PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP...

107
PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA ASUHANKEPERAWATAN BAYI NY. S DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) KELAHIRAN PREMATUR DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) NEONATAL RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : ASTI DEWI CAHYANI P.12 010 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Transcript of PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP...

Page 1: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENINGKATAN

BERAT BADAN PADA ASUHANKEPERAWATAN BAYI NY. S

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

KELAHIRAN PREMATUR DI RUANG HIGH

CARE UNIT (HCU) NEONATAL

RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

ASTI DEWI CAHYANI

P.12 010

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

i

PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENINGKATAN

BERAT BADAN PADA ASUHANKEPERAWATAN BAYI NY. S

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

KELAHIRAN PREMATUR DI RUANG HIGH

CARE UNIT (HCU) NEONATAL

RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ASTI DEWI CAHYANI

P.12 010

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

ii

Page 4: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

iii

Page 5: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

iv

Page 6: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap PeningkatanBerat

Badan Pada Asuhan Keperawatan Bayi Ny. S Dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) Kelahiran Prematur di Ruang High Care Unit (HCU) Neonatal RSUD Dr.

Moewardi Surakarta

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M. Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Atiek Murharyati, S. Kep., Ns. M. Kep., selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan dan selaku penguji 1 yang telah memberikan kesempatan untuk

dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta, membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah

ini.

Page 7: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

vi

4. Noor Fitriyani, S. Kep., Ns., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. S. Dwi Sulisetyawati, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku dosen penguji 2 yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen Program Studi DIII Keperawatan, dan Staf Perpustakaan

STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan

sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan pengelolaan kasus.

8. Kedua Orang Tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan.

Surakarta, Juni 2015

Penulis

Page 8: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 5

C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................ 8

1. Bayi Prematur......................................................................... 8

2. Asuhan Keperawatan ............................................................ 16

3. Peningkatan Berat Badan ...................................................... 27

4. Terapi Musik Klasik ............................................................... 30

B. Kerangka Teori .......................................................................... 35

C. Kerangka Konsep ........................................................................ 36

Page 9: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

viii

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................. 37

B. Tempat dan Waktu ..................................................................... 37

C. Alat yang digunakan .................................................................. 37

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ......................... 37

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .............................. 38

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 39

B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan ................ 47

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................................ 48

D. Intervensi Keperawatan ............................................................. 48

E. Implementasi Keperawatan ........................................................ 50

F. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 57

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 63

B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 71

C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 75

D. Implementasi Keperawatan ........................................................ 79

E. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 85

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 89

B. Saran .......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka Teori ....................................................................... 35

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep ................................................................... 36

Gambar 4.1 : Genogram By. Ny. S ............................................................. 42

Page 11: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : APGAR Score ............................................................................ 20

Page 12: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Usulan Judul Aplikasi Jurnal dalam Pengelolaan Asuhan

Keperawatan pada Klien

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 : Jurnal

Lampiran 6 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 7 : Lembar Observasi

Lampiran 8 : Lembar Log Book Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 9 : Lembar Pendelegasian

Page 13: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi prematur atau bayi lahir sebelum gestasi 37 minggu dengan berat

badan kurang dari 2500 gram, cenderung mengalami lebih banyak masalah

dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan kurang dari

2500 gram (Karyuni, dkk., 2008). Bayi prematur menghadapi berbagai

tantangan untuk bertahan dalam lingkungan luar uterin yang tidak dialami

oleh bayi dengan kelahiran cukup bulan. Maturitas sistem organ terjadi

selama periode trimester terakhir kehamilan. Oleh karena itu bayi prematur

harus beradaptasi diluar uterin dengan organ yang belum sempurna (Mefford,

2004 dalam jurnal Zubaedah, dkk., 2013).

Prevalensi kelahiran bayi prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Variasi ini

tergantung pada kelompok etnik dan berkontribusi secara signifikan terhadap

perbedaan angka kematian di setiap negara. Data World Health Organization

(WHO) tahun 2009, menunjukkan bahwa kelahiran prematur di dunia

mencapai 12.870.000 bayi per tahun yaitu sekitar 9,6 % dari seluruh kelahiran

bayi (Plains, 2009 dalam penelitian Sari, 2013).

Kelahiran bayi prematur dengan BBLR di Indonesia masih tergolong

tinggi. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi penyumbang terbesar ke-5

dengan 350.000 bayi yang lahir prematur dari seluruh kelahiran prematur di

Page 14: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

2

dunia yang mencapai 15 juta kelahiran prematur (Departemen Kesehatan

(Depkes), 2012 dalam jurnal Husna, 2012). Namun angka kelahiran bayi

prematur dengan BBLR di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2013 –

2014 mengalami penurunan, dari 817 menjadi 367 kelahiran bayi prematur

dengan BBLR (Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2015).

Meningkatnya prevalensi bayi prematur dengan BBLR umumnya

diakibatkan kondisi ibu pada saat kehamilan mengalami anemia dan kurang

gizi. Akibatnya, pertumbuhan janin terganggu sehingga berisiko lahir pada

usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan di bawah 2500 gram

(Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry 2005 dalam penelitian Andriani, 2011).

Persalinan prematur merupakan suatu kondisi yang berbahaya karena

mempunyai dampak potensial meningkatnya angka kematian bayi. Kematian

bayi umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah (Krisnadi, 2009 dalam

jurnal Wijayanti, dkk, 2011). Penyebab dari partus prematur itu sendiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berperan untuk terjadinya partus

prematur seperti faktor idiopatik atau spontan, faktor iatrogenik (keadaan ibu

dan keadaan janin), faktor maternal, faktor infeksi, dan faktor genetik

(Krisnadi, Effendi dan Pribadi, 2009).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga tergolong tinggi bila

dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari

Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari

Thailand (Depkes RI, 2008 dalam penelitian Hariati, 2010). Berdasarkan

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian bayi

Page 15: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

3

(AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 jumlah angka kematian bayi

karena kelahiran prematur mencapai 2,66% dari AKB sebesar 19,65% (Dinas

Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng), 2009 dalam penelitian Sari, 2013).

Dari data di atas sebagian besar bayi dengan kelahiran prematur selalu

diikuti dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Bayi prematur dengan

BBLR berisiko mengalami keterlambatan pertumbuhan, khususnya berat

badan (Pantiawati, 2010). Sehingga, diperlukan adanya intervensi

keperawatan pada bayi prematur dengan BBLR untuk mencegah timbulnya

komplikasi dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan bayi, salah

satunya dengan pemberian terapi musik (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005;

dalam penelitian Hariati, 2010).

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan

musik. Salah satunya digunakan untuk meningkatkan atau memperbaiki

tumbuh kembang anak (Suhartini, 2008 dalam penelitian Mahanani, 2013).

Salah satu jenis terapi musik yaitu musik klasik. Musik klasik adalah musik

yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan digolongkan melalui

periodisasi tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 dalam penelitian

Mahanani, 2013). Musik klasik mengandung komposisi nada yang

berfrekuensi nada tinggi dan nada rendah yang dapat merangsang stimulus

otak (Novaria, 2008 dalam penelitian Ngalifah, 2010). Salah satu contoh

terapi musik klasik yaitu musik Mozart. Musik mozart memiliki

kesederhanaan dan keunggulan akan kemurnian bunyi – bunyi yang

dimunculkannya. Irama, melodi, dan frekuensi – frekuensi tinggi pada musik

Page 16: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

4

Mozart merangsang dan memberi daya pada daerah-daerah kreatif dan

motivasi dalam otak dan sesuai dengan pola sel otak manusia (Campbell,

2000 dalam jurnal Wahyuningsri dan Eka, 2014).

Hasil pelitian yang dilakukan Wahyuningsri dan Eka (2014) dengan

pemberian terapi musik klasik karya Mozart didapatkan hasil, dari 15 bayi

kelompok kontrol dan 15 bayi kelompok perlakuan dimana 30 bayi tersebut

kelahirannya prematur, setelah pemberian terapi musik klasik pada kelompok

kontrol berat badan bayi prematur meningkat 53%, tetap 26,5%, menurun

20.5%. Rata-rata peningkatan berat badan pada kelompok kontrol adalah 28

gram. Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan data berat badan bayi

prematur yang meningkat 93%, tetap 7%, dan tidak ada responden yang

mengalami penurunan berat badan. Rata-rata peningkatan berat badan pada

kelompok perlakuan adalah 123,33 gram.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada bayi Ny. S di Ruang HCU

Neonatal RSUD Dr. Moewardi didapatkan reflek hisap lemah, mukosa bibir

kering, kulit kering, pernafasan 48 x/menit dengan irama tidak teratur,

terpasang oksigen nasal kanul 1 liter / menit, nadi 158 x/menit, suhu 36,60C,

minum Air Susu Ibu (ASI) atau Pendamping Air Susu Ibu (PASI) melalui

OralGastric Tube (OGT) (10 cc / 3 jam) dan berat badan 1700 gram serta

pada RSUD Dr. Moewardi terutama di ruang HCU Neonatal belum ada

pemberian terapi musik klasik yang digunakan sebagai salah satu tindakan

untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan. Menindaklanjuti

penelitian yang dilakukan Wahyuningsri dan Eka (2014), maka penulis

Page 17: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

5

tertarik untuk mengaplikasikan tindakan pemberian terapi musik klasik

terhadap peningkatan berat badan pada asuhan keperawatan By. Ny. S dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur di ruang High Care Unit

(HCU) Neonatal RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan pemberian terapi musik klasik terhadap

peningkatan berat badan pada bayi Ny. S dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) kelahiran prematur di Ruang HCU Neonatal RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada bayi Ny. S

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi Ny. S

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada bayi Ny. S

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada bayi Ny.

S dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada bayi Ny. S

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

Page 18: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

6

f. Penulis mampu menganalisa hasil aplikasi tindakan metode terapi

musik klasik terhadap peningkatan berat badan pada bayi Ny. S

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pendidikan

a. Hasil aplikasi tindakan berdasarkan riset dapat menambah

pengetahuan dalam praktik keperawatan tentang perangsangan

pertumbuhan dan perkembangan dengan terapi musik untuk

meningkatkan berat badan bayi prematur dengan berat badan lahir

rendah (BBLR).

b. Hasil aplikasi tindakan berdasarkan riset dapat digunakan sebagai

landasan mewujudkan evidence based practice dalam penanganan

bayi prematur berat badan lahir rendah dengan terapi musik klasik.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam bentuk aplikasi riset dapat

memberikan tambahan informasi bagi rumah sakit sebagai pemberi

layanan kesehatan masyarakat dalam menentukan kebijakan terkait

dengan upaya peningkatan berat badan dengan mengaplikasikan tindakan

terapi musik klasik pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

kelahiran prematur.

Page 19: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

7

3. Bagi Profesi Perawat

Hasil Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam bentuk aplikasi riset dapat

memberikan tambahan informasi bagi perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien dalam upaya peningkatan berat badan dengan

mengaplikasikan tindakan terapi musik klasik pada bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) kelahiran prematur.

4. Bagi Penulis

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih khususnya

dalam pemberian asuhan keperawatan anak terutama pada bayi kelahiran

prematur dengan atau tanpa berat badan lahir rendah (BBLR).

Page 20: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Bayi Prematur

a. Definisi

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia

gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong

& Hockenberry, 2004 dalam jurnal Hikmah, dkk 2011).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009 dalam buku

Pantiawati, 2010).

b. Klasifikasi

Bayi prematur dengan berat badan lahir rendah menurut

Krisnadi, Efendi dan Pribadi (2009), diklasifikasikan menjadi:

1) Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan berat

badan lahir rendah.

2) Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan berat

badan lahir sangat rendah.

3) Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan berat badan

lahir ekstrim rendah.

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) digolongkan menjadi

2 menurut Mitayani (2009), yaitu :

Page 21: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

9

1) Prematuritas murni

Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang

dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau

yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa

kehamilan (NKB-SMK).

2) Bayi small for gestational age (SGA)

Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa

kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis, yaitu:

a) Simetris (intrauterus for gestational age)

Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan

dalam jangka waktu yang lama

b) Asimetris (intrauterus growthreterdation)

Yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase akhir kehamilan.

c) Dismaturitas

Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang

seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil

untuk masa kehamilan.

c. Etiologi

Penyebab terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur

(Pantiawati, 2010). Penyebab BBLR dapat disebabkan oleh beberapa

faktor menurut Proverawati dan Ismawati (2010), diantaranya yaitu:

Page 22: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

10

1) Faktor ibu

a) Penyakit

(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel

berat, hipertensi, eklampsia, preeklampsia, perdarahan

ante partum, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung

kemih dan ginjal).

(2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular

seksual, Torch dan HIV/AIDS.

b) Ibu

(1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah

kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun.

(2) Kehamilan ganda (multigravida).

(3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang

dari 1 tahun).

(4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

c) Keadaan sosial ekonomi

(1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial

ekonomi rendah.

(2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa

istirahat.

(3) Keadaan gizi yang kurang baik.

(4) Pengawasan antenatal yang kurang.

Page 23: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

11

(5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir pada

perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi

bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari

perkawinan yang sah.

d) Sebab Lain

(1) Ibu perokok

(2) Ibu peminum alkohol

(3) Ibu pecandu obat narkortik

(4) Pengguna obat antimetabolik

2) Faktor janin

a) Kelainan kromosom (trisomiy autosomal)

b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

c) Radiasi

d) Kehamilan ganda atau kembar (gemeli)

e) Aplasia pancreas

3) Faktor Plasenta

a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

(hidramnion).

b) Luas permukaan berkurang.

c) Plasenta yang lepas.

d) Sindrom plasenta yang lepas.

e) Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).

Page 24: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

12

4) Faktor lingkungan

a) Bertempat tinggal didataran tinggi

b) Terkena radiasi

c) Terpapar zat beracun

Klasifikasi BBLR berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi

(Proverawatai, 2010):

1) BBLR tipe KMK (kecil masa kehamilan), disebabkan oleh :

a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.

b) Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia.

c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu.

d) Malaria kronik, penyakit kronik.

e) Ibu hamil merokok.

2) BBLR tipe prematur disebabkan oleh :

a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

kehamilan kembar.

b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.

c) Mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat

bayi dalam rahim.

d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum

hemorrhage).

e) Ibu hamil yang sedang sakit.

f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.

Page 25: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

13

d. Manifestasi Klinis

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), manifestasi klinis

bayi baru lahir dibedakan menjadi 2 yaitu secara umum gambaran

klinis dari bayi BBLR dan BBLR dengan kelahiran kurang bulan

(KB).

Manifestasi klinis dari BBLR secara umum diantaranya yaitu:

1) Berat badan kurang dari 2.500 gram

2) Panjang badan kurang dari 45 cm

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6) Kepala lebih besar dari badan

7) Kulit tipis,transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

8) Otot hipotonik lemah

9) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea

10) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi – lurus

11) Kepala tidak mampu tegak

12) Pernafasan 40 – 60 kali/menit

13) Nadi 140 – 160 kali/menit.

Manifestasi klinis BBLR dengan kelahiran kurang bulan

(KB), diantaranya yaitu :

1) Kulit tipis dan mengkilap.

Page 26: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

14

2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk

sempurna.

3) Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan

terutama pada punggung.

4) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.

5) Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia

minora.

6) Pada bayi laki – laki, skrotum belum banyak lipatan, testis

kadang belum turun.

7) Pernafasan tidak teratur.

8) Aktivitas dan tangisan lemah.

9) Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.

e. Masalah yang Timbul pada Bayi Prematur dengan BBLR

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), pada bayi

prematur dengan BBLR, ada beberapa resiko permasalahan yang

mungkin timbul, diantaranya yaitu :

1) Gangguan Metabolik :hipotermia, hipogiklemia, hiperglikemia

dan masalah pemberian ASI.

