Pembelaan Antonius Richard Roesnadi (Pledoi di PN Bandung 2014)
-
Upload
na-richard-roesnadi -
Category
Documents
-
view
273 -
download
11
description
Transcript of Pembelaan Antonius Richard Roesnadi (Pledoi di PN Bandung 2014)
-
Pledoi Yuridis
Nota Pembelaan atas Perkara :
66/Pid.B/2014/PN.BDG.
IDENTITAS TERDAKWA
ANTONIUS RICHARD ROESNADI bin Ir Eddy Rusli (Alm)
Tempat lahir: Jakarta
Umur tanggal lahir: 45 / 26 Mei 1969
Jl Gelong Baru Timur III no 10, Tomang Jakarta Barat
Kebangsaan: Indonesia
Pendidikan. : S1
Konsultan IT /Programmer
Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
1. Ijinkanlah Kami menghaturkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang dengan berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan kepada Kita semua, telah
mengumpulkan kita semua pada saat ini. Sebuah masa yang sangat penting, terutama bagi
kami, karena pada hari ini kami akan membacakan pembelaan hukum di hadapan Majelis
Hakim Yang Mulia, serta di hadapan semua masyarakat umum, atas tuntutan yang telah
diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap diri Kami.
2. Pembelaan hukum kami ini, tidak sekedar bagian dari ritual purba seorang manusia untuk membela diri dari ancaman terhadapnya, tetapi lebih dari itu, sebagai bagian dari
pencerahan hukum, kritik atas perlunya kontrol dan pengawasan atas kekuasaan, serta
perlunya sanksi yang tegas atas kesewenangan penguasa.
3. Oleh karena itu sangat besar harapan kami, bahwa pembelaan yang Kami susun ini dapat memberikan perspektif yang sesuai fakta dan pada gilirannya dapat memberi keyakinan
bagi Majelis Hakim Yang Mulia dalam memutuskan, apakah memang benar secara
faktual dan sesuai hukum, kami patut untuk dinyatakan bersalah dan harus
mempertanggungjawabkan dakwaan dan tuntutan yang ditimpakan kepada kami. Atau
memang secara fakta dan hukum, kami tidak bersalah dan karenanya tidak dapat
dihukum.
4. Besar harapan kami, bahwa Majelis Hakim Yang Mulia dapat mempertimbangkan nota pembelaan ini dengan seobyektif mungkin, agar perkara ini dapat diputus dengan baik
dan dapat memberikan manfaat bagi hukum dan keadilan bagi saya dan bagi bangsa
Indonesia.
5. Kami juga menghaturkan ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Majelis Hakim Yang Mulia, yang telah memimpin persidangan ini dengan penuh kesabaran, kearifan,
dan bijaksana. Jika sekiranya dalam pemeriksaan persidangan Kami memberikan
keterangan yang menurut penilaian Majelis Hakim kurang berkenan, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya; sama sekali tidak terlintas sedikitpun dalam benak terdakwa
untuk mengurangi wibawa pengadilan atau pun mempersulit jalannya persidangan.
-
6. Apa yang disampaikan terdakwa dihadapan persidangan tak lebih dan tak bukan adalah apa yang telah terjadi sebenarnya dan merupakan fakta nyata yang hendak disampaikan
Terdakwa untuk memberikan gambaran terang dan jelas dari dugaan tindak pidana yang
sedang dihadapinya.
Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati
7. Sebelum saya menguraikan keberatan saya atas dakwaan dan tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM, saya meminta waktu kepada Majelis Hakim Yang Mulia untuk
mengangkat sumpah berikut :
Saya bersumpah kepada Tuhan yang menciptakan langit bumi dan semesta alam HANYA TUHAN YANG TAHU, DIA menjadi SAKSI dalam perkara ini Saya
bersumpah bukan bagian jaringan Narkoba, ataupun bermufakat dengan siapapun
untuk menyelundupkan narkotika, seperti yang didakwa penuntut. Jika sumpah ini
saya ucapkan dengan tidak benar, maka laknat Tuhan akan datang kepada saya,
namun jika semua ini hanya rekaan dan rekayasa, maka laknat TUHAN bagi
penyidik, jaksa dan siapapun yang terlibat, beserta semua keturunannya, dalam bentuk
kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan segala rejeki dan kemudahan yang
dianugerahkan Tuhan kepadanya, dan mendapat siksa setimpal pada saat
penghakiman akhir.
8. Untuk menanggapi tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum pembelaan ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Surat Dakwaan
2. Fakta Persidangan
3. Tuntutan Penuntut Umum.
4. Analisis Yuridis
5. Kesimpulan
6. Permohonan dan Penutup.
9. Nota Pembelaan yang kami sampaikan ini dilandaskan dengan sebuah harapan agar Majelis Hakim dapat memeriksa dan memutus perkara ini dengan bijaksana dan penuh
kearifan, serta senantiasa berkiblat pada rasa keadilan, hati nurani kemanusiaan dan
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapan kami pada yang mulia Majelis
Hakim berkenan untuk memberikan putusan terhadap diri terdakwa suatu putusan yang
adil, arif dan bijaksana yang semata-mata berdasarkan kepada fakta dan prisnsip-prinsip
keadilan demi mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum dan keadilan;
10. Tidak berlebihan apabila dipersidangan yang terhormat ini sebagai profesionalitas dalam melaksanakan fungsi aparatur penegak hukum, kita semua yang terlibat dalam
persidangan a quo selalu menjunjung tinggi keadilan fiat justitia ruat coelum (tegakkan keadilan meskipun langit akan runtuh).
