Manual Pembibitan Mikoriza

50
BOOKLET TEKNIK PRODUKSI BIBIT BERMIKORIZA BOOKLET TEKNIK PRODUKSI BIBIT BERMIKORIZA DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN JAWA DAN MADURA Sumedang, Desember 2006

description

Buku petunjuk pembibitan dan pengembangan mikoriza pada akar untuk kesuburan tanaman

Transcript of Manual Pembibitan Mikoriza

Page 1: Manual Pembibitan Mikoriza

BOOKLETTEKNIK PRODUKSI BIBIT

BERMIKORIZA

BOOKLETTEKNIK PRODUKSI BIBIT

BERMIKORIZA

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA

Sumedang, Desember 2006

Page 2: Manual Pembibitan Mikoriza

Sumedang, Desember 2006

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA

Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525

BOOKLETTEKNIK PRODUKSI BIBIT

BERMIKORIZA

Page 3: Manual Pembibitan Mikoriza

Booklet Teknik Produksi Bibit Bermikorizaditerbitkan oleh:Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan MaduraJl. Raya Tanjungsari Km 22 SumedangTELP. 022 7911343, 7912525Jawa Barat

Editor :1 Ir. Harijoko, Sp. MM.2. Ir. Sumarjo, MSi.3. Ir. Iman Budiman4. Eman Suherman,S Hut.5.Tocin

Sampul dan tata letak(layout) : Agung Suwondo.

Desember 2006

Buku ini diterbitkan untuk umum dan bukan untuk diperdagangkan

Page 4: Manual Pembibitan Mikoriza

KATA PENGANTAR

Booklet Teknik Produksi Bibit Bermikoriza ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan salah satu dari teknik memproduksi bibit bermikoriza dalam rangka menyediakan bibit berkualitas untuk mendukung program rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Bibit bermikoriza memiliki beberapa keunggulan untuk ditanam pada lahan merginal yang telah terdegradasi. Di dalam Booklet ini dijelaskan secara rinci mengenai pengertian mikoriza, macam-macam tipe mikoriza, perkembangan mikoriza dan diakhiri dengan teknik isolasi dan inokulasi mikoriza. Dengan memahami isi tulisan ini maka akan dapat memperoduksi bibit bermikoriza yang berkualitas.Demikian Booklet ini disusun dengan harapan dapat berguna bagi para pihak yang berminat untuk memproduksi bibit berkualitas dalam rangka meningkatkan produktivitas hutan.

Sumedang, Desember 2006Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura

Ir. Harijoko SP, MMNIP. 080 056 541

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Page 5: Manual Pembibitan Mikoriza
Page 6: Manual Pembibitan Mikoriza

DAFTAR ISI

halamanKATA PENGANTAR ------------------------------ iDAFTAR ISI -----------------------------------------iiiDAFTAR TABEL -----------------------------------ivDAFTAR GAMBAR -------------------------------iv

PENDAHULUAN ---------------------------------- 1

PENGERTIAN MIKORIZA ---------------------- 5Definisi Mikoriza--------------------------------- 5Tipe-tipe Asosiasi Mikoriza --------------------- 5

MANFAAT MIKORIZA -------------------------- 13

PERKEMBANGAN MIKORIZA --------------- 19Struktur dan Tahap Perkembangan

Mikoriza ------------------------------------ 19Faktor-faktor yang Mempangaruhi Perkem-

bangan Mikoriza ----------------------------- 23

TEKNIK ISOLASI DAN INOKULASI MIKORIZA ------------------------------------- 27Teknik Isolasi VA Mikoriza --------------------- 27Teknik inokulasi Mikoriza ---------------------- 28

DAFTAR PUSTAKA-------------------------------- 45

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza iii

Page 7: Manual Pembibitan Mikoriza

DAFTAR TABEL

No Teks halaman

Tabel 1. Ringkasan kunci perbedaan antara tipe-tipe asosiasi mikoriza (Harley & Smith, 1983).......................11

DAFTAR GAMBAR

No Teks halaman

Gambar 1. Struktur Vasikula, arbuskula dan spora Endomikoriza ........................10

Gambar 2. Struktur hyfa dan tubuh buah ektomikoriza ..................................10

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikorizaiv

Page 8: Manual Pembibitan Mikoriza

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza 1

PENDAHULUAN

Mikoriza merupakan asosiasi mutualisme antara

cendawan di tanah dan akar tanaman. Bibit

bermikoriza memiliki keunggulan untuk mampu

bertahan hidup pada kondisi lahan marginal. Oleh

karena itu bibit bermikoriza sangat baik untuk

ditanam dalam rangka rehabilitasi lahan kritis, yang

pada umumnya lahannya sudah marginal.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit

bermikoriza memiliki pertumbuhan yang lebih

optimal daripada bibit non mikoriza. Kelebihan

bibit bermikoriza antara lain:

1. Bibit bermikoriza lebih tahan terhadap

kekeringan

Bibit yang bermikoriza akarnya diselimuti oleh

hifa-hifa eksternal yang menyebar luas disekitar

zona rhizosfer. Hifa tersebut memiliki sifat

seperti kapas yang memiliki daya absorpsi air

yang sangat tinggi. Ukuran diameter hifa

sangat kecil sehingga mampu menerobos pori-

pori mikro tanah dan menambah daerah jelajah

serapan air di tanah. Dengan demikian bibit

bermikoriza mampu menyerap air dalam

kapasitas yang tinggi serta efisiensi dalam

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Page 9: Manual Pembibitan Mikoriza

2

penyerapannya. Daerah sekitar rhizosfer pada

bbit yang bermikoriza biasanya lebih lembab

karena banyak eksudat yang dipertukarkan.

