Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

41
Laporan Bisnis Plan Program Studi Agribisni Pertanian i

Transcript of Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Page 1: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Program Studi Agribisni Pertanian i

Page 2: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Theobroma cacao.L adalah nama biologis yang diberikan pada pohon

kakao oleh Linneus. Theobramo cacau. L, merupakan tanaman perkebunan yang

sangat akrab dikalangan masyarakat dunia, begitu juga halnya dengan masyarakat

di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu komoditi penting yang mendapat

perhatian dari pemerintah karena telah mendatangkan devisa yang cukup besar

untuk negara.

Dibandingkan dengan negara lain di dunia seperti Afrika, Gana dan Brazil

yang juga mengusahakan komodoti ini, Indonesia termasuk yang menguasai

pasaran, namun dikalangan masyarakat sendiri masih banyak yang mengeluhkan

rendahnya produksi kakao. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi

diantaranya pemelihararaan yang kurang optimal, mutu bibit yang rendah dan

kesalahan dalam penerapan teknologi dan faktor lainnya yang bisa terjadi di

lapangan.

Untuk memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan produksi tanama

kakao, peningkatan mutu kakao rakyat mutlak dilakukan. Produksi yang

meningkat akan membantu masyarakat dalam mengembangkan perekonomian

keluarga dan pemerintah. Salah satunya dengan melakukan tindakan perbaiikan

kualitas pembibitan sehingga menghasilkan bibit kakao yang bermutu baik.

Apabila hal ini tidak dilaksanakan maka akan menimbulkan kerugian yang

besar mulai dari masyarakat hingga perusahaan yang menggunakan bibit kakao

sebagai bahan bakunya, bahkan negara sekalipun akan merasakan dampaknya.

Program Studi Agribisni Pertanian 1

Page 3: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Terbatasnya bibit bermutu menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman

kakao saat ini, yakni hanya 625 kilogram (kg) per hektar per tahun. Hal itu setara

32 % dari potensi seharusnya sebesar 2.000 kg per hektar per tahun.

Untuk itu, diperlukan terobosan teknologi pembibitan kakao berkualitas untuk

memenuhi kebutuhan yang semakin besar dengan cara menggunakan teknologi

tepat guna (Azwar, 2008).

Urine difermentasi merupakan pupuk organik cair yang memiliki hara yang

lebih dibandingkan pupuk kandang yang berasal dari feses(pupuk kandang

padatan). Disamping kandungan unsur haranya, urine sapi difermentasi juga

mengandung hormon atau dikenal dengan zat pengatur tumbuh. Pupuk ini dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bibit yang dihasilkan sehingga

memiliki nilai jual tinggi.

Penggunaan urine sapi yang difermentasi pada pembibitan tanaman kakao

sebagai pupuk merupakan teknologi baru yang diharapkan mampu menggantikan

peran pupuk buatan yang selama ini menimbulkan dampak negatif bagi

lingkungan. Selain itu urine sapi ini telah berhasil diterapkan pada komoditi lain

seperti: tomat, jahe merah, padi sawah, karet, dan komoditi lainnya diharapkan

juga berhasil pada tanaman kakao yang membutuhkan unsur hara yang

terkandung didalam urine sapi (Azwar, 2008).

Dengan pemberian urine sapi fermentasi pada bibit kakao akan dapat

menghasilkan bibit yang memiliki mutu dan kualitas baik seperti: warna daun

yang lebih segar, batang yang kuat, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Hal ini

disebabkan karena penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih optimal. Bibit yang

Program Studi Agribisni Pertanian 2

Page 4: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

bermutu baik akan memiliki nilai jual yang tinggi dan tentunya akan

mendatangkan keuntungan bagi yang mengusahakannya.

1.2. Tujuan Bisnis Plan

Tujuan dari Bisnis plan dalam pembibitan kakao dengan menggunakan

pupuk urine sapi difermentasi adalah sebagai berikut:

1. Melatih dan memupuk jiwa wirausaha pada diri mahasiswa dengan

melakukan pembibitan kakao.

2. Melatih mahasiswa dalam manajemen diri dan manajemen usaha yang

dilaksanakan pada pembibitan tanaman kakao.

3. Menggunakan urine sapi difermentasi sebagai pupuk organik pada

pembibitan tanaman kakao untuk meningkatkan kualitas pembibitan.

3.1. Manfaat Ekonomi

Pembibitan kakao merupakan sebuah usaha yang layak untuk diusahakan.

Dalam memulai usaha ini tidak memerlukan modal yang besar, tempat yang luas

dan penggunaan alat-alat canggih. Dengan berbagai teknolagi pembibitan yang

ada, teknoilogi pembitan memakai urine sapi yang difermentasi merupakan usaha

yang berazaskan pemamfaatan limbah pertanian sebagai teknologi yang ekonomis

dan menguntungkan.

Penggunaan urine sapi difermentasi pada proses pembibitan kakao juga

dapat mengurangi biaya produksi. Urine sapi merupakan limbah yang belum

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat padahal limbah ini memiliki kandungan zat

hara yang dibutuhkan tanaman. Pemakaian urine sapi yang difermentasi pada

pembibitan tanaman kakao diharapkan dapat meningkatkan mutu bibit kakao yang

memiliki nilai jual yang tinggi.