SURAT DAKWAAN
-
11. Dalam Surat dakwaan tertanggal 2 Januari 2014 Jaksa Penuntut Umum telah menguraikan dakwan terhadap kami yang pada intinya menyatakan bahwa dari hasil
penyidikan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Jawa Barat kami
telah terbukti melanggar pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narotika Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika;
12. Bahwa Dakwaan tersebut disusun berdasarkan barang-barang bukti dan keterangan saksi-saksi yang dikumpulkan oleh Badan Narkotika Nasional Propinsi Jawa Barat. Yang
mana akan kami uraikan dalam pembelaan ini, bahwa barang-barang bukti dan
keterangan saksi-saksi tersebut penuh dengan rekayasa dan justru menunjukkan adanya
rekayasa perkara yang tidak terbayangkan untuk menjebak kami. Dan kami bersyukur hal
itu terungkap di satu-satunya tempat yang tidak mungkin dilakukan perbaikan ataupun
menarik kembali keterangan saksi, tanpa mengakibatkan terbongkarnya rekayasa
tersebut, yaitu di muka persidangan, di hadapan Majelis Hakim Yang Mulia.
TUNTUTAN
Tuntutan Tidak Sesuai Dengan Hasil Fakta Persidangan
13. Dalam Tuntutan Jaksa Penuntut Umum nomor : PDM-141/Ep-2/BDUNG/12/2013 telah menyatakan bahwa kami terbukti melakukan permufakatan transito narkotika jenis shabu
sebagaimana diatur dalam pasal 115 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika jo
pasal 132 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan karenanya meminta
Majelis Hakim Yang Mulia menjatuhkan hukuman terhadap kami berupa penjara badan
selama 14 tahun dipotong masa tahanan, dan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar Rupiah)
subsider 6 bulan tahanan;
14. Tuntutan tersebut didasarkan pada hasil pemeriksaan atas bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperiksa di muka persidangan. Yang mana disusun oleh Jaksa Penuntut Umum
Fauzan tanpa melihat pada catatan sidang dan hanya berbekal pada Berita Acara
Pemeriksaan Saksi yang penuh dengan ketidakkonsistenan, kebohongan, rekayasa,
bahkan diwarnai dengan keengganan Jaksa Penuntut Umum untuk secara serius
menghadirkan saksinya sendiri, yaitu MELCHIOR dan FITRIA, hanya karena khawatir,
bahwa saksi tersebut akan mendukung keadaan dan fakta yang tidak mendukung
dakwaan yang telah diajukan Jaksa Penuntut Umum sebelumnya, yaitu Yuniarto.
HAL INI AKAN SAYA URAIKAN PADA BUTIR-BUTIR PEMBELAAN DI BAWAH
INI.
FAKTA PERSIDANGAN
Penundaan Sidang Yang Tidak Beralasan
15. Majelis Hakim Yang Mulia, persidangan perkara ini telah dilakukan sejak tanggal 30 Januari 2014, ini berarti sudah memakan waktu dan menghabiskan biaya negara lebih
dari 20 minggu. Dan selama waktu tersebut kebanyakan diisi dengan acara penundaan
sidang, yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum, baik Yuniarto maupun Fauzan, tanpa
alasan yang sesuai hukum. Bahkan dalam beberapa persidangan, Jaksa Penuntut
-
Umum secara ajaib tidak muncul di muka persidangan, setelah sebelumnya
menghadap kepada Panitera untuk melapor;
16. Untuk itu ijinkan kami menguraikan sidang-sidang yang telah dilakukan dalam perkara ini:
Jaksa Penuntut Umum YUNIARTO
Sidang ke 1 23 Januari 2014: BATAL Sidang ke 2 30 Januari 2014 Dakwaan Sidang ke 3 06 Februari 2014: BATAL
Sidang ke 4 13 Februari 2014: BATAL Sidang ke 5 20 Februari 2014: SAKSI 1.Agung Wahyu Sidang ke 6 27 Februari 2014: BATAL Sidang ke 7 06 Maret 2014: BATAL Sidang ke 8 11 Maret 2014: BATAL Sidang ke 9 13 Maret 2014: BATAL Sidang ke10- 20 Maret 2014: SAKSI 2.Didin
Sidang ke11- 27 Maret 2014: BATAL
Sidang ke12- 03 April 2014: SAKSI 3.Wahyu
Sidang ke13- 07 April 2014 :
Jaksa Penuntut Umum FAUZAN
Sidang ke14- 14 April 201: BATAL (ganti JAKSA PENUNTUT UMUM)
Sidang ke15- 21 April 2014: BATAL
Sidang ke16- 28 April 2014: Pembacaan BAP saksi yg tidak dihadirkan.
Sidang ke17- 30 April 2014: BATAL
Sidang ke18- 12 Mei 2014: Saksi BC + Saksi meringankan
Sidang ke19- 19 Mei 2014: pembacaan saksi FITRIA dan Saksi menyaksi
Sidang ke20- 22 Mei 2014: Pembacaan Tuntutan.
17. Dalam pemeriksaan perkara ini, sejak pemeriksaan di BNNP sampai persidangan ini, saya berkali-kali meminta agar saksi MELCHIOR ILJAS dan istrinya, FITRIA dapat
diperiksa di muka persidangan. Karena keterangan mereka adalah fakta yang tidak
terbantahkan, bahwa saya tidak terlibat dalam perkara ini. Dan kegiatan ini adalah
kegiatan pribadi dari IWAN yang tidak pernah saya ketahui, apalagi saya rencanakan;
18. Dalam pembelaan ini, ijinkan saya sekali lagi meminta kepada Majelis Hakim Yang Mulia agar berkenan mendengarkan keterangan MELCHIOR dalam bentuk rekaman
video dan suara, yang jika memang masih diragukan kebenarannya agar mengeluarkan
perintah pemanggilan kepada MELCHIOR;
19. Inti dari keterangan MELCHIOR pun telah disampaikan dalam bentuk pernyataan tertulis, yang isinya berbeda dengan BAP, karena pernyataan ini dibuat tanpa tekanan dan
tanpa rekayasa apapun.
-
Yang pada intinya menyatakan :
Bahwa benar saya pernah dimintai keterangan oleh BNNP Jawa Barat pada tanggal 30-9-2013 mengenai perkara dugaan keterlibatan Antonius Richard Roesnadi
yang kami dengan ARR.
