

    suaikan dengan tingkat inflasi pada setiap tahun pemilihan. Pada 2008,

    dananya mencapai $84.1 juta. Mereka yang menerima dana negara harus

    setuju untuk tidak menerima dana kontribusi dari swasta (individu atau

    komite partai) dan membatasi pengeluaran kampanye sejumlah dana publik

    yang mereka terima. Dana tersebut hanya digunakan untuk pengeluaran

    kampanye.

    11Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 183-184.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 5

    Nama Pengaturan

    b. Partai politik yang teregistrasi harus memberikan laporan audit aset dan

    akuntabilitas keuangan dalam waktu 6 bulan setelah registrasi; audit

    tahunan pajak/fiskal, laporan setiap tiga bulan pendapatan partai; dan

    laporan audit pengeluaran partai dalam waktu 6 bulan setelah hari

    pemilihan

    c. Asosiasi pemilu distrik yang teregistrasi harus melaporkan aset dan

    akuntabilitas dalam 6 bulan setelah registrasi; dan laporan pajak/fiskal

    tahunan (dengan laporan audit bila menerima dana atau mengeluarkan dana

    di atas $5,000 dalam satu periode pajak)

    d. Kandidat harus melaporkan pengeluaran selama kampanye, nama-nama

    penyumbang, pinjaman dan transfer dalam kurun waktu 4 bulan setelah

    hari pemilihan.

    e. Nominasi kontestan harus memberikan laporan keuangan dalam waktu 4

    bulan setelah tanggal penominasian bila menerima dana atau mengeluarkan

    dana lebih dari $1,000 (dengan laporan audit)

    f. Kontestan kepala daerah memberikan laporan dana yang diterima sebelum

    mendaftar sebagai kontestan, laporan keuangan mingguan sejak 4 minggu

    kampanye sebelum hari pemilihan dan 3 minggu setelahnya. Laporan

    sumbangan dana dan pengeluaran selama masa kampanye (dengan laporan

    auditor jika lebih dari $1,000).

    g. Pengeluaran tidak sesuai atau laporan yang tidak sesuai: denda maksimal

    $10.000, atau hukuman penjara maksimal 5 tahun.

    Inggris a. The Electoral Commission (EC) sesuai dengan undang-undang The

    Political Parties, Elections and Referendums Act 2000, bertugas untuk

    menyalurkan dana Policy Development Grants (PDGs) kepada partai

    politik yang berhak. Alokasi dana yang diberikan mulai dari 2 juta setiap

    tahun, bertujuan membantu proses pembuatan kebijakan. Alokasi dana 2

    juta pounds tersebut dibagikan kepada partai-partai di legislatif yang memi-

    liki minimal dua kursi dalam House of Commons.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 6

    Nama Pengaturan

    b. Partai politik harus memberikan laporan atas sumbangan dan pinjaman

    yang mereka terima dan dikirimkan ke nomor rekening mereka untuk

    dipublikasikan oleh komisi pemilihan.

    c. Semua partai yang teregistrasi pada komisi pemilihan harus menyerahkan

    laporan tahunan atas rekening mereka untuk dipublikasikan. Partai yang

    pendapatan kotor dan total pengeluarannya di bawah 250,000 harus

    menyerahkan laporan keuangan. Unit keuangan partai yang pendapatannya

    di atas 25,000 juga harus memberikan laporan kepada komisi pemilihan.

    Partai dan unit keuangan partai yang pendapatan atau pengeluarannya di

    atas 250,000 harus menyertakan bukti audit keuangan. Partai politik yang

    melanggar deadline untuk menyerahkan laporan keuangan denda 500, dan

    untuk unit keuangan yang melanggar deadline dikenakan denda 100.

    d. Batas waktu 30 hari untuk menyatakan bahwa penyumbang atau pemberi

    pinjaman itu diperbolehkan sesuai dengan peraturan dari hari sumbangan

    diterima. Tapi bila tidak sesuai, maka uang yang diterima tersebut harus

    dikembalikan dalam waktu 30 hari dari tanggal penerimaan. Apabila

    sumbangan tersebut sudah diterima, dan kemudian baru diketahui berasal

    dari donor yang tidak diperbolehkan maka sumbangan tersebut disita oleh

    the Consolidated Fund. Apabila pinjaman atau kredit diketahui berasal dari

    sumber yang tidak diperbolehkan, maka transaksi tersebut dibatalkan.

    e. Partai yang telah terdaftar harus melaporkan sumbangan dan pinjaman

    setiap 3 bulan sekali dalam 30 hari setelah akhir kalender. Laporan keu-

    angan juga dilakukan setiap minggu selama pemilu untuk parlemen. Ko-

    misi pemilihan mempublikasikan laporan keuangan partai politik dalam

    Registrasi Sumbangan dan Pinjaman untuk Partai Politik.

    f. Untuk England and Wales atau Scotland, sanksi denda 20,000 atau

    penjara 12 bulan. Untuk Northern Ireland, denda 20,000 atau 6 bulan.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 7

    Nama Pengaturan

    Korea

    Selatan

    a. The National Election Commission (NEC) memberikan subsidi nasional

    kepada partai politik, mendistribusikan dana politik dan mengawasi

    kegiatan partai untuk menjamin tranparansi keuangan. Bagi partai politik

    yang mencalonkan kandidat perempuan secara representatif untuk

    pemilihan legislatif nasional dan daerah mendapatkan tambahan subsidi

    dari negara.

    b. Partai mempunyai kewajiban membuat laporan tahunan di tahun bukan

    masa pemilu (1 Januari 31 Desember pada tahun tersebut dan paling

    lambat diserahkan 15 Februari tahun berikutnya). Laporan pada tahun

    pemilu sejak 1 Januari sampai 20 hari sebelum hari pemilihan dan paling

    lambat 30 hari setelah pemilihan diserahkan. Laporan keuangan dalam

    bentuk laporan penerimaan dan pengeluaran partai, serta laporan aset

    kekayaan partai disertakan dengan laporan audit keuangan, bukti-bukti

    penerimaan dan pengeluaran serta rekening koran.