Program Studi Agribisni Pertanian 3

Page 5: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Pembibitan kakao yang menghasilkan bibit bermutu baik untuk dijual kepada

masyarakat atau perusahaan yang menggunakan bibit kakao merupakan usaha

yang akan mendatangkan keuntungan dan menjadi sumber pendapatan tersendiri

bagi pihak yang mengusahakan. Selain itu bagi petani yang menjual urine sapi

juga mendapatkan pendapatan baru dari limbah yang dihasilakan ternak hewan

peliharaanya.

1.4. Manfaat Sosial

Dengan pelaksanaan pembibitan kakao ini dapat membantu progam

pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga hal ini dapat mengurangi

angka pengangguran di Indonesia. Dampak akhir yang diharapkan adalah

memperbaiki perekonomian masyarakat menjadi lebih baik.

Apabila ditinjau dari segi komoditi, kakao itu sendiri maka manfaat yang

didapati masyarakat yaitu pemenuhan gizi dan kandungan lemak yang sehat dari

hasil olahan kakao. Banyak penelitian yang menyatakan kakao memiliki

kandungan zat seperti serat dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.

Manfaat sosial jika dilihat dari penggunaan urine sapi yang dipakai dalam

pembibitan kakao adalah mendorong pertanian hijau yang ramah lingkungan dan

azas pemanfaatan limbah pertanian. Selain itu penggunaan urine sapi juga

menambah nilai guna dari urine sapi tersebut menjadi limbah yang memiliki nilai

ekonomis dan nilai jual.

Program Studi Agribisni Pertanian 4

Page 6: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

II. ASPEK PASAR

2.1. Gambaran Umum Pasar

2.1.1. Jenis Produk Yang Dipasarkan

Produk yang dihasilkan adalah bibit kakao. Bibit kakao sebelum dipasarkan

terlebih dahulu harus melalui beberapa tahapan diantaranya: penyeleksian,

pemeliharan agar tanaman tetap segar hingga sampai ketangan konsumen. Jenis

produk yang akan dipasarkan adalah berupa bibit kakao berkualitas baik dengan

kriteria : berumur 3,5 – 4 bulan, tinggi berkisar 50 – 60 cm, jumlah daun

minimum 4 lembar, diameter batang 8mm , dan tidak terserang hama dan

penyakit.

2.1.2. Wilayah Pemasaran

Konsumen dari jenis komoditi ini adalah masyarakat petani di Kabupaten

Limapuluh Kota dan sekitarnya. Pada umumnya didaerah ini perkebunan kakao

dikuasai oleh rakyat.

2.1.3. Pasar

Jumlah permintaan akan produk/bibit kakao tersebut untuk waktu yang

akan datang dapat diperkirakan dengan pendekatan selisih luas lahan tanaman

kakao perkebunan rakyat seperti yang terlihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1: Luas Lahan Tanaman Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2002- 2006

Tahun Luas Lahan (Ha) Peningkatan Luas Lahan2002 591,60 -2003 642,50 0,0862004 666,00 0,0372005 903,00 0,3552006 1.046,46 0,158

Jumlah 0,639Rata-rata peningkatan 0,13

Sumber: BPS Kubapaten Limapuluh Kota 2007

Program Studi Agribisni Pertanian 5

Page 7: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Berdasarkan data diatas dapat diproyeksikan luas lahan di daerah

Kabupaten Limapuluh Kota untuk tahun 2007 sampai 2012. Proyeksi tersebut

tergambar pada tabel 2 berikut ini.

Tabel:2 Proyeksi Luas Lahan Tanaman Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2008 -2012Tahun Luas Lahan (Ha)2008 1.336,232009 1.509,932010 1.706,232011 1.928,042012 2.178,68

Untuk mendapatkan proyeksi permintaan terhadap bibit kakao di Kabupaten

Limapuluh Kota,kita kapat mengalikan jumlah bibi kakao yang dibutuhkan untuk

per 1 hektar lahan dengan selisih luas lahan yang telah kita proyeksikan pada tabel

2 diatas.

Kebutuhan bibit kakao menurut( Susanto, 2003) untuk ditanam pada luas

lahan 1 ha dengan jarak tanam 3 x 3 adalah sebagai berikut:

Populasi bibit/ha

1 ha =

= 1111 bibit/ha

Penyulaman = 10 % x 1111

= 111 bibit/ha

Jumlah bibit yang dibutuhkan/ha = 1111 + 111

= 1222 bibit/ha

Maka berdasarkan jumlah populasi bibit yang dibutuhkan untuk 1 hektar

lahan dan proyeksi luas lahan sehingga permintaan bibit kakao pada masa yang

akan datang maka dapat diproyeksikan dalam lima tahun ke depan seperti yang

terlihat pada tabel 3 . Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah diterapkan.

Program Studi Agribisni Pertanian 6

Page 8: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Tabel 3. Proyeksi Permintaan Bibit Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota dari tahun 2008 - 2012

TahunSelisih Luas Lahan

(Ha)Kebutuhan bibit

(batang/ha)Permintaan

(batang)2008 153,73 1222 187.8582009 173,71 1222 212.2742010 196,30 1222 239.8792011 221,81 1222 271.0572012 250,64 1222 306.282

2.3. Proyeksi Penawaran

Berdasarkan kegiatan pencarian data penawaran produk/bibit kakao yang

dilakukan di Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota dan Kantor Dinas

Perkebunan ternyata tidak ditemukan adanya data penawaran produk/bibit kakao

atau produsen bibit kakao di daerah Kabupaten Limapuluh Kota dan sekitarnya.