Perlu diketahui dan ditegaskan bahwa dugaan keterlibatan ARR didalam peredaran Narkotika jenis shabu adalah tidak benar;
Dalam permintaan untuk mengambil barang contoh berupa baju sari dan baju serta barang-barang lainnya ARR tidak terlibat sama sekali;
ELIZABETH SANTOSO hanya memberikan arahan untuk mengambil barang-barang contoh yang akan kami bawa ke Indonesia dengan jelas;
Tidak hanya itu saja, ketika saya menyatakan kesediaannya untuk membawa barang contoh tersebut dengan menukar Tas Koper dengan Tas milik saya ES mengijinkannya;
Mengenai Albert Satrya Irawan alias Iwan saya tidak mengetahui keterlibatannya Dalam peredaran Narkoba karena saya tidak terlalu mengenalnya. Kami baru bertemu
di Airport di kolombo dalam perjalan ke India;
Dan selama di India kami tidak selalu bersama-sama;
Berkaitan dengan koper yang diberikan oleh orang Afrika yang datang ke hotel, saya tidak mengetahui apa yang sudah di bicarakan antara IWAN dan orang Afika tersebut;
Yang saya ketahui SEJAK AWAL Iwan bersikeras untuk membawa koper tersebut. Bahkan ketika saya memeriksa dan menukar koper tersebut Dia tidak mendengar Saran
saya untuk melakukan Hal yang sama dengan apa yang saya lakukan;
Setelah saya menyarankan untuk menukar koper tersebut dia sempat mengatakan Biar aja kalau ada apa-apa gua pasang badan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka saya sangat berharap dengan sangat, Majelis Hakim Yang
Mulia, bersedia mempertimbangkan bukti rekaman video dan surat pernyataan dari MELCHIOR
agar dapat memberikan putusan yang adil dan sesuai dengan hukum.
Rekayasa Dalam Menetapkan Kami Sebagai Tersangka Dan Kemudian Sebagai Terdakwa
Dalam Perkara A Quo
Penangkapan dan Penahanan Tanpa Bukti
20. Dalam persidangan terungkap dengan jelas tidak ada satu bukti ataupun saksi yang menunjukkan bahwa saya terlibat dalam perbuatan yang dituduhkan kepada saya oleh
BNNP maupun oleh JAKSA PENUNTUT UMUM. Tidak satupun!!! Tapi mengapa saya
ditangkap pada tanggal 17 September 2013? Apa alasan penangkapan?;
21. Kami sangat berharap Majelis Hakim tidak terpengaruh dengan opini yang sengaja dibangun untuk mempersalahkan saya yang tidak bersalah, sehingga dapat melihat fakta,
-
bukti dan dokumentasi yang secara nyata-nyata menujukkan rekayasa yang sangat masif
dilakukan untuk menjebak saya;
22. Dalam dakwaan dan tuntutan secara jelas dikatakan bahwa saya dikatakan terbukti terlibat dalam jaringan narkotika karena menawarkan perjalanan ke India (bukan
menawarkan menyelundupkaan narkotika). Ini berarti saksi yang diperiksa adalah
mereka-mereka yang melakukan perjalanan ke India, yaitu ALBERT SATRYA
IRAWAN alias IWAN, serta MELCHIOR ILJAS dan FITRIA;
23. Kami mohon Majelis Hakim Yang Mulia mau melihat lebih mendetail dalam berkas perkara ini. Karena dari sanalah rekayasa ini akan mulai saya ungkap.
ALBERT SATRYA IRAWAN alias IWAN diperiksa sebagai saksi pada tanggal 25 Oktober 2013. Kenapa saya ditangkap pada tanggal 17 September 2013? Bedanya adalah
1 bulan!!;
MELCHIOR ILJAS diperiksa sebagai saksi pada tanggal 30 September 2013. Kenapa saya ditangkap pada tanggal 17 September 2013? Bedanya adalah 13 hari.
FITRIA diperiksa sebagai saksi pada tanggal 30 September 2013. Kenapa saya ditangkap pada tanggal 17 September 2013? Bedanya adalah 13 hari.
24. Dari tanggal pemeriksaan saksi-saksi yang ternyata diperiksa jauh setelah adanya penangkapan terhadap saya, maka menjadi pertanyaan besar, berdasarkan keterangan dan
bukti apa dilakukan penangkapan terhadap saya?? Dan apa alasan yang mendasari
penangkapan saya?;
25. Ternyata tidak hanya penangkapan yang direkaya, penahanan, yang merupakan perampasan hak kebebasan saya sebagai seorang manusiapun dirampas dengan cara keji.
Saya ditahan adalah pada tanggal 23 September 2013. Ini berarti saya ditahan tanpa bukti
dan saksi yang menyebut nama saya!!!!
26. Kenapa JAKSA PENUNTUT UMUM berkeras menerima perkara, menyidangkan perkara ini, dan sekarang menuntut saya dengan keji selama 14 tahun. Apakah mereka
pernah membayangkan jika saudara atau anak mereka menjadi korban rekayasa seperti
saya? Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Saksi-Saksi Mengakui Bahwa Berita Acara Pemeriksaan Adalah Rekayasa karena Dibuat
Tanpa Pemeriksaan
27. Dalam persidangan terungkap bahwa saksi-saksi Didin, Agung Wahyu, Wahyu Kurniawan, telah menandatangani Berita Acara Pemeriksaan yang direkayasa. Hal ini
terlihat dari :
Keterangan ketiga saksi2 jelas tidak ada penangkapan saat itu, karena tidak pernah ada Surat Perintah Penangkapan tgl 17 Sep 2013;
-
Saksi Didin menyatakan Richard hanya ikut menemani ke Bandung, yang dipanggil adalah ELISABETH.
Saksi Agung W saat ditanya Hakim Purba: mau dibawa kemana penyidikan RICHARD dan ELIZABETH. Apakah sebagai pengedar atau pemakai? Saksi tidak
dapat menjawab, dan saksi mengakui tdk pernah diperiksa dan membuat BAP,
karena hanya diminta langsung menandatangani BAP saja.
