TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN...

126
TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES) DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN Diajaukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) OLEH: RUDI YANA NIM: 1110043200002 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436H/2015 M

Transcript of TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN...

Page 1: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA

YANG MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES) DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN

Diajaukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

OLEH:

RUDI YANA

NIM: 1110043200002

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436H/2015 M

Page 2: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan
Page 3: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan
Page 4: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan
Page 5: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

v

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan zaman yang membawa dampak di berbagai bidang,

Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti terjadi pencurian,

pemerkosaan maupun penganiayaan, yang merupakan perbuatan sangat berbahaya bagi

keselamatan jiwa dan raga manusia serta dapat mengancam keamanan dan kesejahteraan

masyarakat. Upaya yang dilakukan agar seseorang tidak mudah menumpahkan darah

terhadap orang lain dalam rangka melindungi jiwa, kehormatan maupun harta benda yaitu

dengan melakukan pembelaan ketika seseorang diserang atau dirampas haknya. Dalam Pasal

49 ayat 1 dan 2 tentang pembelaan terpaksa yang melampaui batas tidak diatur secara jelas

bagaimana ketentuan pembelaan yang diperbolehkan. Sedangkan dalam hukum Islam selain

ditentukan syarat pembelaan yang sah oleh para fuqaha, juga diatur upaya prefentif yang

disebut amar ma’ruf nahi mungkar yang bertujuan untuk mengurangi adanya tindak kriminal

di dunia ini. Pada dasarnya hukum berfungsi untuk mengatur hak hidup seseorang, demi

terciptanya kemaslahatan umat manusia (maqasidussyari’ah). Berawal dari Pasal 49 tentang

pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan yang melampaui batas

dalam hukum pidana Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist, maka harus diketahui

syarat dan dasar hukumnya. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas

lebih lanjut mengenai bagaimana pengertian dan jenis tindak pidana penganiayaan dalam

KUHP dan hukum pidana Islam?, bagaimana syarat pembelaan yang diperbolehkan dalam

KUHP maupun hukum pidana Islam? dan bagaimana tinjauan hukum pidana Islam mengenai

sanksi pembelaan terpaksa yang melampaui batas dalam tindak pidana penganiayaan?

Penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan sumber primer dan sekunder, data

penelitian dihimpun dengan pembacaan, dan kajian teks (teks reading) dan selanjutnya

dianalisis menggunakan metode content analysis.

Rudi Yana,1110043200002. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pembelaan

Terpaksa yang Melampaui Batas (Noodweer Exces) Dalam Tindak Pidana Penganiayaan.

Perbandingan Hukum, Perbandingan mazhab Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kata kunci: noodweer

exces. Di bawah bimbingan Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag.

Page 6: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, berkat rahmat Allah SWT yang senantiasa memberikan

taufik serta hidayahnya. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW

beserta Keluarga dan para sahabatnya. Kemudahan serta pertolongan Allah yang selalu

diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA

YANG MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES) DALAM TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN” Karya ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari

kawan-kawan serta pihak-pihak yang terkait dalam memberikan dukungan dan memberikan

sumbangsih ide serta waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh karena itu penulis merasa

sangat perlu untuk mengucapkan terimakasih sebagai bentuk penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Khamami Zada, MA, selaku Ketua Prodi Perbandingan Mazhab Hukum,

Fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc, MA, selaku sekretaris prodi Perbandingan Mazhab

Hukum, Fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag, selaku Pembimbing atas bimbingan dan

pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

5. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif hidayatullah Jakarta dan

Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Page 7: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

vii

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi

kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya.

6. Seluruh dosen fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani masa

pendidikan berlangsung.

7. Ayahanda tercinta Alm. Bapak Unus dan ibunda tercinta Ibu Ecih yang selalu

mendukung dan memberikan segalanya kepada saya, dan suatu motivasi agar saya

dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman berkeluh kesah Somya Rupianthi Praywalita, yang selalu memberikan

semangat dan dukungan.

9. Saudara-saudara saya Udin, Ucen, Ubay, Yaya Zakaria, Yayah Siti Sofiah, yang selalu

memotivasi dan memberi dukungan.