Menurut Dinas Perkebunan Kabupaten Limapuluh kota, bibit kakao yang

diperoleh didatangkan dari luar daerah Kabupaten Limapuluh Kota, sehingga

dapat diasumsikan penawaran terhadap bibit kakao di Kabupaten Limapuluh Kota

tidak ada 0 (nol). Hal ini disebabkan karena masyarakat hanya melakukan

pembibitan dalam skala kecil dan sifatnya untuk pribadi.

2.4. Proyeksi Peluang Pasar

Dengan tidak adanya penawaran terhadap bibit kakao pada daerah

kabupaten Limapuluh Kota maka permintaan yang ada akan menjadi peluang

pasar dari bibit kakao seperti yang terlihat pada tabe 5 berikut ini:

Tabel 5. Peluang Pasar Bibit Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota untuk Tahun 2008 – 2012

TahunPermintaan

(batang)Penawaran

(batang)Peluang Pasar

(batang)2008 187.858 0 187.8582009 212.274 0 212.2742010 239.879 0 239.8792011 271.057 0 271.0572012 306.282 0 306.282

Program Studi Agribisni Pertanian 7

Page 9: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

2.5. Penjualan dan Pangsa Pasar

Usaha pembibitan kakao yang akan dilaksanakan adalah dengan

mengusahakan bibit sebanyak 3.552 bibit untuk satu kali periode selama 4 bulan.

Jadi untuk satu tahun pembibitan dilakuakan penjualan bibit kakao sebanyak

10.656 bibit.

Berdasarkan potensi permintaan dan penawaran di atas, maka persentase

pangsa pasar yang dapat diraih sesuai dengan penjualan dari usaha dapat dilihat

pada Tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Penjualan dan Pangsa Pasar Bibit Kakao di Kabupaten Limapuluh Kota untuk Tahun 2008 – 2012

TahunPermintaan

(batang)Penawaran

(batang)Peluang Pasar

Penjualan/tahun

Pangsa Pasar (%)

2008 187.858 0 187.858 10.656 5,672009 212.274 0 212.274 10.656 5,022010 239.879 0 239.879 10.656 4,442011 271.057 0 271.057 10.656 3,932012 306.282 0 306.282 10.656 3,470

2.6. Strategi Pasar

2.6.1 Strategi Produk

Produk yang akan dipasarkan adalah bibit kakao yang memiliki mutu baik

dan yang siap tanam yang telah berumur 3,5- 4 bulan. Sebelum dijual bibit

diseleksi terlebih dahulu dan harus memiliki kriteria sebagai berikut:

Tinggi bibit 45 – 50 cm

Diameter batang ± 8 mm

Memiliki daun minimal 4 helai

Bebas dari serangan hama dan penyakit

Tidak bercabang

Pertumbuhannya normal dan lurus.

Program Studi Agribisni Pertanian 8

Page 10: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

2.6.2. Strategi Harga

Pada prinsipnya suatu barang yang memikiki kualitas dan mutu baik akan

lebih diminati walaupun dengan tingkat harga yang lebih tinggi. Harga yang akan

ditawarkan kepada konsumen adalah harga yang biasa berlaku di pasaran atau

disesuaikan dengan kualitas produk yaitu Rp.3.000,00/ batang untuk bibit yang

memiliki kualitas baik. Stategi lainnya yaitu memberikan bonus lima bibit untuk

pembelian diatas 300 bibit.

2.6.3. Strategi Tempat/Distribusi

Pemasaran bibit kakao dilakukan ditempat pembibitan. Para petani atau

perusahan perkebunan yang menjadi konsumen produk ini langsung menjemput

ketempat pembibitan berlangsung. Hal ini dapat menguntungkan pengekola

karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pemasaran untuk distribusi.

2.6.4. Srategi Promosi

Bentuk promosi yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi

langsung secara lisan kepada masyarakat/ petani kakao bahwa kita menjual bibit

kakao dengan kualitas terbaik. Selain bibit yang kita jual lokasi pembibitan juga

perlu diberitahukan.

Program Studi Agribisni Pertanian 9

Page 11: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

III. ASPEK PRODUKSI

3.1. Produk

Dalam pembibitan yang akan dilaksanakan bibit yang diusahakan sebanyak

3.552 bibit/periode. Bibit yang digunakan berasal dari benih dari Jember,

merupakan benih yang bersertifikat dan memiliki kualitas baik. Varietas kakao

yang telah mendapat resmi adalah varietas DR-38. Bibit ini merupakan bibit yang

diakui kualitas dan mutunya.

3.2. Proses Produksi Pembibitan Tanaman Kakao

Proses produksi atau proses pembibitan meliputi semua kegiatan yang

dilakukan dalam proses pembibitan tanaman kakao dapat digambarkan pada

gambar1.

