PAPER MATA ASTI FINAL.doc

37
PAPER SMF ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI NAMA : ASTI SEVIANTI NIM : 09310154 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara, terutama pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tuna netra hidup disana, demikian dikatakan oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan akan berdampak secara sosial dan ekonomi. Sebenarnya, 75% kebutaan di dunia ini dapat dicegah atau diobati. Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak. 1 Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu kekeruhan lensa yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan, tetapi banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun. Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar 1

Transcript of PAPER MATA ASTI FINAL.doc

Page 1: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara,

terutama pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tuna netra hidup disana,

demikian dikatakan oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan

akan berdampak secara sosial dan ekonomi. Sebenarnya, 75% kebutaan di dunia ini

dapat dicegah atau diobati. Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak.1

Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu

kekeruhan lensa yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi

karena proses penuaan, tetapi banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau

kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak

biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun. Faktanya, katarak katarak yang

berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun

dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar umumnya menyebabkan

penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamata).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentang

kondisi kebutaan di dunia khususnya di negara berkembang. Disebutkan, saat ini

terdapat 45 juta penderita kebutaan didunia 60% diantaranya berada di negara miskin

atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan

terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.

Sekitar 16 juta orang di seluruh dunia terkena efek dari katarak, dengan teknik

bedah modern menghasilkan 100.000-200.000 kebutaan mata irreversible. Data yang

dipublikasikan menunjukkan bahwa 1,2% seluruh populasi afrika buta, dengan

1

Page 2: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

penyebab katarak 36% dari seluruh kebutaan ini. Pada suatu survey yang dilakukan di

3 distrik di dataran Punjab, jumlah seluruh insiden katarak senilis sekitar 15,3% dari

1269 orang yang diperiksa 3.

Lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang

menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein

lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau cokelat.

Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel

epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga

turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari

proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan mal nutrisi.

2

Page 3: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

A. ANATOMI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan

hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di

belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.

Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian

anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar

yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air,

sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan

tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada

di kebanyakan jaringan lain.

Gambar 1. Anatomi Lensa

3

Page 4: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

1. Kapsul

Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan

tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul

ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat

akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan

posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah

kutub posterior.

2. Serat Zonula

Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat

zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior

dan posterior dari kapsul lensa.

3. Epitel Lensa

Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.

Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel

lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga

dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel

epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi

menjadi serat lensa.

4. Nukleus dan korteks

Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan

akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.

Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.

B. FISIOLOGI LENSA

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai

dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa

disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa

terutama kurvatura anterior.

4

Page 5: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat

melihat dekat

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris

relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya

refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke

retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi

sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian

mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.

Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring

dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan

berkurang.

Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi

Akomodasi Tanpa akomodasi

M. Silliaris Kontraksi Relaksasi

Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat

Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih

Tebal axial lensa Meningkat Menurun

Dioptri lensa Meningkat Menurun

5

Page 6: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Gambar 3. Perubahan saat akomodasi lensa

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau

lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi

cembung; jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan;

terletak di tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks

refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada

bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang

mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan

kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata

manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan

kornea.

Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa

lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis

bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung

secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat

dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang

tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang

jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”, yang sering

disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi

kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut

presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.

6

Page 7: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

2. KATARAK

A. DEFINISI

Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi

dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang

terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.

Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak

yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,

inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa

yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. 1

B. EPIDEMIOLOGI

Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada

individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70%

pada individu di atas 75 tahun. Jelas dapat disimpulkan insiden tertinggi pada

katarak terjadi pada populasi yang lebih tua. Diketahui kebutaan di Indonesia

berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka tersebut presentasi

angka kebutaan utama ialah :

Katarak 0,78 %

Kelainan kornea 0,13 %

Penyakit glaukoma 0,20 %

Kelainan refraksi 0,14 %

Kelainan retina 0,03 %

Kelainan nutrisi 0,02 %

C. ETIOLOGI

Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia dini

sebagai akibat dari cacat keturunan, trauma parah pada mata, operasi mata,

atau peradangan intraokular. Faktor lain yang dapat menyebabkan

perkembangan katarak pada usia lebih dini meliputi paparan berlebihan cahaya

ultraviolet, diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan tertentu, seperti

steroid oral, topikal, atau inhalasi.