Ingkungan tersebut memberikan keuntungan

bagi mikroorganisme tanah yang bermanfaat

untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

2. Bibit bermikoriza lebih tahan terhadap serangan

patogen akar

Akar bibit yang berasosiasi dengan cendawan

ME memiliki pelindung berupa mantel dan

jaring hartig dipermukaan akar. Akar yang

terinfeksi mikoriza mengalami pembengkakan

membentuk struktur monokotom, dikotom

bahkan trikotom. Selain itu hifa cendawan

mikoriza ada yang mengeluarkan eksudat yang

bersifat toksik bagi patogen akar. Dengan

demikian akar bermikoriza memiliki

kemampuan perlindungan dari gangguan luar

baik secara fisik maupun secara kemis.

3. Bibit bermikoriza memiliki efeiensi dalam

penyerapan unsur Phospor

Bibit bermikoriza sangat efektif dalam

penyerapan unsur phospor (P) tanah, apalagi

dalam keadaan P tanah kurang tersedia karena

diikat oleh unsur lain. Unsur P ini menjadi faktor

pembatas pada lahan-lahan marginal. Dengan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 10: Manual Pembibitan Mikoriza

absorpsi unsur P yang cukup , maka

pertumbuhan tanaman menjadi optimal.

4. Bibit bermikoriza memiliki pertumbuhan yang

lebih cepat

Daya jelajah absorpsi unsur hara oleh bibit

bermikoriza menjadi lebih luas dikarenakan

bibit tersebut mendapat perpanjangan saluran

melalui hifa eksternal. Ketersediaan unsur

fosfor di tanah sering menjadi faktor pembatas

pertumbuhan bibit. Mikoriza dapat membantu

penyerapan unsur fosfor secara efektif dan

efisien. Disamping itu mikoriza dapat memacu

produksi hormon seperti auksin untuk memacu

pertumbuhannya.

Isolat mikoriza banyak tersedia di alam, di bawah

tegakan hutan, pada lapisan tanah top soil. Jenis

ektomikoriza sering ditemukan dalam tanah di

bawah tegakan pinus dan meranti, sedangkan untuk

jenis endomikoriza (CMA) sering ditemukan

dibawah tegakan leguminosae seperti sengon,

sesang, kemelandingan, plamboyan dan sebagainya.

Dengan mengetahui teknik eksplorasi dan isolasi

serta inokulasi mikoriza, maka spora mikoriza dapat

diperbanyak agar tetap tersedia untuk digunakan.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

3

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 11: Manual Pembibitan Mikoriza

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

4

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 12: Manual Pembibitan Mikoriza

PENGERTIAN MIKORIZA

DEFINISI MIKORIZA

Mikoriza merupakan asosiasi mutualisme antara

cendawan di tanah dan akar tanaman. Pasangan pada

asosiasi ini adalah anggota kerajaan cendawan

(Basidiomycetes, Ascomysetes dan zygomycetes)

dan sebagian besar tanaman berpembuluh (Harley &

Smith 1983, Kendrick 1992, Brundett 1991). Kata

mikoriza berasal dari kata mykes yang berarti

cendawan dan Rhiza yang berarti akar. Mikoriza

merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualisme

antara cendawan dengan akar tanaman. Hubungan

m u t u a l i s m e t e r s e b u t s a n g a t t i n g g i

ketergantungannya yaitu tanaman inang menerima

hara mineral sementara cendawan menerima

senyawa karbon hasil fotosisntesis. Asosiasi

mikoriza melibatkan interaksi tiga komponen yatu

tanaman inang, cendawan mutualistik dan tanah.

TIPE-TIPE ASOSIASI MIKORIZA

Secara umum terdapat tujuh tipe mikoriza yang telah

dikenal, melibatkan banyak kelompok cendawan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

5

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 13: Manual Pembibitan Mikoriza

dan tanaman inang. Tipe-tipe asosiasi tersebut antara

lain:

1. Mikoriza vesikula-arbuskula

>Mikoriza vasikula arbuskula (MVA/VAM)

sering disebut Endomikoriza. Beberapa peneliti

berpendapat bahwa tidak semua MVA memiliki

vasikula sehingga muncul sebutan Cendawan

Mikoriza arbuskula (CMA). Endomikoriza ini

merupakan asosiasi dari cendawan Zygomycetes

anggota Glomales yang menghasilkan arbuskula,

hifa dan vesikula di dalam akar.Spora dibentuk di

tanah dan akar. Asosiasi ini didefinisikan dengan

kehadiran arbuskula (Gambar 1). Cendawan dalam

akar tersebar berupa hifa lurus atau koil. Beberap

karakteristik yang bisa dikenali untuk cendawan

endomikoriza adalah sebagai berikut:

>Perakaran yang kena infeksi tidak membesar

>Cendawan membentuk struktur lapisan hifa

tipis pada permukaan akar, tetapi tidak

setebal mantel pada ektomikoriza

>Hifa menyerang masuk ke dalam individu sel

jaringan korteks

>Adanya struktur khusus berbentuk oval yang

disebut arbuscules

Sampai saat ini telah diketahui ada enam genus yang

menghasilkan VA mikoriza yaitu Glomus dan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

6

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 14: Manual Pembibitan Mikoriza

Sclerocystis (famili Glomaceae), Gigaspora,

Scutellospora (Famili Gigasporaceae), Acaulaspora

dan Entropospora (famili Acaulosporaceae). Jenis

yang diketahui mampu berasosiasi antara laian

famili leguminosae.

2. Ektomikoriza

Ektomikoriza sering disebut Mikoriza Ekto

(ME), merupakan asosiasi dari cendawan

Basidiomycetes dan lainnya yang membentuk

bengkalan pada akar lateral pendek yang

diselubungi oleh mantel hifa (Gambar 2). Pada

akar terdapat jaring Hartig yaitu hifa yang

mengitari sel epidermis atau korteks. Beberapa

karakteristik yang dapat dilihat pada

ektomikoriza adalah (Setiadi, 1989):

>Akar yang kena infeksi biasanya membesar

dan bercabang serta rambut-rambut akar

tidak ada

>Dalam suatu penampang melintang, nampak

permukaan akar ditutupi secara lengkap oleh

miselia yang biasa disebut dengan fungal

sheat

>Nampaknya beberap hifa yang menjorok

keluar yang disebut sebagai rhizomorphs.