    Jepang a. Subsidi negara diberikan kepada partai politik yang memperoleh suara

    (minimal 5 kursi). Total subsidi 30 triliun yen, dengan perhitungan 250 yen

    per suara dari jumlah populasi penduduk jepang.

    b. Partai politik harus melaporkan penerimaan dalam kegiatan fundrising

    yang dilakukan secara berkala setiap tahun pada 31 Desember lengkap

    dengan rincian identitas penyumbang yang memberikan sumbangan di atas

    50.000 yen pada tahun tersebut.

    c. Laporan keuangan dilengkapi dengan daftar aset kekayaan termasuk harta

    bergerak, tabungan, pinjaman, hutang dsb Diolah dari Didik Supriyanto, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 131-138.

    Dalam konteks Indonesia, bantuan keuangan dari negara kepada partai politik bukan

    hal baru dalam penataan sistem kepartaian Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975

    tentang Partai Politik, yang merupakan Undang-Undang pertama mengatur partai politik di

    Indonesia, menyebutkan bahwa sumber keuangan partai politik dan golongan karya adalah

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 8

    iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat, usaha lain yang sah, dan bantuan dari

    negara/pemerintah.

    Meskipun Undang-Undang produk rezim Orde Baru itu tidak mengatur lebih lanjut

    bagaimana penyaluran dana bantuan partai politik, namun Partai Persatuan Pembangunan

    (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), secara rutin

    menerima dana bantuan setiap tahun. Penyaluran disampaikan melalui Direktorat Jenderal

    Sosial dan Politik, Departemen Dalam Negeri, yang diatur oleh Peraturan Menteri Dalam

    Negeri.12

    Untuk memberi gambaran mengenai nominal bantuan keuangan, berikut data jumlah

    bantuan keuangan dari APBN/APBD kepada partai politik hasil pemilu 2009 untuk tingkat

    Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan Dewan Pimpinan

    Cabang (DPC). Untuk dapat digunakan sebagai pembanding, data yang diambil adalah data di

    Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kota Yogyakarta, yang merupakan provinsi dan

    kota yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tabel 2. Jumlah Bantuan Keuangan APBN

    kepada Partai Politik DPR Hasil Pemilu 2009 (Rp 108 Per Suara)

    Sumber: Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 101.

    12Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 157.

    Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara Jumlah Subsidi

    Partai Demokrat 148 21.655.295 Rp 2.338.771.860,-

    Partai Golkar 106 14.576.388 Rp 1.574.249.904,-

    PDIP 94 15.031.497 Rp 1.623.401.676,-

    PKS 57 8.204.946 Rp 886.134.168,-

    PAN 46 6.273.462 Rp 677.533.896,-

    PPP 38 5.544.332 Rp 598.787.856,-

    PKB 28 5.146.302 Rp 555.800.616,-

    Partai Gerindra 26 4.642.795 Rp 501.421.860,-

    Partai Hanura 17 3.925.620 Rp 423.966.960,-

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 9

    Tabel 2. Jumlah Bantuan Keuangan APBD Provinsi DI Yogyakarta kepada Partai Politik DPRD DIYogyakarta Hasil Pemilu 2009 (Rp 618 Per Suara)

    Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara Jumlah Subsidi

    Partai Demokrat 8 327.799 Rp 202.579.782

    PDIP 11 274.679 Rp 169.751.622

    Partai Golkar 7 258.800 Rp 159.938.400

    PAN 10 243.416 Rp 150.431.088

    PKS 7 159.132 Rp 98.343.576

    Partai Gerindra 3 78.254 Rp 48.360.972 Sumber: Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 102.

    Tabel 3. Jumlah Bantuan Keuangan APBD Kota Yogyakarta

    kepada Partai Politik DPRD Kota Yogyakarta Hasil Pemilu 2009 (Rp 618 Per Suara) Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara Jumlah Subsidi

    PDIP 11 47.414 Rp 29.301.852

    Partai Demokrat 10 45.620 Rp 28.193.160

    PAN 5 26.828 Rp 16.579.704

    PKS 5 21.546 Rp 13.315.428

    Partai Golkar 5 15.868 Rp 9.806.424

    Partai Gerindra 2 8.788 Rp 5.430.984 Sumber: Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 103.