Saksi Wahyu tidak pernah masuk ke rukan di Kelapa Gading. Jadi cerita dalam BAP dia adalah dusta belaka.
Dusta Saksi-Saksi BNNP Dan Jaksa Penuntut Umum I
28. Dalam pemeriksaan di muka persidangan, saksi Didin, Agung Wahyu, Wahyu Kurniawan yang seluruhnya dihadirkan Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa
keterangan yang mereka dalam BAP adalah benar. Jelas, sekali keterangan mereka ini
adalah keterangan yang bohong dan tidak benar. Jelas-jelas saksi telah melanggar sumpah
jabatan mereka dan melanggar pasal 242 KUHP yang berbunyi :
1. Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya
memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada
keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas
sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya
yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
2. Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan
merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
3. Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan diharuskan menurut
aturan- aturan umum atau yang menjadi pengganti sumpah.
4. Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 no. 1 4 dapat dijatuhkan.
29. Bahwa kebohongan mereka sangat-sangat nyata dan terang benderang. Bagaimana mungkin mereka dapat menerangkan dengan detail, dalam BAP tertanggal 9 September
2013, atas tindakan penangkapan yang mereka lakukan terhadap saya di Kelapa
Gading Jakarta, yang terjadi pada tanggal 17 September 2013. Dan tidak hanya
seorang, tapi tiga orang saksi menerangkan hal yang sama dengan konsisten, sampai titik
dan komanya.
30. Kebohongan JAKSA PENUNTUT UMUM ini terlihat sekali dalam tuntutan yang diajukan JAKSA PENUNTUT UMUM, di mana dalam tuntutan tersebut dikutip
kesaksian saksi-saksi Didin, Agung Wahyu, Wahyu Kurniawan yang ternyata berbeda
dengan yang mereka ucapkan dalam sidang di muka umum. Yang dikutip secara
membabi buta oleh JAKSA PENUNTUT UMUM adalah berdasarkan BAP yang cacat
hukum, karena menerangkan kejadian pada tanggal 17 September 2013, sementara BAP
dibuat pada tangal 9 September 2013 (sebagaimana telah kami uraikan pada butir 25 di
atas);
-
Dari uraian ini, jelas telah terjadi rekayasa yang sangat keji oleh oknum BNNP dan sekarang
oleh oknum kejaksaaan, yaitu oleh JAKSA PENUNTUT UMUM. Karena bagaimana mungkin
saya ditangkap dan kemudian ditahan tanpa satu alat buktipun;
Dusta JAKSA PENUNTUT UMUM II
31. Dalam tuntutan perkara ini, JAKSA PENUNTUT UMUM FAUZAN telah mengutip keterangan-keterangan saksi, yang seakan-akan memberikan keterangannya di muka
pengadilan, terutama terhadap saksi Didin, Agung Wahyu, Wahyu Kurniawan dimana
faktanya saksi-saksi tersebut tidak menyatakan hal-hal demikian di muka persidangan.
Bahkan dapat dikatakan, bahwa keterangan mereka saling tidak sinkron dan berbeda
dengan BAP;
32. Dalam pemeriksaaan di muka sidang, Keterangan ketiga saksi2 jelas menyatakan:
tidak ada penangkapan saat itu, karena tidak pernah ada Surat Perintah Penangkapan tgl 17 Sep 2013;
Saksi Didin menyatakan Richard hanya ikut menemani ke bandung, yang dipanggil adalah ELISABETH;
Saksi Agung W saat ditanya Hakim Purba: mau dibawa kemana penyidikan Richard dan Elizabeth. Apakah sebagai pengedar atau pemakai? Saksi tidak dapat
menjawab, dan saksi mengakui tdk pernah diperiksa dan membuat BAP, karena hanya
diminta langsung menandatangani BAP saja.
Saksi Wahyu tidak pernah masuk ke rukan di Kelapa Gading.
33. Apa dasar JAKSA PENUNTUT UMUM FAUZAN menuliskan hasil pemeriksaan para saksi tersebut? JAKSA PENUNTUT UMUM FAUZAN jelas tidak membaca hasil
persidangan dari JAKSA PENUNTUT UMUM YUYUN, sehingga menuliskan hal-hal
yang tidak terjadi. Hal ini berarti tuntutan itu tidak lebih dari sekedar fiksi atau cerita
dongeng saja.
34. Pantaskah penentuan bersalah atau tidaknya saya dan tuntutan 14 tahun penjara didasarkan pada fiksi? Atau memang ini adalah kebijakan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
untuk semata-mata membuat tuntutan dan melempar bola api kepada Majelis Hakim
Yang Mulia untuk bertanggung jawab memutuskannya?;
Majelis Hakim Yang Mulia, saya memohon dengan sangat, agar Majelis Hakim Yang Mulia,
bersedia melihat seluruh fakta yang ada, sehingga fakta-fakta yang telah terungkap di
persidangan menjadi pijakan utama dalam memberikan putusan. Dan tidak berpijak pada fakta-
fakta yang diciptakan dari khayalan dan imajinasi JAKSA PENUNTUT UMUM.
ANALISA YURIDIS
35. Pasal yang dikenakan dalam perkara ini adalah pasal 115 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika jo pasal 132 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang
berbunyi :
-
Pasal 115 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika :
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (duabelas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 132 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika:
(1) Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113,
Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121,
Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, pelakunya
dipidana dengan pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut.
36. Sebelum saya menguraikan tuntutan terhadap saya yang tidak sesuai hukum dan justru mengobrak-abrik hukum dan keadilan. Ijinkan saya mengutip asas terpenting dalam
hukum pidana, yang telah membedakan kita, manusia beradab, dari kelompok manusia
tidak beradab.
