Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau
-
Upload
roovhy-net -
Category
Documents
-
view
181 -
download
2
Transcript of Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau
Laporan Bisnis Plan
Program Studi Agribisni Pertanian i
Laporan Bisnis Plan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Theobroma cacao.L adalah nama biologis yang diberikan pada pohon
kakao oleh Linneus. Theobramo cacau. L, merupakan tanaman perkebunan yang
sangat akrab dikalangan masyarakat dunia, begitu juga halnya dengan masyarakat
di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu komoditi penting yang mendapat
perhatian dari pemerintah karena telah mendatangkan devisa yang cukup besar
untuk negara.
Dibandingkan dengan negara lain di dunia seperti Afrika, Gana dan Brazil
yang juga mengusahakan komodoti ini, Indonesia termasuk yang menguasai
pasaran, namun dikalangan masyarakat sendiri masih banyak yang mengeluhkan
rendahnya produksi kakao. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi
diantaranya pemelihararaan yang kurang optimal, mutu bibit yang rendah dan
kesalahan dalam penerapan teknologi dan faktor lainnya yang bisa terjadi di
lapangan.
Untuk memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan produksi tanama
kakao, peningkatan mutu kakao rakyat mutlak dilakukan. Produksi yang
meningkat akan membantu masyarakat dalam mengembangkan perekonomian
keluarga dan pemerintah. Salah satunya dengan melakukan tindakan perbaiikan
kualitas pembibitan sehingga menghasilkan bibit kakao yang bermutu baik.
Apabila hal ini tidak dilaksanakan maka akan menimbulkan kerugian yang
besar mulai dari masyarakat hingga perusahaan yang menggunakan bibit kakao
sebagai bahan bakunya, bahkan negara sekalipun akan merasakan dampaknya.
Program Studi Agribisni Pertanian 1
Laporan Bisnis Plan
Terbatasnya bibit bermutu menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman
kakao saat ini, yakni hanya 625 kilogram (kg) per hektar per tahun. Hal itu setara
32 % dari potensi seharusnya sebesar 2.000 kg per hektar per tahun.
Untuk itu, diperlukan terobosan teknologi pembibitan kakao berkualitas untuk
memenuhi kebutuhan yang semakin besar dengan cara menggunakan teknologi
tepat guna (Azwar, 2008).
Urine difermentasi merupakan pupuk organik cair yang memiliki hara yang
lebih dibandingkan pupuk kandang yang berasal dari feses(pupuk kandang
padatan). Disamping kandungan unsur haranya, urine sapi difermentasi juga
mengandung hormon atau dikenal dengan zat pengatur tumbuh. Pupuk ini dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bibit yang dihasilkan sehingga
memiliki nilai jual tinggi.
Penggunaan urine sapi yang difermentasi pada pembibitan tanaman kakao
sebagai pupuk merupakan teknologi baru yang diharapkan mampu menggantikan
peran pupuk buatan yang selama ini menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan. Selain itu urine sapi ini telah berhasil diterapkan pada komoditi lain
seperti: tomat, jahe merah, padi sawah, karet, dan komoditi lainnya diharapkan
juga berhasil pada tanaman kakao yang membutuhkan unsur hara yang
terkandung didalam urine sapi (Azwar, 2008).
Dengan pemberian urine sapi fermentasi pada bibit kakao akan dapat
menghasilkan bibit yang memiliki mutu dan kualitas baik seperti: warna daun
yang lebih segar, batang yang kuat, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Hal ini
disebabkan karena penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih optimal. Bibit yang
Program Studi Agribisni Pertanian 2
Laporan Bisnis Plan
bermutu baik akan memiliki nilai jual yang tinggi dan tentunya akan
mendatangkan keuntungan bagi yang mengusahakannya.
1.2. Tujuan Bisnis Plan
Tujuan dari Bisnis plan dalam pembibitan kakao dengan menggunakan
pupuk urine sapi difermentasi adalah sebagai berikut:
1. Melatih dan memupuk jiwa wirausaha pada diri mahasiswa dengan
melakukan pembibitan kakao.
2. Melatih mahasiswa dalam manajemen diri dan manajemen usaha yang
dilaksanakan pada pembibitan tanaman kakao.
3. Menggunakan urine sapi difermentasi sebagai pupuk organik pada
pembibitan tanaman kakao untuk meningkatkan kualitas pembibitan.
3.1. Manfaat Ekonomi
Pembibitan kakao merupakan sebuah usaha yang layak untuk diusahakan.
Dalam memulai usaha ini tidak memerlukan modal yang besar, tempat yang luas
dan penggunaan alat-alat canggih. Dengan berbagai teknolagi pembibitan yang
ada, teknoilogi pembitan memakai urine sapi yang difermentasi merupakan usaha
yang berazaskan pemamfaatan limbah pertanian sebagai teknologi yang ekonomis
dan menguntungkan.
Penggunaan urine sapi difermentasi pada proses pembibitan kakao juga
dapat mengurangi biaya produksi. Urine sapi merupakan limbah yang belum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat padahal limbah ini memiliki kandungan zat
hara yang dibutuhkan tanaman. Pemakaian urine sapi yang difermentasi pada
pembibitan tanaman kakao diharapkan dapat meningkatkan mutu bibit kakao yang
memiliki nilai jual yang tinggi.