    Saat ini bantuan keuangan partai politik dilakukan berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 2 Tahun 2011. Jika dibandingkan dengan Undang-Undang sebelumnya, Undang-

    Undang Nomor 2 Tahun 2011 memuat dua ketentuan baru tentang bantuan keuangan partai

    politik: pertama, penggunaan dana bantuan keuangan partai politik diprioritaskan untuk

    pendidikan politik; kedua, laporan penggunaan bantuan partai politik diperiksa oleh BPK.13

    13Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 152.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 10

    Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, keuangan partai politik bersumber

    dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan keuangan dari

    APBN/APBD.14 Bantuan keuangan dari APBN/APBD diberikan oleh Pemerintah

    Pusat/Pemerintah Daerah setiap tahun secara proporsional kepada Partai Politik yang

    mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD) provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah

    perolehan suara.15

    Partai politik mendapat bantuan keuangan sesuai tingkatannya. Untuk partai politik di

    tingkat pusat yang mendapatkan kursi di DPR diberi bantuan keuangan dari APBN,16 untuk

    partai politik di tingkat provinsi yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi, diberi bantuan

    keuangan yang bersumber dari APBD provinsi,17 dan untuk partai politik di kabupaten/kota

    yang mendapatkan kursi di DPRD kabupaten/kota, diberi bantuan keuangan yang bersumber

    dari APBD kabupaten/kota.18

    Besarnya bantuan keuangan yang diberikan kepada partai politik berdasarkan pada

    jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota19 yang

    ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).20

    Penentuan besarnya nilai bantuan per suara hasil Pemilu DPR didasarkan pada hasil

    penghitungan jumlah bantuan keuangan APBN tahun anggaran sebelumnya dibagi dengan

    jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR bagi Partai Politik yang mendapatkan kursi periode

    14 Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 15 Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik jo. Pasal 1 angka 2, Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. 16 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 17 Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 18 Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 19 Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 20 Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 11

    sebelumnya.21 Ketentuan yang sama juga berlaku untuk besarnya nilai bantuan per suara hasil

    Pemilu pada DPRD provinsi/kabupaten/kota.22

    Jumlah bantuan keuangan kepada Partai Politik dari APBN/APBD dalam tahun

    anggaran berkenaan sama dengan nilai bantuan per suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi,

    dan DPRD kabupaten/kota tersebut di atas dikalikan dengan jumlah perolehan suara hasil

    Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota periode berkenaan.23 Untuk bantuan

    yang berasal dari APBD, bantuan tersebut dialokasikan setiap tahunnya dalam APBD

    provinsi/kabupaten/kota sesuai kemampuan keuangan daerah dan dianggarkan dalam jenis

    belanja bantuan keuangan dengan objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik.24

    Untuk mendapat bantuan keuangan, pengurus partai politik mengajukan permohonan

    tertulis kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk menyalurkan dana bantuan keuangan ke

    rekening kas umum partai politik.25 Permohonan bantuan keuangan diajukan oleh:

    1. Pengurus pusat partai politik kepada Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri;

    2. Pengurus daerah partai politik tingkat provinsi kepada gubernur; dan

    3. Pengurus daerah partai politik tingkat kabupaten/kota kepada bupati/walikota.26

    Permohonan tersebut ditandatangani oleh:

    1. ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain yang terdaftar di Departemen

    Hukum dan Hak Asasi Manusia (sekarang Kementerian Hukum dan HAM) bagi DPP

    partai politik;

    2. ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPD partai politik tingkat provinsi; dan

    3. ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPC partai politik tingkat kabupaten/kota.27

    21 Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 22 Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 3 ayat (2), (3) dan Pasal 6 dan 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 23 Pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 24 Pasal 9-11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 25 Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 26 Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 27 Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 12

    Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 menyatakan bahwa untuk pengajuan

    permohonan bantuan keuangan harus dilengkapi dengan persyaratan administrasi sebagai

    berikut.

    1. penetapan perolehan kursi dan suara hasil pemilu oleh KPU;

    2. susunan kepengurusan partai politik yang sah;

    3. rekening kas umum partai politik;

    4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) partai politik;

    5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik; dan

    6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran

    sebelumnya.28

    Sementara itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 memberi

    tambahan syarat administrasi selain syarat sebagaimana disebutkan dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009. Untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai

    politik tingkat nasional dilakukan dengan menggunakan kop surat dan cap stempel partai

    politik dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap,29 berupa:

    1. foto copy akte notaris pendirian yang memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

    partai politik;

    2. foto copy surat keterangan kepengurusan partai politik yang telah terdaftar dan disahkan

    oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dilegalisir oleh pejabat Departemen

    Hukum dan Hak Asasi Manusia;

    3. foto copy surat keterangan NPWP;

    4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan

    rekening dari bank yang bersangkutan;

    5. surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara hasil pemilihan

    umum DPR-RI yang dilegalisir oleh ketua atau wakil ketua atau Sekretaris Jenderal KPU;

    6. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik;

    7. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran

    sebelumnya; dan 28 Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 29 Pasal 12 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 13

    8. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan

    perundang-undangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang

    ditandatangani ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lainnya di atas materai

    dengan menggunakan kop surat partai politik.30

    Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri

    Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua KPU, dan Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan

    Politik (Kesbangpol) Kemendagri.31

    Untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat provinsi

    disampaikan secara tertulis oleh DPD partai politik tingkat provinsi dengan menggunakan kop

    surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut

    dalam dua rangkap,32 berupa:

    1. surat keputusan DPP partai politik yang menetapkan susunan kepengurusan DPD partai

    politik tingkat provinsi yang dilegalisir oleh ketua umum dan sekretaris jenderal DPP

    partai politik atau sebutan lainnya;

    2. foto copy surat keterangan NPWP;

    3. surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara partai politik hasil

    pemilihan umum DPRD tingkat provinsi yang dilegalisir ketua atau sekretaris KPUD;

    4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan

    rekening dari bank yang bersangkutan;

    5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik;

    6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran

    sebelumnya; dan

    30 Pasal 12 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 31 Pasal 12 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 32 Pasal 13 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 14

    7. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan

    perundangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua

    dan sekretaris DPD atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat

    partai politik.33

    Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah

    Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua KPU provinsi, dan kepala Badan