2) Gangguan Imunitas : gangguan imunologi, kejang saat

dilahirkan dan ikterus (kadar bilirubin yang tinggi).

3) Gangguan pernafasan : asfiksia, apnea periodik (henti nafas) dan

paru belum berkembang sempurna.

Page 27: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

15

4) Gangguan sistem perdarahan : anemia, perdarahan intrakranial

(otak) pada neonatus, kejang dan hipoglikemia

5) Gangguan cairan dan elektrolit : gangguan eliminasi, distensi

abdomen dan gangguan pencernaan.

f. Penatalaksanaan

Menurut Mitayani (2009), penatalaksanaan pada bayi dengan

kelahiran prematur dan BBLR adalah sebagai berikut :

1) Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain

lunak, kering, selimut, dan gunakan topi untuk menghindari

adanya kehilangan panas.

2) Awasi frekuensi pernafasan terutama dalam24 jam pertama,

guna mengetahui sindrom aspirasi mekonium atau sindrom

gangguan pernafasan idiopatik.

3) Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal

ini karena bayi BBLR, mudah hipotermia akibat luas dari

permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari lemak subkutan.

4) Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.

5) Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna

untuk mencegah hipoglikemia.

6) Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30

atau lebih dari 60 kali per menit, ada tarikan dinding dada dan

merintih, beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.

Page 28: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

16

7) Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan imunoglobulin

G (lgG) dari ibu ke janin terganggu.

8) Periksa kadar gula darah setiap 8 – 12 jam.

2. Asuhan Keperawatan

Menurut Yura (1983) dalam Setiadi (2012), proses keperawatan

adalah tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistemik untuk

menentukan masalah pasien dengan membuat perencanaan untuk

mengatasinya, melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain

untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif

terhadap masalah yang diatasinya tersebut.

Proses keperawatan profesional di Indonesia menurut PPNI

(2000) dalam Setiadi (2012), terdiri dari 5 standart yaitu pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah – masalah,

kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental,

sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 dalam Dermawan, 2012).

Menurut Mitayani (2009), pengkajian yang dilakukan pada

bayi berat badan lahir rendah (BBLR) antara lain :

Page 29: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

17

1) Riwayat kesehatan terdahulu

a) Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis

b) Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan

sebelumnya, seperti infeksi atau perdarahan antepartum,

immaturitas, dan sebagainya

c) Apakah ibu seorang perokok

d) Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500

3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan

seperti kelainan kardiovaskular.

4) Pengkajian fisik

a) Fisik

Bayi kecil, pergerakan kurang dan lemah, berat badan

kurang dari 2500 gram.

b) Sirkulasi

(1) Nadi cepat dan tidak teratur, namun dalam batas normal

(120 – 160 detik per menit).

(2) Murmur jantung yang dapat didengar dapat

menandakan duktus arteriosus.

c) Pernafasan

(1) Dangkal, tidak teratur, dan pernafasan diafragmatik

Page 30: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

18

intermiten atau periodik (40 – 60 kali/menit).

(2) Pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau

substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada.

(3) Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan

respiratory distress syndrome (RDS).

d) Neurosensori

(1) Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar,

penonjolan tulang karena ketidakadekuatan

pertumbuhan.

(1) Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung

cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan

dagu maju.

(2) Tonus otot tampak kencang dengan gerakan fleksi

pada ekstremitas bawah dan atas, serta keterbatasan

gerak.

(3) Pelebaran tampilan mata.

e) Makanan/cairan

(1) Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang

dan lingkar kepala.

(2) Kulit kering, pecah – pecah dan terkelupas, serta tidak

adanya jaringan subkutan.

(3) Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong

dan paha.

Page 31: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

19

(4) Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemi atau

hipokalasemia.

f) Keamanan

(1) Suhu berfluktuasi dengan mudah.

(2) Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.

(3) Menangis lemah.

5) Seksualitas

a) Pada wanita, labia minora lebih besar dari labio mayora

dengan klitoris yang menonjol.

b) Pada laki – laki, testis belum turun, terdapat banyak rugae

pada skrotum.

6) Pemeriksaan Diagnostik

a) Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hemoglobin atau

Hematokrit bisa dihubungkan dengan anemia atau

kehilangan darah

b) Analisis Gas Darah (AGD) : menentukan derajat keparahan

distres pernafasan bila ada.

c) Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalasemia

d) Bilirubin : meningkat pada polistemia

e) Urinalisis : mengkaji homeostasis.

7) APGAR Score

Menurut Trisnowiyanto (2012), tes APGAR merupakan

serangkaian pemeriksaan untuk menilai kemampuan bayi yang

Page 32: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

20

baru lahir untuk beradaptasi pada kehidupan di luar rahim.

Dalam melakukan tes APGAR, harus memperhatikan 5 hal

pokok sebagai berikut :

c) Appearaance : penampilan, yang dilihat dari warna kulit.

d) Pulse : frekuensi denyut jantung.

e) Grimace : usaha bernafas, dilihat dari kuat lemahnya

tangisan.

f) Activity : ada atau tidaknya tonus otot.

g) Reflex : reaksi spontan atas rangsang yang datang.

Kelima hal tersebut kemudian dinilai, bila reaksi anak

bagus, maka nilainya 2, jika reaksi kurang baik maka nilainya 1,

sedangkan jika reaksinya buruk maka nilainya 0. Untuk

mempermudah penilaian dapat dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut :

Tabel 2.1

APGAR Score

Nilai

Tanda 0 1 2

Denyut

jantung

Tidak ada Kurang dari 100

x/menit

Lebih dari 100

x/menit

Pernafasan Tidak ada Lambat, tidak

teratur / merintih

Teratur

Tonus otot Tidak ada

(lumpuh)

Ekstremitas

sedikit flexi

Gerakan aktif

(flexi spontan)

Peka

terhadap

rangsang

Tidak ada Gerakan sedikit /

lemah

Menangis /

bersin

Warna

kulit

Biru/pucat Tubuh emerahan,

ekstremitas biru

Tubuh

kemerahan

Page 33: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

21

Setelah semua tanda dinilai, kemudian dijumlahkan.

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), jumlah nilai tersebut

akan dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi sebagai

berikut :

a) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0 – 3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian

oksigen terkendali.

b) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4 – 6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi

dapat bernafas kembali.

c) Bayi Normal atau Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7 – 9).

d) Bayi Normal dengan nilai APGAR 10.

b. Diagnosa keperawatan

Menurut Capernito (2000) dalam Dermawan (2012),

diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual

atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman,

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,

mencegah dan merubah status kesehatan pasien.

Berdasarkan Mitayani (2009), diagnosa keperawatan yang

muncul pada bayi dengan BBLR atau kelahiran prematur adalah

sebagai berikut :

Page 34: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

22

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan immaturitas

neurologis.

2) Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolisme.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan immunitas belum sempurna.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang

akan dilakukan, bagaimana melakukan, kapan dilakukan dan siapa

yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan,

2012).

Menurut Mitayani (2009), perencanaan yang dapat dilakukan

untuk bayi dengan BBLR adalah sebagai berikut :

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan immaturitas

neurologis.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola nafas menjadi efektif.

Kriteria Hasil : neonatus akan mempertahankan pola pernafasan

periodik, membran mukosa merah muda.

Intervensi :

a) Kaji frekuensi dan pola pernafasan, perhatikan adanya

apnea dan perubahan frekuensi jantung.

b) Isap jalan napas sesuai kebutuhan (suction).

Page 35: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

23

c) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi bayi terlentang.

d) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat – obatan yang dapat

memperberat depresi pernafasan pada bayi.

e) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diantaranya sebagai

berikut :

(1) Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya : analisa

gas darah (AGD), glukosa, kultur, dan kadar obat)

sesuai indikasi.

(2) Berikan oksigen sesuai indikasi.

(3) Berikan obat – obatan sesuai indikasi (seperti : Natrium

bikarbonat, antibiotik, dan aminopilin)

2) Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolisme.

Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan

perkembangan

Kriteria Hasil : mempertahankan suhu kulit atau aksila (36,5 -

37,5 0C), bebas stres dan rasa dingin.

Intervensi :

a) Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal awalnya,

selanjutnya suhu aksila menggunakan temometer.

b) Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat.

c) Pantau sistem pengaturan suhu, penyebar hangat

(pertahankan batas atas pada 98,6 0F, bergantung pada

ukuran dan usia bayi).

Page 36: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

24

d) Kaji haluaran dan berat jenis urine.

e) Pantau penambahan berat badan berturut – turut. Bila

penambahan berat badan tidak adekuat, tingkatkan suhu

lingkungan sesuai indikasi.

f) Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan,

diaforesis letargi, apnea, atau aktivitas kejang.

g) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diantaranya sebagai

berikut :

(1) Pantau pemeriksaan laboratorium (AGD, glukosa

serum, elektrolit, dan kadar bilirubin) sesuai indikasi.

(2) Berikan obat – obatan sesuai dengan indikasi (seperti

fenobarbital dan natrium bikarbonat)

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

Kriteria Hasil : mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan

berat badan, sedikitnya 20 – 30 gram/hari.

Intervensi:

a) Kaji maturitas reflek berkenaan dengan pemberian makan

(misalnya : menghisap, menelan,dan batuk).

b) Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik, dan status

pernafasan.

Page 37: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

25

c) Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap

hari.

d) Pantau masukan dan pengeluaran.

e) Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat

jenis urine,dan kondisi membran mukosa.

f) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diantaranya sebagai

berikut :

(1) Pantau pemeriksaan laboratorium : glukosa serum

nitrogen, urea darah, kreatin, elektrolit urine.

(2) Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi : misalnya

kalsium glukonat 10%.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan immunitas belum sempurna

Tujuan : tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi , leukosit normal.

Intervensi :

a) Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea, malas

minum, gelisah dan ikterus.

b) Yakinkan semua petugas kesehatan mencuci tangan

sebelum melakukan tindakan.

c) Yakinkan semua alat yang akan digunakan dalam keadaan

bersih.

d) Anjurkan ibu untuk mamakai baju ganti sebelum masuk

ruangan bayi.

Page 38: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

26

e) Anjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum kontak dengan

bayi.

f) Anjurkan ibu untuk mengelap payudara dengan air sebelum

meneteki bayi.

g) Ajarkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri saat masuk

ruangan.

h) Batasi waktu kunjungan.

d. Implementasi Keperawatan

Menurut Setiadi (2012), implementasi adalah pengelolaan

dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada

tahap perencanaan. Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan,

yaitu tahap persiapan, tahap intervensi dan tahap dokumentasi.

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang

telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisa

dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan

lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang

didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas

kesehatan lain (Mitayani, 2009).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas

asuhan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon

perilaku klien yang tampil. Evaluasi keperawatan juga merupakan

Page 39: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

27

pembandingan efek atau hasil suatu tindakan keperawatan dengan

norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat (Dermawan, 2012).

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : evaluasi

berjalan (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif). Evaluasi berjalan

(formatif), adalah evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian

format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah

yang dialami oleh pasien. Format yang dipakai adalah SOAP (data

subjektif, data objektif, analisis, dan perencanaan). Evaluasi akhir

(sumatif) merupakan evaluasi yang dikerjakan dengan cara

membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Format yang

dipakai adalah format SOAPIER (data subjektif, data objektif,

analisis, perencanaan, implementasi, evaluasi, reassessment)

(Setiadi, 2012).

3. Peningkatan Berat Badan

a. Definisi

Berat badan adalah ukuran antropometri yang terpenting

karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua

kelompok umur (Nursalam, dkk., 2008)

b. Klasifikasi Berat Badan Bayi Baru Lahir

Klasifikasi berat badan bayi baru lahir pada saat kelahiran

menurut Saifuddin (2002) dalam penelitian Rofiasari (2009) adalah

sebagai berikut :

Page 40: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

28

1) Bayi besar adalah bayi lebih 4000 gram.

2) Bayi cukup adalah bayi berat badan lebih 2500 sampai 4000

gram.

3) Bayi berat lahir rendah adalah bayi berat badan 1500 sampai

2500 gram.

4) Bayi berat sangat rendah sekali adalah bayi dengan berat badan

1000 sampai kurang dari 1500 gram.

c. Berat Badan Bayi Prematur dengan BBLR

Bayi prematur lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram. Bayi prematur memiliki berat badan kurang pada saat lahir

karena bayi ini mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin atau

pemendekan usia gestasi. Seorang anak di katakan tumbuh kembang

optimal bila pertambahan fisiknya (berat badan dan tinggi badan)

meningkat bersama dengan kemampuan berpikir dan kreativitasnya

yang baik. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

genetik, hormon, lingkungan dan nutrisi (Rusmil, 2008 dalam

penelitian Hariati 2010).

Perubahan berat badan yang sangat cepat terjadi pada masa

bayi, perubahan ini lebih cepat dibandingkan dengan waktu-waktu

lain setelah lahir. Hal ini terjadi baik pada bayi cukup bulan maupun

bayi prematur. Berat badan bayi akan mengalami penurunan secara

fisiologis pada tiga hari pertama kehidupannya. Bayi cukup bulan

mengalami penurunan sebesar 5% dari berat badan lahirnya;

Page 41: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

29

sedangkan bayi prematur mengalami penurunan sebesar 6% – 8%

dari berat badan lahirnya. Bayi mengalami peningkatan berat badan

sebesar 15 – 20 gram/kg/hari pada hari–hari awal kehidupannya.

Namun, pada bayi prematur yang sakit yang dirawat di NICU,

peningkatan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari tidak akan terlihat pada 2

minggu pertama kehidupannya karena komplikasi yang dialami bayi

(Berk, 2006 dalam penelitian Hariati, 2010).

d. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur

Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur berbeda

dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur berisiko mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan pertumbuhan

dan perkembangan bayi prematur dikaitkan dengan kecilnya usia

kehamilan (< 32 minggu) dan kecilnya berat lahir bayi (< 1500

gram). Namun, banyak bayi prematur dapat berkembang dalam

rentan normal, menjadi anak-anak yang sehat dan dapat mengejar

ketinggalan pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan bayi

yang lahir cukup bulan pada usia 2 tahun pertama kehidupannya

(Muennich, 2009 dalam penelitian Hariati 2010).

Pola pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat

bergantung kepada interaksi banyak faktor. Faktor penentu kualitas

tumbuh kembang anak adalah faktor genetik yang sangat

berhubungan erat dengan faktor lingkungan. Faktor lain yang juga

mempengaruhi tumbuh kembang adalah faktor prenatal, faktor

Page 42: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

30

persalinan, gizi, sosio – ekonomi, emosi, dan lain-lain. Yang

termasuk faktor persalinan adalah komplikasi persalinan pada bayi

seperti trauma lahir, dan asfiksia yang menyebabkan kerusakan otak

(Rusmil, 2008 dalam penelitian Hariati 2010).

4. Terapi Musik Klasik

a. Definisi

1) Musik

Musik didefinisikan sebagai ilmu atau seni yang

menggunakan rangkaian nada atau suara secara

berkesinambungan dengan menggunakan elemen yang mampu

menciptakan ketenangan (Estrella, 2010 dalam penelitian

Hariati, 2010).

2) Terapi musik

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang

menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk

meningkatkan atau memperbaiki pertumbuhan, emosi, kognitif,

dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini,

2008 dalam penelitian Mahanani, 2013).