Program Studi Agribisni Pertanian 3
Laporan Bisnis Plan
Pembibitan kakao yang menghasilkan bibit bermutu baik untuk dijual kepada
masyarakat atau perusahaan yang menggunakan bibit kakao merupakan usaha
yang akan mendatangkan keuntungan dan menjadi sumber pendapatan tersendiri
bagi pihak yang mengusahakan. Selain itu bagi petani yang menjual urine sapi
juga mendapatkan pendapatan baru dari limbah yang dihasilakan ternak hewan
peliharaanya.
1.4. Manfaat Sosial
Dengan pelaksanaan pembibitan kakao ini dapat membantu progam
pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga hal ini dapat mengurangi
angka pengangguran di Indonesia. Dampak akhir yang diharapkan adalah
memperbaiki perekonomian masyarakat menjadi lebih baik.
Apabila ditinjau dari segi komoditi, kakao itu sendiri maka manfaat yang
didapati masyarakat yaitu pemenuhan gizi dan kandungan lemak yang sehat dari
hasil olahan kakao. Banyak penelitian yang menyatakan kakao memiliki
kandungan zat seperti serat dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Manfaat sosial jika dilihat dari penggunaan urine sapi yang dipakai dalam
pembibitan kakao adalah mendorong pertanian hijau yang ramah lingkungan dan
azas pemanfaatan limbah pertanian. Selain itu penggunaan urine sapi juga
menambah nilai guna dari urine sapi tersebut menjadi limbah yang memiliki nilai
ekonomis dan nilai jual.
Program Studi Agribisni Pertanian 4
Laporan Bisnis Plan
II. ASPEK PASAR
2.1. Gambaran Umum Pasar
2.1.1. Jenis Produk Yang Dipasarkan
Produk yang dihasilkan adalah bibit kakao. Bibit kakao sebelum dipasarkan
terlebih dahulu harus melalui beberapa tahapan diantaranya: penyeleksian,
pemeliharan agar tanaman tetap segar hingga sampai ketangan konsumen. Jenis
produk yang akan dipasarkan adalah berupa bibit kakao berkualitas baik dengan
kriteria : berumur 3,5 – 4 bulan, tinggi berkisar 50 – 60 cm, jumlah daun
minimum 4 lembar, diameter batang 8mm , dan tidak terserang hama dan
penyakit.
2.1.2. Wilayah Pemasaran
Konsumen dari jenis komoditi ini adalah masyarakat petani di Kabupaten
Limapuluh Kota dan sekitarnya. Pada umumnya didaerah ini perkebunan kakao
dikuasai oleh rakyat.
2.1.3. Pasar
Jumlah permintaan akan produk/bibit kakao tersebut untuk waktu yang
akan datang dapat diperkirakan dengan pendekatan selisih luas lahan tanaman
kakao perkebunan rakyat seperti yang terlihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1: Luas Lahan Tanaman Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2002- 2006
Tahun Luas Lahan (Ha) Peningkatan Luas Lahan2002 591,60 -2003 642,50 0,0862004 666,00 0,0372005 903,00 0,3552006 1.046,46 0,158
Jumlah 0,639Rata-rata peningkatan 0,13
Sumber: BPS Kubapaten Limapuluh Kota 2007
Program Studi Agribisni Pertanian 5
Laporan Bisnis Plan
Berdasarkan data diatas dapat diproyeksikan luas lahan di daerah
Kabupaten Limapuluh Kota untuk tahun 2007 sampai 2012. Proyeksi tersebut
tergambar pada tabel 2 berikut ini.
Tabel:2 Proyeksi Luas Lahan Tanaman Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2008 -2012Tahun Luas Lahan (Ha)2008 1.336,232009 1.509,932010 1.706,232011 1.928,042012 2.178,68
Untuk mendapatkan proyeksi permintaan terhadap bibit kakao di Kabupaten
Limapuluh Kota,kita kapat mengalikan jumlah bibi kakao yang dibutuhkan untuk
per 1 hektar lahan dengan selisih luas lahan yang telah kita proyeksikan pada tabel
2 diatas.
Kebutuhan bibit kakao menurut( Susanto, 2003) untuk ditanam pada luas
lahan 1 ha dengan jarak tanam 3 x 3 adalah sebagai berikut:
Populasi bibit/ha
1 ha =
= 1111 bibit/ha
Penyulaman = 10 % x 1111
= 111 bibit/ha
Jumlah bibit yang dibutuhkan/ha = 1111 + 111
= 1222 bibit/ha
Maka berdasarkan jumlah populasi bibit yang dibutuhkan untuk 1 hektar
lahan dan proyeksi luas lahan sehingga permintaan bibit kakao pada masa yang
akan datang maka dapat diproyeksikan dalam lima tahun ke depan seperti yang
terlihat pada tabel 3 . Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah diterapkan.
Program Studi Agribisni Pertanian 6
Laporan Bisnis Plan
Tabel 3. Proyeksi Permintaan Bibit Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun 2008 - 2012
TahunSelisih Luas Lahan
(Ha)Kebutuhan bibit
(batang/ha)Permintaan
(batang)2008 153,73 1222 187.8582009 173,71 1222 212.2742010 196,30 1222 239.8792011 221,81 1222 271.0572012 250,64 1222 306.282
2.3. Proyeksi Penawaran
Berdasarkan kegiatan pencarian data penawaran produk/bibit kakao yang
dilakukan di Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota dan Kantor Dinas
Perkebunan ternyata tidak ditemukan adanya data penawaran produk/bibit kakao
atau produsen bibit kakao di daerah Kabupaten Limapuluh Kota dan sekitarnya.