    Kesbangpol provinsi atau sebutan lainnya. 34

    Selanjutnya, untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat

    kabupaten/kota disampaikan dengan menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik

    dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap,35 berupa:

    1. surat keputusan DPP partai politik yang menetapkan susunan kepengurusan DPC partai

    politik tingkat kabupaten/kota yang dilegalisir oleh ketua umum dan sekretaris jenderal

    DPP Partai Politik atau sebutan lainnya;

    2. foto copy surat keterangan NPWP;

    3. surat Keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara partai politik hasil

    pemilihan umum DPRD tingkat Kabupaten/Kota yang dilegalisir Ketua atau Sekretaris

    Komisi Pemilihan Umum kabupaten/kota;

    4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan

    rekening dari bank yang bersangkutan;

    5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik;

    6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran

    sebelumnya;

    33 Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 34 Pasal 13 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 35 Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 15

    7. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan

    perundangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua

    dan sekretaris DPC atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat

    partai politik.36

    Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada ketua KPU kabupaten/kota

    dan kepala Badan/Kantor Kesbangpol kabupaten/kota atau sebutan lainnya. 37

    Atas pengajuan permohonan bantuan keuangan, Menteri Dalam

    Negeri/gubernur/bupati/walikota melakukan verifikasi keabsahan dan kelengkapan

    persyaratan administrasi,38 yang hasilnya dituangkan dalam berita acara.39 Untuk melakukan

    kegiatan verifikasi, Menteri Dalam Negeri/gubernur/bupati/walikota membentuk tim

    verifikasi.40 Biaya verifikasi kelengkapan administrasi dibebankan pada APBN/APBD. 41

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, bantuan keuangan dari

    APBN/APBD diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota partai

    politik dan masyarakat.42 Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman

    tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa

    dan bernegara.43 Pendidikan politik tersebut berkaitan dengan kegiatan:

    1. pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945,

    Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

    2. pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun

    etika dan budaya politik;

    36 Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 37 Pasal 14 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 38 Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 39 Pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 40 Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 41 Pasal 15 ayat (5), Pasal 16 ayat (5) dan Pasal 17 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 42 Pasal 34 ayat (3a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 43 Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 16

    3. pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan.44

    Ketentuan tersebut agak berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009

    dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009. Berdasarkan kedua peraturan

    tersebut, bantuan keuangan kepada Partai Politik digunakan sebagai dana penunjang kegiatan

    pendidikan politik dan operasional sekretariat partai politik.45 Kegiatan pendidikan politik

    tersebut berkaitan dengan:

    1. peningkatan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara;

    2. peningkatan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara; dan

    3. peningkatan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam rangka

    memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.46

    Pendidikan politik merupakan syarat utama dalam upaya mewujudkan partisipasi

    olitik. Dalam praktik demokrasi modern, partisipasi politik merupakan salah satu tujuan

    pembangunan, termasuk pembangunan demokrasi (pembangunan politik) agar sistem politik

    dapat berjalan secara efektif. Partisipasi politik juga menjadi indikator utama bagi tingkat

    keberhasilan penyelenggaraan pemilu yang demokratis dalam negara demokrasi modern.47

    Pendidikan politik juga penting sebagai upaya mewujudkan kaderisasi politik. Dalam

    ilmu politik, partai politik mengemban fungsi kaderisasi politik sebagai fungsi yang strategis

    untuk merekrut, mendidik dan melatih anggota partai politik yang berbakat menjadi kader

    politik yang dipersiapkan menduduki jabatan publik atau untuk mengisi regenerasi

    kepemimpinan partai politik. Berkaitan fungsi partai politik, Budiharjo (2005:164)

    menegaskan bahwa, Partai politik mempunyai fungsi untuk mencari dan mengajak orang

    44 Pasal 34 ayat (3b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 45 Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 22 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 46 Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 23 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 47 Soebagio, Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116, Depok: Universitas Indonesia, 2009, halaman 114

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 17

    yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political

    recruitment) dan berusaha menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang

    dipersiapkan mengganti pimpinan lama (selection of leadership).48

    Sementara itu, kegiatan operasional sekretariat yang boleh diselenggarakan dengan

    menggunakan bantuan keuangan adalah yang berkaitan dengan administrasi umum,

    berlangganan daya dan jasa, pemeliharaan data dan arsip, dan pemeliharaan peralatan

    kantor.49 Termasuk dalam kategori administrasi umum antara lain belanja keperluan alat tulis

    kantor, rapat internal sekretariat partai politik, dan ongkos perjalanan dalam rangka

    mendukung kegiatan operasional sekretariat partai politik. Sementara itu, yang dimaksud

    dengan daya dan jasa antara lain telepon, listrik, air minum, jasa pos dan giro, dan surat

    menyurat.50

    Atas bantuan keuangan yang diterima dari APBN/APBD, partai politik wajib

    menyampaikan laporan pertanggungjawaban terhadap penerimaan dan pengeluaran yang

    dilakukannya kepada BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diperiksa paling lambat 1

    (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.51 Laporan pertanggungjawaban terdiri dari:

    1. Rekapitulasi Realiasi Penerimaan dan Belanja bantuan keuangan partai politik dan rincian

    Realisasi Belanja Dana Bantuan Keuangan Partai Politik Per Kegiatan; dan

    2. Barang Inventaris/Modal (Fisik), Barang Persediaan Pakai Habis dan Pengadaan/

    Penggunaan Jasa.52

    Untuk membuat laporan pertanggungjawaban tersebut, partai politik wajib

    melaksanakan pembukuan dan memelihara bukti penerimaan dan pengeluaran atas dana

    bantuan keuangan.53

    48 Soebagio, Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116, Depok: Universitas Indonesia, 2009, halaman 112 49 Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 24 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 50 Penjelasan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. 51 Pasal 34A ayat (1) jo. Pasal 47 ayat (3) huruf i Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik jo. Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 25 dan Pasal 26 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 52 Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 53 Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 18