Actus Non Facit Reum Nisi Mens Sit Rea
Tidak Ada Hukuman, Jika Tidak Ada Kesalahan
Mari kita renungkan ilustrasi berikut :
Seorang tuan tanah memerintahkan pegawainya dengan perintah tegas untuk mencari ranting kayu di hutan, untuk dijadikan kayu bakar. Setelah selesai menebang pohon, si
pegawai kembali ke rumah. Dalam perjalanan dari hutan, si pegawai melihat adanya
semangka di kebun milik tetangganya. Karena tertarik dengan semangka tersebut, si
pegawai memetik dan membawa pulang semangka itu. Apakah pencurian semangka adalah persekongkolan jahat antara si tuan tanah dan si pegawai?
Ilustrasi sederhana ini pasti dapat dipahami oleh siapapun. Mohon maaf, saya harus
meralat kesimpulan saya, karena ternyata tidak semua orang memahami ilustrasi
sederhana ini. Nyatanya saya sekarang duduk di ruangan ini sebagai seorang terdakwa.
Majelis Hakim Yang Mulia, ijinkan saya menguraikan alasan-alasan saya menolak seluruh
tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM dalam tuntutannya, sebagai berikut :
Tidak Ada Unsur-Unsur Pasal 115 Ayat (1) Jo Pasal 132 Ayat (1) UU No 35 Tahun 2009
Yang Mengena Terhadap Saya
37. Unsur-unsur dalam pasal 115 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU No 35 tahun 2009 tidak dapat dikenakan terhadap saya, karena:
Unsur utama dalam Pasal 115 ayat (1) adalah Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika
Golongan I.
Dalam perkara a quo jelas, saya tidak pernah membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentrasito Nakotika Golongan I.
-
38. JAKSA PENUNTUT UMUM seharusnya meneliti catatan sidangnya dan tuntutannya lagi sebelum menyimpulkan bahwa saya pelaku pasal 115 ayat (1), karena jelas dari
SELURUH saksi yang dihadirkan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM, yaitu :
DIDIN;
WAHYU KURNIAWAN;
AGUNG WAHYU;
IRWAN SUNARYO;
ZAINUL HUSNA HIDAYAT;
Yang semuanya adalah anggota Polri dan Petugas Bea dan Cukai di Bandara Husein
Sastranegara, Bandung, menerangkan bahwa pelaku penyelundupan pada tanggal 7
September 2013 adalah IWAN.
39. Tidak ada satu saksipun menerangkan saya turut membawa atau menyelundupkan narkotika pada saat itu, termasuk saksi IWAN sendiri. DAN INI SEMUA JELAS
DITULIS OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM dalam surat Tuntutan dan Dakwaannya;
40. Demikian juga dengan pengenaan pasal 132 ayat (1) UU no. 35 tahun 2009, yang mensyaratkan adanya percobaan ataupun permufakatan jahat untuk melakukan tindakan-
tindakan yang disebutkan pada Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115,
Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123,
Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, tapi pada tuntutan tidak ada satu pasalpun
yang diuraikan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM, kecuali uraian atas pasal 115 ayat (1)
yang penuh dengan asumsi dan tidak berdasar hukum;
Teori Percobaan Yang Tidak Berdasar Hukum
41. Seandainyapun maksud pengenaan pasal 132 ayat (1) adalah atas percobaan terhadap pasal 115 ayat (1), maka sebagaimana telah saya uraikan di atas, tidak ada satupun
keterkaitan saya dengan narkotika yang diselundupkan pada tanggal 7 September 2013,
karena saya tidak pernah memiliki niat, memulai tindakan, dan terhenti tindakan
tersebut bukan karena kehendak saya untuk membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito narkotika tersebut. Bagaimana saya bisa dituntut dengan pasal
percobaannya?;
42. Dalam berbagai literatur hukum pidana mengenai percobaan, sudah sangat jelas bahwa percobaan dalam suatu tindak pidana mengharuskan adanya pemenuhan/pembuktian
sempurna dari JAKSA PENUNTUT UMUM untuk membuktikan adanya :
Maksud dari orang untuk melakukan kejahatan;
Permulaan pelaksanaan kejahatan sudah nyata;
Pelaksanaan tidak selesai karena keadaan yang tidak tergantung pada kehendak pelaku;
(harap periksa Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, LEDEN MARPAUNG, halaman 95)
-
43. Dalam perkara ini, jelas JAKSA PENUNTUT UMUM tidak dapat membuktikan adanya niat dari saya untuk melakukan tindakan tersebut, apalagi JAKSA PENUNTUT
UMUM dalam tuntutannya sendiri sudah menyatakan bahwa IWAN secara sadar
telah terlebih dahulu meminta kepada ELISABETH untuk berangkat ke India dan
bukan saya yang memaksakan atau membujuk IWAN untuk berangkat ke India.
44. Demikian pula jika dikaitkan dengan permulaan tindakan transito narkotika di Bandung, jelas tidak ada satupun pembuktian JAKSA PENUNTUT UMUM yang berhubungan
dengan saya, sebagaimana terlihat dari tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM kepada
saya.
Teori Permufakatan Jahat Yang Tidak Berdasar Hukum
45. Demikian juga jika seandainya saya dituntut dengan dasar permufakatan jahat atas pasal 115 ayat (1), maka patut dipertanyakan, apakah JAKSA PENUNTUT UMUM mengerti
arti dari permufakatan jahat. Arti permufakatan jahat (samenspanning) dapat ditemukan
dalam pasal 88 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan pasal 1 angka 18 UU no. 35
tahun 2009, yang berbunyi :
Pasal 88
Dikatakan ada permufakatan jahat, apabila dua orang atau lebih telah sepakat akan melakukan kejahatan.
Pasal 1 angka 18 UU no. 35 tahun 2009
Permufakatan Jahat adalah perbuatan dua orang atau lebih yang bersekongkol atau
bersepakat untuk melakukan, melaksanakan, membantu, turut serta melakukan,
menyuruh, menganjurkan, memfasilitasi, memberi konsultasi, menjadi anggota suatu
organisasi kejahatan Narkotika, atau mengorganisasikan suatu tindak pidana Narkotika.