Menurut Dinas Perkebunan Kabupaten Limapuluh kota, bibit kakao yang
diperoleh didatangkan dari luar daerah Kabupaten Limapuluh Kota, sehingga
dapat diasumsikan penawaran terhadap bibit kakao di Kabupaten Limapuluh Kota
tidak ada 0 (nol). Hal ini disebabkan karena masyarakat hanya melakukan
pembibitan dalam skala kecil dan sifatnya untuk pribadi.
2.4. Proyeksi Peluang Pasar
Dengan tidak adanya penawaran terhadap bibit kakao pada daerah
kabupaten Limapuluh Kota maka permintaan yang ada akan menjadi peluang
pasar dari bibit kakao seperti yang terlihat pada tabe 5 berikut ini:
Tabel 5. Peluang Pasar Bibit Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota untuk Tahun 2008 – 2012
TahunPermintaan
(batang)Penawaran
(batang)Peluang Pasar
(batang)2008 187.858 0 187.8582009 212.274 0 212.2742010 239.879 0 239.8792011 271.057 0 271.0572012 306.282 0 306.282
Program Studi Agribisni Pertanian 7
Laporan Bisnis Plan
2.5. Penjualan dan Pangsa Pasar
Usaha pembibitan kakao yang akan dilaksanakan adalah dengan
mengusahakan bibit sebanyak 3.552 bibit untuk satu kali periode selama 4 bulan.
Jadi untuk satu tahun pembibitan dilakuakan penjualan bibit kakao sebanyak
10.656 bibit.
Berdasarkan potensi permintaan dan penawaran di atas, maka persentase
pangsa pasar yang dapat diraih sesuai dengan penjualan dari usaha dapat dilihat
pada Tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6. Penjualan dan Pangsa Pasar Bibit Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota untuk Tahun 2008 – 2012
TahunPermintaan
(batang)Penawaran
(batang)Peluang Pasar
Penjualan/tahun
Pangsa Pasar (%)
2008 187.858 0 187.858 10.656 5,672009 212.274 0 212.274 10.656 5,022010 239.879 0 239.879 10.656 4,442011 271.057 0 271.057 10.656 3,932012 306.282 0 306.282 10.656 3,470
2.6. Strategi Pasar
2.6.1 Strategi Produk
Produk yang akan dipasarkan adalah bibit kakao yang memiliki mutu baik
dan yang siap tanam yang telah berumur 3,5- 4 bulan. Sebelum dijual bibit
diseleksi terlebih dahulu dan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
Tinggi bibit 45 – 50 cm
Diameter batang ± 8 mm
Memiliki daun minimal 4 helai
Bebas dari serangan hama dan penyakit
Tidak bercabang
Pertumbuhannya normal dan lurus.
Program Studi Agribisni Pertanian 8
Laporan Bisnis Plan
2.6.2. Strategi Harga
Pada prinsipnya suatu barang yang memikiki kualitas dan mutu baik akan
lebih diminati walaupun dengan tingkat harga yang lebih tinggi. Harga yang akan
ditawarkan kepada konsumen adalah harga yang biasa berlaku di pasaran atau
disesuaikan dengan kualitas produk yaitu Rp.3.000,00/ batang untuk bibit yang
memiliki kualitas baik. Stategi lainnya yaitu memberikan bonus lima bibit untuk
pembelian diatas 300 bibit.
2.6.3. Strategi Tempat/Distribusi
Pemasaran bibit kakao dilakukan ditempat pembibitan. Para petani atau
perusahan perkebunan yang menjadi konsumen produk ini langsung menjemput
ketempat pembibitan berlangsung. Hal ini dapat menguntungkan pengekola
karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pemasaran untuk distribusi.
2.6.4. Srategi Promosi
Bentuk promosi yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi
langsung secara lisan kepada masyarakat/ petani kakao bahwa kita menjual bibit
kakao dengan kualitas terbaik. Selain bibit yang kita jual lokasi pembibitan juga
perlu diberitahukan.
Program Studi Agribisni Pertanian 9
Laporan Bisnis Plan
III. ASPEK PRODUKSI
3.1. Produk
Dalam pembibitan yang akan dilaksanakan bibit yang diusahakan sebanyak
3.552 bibit/periode. Bibit yang digunakan berasal dari benih dari Jember,
merupakan benih yang bersertifikat dan memiliki kualitas baik. Varietas kakao
yang telah mendapat resmi adalah varietas DR-38. Bibit ini merupakan bibit yang
diakui kualitas dan mutunya.
3.2. Proses Produksi Pembibitan Tanaman Kakao
Proses produksi atau proses pembibitan meliputi semua kegiatan yang
dilakukan dalam proses pembibitan tanaman kakao dapat digambarkan pada
gambar1.