    BPK melakukan pemeriksaan atas laporan tersebut 3 (tiga) bulan setelah tahun

    anggaran berakhir.54 Hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan

    pengeluaran tersebut disampaikan kepada partai politik paling lambat 1 (satu) bulan setelah

    pemeriksaan.55 Setelah selesai diperiksa BPK, paling lambat 1 (satu) bulan56 partai politik

    wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban tersebut kepada Pemerintah.57 Laporan

    pertanggungjawaban tersebut disampaikan kepada:

    1. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri oleh ketua umum atau sebutan lain partai

    politik tingkat pusat;

    2. gubernur oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat provinsi; dan

    3. Bupati/walikota oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat kabupaten/kota.58

    Laporan pertanggungjawaban tersebut terbuka untuk diketahui masyarakat.59 Partai

    politik yang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban dikenai sanksi administratif

    berupa penghentian bantuan keuangan APBN/APBD sampai laporan diterima oleh

    Pemerintah dalam tahun anggaran berkenaan.60

    Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2012 tentang

    Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan

    kepada Partai Politik yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 17 Oktober 2012.

    Pasal 12 A ayat (4) dan Pasal 18 A Peraturan Pemerintah tersebut mengamanatkan kepada

    BPK RI untuk membuat Peraturan BPK mengenai Tata Cara Penyampaian Laporan oleh

    Partai Politik kepada BPK dan Tata Cara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK

    kepada Partai Politik, paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah tersebut

    54 Pasal 34A ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 55 Pasal 34A ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 56 Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 28 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 57 Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 27 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 58 Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 28 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 59 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 29 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik 60 Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 19

    diundangkan. Berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 yang tidak

    memberikan batasan porsi penggunaan bantuan keuangan antara pendidikan politik dan

    operasional sekretariat partai politik, Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2012 memberi

    batasan bahwa bantuan keuangan kepada partai politik yang digunakan untuk melaksanakan

    pendidikan politik bagi anggota partai politik dan masyarakat paling sedikit 60% (enam puluh

    perseratus).61

    B. Pemeriksaan atas Bantuan Keuangan untuk Partai Politik Hampir semua negara mewajibkan partai politiknya untuk mengumumkan laporan

    keuangannya kepada publik, terutama terkait jumlah bantuan keuangan dan daftar bantuan

    keuangan yang diterima. Namun demikian, terdapat beberapa pengecualian. Misalnya,

    Argentina membolehkan bantuan keuangan dan daftar bantuan keuangan tidak diumumkan

    sampai jangka waktu 3 tahun setelah pemilu berlalu. Afrika Selatan tidak mewajibkan

    keterbukaan ini tetapi publik bisa mendapatkan informasi mengenai keuangan partai politik

    lewat Undang-Undang Hak atas Informasi. 62

    Keterbukaan informasi atas laporan keuangan partai politik sangat penting bagi

    kelangsungan demokrasi di suatu negara. Banyak pihak yang berkepentingan atas laporan

    keuangan partai politik, mulai dari pengurus, anggota, lembaga pengawas partai politik,

    pemerintah, penyumbang, kreditur, dan publik atau masyarakat luas, terutama konstituen

    partai politik.63

    Sayangnya, saat ini laporan keuangan partai politik belum tertib.64 Hal itu diperparah

    dengan belum adanya standar akuntansi keuangan yang komprehensif untuk partai politik.

    Standar yang dipakai saat ini (PSAK 45, standar pelaporan keuangan untuk organisasi nirlaba)

    61 Pasal 9 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012. 62 Emmy Hafild, Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Jakarta: Transparency International Indonesia dan IFES, cetakan kedua, 2008, halaman 17. 63 Emmy Hafild (ed), Laporan Studi Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Cetakan Kedua, 2008, Transparency International Indonesia, halaman 44. 64 Sekretaris Umum Institut Akuntan Publik Indonesia Tarkosunaryo pernah menyatakan bahwa keuangan partai politik saat ini tidak bisa diperiksa. Selain karena tak ada tata administrasi yang jelas soal arus kas keluar masuk ke partai politik, pemeriksaan tidak bisa dilakukan karena sumber dana partai politik selama ini juga tidak pernah jelas. Lihat http://nasional.kompas.com/read/2011/10/10/19355380/Keuangan.Parpol.Tak.Bisa.Diaudit, 10 Oktober 2011.

    http://nasional.kompas.com/read/2011/10/10/19355380/Keuangan.Parpol.Tak.Bisa.Diaudit

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 20

    sangat tidak mencukupi karena tidak mengakomodasi karakteristik partai politik yang berbeda

    dengan organisasi nirlaba yang lain.65

    Untuk di Indonesia, pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban dana bantuan

    keuangan partai politik dilakukan oleh BPK. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk

    menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah

    dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan. Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan

    berdasarkan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

    Negara (SPKN). SPKN adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan

    tanggung jawab keuangan negara.66

    Dalam melakukan pemeriksaan bantuan keuangan kepada partai politik yang

    bersumber dari APBN/APBD, pemeriksa BPK perlu mengecek apakah realisasi penerimaan

    dan penggunaan bantuan keuangan sesuai dengan rencana penggunaan dana bantuan

    keuangan sebagaimana dilampirkan oleh partai politik saat mengajukan permohonan bantuan.

