Dependensi Klasik

28
LOGO Sosiologi Pembangunan BAB VI Hasil Kajian Teori Dependensi Klasik Penyaji Kelompok 5 Abdurahman Mujahid Djanatul Yoga Gloria Aryani Yohana Feberia

Transcript of Dependensi Klasik

Page 1: Dependensi Klasik

LOGOSosiologi Pembangunan

BAB VI

Hasil Kajian Teori Dependensi

Klasik

Penyaji Kelompok 5

ᴥ Abdurahman Mujahid

ᴥ Djanatul Yoga

ᴥ Gloria Aryani

ᴥ Yohana Feberia

Page 2: Dependensi Klasik

ISI MATERI

Kolonialisme di India

Tumbuhnya Imperialisme di Asia Timur

Ketergantungan dan Keterbelakangan di Indonesia

Tenaga Teori Dependensi Klasik

Kritik terhadap Teori Dependensi Klasik

Page 3: Dependensi Klasik
Page 4: Dependensi Klasik

Baran meneliti kolonialisme yang terjadi di India yang

dilakukan oleh Inggris Raya. Pada abad ke-18 adalah masa

masa kejayaan negara India karena produksi perdagangan

dan industri pakainnya.

Melihat hal ini Inggris merasa tersaingi karena pada saat itu

Inggris juga mulai mengembangkan industri pedesaannya.

Kebijakan deindustrialisasi dirasa sangat tepat dan sesuai

dengan rencana Inggris.

Inggris menekankan pelaksanaan kebijaksanaan untuk

menjadikan industri India sepenuhnya mengabdi untuk

kepentingan Inggris Raya, dan mendesak India menanam

dan menyediakan bahan mentah yang diperlukan oleh

Inggris.

Page 5: Dependensi Klasik

Kebijaksanaan ini dilaksanakan dengan berbagai cara:

Diperintahkan agar pengrajin India bekerja di pabrik-pabrik yang

dimiliki oleh Inggris

Perdagangan lokal diatur dengan ketat, dan di saat yang sama

diberlakukan aturan tarif impor ekspor barang, kecuali untuk sutera

India dan barang katun dari Inggris.

Seletelah Inggris berhasil menguasai India, pemerintah lokal

mulai melakukan rekayasa sosial untuk membuat masyarakat

di negara jajahan tersebut seperti secara sukarela membantu

usaha pencapaian kepentingannya.

Lebih daripada itu Inggris juga berencana untuk membuat

pendidikan India berada dalam kebiadaban dan kegelapan.

Menurut Baran hal ini dilakukan agar pemerintah kolonial

Inggris mengorganisir dan mengendalikan sistem pendidikan

India, dengan tujuan untuk tidak berkembangnya budaya

ilmiah dan sikap industrialis di kalangan mereka.

Page 6: Dependensi Klasik

“Pemerintahan kolonial tidak dan tidak akan pernah

dibentuk dengan tujuan untuk membangun ekonomi

negara pinggiran”

Baran berpendapat bahwa hampir semua masalah

pokok yang timbul sekarang ini muncul dan tumbuh

pada masa pemerintahan kolonial Inggris dan

sebagai akibat langsung dari kebijaksanaan yang

diterapkannya.

Kolonialisme dikatakan sebagai faktor penjelas

utama dari lahirnya kelatarbelakangan India, maka

munculnya imperialisme baru disebut juga sebagai

keadaan yang sedang berlangsung di wilayah Asia

Timur.

Page 7: Dependensi Klasik

Beberapa dampak dan tujuan negatif dari

kolonialisme di India tersebut adalah:Mengeksploitasi hasil kekayaan alam India

Menghilangkan India sebagai saingan kokohnya di bidang

tekstil

Menjadikan industri India sepenuhnya mengabdi utntuk

kepentingan Inggris Raya

Menghancurkan sektor agraria

Mengikat petani untuk tetap miskin dan terikat utang

Membuat India tetap mengabdi kepada kepentingan kolonial

Page 8: Dependensi Klasik

Landsberg: Tumbuhnya Imperialisme di Asia Timur

Page 9: Dependensi Klasik

Dalam mengamati pelaksanaan dan hasil

kebijaksanaan indusrialisasi dengan orientasi ekspor

(IOE) di Korea, Taiwan, Singapura, dan Hongkong,

Landsberg mengajukan pertanyaan tunggal yakni

apakah negara-negara ini akan atau harus dijadikan

model pembangunan negara Dunia Ketiga.

Namun, setelah menguji konteks sejarah,

karakteristik, munculnya, dan akibat dari gelombang

industrialisasi di Asia Timur ini, Landsberg

menyimpulkan, IOE merupakan salah satu bentuk

baru imperialiasi, yang nantinya negara Dunia Ketiga

hanya akan menjadi Negara industri yang tergantung

bukan Negara industri yang mandiri.