7

Page 8: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi

intrauterin, gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan.

Sepertiga dari katarak pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan

penyakit sistemik atau mata. Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan

dapat menyebabkan pembentukan katarak pada keturunannya pasien.

Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara transmisi yang

paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap. Jenis

katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar,

atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi

penyebab katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air,

cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus

EpsteinBarr, sifilis, dan toksoplasmosis.2

Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.

Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum

sepenuhnya dimengerti. Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya

terkait usia lensa mata yang membuat berat dan ketebalannya bertambah,

sementara kekuatannya menurun.3

D. KLASIFIKASI

Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :

i. Menurut usia :

1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )

2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )

3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )

ii. Menurut lokasi kekeruhan lensa :

1) Nuklear

2) Kortikal

3) Subkapsular (posterior/anterior) jarang

iii. Menurut derajat kekeruhan lensa :

1) Insipien

2) Imatur

3) Matur

4) Hipermatur

8

Page 9: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

iv. Menurut etiologi :

1) Katarak primer

2) Katarak sekunder

a. Katarak Menurut Usia

i. Katarak Kongenital

Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau

segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan

sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya

tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.

Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada

kehidupan janin.

ii. Katarak Juvenil

Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada

orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan

kurang dari 50 tahun. Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak

sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi

perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya

lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya

katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit keturunan

lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan

menimbulkan ambliopia.

Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah

pembedahan. Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah

mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat

bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai

seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada

saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan

menambah kemungkinan ambliopia.

iii. Katarak Senil

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada

usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40

9

Page 10: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

tahun. Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus

dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses

ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan

akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul

pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.

b. Katarak Menurut Lokasi Kekeruhan

Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan

subkapsular posterior.

i. Katarak Nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup

bertambah besar dan menjadi sklerotik.

Lama kelamaan inti lensa yang mulanya

menjadi putih kekuningan menjadi cokelat

dan kemudian menjadi kehitaman.

Keadaan ini disebut katarak brunesen atau

nigra.

ii. Katarak Kortikal

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan

air sehingga lensa menjadi cembung dan

terjadi miopisasi akibat perubahan indeks

refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita

seakan-akan mendapatkan kekuatan baru

untuk melihat dekat pada usia yang

bertambah.

iii. Katarak Subkapsular Posterior

10

Page 11: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Katarak subkapsular posterior ini

sering terjadi pada usia yang lebih muda

dibandingkan tipe nuklear dan kortikal.

Katarak ini terletak di lapisan posterior

kortikal dan biasanya axial. Indikasi awal

adalah terlihatnya gambaran halus seperti

pelangi dibawah slit lamp pada lapisan

posterior kortikal. Pada stadium lanjut

terlihat granul dan plak pada korteks subkapsul posterior ini. Gejala

yang dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau dan

penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi

penurunan penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa

pasien juga mengalami diplopia monokular.

c. Katarak Menurut Derajat Kekeruhan

Katarak berdasarkan kekeruhan yang sudah terjadi dapat dibedakan

menjadi 4 macam, yaitu:

i. Katarak Insipien

Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang

membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi

dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan

biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada

umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.

Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi

yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan

iris akan positif.

ii. Katarak Imatur

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal

tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih

terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.

Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa

menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan

11

Page 12: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi

miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke

depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.

Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit

glaukoma. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.

iii. Katarak Matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi

pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di

dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke

depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal

kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih

akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan

uji bayangan iris akan terlihat negatif.

iv. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks

mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan

mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak

morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata

menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.

Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat

menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom

fakolitik.