46. Dengan arti permufakatan jahat tersebut, jelas JAKSA PENUNTUT UMUM harus membuktikan niat saya, ditambah dengan niat dari orang-orang yang dianggap terlibat
dan kemudian membuktikan adanya persekongkolan atau kesepakatan untuk melakukan
kejahatan;
47. Dalam seluruh dakwaan dan tuntutan, JAKSA PENUNTUT UMUM tidak pernah memberikan satu pembuktian pun berkaitan dengan niat saya. Yang ada hanyalah
ASUMSI bahwa saya terlibat, hanya karena saya menanyakan kepada IWAN apakah dia
mau berangkat ke India;
48. Apakah JAKSA PENUNTUT UMUM beranggapan bahwa dengan menanyakan sama dengan bermufakat jahat? Naif sekali asumsi itu bagi seorang yang mengerti hukum.
Bagaimana dengan tindakan saya menanyakan kepada saksi MELCHIOR untuk pergi ke
India juga? Apakah MELCHIOR juga melakukan transito?;
49. Jika hendak melanjutkan dengan tuntutan, seharusnya JAKSA PENUNTUT UMUM membuktikan bahwa saya telah bermufakat jahat dengan IWAN, dengan ELISABETH,
-
dengan SRI, dengan ARINDANI, dengan semua pihak yang nama-namanya disebut oleh
JAKSA PENUNTUT UMUM dalam berkas perkara. Namun kenyataannya tidak ada.
50. Saya hanyalah korban dari asumsi yang disusun secara serampangan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM, yang hanya menonjolkan pencitraan semata, tanpa memberikan
pembuktian yang sempurna;
51. Jelas JAKSA PENUNTUT UMUM telah tidak cermat menuntut saya dalam perkara ini. Entah itu sebagai suatu kelalain atau memang ada kesengajaan untuk menghukum saya
dalam perkara ini. Hanya Tuhan yang tahu.
JAKSA PENUNTUT UMUM Gagal Dalam Membuktikan Niat/Kesengajaan Terdakwa
Sebagai Unsur Utama Tindak Pidana
52. Dalam setiap tindak pidana, unsur utama yang mendasari tuntutan adalah adanya unsur melawan hukum (wederrechtlijk), yang didasari oleh adanya niat dan kesengajaan dari
pelaku
.
53. Dan unsur melawan hukum baru dapat timbul, jika memang JAKSA PENUNTUT UMUM dapat membuktikan bahwa seorang terdakwa memang menghendaki dan mengetahui (willen en wettens) hasil yang akan dicapai dari perbuatannya;
54. Dalam tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM, jelas-jelas JAKSA PENUNTUT UMUM telah menggampangkan permasalahan dan melakukan asumsi-asumsi untuk
menggiring pada suatu kesimpulan yang dipaksakan bahwa saya memiliki niat dan
kesengajaan dalam permufakatan jahat untuk menyelundupkan narkotika dari India.
Inilah adalah kesimpulan yang diambil secara serampangan dan tidak jelas dasar
berpikirnya;
55. Dari seluruh alat bukti yang ada di persidangan, baik dari barang bukti yang ditemukan dan disita JAKSA PENUNTUT UMUM, maupun dari keterangan
seluruh saksi, tidak ditemukan satu alat buktipun yang mengarahkan, apalagi
membuktikan, bahwa saya berniat menyuruh IWAN untuk pergi ke India
mengambil narkotika;
56. Bahkan dalam tuntutan terlihat JAKSA PENUNTUT UMUM bingung dan akhirnya salah dalam mengambil kesimpulan. Ini terlihat dari Uraian Yuridis dalam tuntutan, yang pada
halaman 39 alinea pertama JAKSA PENUNTUT UMUM menyebutkan :
-
selanjutnya ketika terdakwa RICHARD mengontak saksi dengan tawaran yang sama, baru saksi mengiyakan tawaran tersebut, karena hitung-hitung liburan gratis.
57. Dari uraian ini JAKSA PENUNTUT UMUM ingin agar Majelis Hakim Yang Mulia mendapatkan gambaran, bahwa seakan-akan sayalah orang yang berinisiatif meminta
IWAN ke India. Tapi JAKSA PENUNTUT UMUM lupa, bahwa dalam keterangan saksi
IWAN sendiri jelas, bahwa sebenarnya keinginan untuk berangkat ke India adalah
keinginan pribadi IWAN sendiri.
58. Hal ini terlihat pada halaman 22, point 1.9 (tentang keterangan saksi IWAN) Tuntutan ini, dimana JAKSA PENUNTUT UMUM menyebutkan bahwa IWAN menyatakan:
atas penawaran LIZ tersebut Saksi (baca: IWAN) langsung setuju, karena hitung-hitung liburan gratis;
Sekitar bulan Juli 2013, ketika jadwal pekerjaan saksi sedang kosong, saksi mencoba
menelepon LIZ untuk menanyakan kepada LIZ apakah rencena mengambil pakaian di
India jadi atau tidak?
59. Ini berarti JAKSA PENUNTUT UMUM sendiri mengakui bahwa keberangkatan IWAN ke India bukan karena kehendak saya, tetapi karena kehendak IWAN sendiri yang sejak
awal mula pertemuan, memang sudah berkeinginan ke India.
60. Majelis Hakim Yang Mulia, saya sangat memohon agar Majelis Hakim Yang Mulia bersedia melihat seluruh alat bukti yang diajukan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM,
dari tiket keberangkatan, pemesanan hotel, percapakan telephone, sms, keterangan semua
saksi (termasuk IWAN) apakah ada satu kata, ataupun setitik petunjuk bahwa saya
meminta IWAN pergi ke India dan membawa narkotika kembali ke Indonesia.
Jawabannya jelas TIDAK ADA.
