PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY...

93
PEMBERIAN TEKN INTENSITAS N DENGAN P AN PROG SEKOLAH TIN NIK RELAKSASI GUIDED IMAGE NYERI PADA ASUHAN KEPERAW POST OPERASI LAPARATOMI DIR NGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI DI SUSUN OLEH : EKO INDUNG PRASETIO NIM. P.13083 GRAM STUDI DIII KEPERAWATA NGGI ILMU KESEHATAN KUSUM SURAKARTA 2016 ERY TERHADAP WATAN Tn.T RUANG AN MA HUSADA

Transcript of PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY...

Page 1: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T

DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI DIRUANG

ANGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T

DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI DIRUANG

ANGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

DI SUSUN OLEH :

EKO INDUNG PRASETIO

NIM. P.13083

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

GUIDED IMAGERY TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T

DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI DIRUANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 2: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T

DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI DIRUANG

ANGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN

Uuntuk Memenuhi Salah Satuan Persyaratan

Dalam Menyelesaiakan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

i

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T

DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI DIRUANG

ANGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Uuntuk Memenuhi Salah Satuan Persyaratan

Dalam Menyelesaiakan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

EKO INDUNG PRASETIO

NIM. P.13083

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

GUIDED IMAGERY TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T

DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI DIRUANG

Dalam Menyelesaiakan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 3: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eko Indung Prasetio

NIM : P.13083

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul KaryaTulisIlmiah :Pemberian Tehnik Relaksasi Guided Imagery

Terhadap Intensitas Nyeri Pada Asuhan

Keperawatan Tn.T Dengan Post Operasi

Laparatomi Di Ruang Anggrek RSUD Dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 11 Mei2016

Yang Membuat Pernyataan

Eko Indung Prasetio

NIM. P13083

Page 4: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Eko Indung Prasetio

NIM : P13083

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul : Pemberian Teknik Relaksasi Guided Imagery Terhadap

Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Tn.T Dengan

Post Operasi Laparatomi Di Ruang Anggrek RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2016

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Joko Kismanto, S.Kep ( )

NIK. 200670020

Penguji 1 : Ns. Meri Oktariani, M.Kep ( )

NIK. 200981037

Penguji 2 : Ns. Joko Kismanto, S.Kep ( )

NIK. 200670020

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKES KusumaHusada Surakarta

Ns. Meri Oktariani, M.Kep

NIK. 200981037

Page 5: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena

berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian teknik relaksasi guided imagery terhadap

intensitas nyeri pada asuhan keperawatan Tn.T dengan post operasi laparatomi

diruang Anggrek RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak me ndapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya

kepada yang terhormmat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di STIkes

Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku ketua program studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimbailmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta. Dan selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep selaku sekretaris program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Joko Kismanto, S.Kep., selaku dosen pembimbing serta pembimbing

akademik yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta

memfasilitasi penulis demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Page 6: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

v

5. Semua dosen progam DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu

yang bermanfaat.

6. Hartanti S.Kep., selaku pembimbing lahan diruang Anggrek Rumah Sakit

Umum Daerah Wonogiri yang telah memberikan banyak masukan dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan selama di

Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri.

7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program DIII

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril

dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan . Amin

Surakarta, 11 Mei 2016

Penulis

Page 7: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ........................................................................ 7

1. Laparatomi ......................................................................... 7

2. Appendiksitis ..................................................................... 12

3. Nyeri .................................................................................. 14

4. Guided Imagery ................................................................. 22

B. Kerangka teori ........................................................................ 27

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset ............................................................... 28

B. Tempat dan waktu .................................................................. 28

C. Media dan alat yang digunakan.............................................. 28

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ......................... 28

E. Alat ukur evauasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset .... 30

Page 8: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

vii

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian .............................................................................. 31

B. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 38

C. IntervensiKeperawatan ........................................................... 39

D. ImplementasiKeperawatan ..................................................... 41

E. Evaluasi .................................................................................. 47

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 51

B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 58

C. IntervensiKeperawatan ........................................................... 62

D. ImplementasiKeperawatan ..................................................... 65

E. Evaluasi .................................................................................. 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 76

B. Saran ....................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Skala Numeric Rating Scale (NRS) ....................................... 19

2. Gambar 2.2 Verbal Deskriptif Scale (VDS).............................................. 20

3. Gambar2.3 Pain Asesment Behavioral Scale (PABS) .............................. 21

4. Gambar 2.4 Kerangka Teori ..................................................................... 27

5. Gambar 3.1 Skala Numeric Rating Scale (NRS) ...................................... 30

6. Gambar 4.1 Genogram ............................................................................. 32

Page 10: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :UsulanJudulAplikasiJurnal

Lampiran 2 :Jurnal

Lampiran 3 :LembarKonsultasiKaryaTulisIlmiah

Lampiran 4 :Format PendelegasianPasien

Lampiran 5 :LembarObservasi

Lampiran 6 :LembarKonsultasiAskep

Lampiran 7 : Loog Book

Lampiran 8 :AsuhanKeperawatan

Lampiran 9 :SuratPernyataan

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

Page 11: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad,

perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan

kesehatan diseluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta

tindakan bedah dilakukan diseluruh dunia (Hasri, 2012). Data Tabulasi

Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009,

menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50

pola penyakit di Indonesia dengan persentase 12,8% dan diperkirakan

32% diantaranya merupakan bedah laparatomi.

Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini pada

umumnya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang ditangani

ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan

penutupan dan penjahitan (Sjamsuhidayat, 2005).

Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara

dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin

disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter and Perry,

Page 12: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

2

2006).Pembedahan perut sampai membuka selaput perut adalah

laparatomi (Jitowiyono, 2010).

Laparatomi adalah salah satu jenis operasi yang di lakukan

pada daerah abdomen. Operasi laparatomidilakukan apabila terjadi

masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma

abdomen. Perawatan post laparatomiadalahbentuk pelayanan perawatan

yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi

pembedahan perut (Lestari, 2012). Salahsatu efek dari pembedahan

adalah nyeri.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bilaseseorang

pernahmengalaminya. Nyeri terjadi bersama prosespenyakit,

pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat

mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa

melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri

bersifat subjektif antara satu individu dengan individu lainnya

berbeda dalam menyikapi nyeri (Andarmoyo, 2013).

Nyeri menyebabkan pasien menderita, nyeri jika tidak

ditangani akan berdampak negatif seperti pasien mengalami cemas,

anoreksia, gangguan pola tidur, gelisah, tidak mampu bergerak bebas,

susah tidur, perasaan tidak tertolong, dan putus asa (Andarmoyo,

2013).

Page 13: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

3

Nyeri yang dialami pasien post operasibersifat akut dan harus

segera ditangani. Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik

pendekatan farmakologi maupun non-farmakologi.Pendekatan ini

diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara

individu. Semua intervensi akan berhasil bila dilakukan sebelum

nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan terbesar sering dicapaijika

beberapaintervensi ditetapkan secara stimulan (Smeltzer dan Bare,

2005).

Management nyeri farmakologi menggunakan terapi obat

analgetik. Pemberian obat analgetik yang diberikan guna mengganggu

atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi

dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgetiknya

adalah narkotika dan nonnarkotika. Semua jenis analgetik dapat

menimbulkan ketergantungan pada penderitanya (Andarmoyo,2013).

Management nyeri non-farmakologi untuk mengurangi nyeri

salah satunya adalah teknik guided imagery. Guided

imagerymerupakan sebuah proses menggunakan kekuatan pikiran

dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara

kesehatan melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra

(visual, sentuhan, penciuman, penglihatan, pendengaran) sehingga

terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh dan jiwa (Prasetyo,

2010).

Page 14: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

4

Guided imaginary merupakan salah satu dari teknik relaksasi

sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan

manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang

teknik relaksasi guided imagery berpendapat bahwa guided imagiry

merupakan penyembuh yang efektif. Teknik ini dapat mengurangi

nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi

berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma (Priyanto,

2011).

Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan

tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang

menyenangkan. Khayalan trsebut memungkinkan klien memasuki

keadaan pengalaman relaksasi (Kaplan & Sadock, 2010). Imajinasi

bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran mental

dirinya sendiri, atau bersifat terbimbing. Banyak teknik imajinasi

melibatkan imajinasi visual tapi tehnik ini juga menggunakan indera

pendengaran, pengecap dan penciuman (Potter & Perry, 2005).

Guided Imagery (imajinasi terbimbing) adalah upaya untuk

menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada

kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi

klien terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Dari hasil wawancara yang

diaplikasikan selama proses keperwatan dengan Teknik Relaksasi

Guided Imagery Terhadap IntensitasNyeri Pada Tn.T di ruang Anggrek

Page 15: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

5

RSUD Wonogiri menyebutkan bahwa teknik relaksasi guided imagery

efektif untuk menangani nyeri post operasi.

Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk

mengaplikasikan pemberian teknik relaksasi guided imagery Pada Tn.T

diruang Anggrek RSUD Wonogiri.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian teknik relaksasiguided

imagery terhadap intensitas nyeri pada pasien Tn.T dengan post

laparatomi diruang Anggrek RSUD Wonogiri

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn.T

denganpost laparatomi

b. Penulis mampu menengakkandiagnosakeperawatan pasien

postlaparatomi

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh

pada pasien post laparatomi

d. Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara

langsung pada pasien post laparatomi

e. Penulis mampu mengevaluasi efektifitas asuhan yang telah

diberikan pada pasien post laparatomi

f. Menganalisa tentang aplikasi tindakan Guided Imagery untuk

mengurangi intensitas nyeri pada pasien post laparatomi

Page 16: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

6

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Asuhan Keperawatan ini dapat menjadi referensi

bacaan ilmiah untuk mahasiswa untuk mengaplikasikan penggunaan

pasien post laparatomi.

2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk

menambah pengetahuan khususnya tentang penanganan nyeri pada

pasien post laparatomi.

3. Bagi Profesi

Meningkatkan pengetahuan perawat dan penerapan teknik non

farmakologi terhadap pasien post operasiuntuk mengatasi nyeri.

4. Bagi penulis

Penulis mampu meningkatkan asuhan keperawatan dalam

Pemberian Relaksasi Guided Imagery Terhadap Intensitas Nyeri Pada

Pasien Post Laparatomi serta melengkapi pengetahuan penulis dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

Page 17: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

7

Page 18: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis

1. Laparatomi

a. Pengertian

Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka

selaput perut (Jitowiyono, 2010). Laparatomi adalah salah satu

jenis operasi yang dilakukan pada daerah abdomen. Operasi

laparatomi dilakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang

berat pada area abdomen, misalnya trauma abdomen.

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan yang

diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi

pembedahaan perut (Lestari, 2012).

b. Jenis Laparatomi

Jenis-jenis laparatomi menurut Jitowiyono (2010) :

1) Midline incision, yaitu sayatan ke tepi dari garis tengah

abdomen.

2) Paramedian, yaitu sayatan sedikit ke tepi dari garis tengah

dengan jarak sekitar 2,5 cm dengan panjang 12,5 cm.

3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian

atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan spelenektomy.

Page 19: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

8

4) Transverse lower abdomen, yaitu insisi melintang dibagian

bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada

operasi appendisitis.

c. Etiologi

Indikasi laparatomi menurut Mansjoer (2007)

1) Trauma abdomen ( tumpul atau tajam)

2) Peritonitis

3) Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding)

4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar

5) Massa abdomen

d. Proses Penyembuhan Luka Post-Laparatomi

Fase penyembuhan luka post-laparatomi menurut

(Jitowiyono 2010)adalah:

1) Fase Pertama

Berlangsung sampai hari ke-3. Batang leukosit banyak

yang rusak atau rapuh. Sel-sel darah baru berkembang

menjadi penyembuhan dimana serabut-serabut bening

digunakan sebagai kerangka.

2) Fase Kedua

Dari hari ke-3 sampai hari ke-14. Pengisian oleh

kolagen,seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna

dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan

kemerahaan.

Page 20: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

9

3) Fase Ketiga

Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus menerus

ditimbun,timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat

digunakan kembali.

4) Fase Keempat

Fase terakhir penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

e. Komplikasi Post-Laparatomi

Komplikasi Post-Laparatomi menurut Jitowiyono (2010) adalah:

1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis

Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari

setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila

darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan

ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak.