    Bila realisasi dan rencana tidak sesuai, maka perlu dilakukan klarifikasi, karena partai politik

    sebagai lembaga publik sudah sewajarnya dapat merencanakan kegiatannya dengan baik.

    Pemeriksa juga perlu memastikan kewajaran pengeluaran dana bantuan keuangan dan bukti-

    bukti pendukungnya. Selain itu, pemeriksa perlu memperhatikan apakah terdapat pembebanan

    ganda pada pencatatan pengeluaran atas dana APBN/APBD, dengan pencatatan pengeluaran

    atas dana yang didapat dari selain dana APBN/APBD yang diperiksa oleh akuntan publik.

    Dua hal utama yang sering menjadi temuan BPK dalam pemeriksaan atas laporan

    pertanggungjawaban dana bantuan partai politik adalah penggunaan dana bantuan yang tidak

    sesuai ketentuan dan tidak adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah. Beberapa

    contoh temuan BPK atas penggunaan dana bantuan partai politik yang tidak sesuai ketentuan

    adalah sebagai berikut:

    1. Pembayaran honorarium;67

    2. Pebebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang sakit pada biaya

    perjalanan dinas;

    3. Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan; 65 Emmy Hafild, Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Jakarta: Transparency International Indonesia dan IFES, cetakan kedua, 2008, halaman viii. 66 Pasal 1 angka 1, Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 67 Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 24 tahun 2009 sudah tidak ada lagi alokasi biaya untuk honorarium/gaji staf

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 21

    4. Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang luar biasa pada biaya

    administrasi umum;

    5. Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor.68

    6. Sebagian besar partai politik nasional, provinsi maupun kabupaten/kota tidak

    mengalokasikan subsidi untuk kegiatan pendidikan politik.69

    Dalam melakukan pemeriksaan atas bantuan keuangan partai politik, terdapat beberapa

    hal yang patut mendapat perhatian, antara lain:

    1. Partai politik belum memahami dengan baik peraturan mengenai bantuan keuangan

    Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 telah menyebutkan secara jelas

    peruntukan bantuan keuangan. Demikian pula format isian laporan penggunaan dana

    bantuan telah dirinci dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009. Jika

    kemudian partai politik mengalokasikan dana bantuan tidak sesuai dengan kedua

    peraturan tersebut, maka ada kemungkinan pengurus partai politik belum memahami

    dengan baik materi kedua peraturan tersebut.

    Seringkali partai politik juga tidak konsisten mengelompokkan dan

    mengklasifikasikan berbagai jenis biaya ke dalam masing-masing jenis kegiatan. Mereka

    kesulitan untuk membebankan gaji/honor karyawan, dan sewa kantor pada jenis kegiatan

    yang mana, dan masih tidak jelas diperbolehkan atau tidak. Selain itu, partai politik juga

    belum memiliki pemahaman apakah pembayaran asuransi diperbolehkan untuk

    dibebankan ke biaya pemeliharaan peralatan kantor.70 Oleh karena itu, sosialisasi

    peraturan mengenai bantuan keuangan partai politik tersebut harus diintensifkan kepada

    pengurus partai politik.

    68 http://www.keuanganlsm.com/article/audit-atas-laporan-keuangan-partai-politik/, 4 Januari 2012 69Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 180. Hal yang sama juga diungkap oleh Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129. 70 Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129.

    http://www.keuanganlsm.com/article/audit-atas-laporan-keuangan-partai-politik/

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 22

    2. Belum ada standar akuntansi keuangan partai politik

    Pelaporan bantuan keuangan oleh partai politik saat ini sangat sederhana sehingga

    belum informatif dan tidak bisa menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengambilan

    kebijakan. Hal ini terjadi karena memang format pelaporan bantuan keuangan diatur

    sangat sederhana oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009.

    Saat ini belum ada standar akuntansi keuangan untuk partai politik, yang secara

    khusus dapat dijadikan dasar penyusunan laporan keuangan bagi partai politik. Ada

    pendapat yang menyatakan bahwa PSAK 45 Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba dapat

    digunakan sebagai standar akuntansi keuangan partai politik, karena karakter partai politik

    mirip dengan karakter organisasi nirlaba. Namun ada beberapa hal yang membedakan

    partai politik dengan entitas nirlaba. Karakteristik khusus partai politik tersebut antara

    lain: jika pada organisasi nirlaba pada umumnya terdapat kejelasan jenis barang dan/atau

    jasa yang dihasilkannya, maka tujuan utama partai politik adalah dalam rangka meraih

    kekuasaan politik; perjuangan utama partai politik dilakukan melalui pemilu, kepentingan

    publik yang lebih besar; dan adanya kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye.

    Di samping itu, beberapa peraturan yang secara khusus mengatur partai politik sehingga

    menyebabkan kekhususan pada keuangan partai politik. 71

    Dengan adanya perbedaan karakteristik, perbedaan kepentingan pemakai laporan

    keuangan dan adanya transaksi-transaksi khusus partai politik dengan entitas lain,

    diperlukan adanya standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan keuangan

    partai politik. Dengan penyempurnaan standar akuntansi keuangan ini diharapkan laporan

    keuangan partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat diandalkan

    dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat

    dipergunakan oleh para pengguna laporan keuangan dan tidak menyesatkan. Dengan

    demikian, transparansi di bidang keuangan dapat diwujudkan yang pada gilirannya

    penyalahgunaan dan pelanggaran keuangan oleh partai politik serta politik uang dapat

    dicegah atau setidaknya dikurangi.72

    71 http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik, 22 Februari 2012 72 http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik, 22 Februari 2012

    http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitikhttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitikhttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitikhttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 23

    Dengan standar akuntansi yang baik, dan informasi yang bisa diakses masyarakat

    luas, maka kendali masyarakat terhadap partai politik akan layak dilakukan. Kontrol

    publik akan mencegah terjadinya politik uang dalam proses politik dan proses

    pengambilan keputusan atau kebijakan di kalangan pemerintah.73

    3. Peraturan mengenai bantuan keuangan partai politik belum mengakomodasi belanja partai

    politik.