Iwan Adalah Pelaku Tunggal
61. Dalam perkara ini JAKSA PENUNTUT UMUM jelas dapat membuktikan adanya transito narkotika di bandara Husein Sastranegara Bandung. Pelaku tunggal dari tindakan
tersebut adalah IWAN;
62. JAKSA PENUNTUT UMUM seharusnya menyadari hal tersebut, karena:
1. Tidak ada orang lain yang membawa/mentransito narkotika tersebut kecuali IWAN; 2. Tidak ada yang menyuruh IWAN membawa Narkotika dari India. IWAN melakukannya
sendiri;
3. IWAN secara khusus memilih kopor tertentu untuk dibawa setelah diberikan oleh seseorang bernama SAMSON di India; Hal ini jelas tercantum pada Tuntutan JAKSA
PENUNTUT UMUM, dalam bagian keterangan MELCHIOR, yaitu pada halaman 16;
-
4. Saat itu IWAN mengatakan bahwa tas yang akan di bawa sudah diperiksa oleh IWAN dan semuanya aman, Dan IWAN mempersilahkan untuk memeriksa kembali dua tas yang
akan Saksi dan istri bawa. 5. IWAN menolak saran dari MELCHIOR untuk tidak membawa tas yang diberikan oleh
Samson, tetapi IWAN secara tegas mengabaikan saran dari MELCHIOR. Hal ini jelas
terungkap dalam keterangan MELCHIOR yang telah disampaikan kepada Majelis Hakim
Yang Mulia, dimana IWAN menyatakan :
Yang saya ketahui SEJAK AWAL Iwan bersikeras untuk membawa koper tersebut. Bahkan ketika saya memeriksa dan menukar koper tersebut Dia tidak mendengar Saran saya untuk
melakukan Hal yang sama dengan apa yang saya lakukan (baca: menukar kopor).
Setelah saya menyarankan untuk menukar koper tersebut dia sempat mengatakan Biar aja kalau ada apa-apa gua pasang badan.
63. Dalam pernyataan MELCHIOR juga secara tegas MELCHIOR menyatakan bahwa :
8. Berkaitan dengan koper yang diberikan oleh orang Afrika yang datang ke hotel, saya tidak mengetahui apa yang sudah di bicarakan antara IWAN dan orang Afika tersebut.
64. Dan dalam pernyataan tersebut MELCHIOR juga menyatakan bahwa saya tidak terlibat sama sekali dalam tindakan transito ataupun yang berkaitan dengan narkotika.
2.Perlu diketahui dan ditegaskan bahwa dugaan keterlibatan ARR didalam peredaran Narkotika jenis shabu adalah tidak benar.
3. Dalam permintaan untuk mengambil barang contoh berupa baju sari dan baju serta
barang-barang lainnya. ARR tidak terlibat sama sekali.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya sekali lagi meminta agar Majelis Hakim Yang Mulia
bersedia memberikan kesempatan bagi kami untuk memutarkan video pernyataan MELCHIOR
tersebut;
65. Bahwa keberadaan IWAN selaku pelaku tunggal juga terlihat dari tindakannya selama di India dan setelah kembali ke Indonesia. Dimana dari keterangan MELCHIOR dan
FITRIA terlihat bahwa IWAN berhubungan aktif dengan orang yang menitipkan tas.
Bahkan ketika tiba di Indonesia, terlihat bahwa SAMSON masih menghubungi
Handphone IWAN. Hal ini dapat terlihat dari daftar aktivitas telephone yang ada dalam
berkas penyidikan dan diserahkan oleh JAKSA PENUNTUT UMUM dalam sidang ini;
Dari uraian di atas jelas terbukti bahwa IWAN adalah pelaku tunggal dalam mentrasito narkotika
dari India, dan sama sekali tidak ada bukti keterlibatan saya ataupun ELISABETH dalam perkara
ini;
TUNTUTAN CACAT HUKUM DAN KARENANYA BATAL DEMI HUKUM
Tuntutan Melebihi Ancaman Maksimum dalam UU No. 25 tahun 2009
-
66. Majelis Hakim Yang Mulia, tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM dalam perkara ini adalah pasal 115 ayat (1) dan pasal 132 ayat (1) UU no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
yang dapat kami kutip sebagai berikut :
Pasal 115
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 132
(1) Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan
Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114,
Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal
123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, pelakunya dipidana dengan pidana
penjara yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal
tersebut.
Artinya, ancama pidana pada pasal 115 ayat (1) maupun 132 ayat (1) adalah sama, yaitu
maksimum 12 tahun penjara.
67. Dalam tuntutannya, JAKSA PENUNTUT UMUM telah meminta agar Majelis Hakim Yang Mulia menjatuhkan hukuman 14 tahun penjara. Lagi-lagi hal ini membuktikan
bahwa saya adalah korban dari konspirasi jahat yang semata-mata mencari hukuman, dan
jelas sekali upaya menghukum ini dengan menggunakan tangan Majelis Haki Yang
Mulia. Istilahnya lempar batu, sembunyi tangan;
68. Majelis Hakim Yang Mulia, saya sangat bersedih dengan tuntutan dan uraian tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM, karena jelas-jelas hanya berupaya menghukum saja tanpa
memberikan bukti ataupun berusaha bersikap obyektif.
69. Agaknya JAKSA PENUNTUT UMUM sudah lupa pada adagium hukum yang mengatakan, Lebih baik membebaskan 1000 orang bersalah, daripada menghukum 1 orang yang tidak bersalah.
Dakwaan Diubah Tidak Sesuai Dengan Undang-Undang
70. Proses persidangan ini dimulai pada tanggal 30 Januari 2014, dimana pada sidang pertama di Pengadilan Negeri Bandung Jaksa Penuntut Umum YUNIARTO
membacakan Surat Dakwaan tertanggal 2 Januari 2014. Dalam dakwaan tersebut saya
didakwa dengan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika, dan KEDUA Pasal 115 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
-
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika.
71. Pada saat perkara pidana ini dilimpahkan di Pengadilan Negeri Bandung yang terdaftar di Kepaniteraan Pidana di bawah register Nomor 66/PID/B/2014/PN.BDG tanggal 15
Januari 2014, saya sudah menerima surat dakwaan dengan bernomor
66/PID/B/2014/PN.BDG, tanggal 15 Januari 2014 yang mana Dakwaan yang berbentuk
alternatif, KESATU diancam Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 55 ayat (10 ke- 1 KUHP, KEDUA
diancam Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009
Tentang Narkotika.