3.2.1. Persiapan

a. Persiapan Lahan

Dalam mempersiapkan lahan ada beberapa kegiatan yang harus kita lakukan

seperti : memilih lokasi yang akan dijadikan tempat pembibitan. Dalam pemilihan

tempat atau areal hendaklah memperhatikan kriteria seperti : letaknya dekat

dengan sumber air, tempatnya datar atau rata, terlindung dari hewan pengganggu,

terhindar dari tiupan angin. Hal ini dapat diatasi dengan menutup dinding naungan

dengan plastik.

Selanjutnya proses persiapan lokasi pembibitan yang dilakukan adalah

membersihkan lahan dari gulma dan meratakan tanah. Hal ini dilakukan agar

layak dijadikan tempat pembibitan dan memudahkan dalam pengawasan,

membuat drainase agar areal tidak digenangi air pada saat turun hujan, membuat

naungan sebagai tempat melakukan pembibitan.

Program Studi Agribisni Pertanian 10

Page 12: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Gambar 1. Bagan kegiatan Pembibitan Tanaman Kakao

Program Studi Agribisni Pertanian

Seleksi Bibit

Pemasaran

PersiapanLahan

Persiapan Bibit

Persemaian

Pemindahan Bibit

Pemeliharaan Penyiraman Pemupukan Pengendalian H & P Penyiangan Penyisipan

Pemeliharaan Persemaian

Fermentasi Urine Sapi

Pembuatan Naungan

11

Page 13: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Dibawah in berupa gambar/sketsa bentuk naungan yang akan dijadikan

sebagai tempat pembibitan.

Atap U

tiang timur 1,5 m

S tiang barat pintu masuk 1,2 m

Gambar 2. Naungan pembibitan tampak samping

Naungan yang dibuat menggunakan bahan bambu dan dibuat menghadap

kearah timur agar bibit yang kita tanam nantinya mendapat pasokan cahaya

matahari cukup. Selain itu naungan diberi atap yang terbuat dari daun kelapa

yang dibelah dan disusun berjajar agar air hujan tidak terlalu banyak masuk ke

dalam naungan dan juga melindungi bibit dari cahaya matahari langsung dan

menjaga kelembaban udara tempat pembibitan yang dapat membantu dalam

proses pembibitan.

b. Persiapan Benih

Benih yang digunakan adalah benih kakao yang berasal dari Jember dengan

varietas DR-38. Benih kakao sebelum ditanam harus dikecambahkan terlebih

dahulu. Untuk mengecambahkan benih kakao dibuat bedengan perkecambahan.

c. Fermentasi Urine Sapi

Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun

anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke

subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan

Program Studi Agribisni Pertanian 12

Page 14: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab

fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan

perubahan sifat bahan tersebut.

Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik

dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu. Bakteri

tersebut yang akan merubah kandungan nitrogen dalan urine menjadi lebih baik.

Azwar ( 2008) menjelaskan urine sapi sebelum digunakan terlebih dahulu

difermentasikan. Dalam melakukan fermentasi kita memakai peralatan berupa

derigen. Dan bahannya urine sapi (432 liter) feses ayam (90 Kg), EM4 (9 liter).

Semua bahan disatukan dalam derigen, derigen yang digunakan adalah berukuran

standar 20 liter, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 20 hari. urine sapi

fermentasi yang dihasilkan adalah sebanyak 487 liter.

Berikut ini tabel perubahan yang terjadi pada urine sebelum dan sesudah

difermentasi.

Tabel 7 : Perubahan Kandungan Hara pada Urine Sapi Sebelum dan Sesudah Difermentasi

 Urine Sapi pH N P K Ca Na Warna Bau

Sebelum ferm. 7,2 1,1 0,5 0,9 1,1 0,2 Kuning Menyengat

Sesudah ferm. 8,7 2,7 2,4 3,8 5,8 7,2 hitam kurangSumber: Sumber : Hsieh S.C dan C.F. Hsieh.(1987)

3.2.2. Persemaian

Persemaian merupakan kegiatan mengkecambahkan benih kakao dimulai

dengan cara merendamkannya dalam air selama 30 menit. Benih yang telah

direndam diletakkan diatas bedengan persemaian yang dibuat dengan campuran

tanah dan pasir setebal 10 cm. Cara persemaian bibit kakao adalah benih posisi

bagian yang pipih dibagian bawah dan bagian mata dibagian atas. Benih tersebut

Program Studi Agribisni Pertanian 13

Page 15: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

kira-kira dua per tiga bagian terbenam pada lapisan pasir. Benih diletakkan

dengan jarak 3 x 5 cm, kemudian bagian atas ditutup dengan karung goni yang

sebelumnya telah dibasahi air. Benih berada dikecambah sebelum dipindahkan

kepoibag berlangsung 4 -5 hari (Sunanto, 1992).

3.2.3. Pemeliharaan Persemaian

Pemeliharaan persemaian dilakukan dengan menyiram 2 kali sehari sampai

berumur 4 -5 hari. Tujuan dari penyiraman agar bedengan persemaian tetap

lembab dan benih dapat berkecambah dengan baik. Penyiraman juga tidak boleh

terlalu sering karena dapat menyebabkan bedengan rusak dan pertumbuhan benih

akan terhambat.