3.2.1. Persiapan
a. Persiapan Lahan
Dalam mempersiapkan lahan ada beberapa kegiatan yang harus kita lakukan
seperti : memilih lokasi yang akan dijadikan tempat pembibitan. Dalam pemilihan
tempat atau areal hendaklah memperhatikan kriteria seperti : letaknya dekat
dengan sumber air, tempatnya datar atau rata, terlindung dari hewan pengganggu,
terhindar dari tiupan angin. Hal ini dapat diatasi dengan menutup dinding naungan
dengan plastik.
Selanjutnya proses persiapan lokasi pembibitan yang dilakukan adalah
membersihkan lahan dari gulma dan meratakan tanah. Hal ini dilakukan agar
layak dijadikan tempat pembibitan dan memudahkan dalam pengawasan,
membuat drainase agar areal tidak digenangi air pada saat turun hujan, membuat
naungan sebagai tempat melakukan pembibitan.
Program Studi Agribisni Pertanian 10
Laporan Bisnis Plan
Gambar 1. Bagan kegiatan Pembibitan Tanaman Kakao
Program Studi Agribisni Pertanian
Seleksi Bibit
Pemasaran
PersiapanLahan
Persiapan Bibit
Persemaian
Pemindahan Bibit
Pemeliharaan Penyiraman Pemupukan Pengendalian H & P Penyiangan Penyisipan
Pemeliharaan Persemaian
Fermentasi Urine Sapi
Pembuatan Naungan
11
Laporan Bisnis Plan
Dibawah in berupa gambar/sketsa bentuk naungan yang akan dijadikan
sebagai tempat pembibitan.
Atap U
tiang timur 1,5 m
S tiang barat pintu masuk 1,2 m
Gambar 2. Naungan pembibitan tampak samping
Naungan yang dibuat menggunakan bahan bambu dan dibuat menghadap
kearah timur agar bibit yang kita tanam nantinya mendapat pasokan cahaya
matahari cukup. Selain itu naungan diberi atap yang terbuat dari daun kelapa
yang dibelah dan disusun berjajar agar air hujan tidak terlalu banyak masuk ke
dalam naungan dan juga melindungi bibit dari cahaya matahari langsung dan
menjaga kelembaban udara tempat pembibitan yang dapat membantu dalam
proses pembibitan.
b. Persiapan Benih
Benih yang digunakan adalah benih kakao yang berasal dari Jember dengan
varietas DR-38. Benih kakao sebelum ditanam harus dikecambahkan terlebih
dahulu. Untuk mengecambahkan benih kakao dibuat bedengan perkecambahan.
c. Fermentasi Urine Sapi
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun
anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke
subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan
Program Studi Agribisni Pertanian 12
Laporan Bisnis Plan
bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab
fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan
perubahan sifat bahan tersebut.
Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik
dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu. Bakteri
tersebut yang akan merubah kandungan nitrogen dalan urine menjadi lebih baik.
Azwar ( 2008) menjelaskan urine sapi sebelum digunakan terlebih dahulu
difermentasikan. Dalam melakukan fermentasi kita memakai peralatan berupa
derigen. Dan bahannya urine sapi (432 liter) feses ayam (90 Kg), EM4 (9 liter).
Semua bahan disatukan dalam derigen, derigen yang digunakan adalah berukuran
standar 20 liter, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 20 hari. urine sapi
fermentasi yang dihasilkan adalah sebanyak 487 liter.
Berikut ini tabel perubahan yang terjadi pada urine sebelum dan sesudah
difermentasi.
Tabel 7 : Perubahan Kandungan Hara pada Urine Sapi Sebelum dan Sesudah Difermentasi
Urine Sapi pH N P K Ca Na Warna Bau
Sebelum ferm. 7,2 1,1 0,5 0,9 1,1 0,2 Kuning Menyengat
Sesudah ferm. 8,7 2,7 2,4 3,8 5,8 7,2 hitam kurangSumber: Sumber : Hsieh S.C dan C.F. Hsieh.(1987)
3.2.2. Persemaian
Persemaian merupakan kegiatan mengkecambahkan benih kakao dimulai
dengan cara merendamkannya dalam air selama 30 menit. Benih yang telah
direndam diletakkan diatas bedengan persemaian yang dibuat dengan campuran
tanah dan pasir setebal 10 cm. Cara persemaian bibit kakao adalah benih posisi
bagian yang pipih dibagian bawah dan bagian mata dibagian atas. Benih tersebut
Program Studi Agribisni Pertanian 13
Laporan Bisnis Plan
kira-kira dua per tiga bagian terbenam pada lapisan pasir. Benih diletakkan
dengan jarak 3 x 5 cm, kemudian bagian atas ditutup dengan karung goni yang
sebelumnya telah dibasahi air. Benih berada dikecambah sebelum dipindahkan
kepoibag berlangsung 4 -5 hari (Sunanto, 1992).
3.2.3. Pemeliharaan Persemaian
Pemeliharaan persemaian dilakukan dengan menyiram 2 kali sehari sampai
berumur 4 -5 hari. Tujuan dari penyiraman agar bedengan persemaian tetap
lembab dan benih dapat berkecambah dengan baik. Penyiraman juga tidak boleh
terlalu sering karena dapat menyebabkan bedengan rusak dan pertumbuhan benih
akan terhambat.