3) Musik Klasik

Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari

budaya Eropa dan digolongkan melalui periodisasi tertentu

Page 43: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

31

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 dalam penelitian

Mahanani, 2013).

b. Jenis Musik yang digunakan untuk Terapi

Musik klasik, pop, dan modern (dengan catatan musik tanpa

vokal, periode tenang) digunakan pada terapi musik. Jenis musik

yang direkomendasikan selain instrumentalia musik klasik, bisa juga

musik slow jazz, pop, yang popular dan hits, folk, western coutry,

easy listening, bisa juga disertai dengan unsur suara natural alam

atau musik yang sesuai dengan budaya asal pasien (Chiang, 2012

dalam penelitian Novita, 2012).

Salah satu contoh musik klasik yang digunakan untuk terapi

yaitu musik klasik Mozart.Musik klasik Mozart merupakan musik

klasik yang muncul 250 tahun yang lalu. Diciptakan oleh Wolgang

Amadeus Mozart. Musik klasik Mozart memberikan ketenangan,

memperbaiki persepsi spasial dan memungkinkan pasien untuk

berkomunikasi baik dengan hati maupun pikiran. Musik klasik

Mozart juga memiliki irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat

merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di otak.

Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak dimiliki komposer

lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan yang membebaskan,

mengobati dan menyembuhkan (Musbikin, 2009 dalam penelitian

Mahanani, 2013).

Page 44: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

32

e) Tata Cara Pemberian Terapi Musik

Penggunaan jenis terapi musik dapat dilakukan dengan cara

yang beragam, mulai dari hanya mendengarkan dengan memilih lagu

sampai memainkan sebuah alat musik. Beberapa faktor yang

berperan dalam pemilihan teknik spesifik yaitu: tipe musik dan

pilihan individu, terlibat aktif ataupun pasif, lama waktu pemberian

musik, dan hasil yang diinginkan (Snyder & Lindquist, 2002 dalam

penelitian Hariati, 2010).

Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam

pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam

pemberian terapi musik adalah selama 20 – 35 menit, tetapi untuk

masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan

durasi 30 – 45 menit (Schou, 2007 dalam penelitian Mahanani,

2013). Durasi pemberian terapi musik selama 10 – 15 menit dapat

memberikan efek relaksasi, pemberian terapi musik selama 15 – 20

menit memberikan efek stimulasi sedangkan untuk memberikan efek

terapi, musik dapat diberikan selama 30 menit. Musik harus

didengarkan minimal 15 menit untuk memberikan efek terapeutik

(Potter dan Perry, 2005).

Ketika mendengarkan terapi musik klien berbaring dengan

posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lebih lambat, 50

– 70 ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang, (Schou, 2007

Page 45: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

33

dalam penelitian Mahanani, 2013) dengan jarak 30 cm dari bayi

(Lubetzky, 2009 dalam Hariati, 2010).

f) Manfaat Pemberian Terapi Musik

Manfaat musik klasik secara umum menurut Natalina (2013)

dalam penelitian Indriyana (2014) adalah sebagai berikut :

(1) Musik pada bidang kesehatan

(a) Menurunkan tekanan darah, memberi irama teratur pada

sistem kerja jantung manusia.

(b) Menstimulasi kerja otak.

(c) Meningkatkan imunitas tubuh, dengan mendengar musik

yang baik atau positif maka hormon yang meningkatkan

imunitas tubuh juga akan berproduksi.

(d) Memberi keseimbangan pada detak jantung dan denyut

nadi.

(2) Musik meningkatkan kecerdasan

(a) Daya ingat

(b) Konsentrasi

(c) Emosional

(3) Musik meningkatkan kerja otot, meningkatkan motorik kasar

dan halus.

(4) Musik meningkatkan produktivitas, kreatifitas dalam imajinasi.

(5) Musik membentuk sikap seseorang, membangkitkan perasaan

bahagia atau semangat positif.

Page 46: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

34

(6) Musik mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan

sosialisasi.

(7) Meningkatkan visualisasi melalui warna musik, musik mampu

membangkitkan imajinasi melalui rangkaian nada – nada

harmonisasi.

Menurut Sari (2013), manfaat musik klasik Mozart bagi bayi

prematur diantaranya yaitu :

(1) Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir.

(2) Mengurangi aktivitas akibat stress dan tekanan.

(3) Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa.

(4) Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur

tubuh.

(5) Efektif meningkatkan berat badan bayi prematur.

(6) Mengurangi lama rawat inap hingga 11 hari.

(7) Meningkatkan kadar saturasi oksigen untuk jangka waktu yang

singkat.

Page 47: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

35

B

. K

era

ng

ka

Teo

ri

Eti

olo

gi

Fak

tor

Ibu

F

akto

r P

lase

nta

F

akto

r Ja

nin

Bayi

Pre

mat

ur

Pen

uru

nan

daya

F

un

gsi

org

an-o

rgan

bel

um

sem

pu

rna

tah

an t

ub

uh

H

ati

Usu

s O

tak

P

aru

Ku

lit

B

elu

m m

atu

rnya

P

eris

talt

ik b

elu

m

Imm

atu

rita

s

Per

tum

bu

han

din

din

g

Jari

ngan

lem

ak

fu

ngsi

hep

ar

sem

pu

rna

se

ntr

um

vit

al

dad

a b

elu

m s

emp

urn

a

s

ub

ku

tan

tip

is,

h

alu

s

K

adar

alb

um

in d

arah

yan

g

Pen

go

son

gan

R

egu

lasi

naf

as

P

enyak

it p

ada

b

erp

eran

dal

am t

ran

spo

rtas

i la

mb

un

g b

elu

m

mem

bra

n h

iali

n

Sis

tem

im

un

b

ilir

ub

in d

ari

jari

ng

an k

e b

aik

P

ern

afas

an p

erio

dik

b

elu

m s

emp

urn

aKad

ar g

ula

dar

ah y

ang

h

epar

ku

ran

g

m

amp

u d

iper

tah

ank

an

K

ehil

angan

pan

as

se

dik

it

R

efle

k

mel

alu

i k

uli

t

m

enel

an b

elu

m

sem

pu

rna

Pen

uru

nan

ber

at b

adan

G

am

ba

r 2

.1.

Ker

angka

Teo

ri

(Nu

rari

f, 2

013

)

Res

iko

In

fek

si

Po

la N

afas

Tid

ak E

fek

tif

Ket

idak

seim

ban

gan

Nu

tris

i K

ura

ng d

ari

Keb

utu

han

Tub

uh

Res

iko

Infe

ksi

H

iper

bil

irub

in

Hip

ote

rmi

Hip

ogik

lem

i

Tin

dak

an k

eper

awat

an

dal

am p

enin

gkat

an B

B

bay

i la

hir

pre

mat

ur

den

gan

BB

LR

:

1.

Ter

api

musi

k k

lasi

k

2.

Ter

api

pij

at

3.

Dis

charg

e P

lannin

g

Page 48: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

36

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

(Wahyuningsri dan Eka, 2014)

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek dari aplikasi riset ini adalah bayi kelahiran prematur kelahiran

< 37 minggu dengan berat badan lahir rendah < 2500 gram, dengan identitas

bayi yaitu By. Ny. S, berat badan 1.700 gram dan umur kehamilan 36 minggu

bayi

B. Tempat dan Waktu

Diagnosa Keperawatan:

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan

immaturitas reflek hisap

Aplikasi Tindakan:

Pemberian terapi

“Musik klasik”

Akibat:

Peningkatan

berat badan

Page 49: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

37

Aplikasi riset ini dilakukan di Ruang HCU Neonatal RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Dilaksanakan pada tanggal 12 – 15 Maret 2015.

C. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah timbangan berat

badan sebagai alat untuk pengukuran berat badan, media player 3 (mp3) dan

musik sebagai alat untuk terapi musik klasik (Synder dan Lindquist, 2002

dalam Hariati 2010)

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Langkah – langkah pemberianterapi musik adalah sebagai berikut:

1. Mencari dan memilih calon anak (bayi).

2. Penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

dilakukan tindakan

3. Menjelaskan langkah, prosedur, manfaat serta resikonya bahwa yang

dilakukan tidak membahayakan anak (bayi)

4. Memberikan informed consent pada orang tua anak (bayi)

5. Mempersiapkan alat yang akan digunakan : mp3, musik klasik, dan

timbangan

6. Melakukan penimbangan berat badan awal

7. Memposisikan anak (bayi) tidur

8. Letakkan mp3 dengan jarak 20 – 30 cm dari pasien

9. Memutarkan musik klasik selama 40 menit/hari diberikan selama 4 hari

Page 50: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

38

10. Mendampingi anak (bayi) selama dilakukan tindakan

11. Melakukan evaluasi setelah dilakukan tindakan.

(Schou, 2007 dalam penelitian Mahanani, 2013

dan Lubetzky, 2009 dalam Hariati, 2010)

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset

Untuk mengevaluasi pemberian terapi musik terhadap peningkatan

berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan.Penimbangan

sebelum dan sesudah pemberian terapi musik mulai hari pertama sampai

dengan hari ke – 4 (Hanifah, 2009).

Page 51: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

39

BAB IV

LAPORAN KASUS

Pada BAB ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan

By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kelahiran Prematur di

ruang HCU Neonatal RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pasien masuk Rumah Sakit

pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015 pukul 12.30 WIB. Pengkajian dilakukan

dari tanggal 12 Maret 2015 jam 14.00 WIB. Metode pengkajian yang dilakukan

dengan metode Autoanamnesa dan Alloanamnesa melalui pengamatan, observasi

langsung, pemeriksaan fisik, memahami catatan medis, dan catatan perawat.

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Klien

Pasien bernama By. Ny. S, umur 5 hari, berjenis kelamin

perempuan, beralamat di Bendosari, Sukoharjo. Nama ayah yaitu Tn. B,

umur 45 tahun, pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai pedagang. Nama

ibu Ny. S, umur 34 tahun, pendidikan terakhir SD, tidak bekerja sebagai

ibu rumah tangga dirumah. Dengan diagnosa medis Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR).

Page 52: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

40

2. Riwayat Bayi

Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis, pada APGAR

Skor yang terdiri dari penilaian terhadap denyut jantung, pernafasan,

tonus otot, peka terhadap rangsang, dan warna kulit pasien, dinilai pada 1

menit – 5 menit pertama – 5 menit kedua diperoleh hasil yaitu denyut

jantung = 2-2-2, pernafasan = 1-1-2, tonus otot = 1-1-1, peka terhadap

rangsang = 1-2-2, dan warna kulit = 2-2-2, dengan total APGAR Skor

pada 1 menit yaitu skor 7, pada 5 menit pertama yaitu skor 8, dan pada 5

menit kedua dengan skor 9. Penilaian dari APGAR kemudian

dijumlahkan. Jumlah nilai tersebut memiliki arti bahwa nilai APGAR 0 –

3, asfiksia berat, memerlukan resusitasi segera secara aktif dan

pemberian oksigen terkendali; nilai APGAR 4 – 6, asfiksia sedang,

memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat

bernafas kembali; nilai APGAR 7 – 9 bayi normal atau sehat dan asfiksia

ringan; dan nilai APGAR 10 bayi normal atau sehat. Kesimpulan dari

hasil penilaian APGAR skor yang dilakukan By. Ny. S termasuk dalam

kategori bayi sehat, asfiksia ringan.

3. Riwayat Ibu

Pada tanggal 12 Maret 2015, ibu pasien mengatakan By. Ny. S

dirawat di ruang High Care Unit (HCU) Neonatal pada tanggal 7 Maret

2015 karena berat badan lahir rendah dan kurang bulan. Pasien lahir

dengan berat badan 1700 gram dengan usia kelahiran 36 minggu, dengan

Page 53: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

41

tujuan agar pasien mendapatkan perawatan intensif di ruang HCU

neonatal.

Riwayat kesehatan lalu, ibu pasien mengatakan saat masa

kehamilan selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan terdekat dan

tidak ada masalah saat hamil. Sebelumnya Ny. S sudah mempunyai 3

orang anak. Anak pertama lahir normal dengan berat badan 3000 gram

dan usia sekarang 11 tahun, anak kedua lahir normal dengan berat badan

2.700 gram dan usia sekarang 4 hari, anak ketiga lahir normal dengan

berat badan 2.800 gram dan usia sekarang 15 bulan.

Pada kehamilan anak keempat ini Ny. S juga selalu

memeriksakan kehamilannya ke bidan terdekat, Ny. S juga mengatakan

bahwa pada saat mengandung tidak mengalami masalah. By. Ny. S lahir

dengan cara Sectio Caesarea (SC) dengan indikasi preeklampsia dengan

berat badan 1.700 gram dan panjang badan 41 cm, kondisi berat badan

kurang dan tidak ada cacat. Penyakit sebelumnya, seperti operasi atau

cedera ibu mengatakan pasien tidak pernah melakukan operasi dan

didalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan ataupun

penyakit menular.

Page 54: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

42

4. Riwayat Sosial

Struktur Keluarga (Genogram)

By. Ny. S

Gambar 4.1. Genogram By. Ny. S

Keterangan:

: Laki – laki : Tinggal dalam satu rumah

: Perempuan : Menikah

: Pasien : Anak

: Meninggal

Keluarga By. Ny. S berbudaya Indonesia, suku Jawa, bahasa

yang biasa digunakan sehari – hari adalah bahasa Jawa – Indonesia.

Lingkungan rumah dan komunitas yaitu penghuni rumah ada 5 orang,

mempunyai 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, suasana lingkungan

bersih, aman dan terpelihara.

Hubungan orang tua dan bayi saat dirawat di Rumah Sakit

adalah Ny. S (ibu pasien) melakukan kunjungan keanak saat jam

menyesui. Ny. S mulai menyentuh, memeluk, dan mengajak bicara

Page 55: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

43

anaknya saat menyusui. Antara Ny. S dan anaknya terlihat kontak mata

yang begitu erat, Ny. S juga mencoba memanggil nama anaknya. Namun,

berbeda dengan Tn. B (ayah klien) hanya dapat melakukan kunjungan

pada jam – jam tertentu saja pada saat korden jendela ruang perawatan

dibuka dan hanya melihat melalui jendela, karena yang dapat masuk

keruangperawatan selain Tim Medis yaitu ibu dari pasien yang ingin

memberikan ASI kepada anaknya.

Orang terdekat yang dapat dihubungi adalah Ayah By. Ny. S

yaitu Tn. B. Orang tua berespon terhadap penyakit yaitu dengan

menerima saran dari pihak Tim medis dan bersedia serta mengizinkan

bila anaknya akan dilakukan tindakan guna untuk kesembuhan anaknya.

Orang tua pasien juga berespon terhadap hospitalisai yaitu dengan

mengawasi, menemani saat dirawat di Rumah Sakit agar anak tidak

mengalami cemas ataupun takut dan menerima segala tindakan

keperawatan yang diberikan.

5. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan, keadaan umum pasien baik. Tingkat

kesadaran pasien sadar penuh (composmentis), dengan hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan pernafasan 48 x/menit irama tidak teratur,

nadi 158 x/menit dengan irama teratur, teraba kuat,saturasi oksigen 95%

dan suhu 36,6 0C. Hasil pemeriksaan Antropometri didapatkan berat

badan 1700 gram, panjang badan 41 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar

dada 28 cm.

Page 56: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

44

Pemeriksaan head to toe didapatkan bentuk kepala mecocepal,

fontanel lunak, sutura sagitalis belum menutup sempurna dan tampak

melebar, rambut berwana hitam. Bentuk mata jarak interkantus simetris

kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, palpebra terlihat sedikit hitam,

konjungtiva tidak enemis, pupil isokor, reflek pupil positif (mengecil saat

diberi rangsang cahaya). Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, bersih

dan tidak ada serumen. Lubang hidung simetris, tidak ada pernafasan

cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip, septum terletak di

tengah, terpasang oksigen nasal kanul 1 liter/menit. Mulut simetris,

mukosa bibir kering dan tidak ada stomatitis. Leher tidak ada jejas, tidak

ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada distensi vena leher.