Hifa ini berfungsi sebagai alat yang efektif

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

7

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 15: Manual Pembibitan Mikoriza

untuk penyerapan unsur hara

>Nampak hifa membentuk struktur seperti net

(jala) diantara dinding sel-sel jaringan

korteks, biasa disebut sebagai hartig net

>Hifa tidak menyerang (masuk) ke dalam sel,

tetapi haya berkembang di antara dinding-

dinding sel jaringan korteks.

Beberapa genera cendawan pembentuk

ektomikoriza diantaranya amanita, Boletellus,

Boletinus, Boletus, Clitocybe, Collybia,

Laccaria, Lactarius, Rhizopogon, Pisolithus,

Scleroderma dan Suillus ( De La Cruz 1979).

Jenis yang diketahui mampu berasosiasi anata

laian Dipterocarpaceae, eucaliptus, dan pinus.

3. Ektendomikoriza

Ektendomikoriza merupakan suatu bentuk

intermediate antara ekto dan endomikoriza.

Mikola (1965) dan Laiho (1976) memberikan

ciri-ciri ektendomikoriza sebagai berikut:

! Adanya selubung tipis berupa jaring hartig

! Terdapat hifa tebal intraseluler yang

menggelembung

! Kadang-kadang selubung tersebut hilang

! Hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks

dan juga sel-sel korteksnya.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

8

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 16: Manual Pembibitan Mikoriza

4. Arbutroid

Asosiasi ini sama seperti ektomikoriza

karakteristiknya, sering ditemukan pada

tanaman Ericales.

5. Monotroid

Asosiasi ini sama seperti ektomikoriza

karakteristiknya, sering ditemukan pada

tanaman monotropaceae.

6. Ericoid

Asosiasi ini memiliki gulungan hifa di sel

bagian dalam dari “akar rambut” sempit

tanaman ordo Ericales. Asosiasi ini juga

d i temukan pada akar tebal anggota

Epacridaceae.

7. Orchid

Memiliki hifa koil di dalam akar atau batang

tanaman famili Orchidaceae. Semai anggrek

muda dan beberapa tanaman dewasa yang

kehilangan klorofilnya, semuanya tergantung

pada cendawan mikoriza untuk kelangsungan

hidupnya.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

9

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 17: Manual Pembibitan Mikoriza

Gambar 1. Struktur Vasikula, arbuskula dan spora

Endomikoriza

Gambar 2. Struktur hyfa dan tubuh buah ektomikoriza

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

10

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 18: Manual Pembibitan Mikoriza

Perbedaan tiap sosiasi tersebut, secara ringkas dapat dilihat

pada Tabel 1.Tabel 1. Ringkasan kunci perbedaan antara

tipe-tipe asosiasi mikoriza (Harley & Smith, 1983)

Ket

eran

gan.

-=

tidak

ada,

+=ad

a,(+

)=ka

dang

ada,

(-)

=ka

dang

tidak

ada,

+-=

adak

atau

tidak

ada,

Bas

id+

basi

diom

ycet

es,A

sco

=A

scom

ycet

es,Z

ygo

=Z

ygom

ycet

es

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

11

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 19: Manual Pembibitan Mikoriza

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

12

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 20: Manual Pembibitan Mikoriza

MANFAAT MIKORIZA

Secara umum mikoriza memiliki fungsi sebagai (1)

membantu meningkatkan suplai hara kepada

tanaman,terutama unsur P, (2) melindungi akar

tanaman dari serangan patogen akar, (3)

meningkatkan ketahanan terhadapo kekeringan dan

(4) Memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh.

Beberapa penelitian terkait melaporkan mengenai

manfaat dari mikroriza, sebagai berikut:

a. Manfaat bagi tanaman

1. Meningkatkan suplai hara tanaman dengan

menambah luas daerah serapan pada tanah

yang bisa dijangkau oleh tanaman

2. Meningkatkan suplai haea tanaman dengan

menyerap bentuk hara yang secara normal

tidak tersedia bagi tanaman.

3. Beberapa cendawan ME dan erikoid

memiliki kemampuan memecahkan

senyawa fenol di tanah yang dapat

menghambat pengambilan hara (Bending &

Read 1997).

4. Kolonisasi akar oleh cendawan ME dan

MVA dapat terlindung dari cendawan parasit

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

13

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 21: Manual Pembibitan Mikoriza

dan nematoda ( Duchesne et all 1989,

Grandmaison et all 1993, Newsham et all

1995, Little & Maun 1996, Cordier et all

1998, Morin et all 1999).

5. Manfaat nonhara bagi tanaman disebabkan

adanya perubahan status air, tingkat

fitohormon, asimilasi karbon dsb, telah

dilaporkan namun sulit dimengerti

(Brundrett 1991, Smith & Read 1997).

6. Manfaat mikoriza meliputi peningkatan

hasil, akumulasi hara, dan/atau keberhasilan

reproduksi (Lewis & Koide 1990, Stanley et

all 1993).

7. Mikoriza dapat menyebabkan perubahan

pertumbuhan arsitektur akar dan jaringan

pembuluh dsb. (Daniels Hetrick et all, 1988,

Miller et all 1997)

8. Penekanan terhadap kompetisi dari tanaman

bukan inang oleh cendawan mikoriza telah

diamati (Allen et all, 1989).

9. Jumlah transfer karbon yang significant

melalui miselia cendawan ME yang

menghubungkan beberapa jenis tanaman

telah diukur (Simard et all, 1997),Hal ini

dapat menurunkan kompetisi di antara

tanaman dan berkontribusi terhadap

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

14

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 22: Manual Pembibitan Mikoriza

stabilitas dan keragaman ekosistem.