10. Sahabat tercinta Rani Putri Larasati, Bagas Nur Ikhlas, Yuda Prayitno, yang tak henti-

henti memberikan dukungan serta menemani dalam kondisi suka dan duka juga

menjadi teman diskusi yang baik dalam untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu per satu Perbandingan

hukum angkatan 2010 dan kostan pesanggrahan yang selalu memberikan motivasi dan

kenangan dalam menjalani pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Februari 2015

Rudi Yana

Page 8: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

D. Review (Kajian) Studi Terdahulu 10

E. Metode Penelitian 10

F. Sistematika Penulisan 12

BAB II TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT HUKUM PIDANA

ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

A. Ketentuan Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam 13

B. Macam-Macam Penganiayaan Dalam Hukum Pidana Islam 15

C. Kategorinisasi Penganiayaan dalam Hukum Pidana 21

BAB III MELAMPAUI BATAS MEMBELA DIRI (NOODWEER EXCES)

A. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Pembelaan Terpaksa Menurut Hukum Pidana Islam 28

2. Pembelaan umum (Amar Ma’ruf Nahi Munkar) 35

B. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut KUHP

Page 9: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

ix

1. Pengertian pembelaan Terpaksa (noodweer) 41

2. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas (noodweer exces) 46

C. Pertanggungjawaban Pidana

1. Pertanggungjawaban Pidana menurut Hukum Pidana Islam 50

2. Pertanggungjawaban Pidana dalam KUHP 58

BAB IV ANALISIS PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS DALAM

TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

A. Syarat dan Dasar Hukum Pembelaan Terpaksa 61

B. Analisis Pembelaan Terpaksa melampaui Batas dalam Tindak Pidana

Penganiayaan 70

1. Kronologi Kasus 73

2. Pertimbangan Hukum oleh Hakim 75

3. Analisis 79

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN 94

B. SARAN . 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum,

bahwa UUD 1945 menetapkan Indonesia suatu negara hukum (Rechistaat) dan

dapat dibuktikan dari ketentuan dalam pembukaan, batang tubuh dan penjelasan

UUD 1945. Hukum diciptakan dengan tujuan untuk dapat memberikan

perlindungan dan ketertiban di dalam masyarakat supaya terciptanya keadilan bagi

semua lapisan masyarakat. Akan tetapi dalam prakteknya masih banyak

ditemukan pelanggaran-pelanggaran serta penyimpangan-penyimpangan terhadap

tujuan hukum itu sendiri, baik disengaja maupun tidak disengaja. Sudah

semestinya peran penegak hukum melaksanakan tugasnya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku.1

Terwujudnya stabilitas dalam setiap hubungan dalam masyarakat dapat

dicapai dengan adanya sebuah peraturan hukum yang bersifat mengatur

(relegen/anvullen recht) dan peraturan hukum yang bersifat memaksa (dwingen-

recht) setiap anggota masyarakat agar taat dan mematuhi hukum. Setiap hubungan

kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam

peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Sanksi yang berupa

1 Ramly Hutabarat, Persamaan Dihadapan Hukum “Equality Before the Law” di Indonesia,

(Jakarta Ghia Indonesia, cetakan pertama, Maret 1985), h. 11.

Page 11: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

2

hukuman (pidana) akan dikenakan kepada setiap pelanggar peraturan hukum yang

ada sebagai reaksi terhadap perbuatan melanggar hukum yang dilakukannya. Pada

hakekatnya tindak pidana atau strafbaar feit adalah prilaku yang pada waktu

tertentu dalam konteks suatu budaya dianggap tidak dapat ditolerir dan harus

diperbaiki dengan mendayagunakan sarana-sarana yang disediakan oleh hukum

pidana. Akibatnya ialah peraturan-peraturan hukum yang ada haruslah sesuai

dengan asas-asas keadilan dalam masyarakat, untuk menjaga agar peraturan-

peraturan hukum dapat berlangsung terus dan diterima oleh seluruh anggota

masyarakat.2

Sebuah peraturan hukum ada karena adanya sebuah masyarakat (ubi-ius

ubi-societas). Hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan

hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam

seluruh lapisan masyarakat.3 Sumber hukum bisa dari hukum yang hidup dalam

masyarakat seperti hukum adat, peraturan perundang-undangan seperti Hukum

Barat, konsepsi Hukum Islam yaitu dasar dan kerangkanya ditetapkan oleh Allah,

yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya,

manusia dengan makhluk lain dan manusia dengan lingkunganya. Indonesia

membagi hukum menjadi bebrapa bagian. Menurut isinya, hukum dibedakan

menjadi dua yaitu hukum privat dan hukum publik. Inisiatif pelaksanaan hukum

2 Jan Remmelink,Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari KitabUndang-

Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 61. 3 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-2, 1995, h. 48-49.