3.2.4. Pembuatan Media Pembibitan
Pembuatan media pembibitan disiapkan bersamaan dengan persemaian
benih. Tempat pembibitan menggunakan plastik polybag berukuran 30 x 20 cm,
dengan tebal 0,08 cm. Campurkan tanah subur (top soil), pupuk kandang dengan
perbandingan 2 : 1. Kemudian masukkan ke dalam polybag sampai 1-2 cm pada
tepinya. Setelah sumua polybag terisi, susun dengan jarak 15 x 30 cm di dalam
naungan kemudian disiram (Sunanto, 2003).
Dalam memilih tanah yang dijadikan media tanam harus mengunakan
tanah yang subur dan tidak mengandung jamur fusarium oxysporum.f.sp karena
jamur ini dapat mengganggu pertumbuhan bibit.
3.2.5. Pemindahan Kecambah
Benih kakao yang berada di persemaian setelah 4–5 hari akan berkecambah
dan siap untuk dipindahkan kedalam polybag sebagai media pembibitan.
Program Studi Agribisni Pertanian 14
Laporan Bisnis Plan
Kecambah yang dipindahkan harus memiliki pertumbuhan baik dengan kiteledon
telah ter sembul keatas permukaan tanah.
Pada kecambah telah tumbuh daun kecil sekitar dua lembar. Kecambah
diambil dari persemaian dan dipindahkan ke polybag yang telah disediakan
dengan cara membuat lubang pada media pembibitan sedalam jari telunjuk atau
kira-kira 5 – 7 cm. Kecambah pada benih kakao dimasukkan ke dalam lubang
tersebut dan usahakan agar akar dapat berdiri lurus didalam lubang. Selanjutnya
lubang ditutup dengan media tanam, setiap polybag hanya diisi dengan satu
kecambah saja.
3.2.6. Pemeliharaan Pembibitan
Selama pembibitan perlu pemeliharaan yang intensif. Adapun kegiatan-
kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan adalah sebagai berikut :
a. Penyiraman
Menurut Susanto (2003) kecambah yang baru ditanam pada polybag tidak
boleh kekeringan karena Penyiraman merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan suatu pembibitan. Penyiraman harus dilakukan 2 kali
sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman juga melihat cuaca pada saat
pembibitan berlangsung, apabila hari hujan maka penyiraman tidak dilakukan.
b. Penyiangan
Pada pertumbuhan bibit kakao gulma juga ikut tumbuh diantara sela-sela
tanaman. Gulma dapat mengganggu pertumbuhan bibit maka perlu untuk disiang
dengan menggunakan koret dan dapat dicabut dengan tangan. Gulma yang disiang
tidak hanya yang ada dalam polybag tetapi juga yang berada disekitar areal
pembibitan kakao.
Program Studi Agribisni Pertanian 15
Laporan Bisnis Plan
c. Pemupukan
Pemupukan pada pembibitan kakao, dilakukan setelah tanaman kakao
berumur 2 bulan dengan kebutuhan pupuk urea 1,5 gr/batang, kemudian umur 3
bulan dengan kebutuhan pupuk urea 2 gram/batang. Pemakaian pupuk urea dapat
diganti atau disubsitusi dengan pemberian urine sapi fermentasi. Perbandingan
pemberian pupuk yaitu dengan perbandingan 50: 50. Pensubsitusian pupuk
tersebut dengan syarat unsur hara yang dikandung harus mencukupi kebutuhan
dari bibit kakao.
Berdasarkan keterangan diatas didapatkan bahwa untuk 10.656 bibit
dibutuhkan pupuk urea masing-masing 15.984 gram dan 21.312 gram pada
pemupukan tersebut. Dengan subsitusi 50% maka pupul urea yang akan
disupsitusi masing-masing 7.992 gram pada bibit umur 2 bulan dan 10.656 gram
umur 3 bulan. Sisanya digantikan dengan pemakaian urin sapi fermentasi.
Primarton, 2008 menyatakan pada urine sapi tedapat kandungan unsur hara
N(2,7%) sedangkan kandungan urea yang akan disubsitusi sebanyak N(45%).
Jumlah urine sapi yang dibutuhkan per bibitnya pada umur 2 bulan sebanyak
15,62 ml perbibit dan 20,81ml untuk bibit berumur 3 bulan sehingga urine sapi
fermentasi yang dibutuhkan untuk 1 bibit dalam 1 kali periode adalah sebanyak
46,43 ml/ bibit. Jadi untuk sebanyak 10.656 bibit dibutukan 485.198,08 ml atau
486 liter.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada tanaman kakao hama utama yang sering sering menyerang yaitu hama
Helopeltis Antoni Sign, ulat daun. Hama ini biasanya menyerang pucuk dan daun
tanaman kakao. Hama yang menyerang pembibitan tanaman kakao dapat
Program Studi Agribisni Pertanian 16
Laporan Bisnis Plan
diberantas dengan insektisida seperti Corsida dengan konsentrasi 2cc/liter air.