10. Jaringan hifa yang dibangun oleh pohon

dominan dapat menolong anakan untuk bisa

mapan atau berkontribusi terhadap

pertumbuhan tanaman yang ada di bawah

naungan (Hogberg et all, 1999, Horton Iet

all, 1999)

11.Transfer hara dari tanaman yang mati ke

tanaman yang hidup dapat terjadi (Eason et

all, 1991).

b. Manfaat bagi ekosistem

1. Hifa hara nampaknya memiliki peranan

penting dalam siklus hara yang mencegah

hilang dari sitem, terutama bila akar tidak

aktif

2. Hifa merupakan saluran yang dapat

mentransport karbon dari akar tanaman ke

organisme tanah lainnya yang terlibat dalam

proses siklus hara- yang bekerja sama

dengan anggota pendekomposisi tanah

lainnya dalam jaringan-jaringan makanan.

3. Hifa tanah juga berperan penting dalam

siklus hara dengan penyerapan hara dari

cendawan saprofit (Lindahl et all, 1999).

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

15

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 23: Manual Pembibitan Mikoriza

4. Sporocarf epigeous dan hypogeous

cendawan ME dan MVA merupakan sumber

makanan penting bagi mamlia berplacenta

dan berkantung (Claridge & May 1994,

McGree & Baczocha 1994, Janos et all 1995,

Mcilwee & Johnson 1998).

5. Akar bermikoriza dan tubuh buah cendawan

penting sebagai sumber makanan dan habitat

bagi invertebrata (Fogel & Peck 1975,

Rabatin & Stiner 1989, Lawrence & Milner

1996).

6. Hifa cendawan bermikoriza merupakan

sumber makanan penting bagi invertebrata

tanah (Setala 1995, Ingham & Massicotte

1994).

7. Mikoriza mempengaruhi populasi mikroba

tanah dan mengeluarkan eksudat ke

mikorizosfer dan hifosfer (Ames at all, 1984,

Bansal & Mukerji 1994, Olsson et all, 1996,

Andrade et all. 1998.)

8. Hifa cendawan MVA dapat mempengaruhi

struktur tanah. Peranannya mengagregasi

secara mekanik telah dipertanyakan (Degens

et all. 1994), namun sekresi zat semacam

glomalin akan lebih penting (Wright &

Upadhaya 1998). Jalinan hifa yang

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

16

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 24: Manual Pembibitan Mikoriza

dihasilkan cendawan ME dapat mengubah

struktur tanah (Griffiths et all, 1992).

9. Cendawan mikoriza berkontribusi terhadap

penyimpanan karbon dalam tanah dengan

mengubah bahan organik tanah, baik kulaitas

maupun kuantitasnya (Ryglewicz &

Andersen, 1994).

C. Manfaat bagi masyarakat

1. Cendawan ME penting secara ekonomi dan

nutrisi sebagai sumber makanan manusia

(Arora 1991, Kalotas 1996).

2. Cendawan juga dapat digunakan sebagai

obat dan pewarna alami (Arora 1991,

Morgan 1995).

3. Cendawan memiliki nilai estetis sebagai

bagian dari keindahan alam (Findlay. 1982,

Morgan 1995).

4. Keragaman cendawan merupakan

bioindikator kualitas lingkungan.

5. Cendawan yang telah teradaftasi dengan

kondisi tanah lokal dibutuhkan bagi

pertanian, hortikultura dan kehutanan.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

17

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 25: Manual Pembibitan Mikoriza

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

18

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 26: Manual Pembibitan Mikoriza

PERKEMBANGAN MIKORIZA

STRUKTUR DAN TAHAP

PERKEMBANGAN MIKORIZA

1. Tahap perkembangan Mikoriza arbuskula

Asosiasi mikoriza arbuskula ini akan terbentuk

ketika akar tanaman inang dan cendawan yang

cocok keduanya aktif saling mendekati pada

kondisi tanah yang sesuai. Asosiasi mikoriza

arbuskula dimulai oleh dengan perkecambahan

spora, yang kemudian menhasilkan hifa. Hifa

yang dihasilkan dari perkecambahan spora

mikoriza memiliki kemampuan terbatas untuk

tumbuh dan berkembang dan akan mati bila

tidak bertemu akar tanaman yang sesuai dalam

waktu satu minggu. Hifa yang lebih tahan adalah

hifa yang berasal dari tanah atau dari potongan

akar yang disebut dengan hifa eksternal atau

ekstraradik.

Hifa tanah ini kan tumbuh dan berkembang

mendekati akar baru yang cocok, membangun

kontak dan tumbuh sepanjang permukaannya.

Satu atau lebih hifa yang menempel di

permukaan akar akan menghasilkan bengkakan

yang disebut appresoria diantara sel epidermis.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

19

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 27: Manual Pembibitan Mikoriza

Selanjutnya hifa dan appresoria ini

mempenetrasi ke dalam sel epidermis atau

korteks untuk masuk ke dalam akar. Hifa ini

melewati hifodermis dan mulai bercabang di

korteks bagian luar.

Dijelaskan oleh Mark dan Kozlowski (1977),

bahwa proses penetrasi interseluler di dalam

akar dapat terjadi secara fisik dan kimia. Secara

fisik dapat dilakukan apabila ukuran diameter

hifa lebih kecil daripada diameter celah antara

dinding sel dan secara kimia terjadi apabila

diameter hifa sama atau lebih besar dari

diameter ruang antar dinding sel, sehingga

cendawan akan mengeluarkan suatu enzim yang

berfungsi untuk menghncurkan dinding sel agar

hifa dapat masuk di antara sel.

Selanjutnya hifa tak bersepta menyebar

sepanjang korteks dalam dua arah dari titik

masuk membentuk koloni. Selanjutnya akan

terbentuk struktur arbuskula di dalam sel

korteks akar. Arbuskula ini dibentu oleh

percabangan dikotomi yang berulang dengan

lebar hifa yang mengecil, yang dimulai dari

tangkai hifa awal (berdiameter 5-10 µm) dan

berakhir pada cabang hifa halus (diameter < 1

µm).