Page 12: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

3

privat diserahkan kepada masing-masing pihak yang berkepentingan, sedangkan

inisiatif pelaksanaan hukum publik diserahkan kepada negara atau pemerintah

yang diwakilkan kepada jaksa beserta perangkatnya.

Dalam ajaran Islam bahasan-bahasan tentang kejahatan manusia berikut

upaya preventif dan represif dijelaskan dalam fiqh jinayah.4 Islam, seperti halnya

sitem lain melindungi hak-hak untuk hidup, merdeka, dan merasakan keamanan.

Islam melarang bunuh diri dan melakukan pembunuhan serta penganiayaan.

Dalam Islam pembunuhan terhadap seorang manusia tanpa alasan yang benar

diibaratkan seperti membunuh seluruh manusia. Sebaliknya, barang siapa yang

memelihara kehidupan seseorang manusia, maka ia di ibaratkan memelihara

manusia seluruhnya.5 Jika pembunuhan atau penganiayaan itu terjadi juga, maka

seseorang harus mempertanggung-jawabkan perbuatan tersebut. Permasalahanya

adalah bagaimana jika pembunuhan dan penganiayaan sengaja tersebut dilakukan

karena dalam upaya membela jiwa, kehormatan maupun harta benda baik untuk

melindungi diri sendiri maupun orang lain? Dalam melakukan pembelaan dalam

Islam dikenal dengan istilah daf’u as-sail (pembelaan diri). Dalam hukum Islam,

pertanggungjawaban pidana dapat dihapus karena: Pertama, hal-hal yang

bertalian dengan perbuatan atau perbuatan yang dilakukan adalah mubah (tidak

dilarang) yang disebut asbab al-ibahah atau sebab diperbolehkannya perbuatan

4 Lihat H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah; Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Cet. ke-3,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h. 1. 5 Topo santoso, Membumikn Hukum Pidana Islam, Cetakan ke-1 (Jakarta : Gema Insani Perss,

2003). h. 71-72.

Page 13: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

4

yang dilarang, diantaranya yaitu: pembelaan yang sah, mendidik, pengobatan,

halalnya jiwa, anggota badan dan harta seseorang, hak dan kewajiban penguasa.

Kedua, hal-hal yang bertalian dengan keadaan pelaku atau perbuatan yang

dilakukan tetap dilarang tetapi pelakunya tidak dijatuhi hukuman yang disebut

asbab raf’i al-uqubah atau sebab hapusnya hukuman, diantaranya yaitu: paksaan,

mabuk, gila dan anak kecil (di bawah umur).6

Berbeda dengan hukum positif pada masa sebelum revolusi Prancis, setiap

orang bagaimanapun keadaannya bisa dibebani pertanggungjawaban pidana tanpa

membedakan apakah orang tersebut mempunyai kemauan sendiri atau tidak,

sudah dewasa atau belum. Bahkan hewan dan benda mati juga bisa dibebani

pertanggungjawaban apabila menimbulkan kerugian kepada pihak lain. Kematian

juga tidak bisa menghindarkan seseorang dari pemeriksaan pengadilan dan

hukuman. Demikian juga seseorang harus mempertanggungjawabkan perbuatan

orang lain, meskipun orang tersebut tidak tahu-menahu dan tidak ikut serta

mengerjakannya. Baru setelah revolusi Prancis dengan timbulnya aliran

tradisionalisme dan lain-lainnya, pertanggungjawaban itu hanya dibebankan

kepada manusia yang masih hidup yang memiliki pengetahuan dan pilihan.7

Dalam Hukum Pidana Indonesia, pembelaan terpaksa diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 49 ayat 1 yang berbunyi:

6 Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, Cetakan ke-4 ( Jakarta : Kencana, 2008), h. 436-464.

7 http://kbbi.web.id.wikipedia.

Page 14: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

5

“Tidak dipidana barang siapa yang melakukan perbuatan pembelaan

untuk jiwa, kehormatan atau harta benda baik untuk diri sendiri maupun orang

lain karena pengaruh daya paksa tidak dipidana”.