2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka

atau eviserasi

Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.

Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui

insisi. Faktor penyebab dehisensi dan eviserasi adalah infeksi

luka,kesalahan menutupnya waktu pembedahan, ketegangan

yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk

atau muntah.

Page 21: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

10

3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah

operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi

adalah stapilokokus aurens, organisme, gram

positif.Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.

f. Perawatan post laparatomi

Menurut Kozier (2006), perawatan post laparatomi adalah

bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-

pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan

perawataan post laparatomiadalah :

1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahaan

2) Mempercepat penyembuhaan

3) Mengembalikan fungsi abdomen pasien semaksimal mungkin

seperti sebelum operasi

4) Mempertahankan konsep diri pasien

5) Mempersiapkan pasien pulang

g. Asuhan keperawatan post laparatomi

1) Pengkajian

a) Respirasi

Bagaimana saluran pernafasan, jenis pernafasan, bunyi

pernafasan.

b) Sirkulasi

Nadi, tekanan darah, dan suhu, warna kulit dn refill kapiler.

Page 22: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

11

c) Pernafasan : tingkat kesadaran

d) Balutan

Balutan mengoptimalkan lingkungan penyembuhan,

melindungi luka dari kontaminasi udara sekitar, dan

mencegah pertumbuhan bakteri diluka.

e) Peralatan

Monitor yang terpasang cairan infus atau tranfusi

f) Rasa nyaman

Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas

ventilasi (Sugeng, 2012)

2) Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (NIC dalam Huda Amin dan Kusuma Hardhi,

2013 ) pada kasus post laparatomi

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan

(post operasi laparatomi akibat nyeri).

c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3) Intervensi

(1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

1) Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien

2) Kaji nyeri secara komperensif (PQRST)

3) Beri posisi nyaman pada pasien

Page 23: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

12

4) Ajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi

dengan relaksasi guided imagery

(2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (post

operasi laparatomi akibat nyeri).

1) Monitor kebutuhan tidur pasien setiap jam dan hari

2) Diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat

pola istirahat

3) jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

4) Kolaborasi tentang pemberian obat anti nyeri

(3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

1) monitor vital sign

2) Kaji kemampuan mobilasi pasien

3) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi keadaan

ADL

4) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika pasien memerlukan

5) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan kebutuhan

2. Appendiksitis

a. Pengertian

Appendiksitis adalah peradangan dari apendiks

vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang

paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik

Page 24: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

13

laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-

laki berusia antara 10 sampai 30 tahun. (Arief Manjoer, 2007 :

307)

b. Klasifikasi Appendiksitis

Menurut Jatiwiyono dan Krisyanasari (2010), Appendiksitis

terbagi atas 2 yaitu :

1) Appendiksitis akut terdiri atas : appendiksitis akut fokalis

atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul struktur

local, appendiksitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk

nanah.

2) Appendiksitis kronis, dibagi atas appendiksitis kronis fokalis

atau parsial, setelah sembuh akan timbul struktur local,

appendiksitis kronis obliteritiva yaitu appendik miring,

biasanya ditemukan pada usia tua.

c. Etiologi

Etiologi appendiksitis menurut Dermawan (2010) yaitu :

1) Inflamasi akut pada appendik dan edema

2) Ulserasi dari epitel apendiks

3) Obstruksi pada colon oleh fecalit (feses yang keras)

4) Terhambatnya aliran mukus

5) Nekrosis

6) Tumor atau benda asing

7) Invasi bakteri usus

Page 25: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

14

d. Manifestasi Klinis

Menurut Dermawan (2010) tanda dan gejala appendiksitis

yaitu :

1) Nyeri pada kuadran kanan bawah

2) Demam ringan

3) Mual muntah

4) Anoreksia

5) Spasme otot abdomen (tungkai sulit untuk digerakkan)

6) Konstipasi atau diare

e. Komplikasi Appendiksitis

Komplikasi appendiksitis menurut Bararah (2013) :

1) Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi

appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau

abses

2) Abses subfrenikus

3) Fokal sepsis intraabdominal lain

3. Nyeri

a. Pengertian

Nyeri adalah sesuatu yang sering membuat pasien merasa

tidak nyaman. Nyeri sering dijelaskan oleh penderita dengan

berbagai macam istilah, misalnya rasa tusuk, rasa tikam, rasa

terobek, rasa tersengat, rasa bakar rasa sayat, rasa berdenyut,

pernyataan tersebut menunjukkan lamanya waktu terasa nyeri

Page 26: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

15

dan menyamakannya dengan hal-hal yang menyebabkan rasa

tersebut pada waktu lampau yang pernah dialaminya (Potter

and perry, 2006).

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalaminya. Nyeri terjadi bersama

proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses

pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan

banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan

nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat

subjektif antara satu individu dengan individu lainnya

berbeda dalam menyikapi nyeri (Andarmoyo, 2013)

b. Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan individual. Nyeri adalah segala

sesuatu tentang yang di katakan seseorang tentang nyeri

tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan nyeri. Mc

Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman

nyeri, antara lain: nyeri bersifat individual, tidak meyenangkan,

merupakan kekuatan yang mendominasi dan bersifat tidak

berkesudahan (Andarmayo 2013).

Page 27: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

16

c. Klasifikasi Nyeri

1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam

hal kerusakan sedemikan rupa. Menurut international for

the study of pain nyeri akut adalah awitan yang tiba - tiba

atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir

yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6

bulan (Herdman, 2012).

2) Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau

intermiten yangmenetap sepanjang suatu periode waktu.

Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang

diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis tidak

mempunyai awalan yang ditetapkan dengan tetap dan

sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak

memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan

pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi sinyal

yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagai

mana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah

dengan sendirinya. (Judha, 2012).

Page 28: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

17

Menurut Tamsuri (2006), klasifikasi nyeri

berdasarkan lokasi, dibagi menjadi enam yaitu:

a) Nyeri super fisial adalah nyeri yang timbul akibat

stimulus terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar.

b) Nyeri somatik adalah nyeri yang terjadi pada otot

dan tulangserta penyokong lainnya.

c) Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh

karenakerusakan organ internal. Nyeri yang timbul

bersifat difus dan durasinya cukup lama.

d) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang

meluas dari daerah asal jaringan sekitar.

e) Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan

oleh pasien yang mengalami amputasi.

f) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul

akibatadanya nyeri viseral yang menjalar ke organ

lain sehinggadirasakan menjalar ke organ lain.

d. Respon Nyeri

1) Respon fisiologi terhadap nyeri

Perubahan atau respon fisiologi di anggap sebagai indikator

nyeri yang lebih akurat di bandingkan laporan verbal

pasien. Respon fisiologi terhadap nyeri dapat sangat

membayakan individu. Pada saat impuls nyeri naik ke

medula spinalis menuju ke batang otak dan hipotalamus,

Page 29: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

18

sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian

dari respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus

menerus, berat, dalam, dn melibatkan organ-organ dalam

atauvisceral maka sistem simpatis akan menghasilkan suatu

aksi (Andarmoyo, 2013).

2) Respon perilaku

Menurut Potter dan Perrry (2006), tanda dan gejala

nyeri ada bermacam-macam perilaku yang tercermin dari

pasien, secara umum orang yang mengalami nyeri akan

didapatkan respon psikologis berupa:

a) Suara yaitu menangis, merintih dan menarik atau

menghembuskan nafas.

b) Efek wajah yaitu ditandai meringis, menggigit lidah,

mengatupkangigi, dahi berkerut, tutup rapat atau

membuka mata atau mulut, menggigit bibir.

c) Pergerakan tubuh ditandai dengan kegelisahan,

mondar-mondir,gerakan mengosok atau berirama,

bergerak melindungi bagian tubuh, imbolisasi dan otot

tegang.

e. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah

nyeri yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri

sangat subjektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam

Page 30: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

19

intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang

yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif

yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologi

tubuh terhadap nyeri itu sendiri namun, pengukuran dengan

teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang

nyeri itu sendiri (Tamsuri 2012).

Menurut Potter & Perry (2006) alat ukur nyeri sebagai berikut:

1) Numeric Rating Scale (NRS)

Lebih digunakan sebagai pengganti alat

pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebeum dan

setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala

untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10

cm.

Gambar 2.1

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

Page 31: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

20

4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

2) Verbal Deskriptif Scale (VDS)

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi

verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai

lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang

sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari

“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”

Gambar 2.2

3) Pain Assesment Behavioral Scale (PABS)

Page 32: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

21

Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri,

1-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, >7: nyeri berat.

0 1 2 3 4 5 6 >7

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri

nyeri ringan sedang berat

Gambar 2.3

f. Strategi penanganan nyeri

1) Management nyeri farmakologi

Management nyeri farmakologi menggunakan

terapi obat analgetik. Pemberian obat analgetik yang

diberikan guna mengganggu atau memblok transmisi

stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara

mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgetiknya

adalah narkotika dan nonnarkotika. Semua jenis

analgetik dapat menimbulkan ketergantungan pada

penderitanya (Andarmoyo, 2013).

2) Management nyeri non-farmakologi

Management nyeri non-farmakologi untuk

mengurangi nyeri salah satunya adalah teknik guided

imagery. Guided imagery merupakan sebuah proses

menggunakan kekuatan pikiran dengan mengarahkan

tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan

Page 33: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

22

melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua

indra (visual, sentuhan, penciuman, penglihatan,

pendengaran) sehingga terbentuklah keseimbangan antara

pikiran, tubuh dan jiwa (Prasetyo, 2010).

4. Guided Imagery

a. Definisi

Guided imaginary merupakan salah satu dari teknik

relaksasi sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama

dengan manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli

dalam bidang teknik relaksasi guided imagery berpendapat

bahwa guided imagery merupakan penyembuh yang efektif.

Teknik ini dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan

dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit

seperti depresi, alergi dan asma (Priyanto, 2011).

Menurut Kaplan & sadock, 2010 dalam Novaretna, 2013

mengatakan bahwa teknik Guided imagery adalah metode relaksasi

untuk menghayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan

rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut

memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman

relaksasi.

b. Manfaat

Manfaat dari tehnik Guided Imagery yaitu diantaranya

mengurangi stres dan kecemasan, mengurangi nyeri mengurangi

Page 34: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

23

efek samping, mengurangi tekanan darah tinggi, mengurangi level

gula darah atau diabetes, mengurangi alergi dan gejala pernafasan,

mengurangi sakit kepala, mengurangi biaya rumah sakit dan

meningkatkan penyembuhan luka (Alimul, 2006).

Guided imagery merupakan salah satu dari tehnik relaksasi

sehingga maanfaat dari tehnik ini pada umumnya sama dengan

manfaat dari tehnik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang

tehnik relaksasi guided imagery berpendapat bahwa guided

imagery merupakan penyembuhan yang efektif. Tehnik ini dapat

mengurangi nyeri mempercepat penyembuhan dan membantu

tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi

dan asma (Priyanto, 2011).

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan Guided Imagerydilaksanakan dengan

membawa klien menuju tempat special dalam imajinasi mereka

(misal: sebuah pantai tropis, air terjun, lereng pegunungan dll).

Mereka dapat merasa aman dan bebas dari segala gangguan

(interupsi). Pendengar difokuskan pada kedetailan dari

pemandangan tersebut, pada apa yang terlihat, terdengar dan

tercium dimana mereka berada di tempat spesial tersebut.

Dalam melakukan teknik ini, dapat juga digunakan audio tape

dengar music yang lembut atau suara-suara alam sebagai

Page 35: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

24

background. Waktu yang digunakan 10-20 menit. (Alimul,

2006).

d. Langkah-langkah

Tehnik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya

yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup

matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk

relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan

bayangan untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010).