72. Perubahan Surat dakwaan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum Yuniarto tersebut melanggar Pasal 114 ayat 1 dan 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang
berbunyi:
(1) Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari
sidang , baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan
penuntutannya.
(2) Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya
tujuh hari sebelum sidang dimulai.
73. Dengan demikian Perubahan Surat dakwaan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum Yuniarto dilakukan melebihi tenggang waktu tujuh hari menjadi tidak sah karena
sebelum melakukan perubahan terhadap surat dakwaan itu Penuntut Umum tidak
mengajukan ijin terlebih dahulu kepada Ketua Pengadilan Negeri, padahal permohonan
ijin tersebut merupakan aspek prinsipal karena setelah perkara dilimpahkan ke
Pengadilan Negeri tanggung jawab atas perkara tersebut sudah beralih kepada Ketua
Pengadilan Negeri. ( Rapat kerja Teknis gabungan MARI dengan Ketua Pengadilan
Tinggi Agama, Mahmilti seluruh Indonesia dan Laksa Mahmilgung hal 33-34).
74. Dengan demikian jelaslah sudah bahwa Tuntutan yang dilancarkan oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan surat dakwaan yang tidak sah/batal demi hukum maka dengan
sendirinya Tuntutan Jaksa Penuntut Umum menjadi tidak sah pula.
KESIMPULAN
75. Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan, bahwa :
a) Dakwaan dan Tuntutan JAKSA PENUNTUT UMUM tidak disusun secara cermat dan sesuai hukum, karena hanya didasarkan pada BAP yang tidak sesuai fakta dan
dipersiapkan sebelumnya, fakta dan dokumen hukum yang direkayasa, asumsi dan hasil
-
imajinasi fiktif JAKSA PENUNTUT UMUM dan penyidik BNN, tidak sinkron satu
dengan lainnya;
b) Tuntutan batal demi hukum, karena disusun secara emosional dan tidak berdasar hukum, karena meminta penghukuman yang jelas-jelas tidak sesuai Undang-Undang;
c) Dakwaan batal demi hukum, karena telah diubah seenaknya sendiri, sehingga melanggar Undang-Undang;
d) Tidak ada satupun bukti yang mengarahkan adanya keterlibatan saya dalam upaya transito narkotika di Bandung pada tanggal 7 September 2013;
76. Bahwa karena tuntutan tersebut secara hukum harus dinyatakan batal demi hukum, serta tidak terbuktinya dakwaan yang ditujukan terhadap saya, maka sangat berdasar hukum
jika Majelis Hakim Yang Mulia menyatakan dakwaan batal demi hukum atau
menyatakan saya tidak bersalah dan bebas dari segala tuntutan hukum;
REKAYASA INI TELAH MENGHANCURKAN HIDUP SAYA
77. Majelis Hakim Yang Mulia, sejak awal saya dan keluarga selalu percaya bahwa kebenaran akan muncul, namun sampai saat ini aparat penegak hukum telah berulang kali
menggunakan kewenangannya untuk memerkan kesewenangannya. Dimulai dari
penangkapan tanpa dasar, penahanan tanpa dasar, dakwaan dan tuntutan yang mengada-
ada. Semuanya telah menghancurkan saya dan keluarga saya.
78. Saya tidak dapat membayangkan ada seseorang yang mampu menghadapi cobaan seperti ini. Saat ini masa depan pekerjaan dan tentunya masa depan keluarga saya berada di titik
yang paling rendah. Saya yang dahulu dapat bekerja sebagai seorang progammer
komputer dan dapat menafkahi keluarga saya, saat ini benar-benar tidak memiliki
penghasilan apapun.
79. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia, sebagai pemutus dan wakil Tuhan di Bumi, agar dapat memutus dengan hati yang terbuka
dan tidak terpengaruh oleh dusta, tetapi mendasarkan putusan pada fakta dan keadaan
yang terungkap di muka persidangan.
Majelis Hakim Yang Mulia,
80. Ijinkan saya sekali lagi mengutip ilustrasi yang saya gambarkan di awal persidangan:
Seorang tuan tanah memerintahkan pegawainya dengan perintah tegas untuk mencari ranting kayu di hutan, untuk dijadikan kayu bakar. Setelah selesai menebang pohon, si pegawai kembali
ke rumah. Dalam perjalanan dari hutan, si pegawai melihat adanya semangka di kebun milik
tetangganya. Karena tertarik dengan semangka tersebut, si pegawai memetik dan membawa
pulang semangka itu.;
-
81. Siapakah saya dalam cerita tersebut? Pasti saya bukan si pegawai yang telah mencuri, tapi apakah saya si tuan tanah? Bukan.
Majelis Yang Mulia. Saya adalah teman dari si tuan tanah, orang yang menyarankan si tuan
tanah untuk mempekerjakan si pegawai. Apakah saya pantas untuk dihukum karena pencurian
yang dilakukan si pegawai? Saya harap jawaban kita sama.
Oleh karena itu demi tegaknya keadilan dan kebenaran, saya berharap semoga Pengadilan
berkenan :
1. Menyatakan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak sah atau Batal demi hukum; 2. Menyatakan Terdakwa ANTONIUS RICHARD ROENADI, lahir di Jakarta, umur 45
Tahun, kewarganegaraan Indonesia, agama Katolik, pendidikan Sarjana tidak terbukti
bersalah melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
dalam dakwaan :
Kedua :
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 115 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo. Pasal 132
ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
3. Membebaskan Terdakwa tersebut di atas dari seluruh dakwaan tersebut (vrijspraak); 4. Memulihkan Hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta
martabatnya, Pasal 97 KUHAP Jo. PP No. 27 Tahun 1983 LN No. 36 Pasal 12 s/d 15.
5. Membebankan biaya dalam perkara ini kepada negara.
A t a u :
Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Salam Hormat,
________________________________
ANTONIUS RICHARD ROESNADI