Penyakit yang biasa menyerang bibit kakao adalah serangan jamur salah satunya
jamur Fusarium oxysporum fs.p. Untuk pengendaliannya dilakukan dengan
penyemprotan serta fungisida Dithane M45 dengan konsentrasi 2 gr/liter air,
dengan cara menyemprotkan larutan tersebut pada tanaman yang terserang hama
atau penyakit.Selain itu juga tindakan membuang bagian tanaman yang terserang
atau mengganti /menyulam dengan bibit baru, hal ini dilakukan karena jamur ini
dapat menyebar dengan cepat melalui perantara angin. Oleh sebab itu bibit yang
dipersiapkan lebih banyak dari yang diusahakan.
e. Penyisipan
Penyisipan merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati dengan
tanaman yang baru. Penyisipan dilakukan untuk mempertahankan produksi
jumlah optimal. Bibit yang dijadikan sebagai penyisip adalah tanaman yang
berasal dari varietas yang sama agar bibit yang dihasilkan tidak bervariasi. Bibit
untuk penyisipan sebelumnya juga dipersiapkan bersaman dengan persiapan benih
yang akan diusahakan.
3.2.7. Seleksi Bibit dan Pemasaran
Bibit kakao perlu dilakukan peseleksian baik untuk dipasarkan pada
konsumen. Kriteria bibit yang baik yaitu sebagai berikut : bibit telah berumur 3.5
– 5 bulan, tinggi bibit 35 – 40 cm, jumlah daun 4 – 5 lembar, bibit sehat (tidak
terserang Hama & Penyakit) dan tumbuh normal ( tidak patah, tidak bengkok,dan
utuh). Setelah diseleksi, bibit kakao dapat dipasarkan langsung kepada petani atau
perusahaan yang melakukan budidaya kakao.
Program Studi Agribisni Pertanian 17
Laporan Bisnis Plan
IV. ASPEK FINANSIAL
Dari pelaksanaan PUM pembibitan tanaman kakao dengan luas areal 25
m² dan dihasilkan keuntungan sebesar Rp 285.172 selama 1 periode (4 bulan)
maka usaha pertama yang dilakukan adalah memperluas areal pembibitan dan
menambah jumlah bibit yang diusahakan. Adapun cara menghitung berapa luas
areal yang dibutuhkan untuk rencana bisnis adalah sebagai berikut: dengan luas
lahan 25 m² dihasilkan keuntungan sebesar Rp285.172 selama 4 bulan atau Rp
774.516,- setahun.
Agar pengelola mampu hidup layak dengan(pendapatan minimum RP
9.000.000,-/ tahun atau Rp 750.000 /bulandengan UMR = Rp 25.000,-/ hari),
maka dibuat rencana bisnis dengan komoditi yang sama dengan luas areal :
Luas areal = Rp 9.000.000,-/th Rp 774.516/th
= 11,62 dibulatkan menjadi (12 kali).
= 25 m² x 12
= 300 m²
Populasi = 296 x 12 x 3 periode
=10.656 / tahun
Program Studi Agribisni Pertanian 18
Laporan Bisnis Plan
4.1. Biaya Sarana Produksi
a. Biaya Alat
Tabel 8: Biaya Pembelian Alat dalam Pembibitan Kakao pada Luasan Lahan 300 m² selama 1Tahun.
No Jenis Alat Jumlah Harga/unit(Rp) Biaya(Rp)
1 Cangkul 3 Unit 30.000 90.0002 Gergaji 2 Unit 15.000 30.0003 Gembor 3 Unit 5.000 15.0004 Ember 3 Unit 5.000 15.0005 Meteran 1 Unit 10.000 10.0006 Gerigen 6 Unit 15.000 90.0007 Parang 3 Unit 10.000 30.0008 Linggis 2 Unit 30.000 60.0009 Gerobak 1 Unit 150.000 150.00010 Knapsack 1 Unit 175.000 175.00011 Koret 4 Unit 15.000 60.00012 Kampak 2 Unit 15.000 30.00013 Ayakan 2 Unit 10.000 20.000
Jumlah 775.000
b. Biaya Penyusutan (Depresiasi)
Tabel 9: Biaya Penyusutan dalam Pembibitan Kakao pada Luasan Lahan300m² selama 1 Tahun.
No Jenis AlatHarga
Beli(Rp)Nilai Sisa Usia
EkonomisDeprisiasi/
Tahun1 Cangkul 90.000 0 2 Tahun 45.0002 Gergaji 30.000 0 1 Tahun 30.0003 Gembor 15.000 0 1 Tahun 15.0004 Ember 15.000 0 1 Tahun 15.0005 Meteran 10.000 0 2 Tahun 5.000
6 Derigen 90.000 0 2 Tahun 45.000
7 Parang 30.000 0 2 Tahun 15.000
8 Linggis 60.000 0 2 Tahun 30.000
9 Gerobak 150.000 0 5 Tahun 30.000
10 Hand speyer 175.000 0 5 Tahun 35.000
11 Koret 60.000 0 2 Tahun 30.000
12 Kampak 30.000 0 2 Tahun 15.000
13 Ayakan 20.000 0 2 Tahun 10.000
Jumlah 320.000.
Program Studi Agribisni Pertanian 19
Laporan Bisnis Plan
.c. Biaya Bahan
.Tabel 10: Kebutuhan Bahan dalam Pembibitan Tanaman Kakao pada Luas Lahan 290m2 Selama 1 Tahun.