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

20

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 28: Manual Pembibitan Mikoriza

Arbuskula mulai terbentuk kira-kira 2 hari

setelah masuk ke akar, yang tumbuh di dalam

masing-masing sel korteks akar, namun

menyisakan sitoplasma di bagian luar.

Arbuskula merupakan tempat utama terjadinya

pertukaran antara cendwan dan tanaman inang.

Pembentukan arbuskula di ikut i oleh

pertumbuhan hifa progresif dari titik masuk ke

arah luar. Arbuskula hidup singkat dan mulai

koleps stelah beberapa hari, namun hifa dan

vesikula dapat bertahan dalam berbulan-bulan

atau bertahun-tahun.

Vesikula kan segera terbentuki setelah

pembentukan arbuskula pertama. Dan

melanjutkan perkembangannya setelah

arbuskula matiVesikula merupakan bengkakan

hifa dalam korteks akar yang berisi lipid dan

sitoplasma berfuingsi untuk penyimpanan atau

propagul (Biermann & Linderman 1983).

2. Tahap perkembangan mikoriza ekto

Proses awal perkembangan mikoriza ekto

hampir sama dengan mikoriza arbuskula, hanya

saja hifa cendawan ME tidak masuk ke dalam

sel korteks akar. Hifa ME mulai kontak dan

menempel ke sel epidermis akar dekat apikal

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

21

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 29: Manual Pembibitan Mikoriza

dari akar lateral orde tinggi, yang tumbuh aktif

dan masih muda. Akar yang ditempeli hifa ini

disebut akar pendek karena pertumbuhannya

lambat sebagai respon untuk membiarkan

cendawan ME membentuk asosiasi. Setelah

asosiasi ME terbentuk, akar pendek bermikoriza

melanjutkan pertumbuhannya dengan

pemanjangan dan percabangan.

Selanjutnya setelah 2-4 hari setelah cendawan

tersebut kontak dengan akar tanaman inang akan

membentuk mantel dan jaring hartig. Hifa

berpenetrasi di antara sel inang dan bercabang

untuk membentuk labirin yang disebut jaring

hartig. Inang berrespon termasuk memproduksi

polyphenol di dalam sel, mengakumulasi

phenylpropanoid dan menyimpan metabolit

sekunder pada dinding(Weis et all 1997, Ling et

all 1977, Brundrett et all 1990). Zona mikoriza

aktif terdapat beberapa mm di belakang ujung

akar, namun jaring hartig mati pada daerah lebih

tua. Aktifitas jaring hartig tergantung pada umur

dan pertumbuhan akar. Mantel pada akar yang

lebih tua umumnya bertahan lama setelah

asosiasi menjadi tidak aktif. Akar ber ME yang

lebih tua berfungsi sebagai struktur penyimpan

dan propagul.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

22

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 30: Manual Pembibitan Mikoriza

Jaringan hifa yang saling menghubungkan

strukturnya dihasilkan oleh cendawan ME pada

tanah juga menghasilkan tubuh buah, yang

digunakan untuk reproduksi. Tubuh buah

tumbuh dari primordia yang secara khusus

hanya dibentuk pada waktu tertentu pada tahun

tersebut, saat kondisi lingkungan cocok.

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

MIKORIZA

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan

mikoriza di lapangan, beberapa diantaranya akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Kondisi Inokulum mikoriza

Carrier mikoriza bisa berupa tanah (soil

inokulm) atau zeolith dan sebagainya. Inokulm

mikoriza yang baik adalah inokulum yang

bersih dari farasit dan bahan-bahan kontaminan

(steril) dan mikroorganisme pengganggu.

Penggunakan zeolith menghasilkan struktur

spora CMA yang lebih bersih dibandingkan

dengan inokulum tanah saat dilihat dimikroskop

binokuler.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

23

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 31: Manual Pembibitan Mikoriza

2. Kondisi tempat tumbuh

Kondisi tempat tumbuh sangat mempengaruhi

kebrhasilan infeksi dan asosiasi mikoriza

dengan tanaman inangnya. Peningkatan unsur

fosfor dalam tanah akan meurunkan tingkat

asosiasi mikoriza dengan tanaman (Bougher et

al, 1990; Jones et al, 1990; Schweiger et al,

1995). Laju yang tinggi dari pemupukan N dan P

akan menekan perkembangan ektomikoriza di

lapang (Menge et al, 1977; Newton dan Pigott

1991). Konsentrasi yang tinggi dari N tanah

dapat mempengaruhi kelimpahan tipe ME

(Alexander & Fairley (1983).

K e r u s a k a n l a h a n a k i b a t s a l i n i t a s ,

penggenangan, kebakaran dan erosi juga

menghambat perkembangan mikoriza. Kadar

NaCl berlebih di dalam tanah dapat

menghambat pembentukan mikoriza dan

membatasi aktivitas kebanyakan cendawan

mikoriza (Malajczuk et al, 1989, Juniper &

Abbott 1993) Cendawan ME sangat sensitif

terhadap penggenangan tanah, sementara

cendawan MVA kurang sensitif (Theorou 1978;

Lodge, 1989; bougher & Malajcuk, 1990).

Asosiasi mikoriza juga berkurang pada habitat

yang mengalami gangguan berat seperti di lahan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

24

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 32: Manual Pembibitan Mikoriza

bekas tambang, telah diketahui mengurangi

kandungan propagul mikoriza (Danielson 1985;

Jaspert et al, 1992, Brundrett et all 1996).