Page 10: Dependensi Klasik

Pertama, karena lemahnya dasar-dasar pengembangan industri, negara Dunia Ketiga

menggunakan devisa besar untuk mengimpor barang konsumsi.

Kedua, karena membutuhkan devisa, Dunia Ketiga terpaksa mengandalkan

pengumpulan dana melalui ekspor produk primer (gula,the,kopi,dll) yang mudah

terpengaruh terhadap fluktuasi pasar internasional

Ketiga, kurangnya kemampuan negara-negara Dunia Ketiga untuk mengumpulkan

devisa sehingga akan terjebak dalam lilitan utang luar negeri dan

mempermudah terjadi dominasi asing.

Konteks Sejarah

Bagi Landsberg, dominasi asing di negara-negara Dunia Ketiga tidak begitu

saja berakhir setelah Perang Dunia II. Masih banyak faktor yang berkaitan dan

berantai yang menyebabkan pembangunan negara Dunia Ketiga tetap

memperihatinkan.

Page 11: Dependensi Klasik

Karena faktor diatas, strategi industrialisasi substitusi impor

(ISI) dirumuskan dengan harapan dapat membantu negara

Dunia Ketiga lepas dari ketergantungan pada ekspor produk

primer. Namun demikian, logika imperialisme tetap

menghalangi keberhasilan pelaksanaan strategi ISI.

Pertama, negara Dunia Ketiga masih dalam keadaan miskin,

pasar domestik tidak tersedia dan lambat berkembang.

Karenanya produk hasil industri hanya disebarkan di pasar

pasar perkotaan saja.

Kedua, borjuis domestik tidak mempunyai cukup modal dan

tekhnologi untuk memulai industri yang sudah dicanangkan.

Akibatnya negara tergantung akan modal asing dan lahir

industri yang bergantung pada dominasi asing, dan

derasnya arus modal asing yang masuk ke negara Dunia

Ketiga.

Page 12: Dependensi Klasik

Ketiga, walaupun mengurangi atau bahkan

menghilangkan ketergantungan impor barang konsumsi

tetapi strategi ISI mempercepat laju impor modal asing

dan tekhnologi. Arus yang masuk ke dalam negeri ini

diikuti arus keluar berupa laba yang dikeruk oleh

perusahaan transnasional dari negara modal asing dan

tekhnologi maju tersebut berasal. Akibatnya terjadi

ketimpangan neraca perdagangan dan berlanjut dengan

beban deficit yang selalu bertambah besar.

Page 13: Dependensi Klasik

Karakteristik IEO: Siapa mengekspor kepada siapa

Landsberg menjawab pertanyaan diatas dengan

menyebutkan, hanya sedikit negara Dunia Ketiga yang

mampu menghasilkan sebagian besar barang-barang

hasil industri yang diekspor ke negara maju. Dari negar

pengekspor ini landsberg membagi dalam dua kategori

yaitu negara A dan kategori negara B.

Negara A adalah yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, dan

sebelumnya telah mempunyai dasar-dasar, sekaligus memeiliki pasar potensial

dalam negeri yang besar dan memiliki prasarana yang relative cukup kuat untuk

mengembangkan industri.

Negara B adalah mempunyai spesialisasi yang terbalik dari negara kategoi A, mereka

hanya memiliki pasar potensial yang kecil bahkan bisa dibilang hampir tidak ada

sumber daya alam, dan tahun 1960-an secara relatif mereka tidak

memiliki prasarana dasar yang cukup.

Page 14: Dependensi Klasik

Lahirnya IOE

Landsberg menyebutkan berbagai alasan mengapa kebijaksanaan

subkontrak internasional tumbuh.

Pertama, adanya perluasan pasar, dalam pengertian wilayah daya beli

,barang barang konsumsi di Negara maju. Sehingga perusahaan

transnasional bersaing untuk merebut pangsa pasar baru ini.

Kedua, adanya peningkatan biaya produksi di Negara maju.

Ketiga, penemuan penemuan yang mengagumkan dalam bidang teknologi

komunikasi dan transportasi memfasilitasi pertumbuhan usaha

subkontrak internasional. Landsberg menunjukkan bahwa “dengan

peningkatan pelayanan pengiriman udara, pengiriman peti kemas, dan

telekomunikasi, perusahaan transnasional dapat memindahkan

keseluruhan atau sebagian komponen barang yang dihasilkannya dengan

lebih cepat, murah, dan aman.”

Keempat, usaha subkonrtak internasional ternyata mampu menghasilkan

laba yang sangat tinggi.