    Terdapat beberapa jenis belanja partai politik yang belum terakomodasi oleh

    Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 dan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor

    24 TAhun 2009. Misalnya, banyak partai politik yang masih membutuhkan inventaris

    seperti komputer dan meubelair. Bahkan, terdapat DPD yang masih membebankan

    pembayaran cicilan kendaraan roda empat.74 Namun demikian, ternyata pembelian

    inventaris (aset tetap) tidak diperbolehkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    24 Tahun 2009.

    Pada kenyataan di lapangan, semua partai politik (terutama di tingkat DPP dan

    DPD/DPW provinsi) memiliki karyawan untuk sekretariat dan membayar honor/gaji

    karyawan sekretariat. Biaya gaji/honor bagi karyawan Sekretariat Partai tidak jelas masuk

    ke kegiatan yang mana, karena Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009

    tidak mengakomodasi biaya tersebut.75 Selain itu, sewa kantor (terutama untuk

    DPD/DPW/DPC) juga tidak diakomodasi, padahal hampir seluruh DPC belum memiliki

    gedung kantor sendiri dan masih menyewa, dan gedung kantor sangat dibutuhkan untuk

    mendukung operasional sekretariat.76

    73 http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik, 22 Februari 2012 74Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 180-181. 75 Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129. 76 Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129.

    http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitikhttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 24

    4. Banyak partai politik yang belum melaksanakan kewajiban perpajakan

    Pemahaman mengenai perpajakan sangat lemah di kalangan pengurus partai

    politik, khususnya dalam hal pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23) atas kegia-

    tan sewa kantor dan pengenaan Pajak Penghasilan Pajak 21 (PPh 21) atas honorarium

    narasumber. Hal ini menjadi salah satu penyebab partai politik tidak seluruhnya

    memenuhi kewajiban perpajakan. Untuk itu perlu sosialisasi mengenai ketentuan perpaja-

    kan oleh Kesbangpol, baik di pusat maupun di daerah.77

    5. Jumlah bantuan keuangan dari APBN/APBD sangat kecil

    Jumlah bantuan keuangan yang sangat kecil (1,3% dari total belanja per tahun

    partai politik) membuat pengurus partai politik mengelola bantuan keuangan tersebut

    dengan sekedarnya,78 termasuk dalam membuat laporan pertanggungjawaban. Jumlah

    bantuan yang sangat kecil tersebut tentu tidak mungkin mencapai tujuan diadakannya

    bantuan keuangan partai politik, yakni menjaga kemandirian partai politik dari pengaruh

    para penyumbang. Dengan besarnya sumbangan dari pihak lain, baik perseorangan

    maupun perusahaan, yang mencapai 98,7% dari total belanja partai politik, menjadikan

    para penyumbang, dengan leluasa bisa mengendalikan partai politik.79

    6. Pencairan dana bantuan keuangan mendekati akhir tahun anggaran

    Pencairan dana bantuan keuangan yang mendekati akhir tahun anggaran,

    merupakan masalah besar bagi pengurus partai politik yang bertanggung jawab atas

    penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan bantuan keuangan. Sebagaimana

    diakui oleh beberapa pengurus partai politik dan pihak Kemendagri, dana bantuan

    keuangan dicairkan sepanjang Oktober-November tahun berjalan. Hal itu menyulitkan

    77 Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129. 78Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 173. 79Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 171.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 25

    pengurus partai politik dalam mengalokasikan penggunaan dana sekaligus menyulitkan

    dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan. 80

    Administrasi keuangan partai politik saat ini belum tertib, sehingga mereka belum

    tentu memiliki catatan belanja beserta bukti-bukti pengeluaran. Apalagi jika transaksi itu

    terjadi pada bulan-bulan yang telah lewat. Jika pun mereka memiliki catatan belanja

    beserta bukti-bukti pengeluarannya, mereka tetap tidak bisa melaporkan pengeluaran

    sebelum bulan Oktober sebagai pengeluaran sesudah Oktober. Dengan demikian jika dana

    bantuan partai politik itu cair bulan Oktober atau November, maka partai politik harus

    membelanjakan sejak dana itu cair hingga batas akhir tahun anggaran, yakni 31 Desember.