3. Kondisi suhu yang ekstrim

Kondisi suhu yang terlalu panas (misalnya pada

peristiwa kebakaran hutan) akan mengurangi

pertumbuhan mikoriza dan merusak hifa serta

spora yang ada di tanah.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

25

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 33: Manual Pembibitan Mikoriza

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

26

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 34: Manual Pembibitan Mikoriza

TEKNIK ISOLASI DAN

INOKULASI MIKORIZA

Teknik Isolasi VA Mikoriza

Beberapa teknik ini telah digunakan untuk

mengisolasi spora VA mikoriza, namun sebagai

dasar dari semua teknik yang digunakan adalah

teknik penyaringan basah dari Gardemann dan

Nicholson (1963). Teknik penyaringan basah

dimaksudkan untuk memisahkan pasir, liat dan

bahan organik lain yang menempel pada spora

melalui berbagai macam saringan. Teknik ini relatif

cepat, namun apabila spora dalam tanah jumlahnya

sedikit dipertlukan pemurnian lebih lanjut. Bahan

yang digunakan adalah : contoh tanah, air, larutan

sukrosa. Sedangkan alat yang digunakan adalah :

blender, gelas beker, satu set saringan, pengaduk,

stopwatch, sentrifus, cawan Petri, syringe,

mikroskop stereo.

Prosedur teknik penyaringan basah dari Nicholson

dan Gardemann (1963), adalah sebagai berikut:

1. Campurkanlah contoh tanah sebanyak ± 250 ml

di dalam satu liter air dan aduklah sampai

merata. Biarkan;ah beberapa menit sampai

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

27

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 35: Manual Pembibitan Mikoriza

partikel-partikel yang besar mengendap.

2. Tuanglah cairan tadi ke dalam saringan yang

berukuran (500-800 µm) untuk memisahkan

partikel-partikel bahan organik yang berukuran

besar. Tampunglah cairan yang keluar dan

basuhilah saringan yang tadi untuk menjamin

bahwa semua partikel yang kecil sudah terbawa.

3. Buatlah suspensi kembali dari cairan yang telah

ditampung tadi dan biarkan untuk beberapa

menit agar partikel-partikel mengendap.

4. Tuangkanlah cairan tadi ke dalam saringan yang

berukuran 38-250 µm.

5. Cucilah semua bahan yang menempel pada

saringan agar menjamin keluar dari saringan.

6. Pindahkan semua tanah sisa yang tertinggal

pada saringan ke dalam cawan petri dan lihatlah

di dalam mikroskop.

Teknik Inokulasi Mikoriza

Untuk dapat memproduksi bibit bermikoriza maka

harus dikuasai teknik inokulasi mikoriza ke akar

tanaman. Periode waktu yang tepat untuk inokulasi

mikoriza adalah (1) sebelum benih disemai, (pada

saat benih disemai dan (3) sesudah bibit tumbuh.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

28

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 36: Manual Pembibitan Mikoriza

Berdasrkan pertimbangan ekonomi dan ekologi

point (1) dan (2) adalah saat yang paling baik untuk

inokulasi mikoriza. Disamping itu perakaran bibit

akan berkembang sempurna.

Inokulasi cendawan dapat dilakukan melalui tanah,

anakan, dan bagian vegetatif (miselia) maupun

bagian generatif dari cendawan. Keberhasilan

produksi bibit bermikoriza tergantung pada spesies

dan umur inokulum yang digunakan, waktu

inokulasi yang tepat , kepadatan inokulum,

penempatan inokulum pada media tumbuh dan

sejumlah interaksi inang dengan cendawannya.

a. Inokulasi melalui tanah

1. Pada sistem pesemaian dengan bedengan :

- Tebarkan inokulum tanah setebal 1 2 cm

pada permukaan atas bedengan,

kemudian campurkan dengan lapisan

tanah bagian atas, atau

- Tebarkan 2 4 kg atau 8 10 L inokulum 2

tanah untuk tiap 1 m bedengan,

kemudian dibenamkan merata pada

kedalaman 10 cm dari permukaan tanah

bedengan.

2. Pada sistem persemaian dengan pot/wadah:

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

29

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 37: Manual Pembibitan Mikoriza

- Buat campuran inokulum tanah dengan

media pot/wadah dengan konsentrasi 10-

25 % inokulum tanah.

3. Tebarkan inokulum dalam alur sedalam 0.5

1. cm di sekeliling batang anakan muda.

4. Suspensikan 1 kg inokulum dalam 20 L air,

kemudian siramkan pada anakan.

Berkaitan dengan penggunaan tanah/humus

sebagai sumber inokulum hal-hal yang harus

diperhatikan adalah : (a) tanah harus dijaga

tetap lembab dan terlindung dari sinar

matahari langsung selama pengangkutan

dan penyimpanan, (b) inokulum tanah harus

digunakan sesegera mungkin, jangan

disimpan lebih dari 1 (satu) bulan, dan (c)

tanah yang berasal dari persemaian atau

tegakan yang telah diketahui terserang

patogen, sebaiknya tidak digunakan sebagai

sumber inokulum.

b. Inokulasi Melalui Anakan

Melalui teknik ini, anakan bermikoriza

merupakan sumber inokulum yang digunakan,

yang diharapkan dapat menginfeksi akar-akar

yang baru muncul.

Prosedur :

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

30

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 38: Manual Pembibitan Mikoriza

1. Siapkan bedengan-bedengan persemaian.

2. Tanam anakan bermikoriza berumur sekitar

1 tahun tiap jarak 1 atau 2 m dengan jarak

dalam baris sesuai kebutuhan.

3. Tanam anakan-anakan muda beumur 6 8

minggu di sekitar anakan sumber inokulum

dengan jarak tanam 10 x 10 cm.

Anakan yang tumbuh sehat, pertumbuhannya

baik dengan warna yang hijau merupakan

indikasi telah terjadinya infeksi yang berasal

dari sumber inokulum dibanding inokulasi

melalui tanah, teknik ini memilki kelebihan

karena dapat dihindari kesukaran pengangkutan

inokulum tanah dalam jumlah besar dan jarak

yang jauh, dan resiko penularan patogen akar

dapat dikurangi. Kelemahan teknik ini adalah

lambatnya infeksi dari anakan bermikoriza

sebagai sumber inokulum.

c. Inokulasi Melalui Bagian Generatif dari

Cendawan Mikoriza (Spora)

Inokulasi melalui spora dapat dilakukan dengan

teknik-teknik penaburan spora, suspensi spora,

benih berlapis spora, kapsul spora dan tablet

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

31

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 39: Manual Pembibitan Mikoriza

spora. Spora sebagai sumber inokulum dalam

teknik ini dapat diproses melalui prosedur

berikut :

1. Kumpulkan sporokarp tubuh buah cendawan

yang sudah tua (telah berwarna hitam atau

cokelat)

2. Hancurkan sporokarp dalam blender kering.

3. Saring hancuran sporokarp menggunakan

saringan 25 30 mesh agar spora matang

yang kering dapat menembus saringan.