Menurut Kozier & Erb, (2009) dalam Novarenta, (2013),

mengatakan bahwa langkah-langkah dalam melakukan Guided

Imagery yaitu :

1) Untuk persiapan, mencari lingkungan yang nyaman dan tenang,

bebas dari distraksi. Lingkungan yang bebas dari distraksi

diperlukan oleh subjek guna berfokus pada imajinasi yang

dipilih. Untuk pelaksanaan, subjek harus tahu rasional dan

keuntungan dari tehnik imajinasi terbimbing. Subjek

merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi dan harus

memahami secara lengkap tentang apa yang harus dilakukan

dan hasil akhir yang diharapkan. Selanjutnya memberikan

kebebasan kepda subjek. Membantu subjek keposisi yang

nyaman dengan cara: membantu subjek untuk bersandar dan

meminta menutup matanya. Posisi nyaman dapat meningkatkan

fokus subjek selama latihan imajinasi. Menggunakan sentuhan

Page 36: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

25

jika hal ini tidak membuat subjek terasa terancam. Bagi

beberapa subjek, sentuhan fisik mungkin menganggu karena

kepercayaan budaya dan agama mereka.

2) Langkah berikutnya menimbulkan relaksasi. Dengan cara

memanggil nama yang disukai. Berbicara jelas dangan nada

yang tenang dan netral. Meminta subjek menarik nafas dalam

dan perlahan untuk merelaksasikan semua otot. Untuk mengatsi

nyeri atau stress, dorong subjek untuk membayangkan hal-hal

yang menyenangkan. Setelah itu membantu subjek merinci

gambaran dari bayangannya. Mendorong subjek untuk

menggunakan semua inderanya dalam menjelaskna bayangan

dan lingkungan bayangan tersebut.

3) Langkah selanjutnya meminta subjek untuk menjelaskan

perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh

bayanganya. Dengan mengarahkan subjek untuk

mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini akan

memungkinkan subjek memodifikasi imajinasinya. Respon

negatif dapat diarahkan kembali untk emberikan hasil akhir

yang lebih positif. Selanjutnya memberikan umpan balik

kontinyu kepada subjek. Dengan memberi komentar pada

tanda-tanda relaksasi dan ketentraman. Setelah itu membawa

subjek keluar dari bayangan. Setelah pengalaman imajinasi dan

emndiskusikan perasaan subjek mengenai pengalamnya

Page 37: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

26

tersebut. Serta mengidentifikasi setiap hal yang dapat

meningkatkan pengalaman imajinasi. Selanjutnya motivasi

subjek untuk mempraktikan tehnik imajinasi secara mandiri.

Page 38: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

27

B. Kerangka Teori

(Greenbarg, 2003)

Gambar 2.4

Massa

abdomen

Internal

blooding

Laparatomi

Trauma

abdomen

Resiko

infeksi

Kerusakan

integritas kulit Nyeri

Guided

imagery

Non

farmakologi

farmakologi

Diterima sebagai rangsang

oleh berbagai indra

kemudian akan dijalankan

kebatang otak menuju

sensor thalamus

Membawa klien ke

arah relaksasi

membentuk bayangan

yang disukai

Mengurangi intensitas nyeri

Memori bayangan akan

muncul dan menimbulkan

persepsi yang sebenarnya

dan mempengaruhi

reseptor nyeri

Di thalamus rangsang

dianalisis sehingga otak

mengenali obyek

tersebut

Page 39: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

28

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI

APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Tindakan di lakukan pada pasien post operasi laparatomi diRuang

Anggrek RSUD Wonogiri

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan diRuang Anggrek RSUD Wonogiri pada

tanggal 4 Januari 2016 sampai dengan teanggal 16 Januari 2016.

C. Media dan Alat yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan alat lembar obsevasi ataupun media :

Numerical Rating Scale

D. Presedur Tindakan Berdasarkan Riset

1. Fase Orientasi

a. Menyapa pasien dan keluarga pasien.

b. Meminta persetujuan tindakan.

c. Menjelaskan langkah prosedur.

d. Menanyakan kesiapan pasien.

Page 40: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

29

2. Fase kerja

a. Melihat keadaan umum pasien.

b. MelakukanNumerical Rating Scale

c. Melakuan guided imgery relaksasi.

1) Pastikan keadaan atau lingkungan di sekitar pasien dalam

keadaan yang tenang.

2) Memakaikan selimut pasien.

3) Pasien diminta untuk memejamkan mata sambil menarik nafas

panjang dan dalam secara perlahan hingga relaks.

4) Melakukan tehnik guded imagery dengan membawa pasien ke

dalam keadaan yang tenang dan damai.

5) Menyuruh pasien untuk menarik nafas dalam lagi.

6) Memberikan stimulus dengan rangsangan yang menyenangkan

pasien.

7) Mengembalikan pasien kedalam keadaan semula yang tenang.

3. Fase Terminasi

a. Mengevaluasi pasien dan mendokumentasikan kegiatan.

b. Berpamitan.

Page 41: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

30

E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Berdasarkan Riset

Alat ukur dari aplikasi tindakan relaksasiGuided Imageryi adalah lembar

observasi danNumerical Rating Scale (NRS).

Gambar 3.1 Numeric Rating Scale (NRS)

(Sumber : www.painedu.org/NIPC/painassessmentscale.html )

Page 42: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

31

BAB IV

LAPORAN KASUS

Asuhan keperawatan Tn.T dengan post laparatomi guided imagery dengan

indikasi appendiksitis Rumah Sakit Umum dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, perumusan masalah

keperawatan, perencanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian

dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 jam 09.00 WIB dengan menggunakan

metode alloanamnesa dan autoanamnesa

A. Pengkajian

Hasil pengkajian diperoleh data antara lain, nama pasien Tn. T, berjenis

kelamin perempuan dengan umur 27 tahun, berstatus belum menikah,

beragama islam, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA),

pekerjaan swasta dan bertempat tinggal di Ngadirejo, Wonogiri, diagnosa

medis appendiksitis, nomor registrasi 528492. Identitas penanggung jawab

adalah Ny. L berumur 40 tahun, pendidikan terakhir Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan pekerjaan wiraswasta, alamat Ngadirejo, Wonogiri,

hubungan dengan pasien adalah saudara.

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 05 Januari 2016 jam 14.30 WIB,

dengan keluhan utama pasien merasakan nyeri perut kanan bagian bawah.

Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien mengatakan dengan keluhan badan

terasa lemas, lesu dan merasakan nyeri perut bagian kanan bawah 1 minggu

sebelum masuk rumah sakit (30 Desember 2015). Pada tanggal 05 Januari

Page 43: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

32

2016 pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri dan langsung di pindah di bangsal Anggrek. Dan hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital pasien TD : 110/80 mmhg, N : 80x/menit, S :

36 C, RR : 21x/menit dan kemudian diberikan infus RL 20 tpm.

Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan belum pernah mengalami

penyakit seperti appendiksitis, danpasien mengatakan pernah mengalami

kecelakaan, pasien sebelumnya pernah di rawat di RSUD Yogyakarta pada

tanggal 23 Maret 2015 selama 4 hari, pasien sebelumnya belum pernah

dioperasi, pasien memiliki alergi obat antalgin. Pasien dan keluarga

mengatakan tidak ingat kapan terakhir kali diberikan imunisasi dan jenis

imunisasi apa. Kebiasaan pasien yaitu merokok dan minum kopi.

Hasil pengkajian riwayat keluarga , pasien dan keluarga mengatakan tidak

mempunyai penyakit keturunan seperti HIV, hepatitis dan hipertensi.

Genogram:

Page 44: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

33

Keterangan :

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Hubungan

: Pasien : Garis keturunan

: Tinggal satu rumah

Hasil genogram didapatkan Tn. T adalah anak ketiga dari tiga bersaudara

kandung. Tn. T tinggal satu rumah dengan ayah dan ibunya.

Hasil dari riwayat kesehatan lingkungan yaitu pasien mengatakan tempat

tinggal dilingkungan yang masih asri, bersih dan jauh dari polusi udara dan

ventilasi udara dalam rumah cukup dan menjaga kebersihan lingkungan. Hasil

dari pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yaitu pasien dan keluarga

mengatakan jika terdapat anggota keluarga yang sakit selalu di bawa ke

puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Hasil dari pola nutrisi dan metabolisme tubuh didapatkan untuk pola

makan sebelum sakit 3x sehari dengan nasi ,sayur, lauk dan buah 1 porsi habis

serta tidak ada keluhan dan selama sakit pasien makan 3x sehari dengan

bubur, sayur, lauk dan ½ porsi habis serta tidak ada keluhan. Hasil untuk pola

minum sebelum sakit pasien minum kira-kira sekitar 1300 cc dengan es teh

dan air putih dan tidak ada keluhan, pola minum selama sakit pasien minum

sekitar 700cc perhari dengan aur putih dan teh manis dan tidak ada keluhan.

Page 45: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

34

Hasil pengkajian pola eliminasi, diperoleh dari BAK dan BAB. Pada pola

BAK didapatkan pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi BAK sebelum

sakit 5 kali dalam sehari berwarna kuning dan tidak ada keluhan, selama sakit

frekeunsi BAK 3 kali dalam sehari berwarna kuning dan tidak keluhan.

Eliminasi BAB pasien mengtakan sebelum sakit frekuensi BAB 1 kali dalam

sehari dengan konsistensi lunak berbentuk dan berwarna kuning serta tidak

ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan belum pernah BAB selama di

rawat di rumah sakit.

Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan sebelum

sakit dapat melakukan aktivitas secara mandiri, selama sakit pasien hanya bisa

dibantu dengan orang lain seperti toileting, makan/minum, berpindah,

berpakaian, mobilitas ditempat tidur. Hasil pengkajian pola istirahat tidur

didapatkan pada saat sebelum sakit mengatakan setiap tidur rata-rata 6-8 jam

tidur malam dan sekitar 1 jam tidur siang, tidak ada gangguan tidur. Selama

sakit didapatkan hasil pengkajian, pasien mengatakan tidur kurang lebih selam

3 jam tidur malam. Adapun tanda-tanda kurang tidur turunnya konsentrasi,

mudah lelah, mudah ngantuk di siang hari dan nafsu makan menurun.

Hasil pengkajian pola kognitif-perseptual didapatkan data sebelum sakit

pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam hal penglihatan maupun alat

indra lainnya. Selama sakit pasien dapat melihat dan berbicara dengan baik

dan pasien mengeluh merasakan nyeri P: pasien mengatakan nyeri bertambah

saat bergerak, Q: nyeri seperti ditekan, R: nyeri pada bagian luka post operasi

laparatomi, S: skala nyeri 6, T: nyeri hilang timbul kira-kira 10 menit.

Page 46: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

35

Hasil pengkajian pola persepsi konsep diri didapatkan pasien mengatakan

sebelum dan selama sakit, harga diri pasien, pasien mengatakan sudah

melakukan yang terbaik dan merasa berharga berada dilingkungan yang di

sayangi, pada gambaran diri pasien mengatakan menyukai semua anggota

ditubuhnya, pada ideal diri pasien mengatakan ingin menjadi seorang yang

baik dan membahagiakan kedua orang tua, pada identitas diri pasien

mengatakan berjenis kelamin laki-laki, usia 27 tahun, belum menikah, bekerja

sebagai karyawan pabrik, pada peran diri sebagai anak nomor 3 dan

membantu kebutuhan orang tua.

Hasil pengkajian pola hubungan peran paada saat sebelum dan selama

sakit pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya berjalan harmonis dan

lingkungan sekitar. Hasil pengkajian pola seksual reproduksi didapatkan hasil

pasien mengatakan berjenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun dan sebagai

karyawan pabrik. Hasil pengkajian pola mekanisme koping didapatkan hasil

sebelum dan selama sakit pasien mengatakan jika pasien ada masalah di dalam

keluarga pasien selalu bercerita kepada seluruh anggota keluarga dan saat

mengambil keputusan di lakukan secara bermusyawarah.Hasil pengkajian pola

nilai dan keyakinan dilaporkan pada saat sebelum dan selama sakit pasien

mengatakan beragama islam, selalu beribadah dan sholat 5 waktu.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data kesadaran pasien composmentis,

GCS: 15 E:4,M:6,V:5 tekanan darah: 110/80 mmhg, nadi dengan frekuensi

80x/menit, irama reguler, kekuatan atau isi kuat, pernafasan dengan frekuensi

21x/menit, berirama reguler, suhu: 36 C. Kulit kepala pasien bersih, tidak ada

Page 47: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

36

ketombe dan tidak ada luka, rambut bersih, sedikit ikal, warna hitam, bentuk

kepala mesocepal. Pemeriksaan mata pasien didapatkan palbebra tidak udem,

konjungtiva kanan kiri tidak anemis, warna merah muda, sklera kanan kiri

tidak ikterik, warna putih, pupil isokor kanan kiri, diameter kanan kiri

simetris, reflek cahaya kanan kiri pupil mengecil saat ada cahaya dan didekati

cahaya dan membesar saaat cahaya menjauh, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan. Hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada jejas, mulut simetris,

bersih, tidak ada jejas dan sariawan, bibir sedikit kering, telinga simetris tidak

ada sekret dan tidak mmenggunakan alat bantu pendengaran. Gigi bersih tidak

ada caries, leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kaku kuduk.