Pada pemeriksaan jantung didapatkan hasil pemeriksaan inspeksi

terlihat bentuk dada kanan dan kiri sama dan tidak ada jejas, ictus cordis

tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba pada ICS ke-IV, perkusi suara

pekak, auskultasi irama regular BJ I – BJ II, “lup dup”, tidak ada suara

tambahan. Pemeriksaan paru didapatkan hasil, inspeksi bentuk dada

simetris, ada retraksi dinding dada, palpasi: ekspansi parukanan dan kiri

sama, perkusi: sonor, auskultasi: vesikuler diseluruh lapang paru.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil pemeriksaan

inspeksi, perut datar, umbilikus bersih, tidak ada jejas, auskultasi: suara

peristaltik usus 28 x/menit, perkusi: suara pekak pada kuadran I (hati),

suara timpani pada kuadran II (lambung), kuadran III (usus besar) dan

kuadran IV (usus buntu), palpasi : tidak ada nyeri tekan.

Page 57: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

45

Genetalia dan rektum bersih, tidak ada kelainan. Ekstremitas atas

dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5 yaitu kekuatan otot penuh,

terpasang infus di kaki kanan, capillary refill kurang dari 2 detik

perabaan akral hangat. Pada integumen kering, kulit tipis, warna merah

muda, ada lanugo di ekstremitas, bokong dan banyak pada punggung.

Reflek menghisap lemah, menggenggam kuat, morrow baik. Aktifitas

menangis dan menghisap lemah.

Pola nutrisi selama dirawat pasien Pola nutrisi ABCD yaitu A :

BB = 1.700 gram dan panjang badan 41 cm. B : Hemoglobin = 13,8 g/dl,

Hematokrit = 47%. C : rambut hitam, kulit tipis, terdapat lanugo di

ekstremitas, bokong dan banyak pada punggung, mukosa bibir kering dan

reflek menghisap lemah. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam

melalui OGT .

Pola eliminasi urine tidak ada keluhan, 130 cc/hari, 3 – 4 kali

ganti popok/hari dan pola eliminasi alvi tidak ada keluhan, warna kuning

lembek, 50 cc/hari, 3 – 4 kali ganti popok/hari. Pola istirahat tidur pasien

tidur ± 14 jam/hari, tidak ada penghantar tidur.

6. Data Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium

yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil sebagai

berikut : Hemoglobin sebesar 13,8 g/dL (nilai normal 14,9 - 23,70);

Hematokrit 47 % (nilai normal 47 – 75); Leukosit 4,5 ribu/ul (nilai

normal 5,0 – 19,5); Trombosit 160 ribu/ul (nilai normal 150 – 450);

Page 58: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

46

Eritrosit 4,99 juta/ul (nilai normal 3,70 – 6,50); MCV 95,5 /um (nilai

normal 80,0 – 96,0); MCH 32,4 pg (nilai normal 28,0 – 33,0); MCHC

33,7 g/dl (nilai normal 33,0 – 36,0); RDW 13,7 % (nilai normal 11,6 –

14,6); HDW 3,2 g/dl (nilai normal 2,2 – 3,2); MPV 7,2 fl (nilai normal

7,2 – 11,1); PDW 38 % (nilai normal 25 – 65); Eusinofil 2,60 % (nilai

normal 0,00 – 4,00); Basofil 0,70 % (nilai normal 0,00 – 1,00); Netrofil

73,00 % (nilai normal 18,00 – 74,00); Limfosit 60,00 % (nilai normal

60,00 – 66,00); Monosit 0,30 % (nilai normal 0,00 – 6,00); Golongan

Darah B; GDS 69 mg/dl (nilai normal 50 – 80).

7. Terapi

Terapi pada tanggal 12 – 15 Maret 2015 yaitu infus D 10% 7

ml/jam, Cefotaxime 90 mg/12 jam golongan Sefolosporin Antibiotik

fungsinya untuk mengatasi infeksi saluran pencernaan (antibiotik).

Gentamycin 7 mg / 24 jam golongan Antimikroba, Aminoglikosida jenis

obat Antibiotik fungsinya untuk infeksi mata. Aminophilin 3,5 mg / 8 jam

golongan K Antiasma fungsinya untuk megatasi gejala asma, sesak nafas.

Obat oral Erythromycin 3,5 mg / 6 jam golongan Makrolida Antibiotik

fungsinya untuk mencegah dan mengatasi infeksi saluran nafas oleh

kuman spyogenesis. Terapi oksigen Nasal Kanul 1 liter / menit fungsinya

untuk mengatasi sesak nafas.

8. Diit

Tanggal 12 – 15 Maret 2015, pasien mendapatkan susu presinutri

bayi berat lahir rendah 10 – 15 cc / 3 jam untuk memenuhi nutrisi pada

Page 59: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

47

bayi prematur atau berat lahir rendah. Selain dari susu formula pasien

juga mendapatkan ASI yang diberikan setiap 3 jam sekali.

B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12 Maret 2015 jam 14.30

WIB, didapatkan hasil pemeriksaan data subjektif tidak terkaji, objektif yaitu

ada retraksi dinding dada; RR : 48 x/menit, irama tidak teratur teratur; HR :

158 x/menit; saturasi oksigen 95%; terpasang oksigen nasal kanul 1 liter /

menit, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola

nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.

Jam 14.35 WIB hasil pemeriksaan data subjektif tidak terkaji, objektif

yang didapat adalah A : BB = 1.700 gram dan PB 41 cm. B : Hemoglobin =

13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. C : rambut hitam, kulit tipis, terdapat lanugo di

ekstremitas, bokong dan banyak pada punggung, mukosa bibir kering serta

reflek menghisap lemah. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam

melalui OGT, maka penulis merumuskan masalah keperawatan yang kedua

yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan dengan immaturitas reflek menghisap.

Jam 14.40 WIB hasil pemeriksaan data subjektif tidak terkaji, yang

didapat adalah kulit kering, sistem imunitas belum sempurna, suhu 36,6 0C,

terpasang OGT, Leukosit 4,5 ribu/ul, maka maka penulis merumuskan

masalah keperawatan yang ketiga yaitu resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif.

Page 60: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

48

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data diatas, penulis memprioritaskan diagnosa

keperawatan, yang pertama ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

kelemahan otot pernafasan. Prioritas diagnosa keperawatan yang kedua,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dengan immaturitas reflek menghisap. Prioritas diagnosa keperawatan yang

ketiga resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

D. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan hasil analisa data di atas pada tanggal 12 Maret 2015

pada diagnosa pertama penulis membuat tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola nafas pasien efektif dengan

kriteria hasil tidak ada retraksi dinding dada; nafas spontan atau tidak

menggunakan oksigen; pernafasan (RR) 40 – 60 x/menit; saturasi oksigen 95

– 100 % dan suhu normal 36,5 – 37,5 0C. Berdasarkantujuan dan kriteria hasil

tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu pantau

tanda-tanda vital; observasi pola nafas; posisikan pasien berbaring (semi

fowler); dan berikan terapi obat (injeksi Aminophilin 3,5 mg/ 8jam) sesuai

advis dokter.

Pada diagnosa kedua penulis membuat tujuan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan intake nutrisi pasien

terpenuhi dengan kriteria hasil : reflek hisap meningkat; berat badan

meningkat 20 – 30 kg /hari; mukosa bibir lembab; Hemoglobin normal (14,9 -

Page 61: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

49

23,70 g/dl); Hematokrit normal (47 – 75 %). Berdasarkan tujuan dan kriteria

hasil tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan antara lain

pantau pola nutrisi pasien; observasi perubahan berat badan dan reflek hisap;

beri minum ASI atau PASI sesuai dengan program (10 – 50 cc / 3 jam);

berikan terapi musik klasik (40 menit/hari); anjurkan ibu untuk menyusui

bayinya; kolaborasi dengan dokter dalam pemberian susu formula.

Pada diagosa ketiga penulis membuat tujuan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko infeksi teratasi

dengan kriteria hasil bayi bebas dari tanda-tanda infeksi; kulit lembab; suhu

normal (36,5 – 37,5 0C); Leukosit normal (5,0 – 19,5 ribu/ul). Berdasarkan

tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan tindakan

keperawatan antara lain observasi tanda-tanda infeksi; lakukan tindakan

aseptik dan antiseptik bila melakukan tindakan invasif; bersihkan tempat tidur

bayi setiap kali kotor atau basah; kolaborasi dengan dokter dalam

pemeriksaan darah dan terapi obat (injeksi Cefotaxime 90 mg/12 jam dan obat

oral Erythromycin 3,5 mg/6 jam).

E. Implementasi Keperawatan

Pada tanggal 12 Maret 2015, implementasi keperawatan pada

diagnosa pertama yaitu pada jam 14.00 memantau tanda-tanda vital, respon

subjektif tidak terkaji, objektif RR : 48 x/menit, saturasi oksigen : 95 % dan

nadi: 158 x/menit dan suhu : 36,6 0C. Jam 14.10 mengobservasi pola nafas,

dengan respon subjektif tidak terkaji, objektif ada retraksi dinding dada,

Page 62: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

50

terpasang oksigen nasal kanul 1 liter / menit danirama nafas tidak teratur

teratur. Jam 15.20 memposisikan pasien berbaring (semi fowler), respon

subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak nyaman, pola nafas mulai

teratur. Jam 16.00 memberikan injeksi Aminophilin 3,5 mg melalui IV,

respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien terbangun, injeksi masuk.

Implementasi keperawatan diagnosa kedua yaitu, pada jam 14.15

memantau pola nutrisi pasien, respon subjektif tidak terkaji, objektif A : BB =

1.700 gram dan panjang badan 41 cm. B : Hemoglobin = 13,8 g/dl,

Hematokrit = 47%. C : rambut hitam, kulit tipis, terdapat lanugo di

ekstremitas, bokong dan banyak pada punggung, mukosa bibir kering, reflek

menghisap lemah. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui OGT.

Jam 14.25 memberi minum ASI 7 cc melalui OGT, respon subjektif tidak

terkaji, objektif tidak ada residu, pasien tampak tenang, ASI masuk 7 cc, dan

tidak muntah. Jam 16.15 memberikan terapi musik klasik (15 menit), respon

subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak tertidur pulas, rileks. Jam 17.00

memberikan minum susu PASI 10 cc melalui OGT respon subjektif tidak

terkaji, objektif tidak ada residu, pasien tampak tenang, reflek hisap lemah,

tidak muntah, susu PASI masuk 10 cc. Jam 18.10 memberikan terapi musik

klasik (15 menit), respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien mulai tertidur,

rileks. Jam 19.45 memberikan minum susu PASI 10 cc melalui OGT, respon

subjektif tidak terkaji, objektif tidak ada residu, pasien tampak tenang, tidak

muntah, susu PASI masuk 10 cc. Jam 20.10 memberikan terapi musik klasik

Page 63: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

51

(10 menit), respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien mulai tertidur dan

tampak rileks.

Implementasi keperawatan diagnosa ketiga yaitu, pada jam 14.20

mengobservasi tanda-tanda infeksi, dengan respon subjektif tidak terkaji,

objektif kulit kering, terpasang OGT, S : 36,6 0C, Leukosit 4,5 ribu/ul. Jam

18.00 memberikan injeksi Cefotaxime 90 mg melalui IV, respon subjektif

tidak terkaji, objektif pasien terbangun, injeksi masuk. Jam 20.00 memberikan

obat oral Erythromycin 3,5 mg melalui OGT, respon subjektif tidak terkaji,

objektif obat oral masuk, pasien terbangun, tidak muntah.

Tanggal 13 Maret 2015, implementasi keperawatan pada diagnosa

pertama yaitu, jam 14.05 memantau tanda-tanda vital, respon subjektif tidak

terkaji, objektif RR : 52 x/menit, saturasi oksigen : 96 % dan nadi: 150

x/menit dan suhu : 36,8 0C. Jam 14.10mengobservasi pola nafas dengan,

respon subjektif tidak terkaji, objektif tampak retraksi dinding dada, irama

tidak teratur teratur.Jam 16.00 memberikan injeksi Aminophilin 3,5 mg

melalui IV, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien terbangun, injeksi

masuk. Jam 18.20 memposisikan pasien berbaring (semi fowler), respon

subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak nyaman, pola nafas teratur.

Implementasi keperawatan pada diagnosa yang kedua yaitu, jam 14.25

memberi minum susu PASI 10 cc melalui OGT dan mengobservasi reflek

hisap didapatkan, respon subjektif tidak terkaji, objektif tidak ada residu,

reflek hisap lemah, mukosa bibir kering, susu PASI 10 cc masuk semua, tidak

muntah. Jam 14.35 memberikan terapi musik klasik (15 menit), respon

Page 64: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

52

subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak tertidur pulas, rileks. Jam 15.10

memantau pola nutrisi pasien, respon subjektif (-), obyektif A : BB = 1.700

gram dan panjang badan 41 cm. B : Hemoglobin = 13,8 g/dl, Hematokrit =

47%. C : rambut hitam, kulit tipis, mukosa bibir kering, reflek menghisap

meningkat. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui OGT. Jam

17.00 menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, respon subjektif ibu

mengatakan bersedia menyusui bayinya dan respon objektif pasien tidak

muntah, reflek hisap lemah. Jam 17.30 memberikan terapi musik klasik (15

menit) respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien mulai tertidur pulas. Jam

19.50 memberikan minum susu PASI 10 cc melalui OGT, respon subjektif

tidak terkaji, objektif ada residu 0,3 cc, susu PASI masuk 10 cc. tidak muntah.

Jam 20.10 memberikan terapi musik klasik (10 menit), respon subjektif tidak

terkaji, objektif pasien mulai tertidur, rileks.

Implementasi keperawatan pada diagnosa yang ketiga yaitu, jam

14.15mengobservasi tanda-tanda infeksi, dengan respon subjektif tidak

terkaji, objektif kulit kering, terpasang OGT, S : 36,8 0C dan Leukosit 4,5

ribu/ul. Jam 14.20 mencuci tangan, mengganti popok dan merapikan tempat

tidur, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak terbangun, popok

sudah diganti, tempat tidur rapi. Jam 18.00 memberikan injeksi Cefotaxime

90 mg melalui IV, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien terbangun,

injeksi masuk. Jam 20.00 memberikan obat oral Erythromycin 3,5 mg melalui

OGT, respon subjektif tidak terkaji, objektif obat oral masuk, pasien

terbangun, tidak muntah.

Page 65: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

53

Tanggal 14 Maret 2015, implementasi keperawatan pada diagnosa

pertama yaitu, jam 14.10 memantau tanda-tanda vital, respon subjektif tidak

terkaji, objektif RR : 56 x/menit, saturasi oksigen : 98 % dan nadi: 154

x/menit dan suhu : 37,3 0C. Jam 14.25 mengobservasi pola nafas, respon

subjektif tidak terkaji, objektif retraksi dinding dada berkurang, masih

terpasang oksigen nasal kanul1 liter / menit danirama nafas teratur. Jam 16.00

memberikan injeksi Aminophilin 3,5 mg melalui IV, respon subjektif tidak

terkaji, objektifpasien terbangun, injeksi masuk. Jam 17.15 memposisikan

pasien berbaring (semi fowler), respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien

tampak nyaman, pola nafas teratur.