4. Spora yang diperoleh dikering udarakan atau 0 dikeringkan dalam oven dengan suhu 28 C

hingga mencapai bobot yang konstan.

5. Tampung spora tersebut dalam kantong-

kantong plastik, kemudian disimpan dalam 0

lemari pendingin pada suhu 5 C.

a. Penaburan Spora

Prosedur :

1. Taburkan 1 2 mg spora secara merata

disekeliling batang tiap anakan.

2. Tutup dengan selapis tipis tanah.

3. Siram dengan air secukupnya agar spora

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

32

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 40: Manual Pembibitan Mikoriza

tercuci mencapai lapisan perakaran anakan.

b. Suspensi Spora

Prosedur :

1. Suspensikan 2 gram spora kering dalam 1 L

air, dan tambahkan beberapa tetes larutan

Tween 20.

2. Kocok suspensi agar spora merata.

3. Ambil dua tetes suspensi, inokulasikan pada

b i b i t u m u r d u a m i n g g u d e n g a n

meneteskannya ± 2 cm dari batang anakan

pada kedalaman 2 -3 cm atau

4. Celupkan akar anakan berumur dua minggu

kedalam suspensi kemudian anakan ditanam

pada tempat yang telah disediakan.

c. Benih Berlapis Spora

Spora disuspensikan ke dalam larutan kimia

tertentu, kemudian benih diaduk di dalam

larutan tersebut sehingga permukaan benih

terlapis spora. Pada waktu benih berkecambah

diharapkan spora akan menempel pada akar,

selanjutnya spora akan berkecambah dan

membentuk mikoriza.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

33

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 41: Manual Pembibitan Mikoriza

d. Kapsul Spora

Prosedur :

1. Spora yang telah dicampur dengan tepung

kayu dan arang sebagai pembawa dalam

perbandingan tertentu sehingga diperoleh

kepadatan inokulum tertentu, dimasukan ke

dalam kapsul gelatin untuk membentuk

kapsul spora.

2. Inokulasikan kapsul ke anakan pada saat

penyapihan dengan cara membenamkam

kapsul sedalam 2-3 cm dengan jarak ± 1 2

cm dari batang anakan.

e. Tablet Spora

Prosedur :

1. Spora kering yang telah dicampurkan

dengan pembawa yang cocok (liat, kapur)

ditekan dan dicetak membentuk tablet spora.

2. Inokulasikan tablet spora pada saat

p e n y a p i h a n a k a n a n d e n g a n c a r a

membenamkan sedalam 2 - 3 cm dengan

jarak ± 1 - 2 cm dari batang anakan.

Dibanding biakan murni miselia, penggunaan

spora sebagai sumber inokulum memiliki

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

34

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 42: Manual Pembibitan Mikoriza

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

kelebihan antara lain : (a) berbeda dengan

inokulum vegetatif, spora tidak memerlukan

perpanjangan fase pertumbuhan dalam kondisi

aseptik, (b) inokulum spora sangat ringan,

misalnya 1 gr basidiospore Rhizopogon atau

pisolithus mengandung lebih dari satu milyar

basidiospore yang efektif, (c) penyediaannya

dalam jumlah besar mudah dilakukan melalui

pengumpulan sporokarp, dan (d) spora dapat

disimpan dan dipertahankan viabilitasnya

dalam rentang waktu yang cukup lama.

Meskipun demikian kekurangannya dibanding

inokulum miselia antara lain : (a) kurangnya

standar laboratorim untuk menentukan

viabilitas spora, (b) kurang terjaminnya

kebenaran identitas genetik dari spora, (c)

struktur mikoriza terbentuk 3 4 minggu lebih

lama, dibanding dengan inokulannya miselia

sehingga cendawan mikoriza lain dapat lebih

dahulu menginfeksi akar yang berakibat

turunnya efektifitas spora inokulan dan (D)

spora dari sporokarp yang berasal dari tegakan

lokas i yang berbeda dapat berbeda

viabilitasnya, dan (e) tidak ada jaminan bahwa

s p o r o k a r p d a r i c e n d a w a n - c e n d a w a

ektomikoriza yang dibutuhkan tersedia dalam

jumlah yang cukup sepanjang tahun bila

35

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 43: Manual Pembibitan Mikoriza

mengandalkan hanya pada pengkoleksian

sporokarp di lapang.

d. Inokulasi Melalui Bagian Vegetatif

Cendawan (Miselia/Hifa)

Sumber inokulum yang digunakan melalui cara

ini dapat berupa potongan akar yang

bermikoriza atau biakan murni miselia.

a. Potongan Akar Bermikoriza Sebagai

Sumber Inokulum

Teknik ini terutama digunakan dalam skala

kecil, seperti pada penelitian-penelitian di

laboratorium. Kesulitan mendapatkan akar

bermikoriza dalam jumlah banyak

merupakan kendala penerapan teknik ini

untuk skala besar. Diharapkan dengan

teknik ini hifa/miselia akan membentuk

mikoriza dengan anakan yang disemaikan

dalam wadah/pot bersangkutan.

Prosedur :

1. Campurkan 1 kg akar bermikoriza 3dengan 1 m tanah kemudian campuran

tersebut dimasukkan ke dalam pot/wadah

untuk ditanami anakan muda, atau

2. Campurkan secukupnya potongan akar

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

36

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 44: Manual Pembibitan Mikoriza

bermikoriza tersebut dengan media

dalam masing-masing pot/wadah, dan

anakan muda siap ditanam pada wadah

bersangkutan.