Hasil pemeriksaan dada yang meliputi paru-paru didapatkan data inspeksi

pengembangan dada kanan kiri sama, tidak ada jejas, palpasi vocal premitus

kanan kiri sama, perkusi suara sonor kanan kiri, dan auskultasi secara

vasikuler dan irama teratur. Hasil pemeriksaan jantung didapatkan data

inspeksi ictus cordis tidak nampak, palpasi ictus cordis terasa di ics 5, perkusi

pekak, auskultasi bunyi jantung 1 dan 2 sama, tidak ada suara tambahan. Hasil

pemeriksaan abdomen didapatkan data hasil inspeksi perut simetris, tidak ada

jejas, terdapat umbilicus bersih, auskultasi terdengar bising usus normal 13

kali per menit, perkusi timpani kuadran II, III, IV, dan pekak di kuadran I,

palpasi merasakan nyeri pada kuadran kanan IV.

Hasil pemeriksaan genetalia pasien bersih, tidak terpasang DC, rectum

bersih, tidak ada hemoroid. Hasil pemeriksaan pada ekstremitas atas

didapatkan hasil kekuatan otot kanan dan kiri normal skala 5 kanan kiri, ROM

Page 48: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

37

kanan kiri normal skal 5 kanan dan kiri, tidak ada perubahan bentuk tulang,

perabaan akral hangat, capilary refile kann kiri kurang 2 detik. Hasil

pemeriksaan ekstremitas bawah didapati hasil kekuatan otot kanan dan kiri

normal dengan skala 5, ROM kanan kiri normal skala 5, perubahan bentuk

tulang tidak ada, perubahan akral hangat, capilary refile kurang 2 detik.

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 06 Januari 2016 didapatkan hasil

laboratorium WBL 10,4 k/ul (normal 4,1-10,9), LYM 2,9-2,75% l (normal

0,6-4,1), MID 0,7-6,7% m (normal 0,0-1,8), GRAND 6,8-6,58% g (normal

2,0-7,8), RBC 4,90 m/ul (normal 4,20-6,30), HGB 14,3 g/dl (normal 12,0-

18,0), HCT 44,4% (normal 37,0-31.0), MCV 90,7 fl (normal 80,0-97,0), MCH

29,2 g/dl (normal 26,0-32,0), MCHV 32,2 g/dl (normal 31,0-36,0), RDW

14,0% (normal 11,5-14,5), PLT 350 k/ul (normal 140-440), MPV 6,2 fl

(normal 0,0-99,8),

Hasil pemeriksaan data appendiksitis pasien dengan nomor pemeriksaan

528493001701 pada tanggal 06 Januari 2016 USG abdomen hepar bentuk

tidak membesar, parenchym homogen, permukaan rata,, sudut lancip, tepi

reguler, tidak tampak lesi, duktus intra hepatica normal, ducktus ekstra

hepatica normal, vena porta normal, vena hepotica norrmal. V.fellea tidak

membesar, tidak tampak batu, tidak tampak AS,tidak tampak doble layer,

tidak tampak massa. Pancreas tidak membesar, tidak tampak kalsifikasi, tidak

tampak nodul, duct pancreticus (N), lien tidak membesar, vena lienalis

normal, tidak tampak kalsifikasi, tidak tampak massa. Para aorta tidak nampak

massa, tidak tampak kalsifikasi, ren kanan tidak membesar, tidak nampak

Page 49: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

38

batu, tidak nampak AS, PCS normal dan ren kiri tidak membesar, tidak

tampak batu, tidak tampak AS, PCS normal. V.V tidak nampak batu, tidak

tampak AS, kesan dari data ini di dapatkan SUSPEK APENDICITIS.

Pada tanggal 06 Januari 2016 sampai tanggal 08 Januari 2016terapi yang

diberikan kepada pasien adalah rangger laktat 500ml/20 tpm untuk memenuhi

kebutuhan cairan dan elektrolit, injeksi cefozolin 1gr/12jam sebagai antibiotik,

Ranitidine 30mg/12jam sebagai obat untuk anti nyeri, Ketorolac 30mg/8jam

sebagai analgesik non narkotik.

B. Rumusan Masalah Keperawatan

Perumusan masalah di tegakkan berdasarkan pengkajian yang di lakukan

pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 09.00 WIB dan didapatkan data subyektif

dan data obyektif. Data subyektif didapatkan pasien mengatakan merasa nyeri

P: pasien mengatakan nyeri saat digerakkan karena pasca operasi laparatomi

appendiksitis, Q: pasien mengatakan nyeri seperti di tekan, R: pasien

mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, S: pasien mengatakan skala nyeri

6, T: pasien mengatakan nyeri hilang timbul kira-kira 10 menit. Data obyektif

didapatkan data pasien terlihat ekspresi wajah meringis menahan nyeri,

terdapat luka bekas operasi laparatomi appendiksitis, hasil USG menunjukkan

terjadinya appendiksitis dan tanda-tanda vital pasien TD: 110/80 mmHg, N:

80x/menit, RR: 21x/menit, S: 36 C. Sehingga masalah keperawatan yang

timbul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Data yang kedua didapatkan data subyektif pasien mengatakan susah tidur

pada malam hari , dalam 1x24 jam pasien hanya tidur kira-kira hanya 3jam,

Page 50: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

39

dan pasien merasakan badan pegal-pegal dan mudah lelah. Data obyektif

didapatkan hasil pasien terlihat lesu, wajah pucat, mata sayup, konsentrasi

menurun, mudah lelah, mudah ngantuk di siang hari dan nafsu makan

menurun. Sehingga diambil masalah keperawatan gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan (pasca operasi akibat nyeri).

Data yang ketiga didapatkan data subyektif pasien mengatakan semua

aktifitas di rumah sakit dibantu dengan orang lain meliputi makan/minum,

toileting, berpindah, mobilitas tempat tidur. Data obyektif pasien terlihat

lemas, aktifitas dan latihan pasien tampak di bantu orang lain, sehingga

didapatkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri.

Prioritas diagnosa keperawatan:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (post operasi

laparatomi akibat nyeri)

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik, penulis mempunyai tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria

hasil pasien mengungkapkan nyeri berkurang dengan skala 1-3, pasien mampu

mengontrol nyeri, pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri) dan tanda-tanda vital pasien dalam rentang normal TD:

Page 51: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

40

120/80 mmHg, N: 60-100x/menit, RR: 16-24x/menit, S: 36,5-37.5 C. Rencana

tindakan dalam mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah O : observasi

keadaan umum dan tanda-tanda vital klien, kaji skala nyeri secara

komperehensif (PQRST), beri posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi

guided imagery (bimbingan imajinasi, menghayalkan suatu yang

menyenangkan), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk

mengurangi rasa nyeri dengan tindakan farmakologi.

Masalah keperawatan yang kedua adalah gangguan pola tidur

berhubungan gangguan (pasca operasi akibat nyeri), penulis mempunyai

tujuan setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

gangguan pola tidur pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil jumlah jam

tidur pasien dalam batas normal 6-8 jam, perasaan segar setelah bangun tidur,

tidak merasakan ngantuk. Rencana tindakan dalam mengatasi masalah

keperawatan tersebut adalah O : monitor kebutuhan tidur pasien setiap jam

dan setiap hari, diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat pola

istirahat, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, kolaborasi tentang

pemberian obat anti nyeri.

Masalah keperawatan yang ketiga adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri, penulis mempunyai tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik pasien

dapat teratasi dengan kriteria hasil meningkatkan aktifitas fisik pasien, pasien

mampu melakukan aktifitas secara mandiri, memverbalisasikan perasaa dalam

meningkatkan kekuatan dalam kemampuan berpindah. Rencana tindakan

Page 52: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

41

dalam mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah O: kaji kemampuan

pasien dalam mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan, dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan

bantu penuhi kebutuhan ADL pasien, konsultasi dengan terapi fisik tentang

rencana mobilisasi sesuai kebutuhan.

D. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaaan. Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pada tanggal 06 Januari 2016 pukul

09.30 WIB yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien.

Respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di periksa keadaan umum

dan tanda-tanda vital, respon obyektif pasien tampak lemas dengan TD:

110/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 21x/menit, S: 36 C. Pukul 09.45 WIB

mengobsevasi nyeri pasien secara komperehensif (PQRST), respon subyektif

pasien mengatakan nyeri ketika saat digerakkan ( post operasi laparatomi

appendiksitis), nyeri seperti ditekan, nyeri pada bagian perut kanan bawah,

dengan nyeri skala 6, nyeri hilang timbul kira-kira 10 menit. Respon obyektif

pasien terlihat meringis menahan nyeri.

Pukul 10.00 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien, respon

suyektif pasien mengatakan nyaman dengan berbaring atau tiduran, respon

obyektif pasien nyaman dengan keadaan berbaring. Pukul 10.15 WIB

mengajarkan tehnik relaksasi gueded imagery (imajinasi terbimbing,

Page 53: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

42

menghayalkan suatu yang menyenangkan), respon subyektif pasien

mengatakan nyeri berkurang ketika melakukan relaksasi guided imagery,

respon obyektif pasien terlihat melakukan relaksasi guided imagery nyeri

berkurang menjadi skala 5.

Pukul 10.30 WIB mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik

(cefozolin 1gr/12jam, ranitidin 30mg/12jam, ketorolac 30mg/8jam). Respon

subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diinjeksi, respon obyektif

analgetik sudah di injeksi, tidak ada tanda-tanda alergi pada tubuh pasien.

Tindakan keperawatan pada diagnosa kedua gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan (pasca operasi laparatomi akibat nyeri) pada

tanggal 06 Januari 2016 pukul 10.45 WIB yaitu memonitor kebutuhan tidur

pasien setiap jam dan setiap hari. Respon subyektif klien mengatakan bersedia

untuk dimonitor kebutuhan tidurnya, respon obyektif pasien tampak lelah tidur

dalam sehari kira-kira hanya 3 jam. Pukul 11.00 WIB mendiskusikan bersama

pasien dan keluarga tentang tingkat poala istirahat, respon subyektif pasien

dan keluarga mengatakan bersedia diajak diskusi. Respon obyektif pasien dan

keluaraga tampak mengerti apa yg diskusikan tentang tingkat pola istirahat.

Pukul 11.30 WIB menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, respon

subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan penjelasan, respon obyektif

pasien tampak memahami apa yang dijelaskan oleh perawat tentang

pentingnya tidur yang adekuat.

Tindakan keperawatan pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 13.00 WIB,

Page 54: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

43

mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan memberikan bantuan jika

diperlukan, respon subyektif pasien mengatakan bersedia melakukan untuk

merubah posisi, respon obyektif pasien tampak melakukan gerakan seperti

memiringkan badan dan melakukan gerakkan semifowler. Pukul 13.30 WIB

mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs pasien, respon subyektif pasien mengatakan bersedia di

berikan tindakan oleh perawat, respon obyektif pasien tamapak lemas dan

peawat membantu pasien saat mobilisasi ditempat tidur, makan/minum dan

toileting.

Tindakan keperawatan pada diagonsa yang pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pada tanggal 07 Januari 2016 pukul

08.00 WIB. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,

respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di periksa keadaan umum

dan tanda-tanda vital, respon obyektif pasien tampak lemas dengan TD:

110/90 mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit, S: 37 C. Pukul 08.15 WIB

mengobservasi nyeri secara komperehensif (PQRST), respon subyektif pasien

mengatakan nyeri sat di gerakkan (post operasi laparatomi), nyeri seperti di

tekan, nyeri pada perut kana bagian bawah, dengan skala nyeri 5, nyeri hilang

timbul kira-kira selama 8 menit. Respon obyektif pasien tampak meringis

menahan nyeri.