Implementasi keperawatan pada diagnosa yang kedua yaitu, jam 14.20

memberi minum PASI 10 cc melalui OGT dan mengobservasi reflek hisap

didapatkan, respon subjektif tidak terkaji, objektif tidak ada residu, reflek

hisap meningkat, mukosa bibir lembab, susu PASI 10 cc masuk semua, tidak

muntah. Jam 14.30 memantau pola nutrisi pasien, respon subjektif tidak

terkaji, objektif A : BB = 1.715 gram dan PB = 41 cm. B : Hemoglobin = 13,8

g/dl, Hematokrit = 47%. C : rambut hitam, kulit tipis, mukosa bibir lembab

dan reflek menghisap meningkat. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3

jam melalui OGT. Jam 14.50 memberikan terapi musik klasik (15 menit),

respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak tertidur pulas, rileks. Jam

17.00 memberikan minum susu PASI 10 cc melalui OGT, respon subjektif

tidak terkaji, objektif tidak ada residu, tidak muntah, susu PASI masuk 10 cc.

Jam 17.20 memberikan terapi musik klasik (15 menit), respon subjektif tidak

Page 66: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

54

terkaji, objektif pasien mulai tertidur pulas. Jam 19.50 memberikan minum

susu PASI 10 cc melalui OGT, respon subjektif tidak terkaji, objektif ada

residu 0,3 cc, PASI masuk 10 cc, tidak muntah. Jam 20.05 mengobservasi

berat badan, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak tenang, BB

: 1715 gram. Jam 20.10 memberikan terapi musik klasik (10 menit), respon

subjektif tidak terkaji, objektif pasien mulai tertidur, rileks, terdapat

peningkatan berat badan 15 gram.

Implementasi keperawatan pada diagnosa yang ketiga yaitu, jam

14.15mengobservasi tanda-tanda infeksi, dengan respon subjektif tidak

terkaji, objektif kulit lembab, masih terpasang OGT, S : 37,3 0C, Leukosit 4,5

ribu/ul. Jam 14.30 mencuci tangan, mengganti popok dan merapikan tempat

tidur, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak terbangun, popok

sudah diganti, tempat tidur rapi dan. Jam 18.00 memberikan injeksi

Cefotaxime 90 mg melalui IV, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien

terbangun, injeksi masuk. Jam 20.00 memberikan obat oral Erythromycin 3,5

mg melalui OGT respon subjektif tidak terkaji, objektif, obat oral masuk,

pasien terbangun, tidak muntah.

Tanggal 15 Maret 2015, implementasi keperawatan pada diagnosa

pertama yaitu, jam 14 00 memantau tanda-tanda vital, respon subjektif tidak

terkaji, objektif RR : 54 x/menit, saturasi oksigen : 96 %, nadi: 158 x/menit

dansuhu : 370C.Jam 14.10 mengobservasi pola nafas dengan, respon subjektif

tidak terkaji, objektif retraksi dinding dada masih tampak dan sudah tidak

terpasang oksigen nasal kanul danirama teratur. Jam 16.00 memberikan

Page 67: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

55

injeksi Aminophilin 3,5 mg melalui IV, respon subjektif tidak terkaji, objektif

pasien terbangun, obat masuk. Jam 20.00 memposisikan pasien berbaring

(semi fowler), respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak nyaman,

pola nafas teratur.

Implementasi keperawatan pada diagnosa yang kedua yaitu jam 14.20

memberi minum ASI 15 cc melalui OGT dan mengobservasi reflek hisap

didapatkan, respon subjektif tidak terkaji, objektif tidak ada residu, reflek

meningkat, susu ASI 10 cc masuk semua, tidak muntah, mukosa bibir

lembab. Jam 14.25 memantau pola nutrisi pasien, respon subjektif tidak

terkaji, objektif A : BB = 1.740 gram dan panjang badan 41 cm. B :

Hemoglobin = 13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. C : rambut hitam, kulit tipis,

mukosa bibir lembab dan reflek menghisap meningkat. D : minum ASI atau

PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui OGT. Jam 14.40 memberikan terapi musik

klasik (15 menit), respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak

tertidur pulas, rileks. 17.00 menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya,

respon subjektif ibu mengatakan ingin menyusui bayinya dan respon objektif

pasien mau minum, tidak muntah, reflek hisap baik. Jam 18.10 memberikan

terapi musik klasik (15 menit), respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien

mulai tertidur, rileks. Jam 19.45 memberikan minum ASI 15 cc melalui OGT,

respon subjektif tidak terkaji, objektif tidak ada residu, ASI masuk 15 cc.

tidak muntah. Jam 20.50mengobservasi perubahan berat badan pasien,

respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak tenang, BB : 1740 gram.

Jam 20.10 memberikan terapi musik klasik (10 menit), respon subjektif tidak

Page 68: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

56

terkaji,objektif pasien mulai tertidur, rileks dan terdapat peningkatan berat

badan 25 gram.

Implementasi keperawatan pada diagnosa yang ketiga yaitu, jam 14.10

mengobservasi tanda-tanda infeksi, dengan respon subjektif tidak terkaji,

objektif kulit lembab, masih terpasang OGT, S : 37 0C, Leukosit 4,5 ribu/ul.

Jam 14.00 mencuci tangan, mengganti popok dan merapikan tempat tidur,

respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien tampak terbangun, popok sudah

diganti, tempat tidur rapi. Jam 18.00 memberikan injeksi Cefotaxime 90 mg

melalui IV, respon subjektif tidak terkaji, objektif pasien terbangun, injeksi

masuk. Jam 20.00 memberikan obat oral Erythromycin 3,5 mg melalui OGT

respon subjektif tidak terkaji, objektif, obat oral masuk, pasien terbangun,

tidak muntah.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kemudian penulis melakukan

evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode SOAP. Hasil evaluasi

keperawatan tanggal 12 Maret 2015 pada diagnosa pertama jam 20.40 dengan

hasil data Subjektif tidak terkaji, Objektif ada retraksi dinding dada, terpasang

oksigen nasal kanul 1 liter / menit, RR : 48 x/menit, irama tidak teratur,

saturasi oksigen 95%, nadi: 158 x/menit dan suhu 36,6 0C. Analysis masalah

keperawatan ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian. Planning lanjutkan

intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi pantautanda-tanda vital;

observasi pola nafas; dan posisikan pasien berbaring (semi fowler)

Page 69: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

57

Evaluasi keperawatan yang didapatkan pada diagnosa kedua jam

20.44 data Subjektif tidak terkaji, ObjektifA : BB = 1.700 gram dan panjang

badan 41 cm. B: Hemoglobin = 13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. C : rambut

hitam, kulit tipis, terdapat lanugo di ekstremitas, bokong dan banyak pada

punggung, mukosa bibir kering reflek menghisap lemah. D : minum ASI /

PASI 10 –15 cc / 3 jam melalui OGT. Analysis masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.

Planning lanjutkan intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi pantau

pola nutrisi pasien; observasi perubahan berat badan dan reflek hisap; beri

minum ASI atau PASI sesuai dengan program (10 – 15 cc / 3 jam); berikan

terapi musik klasik (40 menit/hari); anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

Evaluasi keperawatan yang didapatkan pada diagnosa ketiga jam

20.50 dengan hasil data Subjektif tidak terkaji, Objektif kulit kering, sistem

imunitas belum sempurna, suhu 36,6 0C, terpasang OGT dan leukosit 4,5

ribu/ul. Analysis masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian.

Planning lanjutkan intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi

observasi tanda-tanda infeksi; lakukan tindakan aseptik dan antiseptik bila

melakukan tindakan invasif; bersihkan tempat tidur bayi setiap kali kotor atau

basah.

Hasil evaluasi keperawatan pada tanggal 13 Maret 2015, jam 20.45

untuk diagnosa pertama hasilnya adalah data Subjektif tidak terkaji, Objektif

tampak retraksi dinding dada, terpasang oksigen nasal kanul 1 liter /menit,

RR : 52 x/menit, irama tidak teratur teratur, saturasi oksigen 96 %,HR: 150

Page 70: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

58

x/menit dan suhu 36,8 0C. Analysis masalah keperawatan ketidakefektifan

pola nafas teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi dan intervensi

yang dilanjutkan meliputi pantau tanda-tanda vital; observasi pola nafas; dan

posisikan pasien berbaring (semi fowler)

Jam 20.50 untuk diagnosa kedua hasilnya, Subjektif tidak terkaji, data

Objektif A : BB = 1.700 gram dan panjang badan 41 cm. B : Hemoglobin =

13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. C : kulit tipis, mukosa bibir kering, reflek

menghisap lemah. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui OGT.

Analysismasalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi dan intervensi

yang dilanjutkan meliputipantau pola nutrisi pasien; observasi perubahan

berat badan dan reflek hisap; beri minum ASI atau PASI sesuai dengan

program (10 – 15 cc / 3 jam); berikan terapi musik klasik (40 menit/hari);

anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

Jam 20.55 untuk diagnosa ketiga hasilnya, Subjektif tidak terkaji, data

Objektif kulit pasien kering, suhu 36,8 0C, Leukosit 4,5 ribu/ul, terpasang

OGT. Analysis masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian.

Planning lanjutkan intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi

observasi tanda-tanda infeksi, lakukan tindakan aseptik dan antiseptik bila

melakukan tindakan invasif, bersihkan tempat tidur bayi setiap kali kotor atau

basah.

Hasil evaluasi keperawatan pada tanggal 14 Maret 2015, jam 20.45

untuk diagnosa pertama hasilnya, Subjektif tidak terkaji, Objektif retraksi

Page 71: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

59

dinding dada berkurang, masih terpasang oksigen nasal kanul 1 liter /

menit,RR : 56 x/menit, irama teratur, saturasi oksigen 98 %, HR: 154 x/menit

dan suhu : 37,3 0C. Analysis masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas

teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi dan intervensi yang

dilanjutkan meliputi pantau tanda-tanda vital; observasi pola nafas; dan

posisikan pasien berbaring (semi fowler).

Jam 20.50 untuk diagnosa kedua hasilnya, data Subjektif tidak terjadi,

Objektif A : BB = 1.715 gram dan panjang badan 41 cm. B : Hemoglobin =

13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. C : kulit tipis, mukosa bibir lembab dan reflek

menghisap meningkat. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui

OGT. Analysis masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi dan

intervensi yang dilanjutkan meliputipantau pola nutrisi pasien; observasi

perubahan berat badan dan reflek hisap; beri minum ASI atau PASI sesuai

dengan program (10 – 15 cc / 3 jam); berikan terapi musik klasik (40

menit/hari); anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

Jam 20.55 diagnosa ketiga hasilnya data Subjektif tidak terkaji,

Objektif kulit lembab, masih terpasang OGT, suhu : 37,3 0C, dan Leukosit 4,5

ribu/ul. Analysis masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian.

Planning lanjutkan intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi

observasi tanda- tanda infeksi, lakukan tindakan aseptik dan antiseptik bila

melakukan tindakan invasif, bersihkan tempat tidur bayi setiap kali kotor atau

basah.

Page 72: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

60

Hasil evaluasi keperawatan pada tanggal 15 Maret 2015, jam 20.40

untuk diagnosa pertama hasilnya adalah data Subjektif tidak terkaji, Objektif

retraksi dinding dada masih tampak dan sudah tidak terpasang oksigen nasal

kanul 1 liter / menit, RR : 54 x/menit, irama teratur, saturasi oksigen 96 %,

HR: 158 x/menit dan suhu 37 0C. Analysis masalah keperawatan

ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi

dan intervensi yang dilanjutkan meliputi pantau tanda-tanda vital; observasi

pola nafas; dan posisikan pasien berbaring (semi fowler).

Jam 20.45 untuk diagnosa kedua hasilnya data Subjektif tidak terkaji,

Objektif A : BB = 1.740 gram dan panjang badan 41 cm. B : Hemoglobin =

13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. C : kulit tipis, mukosa bibir lembab dan reflek

menghisap meningkat. D : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui

OGT. Analysis masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi dan

intervensi yang dilanjutkan meliputi pantau pola nutrisi pasien; observasi

perubahan berat badan dan reflek hisap; beri minum ASI atau PASI sesuai

dengan program (10 – 15 cc / 3jam); berikan terapi musik klasik (40

menit/hari); anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

Jam 20.50 diagnosa ketiga hasilnya, Subjektif tidak terkaji, data

Objektif kulit klien lembab, suhu 37 0C, terpasang OGT. Analysis masalah

keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi

dan intervensi yang dilanjutkan meliputi observasi tanda-tanda infeksi,

Page 73: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

61

lakukan tindakan aseptik dan antiseptik bila melakukan tindakan invasif,

bersihkan tempat tidur bayi setiap kali kotor atau basah.

Page 74: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

62

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemberian terapi musik

klasik pada asuhan keperawatan By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) kelahiran prematur yang sudah dilakukan penulis di ruang HCU

Neonatal, RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 12-15 Maret 2015.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan,

dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan

(Dermawan, 2012).

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2015 dengan

metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Hasil pengkajian yang dilakukan

penulis, pada APGAR Skor yang terdiri dari penilaian terhadap denyut

jantung, pernafasan, tonus otot, peka terhadap rangsang, dan warna kulit

pasien, dinilai pada 1 menit – 5 menit pertama – 5 menit kedua diperoleh

hasil yaitu denyut jantung = 2-2-2, pernafasan = 1-1-2, tonus otot = 1-1-1,

peka terhadap rangsang = 1-2-2, dan warna kulit = 2-2-2, penilaian dari

APGAR kemudian dijumlahkan. Pada menit pertama bernilai 7, pada 5 menit

pertama bernilai 8, dan pada 5 menit kedua bernilai, dengan interpretasihasil

Page 75: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

63

By. Ny. S mengalami Asfiksia Ringan dan tidak dilakukan resusitasi.

Sehingga sesuai teori yang telah dikemukakan oleh Proverawati dan Ismawati

(2010), dengan jumlah nilai tersebut memiliki arti bahwa nilai APGAR 0 – 3,

asfiksia berat, memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian

oksigen terkendali; nilai APGAR 4 – 6, asfiksia sedang, memerlukan

resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali; nilai

APGAR 7 – 9 bayi normal atau sehat dan asfiksia ringan; dan nilai APGAR

10 bayi normal atau sehat. Kesimpulan dari hasil penilaian APGAR Skor

yang dilakukan yaitu By. Ny. S termasuk dalam bayi sehat dan asfiksia

ringan.

Ada beberapa penyebab yang menyebabkan bayi tersebut lahir

prematur dengan BBLR, diantaranya perdarahan antepartum, hipertensi,

preeklampsia, kehamilan ganda, jarak kelahiran yang terlalu dekat,

mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, ibu perokok, peminum alkohol

(Pantiawati, 2010). Hal tersebut termasuk dalam indikasi dilakukannya

tindakan Sectio Caesarea, yang merupakan tindakan operasi untuk

mengeluarkanbayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan di dinding

rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram(Wiknjosatro, 2007 dalam jurnal Sumelung, dkk, 2013). Pada

pengkajian didapatkan hasil, Ny. S melahirkan bayinya dengan proses Sectio

Caesarea karena Ny. S mempunyai indikasi Preeklampsia, dengan usia

gestasi 36 minggu dan By. Ny. S lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu

1.700 gram. Hal tersebut sesuai dengan teori Wiknjosastro (2002) dalam

Page 76: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

64

Mitayani (2009). Bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37 minggu dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram disebut dengan bayi prematur, dimana

bayi tersebut cenderung mengalami lebih banyak masalah dibandingkan

dengan bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan kurang dari 2500

(Karyuni, dkk., 2008).