No Nama bahan Satuan JumlahHarga/
satuan(Rp) Biaya (Rp)1 Benih Kakao Benih 11.722 600 7.033.2002 Polybag Kg 126 22.000 2.772.0003 Pupuk Urea Kg 25,20 1.700 42.8405 Corsida Liter 1,80 13.500 24.3006 Dithena M45 Liter 0,576 13.500 8.0647 Feses Ayam Kg 90 1.500 135.0008 EM4 Liter 9 19.000 171.0009 Urine Sapi Liter 432 400 177.12010 Karung/goni Buah 36 1.000 36.00011 Pasir M3 1,80 35.000 63.00012 Tali Rafia Gulung 54 2.000 108.00013 Daun Kelapa Lembar 486 1.500 702.00014 Bambu Batang 108 7.000 756.00015 Plastik Meter 150 4.000 600.000
Jumlah 12.628.524
.Sumber: Survai di Pasar Payakumbuh ,Desember 2008.
Program Studi Agribisni Pertanian 20
Laporan Bisnis Plan
d. Biaya Tenaga Kerja
Tabel 11: Biaya Tenaga Kerja Dalam Pembibitan Kakao pada Luasan 300 m2
Selama 1 Tahun.
No Jenis Kegiatan Satuan JumlahUpah(Rp )
Biaya (Rp)
1 Peninjauan, Pengukuran & Pembersihan Lahan HKO 4,68 30.000 140.400
2 Persiapan Bahan Tanam HKO 1,44 30.000 43.2003 Pembuatan Naungan Dan
Bedengan Persemaian HKO 12,72 30.000 381.6004 Pendederan Bibit HKO 3,96 30.000 118.8005 Pemeliharaan Persemaian HKO 5,04 30.000 151.2006 Pembuatan Fermentasi
Urine Sapi HKO 1,44 30.000 43.2007 Pengisian Polybag HKO 32,40 30.000 972.0008 Pemindahan Kecambah ke
Polybag HKO 3,96 30.000 118.8009 Penyiraman HKO 47,52 30.000 1.425.60010 Pemupukan Urea HKO 3,60 30.000 108.00011 Pemberian Urine Sapi HKO 5,04 30.000 151.20012 Penyiangan HKO 7,20 30.000 216.00013 Penyisipan HKO 8,28 30.000 148.40014 Pengendalian H & P HKO 1,44 30.000 43.20015 Seleksi Bibit dan
Pemasaran HKO 7,20 30.000 216.000Jumlah 4.377.600
e. Biaya Lain-lain
Tabel 12: Biaya Lain-Lain Dalam Pembibitan Kakao Pada Luasan Lahan 300 m² Selama 1 Tahun.
No Jenis Pembiayaan Perhitungan Total1 Sewa Tanah Rp 500.000,- x 0.0300 15.0002 Pajak Bumi & Bangunan - 03 Transportasi 3 x Rp 20.000,- 60.0004 Biaya promasi/pemasaran 3 x Rp 15.000,- 45.0005 Bunga Modal Milik
Sendiri12% x Rp 1.990.708 ,- 228.885
6 Bunga Modal Pinjaman 15% x Rp 4.500.000,- 675.000Jumlah 1.023.885
Program Studi Agribisni Pertanian 21
Laporan Bisnis Plan
f. Rekapitulasi Biaya Sampai Periode Pertama (Kas Minimum)
Tabel 13: Kebutuhan Biaya Sampai Periode Pertama (4 Bulan)Pada Pembibitan Kakao Untuk Luasan 300 m²
No Jenis Pembiayaan Total Modal sendiri
Kredit
1 Biaya Tetap- Biaya Alat 775.000 775.000 0- Biaya Sewa Tanah 15.000 15.000 0- Biaya Pemasaran 15.000 15.000Total Biaya Tetap 805.000 805.000 0
2 Biaya Variabel- Biaya Bahan 4.206.508 206.508 4.000.000- Biaya Tenaga Kerja 1.459.200 959.200 500.000- Transportasi 20.000 20.000 0Total Biaya Variabel 5.685.708 1.990.708 4.500.000Jumlah 6.490.708 1.990.708 4.500.000
4.2. Produksi dan Pendapatan
Tabel 14: Produksi dan Pendapatan Dalam Pembibitan Kakao Untuk Satu tahun Dengan Luas Lahan 300 m2
No Jenis Produk satuan Jumlah Harga/Unit (Rp)
Jumlah( Rp)
1 Bibit Kakao Bibit 10.656 3.000 31.968.0002 Sampingan - - 0
Jumlah 31.968.000Keterangan : Produksi Pembibitan Per Periode (4 Bulan)=3.552 Bibit
Program Studi Agribisni Pertanian 22
Laporan Bisnis Plan
4.3. Aspek Finansial
a. Analisa Rugi Laba (Dalam 1 Tahun)
Tabel 15: Analisa Rugi Laba Pembibitan Kakao Untuk Satu tahun Dengan Luas Lahan 300 m2
No Keterangan Jumlah TotalA Rencana Produksi 10.656
B Harga per Bibit 3.000C Total Pendapatan 31.968.000 31.968.000D Biaya Variabel1 Biaya Bahan 12.628.5242 Biaya Tenaga Kerja 4.377.6003 Transportasi 60.000
Total Biaya Variabel 17.066.124 17.066.124E Biaya Tetap
Depresiasi 320.000Sewa Tanah 15.000Biaya pemasaran 45.000Total Biaya Tetap 380.000 380.000Biaya BungaBunga Modal Milik Sendiri 228.885Bunga Modal Pinjaman 675.000
F Total Biaya Bunga 903.885 903.885Total Biaya 18.350.009Laba Sebelum Pajak 13.617.991 13.617.991Pajak 0 0