Pukul 08.30 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien, respon

suyektif pasien mengatakan nyaman dengan berbaring atau tiduran, respon

obyektif pasien nyaman dengan keadaan berbaring. Pukul 08.45 WIB

Page 55: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

44

mengajarkan tehnik relaksasi gueded imagery (imajinasi terbimbing,

menghayalkan suatu yang menyenangkan), respon subyektif pasien

mengatakan nyeri berkurang ketika melakukan relaksasi guided imagery,

respon obyektif pasien tampak melakukan relaksasi guided imagery nyeri

berkurang menjadi skala 4.Pukul 09.15 WIB mengkolaborasikan dalam

pemberian analgetik (cefozolin 1gr/12jam, ranitidin 30mg/12jam, ketorolac

30mg/8jam). Respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diinjeksi,

respon obyektif analgetik sudah di injeksi, tidak ada tanda-tanda alergi pada

tubuh pasien.

Tindakan keperawatan pada diagnosa kedua gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan (pasca operasi laparatomi akibat nyeri) pada

tanggal 07 Januari 2016 pukul 10.00 WIB yaitu memonitor kebutuhan tidur

pasien setiap jam dan setiap hari. Respon subyektif klien mengatakan bersedia

untuk dimonitor kebutuhan tidurnya, respon obyektif pasien tampak lemas

sudah bisa tidur malam meski sering terbangun.Pukul 11.00 WIB menjelaskan

pentingnya tidur yang adekuat, respon subyektif pasien mengatakan bersedia

diberikan penjelasan, respon obyektif pasien tampak memahami apa yang

dijelaskan oleh perawat tentang pentingnya tidur yang adekuat.

Tindakan keperawatan pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri pada tanggal 07 Januari 2016 pukul 13.00 WIB,

mengobservasi kemampuan pasien dalam mobilisasi. Respon subyektif pasien

mengatakan sudah mampu mobilisasi di tempat tidur, respon obyektif pasien

sudah mampu melakukan memiringkan badan dan semi fowler secara mandiri.

Page 56: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

45

Pukul 13.30 WIB mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi dan

bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien, respon subyektif pasien mengatakan

bersedia di berikan tindakan oleh perawat, respon obyektif pasien tampak

sudah bisa melakukan mobilitas ditempat tidur mandiri, makan/minum secara

mandiri dan toileting masih di dampingi.

Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik pada tanggal 08 Januari 2016 pukul 08.00 WIB yaitu

mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien. Respon subyektif

pasien mengatakan bersedia untuk di periksa keadaan umum dan tanda-tanda

vital, respon obyektif pasien tampak lemas dengan TD: 120/80 mmHg, N:

80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5 C. Pukul 08.30 WIB mengobsevasi nyeri

pasien secara komperehensif (PQRST), respon subyektif pasien mengatakan

nyeri ketika saat digerakkan ( post operasi laparatomi appendiksitis), nyeri

seperti ditekan, nyeri pada bagian perut kanan bawah, dengan nyeri skala 4 ,

nyeri hilang timbul kira-kira 5 menit. Respon obyektif pasien tampak tenang

karena merasakan nyeri berkurang.

Pukul 08.40 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien, respon

suyektif pasien mengatakan nyaman dengan berbaring atau tiduran, respon

obyektif pasien nyaman dengan keadaan berbaring. Pukul 09.00 WIB

mengajarkan tehnik relaksasi gueded imagery ( imajinasi terbimbing,

menghayalkan suatu yang menyenangkan), respon subyektif pasien

mengatakan nyeri berkurang ketika melakukan relaksasi guided imagery,

Page 57: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

46

respon obyektif pasien tampak melakukan relaksasi guided imagery nyeri

berkurang menjadi skala 3.

Pukul 09.30 WIB mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik

(cefozolin 1gr/12jam, ranitidin 30mg/12jam, ketorolac 30mg/8jam). Respon

subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diinjeksi, respon obyektif

analgetik sudah di injeksi, tidak ada tanda-tanda alergi pada tubuh pasien.

Tindakan keperawatan pada diagnosa kedua gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan (post operasi laparatomi akibat nyeri) pada

tanggal 08 Januari 2016 pukul 10.00 WIB yaitu memonitor kebutuhan tidur

pasien setiap jam dan setiap hari. Respon subyektif klien mengatakan bersedia

untuk dimonitor kebutuhan tidurnya, respon obyektif pasien tampak segar

sudah bisa tidur malam kira-kira 5-6 jam.

Pukul 11.00 WIB menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, respon

subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan penjelasan, respon obyektif

pasien tampak memahami apa yang dijelaskan oleh perawat tentang

pentingnya tidur yang adekuat.

Tindakan keperawatan pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri pada tanggal 08 Januari 2016 pukul 13.00 WIB,

mengobservasi kemampuan pasien dalam mobilisasi. Respon subyektif pasien

mengatakan sudah mampu mobilisasi di tempat tidur, respon obyektif pasien

sudah mampu melakukan memiringkan badan dan merubah posisi di tempat

tidur. Pukul 13.30 WIB mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi

dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien, respon subyektif pasien

Page 58: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

47

mengatakan bersedia di berikan tindakan oleh perawat, respon obyektif pasien

tampak sudah bisa melakukan mobilisasi ditempat tidur, makan atau minum

secara mandiri dan toileting secara mandiri.

E. Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian di evaluasi

pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 14.00 WIB nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik. Pasien mengatakan nyeri ketika saat digerakkan (

post operasi laparatomi appendiksitis), nyeri seperti ditekan, nyeri pada bagian

perut kanan bawah, dengan nyeri skala 6, nyeri hilang timbul kira-kira 10

menit. Ekspresi pasien tampak meringis menhan nyeri dengan TD: 110/80

mmHg, N: 80x/menit, RR: 21x/menit, S: 36 C. Masalah keperawatan nyeri

akut belum teratasi, lanjutkan intervensi: observasi keadaan umum dan tanda-

tanda vital pasien, observasi nyeri secara komperehensif (PQRST), beri posisi

yang nyaman, jarkan relaksasi guided imagery (imajinasi terbimbing,

menghayalkan suatu hal yang menyenangkan), kolaborasi dalam pemberian

analgetik.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 06 januari 2016 pukul 14.00

WIB pada diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan gangguan (post

operasi laparatomi akibat nyeri). Pasien mengatakan susah tidur, dalam sehari

kira-kira tidur hanya 3jam, pasien tampak lesu, wajah pucat, mata sayup,

konsentrasi menurun, mudah lelah, mudah ngantuk di siang hari dan nafsu

makan menurun, masalah keperawatan gangguan pola tidur belum teratasi,

lanjutkan intervensi: monitor kebutuhan tidur pasien setiap jam dan setiap

Page 59: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

48

hari, diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat pola istirahat,

jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, kolaborasi tentang pemberian obat

anti nyeri.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 06 januari 2016 pukul 14.00

WIB pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri. Pasien mengatakan makan/minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,

berpindah, toileting masih dibantu orang lain, pasien tampak lemas,

mobilisassi masih di bantu, masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik

belum teratasi, lanjutkan intervensi: kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi,

ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan,

dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs

pasien, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana mobilisasi sesuai

kebutuhan.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 07 januari 2016 pukul 14.00

WIB nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Pasien mengatakan

nyeri ketika saat digerakkan ( post operasi laparatomi appendiksitis), nyeri

seperti ditekan, nyeri pada bagian perut kanan bawah, dengan nyeri skala 5,

nyeri hilang timbul kira-kira 8 menit. Ekspresi pasien tampak meringis

menhan nyeri dengan TD: 110/90 mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit, S: 37

C. Masalah keperawatan nyeri akutteratasi sebagian, lanjutkan intervensi:

observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, observasi nyeri secara

komperehensif (PQRST), beri posisi yang nyaman, jarkan relaksasi guided

Page 60: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

49

imagery (imajinasi terbimbing, menghayalkan suatu hal yang menyenangkan),

kolaborasi dalam pemberian analgetik.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 07 januari 2016 pukul 14.00

WIB pada diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan gangguan (post

operasi laparatomi akibat nyeri). Pasien mengatakan sudah bisa tidur malam

meski sering terbangun, pasien tampak lesu, wajah, konsentrasi menurun,

mudah lelah, nafsu makan menurun, masalah keperawatan gangguan pola

tidur teratasi sebagian, lanjutkan intervensi: monitor kebutuhan tidur pasien

setiap jam dan setiap hari, diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang

tingkat pola istirahat, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, kolaborasi

tentang pemberian obat anti nyeri.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 07 januari 2016 pukul 14.00

WIB pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri. Pasien mengatakan sudah bisa melakukan mobilitas tempat tidur,

makan/minum secara mandiri, dan toileting masih di dampingi.Masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisikteratasi sebagian, lanjutkan intervensi:

kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah

posisi dan berikan bantuan jika diperlukan, dampingi dan bantu klien saat

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien, konsultasi dengan terapi

fisik tentang rencana mobilisasi sesuai kebutuhan.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 08 januari 2016 pukul 14.00

WIB nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Pasien mengatakan

nyeri ketika saat digerakkan (post operasi laparatomi appendiksitis), nyeri

Page 61: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

50

seperti ditekan, nyeri pada bagian perut kanan bawah, dengan nyeri skala 3,

nyeri hilang timbul kira-kira 5 menit. Ekspresi pasien tampak rileks dengan

TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5 C. Setelah di

lakukan tindakan relaksasi guided imagery masalah nyeri pasien teratasi

dengan skala nyri menjadi 3. Intervensi dihentikan

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 08 januari 2016 pukul 14.00

WIB pada diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan gangguan (post

operasi laparatomi akibat nyeri). pasien tampak segar sudah bisa tidur malam

kira-kira 5-6 jam. Masalah keperawatan gangguan pola tidur teratasi,

intervensi dihentikan.

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 08 januari 2016 pukul 14.00

WIB pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri. Pasien sudah bisa mobilitas ditempat tidur, makan/minum secara

mandiri dan toileting secara mandiri. Masalah keperawatan hambatan

mobilitas fisik teratasi, intervensi dihentikan.

Page 62: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

51

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang pemberian teknik relaksasi

guided imagery terhadap penurunan intensitas nyeri pada asuhan

keperawatan Tn.T dengan post operasi laparatomi diruang anggrek RSUD

dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Disamping itu penulis juga akan

membahas tentang kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan kenyataan

yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengkajian,

dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengkajian

keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verikasi dan

komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup

dua langkah pengumpulan data yaitu pengumpulan data primer (klien)

dan sumber sekunder keluarga, kesehatan, dan analisis data sebagai

dasar unutuk diagnosa keperawatan (Potter dan Perry, 2005).

Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengkajian identitas

pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11 pola gordon serta

pemeriksaan fisik head to toe(Potter dan Perry, 2005).

Page 63: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

52

Pengkajian pada tanggal 06 januari 2016 pukul 09.00 WIB yang

dilakukan dengan metode alloanamnase dan autoanamnesa didapatkan

hasil pasien dengan nama Tn.T dengan diagnosa medis appendiksitis

dan dilakukan appendiksitis laparatomi. Keluhan utama pada pasien

post operasi laparatomi adalah nyeri pada bagian perut sebelah kanan

bawah, karena terjadi pembedahan atau operasi pada daerah abdomen,

yang salah satu dari efek pembedahan adalah nyeri. Data tersebut

sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa post op

laparatomi dapat menyebabkan nyeri (Andarmoyo, 2013).

Nyeri adalah sesuatu yang sering membuat pasien merasa tidak

nyaman. Nyeri sering dijelaskan oleh penderita dengan berbagai

macam istilah, misalnya rasa tusuk, rasa tikam, rasa terobek, rasa

tersengat, rasa bakar rasa sayat, rasa berdenyut, pernyataan tersebut

menunjukkan lamanya waktu terasa nyeri dan menyamakannya dengan

hal-hal yang menyebabkan rasa tersebut pada waktu lampau yang

pernah dialaminya (Potter and perry, 2006).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikan rupa.

Menurut international for the study of pain nyeri akut adalah awitan

yang tiba - tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan

Page 64: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

53

akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan

(Herdman, 2012).

Nyeri yang dirasakan Tn.T tergolong nyeri sedang karena skala

nyeri yang dirasakan 6 (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik).