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien baik,

tingkat kesadaran pasien sadar penuh (composmentis), dengan pemeriksaan

tanda-tanda vital : pernafasan 48 x/menit irama tidak teratur, saturasi oksigen

95 %, nadi 158 x/menit dengan irama teratur, teraba kuat dan suhu 36,60C.

Hasil pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan 1700 gram, panjang

badan 41 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 28 cm. Untuk aktifitas By.

Ny. S menangis dan reflek menghisap lemah. Berdasarkan teori yang didapat,

manifestasi klinis dari BBLR kurang bulan atau prematur yaitu berat badan

kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada lebih

kecil dari lingkar kepala yaitu lingkar dada 30 cm dan lingkar kepala 33 cm,

umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kulit tipis, pernafasan tidak teratur,

pernafasan 40 – 60 x/menit, nadi cepat namun masih dalam batas normal 120

– 160 x/menit, suhu berfluktuasi dengan cepat, aktivitas tangisan lemah,

reflek menghisap lemah (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), hasil pemeriksaan kepala

sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan tulang karena

ketidakadekuatan pertumbuhan Pada pengkajian kepala pada By. Ny. S

didapatkan hasil sesuai dengan teori bahwa betuk kepala mesocephal,

Page 77: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

65

fontanel lunak, sutura sagitalis belum menutup sempurna, tampak melebar

dan rambut berwarna hitam

Pada pemeriksaan paru didapatkan hasil, inspeksi bentuk dada

simetris, ada retraksi dinding dada, palpasi: ekspansi paru kanan dan kiri

sama, perkusi: sonor, auskultasi: vesikuler diseluruh lapang paru. Menurut

Riyadi dan Sukarmin (2013) pada pemeriksaan fisik paru-paru, secara

inspeksi : frekuensi irama tidak teratur dan pernfasan dangkal. Palpasi :

peningkatan vokal vremitus pada daerah yang terkena. Perkusi : sonor bila

normal dan hipersonor jika emfisema. Auskultasi : suara pernafasan yang

meningkat intensitasnya, adanya suara mengi (whezing) dan adanya suara

pernapasan tambahan ronchi. Pada By. Ny. S saat dilakukan pengkajian

terhadap APGAR Skortermasuk dalam kategori bayi sehat dan asfiksia

ringan. Pemeriksaan fisik paru ini dilakukan kaitannya dengan bayi yang lahir

prematur dengan BBLR, karena kondisi bayi tersebut dapat timbul

permasalahan salah satunya gangguan pernafasan diakibatkan paru belum

berkembang sempurna (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Bayi dengan BBLR kelahiran kurang bulan juga memiliki

manifestasi klinis seperti : kulit tipis dan mengkilap, lanugo (rambut halus

atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung (Proverawati

dan Ismawati, 2010). Pada By. Ny. S hasil pemeriksaan didapatkan pada

integumen kulit tipis, warna merah muda, terdapat lanugo di ekstremitas,

bokong dan banyak pada punggung.

Page 78: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

66

Bayi prematur harus dipersiapkan agar dapat mencapai tahapan tumbuh

kembang yang optimal, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan asupan nutrisi yang mencukupi untuk proses tumbuh kembang

pada bayi prematur yang lebih cepat dari bayi cukup bulan (Ellard, 2004

dalam jurnal Ariani, 2007). Pada status nutrisi dan diit pada pasien By. Ny. S

pada tanggal 12 – 15 April 2015 mendapatkan ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3

jam, susu PASI yang didapatkan yaitu susu presinutri khusus untuk bayi berat

lahir rendah guna memenuhi nutrisi pada bayi prematur atau berat lahir

rendah yang diberikan melalui selang OGT. Pola nutrisi ABCD :

Antropometri (A) : BB = 1.700 gram dan panjang badan 41 cm. Biokimia (B)

: Hemoglobin = 13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. ClinicalSign (C) : rambut

hitam, kulit tipis dan kering, terdapat lanugo banyak di ekstremitas, bahu dan

bokong, mukosa bibir kering reflek menghisap lemah. Dietary history (D) :

minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui OGT .

Tujuan dari mengkaji kebutuhan nutrisi yaitu mengidentifikasi adanya

defisiensi nutrisi dan pengaruhnya terhadap status kesehatan, mengumpulkan

informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan keperawatan yang

berkaitan dengan nutrisi. Pengkajian nutrisi dinilai dari status gizi dimana

perawat menggunakan ‘ABCD’ (Antropometric Biokimia Clinical sign

Dietary history). Antropometric meliputi berat badan dan tinggi badan,

Biokimia meliputi indikator hemoglobin dan hematokrit, Clinical sign yaitu

gejala klinis, Dietary history yaitu latar belakang diet (Siregar, 2005). Pada

anak yang mengalami kekurangan nutrisi ditandai dengan anoreksia (tidak

Page 79: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

67

nafsu makan) yaitu gangguan makanan yang dicirikan oleh penolakan untuk

mempertahankan berat badan yang parah tanpa adanya penyebab fisik yang

jelas. Kebiasaan anak memilih makanan ringan atau makanan yang berperasa

kuat akan menyebabkan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi anak

kecil bervariasi sehingga kebersihan dan kualitas makanan tidak terjamin

(Wong, 2008).

Dalam pemberian nutrisi, By. Ny. S diberikan melalui selang OGT,

karena memiliki menghisap yang lemah. Adanya reflek hisap yang masih

imatur yang mengakibatkan tidak memadainya koodinasi antara reflek hisap,

terutama pada bayi yang lahir kurang bulan. Hal ini mengakibatkan bayi

prematur beresiko mengalami aspirasi dan pemberian makanan dilakukan

melalui intravena atau sonde lambung (Asuhan Neonatal Esensial, 2008

dalam jurnal Wahyuningsri dan Eka, 2014)

Pada pemberian nutrisi secara enteral pada pasien ini sudah tepat karena

memberi keuntungan berupa memberi makan sel – sel usus dan menstimulasi

produksi hormon – hormon usus yang akan mempercepat proliferasi sel-sel

usus yang penting untuk adaptasi usus setelah lahir (Hendarto, 2002 dalam

jurnal Ayu dan Rahmanoe, 2014).

Pemberian susu formula pada By. Ny. S 10 – 15 cc / 3 jam, sesuai

dengan teori Potter dan Perry (2006) dan Pantiawati (2010). Menurut Potter

dan Perry (2006) untuk bayi usia 0 – 1 bulan baik pemberian ASI atau susu

formula porsi yang diberikan yaitu 60 – 150 cc/hari dan pemberian makanan

untuk bayi dilakukan selangkah demi selangkah guna untuk pemenuhan

Page 80: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

68

kebutuhan nutrisi tubuh. Pemberian minum pada bayi dengan berat 1.500 –

1.749 gram diberikan 8 kali 24 jam (Pantiawati, 2010). Keuntungan

penggunaan formula preterm pada bayi prematur lebih nyata pada bayi yang

kecil masa kelahiran dan pada bayi laki-laki yang biasanya mempunyai resiko

perlambatan pertumbuhan (Bier, 1997 dalam jurnal Ariani, 2007).

Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium yang

dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil sebagai berikut :

Hemoglobin sebesar 13,8 g/dL (nilai normal 14,9 - 23,70), hematokrit 47 %

(nilai normal 47 – 75), leukosit 4,5 ribu/ul (nilai normal 5,0 – 19,5). Pada

pemeriksaan darah lengkap pada BBLR biasanya dijumpai nilai klinis pada

penurunan hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) kurang dari 10.000 /m3

(Doengoes, 2001 dalam penelitian Girsang, 2009). Penurunan pada

hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) bisa menimbulkan anemia atau

kekurangan darah (Mitayani, 2009). Kadar leukosit dapat terjadi akibat

pemindahan imunoglobulin G (Ig G)dari ibu ke janin terganggu, dan rentan

terjadinya infeksi (Mitayani, 2009). Infeksi yang sering menyerang BBLR

selama dalam perawatan di rumah sakit adalah infeksi nosokomial, hal ini

dikarenakan posisi bayi yang sering berpindah – pindah tangan, pemasangan

alat tambahan dan kondisi perawatan inkubator yang belum sepenuhnya

memenuhi standar sehingga perlu adanya pemantauan (Sitohang, 2004; Yoke,

2006 dalam penelitian Girsang, 2009).

Terapi yang diberikan pada By. Ny. S pada tanggal 12 – 14 Maret

2015 yaitu infus D 10% 7 ml/jam, Cefotaxime 90 mg / 12 jam, Gentamycin 7

Page 81: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

69

mg / 24 jam, Aminophilin 3,5 mg / 8 jam, Erythromycin 3,5 mg / 6 jam dan

terapi oksigen Nasal Kanul 1 liter / menit. Infus D 10% 7 ml/jam merupakan

larutan glukosa sebagai sumber energi, berfungi untuk mengoptimalkan kadar

gula dalam tubuh dan mencegah terjadinya hipoglikemia (Pantiawati,

2010).Teori Pardo (2007) dalam jurnal Ayu dan Ramanoe (2014) pada bayi

dengan BB 1700 gr, kebutuhan cairannya adalah 100 cc/kg/hr. Sehingga

kebutuhan cairan bayi tersebut = 1,7 x 100 cc/hr = 170 cc/hr. Tetesan infus

D10 melalui infus pump yaitu 170cc/24 jam = 7cc/jam. Cefotaxime 90 mg /

12 jam golongan Sefolosporin Antibiotik fungsinya untuk mengatasi infeksi

saluran pencernaan (antibiotik) (Sirait, 2012). Obat ini diberikan untuk

mrnghindari terjadinya peradangan pada saluran pencernaan yaitu di daerah

lambung yang ditandai dengan adanya diare lendir atau darah, mual, muntah,

nyeri perut dan anoreksia (Betz L.C dan Sowden L.A., 2004 dalam penelitian

Utami, 2012).

Gentamycin 7 mg / 24 jam golongan Antimikroba, Aminoglikosida

jenis obat Antibiotik fungsinya untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi

karena bakteri (Mitrea, 2008 dalam penelitian Febiana, 2012). Aminophilin

3,5 mg / 8 jam golongan K Antiasma fungsinya untuk megatasi gejala asma,

sesak nafas (Sirait, 2012). Pemberian Aminophilin pada pasien ini dinilai

tepat karena memiliki efek merangsang pusat napas dengan meningkatkan

kepekaan terhadap karbondioksida, meningkatkan frekuensi napas,

merelaksasi otot termasuk otot polos bronkus, menurunkan hipoksia akibat

depresi napas, meningkatkan aktivitas diafragma (Ayu dan Ramanoe, 2014).

Page 82: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

70

Obat oral Erythromycin 3,5 mg / 6 jam golongan Makrolida

Antibiotik fungsinya untuk mencegah dan mengatasi infeksi saluran nafas

oleh kuman spyogenesis (Sirait, 2012). Sesuai dengan teori Stright, (2005)

bahwa medikasi yang digunakan untuk bayi baru lahir adalah pemberian

terapi anti infeksi berupa Erythromycin (akne-mycinllotycin) yang berfungsi

menghambat sintesis protein bakteri.

Terapi oksigen Nasal Kanul 1 liter / menit fungsinya untuk

mengatasi sesak nafas (Sirait, 2012). Pemberian terapi oksigen melalui nasal

kanul dengan dosis 1 liter per menit, hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Proverawati dan Ismawati(2010) bahwa pemberian terapi

oksigen pada bayi ini harus dikendalikan dengan seksama karena jika tidak

dikendalikan akan menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan pada retina

bayi sehingga menimbulkan kebutaan.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Capernito 2000 dalam buku Dermawan (2012), diagnosa

keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, dan

masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalaman, perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,

menurunkan, membatasi, mencegahdan merubah status kesehatan pasien.

Dari hasil analisa pengkajian diatas penulis melakukan perumusan

diagnosa keperawatan yang pertama yaitu, ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan, karena pada saat pengkajian

Page 83: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

71

tanggal 12 Maret 2015 didapatkan hasil dari data subjektif tidak terkaji, data

objektif ada retraksi dinding dada pernapasan pasien 48 x/menit, irama tidak

teratur, nadi 158 x/menit dan saturasi oksigen 95 %, suhu 36,6 0C,

menggunakan oksigen nasal kanul 1 liter per menit.

Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang

tidak memberi ventilasi yang adekuat. Berdasarkan batasan karakteristik

dalam ketidakefektifan pola napas antara lain dispnea, nafas pendek,

perubahan ekskursi dada, penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi, nafas

cuping hidung, kecepatan respirasi bayi < 25 atau > 60 kali per menit,

penggunaan otot bantu asesorius untuk bernafas (Herdman, 2012)..

Diagnosa keperawatan kedua yang diambil penulis adalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

immaturitas reflek menghisap, karena pada saat pengkajian tanggal 12 Maret

2015 didapatkan hasil dari data subjektif tidak terkaji, data objektif pasien

yaitu, Antropometri (A) : BB = 1.700 gram dan panjang badan 41 cm.

Biokimia (B) : Hemoglobin = 13,8 g/dl, Hematokrit = 47%. Clinical Sign (C):

rambut hitam, kulit tipis, terdapat lanugo di ekstremitas, bokong dan banyak

pada punggung, mukosa bibir kering serta reflek menghisap lemah. Dietary

history (D) : minum ASI atau PASI 10 – 15 cc / 3 jam melalui OGT.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sering terjadi pada

neonatus BBLR dengan kurang bulan karena reflek hisap bayi masih lemah

(Proverawati dan Ismawati, 2010).

Page 84: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

72

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan

karakteristik ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut

Herdman (2012) yaitu kram abdomen, menghindari makan, kerapuhan

kapiler, diare, kurang makanan, kurang informasi, penurunan berat badan

dengan asupan makanan adekuat, membran mukosa pucat, ketidakmampuan

memakan makanan, mengeluh asupan makanan kurang dari RDA

(recomended daily allowance), sariawan dirongga mulut, kelemahan otot

pengunyah (Herdman, 2012).

Diagnosa ketiga yang ditegakkan penulis yaitu, resiko infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif, karena pada saat pengkajian tanggal 12

Maret 2015 didapatkan hasil dari data subjektif tidak terkaji, data objektif

yaitu kulit kering, sistem imunitas belum sempurna, suhu 36,6 0C dan

terpasang OGT. Data objektif yang lainnya adalah hasil pemeriksaan

laboratorium Leukosit 4,5 ribu/ ul.

Resiko infeksi yaitu mengalami peningkatan resiko terserang

organisme patogenik. Batasan karakteristiknya yaitu, penyakit kronis;

penekanan sistem imun; ketidakadekuatan imunitas dapatan; pertahanan

tubuh primer yang tidak adekuat (misal : integritas kulit tidak utuh);

pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (misal : penurunan

hemoglobin); peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen; prosedur

invasif; malnutrisi; ketuban pecah dini; trauma; dan kerusakan jaringan

(Herdman, 2012).

Page 85: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

73

Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan, penulis

menggunakan Teori Hierarki Maslow yaitu terdapat lima kebutuhan dasar

manusia yang harus terpenuhi, yakni kebutuhan fisiologis; kebutuhan

keselamatan dan rasa aman; kebutuhan cinta dan rasa memiliki; kebutuhan

penghargaan dan harga diri; serta kebutuhan aktualisasi diri (Potter dan Perry,

2005).