Page 15: Dependensi Klasik

Secara ringkas, Landsberg menyimpulkan bahwa

sekalipun IOE “membantu tumbuhnya industri dan

tersedianya lapangan kerja di Dunia Ketiga, strategi IOE

tidak akan mampu menumbuhkan tejadinya akumulasi

modal dan pembangunan ekonomi yang mandiri dan

tangguh. semakin parahnya persoalan stagnasi yang

sedang melanda Negara sentral dari tatanan ekonomi

kapitalis ini, akan menghambat keberhasilan strategi

pembangunan yang berorientasi pada pasar ekstern,

dan pada gilirannya nanti akan meyebabkan

kemiskinan dan penderitaan yang lebih pada para

pekerja dan petani di Negara dunia ketiga.”

Page 16: Dependensi Klasik

Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan

dan Keterbelakangan di Indonesia

Page 17: Dependensi Klasik

Karya Sritua Arief dan Adi Sasono dapat dikatakan sebagai karya

generasi awal, kalau bukan pertama, di Indonesia yang secara jelas

menggunakan teori dependensi untuk menjelaskan persoalan

pembangunan politik-ekonomi Indonesia.

Hampir seluruh proses kajian ini, sejak dari pertanyaan penelitian

yang dirumuskan, hipotesis yang diajukan, sampai pada

kesimpulan yang disodorkan, tidak jauh berbeda dengan penelitian

yang biasanya ditawarkan oleh teori dependensi klasik. Kajian ini

dimulai dengan menguji kembali warisan kolonial Belanda yang

ditinggalkan.

Setelah mengutip hasil penelitian yang menyebutkan tentang

pendapatan ekspor pemerintah kolonial Belanda yang diperoleh

dari operasi tanam paksa, lebih lanjut mereka menyimpulkan,

bahwa selama masa tersebut telah terjadi pengalihan surplus

ekonomi dari Indonesia ke Belanda dalah jumlah yang amat besar.

Page 18: Dependensi Klasik

Lebih dari itu, Arief dan Sasono secara tegas menunjuk

betapa besarnya peranan pemerintah lokal dalam

membantu “keberhasilan” sistem tanam paksa.”Dalam

proses eksploitasi ini telah terjalin aliansi antara

pemerintah kolonial Belanda di Indonesia ... dan pihak-

pihak penguasa feodal di Indonesia...”

Untuk mengamati pembangunan ekonomi Indonesia

pada masa pemerintahan Orde Baru, Arief dan Sasono

menggunakan lima tolak ukur, yakni sifat pertumbuhan

ekonomi, penyerapan tenaga kerja, proses

industrialisasi, pembiayaan pembangunan, dan

persediaan bahan makanan.

Page 19: Dependensi Klasik

Mereka melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Indonesia telah

dibarengi dengan semakin lebarnya jurang pemisa antara si kaya dan si miskin. Pada

periode tahun 1970-76, Arief dan Sasono berpendapat bahwa “golongan miskin

ternyata bertambah miskin,” dan oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan

misalnya, bahwa mereka “tidak menikmati pertumbuhan ekonomi” yang selama ini

telah dinyatakan cukup memadai.

#1:

Pertumbuhan Ekonomi

Page 20: Dependensi Klasik

Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan

dan Keterbelakangan di Indonesia

#2: Penyerapan

Tenaga Kerja

Indonesia memiliki tingkat pengangguran

yang tinggi dan dengan percepatan yang

tinggi pula.

Ini terjadi karena industri yang

dikembangkan dengan semangat

teknologi padat modal ternyata “tidak

banyak menyerap tenaga.”

#3: Proses

Industrialisasi

Arief dan Sasono melihat bahwa proses

industrialisasi yang terjadi di Indonesia adalah

proses industrialisasi yang oleh Amin disebut

sebagai industri ekstraversi. Industri substitusi

imporyag dikembangkan memiliki sifat

ketergantungan modal dan teknologi asing yang

tinggi.

Page 21: Dependensi Klasik

Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan

dan Keterbelakangan di Indonesia

#4: Pembiayaan

Pembangunan

Karena sifat pertumbuhan ekonomi yang dimiliki

dan karena model industrialisasi yang dipilih,

Indonesia, mau tidak mau, hanya memiliki satu

pilihan, yakni kebutuhan untuk selalu

memperoleh modal asing. Jika situasi ini

berlanjut, maka tidak berlebihan, jika kemudian

Indonesia, dalam waktu yang tidak terlalu lama

lagi, akan mengalami apa yang disebut dengan

ketergantungan keuangan.