3.2.4. Pembuatan Media Pembibitan

Pembuatan media pembibitan disiapkan bersamaan dengan persemaian

benih. Tempat pembibitan menggunakan plastik polybag berukuran 30 x 20 cm,

dengan tebal 0,08 cm. Campurkan tanah subur (top soil), pupuk kandang dengan

perbandingan 2 : 1. Kemudian masukkan ke dalam polybag sampai 1-2 cm pada

tepinya. Setelah sumua polybag terisi, susun dengan jarak 15 x 30 cm di dalam

naungan kemudian disiram (Sunanto, 2003).

Dalam memilih tanah yang dijadikan media tanam harus mengunakan

tanah yang subur dan tidak mengandung jamur fusarium oxysporum.f.sp karena

jamur ini dapat mengganggu pertumbuhan bibit.

3.2.5. Pemindahan Kecambah

Benih kakao yang berada di persemaian setelah 4–5 hari akan berkecambah

dan siap untuk dipindahkan kedalam polybag sebagai media pembibitan.

Program Studi Agribisni Pertanian 14

Page 16: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

Kecambah yang dipindahkan harus memiliki pertumbuhan baik dengan kiteledon

telah ter sembul keatas permukaan tanah.

Pada kecambah telah tumbuh daun kecil sekitar dua lembar. Kecambah

diambil dari persemaian dan dipindahkan ke polybag yang telah disediakan

dengan cara membuat lubang pada media pembibitan sedalam jari telunjuk atau

kira-kira 5 – 7 cm. Kecambah pada benih kakao dimasukkan ke dalam lubang

tersebut dan usahakan agar akar dapat berdiri lurus didalam lubang. Selanjutnya

lubang ditutup dengan media tanam, setiap polybag hanya diisi dengan satu

kecambah saja.

3.2.6. Pemeliharaan Pembibitan

Selama pembibitan perlu pemeliharaan yang intensif. Adapun kegiatan-

kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan adalah sebagai berikut :

a. Penyiraman

Menurut Susanto (2003) kecambah yang baru ditanam pada polybag tidak

boleh kekeringan karena Penyiraman merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan keberhasilan suatu pembibitan. Penyiraman harus dilakukan 2 kali

sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman juga melihat cuaca pada saat

pembibitan berlangsung, apabila hari hujan maka penyiraman tidak dilakukan.

b. Penyiangan

Pada pertumbuhan bibit kakao gulma juga ikut tumbuh diantara sela-sela

tanaman. Gulma dapat mengganggu pertumbuhan bibit maka perlu untuk disiang

dengan menggunakan koret dan dapat dicabut dengan tangan. Gulma yang disiang

tidak hanya yang ada dalam polybag tetapi juga yang berada disekitar areal

pembibitan kakao.

Program Studi Agribisni Pertanian 15

Page 17: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

c. Pemupukan

Pemupukan pada pembibitan kakao, dilakukan setelah tanaman kakao

berumur 2 bulan dengan kebutuhan pupuk urea 1,5 gr/batang, kemudian umur 3

bulan dengan kebutuhan pupuk urea 2 gram/batang. Pemakaian pupuk urea dapat

diganti atau disubsitusi dengan pemberian urine sapi fermentasi. Perbandingan

pemberian pupuk yaitu dengan perbandingan 50: 50. Pensubsitusian pupuk

tersebut dengan syarat unsur hara yang dikandung harus mencukupi kebutuhan

dari bibit kakao.

Berdasarkan keterangan diatas didapatkan bahwa untuk 10.656 bibit

dibutuhkan pupuk urea masing-masing 15.984 gram dan 21.312 gram pada

pemupukan tersebut. Dengan subsitusi 50% maka pupul urea yang akan

disupsitusi masing-masing 7.992 gram pada bibit umur 2 bulan dan 10.656 gram

umur 3 bulan. Sisanya digantikan dengan pemakaian urin sapi fermentasi.

Primarton, 2008 menyatakan pada urine sapi tedapat kandungan unsur hara

N(2,7%) sedangkan kandungan urea yang akan disubsitusi sebanyak N(45%).

Jumlah urine sapi yang dibutuhkan per bibitnya pada umur 2 bulan sebanyak

15,62 ml perbibit dan 20,81ml untuk bibit berumur 3 bulan sehingga urine sapi

fermentasi yang dibutuhkan untuk 1 bibit dalam 1 kali periode adalah sebanyak

46,43 ml/ bibit. Jadi untuk sebanyak 10.656 bibit dibutukan 485.198,08 ml atau

486 liter.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada tanaman kakao hama utama yang sering sering menyerang yaitu hama

Helopeltis Antoni Sign, ulat daun. Hama ini biasanya menyerang pucuk dan daun

tanaman kakao. Hama yang menyerang pembibitan tanaman kakao dapat

Program Studi Agribisni Pertanian 16

Page 18: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

diberantas dengan insektisida seperti Corsida dengan konsentrasi 2cc/liter air.

Penyakit yang biasa menyerang bibit kakao adalah serangan jamur salah satunya

jamur Fusarium oxysporum fs.p. Untuk pengendaliannya dilakukan dengan

penyemprotan serta fungisida Dithane M45 dengan konsentrasi 2 gr/liter air,

dengan cara menyemprotkan larutan tersebut pada tanaman yang terserang hama

atau penyakit.Selain itu juga tindakan membuang bagian tanaman yang terserang

atau mengganti /menyulam dengan bibit baru, hal ini dilakukan karena jamur ini

dapat menyebar dengan cepat melalui perantara angin. Oleh sebab itu bibit yang

dipersiapkan lebih banyak dari yang diusahakan.

e. Penyisipan

Penyisipan merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati dengan

tanaman yang baru. Penyisipan dilakukan untuk mempertahankan produksi

jumlah optimal. Bibit yang dijadikan sebagai penyisip adalah tanaman yang

berasal dari varietas yang sama agar bibit yang dihasilkan tidak bervariasi. Bibit

untuk penyisipan sebelumnya juga dipersiapkan bersaman dengan persiapan benih

yang akan diusahakan.