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan ketidakefektifan

pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan sebagai diagnosa

keperawatan yang pertama. Alasan penulis memprioritaskan diagnosa

tersebut karena kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis yang

paling penting. Oksigenasi berperan penting dalam proses metabolisme sel,

sebagai proses membentuk energi dengan adanya oksigen, dan bergantung

total pada oksigen untuk bertahan hidup (Potter dan Perry, 2005).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang kedua,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

immaturitas reflek menghisap. Nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis yang

juga harus terpenuhi, namun pemenuhannya tidak seperti oksigenasi yang

harus ada guna untuk bertahan hidup (Potter dan Perry, 2005)

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan yang ketiga resiko

infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, karena bayi dengan kelahiran

prematur rentan terjadi infeksi yang dakibatkan oleh pemindahan

imunoglobulin G (lgG) dari ibu ke janin terganggu (Mitayani, 2009).

Page 86: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

74

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana melakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukan dari

semua tindakan keperawatan. Rencana keperawatan ini disesuaikan dengan

kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan keperawatan

dapat dilaksanakan dengan prinsip ONEC, observasi (rencana tindakan untuk

mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan pasien untuk

memantau secara langsung yang dilakukan secara terus-menerus), nursing

treatment (rencana tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dan mencegah

perluasan masalah), education (rencana tindakan yang berbentuk pendidikan

kesehatan), colaboratif (tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat)

(Sholeh, 2012).

Dalam referensi intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi

NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome

Clasification) dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau

khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Reasonable

(rasional) dan Time (ada kriteria waktu) (Sholeh, 2012).

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan oleh

penulis pada diagnosa keperawatan yang pertama ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan pada kasus By. Ny. S dengan

tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Tujuan yang dibuat penulis

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola

Page 87: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

75

nafas efektif dengan kriteria hasiltidak ada retraksi dinding dada; nafas

spontan atau tidak menggunakan oksigen; pernafasan (RR) 40 – 60 x/menit;

saturasi oksigen 95 – 100 % dan suhu normal 36,5 – 37,5 0C.

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,

karena ketidakefektifan pola nafas merupakan ketidakmampuan untuk

memberikan ventilasi yang adekuat pada saat ekspirasi atau inspirasi sehingga

apabila pola nafas tidak segera ditangani akan menyebabkan dypsnea bahkan

kematian (Andra, 2013).

Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu pantau

tanda–tanda vital untuk mengumpulkan dan menganalisa data kardiovaskuler,

pernafasan, dan suhu tubuh pasien guna menemukan dan mencegah

komplikasi (Wilkinson, 2012); observasi pola nafas rasional tindakan ini

untuk mengetahui status pernafasan pasien; berikan posisi pasien berbaring

(semi fowler) rasional tindakan ini untuk meningkatkan ekspansi paru serta

menurunkan kerja otot pernafasan dengan pengaruh grafitasi (Safitri dan

Annisa, 2011); dan berikan terapi obat (injeksi Aminophilin 3,5 mg/ 8jam)

sesuai advis dokter.

Pada diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas reflek menghisap penulis

membuat tujuan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan intake nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : reflek hisap

meningkat; berat badan meningkat 20 – 30 kg /hari; mukosa bibir lembab;

Hemoglobin normal (14,9 - 23,70 g/dl); Hematokrit normal (47 – 75 %).

Page 88: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

76

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,

karena jika nutrisi pasien buruk mengakibatkan asupan protein dan nutrient

lain tidak adekuat sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi dan menghambat penyembuhan (Potter dan Perry, 2005).

Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat

perencanaan tindakan keperawatan antara lain observasi pola nutrisi pasien

mengetahui kebutuhan nutrisi dan pilihan intervensi yang tepat (Nurarif,

2013); observasi perubahan berat badan dan reflek hisap rasional tindakan ini

untuk mengetahui mengetahui perubahan berat badan dan peningkatan reflek

hisap; pantau polanutrisi pada pasien rasional tindakan ini untuk mengetahui

status nutrisi pada pasien; berikan minum ASI atau PASI sesuai dengan

program (10 – 15 cc / 3 jam) rasional tindakan ini untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi dalam tubuh; berikan terapi musik klasik (40 menit/hari)

rasional tindakan ini untuk membantu meningkatkan berat badan; anjurkan

ibu untuk menyusui bayinya rasional untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien; kolaborasi dengan dokter dalam pemberian susu formula rasional

tindakan ini untuk membantu pemenuhan nutrisi (Wilkinson, 2012).

Pemberian terapi musik selama 40 menit mampu untuk menstimulasi berat

badan sehingga tumbuh kembang bayi prematur menjadi lebih optimal

(Wahyuningsri dan Eka, 2014).

Pada diagosa ketiga penulis membuat tujuan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko infeksi teratasi

dengan kriteria hasil bebas dari tanda-tanda infeksi; kulit lembab; suhu

Page 89: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

77

normal (36,5 – 37,5 0C); Leukosit normal (5,0 – 19,5 ribu/ul). (Wikinson,

2012).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,

karena BBLR rentan terhadap infeksi dan dalam perawatan di rumah sakit

infeksi yang sering timbul yaitu infeksi akibat dari posisi bayi yang sering

berpindah – pindah tangan, pemasangan alat tambahan dan kondisi perawatan

inkubator yang belum sepenuhnya memenuhi standar (Sitohang, 2004; Yoke,

2006 dalam penelitian Girsang, 2009).

Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat

perencanaan tindakan keperawatan antara lain observasi tanda-tanda infeksi

rasional untuk mengetahui perubahan kondisi pasien; lakukan tindakan

aseptik dan antiseptik bila melakukan tindakan invasif rasional untuk

menghindari timbunya infeksi pada pasien; bersihkan tempat tidur bayi setiap

kali kotor atau basah rasional untuk menghindari timbunya infeksi pada

pasien; ajarkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri saat akan berkunjung

(misalnya : cuci tangan) rasional untuk agar bayi tetap dalam keadaan jauh

dari infeksi; kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat antibiotik (injeksi

Cefotaxime 90 mg/12 jam dan obat oral Erythromycin 3,5 mg/6 jam)

(Wilkinson, 2012).

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat

dan pasien. Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

Page 90: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

78

yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Dermawan,

2012). Penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul pada pasien sesuai dengan tujuan, kriteria hasil

dan rencana yang ditetapkan

Implementasi keperawatan yang dilakukan taggal 12 – 15 Maret

2015 pada diagnosa keperawatan pertama yaitu memantau tanda-tanda vital,

data subjektif tidak terkaji, data objektif RR : 54 x/menit, nadi 158 x/menit,

saturasi oksigen 95 %, dan suhu 36,6 0C. Pemantauan tanda-tanda vital pasien

digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data kardiovaskuler,

pernafasan, dan suhu tubuh pasien guna menemukan dan mencegah

komplikasi (Wilkinson, 2012);

Implementasi berikutnya mengobservasi pola nafas,didapatkan hasil

respon subjektif tidak terkaji, objektif nafas tidak teratur,terdapat retraksi

dinding dada dan menggunakan oksigen nasal kanul 1 liter per menit. Status

pernafasan pasien dilakukan pemeriksaan karena untuk mengetahui adanya

retraksi dinding dada atau penggunaan otot aksesoris disebabkan oleh

penurunan ekspansi paru dan untuk mengetahui adanya suara tambahan pada

paru-paru (Nurarif, 2013).

Implementasi berikutnya memberikan posisi pasien berbaring (semi

fowler), didapatkan hasil respon subjektif tidak terkaji, objektif yaitu pasien

tampak nyaman dan pola nafas teratur. Pada pasien dengan asfiksia ringan

dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu menghindari terjadinya

masalah pernafasan yang berat seperti apneu, dengan memberikan posisi semi

Page 91: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

79

fowler diharapkan pasien nyaman dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas

(Safitri dan Annisa, 2011).

Implementasi berikutnya memberikan terapi obat Aminophilin 3,5

mg / 8 jam melalui injeksi intravena, didapatkan hasil respon subjektif tidak

terkaji, objektif yaitu pasien terbangun saat dilakukan injeksi dan obat injeksi

masuk. Obat ini diberikan untuk meningkatkan frekuensi napas,

menyebabkan relaksasi otot termasuk otot polos bronkus, menurunkan

hipoksia akibat depresi napas, meningkatkan aktivitas diafragma (Ayu dan

Ramanoe, 2014).

Implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan kedua, yang

dilakukan pada tanggal 12 – 15 Maret 2015, yaitu memantau pola nutrisi pada

pasien, didapatkan hasil respon subjektif tidak terkaji, objektif yaitu pasien

minum ASI / PASI 10 – 15 cc / 3 jam dan tidak muntah saat diberi minum.

Pemantauan nutrisi ini berguna dalam mengetahui keseimbangan antara input

dan output dan juga derajat atau luasnya masalah dan pilihan intervensi yang

tepat (Potter dan Perry, 2006).

Implementasi berikutnya mengobservasi perubahan berat badan

didapatkan hasil respon subjektif tidak terkaji, objektif yaitu pasien tampak

tenang saat ditimbang dan BB : 1.700 gram. Pemantauan berat badan pasien

selama perawatan, karena berat badan bayi akan mengalami penurunan secara

fisiologis dan pada bayi prematur yang sakit dan dirawat di rumah sakit

peningkatan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari tidak akan terlihat pada 2 minggu

Page 92: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

80

pertama kehidupannya karena komplikasi yang dialami bayi (Berk, 2006

dalam penelitian Hariati, 2010).

Implementasi berikutnya mengobservasi reflek hisap, didapatkan hasil

respon subjektif tidak terkaji, objektif yaitu pada hari pertama reflek hisap

belum ada dan pada hari selanjutnya ada peningkatan terhadap reflek hisap

pasien. Peningkatan reflek hisap ini pada bayi dengan BBLR kelahiran

prematur didapatkan data bahwa dalam aktifitas menghisap lemah

(Proverawati dan Ismawati, 2010).

Implementasi berikutnya memberikan minum ASI atau PASI sesuai

dengan program (10 – 15 cc / 3 jam), didapatkan hasil respon subjektif tidak

terkaji, objektif yaitu pasien tampak tenang, terdapat residu pada pemberian

minum hari ketiga yaitu 0,3 cc, susu ASI atau PASI masuk dengan baik,

reflek hisap meningkat dan pasien tidak muntah. Pememenuhan kebutuhan

nutrisi baik ASI ataupun PASI yang diperlukan bayi usia 0 – 1 bulan per hari

yaitu 60 – 150 cc/hari untuk pemenuhan nutrisi pada tubuh (Potter dan Perry,

2006).

Implementasi berikutnya memberikan terapi musik klasik 40

menit/hari selama 4 hari.Pada bayi dengan BBLR kelahiran prematur

pemberian terapi musik klasik dilakukan sebagai salah satu cara untuk

membantu pertumbuhan yang lebih baik pada bayi prematur (Marwick, 2000

dalam jurnal Wahyuningsri dan Eka, 2014).

Dalam penelitian Sari (2013),Lubetzky, et al. (2009) melakukan

penelitian tentang effect of music by Mozart on energi expenditure in growing

Page 93: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

81

preterm infants, pemberian terapi musik tersebut dapat membantu

mengurangi menurunkan Resting Expenditure Energi (REE) pada bayi

prematur yang memiliki metabolik dan suhu yang stabil sehingga dapat

membantu bayi untuk meningkatkan berat badan dan kekutan. Pada saat

pemberian terapi musik posisikan pasien berbaring dengan posisi yang

nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lebih lambat, 50 – 70 ketukan/menit,

dan menggunakan irama yang tenang (Schou, 2007 dalam penelitian

Mahanani, 2013).

Penulis sudah mengaplikasikan terapi musik klasik selama 4 hari

dengan alokasi waktu selama 40 menit per hari dan sudah sesuai dengan teori

Wahyuningsri dan Eka (2014). Cara pemberiannya yaitu memposisi bayi

tidur, memutarkan musik klasik tersebut selama 40 menit dengan posisi alat

untuk memutar musik berada 20 – 30 cm dari pasien, dampingi pasien selama

melakukan terapi. Didapatkan hasil respon subjektif tidak terkaji, objektif

pasien yaitu pasien tampak tertidur pulas, pernafsan, saturasi nadi dan suhu

tubuh pasien stabil, berat badan pada hari pertama dan kedua masih sama

yaitu 1.700 gram, pada hari ketiga mengalami peningkatan 15 gram yaitu

menjadi 1.715 gram dan hari keempat juga mengalami peningkatan berat

badan menjadi 1.740 gram.

Dalam teori penelitian Wahyuningsri dan Eka (2014) pemberian terapi

musik klasik (40 menit/hari) pada pasien dengan BBLR kelahiran prematur

dilakukan selama 4 hari, lalu dilakukan penimbangan berat badan pada hari

keempat, dan pasien mengalami peningkatan berat badan dengan rata-rata

Page 94: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

82

peningkatan berat badan 123,33 gram. Dalam pengaplikasian tindakan

pemberian terapi musik klasik, penulis juga melakukannya selama 4 hari

dansaat pengkajian hari keempat pasien mengalami peningkatan berat badan,

yaitu 40 gram.

Implementasi berikutnya menganjurkan ibu menyusui bayinya,

didapatkan hasil respon subjektif ibu pasien mengatakan bersedia untuk

memberikan ASI kepada anaknya, sedangkan data objektif pasien yaitupasien

tampak minum ASI langsung dari ibu dan ada peningkatan reflek hisap pada

pasien. Pemberian ASI langsung dari ibu dapat membantu dalam proses

peningkatan berat badan bayi, karena mempunyai konsentrasi protein, asam

lemak dan natrium lebih tinggi, selain itu membantu meningkatkan reflek

hisap bayi (Schelonka, 2005 dalam jurnal Ariani, 2007).

Implementasi berikutnya berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian susu formula untuk memberikan diit yang tepat untuk pasien, agar

dokter dapat memberikan diit yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pasien

(Nurarif, 2013).

Implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan ketiga yang

dilakukan pada tanggal 12 - 15 Maret 2015 yaitu mengobservasi tanda-tanda

infeksi,didapatkan hasil data subjektif tidak terkaji, objektif suhu tubuh

pasien masih dalam batas normal, pada hari pertama 36, 6 0C, hari kedua 36,8

0C, hari ketiga 37,3

0C dan hari keempat 37

0C, kulit kering, Leukosit 4,5

ribu/ul, terpasang OGT. Mencegah dan mendeteksi dini infeksi yang terjadi

pada pasien yang berisiko terjadi infeksi (Sirait, 2012)

Page 95: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

83

Implementasi selanjutnya melakukan tindakan aseptik dan antiseptik

bila melakukan tindakan invasif dan membersihkan tempat tidur bayi setiap

kali kotor atau basah, didapatkan hasil data subjektif tidak terkaji, objektif

mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan, pasien bersih dan

terhindar dari tanda-tanda infeksi. Tindakan invasif dilakukan untuk

menghindari timbulnya selama perawatan dirumah sakit (Sitohang, 2004;

Yoke, 2006 dalam penelitian Girsang, 2009).

Implementasi selanjutnya melakukan pemeriksaan darah, didapatkan

hasil data subjektif tidak terkaji, objektif, Leukosit 4,5 ribu/ul. Pemeriksaan

darah dilakukan untuk mengetahui status imunologi pasien dimana bayi

dengan BBLR kelahiran prematur sangat rentan terhadap infeksi (Mitayani,

2009).

Implementasi selanjutnya memberikan terapi obat Cefotaxime 90

mg/12 jam melalui injeksi intravena dan obat oral Erythromycin 3,5 mg/6 jam

melalui selang OGT, didapatkan hasil data subjektif tidak terkaji, objektif

pasien tampak terbangun saat dilakukan injeksi, obat masuk dengan baik dan

pasien tidak muntah. Pemberian obat Cefotaxime dan Erythromycin

merupakan antibiotik yang fungsinya untuk mencegah dan mengatasi infeksi

akibat dari bakteri (Sirait, 2012).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan

standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan

tercapai (Dermawan, 2012).