Dalam pengaplikasian jurnal ini penulis menggunakan alat ukur

dari aplikasi tindakan relaksasi Guided Imagery adalah lembar

observasi dan (NRS)Numerical Rating Scale(Potter dan Perry,

2006).Dimana alat ukur nyeri skala 0 : Tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan:

secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, skala 4-6 :

nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik, lebih dari skala 7-9 : nyeri berat : secara obyektif

klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon

terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

panjang dan distraksi, skala 10 nyeri sangat berat, secara obyektif klien

sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul (Potter and Perry,

2006)

Menurut Donovan & Girto (1984) dalam Nian (2010) dalam

melakukan pengkajian karakteristik nyeri adapun teori yang digunakan

penulis yaitu faktor pencetus (P ; Provocate) perawat mengkaji tentang

Page 65: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

54

penyebab atau stimulus nyeri pada klien, kualitas (Q ; Quality) sesuatu

yang subjektif yang diungkapkan oleh klien sering kali klien

mendeskripsikan nyeri yang dirasakan klien, lokasi (R ; Region)

mengkaji lokasi nyeri, keparahan (S : Severe) menggambarkan nyeri

yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat,

durasi (T : Time) untuk menentukan awitan, durasi dan rangkaian

nyeri.

Data yang didapatkan telah sesuai dengan teori pengkajian bahwa

keluhan utama yang muncul pada pasien laparatomi yaitu nyeri perut

kanan bawah. Riwayat kesehatan sekarang saat dilakukan pengkajian

pasien masih mengeluh nyeri perut kanan bawah seperti ditekan, lesu

dan lemas.Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

darah: 110/80 mmHg, nadi: 80x/ menit, pernapasan: 21x/ menit, suhu:

36oC.Riwayat kesehatan dahulu pasien belum pernah mengalami

penyakit seperti appendiksitis, dan pasien pernah mengalami

kecelakaan, pasien sebelumnya pernah di rawat di RSUD Yogyakarta

pada tanggal 23 Maret 2015 selama 4 hari, pasien sebelumnya belum

pernah dioperasi, pasien memiliki alergi obat antalgin. Pasien dan

keluarga tidak ingat kapan terakhir kali diberikan imunisasi dan jenis

imunisasi apa. Kebiasaan pasien yaitu merokok dan minum

kopi.penyakit Riwayat kesehatan keluarga tidak ada penyakit

keturunan seperti hipertensi, HIV, hepatitis dan penyakit jantung

(Brunner dan Suddart, 2005).

Page 66: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

55

Dalam pengkajian pola Gordon, penulis hanya membahas masalah

yang muncul pada pasien.Pola istirahat tidur pasien mengatakan

selama sakit tidur selama kira-kira 3 jam dan merasa lemas karena

menahan nyeri, tidur malam 2 jam dan siang 1 jam. Data tersebut telah

sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa nyeri akan

menyebabkan gangguan tidur dan apabila nyeri semakin parah maka

akan semakin parah juga tingkat gangguan tidurnya (Albertie, 2006).

Menurut Rains (2006), menyatakan bahwa nyeri dapat menyebabkan

sesorang terbangun dari tidurnya sehingga total jam tidur menjadi

berkurang.

Pada pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon,

penulis hanya membahas masalah yang muncul pada pasien. Pola

aktivitas dan latihan, pasien mengatakan sebelum sakit pasien

melakukan aktivitas makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,

mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi ROM dengan nilai 0

mandiri. Sedangkan selama sakit aktivitas makan/minum, mandi,

berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi ROM

dengan nilai 2 dibantu orang lain dan toileting dengan nilai 3 dibantu

orang lain dan alat (Muttaqin, 2008).

Pada pemeriksaan fisik penampilan umum kesadaran compos

mentis, tanda – tanda vital menunjukkan TD : 110/80 mmHg, Nadi :

96x/menit, riama teratur, kekuatan kuat. RR : 21 x/menit, irama

teratur, Suhu : 36 ˚C. Klasifikasi tekanan darah orang dewasa menurut

Page 67: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

56

WHO (Depkes, 2013) tekanan darah normal 12/80 mmHg namun bila

tekana sistolik antara (120 – 139) dan diastolik antara (80 – 89) maka

masih dikatakan normal. Kecepatan respirasi (usia dewasa 14 tahun

atau lebih) kurang dari 11 sampai dengan 24 kali per menit

(Wilkinson, 2011).

Dalam pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan hasil kekuatan otot

tangan kanan 4 (bergerak terbatas) dan kiri 5 (bergerak bebas), tangan

kiri mampu bergerak bebas tetapi kanan gerakan terbatas karena

terpasang infus RL 20tpm, perabaan akral hangat, tidak ada odema,

dan capilary refill< 2 detik. Sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas

bagian bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kanan 5 (bergerak

bebas), kekuatan kaki kiri 5 (bergerak bebas), perabaan akral hangat,

tidak ada odema, dan capilary refill< 2 detik. Kekuatan otot diuji

melalui pengkajian kemampuan klien untuk melakukan fleksi dan

ekstensi ekstremitas sambil dilakukan penahanan (Muttaqin, 2008).

Menurut Prawirohardjo (2009), hasil yang didapatkan pada

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien post operasi

laparatomi adalah laboratorium WBL 10,4 k/ul (normal 4,1-10,9),

LYM 2,9-2,75% l (normal 0,6-4,1), MID 0,7-6,7% m (normal 0,0-1,8),

GRAND 6,8-6,58% g (normal 2,0-7,8), RBC 4,90 m/ul (normal 4,20-

6,30), HGB 14,3 g/dl (normal 12,0-18,0), HCT 44,4% (normal 37,0-

31.0), MCV 90,7 fl (normal 80,0-97,0), MCH 29,2 g/dl (normal 26,0-

32,0), MCHV 32,2 g/dl (normal 31,0-36,0), RDW 14,0% (normal

Page 68: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

57

11,5-14,5), PLT 350 k/ul (normal 140-440), MPV 6,2 fl (normal 0,0-

99,8).

Hasil data pemeriksaan penunjang USGappendiksitis pasien

dengan nomor pemeriksaan 528493001701 pada tanggal 06 Januari

2016 USG (ultrasonography) abdomen hepar bentuk tidak membesar,

parenchym homogen, permukaan rata,, sudut lancip, tepi reguler, tidak

tampak lesi, duktus intra hepatica normal, ducktus ekstra hepatica

normal, vena porta normal, vena hepotica norrmal. V.fellea tidak

membesar, tidak tampak batu, tidak tampak AS,tidak tampak doble

layer, tidak tampak massa. Pancreas tidak membesar, tidak tamapak

kalsifikasi, tidak tampak nodul, duct pancreticus (N), lien tidak

membesar, vena lienalis normal, tidak tampak kalsifikasi, tidak tampak

massa. Para aorta tidak nampak massa, tidak tampak kalsifikasi, ren

kanan tidak membesar, tidak nampak batu, tidak nampak AS, PCS

normal dan ren kiri tidak membesar, tidak tampak batu, tidak tampak

AS, PCS normal. V.V tidak nampak batu, tidak tampak AS, kesan dari

data ini di dapatkan suspek apendicitis.

Terapi medis yang diberikan pemberian infus RL 20tpm untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit, cefozolin 1gr/12jam

golongan anti bakteri fungsi untuk mencegah infeksi yang disebabkan

oleh bakteri positif dan negatif, ranitidine 25mg/12 jam golongan

antasida fungsi pengobatan jangka tukak duedenum aktif, tukak

lambung aktif mengurangi gejala refluksi esofagitis, keterolac

Page 69: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

58

20mg/8jam golongan non narkotik fungsinya untuk penatalaksnaan

jangka pendek nyeri akut derajat sedang – berat segera setelah operasi.

(Midian Sirait, 2014)

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai

dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat Setiadi (2012).Dalam

merumuskan diagnosa keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu

respon manusia (problem), faktor yang berhubungan (etiologi), tanda

dan gejala (simpton) Setiadi (2012).

Diagnosa yang muncul pada Tn. T yang pertama adalah nyeri akut.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikan rupa.

Menurut (international for the study of pain) nyeri akut adalah awitan

yang tiba - tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan

akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan

(Herdman, 2012 dalam Nanda 2012-2014).

Hal ini sesuai dengan teori Hierarki Maslow yang menyebutkan

bahwa nyeri termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan

fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi oleh manusia untuk

Page 70: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

59

bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu dari pada kebutuhan

yang lain. Kebutuhan fisiologis meliputi: oksigen, cairan, nutrisi

(makan dan minum), temperatur, eliminasi, istirahat tidur, kebutuhan

sex, terbebas dari rasa nyeri, stimulasi, aktivitas. (Mubarak, 2008)

Nyeri akut bisa mengancam proses penyembuhan pasien, maka

harus menjadi prioritas pertama perawatan, karena kemajuan fisik atau

psikologis akan terganggu selama nyeri akut masih dirasakan karena

pasien memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi

nyeri (Potter dan Perry, 2006). Hal tersebut menjadi alasan bagi

penulis, masalah keperawatan nyeri akut menjadi diagnosa

keperawatan pertama.

Data yang menunjang pada diagnosa keperawatan yang pertama

adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi

laparatomi appendiksitis) (Perry and Potter, 2006).Batasan

karakteristik menurut teori yang ada yaitu perubahan tekanan darah,

perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan,

mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek, menangis, waspada

iritabilitas mendesal), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap

melindungi area nyeri (Herdman, 2012). Pada Tn.T batasan

karakteristik yang ditemukan meliputi data subyektif pasien

mengatakan nyeri saat digerakan karena pasca operasi laparatomi, rasa

nyeri ditekan, pasien nyeri pada abdomen post operasi appendiksitis

laparatomi dengan skala nyeri 6 dan rasa nyeri hilang timbul ± selama

Page 71: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

60

10 menit. Data obyektif pasien terlihat menahan nyeri, terdapat luka

post operasi laparatomi, dengan hasil tanda – tanda vital tekanan darah

110/80mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36 ˚C, dan RR 21x/menit.

Diagnosa kedua penulis merumuskan adalah gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan (post operasi laparatomi akibat nyeri).

Gangguan pola tidur dapat didefinisikan sebagai gangguan jumlah dan

kualitas tidur (penghentian kesadaran alami, periodik) yang dibatasi

waktu dalam jumlah dan kualitas (Wilkinson, 2007). Data subyektif

pasien mengatakan susah tidur pada malam hari, dalam 1x24 jam

pasien hanya tidur kira-kira hanya 3 jam , tidur malam 2 jam dan tidur

siang 1 jam, dan pasien merasakan pegal-pegal dan mudah lelah. Data

obyektif pasien terlihat lesu, wajah pucat, mata sayup, konsentrasi

menurun, mudah lelah mudah ngantuk disiang hari dan nafsu makan

menurun.Tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 80x/ menit, pernapasan:

21x/ menit, suhu: 36oC.

Penulis mengangkat diagnosa gangguan pola tidur karena telah

sesuai dengan teori (Wilkinson, 2007), yang menyebutkan bahwa

batasan karakteristik gangguan pola tidur yaitu bangun lebih awal atau

lebih lambat dari yang diinginkan, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal

tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak

dapat beristirahat dengan baik. Menurut kebutuhan menurut Maslow

gangguan pola tidur masuk dalam kebutuhan prioritas kedua keamanan

dan keselamatan (fisik dan psikologis). Penulis memprioritaskan

Page 72: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

61

diagnosagangguan pola tidur sebagai diagnosa kedua setelah nyeri,

karena gangguan pola tidur tidak bersifat urgent(Potter dan Perry,

2005). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yng dapat

diambil oleh penulis adalah nyeri.

Diagnosa keperawatan ketiga yang diangkat penulis adalah

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Karena sesuai

dengan teori (Nurarif, 2013) Hambatan mobilitas fisik adalah

keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu lebih ekstremitas

secara mandiri dan terarah, dengan batasan karakteristik adalah

kesulitan membolak balikkan posisi, keterbatasan kemampuan untuk

melakukan motorik kasar hal tersebut sesuai dengan batasan

karakteristik hambatan mobilitas fisik, yaitu kesulitan membolak -

balik posisi, keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik

kasar, melambatnya pergerakan (Nurarif, 2013).