3.2.7. Seleksi Bibit dan Pemasaran

Bibit kakao perlu dilakukan peseleksian baik untuk dipasarkan pada

konsumen. Kriteria bibit yang baik yaitu sebagai berikut : bibit telah berumur 3.5

– 5 bulan, tinggi bibit 35 – 40 cm, jumlah daun 4 – 5 lembar, bibit sehat (tidak

terserang Hama & Penyakit) dan tumbuh normal ( tidak patah, tidak bengkok,dan

utuh). Setelah diseleksi, bibit kakao dapat dipasarkan langsung kepada petani atau

perusahaan yang melakukan budidaya kakao.

Program Studi Agribisni Pertanian 17

Page 19: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

IV. ASPEK FINANSIAL

Dari pelaksanaan PUM pembibitan tanaman kakao dengan luas areal 25

m² dan dihasilkan keuntungan sebesar Rp 285.172 selama 1 periode (4 bulan)

maka usaha pertama yang dilakukan adalah memperluas areal pembibitan dan

menambah jumlah bibit yang diusahakan. Adapun cara menghitung berapa luas

areal yang dibutuhkan untuk rencana bisnis adalah sebagai berikut: dengan luas

lahan 25 m² dihasilkan keuntungan sebesar Rp285.172 selama 4 bulan atau Rp

774.516,- setahun.

Agar pengelola mampu hidup layak dengan(pendapatan minimum RP

9.000.000,-/ tahun atau Rp 750.000 /bulandengan UMR = Rp 25.000,-/ hari),

maka dibuat rencana bisnis dengan komoditi yang sama dengan luas areal :

Luas areal = Rp 9.000.000,-/th Rp 774.516/th

= 11,62 dibulatkan menjadi (12 kali).

= 25 m² x 12

= 300 m²

Populasi = 296 x 12 x 3 periode

=10.656 / tahun

Program Studi Agribisni Pertanian 18

Page 20: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

4.1. Biaya Sarana Produksi

a. Biaya Alat

Tabel 8: Biaya Pembelian Alat dalam Pembibitan Kakao pada Luasan Lahan 300 m² selama 1Tahun.

No Jenis Alat Jumlah Harga/unit(Rp) Biaya(Rp)

1 Cangkul 3 Unit 30.000 90.0002 Gergaji 2 Unit 15.000 30.0003 Gembor 3 Unit 5.000 15.0004 Ember 3 Unit 5.000 15.0005 Meteran 1 Unit 10.000 10.0006 Gerigen 6 Unit 15.000 90.0007 Parang 3 Unit 10.000 30.0008 Linggis 2 Unit 30.000 60.0009 Gerobak 1 Unit 150.000 150.00010 Knapsack 1 Unit 175.000 175.00011 Koret 4 Unit 15.000 60.00012 Kampak 2 Unit 15.000 30.00013 Ayakan 2 Unit 10.000 20.000

Jumlah 775.000

b. Biaya Penyusutan (Depresiasi)

Tabel 9: Biaya Penyusutan dalam Pembibitan Kakao pada Luasan Lahan300m² selama 1 Tahun.

No Jenis AlatHarga

Beli(Rp)Nilai Sisa Usia

EkonomisDeprisiasi/

Tahun1 Cangkul 90.000 0 2 Tahun 45.0002 Gergaji 30.000 0 1 Tahun 30.0003 Gembor 15.000 0 1 Tahun 15.0004 Ember 15.000 0 1 Tahun 15.0005 Meteran 10.000 0 2 Tahun 5.000

6 Derigen 90.000 0 2 Tahun 45.000

7 Parang 30.000 0 2 Tahun 15.000

8 Linggis 60.000 0 2 Tahun 30.000

9 Gerobak 150.000 0 5 Tahun 30.000

10 Hand speyer 175.000 0 5 Tahun 35.000

11 Koret 60.000 0 2 Tahun 30.000

12 Kampak 30.000 0 2 Tahun 15.000

13 Ayakan 20.000 0 2 Tahun 10.000

Jumlah 320.000.

Program Studi Agribisni Pertanian 19

Page 21: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

.c. Biaya Bahan

.Tabel 10: Kebutuhan Bahan dalam Pembibitan Tanaman Kakao pada Luas Lahan 290m2 Selama 1 Tahun.