Page 96: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

84

Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 12 – 15 Maret 2015

selama 3 x 24 jam dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan pada hari pertama dan

kedua, masalah teratasi sebagian karena belum sesuai dengan kriteria hasil

yang diharapkan, irama nafas tidak teratur, masih ada retraksi dinding dada

dan terpasang oksigen pada pasien. Pada hari ketiga masalah juga teratasi

sebagian karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, retraksi

dinding dada masih tampak dan masih terpasang oksigen. Pada hari keempat

masalah juga teratasi sebagian karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan, retraksi dinding dada masih tampak.

Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 12 – 15 Maret 2015

selama 3 x 24 jam dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas reflek

menghisap pada hari pertama dan kedua belum teratasi, karena belum sesuai

dengan kriteria hasil yang diharapkan, yaitu mukosa bibir kering, reflek hisap

masih lemah, minum ASI atau PASI 10 cc/ 3 jam, berat badan klien 1700

gramdan terpasang OGT. Pada hari ketiga dan keempat masalah teratasi

sebagian karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, masih

terpasang OGT dan terdapat peningkatan berat badan pasien yaitu 40 gram

pada hari keempat. Pada hasil Hemoglobin dan Hematokrit belum diketahui

perubahannya karena belum dilakukan pemeriksaan darah kembali.

Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 12 – 15 Maret 2015

selama 3 x 24 jam dengan masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan

Page 97: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

85

dengan prosedur invasif pada hari pertama dan kedua masalah teratasi

sebagian,karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan pasien

masih terpasang OGT, kulit kering, Leukosit 4,5 ribu/ul. Pada hari ketiga dan

keempat masalah teratasi sebagian yaitu pasien masih terpasang OGT dan

untuk hasil Leukosit pasien belum diketahui perubahannya karena belum

dilakukan pemeriksaan darah kembali.

Waktu pemberian terapi musik klasik yang diberilkan penulis pada

By. Ny. S sesuai dengan jurnal. Dalam teori penelitian Wahyuningsri dan Eka

(2014) tindakan pemberian terapi musik klasik diberikan selama 4 hari

dengan alokasi waktu 40 menit per hari pemberian terapi.

Dalam penelitian Wahyuningsri dan Eka (2014) pemberian terapi

musik klasik pada kelompok kontrol didapatkan data berat badan bayi

prematur yang meningkat 53%, tetap 26,5%, menurun 20.5%. Rata-rata

peningkatan berat badan pada kelompok kontrol adalah 28 gram, sedangkan

pada kelompok perlakuan dapat dilihat bahwa setelah pemberian musik

mengalami peningkatan berat badan dengan rata-rata peningkatan berat badan

123,33 gram.

Pemberian aplikasi tindakan terapi musik klasik yang dilakukan

penulis pada By. Ny. S dalam waktu tidak langsung diberikan langsung

selama 40 menit, tetapi dilakukan 3 kali yang pertama 15 menit, kedua 15

menit dan yang ketiga 10 menit dikarenakan intervensi yang ada dalam ruang

perawatan sangat banyak dan kebijakan dari kepala ruang. Dan hasil yang

Page 98: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

86

didapat setelah dilakukan terapi musk klasik pada hari keempat pasien

mengalami peningkatan berat badan, dari 1.700 gram menjadi 1.740 gram.

Adanya peningkatan berat badan karena terapi musik klasik dapat

memberikan perasaan tenang kepada bayi sehingga bayi lebih banyak tidur,

apabila bayi lebih banyak tidur akan dapat mengurangi pengeluaran energi

sehingga dapat mempertahankan kestabilan berat badan, dimana lagu yang

tenang diberikan selama kurang lebih 40 menit sehari, dalam hari keempat

pemeriksaan bayi prematur, didapatkan kenaikan berat badan, detak jantung

lebih kuat, meningkatkan saturasi oksigen dan memperpendek hari rawat inap

dibanding dengan yang tidak diberikan terapi musik (Marwick, 2000 dalam

jurnal Wahyuningsri dan Eka, 2014).

Page 99: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

87

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan pada

By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kelahiran prematur di

ruang HCU Neonatal RSUD Dr. Moewardi Surakarta mengaplikasikan hasil

metode pemberian terapi musik klasik terhadap peningkatan berat badan,

maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian pada By. Ny. S lahir dengan berat badan lahir

rendah 1700 gram, kelahiran prematur 36 minggu, lingkar kepala 32 cm,

lingkar dada 28 cm, panjang badan 41 cm, pernafasan 48 x/menit,

saturasi oksigen 93 %, nadi 158 x/menit, suhu 36,6 0C, mukosa bibir

kering, reflek hisap lemah, terdapat tarikan otot dinding dada, kulit

kering, sistem imunitas belum sempurna, minum ASI atau PASI melalui

OGT (10 – 15 cc/ 3 jam), Leukosit 4,5 ribu/ul, Hemoglobin sebesar 13,8

g/dL, Hematokrit 47 %, terpasang oksigen nasal kanul 1 liter / menitdan

terpasang OGT.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil diagnosa keperawatan yang muncul pada By. Ny. S dengan

berat badan lahir rendah kelahiran prematur yang pertama yaitu

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot

Page 100: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

88

pernafasan, kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan immaturitas reflek menghisap, dan ketiga

resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada

pasien dengan BBLR kelahiran prematur antara lain : pantau tanda-tanda

vital; observasi pola nafas; berikan posisi pasien berbaring (semi fowler);

dan berikan terapi obat (injeksi Aminophilin 3,5 mg/ 8jam) sesuai advis

dokter.

Pada diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh intervensi atau rencana yang akan dilakukan adalah :

pantau pola nutrisi pasien; observasi perubahan berat badan dan reflek

hisap; beri minum ASI / PASI sesuai dengan program (10 – 50 cc /

3jam); berikan terapi musik klasik (40 menit/hari); anjurkan ibu untuk

menyusui bayinya; kolaborasi dengan dokter dalam pemberian susu

formula.

Pada diagnosa ketiga resiko infeksi intervensi atau rencana yang

akan dilakukan antara lain : observasi tanda-tanda infeksi; lakukan

tindakan aseptik dan antiseptik bila melakukan tindakan invasif;

bersihkan tempat tidur bayi setiap kali kotor atau basah; kolaborasi

dengan dokter dalam pemeriksaan darah dan terapi obat (injeksi

Cefotaxime 90 mg/12 jam dan obat oral Erythromycin 3,5 mg/6 jam).

4. Implementasi Keperawatan

Page 101: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

89

Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada By. Ny. S dengan

BBLR kelahiran prematur untuk menyelesaikan tindakan pada ketiga

diagnosa telah dilakukan sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan

keperawatan yang bertujuan sesuai dengan kriteria hasil.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keparawatan menunjukkan hasil evaluasi pada

diagnosa pertama keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai,

maka ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot

pernafasan teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan dengan pendelegasian

kepada perawat ruangan dengan observasi pola nafas dan berikan posisi

pasien berbaring (semi fowler).

Pada diagnosa kedua hasil evaluasi keadaan pasien dengan

kriteria hasil belum tercapai, maka ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas reflek menghisap

pada By. Ny. S teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan

pendelegasian kepada perawat meliputi pantau intake nutrisi pasien;

observasi perubahan berat badan dan reflek hisap, beri minum ASI atau

PASI sesuai dengan program (10 – 15 cc / 3jam), berikan terapi musik

klasik (40 menit/hari) dan anjurkan ibu untuk memberikan ASI.

Pada diagnosa ketiga hasil evaluasi keadaan pasien dengan

kriteria hasil belum tercapai, maka resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif pada By. Ny. S teratasi sebagian dan intervensi

dilanjutkan dengan pendelegasian kepada perawat meliputi observasi

Page 102: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

90

tanda-tanda infeksi, lakukan tindakan aseptik dan antiseptik bila

melakukan tindakan invasif dan bersihkan tempat tidur bayi setiap kali

kotor atau basah.

6. Analisa Intervensi Keperawatan

Analisa hasil pada pemberian terapi musik klasik terhadap

peningkatan berat badan, bahwa terapi musik mampu meningkatkan berat

badan pasien dengan berat badan lahir rendah dengan kelahiran prematur.

Terdapat peningkatan berat badan 40 gram pada By. Ny. S, dengan berat

berat badan semula 1.700 gram dan setelah diberikan tindakan terapi

musik klasik selama 4 hari didapatkan hasil peningkatan berat badan bayi

By. Ny. S menjadi 1.740 gram.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

berat badan lahir rendah dengan kelahiran prematur, penulis akan

memberikan usulan dan masukkan yang positif khususnya dibidang kesehatan

antara lain:

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan bisa meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

berkualitas dan professional kegiatan proses belajar mengajar khusunya

pada neonatus (bayi) dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kelahiran

prematur.

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Page 103: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

91

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan kerja sama baik antar tim kesehatan maupun dengan

pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung

kesembuhan pasien.

3. Bagi Penulis

Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada

pasien terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologis khususnya pada

neonatus (bayi) dengan berat badan lahir rendah dengan kelahiran

prematur dalam pemberian terapi non-farmakologi yaitu terapi musik

klasik untuk peningkatan berat badan.

4. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan referensi di

bidang keperawatan anak terutama pada neonatus (bayi) tentang

pemberian tindakan terapi musik klasik terhadap peningkatan berat badan

pada asuhan keperawatan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan

kelahiran prematur.

Page 104: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

DAFTAR PUSTAKA

Andra, S. W. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Nuha Medika : Yogyakarta.

Andriani, Ria. (2011). Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu dalam Merawat Bayi

Prematur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Disertasi.

Program Magister. Depok.

Ariani, Ani. (2007). Peningkatan Berat Badan pada Bayi Prematur yang

Mendapat ASI, PASI, dan Kombinasi ASI – PASI. Majalah Kedokteran

Nusantara. 40 (2) : 81 – 85.

Ayu, Adhein M dan Rahmanoe, Murdoyo. (2014). Drug Therapy Of Infant With

Low Birth Weight (LBW). Universitas Lampung : Jurnal Kedoteran.

Dermawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan. Penerapan Konsep & Kerangka

Kerja. Gosyen Publishing : Yogyakarta.

Febiana, Tia. (2012). Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak

RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus – Desember 2011.

Disertasi. Program Sarjana Kedokteran. Semarang.

Girsang, Bina Melvia. (2009). Pola Perawatan. Universitas Jakarta : Penelitian

Keperawatan.

Hanifah, Lilik. (2009). Hubungan Antara Status Gizi Ibu Hamil dengan Berat

Badan Bayi Lahir (Studi Kasus di RB Pokasi). KTI. Program Studi D IV

Kebidanan. Surakarta.

Hariati, Suni. (2010). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Peningkatan Berat

Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Prematur di Makassar. Disertasi. Program

Pasca Sarjana : Depok.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa Keperawatan. Definisi dan Klasifikasi

2012 -2013. EGC :Jakarta.

Page 105: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

Hikmah, Ema, dkk. (2011). Peningkatan Suhu Tubuh Melalui Terapi Sentuhan.

Jurnal Keperawatan Indonesia. 14 (3) : 179 – 184.

Husna, Asmaul. (2012). Hubungan Sectio Caesarea dan Kelahiran Prematur

dengan Kejadian Asfiksia Neonatorium di Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang Tahun 2012. Palembang : Jurnal Keperawan.

Indriyana, Marita Fera. (2014). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap

Penurunan Skala Nyeri Post Appendictomy di RSUD Dr. Moewardi.

KTI. Program DIII Keperawatan. Surakarta.

Karyuni, Pamilih Eko, dkk. (2008). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru

Lahir. EGC : Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.

Krisnadi, S. R., Efendi, J. S., dan Pribadi Adhi. (2009). Prematuritas. Sub Bagian

Kedokteran Fetomaternal, Bagian Obstetri dan Ginekologi, FK UNPAD

RS Dr Hasan Sadikin. Refika Aditama : Bandung.

Mahanani, Anjar. (2013). Durasi Pemberian Terapi Musik Mozart Terhadap

Tingkat Kecemasan pada Anak. Disertasi. Program Pasca Sarjana :

Purwokerto.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta.

Ngalifah, Siti. (2010). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kecerdasan Emosional

Anak di TK Kemala Bhayangkari Rt 06 Glondong Tirtomartani Kalasan

Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010. Disertasi. Program Pasca

Sarjana. Yogyakarta.

Novita, Dian. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open

Reduction and Internal Fixation (ORIF) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Propinsi Lampung. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Depok.

Nuarif, A. M., dan Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC. Jilid 1. Media

Action Publishing Yogyakarta.

Page 106: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

Nursalam, DR., dkk., (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk

Perawat dan Bidan). Salemba Medika : Jakarta.

Pantiawati, Ika. (2010). Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha

Medika : Yogyakarta.

Potter dan Perry, (2005). Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan

Praktik. Edisi 4. Volume 1. EGC : Jakarta.

Potter dan Perry, (2006). Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan

Praktik. Edisi 4. Volume 2. EGC : Jakarta.

Proverawati, Atikah dan Ismawati, Cahyo. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah) Dilengkapi dengan Asuhan Keperawtaan pada BBLR dan Pijat

Bayi. Nuha Medika : Yogyakarta.

Riyadi, S & Sukarmin. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Graha

Ilmu : Yogyakarta.

Rofiasari, Linda. (2009). Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan

Derajat Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Surakarta. KTI. Program DIV Kebidanan.

Surakarta.

Safitri dan Annisa A. (2011). Keefektifan Pemberian Posisi Semifowler Terhadap

Penurunan Sesak Nafas. Pada Pasien Asma di Ruang Rawat Inap Kelas

III RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Gaster. Vol. 8. Prodi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta.

htsistp://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/29

/26(poi, Diaskes tanggal 21 Maret 2015.

Sari, Yulia Kurnia. (2013). Efektivitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap

Suhu Tubuh Bayi Prematur Di Ruang Perinatologi di RSUD Banyumas.

Disertasi. Program Pasca Sarjan. Purwokerto.

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Teori

dan Praktik. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Page 107: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-astidewica...Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : ASTI

Sholeh, Naga. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Diva Press : Yogyakarta.

Sirait, Midian. (2012). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 47. PT ISFI:

Jakarta.

Siregar, dkk. (2005). Nutrisi. http://ejournals.usu.ac.id/index.php/jkm. Diakses

tanggal 12 Mei 2015.

Stright, B. R. (2005). Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Edisi 3. EGC : Jakarta.

Trisnowiyanto, Bambang. (2012). Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi Penelitian

Kesehaan. Nuha Medika : Yogyakarta.

Utami, Widya Susila Nur. (2012). Evaluasi Penggunaan Antibiotik untuk Penyakit

Diare pada Pasien Pediatri Rawat Inap di RUSD “X” Tahun 2011.

Disertasi. Program Pasca Sarjana. Surakarta.

Wahyuningsri, & Eka, Ni Luh Putu. (2014). Pemberian Terapi Musik Klasik

Terhadap Reflek Hisap dan Berat Badan Bayi Prematur. Jurnal

Keperawatan. 5 (1) : 108 – 113.

Wijayanti, Martina Dewi, dkk. (2011). Hubungan Usia dan Paritas Dengan

Kejadian Partusdi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun

2010. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa. 2 (1).

Wilkinson, Judith M., dan Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosa

Keperawatan. Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil

NOC. Edisi 9. EGC : Jakarta.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 5.EGC :

Jakarta.

Zubaedah, dkk. (2013). Penerapan Model Konservasi Levine Pada Bayi Prematur

Dengan Intoleransi Minum. Jurnal Keperawatan Anak. 1 (2) : 65 – 72.