Data yang menunjang pada diagnosa keperawatan yang ketiga

adalah didapatkan data subyektif antara lain pasien mengatakan

makan/minum, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah,

ambulasi/ROM dibantu keluarga dan alat. Data obyektif yang

diperoleh pasien terlihat lemas, aktivitas dan latihan makan/minum,

mandi, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi

ROM dengan nilai 2 (dibantu orang lain) dan toileting dengan nilai 3

(dibantu orang lain dan alat). Karena hambatan mobilitas fisik faktor

penyebab adalah nyeri akut sehingga penulis menjadikan hambatan

Page 73: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

62

mobilitas fisik sebagai prioritas diagnosa yang ketiga (Muttaqin,

2008).

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan

tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,

memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.

Perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dan arti

pada asuhan keperawatan, karena perencanaan adalah sumber

informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan keperawatan klien.

Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama, dan

memelihara continuitas asuhan keperawatan klien bagi seluruh

anggota tim (Setiadi, 2012). Proses perencanaan keperawatan meliputi

penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan

intervensi yang tepat, dan rasionalisasi dari intervensi dan

mendokumentasikan rencana perawatan (Setiadi, 2012).

Penulis menyusun rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan

nyeri akut, gangguan pola tidur dan hambatan mobilitas fisik

berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification) dengan

menggunakan metode ONEC (Observasi, Nursing Intervention,

Education, Collaboration). Tujuan dan kriteria hasil ini disusun

berdasarkan NOC (Nursing Output Classification) dengan

Page 74: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

63

menggunakan metode SMART (Spesific, Measurable, Achievable,

Realistic, Time) (Dermawan, 2012).

Pada diagnosa keperawatan pertama nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik, penulis mencantumkan tujuan setelah

tindakan 3x 24 jam diharapkan pasien melaporkan bahwa nyeri

berkurang dari skala 6 menjadi 3 dengan menggunakan manajemen

nyeri dengan rasional fungsi , ekspresi wajah pasien tidak terlihat

menahan nyeri, pasien mampu mengontrol nyeri, pasien mampu

mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, frekuensi dan tanda

nyeri), tanda – tanda vital pasien dalam keadaan normal dengan TD :

120/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 16 – 24 x/menit, Suhu : 36,5˚C,

pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang. Intervensi yang

dilakukan untuk diagnosa pertama adalah observasi tanda-tanda vital

dan keadaan umum pasien dengan rasional nyeri dapat mempengaruhi

tanda – tanda vital sesuai dengan batasan karakteristik. Kaji nyeri

secara komperensif (PQRST) dengan rasional untuk mengetahui skala,

intensitas, lokasi, frekuensi, kualitas dan waktu. Beri posisi nyaman

pada pasien dengan rasional memberikan posisi yang dapat

mengurangi nyeri. Ajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi

dengan relaksasi guided imagerydengan rasional pasien dapat

mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik

dan emosi pada nyeri. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik dengan rasional mengontrol / menngurangi nyeri untuk

Page 75: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

64

meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerja sama dengan aturan

teurapetik (NIC dalam Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 660 ).

Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (post operasi

laparatomi akibat nyeri).penulis mencantumkan tujuan setelah

tindakan 3x 24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan pola tidur,

dengan kriteria hasil: jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam

perhari, pasien tidak menguap lagi, perasaan segar sesudah tidur atau

istirahat, tidak merasakan ngantuk dan nafsu makan meningkat dan

dapat berkonsentrasi. Intervensi yang dilakukan monitor kebutuhan

tidur pasien setiap jam dan hari dengan rasional untuk mengontrol

istirahat pasien, diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang

tingkat pola istirahat dengan rasional untuk mengetahui pentingnya

istirahat, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat dengan rasional untuk

mengintrol tidur waktu tidur pasien, kolaborasi tentang pemberian obat

anti nyeri dengan rasional untuk memudahkan pasien istirahat. (NIC

dalam Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 603).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri setelah dilakukan tindakan 3

x 24 jam diharapkan tingkat mobilitas optimal dengna kriteria hasil

klien meningkat dalam aktivitas fisik, memverbalkan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah. Penulis

menuliskan intervensi yang dapat dilakukan monitor vital sign dengan

rasional mengetahui keadaan umum pasien. Kaji kemampuan mobilasi

Page 76: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

65

pasien dengan rasional mengetahui perkembangan mobilitas pasien.

Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi keadaan ADL dengan

rasional memelihara fleksibelitas sendi sesuai kemampuan. Ajarkan

pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika pasien

memerlukan dengan rasional meningkatkan kemandirian pasien dalam

kondisi keterbatasan. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang

rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan dengan rasional

meningkatkan kemampuan mobilitas dari latihan ahli fisioterapi. (NIC

dalam Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 612 ).

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari

intervensi keperawatan antara lain : mempertahankan daya tahan

tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,

mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,

memantapkan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan

dokter (Setiadi, 2012).

Implementasi dilakukan dari perencanan yang disusun sebelumnya.

Penulis membahas implementasi dari masing-masing diangnosa.

Implementasi yang penulis lakukan pada Tn.T pada diagnosa

keperawatan yang pertama nyeri akut berhubangan dengan agen cidera

fisik, yaitu kaji status nyeri pasien meliputi lokasi, skala, durasi dan

Page 77: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

66

penyebaran nyeri dengan rasional berguna dalam pengawasan

keefektifan obat, terapi dan kemajuan penyembuhan. Menggunakan

metode PQRST, Menurut (Donovan & Girto 1984) dalam Nian (2010)

dalam melakukan pengkajian karakteristik nyeri adapun teori yang

digunakan penulis yaitu faktor pencetus (P ; Provocate) perawat

mengkaji tentang penyebab atau stimulus nyeri pada klien, kualitas (Q

; Quality) sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien sering

kali klien mendeskripsikan nyeri yang dirasakan klien, lokasi (R ;

Region) mengkaji lokasi nyeri, keparahan (S : Severe) menggambarkan

nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri

berat, durasi (T : Time) untuk menentukan awitan, durasi dan

rangkaian nyeri.

Memonitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vitaluntuk

mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda – tanda vital

meliputi, tekanan darah, denyut nadi, suhu, respirasi. Tanda vital

mempunnyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya

perubahan tanda – tanda vital misal suhu tubuh menunjukan perubahan

sistem kardiovaskuler, frekuensi pernafasan menunjukkan fungsi

pernafasan dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem

kardiovaskuler yang dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital

tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Perubahan

tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas atau dalam

Page 78: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

67

keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya

gangguan sistem tubuh (Hidayat, 2005).

Penulis menekankan pada pemberian teknik relaksasi guided

imagery, dimana teknik relaksasiguided imagery adalah metode

relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan

dengan rasa relaksasi yang menyenangkan (Kaplan and Sadock, 2010).

Pemberian teknik relaksasiguided imagerymerupakan salah satu

dari teknik relaksasi sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya

sama dengan manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli

dalam bidang teknik relaksasi guided imagery berpendapat bahwa

guided imagery merupakan penyembuh yang efektif. Teknik ini

dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu

tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi

dan asma (Priyanto, 2011).

Penulis melakukan pemberian teknik relaksasi guided imageryini

selama 3 hari pengelolaan, teknik ini diajarkan dan diberikan selama ±

10 – 20 menit ketika pasien mengalami nyeri muncul agar mengalami

penurunan dan penulis mengkaji nyeri dengan PQRST sebelum

dilakukan teknik relaksasi dan sesudah diberikan teknik relaksasi

guided imagerysebagai berikut pada hari pertama skala nyeri 6 turun

menjadi skala 5, hari kedua skala nyeri 5 setelah dilakukan teknik

relaksasi guided imageryturun menjadi skala 4, dan hari ketiga skala

nyeri dari skala 4 turun menjadi 3 setelah dilakukan teknik relaksasi

Page 79: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

68

guided imagery. Dengan demikian hal ini sesuai dengan jurnal teori

(Priyanto, 2011) guided imagery berpengaruh dalam menurunkan skala

nyeri yang dimana penulis setiap melakukan implementasi kepada

klien mengalami penurunan skala nyeri.

Penulis mengaplikasikan pemberian teknik relaksasi guided

imagery sesuai jurnal, pemberian tehnik relaksasi guided imagery

dilakukan 1 kali dalam sehari dengan waktu 10-20 menit selama 3 hari.

Menurut jurnal (Alimul, 2006) dalam melakukan teknik relaksasi

guided imagery tidak diberikan batasan hari yang ditetapkan, hanya

waktu yang digunakan 10-20 menit. Pemberian tehnik relaksasi guided

imagery efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada pasien post

operasi laparatomi.

Implementasi selanjutnya memberikan posisi nyaman pada pasien

merupakan salah satu cara untuk membantu mengurangi rasa sakit

yang dirasakan, diharapkan pasien merasa nyaman pada posisi tersebut

dan dapat mengurangi kondisi saat serangan.

Mengkolaborasikan pemberian obat analgesik pereda nyeri

cefozolin 1gr/12jam golongan anti bakteri fungsi untuk mencegah

infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif dan negatif, ranitidine

25mg/12 jam golongan antasida fungsi pengobatan jangka tukak

duedenum aktif, tukak lambung aktif mengurangi gejala refluksi

esofagitis, keterolac 20mg/12jam golongan non narkotik fungsinya

Page 80: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

69

untuk penatalaksnaan jangka pendek nyeri akut derajat sedang – berat

segera setelah operasi(Midian Sirait, 2014).

Diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan

gangguan (pasca operasi akibat nyeri). Implementasi yang dilakukan

penulis memonitor kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam,

mendiskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat pola

istirahat, menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat. (NIC dalam

Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 603 ).

Penulis mengangkat diagnosa gangguan pola tidur karena telah

sesuai dengan teori (Wilkinson, 2007), yang menyebutkan bahwa

batasan karakteristik gangguan pola tidur yaitu bangun lebih awal atau

lebih lambat dari yang diinginkan, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal

tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak

dapat beristirahat dengan baik.

Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan nyeri.Hambatan mobilitas fisik adalah

keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu lebih ekstermitas

secara mandiri dan terarah dengan batasan karakteristik adalah

kesulitan membolak balikkan posisi, keterbatasan kemampuan untuk

melakukan motorik kasar. (NIC dalam Huda Amin dan Kusuma

Hardhi, 2013: 612 ).

Diagnosa keperawatan ketiga yang diangkat penulis adalah

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Karena sesuai

Page 81: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

70

dengan teori (Nurarif, 2013) Hambatan mobilitas fisik adalah

keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu lebih ekstremitas

secara mandiri dan terarah, dengan batasan karakteristik adalah

kesulitan membolak balikkan posisi, keterbatasan kemampuan untuk

melakukan motorik kasar hal tersebut sesuai dengan batasan

karakteristik hambatan mobilitas fisik, yaitu kesulitan membolak -

balik posisi, keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik

kasar, melambatnya pergerakan (Nurarif, 2013).

Implementasi yang dilakukan mengkaji kemampuan mobilisasi

pasien dengan rasional mengetahui perkembangan mobilitas pasien.

pasien mengatakan pola aktivitas dan latihannya masih dibantu

keluarga dan alat dan data obyektifnya aktivitas makan/minum, mandi,

berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi ROM

dengan nilai 2 (dibantu orang lain) dan toileting dengan nilai 3

(dibantu orang lain dan alat).

Implementasi selanjutnya mendampingi dan membantu pasien saat

mobilisasi keadaan ADL dengan memelihara fleksibelitas sendi sesuai

kemampuan. Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika pasien memerlukan dengan rasional

meningkatkan kemandirian pasien dalam kondisi keterbatasan.

E. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

Page 82: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

71

dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan

kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Evaluasi dilakukan setiap hari diakhir shift dengan metode

SOAP,diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik (post operasi laparatomi appendiksitis) pada evaluasi hari

pertama pada tanggal 06 januari 2015 jam 13.30 WIB diagnosa

pertama dengan metode SOAP, respon subyektif pasien mengatakan

nyeri saat bergerak, nyeri seperti ditekan, nyeri pada abdomen luka

post operasi laparatomi, skala nyeri 6 menjadi 5, nyeri hilang timbul

sekitar ± 10 menit. Respon obyektif pasien dapat mengikuti terapi non

farmakologi yang diberikan (relaksasi guided imagery), pasien terlihat

menahan nyeri, pasien tampak rileks dengan vital sign TD : 110/80

mmHg, Nadi : 80x/menit, RR : 21x/menit, Suhu : 36˚C. Analisa

keperawatannya masalah nyeri belum teratasi. Planning, lanjutkan

intervensi monitor keadaan umum pasien dan vital sign pasien, kaji

status nyeri pasien, ajarkan teknik relaksasiguided imagery, berikan

posisi yang nyaman pada pasien, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgetik yaitu keterolac 20mg/8 jam.