Kelemahan teknik ini adalah “bulky”.

Disamping i tu spes ies cendawan

ektomikoriza yang menginfeksi tidak

diketahui, kecuali bila digunakan potongan

a k a r y a n g t e r i n f e k s i c e n d a w a n

ektomikoriza yang telah diketahui jenisnya.

b. Biakan Murni Miselia Sebagai Inokulum

Prosedur :

1. B u a t b i a k a n m u r n i c e n d a w a n

ektomikoriza dalam media spesifik yang

sesuai untuk cendawan bersangkutan

(lazimnya MMN atau Hagem-Modess)

2. Setelah miselia tumbuh memenuhi

media, campurkan biakan murni tersebut

dengan tanah steril yang akan digunakan

untuk menyemai benih atau anakan.

Metode ini terutama lebih ditujukan bagi

penelitian-penelitian di laboratorium

dengan kondisi aseptik dalam skala terbatas.

Meskipun demikian karena kebanyakan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

37

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 45: Manual Pembibitan Mikoriza

cendawan ektomikoriza tidak menghasilkan

spora dalam jumlah yang cukup untuk

keperluan inokulasi komersial maka

inokulasi langsung di lapang dalam kondisi

non aseptik dengan inokulum biakan murni

miselia tidak dapat dihindari. Keuntungan

inokulasi dengan biakan murni miselia ini

adalah : (a) resiko penularan penyakit dapat

dihindarkan, dan (b) jenis cendawan

ektomikoriza yang di inokulasikan

diketahui, sehingga dapat dipilih spesies

cendawan yang paling efisien bagi tanaman

inangnya pada tapak yang dikehendaki.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

38

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 46: Manual Pembibitan Mikoriza

DAFTAR PUSTAKA

Allen MF, Allen BE & Friese CF. 1989. Responses

of the non-mycotrophic plant Salsola kali to

invasion by vesicular-arbuscular mycorrhizal

fungi. New Phytologist 111: 45-49.

Bjorkman, E. 1942. on the Conditions for The

Formation of Mycorrhizae in pine. Simbol

Botan Tidskr. 38(1): 1-9

Brundrett M, Bougher N, Dell B, Grove T &

Malajczuk, N. 1996. Working with

Mycorrhizas in Forestry and Agriculture.

ACIAR Monograph 32. Australian Centre for

International Agricultural Research, Canberra.

Brundrett MC & Abbott LK. 1991. Roots of jarrah

forest plants. I. Mycorrhizal associations of

shrubs and herbaceous plants. Australian

Journal of Botany 39: 445-457.

Brundrett MC. 1991. Mycorrhizas in natural

ecosystems. In: Macfayden A, Begon M &

Fitter AH (eds) Advances in Ecological

Research, Vol. 21. Academic Press, London.

pp. 171-313.

De La Cruz, R.E. 1979. Mycorrhizae : Their

Biology and Significance. Unplubished.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

39

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 47: Manual Pembibitan Mikoriza

Duchesne et all 1989, Grandmaison et all 1993,

Newsham et all 1995, Little & Maun 1996,

Cordier et all 1998, Morin et all 1999)

Harley JL & Smith SE. 1983. Mycorrhizae

Symbiosis. Academic Press. London.

Hatch, A. 1973. The Physical Basis of Mycorrhizae

in Pinus. Black Rock For. Bull. No. 6

Cornwall-on-The hudson, New York.

Hodberg P, Plamboeck AH, Taylor AFS & Fransson

PMA. 1999. Natural C-13 abundance revels

trophic status of fungi and host-origin of

carbon in mycorrhizal fungi in mixed forets.

Proceedings of the National Academy of

Sciences of the United States of America

96:8534-8539

Juniper S & Abbott L. 1993. Vesicular-arbuscular

mycorrhizas and soil salinity. Mycorrhiza 4:

45-57.

Laiho, O. 1976. Further studies on The

Ectendotrophic Mycorrhizae. Acta Forest.

Fenn. 79:1-35

Lewis JD & Koide RT. 1990. Phosphorus supply,

mycorrhizal infection and plant offspring

vigour. Functional Ecology 4: 695-702.

Menge JA, Grand LF & Haines LW. 1977. The effect

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

40

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 48: Manual Pembibitan Mikoriza

of fertilization on growth and mycorrhizae

numbers in 11-year-old loblolly pine

plantations. Forest Science 23: 37-44.

Mikola, P . 1965. Studies on the Ectendotrophic

Mycorrhizae of Pine. Acta Forest. Fenn. 79:1-

56

Miller RM. Hetrick BAD & Wilson GWT. 1997.

Mycorrhizal fungi affect root stele tissue in

grasses. Canadian Journal of Botany 75: 1778-

1784.

Morin C, Samson J & Dessureault M. 1999.

Protection of black spruce seedlings against

Cylindrocladium root rot with ectomycorrhizal

fungi. Canadian Journal of Botany 77: 169-

174.

Schweiger PF, Robson AD & Barrow NJ. 1995. Root

hair length determines beneficial effect of a

Glomus species on shoot growth of some

pasture species. New Phytologist 131: 247-

254.

Setiadi, Y, Irdika Mansur, Sri Wilarso B dan

Achmad. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan.

Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Intitut

Pertanian Bogor. Bogor.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

41

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Page 49: Manual Pembibitan Mikoriza

42

Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza

Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme

dalam Kehutanan. Pusat Antar Universitas

Bioteknologi. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Stanley MR, Koide RT & Shumway DL. 1993.

Mycorrhizal symbiosis increases growth,

reproduction and recruitment of Abutilon

theophrasti Medic. in the field. Oecologia 94:

30-35.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Page 50: Manual Pembibitan Mikoriza

ISBN 978 - 979 - 16185 - 5 - 7BPTH

JAWA DAN MADURA

BOOKLET TEKNIKPRODUKSI BIBIT BERMIKORIZA