Tabel 2. Perbedaan derajat kekeruhan katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ (1/300-1/~) ↓↓ (1/300-1/~)

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan

Lensa

Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata

Depan

Normal Dangkal Normal Dalam

12

Page 13: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Sudut Bilik

Mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow

Test

Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

Gambar 4. Stadium Katarak

d. Katarak Menurut Etiologi

a. Katarak Primer

Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses

penuaan atau degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti

penyakit sistemik atau metabolik, traumatik, toksik, radiasi dan

kelainan kongenital.

b. Katarak Sekunder

1) Katarak Metabolik

Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit

sistemik, terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik

berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun),

defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia,

dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.

2) Katarak Traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda

asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru

senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering;

penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio,

13

Page 14: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

pajanan berlebih terhadap panas (glassblower’s cataract), dan

radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik

adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing

karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan

kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa. Pasien

sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan

baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat

menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi

lalu tersangkut di vitreus atau retina.

3) Katarak Komplikata

Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain

dapat menimbulkan katarak komplikata. Penyakit intraokular yang

sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis,

glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Katarak-katarak

ini biasanya unilateral.

Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat

gangguan metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga

dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan lensa (sinekia

posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.

Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan

gangguan keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk

kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar sehingga dinamakan

katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut

menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel

dan dapat hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol.

Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak

komplikata. Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata

dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah mengenai

seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan

binokular atau kosmetik.

14

Page 15: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi

lensa ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari

pada iridektomi perifer.

Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai

kedua mata, walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini

biasanya btimbul pada usia yang lebih muda. Kelainan umum yang

dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid,

miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.

Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan

gambaran khas yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran

kapas di dalam masa lensa.

Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada

dataran belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain akan

terlihat tanda degenerasi pada lensa yang mengenai seluruh lapis

lensa.

4) Katarak Toksik

Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti

obat kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam

waktu lama, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol,

antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan. Obat-obat

tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

5) Katarak Ikutan (membran sekunder)

Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang

terjadi setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya

jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat

keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi ektrakapsular.

Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi

regenerasi serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada

kapsul posterior (mutiara Elschnig). Lapisan epitel berproliferasi

tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan menimbulkan

kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami

diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut

15

Page 16: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

menimbulkan banyak kerutan kecil di kapsulposterior, yang

menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat

menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi

katarak ekstrakapsular.

Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir

semua pasien pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus

anterior diangkat pada saat operasi. Dulu, hingga setengah dari

semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior

setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik

bedah yang semakin berkembang dan materi lensa intraokular yang

baru mampu mengurangi insiden kekeruhan kapsul posterior secara

nyata.

E. GEJALA KLINIS

Katarak biasanya terbentuk secara perlahan sehingga terkadang gejala

yang timbul tidak dirasakan oleh penderitanya. Gejala yang sering

dikeluhakan oleh penderita katarak antara lain:

Penglihatan berawan, kabur atau berkabut

Lebih nyaman saat melihat jarak dekat

Perubahan persepsi warna

Fotosensitif baik pada malam hari maupun siang hari

Penglihatan ganda (double vision)

Perubahan ukuran kacamata yang signifikan4

F. PATOFISIOLOGI

Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat

sementara daya akomodasinya semakin melemah. Ketika lapisan kortikal

bertambah dalam pola yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras,

disebut nuklear sklerosis. Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi

dalam progresifitas kekeruhan lensa. Epitel lensa berubah seiring

bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan) sel

epitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells).

16

Page 17: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Walaupun epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian

apoptotik yang rendah, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat

menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan

akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan

bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin metabolit larut air

dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui

epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan

antioksidan. Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa akibat pertambahan

usia mengarahkan pada terjadinya katarak senilis.5,6

Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa

dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul

tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air.

Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks

refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan.

Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan

katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin.7,8

Selain dari itu, terdapat juga teori free radical, dimana free radical

terbentuk jika terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Free radical

mengakibatkan degenerasi molekul normal, dan dapat dinetralisir oleh vitamin

E dan antioksidan. Teori Across-Link dari para ahli biokimia mengatakan

terjadi pengikatan asam nukleat dan molekul protein sehingga terjadi

gangguan fungsi.1,9

17

Faktor resiko katarak:Usia (penuaan)

Paparan sinar UV

Infeksi intrauterine

Trauma

Metabolik (DM)

Perubahan struktur korteks

Hidrasi sel-sel lensa

Kerusakan sel-sel korteks

Kepadatan lensa berkurang

Lensa menjadi keruh

Sinar sejajar masuk

Tidak bisa difokuskan

Penurunan visus penglihatan

Page 18: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

G. DIAGNOSIS

Diagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya

penyakit-penyakit yang menyertai. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat

menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan

bisa dikontrol sebelum operasi.

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk

mengetahui kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan

struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan

prognosis penglihatannya.

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas

lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,

bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati,

gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian

dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa

sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata

sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian lakukan

18

Page 19: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada katarak senilis.

Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari

integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina

dapat menilai gangguan penglihatan.3

H. PENATALAKSANAAN

Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi

katarak secara umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi

komplikasi, tujuan terapeutik dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan

kosmetik. Saat ini terapi bedah katarak sudah mengalami banyak

perkembangan.10

Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE

dan ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara

utuh, sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada

matanya yang mengakibatkan proses pemulihan matanya menjadi lama.

Sekarang dengan teknologi fakoemulsifikasi sayatan pada mata menjadi

sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.

I. Metode “Ekstraksi intrakapsuler (ICCE)”, yang jarang lagi

dilakukan sekarang adalah mengangkat lensa in toto yakni didalam

kapsulnya melalui limbus superior 140-160 derajat. ICCE dilakukan

pada negara-negara dimana terdapat keterbatasan mikroskop untuk

melakukan operasi katarak. ICCE diindikasikan pada kasus-kasus

katarak tidak stabil, intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi.

Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak dan dewasa

muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi

relatif ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak

Morgagni.10,11

II. Metode ”Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE)”, yang saat ini masih

sering dipakai juga memerlukan insisi limbus superior. Bagian anterior

kapsul dipotong atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa

dinuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga

19

Page 20: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

meninggalkan kapsul posterior. ECCE diindikasikan untuk operasi

katarak yang diiringi dengan pemasangan IOL atau penambahan

kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa,

ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada

keadaan dimana terjadi insufisiensi zonula zinni.10,11

Gambar 5. Teknik ECCE

III. Metode fakoemulsifikasi yaitu dengan sayatan kecil dan tidak

memerlukan benang. Ada berbagai keuntungan dari metode tersebut,

antara lain tanpa dijahit. Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu

jahitan hanya satu jahitan. Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan

irigasi atau aspirasi atau keduanya adalah teknik ekstrakapsuler yang

menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus

dan korteks melalui incisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga

mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah

tidak lama.10,12

20

Page 21: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Gambar 6. Teknik Fakoemulsifikasi

Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan

tambahan untuk memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh.

Akomodasi hilang dengan diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada

sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia yang tebal,

lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam bola

mata.10,12

Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak

Metode Indikasi Keuntungan Kerugian

ICCE Zonula lemah Tidak ada resiko

katarak sekunder.

Peralatan yang

dibutuhkan sedikit.

Resiko tinggi kebocoran vitreous

(20%).

Astigmatisme.

Rehabilitasi visual terhambat.

IOL di COA atau dijahit di

posterior.

ECCE Lensa sangat

keras.

Endotel

kornea kurang

bagus.

Peralatan yang

dibutuhkan paling

sedikit.

Baik untuk endotel

kornea.

IOL di COP.

Astigmatisme.

Rehabilitasi visual terhambat.

Phaco Sebagian besar

katarak kecuali

katarak

Morgagni dan

trauma.

Rehabilitasi visual

cepat.