G Laba Setelah Pajak 13.617.991 13.617.991H R/C Ratio 1,74 1,74I BEP Harga Rp 826.086,96J BEP Produksi 297 Bibit
BEP Quantity (Jumlah) = Biaya Tetap , Harga Jual /Unit - Biaya Variabel /Unit
= 380.000 3.000-1.723
= 298 Bibit
BEP Penjualan(Rp) = Biaya Tetap 1 – Biaya Variabel/unit
Harga Per Unit
BEP Penjualan(Rp) = 380.000 1 – 1.723
3.000
= Rp 826.086,96
Program Studi Agribisni Pertanian 23
Laporan Bisnis Plan
b. Proyeksi Arus Kas ( Chas Flow)
Tabel 16: Arus Kas
No URAIAN Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 A Kas Awal 0 0 18.382.584 31.214.460 43.881.336 CASH INFLOW 1 Penjualan Tunai 0 31.968.000 31.968.000 31.968.000 02 Penerimama Piutang 0 0 0 0 03 Modal Sendiri 1.990.708 0 0 0 04 Penerimaan Kredit 4.500.000 0 0 0 05 Penerimaan Kas Lainnya 0 0 0 0 325.000 Total CASH INFLOW 6.490.708 31.968.000 31.968.000 325.000 CASH OUTFLOW 1 Biaya Alat 775.000 0 60.000 450.000 02 Biaya Sewa Lahan 15.000 0 15.000 15.000 03 Biaya Bahan 4.206.508 8.422.016 12.628.524 12.628.524 04 Biaya Tenaga Kerja 1.459.200 2.918.400 4.377.600 4.377.600 05 Trasportasi 20.000 40.000 60.000 60.000 06 Biaya pemasaran 15.000 30.000 45.000 45.000 Total Cash Outflow 6.490.708 11.410.416 17.186.124 17.576.124 0 KAS NETTO 0 20.557.584 33.164.460 45.606.336 44.206.336 KEWAJIBAN BANK 1 Angsuran Pokok Kredit 0 1.500.000 1.500.000 1.500.000 02 Angsuran Bunga Kredit 0 675.000 450.000 225.000 0 Total Kewajiban BANK 4.500.000 2.175.000 1.950.000 1.725.000 0 f Saldo 0 18.382.584 31.214.460 43.881.336 44.206.336 G Sisa Pokok Kredit 4.500.000 3.000.000 1.500.000 0 0
c. Analisa Proyek
Program Studi Agribisni Pertanian 24
Laporan Bisnis Plan
tabel 17: Analisa Proyek
TahunCash
inflaowNet cash
flowNet cash flow
DF 15%
PV 15%DF
20%PV 20%
0 0 6.490.708 -6.490.708 1,000 -6.490.708 1,000 -6.490.7081 31.968.000 11.410.416 20.557.584 0,870 17.885.098,08 0,833 14.898.286,702 31.968.000 17.186.124 14.781.876 0,756 11.175.098,26 0,698 7.800.218,583 31.968.000 17.576.124 14.391.876 0,658 9.469.854,41 0,579 5.483.045,70
Jumlah NPV 15% = 32.039.342,74 NPV 20% = 21.690.842,99
NET B/C Ratio15 % = ∑PV Positif ∑ PV Negatif
NET B/C Ratio15% = 38530050,74
6.490.708
= 5,93
NET B/C Ratio 20% = ∑PV Positiff ∑ PV Negatif
NET B/C Ratio 20% = 28181550,99 6.490.708
= 4,34
Program Studi Agribisni Pertanian 25
Laporan Bisnis Plan
DAFTAR PUSTAKA
Ade Iwa Sahawa. 1990. Mamfaat Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Azwar. 2008. Http://Www.yahoo.com /2008/02/25/Teknologi Pembibitan Tanaman Kakao.
Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jendral Perkebunan Berdasarkan Keputusan Mentri Pertanian. Nomor 511/kpts/pd 31/09/2006.
Harahap E.N. 2003. Pemanfaatan Limbah Urine Sapi yang Telah Difermentasi Sebagai Nutrisi Pada Tanaman Tomat di Polibag. Laporan PUM Politeknik Pertanian Payakumbuh.
Herman, Wahyudi. 2006. Indo Kakao Coklat. Jakarta Selatan.
Hsice dan ShH SIEH. 1990. International Seminal On The Use Of Organic Fertilizer produktion Rural Developmen Administrasion (RDA)
Anty, Khazy. 1998. Pengaruh Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Politeknik Pertanian. Payakumbuh.
Li ngga, P. 1991 .Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Primartono. 2008.Http://Www.Geoogle.Com/2008/02/05/Menyulap Urine Sapi Menjadi Pupuk.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kakao. Jember.
Sunanto, H. 1992. Cokelat ( Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, F. X. 2003. Tanaman Kakao ( Budidaya dan Pengolahan Hasil ). Kanisius. Yogyakarta.
Tumpal H.S, Riyadi.S,Nuraeni.L, 2003. Cokelat ( Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran ). Penebar Swadaya. Cimanggis. Depok.
Tumpal. 1998. Cokelat ( Pembudidaya, Pengolahan dan Pemasaran ). Penebar Swadaya.
Depok.
Program Studi Agribisni Pertanian 26