#5: Ketersediaan

Bahan Makanan

Sekalipun telah sejak lama disadari betapa

pentingnya, secara ekonomis maupun politis,

memiliki kemampuan swasembada pangan,

khususnya beras, sampai dengan akhir tahun

1970-an Indonesia belum mampu mencapainya

(dan kemudian baru pada pertengahan kedua

tahun 1980-an, atau tepatnya pada tahun 1985,

untuk pertama kali sejak kemerdekaannya,

Indonesia mencapai swasembada beras).

Page 22: Dependensi Klasik

Secara ringkas, setelah memperhatikan kelima tolak

ukur yang digunakan (dengan perkecualian tolak ukur kelima),

Arief dan Sasono menyimpulkan bahwa situasi

ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar telah

atau sedang meewujud di Indonesia. Tesis teori depedensi,

“sebagian besar telah terbukti dapat menerangkan dan

menganalisis proses ekonomi Indonesia, sebagai negara

bekas jajahan, dan sebagai suatu negara yang mengandung

banyak unsur yang tidak egalitarian...”

Page 23: Dependensi Klasik

Tenaga Teori Dependensi Klasik & Kritik terhadap Teori Dependensi

Klasik

Page 24: Dependensi Klasik

Dalam kajian yang membahas tentang kekuatan teori dependensi

dalam mengarahkan pola pikir peneliti, para perencana

kebijaksanaan, dan pengambil keputusan untuk mengikuti tesis-

tesis yang diajukan yang telah dibahas dalam ketiga hasil kajian

yakni tentang kolonialisme di India, imperialisme baru di Asia

Timur, dan ketergantungan dan keterbelakangan di Indonesia

dalam persoalan pembangunan Dunia Ketiga.

Ketergantungan dan Faktor Luar

Dilihat dari hasil kajian tentang kolonialisme di India, Baran

menjelaskan Inggris yang menjadikan India menjadi Negara

terbelakang dengan merampok kekayaan, deindustrialisasi, dan

penghapusan budaya lokal. Kesimpulan hasil dari Landsberg

menegaskan bahwa perusahaan transnasional mampu

menguasai dan mengendalikan perencanaan produk

sampai pemasarannya.

Page 25: Dependensi Klasik

Ketergantungan Ekonomi

Dimensi ekonomi kolonialisme seperti program deindustrialisasi,

ekspor produk pertanian, pemindahan surplus ekonomi lebih

dilihat sebagai faktor munculnya pelapisan sosial di India. Di Asia

Timur, Landsberg penyebab munculnya industrialisasi yakni

tingginya upah buruh di Negara maju disbanding di Negara sendiri,

inovasi teknologi transportasi dan komunikasi.

Ketergantungan dan Pembangunan

Hasil kajian ini, Baran menyimpulkan tentang ketergantungan yang

terjadi di India mengganggu pembangunan setelah memperoleh

kemerdekaan. Landsberg menyebutkan, IOE tidak akan mampu

menumbuhkan pembangunan yang berkelanjutan dan mandiri.

Page 26: Dependensi Klasik

Sejak tahun 1970-an, teori dependensi klasik telah demikian

banyak menerima kritik. Pada dasarnya kritik yang mereka ajukan

mendasarkan diri pada ketidakpuasan mereka terhadap metode

kajian, konsep, dan sekaligus implikasi kebijaksanaan yang selama

ini dimiliki oleh teori dependensi klasik.

Metode Pengkajian

Teori dependensi banyak menuai kritikan terutama dari teori

modernisasi. Dalam kritikannya teori dependensi dianggap hanya

merupakan alat propaganda politik dari ideologi revolusioner

Marxisme, sehingga dianggap bukan sebagai karya ilmiah namun

pamphlet politik. Teori modernisasi mengatakan, bahwa teori

dependensi mengesampingkan kajian ilmiah dan beralih ke

persoalan-persoalan yang bersifat retorika.

Page 27: Dependensi Klasik

Kategori Teoritis

Teori dependensi menyatakan, bahwa situasi ketergantungan yang

terjadi di Dunia Ketiga lahir sebagai akibat desakan faktor

eksternal. Para penganut neo-Marxisme banyak melakukan kritik

terhadap teori dependensi karena sangat berlebihan menekankan

pentingnya pengaruh faktor eksternal dan melupakan dinamika

sosial.

Implikasi Kebijaksanaan

Dalam hal ini, pemberi kritik berdiri pada posisi sebaliknya. Mereka

mengatakan, bahwa ketergantungan tidak selalu mengalami

keterbelakangan. Disamping itu, pemberi kritik mengajukan

rumusan kebijaksanaan yang diajukan teori dependensi klasik

tidak jelas karena menghilangkan imperialism bisa saja

mendatangkan kesejahteraan nasional, demikian pula

revolusi sosialis belum tentu memenuhi janji.

Page 28: Dependensi Klasik

TERIMA KASIH