Peralatan / instrumen mahal.

Pelatihan lama.

Ultrasound dapat mempengaruhi

endotel kornea.

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi

ke dalam mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE.

Sebuah IOL dapat menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan

sedikit kehilangan persepsi dalam atau tajam penglihatan perifer.9

21

Page 22: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan

penanganan khusus dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain.

Dengan sebuah IOL kacamata baca dan kacamata untuk melihat dekat

biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk

penglihatan jauh.9

Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang,

retinopati diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.11

Tentunya setiap tindakan operasi memiliki resiko, yang paling buruk

adalah hilangnya penglihatan secara permanen. Setelah dilakukan operasi

masih mungkin muncul masalah pada mata, sehingga diperlukan kontrol post

operasi yang teratur.

Tabel 4. Efek Operasi Katarak

Jangka Pendek Jangka Panjang

Infeksi pada mata

Perdarahan pada kornea

(hifema)

Edema papil

Edema kornea

Rupture kapsul lensa

Ablasio retina

Fotosensitif

Dislokasi IOL

Kekeruhan pada kapsul lensa

Ablasio retina

Astigmatisma

Glaukoma

Ptosis13

I. PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan

pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak dewasa. Adanya

ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi

tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk

perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral

inkomplit yang progresif lambat.

22

Page 23: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat

terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat

maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.

23

Page 24: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

BAB III

KESIMPULAN

Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi

sinar masuk ke dalam mata. Katarak masih merupakan penyebab kebutaan paling

banyak di Indonesia. Terjadinya kekeruhan pada lensa ini dapat disebabkan oleh

berbagai faktor antara lain usia, trauma, lingkungan, obat-obatan, dan infeksi.

Biasanya para penderita katarak kerap kali mengeluhkan pandangan berkabut seperti

tertutup asap atau pandangannya mulai kabur. Patofisiologi terjaidnya kekeruhan

lensa pada katarak, secara garis besar disebabkan oleh perubahan struktur korteks

lensa yang mengakibatkan perubahan komponen lensa dan pada akhirnya terjadi

kekeruhan lensa.

Satu-satunya terapi untuk katarak adalah dengan jalan operasi. Saat ini dikenal

3 model operasi, yaitu ICCE, ECCE, dan fakoemulsifikasi. Katarak yang didiagnosis

dan ditangani dengan tepat dan segera akan memberikan prognosis yang lebih baik

bagi fungsi penglihatan penderitanya.

24

Page 25: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.

Hlm 172-3, 199, 200-13.

2. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1210837-clinical#showall. Updated on: 7

August 2012. Accessed on: 19 July 2014.

3. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available

at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. Updated on: 22 January

2013. Accessed on: 19 July 2014.

4. Butterwick R. Cataract and Your Eyes. Available at: http://www.webmd.com/eye-

health/cataracts/health-cataracts-eyes. Updated on: 5 July 2012. Accessed on: 20

July 2014.

5. Hiller R, Sperduto RD, Ederer F. Epidemiologic Associations With Cataract in

The 1971-1972 National Health and Nutrition Examination Survey. Am J

Epidemiol 1983; 118 : 239-49.

6. Berson, Frank G. Basic Ophtalmology for medical students and Primary Care

Residents. Sixth Edition. American Academy of Ophtalmology. 1993.

7. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition.

Oxford: Butterworth-Heinemann, 1993, 234-251.

8. Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart,

2000.

9. Johns J.K Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American

Academy of Ophthalmology. 2011.

10. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi

17. Jakarta: EGC, 2007, p169-176.

11. Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai

penerbit FKUI,2003.

12. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan

DT, Koh D, Saw SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia. Ophthalmology,

Jul 2005; 112(7): 1255-62

25

Page 26: PAPER MATA ASTI FINAL.doc

PAPERSMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

NAMA : ASTI SEVIANTINIM : 09310154

13. Cataract Surgery. Available at:

http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts.

Updated on: 24 August 2011. Accessed on: 19 July 2014.

26