Evaluasi hari kedua pada tanggal 07 januari 2016 jam 13.30 WIB

diagnosa pertama dengan metode SOAP, respon subyektif pasien

mengatakan nyeri saat bergerak, nyeri seperti ditekan, nyeri pada

Page 83: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

72

abdomen luka post operasi laparatomi, skala nyeri berkurang dari 5

menjadi 4, nyeri hilang timbul sekitar ± 8 menit. Respon obyektif

pasien dapat mengikuti terapi non farmakologi yang diberikan

(relaksasiguided imagery), pasien tampak rileks, vital sign pasien

dengan hasil TD : 120/90 mmHg, Nadi : 83 x/menit, RR : 20 x/menit,

Suhu : 37˚ C. Analisa masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian.

Planning, lanjutkan intervensi monitor keadaan umum pasien dan vital

sign pasien, kaji status nyeri pasien, ajarkan teknik relaksasi guided

imagery, berikan posisi yang nyaman pada pasien, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgetik yaitu keterolac 20mg/8 jam.

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 08 Januari 2016, dengan metode

SOAP, respon subyektif pasien mengatakan nyeri saat bergerak, nyeri

seperti ditekan, nyeri pada abdomen luka post operasi laparatomi,

skala nyeri berkurang dari 4 menjadi 3, nyeri hilang timbul sekitar ± 5

menit. Respon obyektif pasien dapat mengikuti terapi non farmakologi

yang diberikan (relaksasiguided imagery), pasien tampak rileks, vital

sign pasien dengan hasil TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, RR :

20 x/menit, Suhu : 36,5 ˚C. Analisa masalah keperawatan nyeri

teratasi. Planning, hentikan intervensi.

Evaluasi hari pertama pada tanggal 06 januari 2016 jam 14.00 WIB

masalah keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan

gangguan (pasca operasi akibat nyeri), respon subyektif klien

mengatakan sulit tidur tidur sehari sekitar 3 jam, badan terasa pegal-

Page 84: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

73

pegal. Respon obyektif pasien tampak sering menguap dan gelisah,

assessment masalah belum teratasi sulit tidur, planning lanjutkan

intervensi monitor kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam,

diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat pola istirahat,

jelaskan tidur yang adekuat.

Evaluasi hari kedua pada tanggal 07 januari 2016 jam 14.00 WIB

masalah keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan

gangguan (pasca operasi akibat nyeri), respon subyektif klien

mengatakan sudah bisa tertidur meski sering terbangun. Respon

obyektif pasien terlihat rileks, assessment masalah teratasi sebagian,

planning lanjutkan intervensi monitor kebutuhan tidur klien setiap hari

dan jam, diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat pola

istirahat, jelaskan tidur yang adekuat.

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 08 januari 2016 jam 14.00 WIB

masalah keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan

gangguan (pasca operasi akibat nyeri), respon subyektif klien

mengatakan klien sudah bisa tidur malam 5-6 jam. Respon obyektif

pasien terlihat rileks, assessment masalah pola tidur teratasi, hentikan

intervensi

Evaluasi pada diagnosa keperawatan yang ketiga dengan hambatan

mobilitas fisik berhubungna dengan nyeri,pada tanggal 06 januari 2016

jam 14.00 WIB dengan metode SOAP, respon subyektif pasien

mengatakan aktivitas dan latihannya ADL (Activity Daily

Page 85: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

74

Living)dibantu oleh keluarga dan alat. Respon obyektif pasien tampak

lemas, pola aktivitas dan latihan makan/minum, mandi, berpakaian,

mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi ROM (Range Of

Motion) toileting dengan nilai 3 (dibantu orang lain dan alat). Analisa

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik belumteratasi.

Planning, lanjutkan intervensi kaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan, dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan

bantu penuhi kebutuhan ADL (Activity Daily Living) pasien

Evaluasi diagnosa kedua pada tanggal 07 januari 2016 jam 14.00

WIB dengan metode SOAP, dengan respon subyektif pasien

mengatakan sudah bisa melakukan mobilitas ditempat tidur,

makan/minum secara mandiri, dan tolileting masih di dampingi.

Respon obyektif pasien, pola aktivitas dan latihannya masih dibantu

keluarga namun sudah tidak dengan alat dan data obyektifnya aktivitas

makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,

berpindah, ambulasi ROM (Range Of Motion) dengan nilai 2 (dibantu

orang lain). Analisa masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik

teratasi sebagian. Planning, lanjutkan intervensi kaji kemampuan

pasien dalam mobilisasi, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan, dampingi dan bantu klien saat

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL (Activity Daily Living)

Page 86: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

75

Tindakan evaluasi keperawatan pada tanggal 08 januari 2016

pukul 14.00 WIB pada diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri. Pasien sudah bisa mobilitas ditempat tidur,

makan/minum secara mandiri dan toileting secara mandiri. Masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisik teratasi, intervensi dihentikan.

Page 87: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

76

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

pada asuhan keperawatan Tn.T dengan post operasi laparatomi diruang

anggrek RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tiga hari

kelolaan dengan menerapkan aplikasi pemberian tehnik relaksasi guided

imagery terhadap intensitas nyeri maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Pengkajian

Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu kepala pusing, (P):

nyeri saat bergerak (post operasi laparatomi) (Q): nyeri seperti

ditekan, (R): nyeri pada perut kanan bawah (S): skala nyeri 6, (T):

nyeri hilang timbul selama 10 menit menit. Pasien juga mengatakan

sebelum sakit tidur 6-7 jam sehari, selama sakit pasien mengatakan

tidak bisa tidur, tidur hanya kurang lebih 3 jam sehari, sering

terbangun dan badan terasa lemas.

2. Diagnosa keperawatan

Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian keperawatan

pada Tn.T ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan hirarki

kebutuhan dasar menurut Maslow yaitu prioritas diagnosa pertama

Page 88: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

77

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, diagnosa prioritas

kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (post

operasi laparatomi akibat nyeri). Diagnosa prioritas ketiga Hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik. Intervensi yang dilakukan

yaitu : observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital klien, kaji skala

nyeri secara komperehensif (PQRST), beri posisi yang nyaman,

ajarkan tehnik relaksasi guided imagery (bimbingan imajinasi,

menghayalkan suatu yang menyenangkan), kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri dengan

tindakan farmakologi.

4. Implementasi Keperawatan

Diagnosa keperawatan pertama implementasi dilakukan

mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital klien, mengkaji

skala nyeri secara komperehensif (PQRST), memberikan posisi yang

nyaman, mengajarkan tehnik relaksasi guided imagery (bimbingan

imajinasi, menghayalkan suatu yang menyenangkan), berkolaborasi

dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk mengurangi rasa

nyeri dengan tindakan farmakologi.

Diagnosa keperawatan yang kedua implementasi dilakukan

memonitor kebutuhan tidur pasien setiap jam dan setiap hari,

Page 89: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

78

mendiskusikan bersama pasien dan keluarga tentang tingkat pola

istirahat, menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, berkolaborasi

tentang pemberian obat anti nyeri.

Diagnosa keperawatan yang ketiga implementasi dilakukan

mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengajarkan pasien

bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan,

mendampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADL (Activity Daily Living) pasien, berkonsultasi dengan

terapi fisik tentang rencana mobilisasi sesuai kebutuhan.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3x24jam yang diagnosa yang

pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik teratasi,

karena sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Nyeri akut dari

skala 6 menjadi 3, pasien tampak rileks.

Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3x24jam yang diagnosa yang

kedua gangguan pola tidur berhubungan gangguan (post operasi

laparatomi akibat nyeri) teratasi. Karena sesuai dengan kriteria hasil

yang diharapkan pasien tampak segar sudah bisa tidur malam kira-kira

5-6 jam

Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3x24jam yang diagnosa yang

ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri teratasi,

karena sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Pasien sudah bisa

Page 90: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

79

mobilitas ditempat tidur, makan/minum secara mandiri dan toileting

secara mandiri

6. Analisa hasil penerapan pemberian tehnik relaksasi guided imagery

terhadap intensitas nyeri.

Hasil penerapan tindakan keperawatan pemberian teknik relaksasi

guided imagery ini selama 3 hari pengelolaan, teknik ini diajarkan dan

diberikan selama ± 10 – 20 menit sebelum dilakukan teknik relaksasi

dan sesudah diberikan teknik relaksasi guided imagery sebagai

berikut : pada hari pertama skala nyeri 6 turun menjadi skala 5, hari

kedua skala nyeri 5 setelah dilakukan teknik relaksasi guided imagery

turun menjadi skala 4, dan hari ketiga skala nyeri dari skala 4 turun

menjadi 3 setelah dilakukan teknik relaksasi guided imagery. Dengan

demikian guided imagery berpengaruh mengurangi intensitas nyeri

pasien post operasi laparatomi diruang anggrek RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

B. Saran

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit khusunya RSUD Wonogiri dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan

kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien serta keluarga klien.

Khusunya dalam proses rehabilitasi medik dengan melibatkan keluarga

klien untuk berperan aktif sehingga klien dan keluarga mengerti

perawatan lanjutan dirumah.

Page 91: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

80

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan

yang lebih dan selalu memperbarui pengetahuan serta

keterampilannya, tidak lupa untuk koordinasi tim kesehatan lain dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami nyeri

khususnya pada pasien post laparatomi.

3. Bagi institusi pendidikan.

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

yang lebih berkualitas dengan mengupayakan aplikasi riset dalam

setiap tindakan keperawatan yang dilakukan sehingga mampu

menghasilkan perawat yang professional, terampil, inovatif dan

bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif

berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

4. Bagi penulis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan

pemberian tehnik relaksasi guided imagery diharapkan penulis akan

dapat lebih mengetahui cara pemeberian tehnik relaksasi guided

imagery yang baik dan benar terutama pada pasien post operasi

laparatomi yang mengalami gangguan nyeri akut dan diharapkan akan

menambah wawasan dalam menangani masalah keperawatan post op

laparatomi.

Page 92: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

2006.

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:

Ar-ruzz Media.

Bararah dan Jauhar. 2013.Asuhan keperawatan Panduan Lengkap menjadi

Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustaka

Brunner & Suddart. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

DepKes RI. 2010. Profil Kesehatan Republik Indonesia.

DepKes RI 2013. Riset Kesehatan Dasar Diakses 23 April 2016

<http;//www.depkes.co.id>

Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka

Kerja. Gosyen Publising. Yogyakarta

Herdman H. T., (2012-2014). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi.

Penerjemah Monika Ester, S.Kep, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta

Hidayat, A. A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Selemba

Medika.

Huda, Amin dan Kusuma, Hardi 2013. Aplikasi Nanda NIC – NOC ed. Revisi

Mediaction Publising,Jakarta. Diakses 06 Mei 2016

<http;//www.dewamaulanawibowo.com>

Jitowiyono, S.dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta:

NuhaMedika.

Kozier et all,2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan

Praktik. Edisi 2, EGC, Jakarta.

Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI.

2007.

Midian Sirait. 2014. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta. PT ISFI

Penerbit.

Page 93: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ekoindungp... · 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &

Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Perioperatif Konsep, Proses dan

Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Nanda, Nic Noc 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda.

EGC:Jakarta.

Potter and Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC. 2006.

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Simon, Ellen Chernoff. 2003. (diakses 17 April 2006). Soeparman. 1990. Ilmu

Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Sjamsuhidayat M..Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC. 2005.

Smeltzer and Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :

EGC. 2002.

Sugeng, Priyanto.2011. Efektifitas Teknik Relaksasi Guided Imagery

Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi. Jakarta:

EGC

Tamsuri, Anas 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Wilkinson , J.M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan; Diagnosi: NANDA,

Intervensi: NIC, Kriteria Hasil: NOC. Edisi 9. Terjemahan Esti

Wahyuningsih. Jakarta: EGC