No Nama bahan Satuan JumlahHarga/

satuan(Rp) Biaya (Rp)1 Benih Kakao Benih 11.722 600 7.033.2002 Polybag Kg 126 22.000 2.772.0003 Pupuk Urea Kg 25,20 1.700 42.8405 Corsida Liter 1,80 13.500 24.3006 Dithena M45 Liter 0,576 13.500 8.0647 Feses Ayam Kg 90 1.500 135.0008 EM4 Liter 9 19.000 171.0009 Urine Sapi Liter 432 400 177.12010 Karung/goni Buah 36 1.000 36.00011 Pasir M3 1,80 35.000 63.00012 Tali Rafia Gulung 54 2.000 108.00013 Daun Kelapa Lembar 486 1.500 702.00014 Bambu Batang 108 7.000 756.00015 Plastik Meter 150 4.000 600.000

Jumlah 12.628.524

.Sumber: Survai di Pasar Payakumbuh ,Desember 2008.

Program Studi Agribisni Pertanian 20

Page 22: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

d. Biaya Tenaga Kerja

Tabel 11: Biaya Tenaga Kerja Dalam Pembibitan Kakao pada Luasan 300 m2

Selama 1 Tahun.

No Jenis Kegiatan Satuan JumlahUpah(Rp )

Biaya (Rp)

1 Peninjauan, Pengukuran & Pembersihan Lahan HKO 4,68 30.000 140.400

2 Persiapan Bahan Tanam HKO 1,44 30.000 43.2003 Pembuatan Naungan Dan

Bedengan Persemaian HKO 12,72 30.000 381.6004 Pendederan Bibit HKO 3,96 30.000 118.8005 Pemeliharaan Persemaian HKO 5,04 30.000 151.2006 Pembuatan Fermentasi

Urine Sapi HKO 1,44 30.000 43.2007 Pengisian Polybag HKO 32,40 30.000 972.0008 Pemindahan Kecambah ke

Polybag HKO 3,96 30.000 118.8009 Penyiraman HKO 47,52 30.000 1.425.60010 Pemupukan Urea HKO 3,60 30.000 108.00011 Pemberian Urine Sapi HKO 5,04 30.000 151.20012 Penyiangan HKO 7,20 30.000 216.00013 Penyisipan HKO 8,28 30.000 148.40014 Pengendalian H & P HKO 1,44 30.000 43.20015 Seleksi Bibit dan

Pemasaran HKO 7,20 30.000 216.000Jumlah 4.377.600

e. Biaya Lain-lain

Tabel 12: Biaya Lain-Lain Dalam Pembibitan Kakao Pada Luasan Lahan 300 m² Selama 1 Tahun.

No Jenis Pembiayaan Perhitungan Total1 Sewa Tanah Rp 500.000,- x 0.0300 15.0002 Pajak Bumi & Bangunan - 03 Transportasi 3 x Rp 20.000,- 60.0004 Biaya promasi/pemasaran 3 x Rp 15.000,- 45.0005 Bunga Modal Milik

Sendiri12% x Rp 1.990.708 ,- 228.885

6 Bunga Modal Pinjaman 15% x Rp 4.500.000,- 675.000Jumlah 1.023.885

Program Studi Agribisni Pertanian 21

Page 23: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

f. Rekapitulasi Biaya Sampai Periode Pertama (Kas Minimum)

Tabel 13: Kebutuhan Biaya Sampai Periode Pertama (4 Bulan)Pada Pembibitan Kakao Untuk Luasan 300 m²

No Jenis Pembiayaan Total Modal sendiri

Kredit

1 Biaya Tetap- Biaya Alat 775.000 775.000 0- Biaya Sewa Tanah 15.000 15.000 0- Biaya Pemasaran 15.000 15.000Total Biaya Tetap 805.000 805.000 0

2 Biaya Variabel- Biaya Bahan 4.206.508 206.508 4.000.000- Biaya Tenaga Kerja 1.459.200 959.200 500.000- Transportasi 20.000 20.000 0Total Biaya Variabel 5.685.708 1.990.708 4.500.000Jumlah 6.490.708 1.990.708 4.500.000

4.2. Produksi dan Pendapatan

Tabel 14: Produksi dan Pendapatan Dalam Pembibitan Kakao Untuk Satu tahun Dengan Luas Lahan 300 m2

No Jenis Produk satuan Jumlah Harga/Unit (Rp)

Jumlah( Rp)

1 Bibit Kakao Bibit 10.656 3.000 31.968.0002 Sampingan - - 0

Jumlah 31.968.000Keterangan : Produksi Pembibitan Per Periode (4 Bulan)=3.552 Bibit

Program Studi Agribisni Pertanian 22

Page 24: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

4.3. Aspek Finansial

a. Analisa Rugi Laba (Dalam 1 Tahun)

Tabel 15: Analisa Rugi Laba Pembibitan Kakao Untuk Satu tahun Dengan Luas Lahan 300 m2

No Keterangan Jumlah TotalA Rencana Produksi 10.656

B Harga per Bibit 3.000C Total Pendapatan 31.968.000 31.968.000D Biaya Variabel1 Biaya Bahan 12.628.5242 Biaya Tenaga Kerja 4.377.6003 Transportasi 60.000

Total Biaya Variabel 17.066.124 17.066.124E Biaya Tetap

Depresiasi 320.000Sewa Tanah 15.000Biaya pemasaran 45.000Total Biaya Tetap 380.000 380.000Biaya BungaBunga Modal Milik Sendiri 228.885Bunga Modal Pinjaman 675.000

F Total Biaya Bunga 903.885 903.885Total Biaya 18.350.009Laba Sebelum Pajak 13.617.991 13.617.991Pajak 0 0