    Akibatnya, partai politik terpaksa melakukan rekayasa alokasi penggunaan dana bantuan,

    yang kemudian diikuti oleh rekayasa laporan pertanggungjawaban penggunaan dana

    bantuan.81

    Selain itu, pencairan dana bantuan yang mendekati tahun anggaran menjadikan

    pengurus partai politik tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyusun laporan

    pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan, sehingga mereka cenderung asal-asalan

    dalam membuat laporan.82

    Pencairan dana bantuan keuangan yang terlambat tersebut tidak terlepas dari

    terlambatnya penyampaian laporan dari partai politik kepada BPK untuk diperiksa. Untuk

    mengantisipasi hal tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 memberi batas

    waktu tertentu, mulai dari batas waktu penyampaian laporan, pemeriksaan, dan

    penyampaian laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan bantuan keuangan partai

    politik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 Partai Politik wajib

    menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran bantuan

    keuangan yang bersumber dari dana APBN dan APBD kepada BPK secara berkala 1

    (satu) tahun sekali untuk diperiksa paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran 80Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 182. 81Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 182. 82Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 181.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 26

    berakhir.83 Selanjutnya, pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan

    pengeluaran tersebut harus sudah selesai dilakukan oleh BPK paling lama 3 (tiga) bulan

    setelah tahun anggaran berakhir.84 BPK kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan atas

    laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) kepada Partai Politik paling lama 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan selesai

    dilakukan.85

    7. Belum ada sanksi keras terhadap partai politik

    BPK telah melaporkan adanya berbagai masalah dan pelanggaran terhadap

    ketentuan penggunaan dana subsidi ABPN/APBD. Namun sampai sejauh ini, hasil

    pemeriksaan BPK tidak dijadikan tolok ukur untuk memberikan sanksi kepada partai

    politik yang terbukti telah melanggar ketentuan penggunaan dana bantuan keuangan.86

    Bahkan ketentuan Undang-Undang yang menegaskan bahwa partai politik yang tidak

    membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan keuangan tahun

    anggaran yang lalu tidak bisa mendapatkan pencairan subsidi tahun anggaran berjalan,

    tidak dijalankan secara konsisten oleh Kemendagri dan pemerintah daerah.87

    Penerapan sanksi atas ketidakpatuhan dalam pelaporan pertanggungjawaban

    bantuan keuangan perlu dipertimbangkan. Sebagian besar negara memberlakukan sanksi

    administratif terhadap partai politik yang melanggar aturan-aturan tersebut di atas. Sanksi

    administratif ini dari mulai yang terberat seperti dibubarkannya partai, yang sedang seperti

    tidak diizinkan mengikuti pemilu atau yang ringan seperti tidak mendapatkan bantuan dari

    negara. Sebagian negara juga memberlakukan sanksi pidana terhadap pelanggaran-

    pelanggaran ini dan prosesnya melalui pengadilan pidana. Negara-negara yang

    memberlakukan sanksi pidana ini antara lain Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Ceko,

    Kanada, Portugal, Filipina dan Thailand.88

    83 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 Pasal 12 A Ayat (1). 84 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 Pasal 12 A Ayat (2). 85 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 Pasal 12 A Ayat (3). 86 Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129. 87 Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 127-129. 88 Emmy Hafild, Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Jakarta: Transparency International Indonesia dan IFES, cetakan kedua, 2008, halaman 17.

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 27

    C. PENUTUP Peran BPK RI dalam memeriksa pengelolaan dana partai politik dirasa penting karena

    pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali dari partai politik yang juga bersih,

    transparan dan akuntabel. Namun, perlu disadari bahwa yang lebih mempunyai kewajiban untuk

    mewujudkan pengelolaan keuangan partai politik yang bersih, transparan dan akuntabel adalah

    partai politik itu sendiri. Untuk itu partai politik perlu mempunyai pemahaman yang memadai

    tentang bagaimana pengelolaan dana partai politik yang baik, khususnya dalam pengelolaan dana

    bantuan keuangan yang didapat dari APBN/APBD.

    Perlu digarisbawahi bahwa partai politik merupakan institusi publik yang mempunyai

    peran besar dalam menjaga demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, jujur, dan

    bebas korupsi. Karena itu, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan partai politik

    menjadi hal yang penting untuk diwujudkan. Dukungan dari segenap pihak menjadi syarat

    mutlak untuk mewujudkan tujuan tersebut.

    Daftar Pustaka

    Buku dan Jurnal

    Hafild, Emmy. Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta:

    Transparency International Indonesia dan IFES. 2003.

    Pramono, Sidik. Pengendalian Keuangan Partai Politik. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata

    Pemerintahan. 2011.

    Soebagio. Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial

    Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116. Depok: Universitas Indonesia. 2009.

    Supriyanto (ed), Didik. Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek. Jakarta:

    Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. 2011.

    Supriyanto, Didik. Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009

    dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam

    Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna. Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012. Jakarta:

    Yayasan Perludem. 2012.

    Internet

  • Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 28

    Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik.

    http://www.bpk.go.id/web/?p=10544. 28 November 2011.

    ICW: Banyak Parpol Tak Punya Laporan Keuangan. www.hukumonline.com. 13 September

    2012.

    Darimana Sumber Dana Partai?

    http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-

    mana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131. 5 April 2012.

    Keuangan Parpol Tak Bisa Diaudit.

    http://nasional.kompas.com/read/2011/10/10/19355380/Keuangan.Parpol.Tak.Bisa.Diaudit.

    10 Oktober 2011.

    Transparansi Akuntabilitas dan Audit Laporan Keuangan Partai Politik

    http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-

    transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik. 22 Februari 2012.

    Peraturan Perundang-undangan

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun

    2008 Tentang Partai Politik.

    Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,

    Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban

    Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.

    http://www.bpk.go.id/web/?p=10544http://www.hukumonline.com/http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-mana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-mana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131http://nasional.kompas.com/read/2011/10/10/19355380/Keuangan.Parpol.Tak.Bisa.Diaudithttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitikhttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394-transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik

    Pembayaran honorarium;66FPebebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang sakit pada biaya perjalanan dinas;Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan;Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang luar biasa pada biaya administrasi umum;Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor.67FSebagian besar partai politik nasional, provinsi maupun kabupaten/kota tidak mengalokasikan subsidi untuk kegiatan pendidikan politik.68F