G Laba Setelah Pajak 13.617.991 13.617.991H R/C Ratio 1,74 1,74I BEP Harga Rp 826.086,96J BEP Produksi 297 Bibit

BEP Quantity (Jumlah) = Biaya Tetap , Harga Jual /Unit - Biaya Variabel /Unit

= 380.000 3.000-1.723

= 298 Bibit

BEP Penjualan(Rp) = Biaya Tetap 1 – Biaya Variabel/unit

Harga Per Unit

BEP Penjualan(Rp) = 380.000 1 – 1.723

3.000

= Rp 826.086,96

Program Studi Agribisni Pertanian 23

Page 25: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

b. Proyeksi Arus Kas ( Chas Flow)

Tabel 16: Arus Kas

No URAIAN Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4  A Kas Awal 0  0 18.382.584 31.214.460 43.881.336  CASH INFLOW          1  Penjualan Tunai 0 31.968.000 31.968.000 31.968.000 02  Penerimama Piutang 0 0 0 0 03  Modal Sendiri 1.990.708 0 0 0 04  Penerimaan Kredit 4.500.000 0 0 0 05  Penerimaan Kas Lainnya 0 0 0 0 325.000  Total CASH INFLOW 6.490.708   31.968.000 31.968.000 325.000  CASH OUTFLOW          1  Biaya Alat 775.000 0 60.000 450.000 02  Biaya Sewa Lahan 15.000 0 15.000 15.000 03  Biaya Bahan 4.206.508 8.422.016 12.628.524 12.628.524 04  Biaya Tenaga Kerja 1.459.200 2.918.400 4.377.600 4.377.600 05  Trasportasi 20.000 40.000 60.000 60.000 06 Biaya pemasaran 15.000 30.000 45.000 45.000    Total Cash Outflow 6.490.708 11.410.416 17.186.124 17.576.124 0  KAS NETTO 0 20.557.584 33.164.460 45.606.336 44.206.336  KEWAJIBAN BANK          1  Angsuran Pokok Kredit 0 1.500.000 1.500.000 1.500.000 02  Angsuran Bunga Kredit 0 675.000 450.000 225.000 0  Total Kewajiban BANK 4.500.000 2.175.000 1.950.000 1.725.000 0             f  Saldo 0 18.382.584 31.214.460 43.881.336 44.206.336             G  Sisa Pokok Kredit 4.500.000 3.000.000 1.500.000 0 0

c. Analisa Proyek

Program Studi Agribisni Pertanian 24

Page 26: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

tabel 17: Analisa Proyek

TahunCash

inflaowNet cash

flowNet cash flow

DF 15%

PV 15%DF

20%PV 20%

0 0 6.490.708 -6.490.708 1,000 -6.490.708 1,000 -6.490.7081 31.968.000 11.410.416 20.557.584 0,870 17.885.098,08 0,833 14.898.286,702 31.968.000 17.186.124 14.781.876 0,756 11.175.098,26 0,698 7.800.218,583 31.968.000 17.576.124 14.391.876 0,658 9.469.854,41 0,579 5.483.045,70

Jumlah NPV 15% = 32.039.342,74 NPV 20% = 21.690.842,99

NET B/C Ratio15 % = ∑PV Positif ∑ PV Negatif

NET B/C Ratio15% = 38530050,74

6.490.708

= 5,93

NET B/C Ratio 20% = ∑PV Positiff ∑ PV Negatif

NET B/C Ratio 20% = 28181550,99 6.490.708

= 4,34

Program Studi Agribisni Pertanian 25

Page 27: Pembibitan Kakao Adalah Mendorong Pertanian Hijau

Laporan Bisnis Plan

DAFTAR PUSTAKA

 Ade Iwa Sahawa. 1990. Mamfaat Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Azwar. 2008. Http://Www.yahoo.com /2008/02/25/Teknologi Pembibitan Tanaman Kakao.

Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jendral Perkebunan Berdasarkan Keputusan Mentri Pertanian. Nomor 511/kpts/pd 31/09/2006.

Harahap E.N. 2003. Pemanfaatan Limbah Urine Sapi yang Telah Difermentasi Sebagai Nutrisi Pada Tanaman Tomat di Polibag. Laporan PUM Politeknik Pertanian Payakumbuh.

Herman, Wahyudi. 2006. Indo Kakao Coklat. Jakarta Selatan.

Hsice dan ShH SIEH. 1990. International Seminal On The Use Of Organic Fertilizer produktion Rural Developmen Administrasion (RDA)

Anty, Khazy. 1998. Pengaruh Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Politeknik Pertanian. Payakumbuh.

Li ngga, P. 1991 .Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Primartono. 2008.Http://Www.Geoogle.Com/2008/02/05/Menyulap Urine Sapi Menjadi Pupuk.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kakao. Jember.

Sunanto, H. 1992. Cokelat ( Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto, F. X. 2003. Tanaman Kakao ( Budidaya dan Pengolahan Hasil ). Kanisius. Yogyakarta.

Tumpal H.S, Riyadi.S,Nuraeni.L, 2003. Cokelat ( Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran ). Penebar Swadaya. Cimanggis. Depok.

Tumpal. 1998. Cokelat ( Pembudidaya, Pengolahan dan Pemasaran ). Penebar Swadaya.

Depok.

Program Studi Agribisni Pertanian 26