Sedangkan pembelaan terpaksa melampaui batas diatur dalam KUHP

Pasal 49 ayat 2 yang berbunyi:

“Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan

oleh kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu,

tidak dipidana.”8

Undang-undang tidak memberikan keterangan lebih jauh tentang

pembelaan terpaksa yang melampaui batas. Dalam Memorie van Toelichting

(MvT) ada sedikit keterangan mengenai pembelaan terpaksa yang melampaui

batas yang mengatakan jika terdapat “kegoncangan jiwa yang hebat”. Yang

dimaksud terdapat kegoncangan jiwa yang hebat tidak dijelaskan dalam KUHP

tetapi oleh ahli hukum memberikan penjelasan kegoncangan jiwa yang hebat

sehingga diperbolehkan melakukan pembelaan terpaksa yang melampaui batas.9

Alasan penghapus pidana diartikan sebagai keadaan khusus (yang harus

dikemukakan, tetapi tidak perlu dibuktikan oleh terdakwa), meskipun terhadap

8 Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Agustus

2003, h. 83. 9 Prof. Moeljanto, S.H,. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan ke-5 ( Jakarta, PT Rineka Cipta,

1993), h. 147-148.

Page 15: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

6

semua unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi tidak dapat dijatuhkan

pidana, alasan penghapus pidana dapat dibedakan menjadi :

1. Alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond) yaitu alasan yang menghapuskan

sifat melawan hukumnya perbuatan, berkaitan dengan tindak pidana

(strafbaarfeit).

2. Alasan pemaaf (schuldduitsluitingsgrond) yaitu alasan yang menghapuskan

masalah terdakwa yang berkaitan dengan masalah pertanggungjawaban.10

Ada beberapa hal yang menjadaikan kenapa penulis tertarik untuk

membahas kasus tersebut, yang pertama adalah bahwa belum banyak yang

meneliti dari kasus tersebut dari segi hukum islam maupun hukum positif, pada

umumnya yang dibahas oleh orang masih bersifat umum pada delik penganiayaan

atau delik pembunuhaan saja, yang kedua adalah selama ini sering terjadi tindak-

tindak kekerasan yang menimbulkan berbagai akibat, beberapa kasus

penganiayaan seperti yang dikemukakan dalam peneltian ini yaitu pada kasus

terhadap tindak penganiayaan yang dilakukan oleh Grace dan keluarga terhadap

Robby Lesmana dengan nomor Putusan Mahkamah Agung No.416 K/Pid/2009

dimana Grace dan Robby Lesmana adalah sepasang suami istri yang tengah

menjalani proses perceraian dan mempunyai seorang anak bernama Richelle yang

pengasuhannya dilakukan secara bergantian oleh Grace dan Robby. Ketika Robby

bersama Kuasa hukumnya bernama Adardam yang datang kerumah Grace dengan

10

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, h. 137-138.

Page 16: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

7

maksud menjemput anaknya Richelle berdasarkan perjanjian hak asuh yang telah

dibuat dan disepakati bersama oleh grace dan Robby dimana saat itu tiba

gilirannya Robby untuk mengasuh Richelle, pada saat Robby menghampiri Grace

yang sedang menggendong Richelle yang berada didepan pintu rumah, Richelle

menangis ketika akan dibawa pergi oleh Robby, mendengar tangisan Richelle

tiba-tiba keluar Winarno Sarkawi yang langsung menghampiri serta mendorong

dan memukul Robby, kemudian diikuti dengan tindakan Grace yang juga

melakukan pemukulan terhadap Robby dengan maksud mengambil kembali

anaknya Richelle yang menangis dalam gendongan Robby. Kuasa hukum yang

berada diluar pagar kemudian menghampiri dengan maksud melerai peristiwa

pemukulan tersebut tetapi beliau juga dipukul oleh Winarno Sarkawi dan Grace,

Melihat keadaan yang tidak kondusif itu kedua korban akhirnya langsung naik ke

mobil dan pergi. Setelah peristiwa pemukulan tersebut kemudian Robby ditemani

Kuasa hukumnya Adardam melaporkannya kepada pihak kepolisian yang

akhirnya sampai pada tingkat pengadilan. Di Pengadilan Negeri Bandung, setelah

bukti-bukti dihadirkan dipersidangan dan membaca tuntutan pidana Jaksa

Penuntut Umum kemudian Hakim menyatakan bahwa terdakwa Winarno Sarkawi

dan terdakwa Grace telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana secara terang-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekerasan

terhadap orang dan menjatuhkan pidana penjara masing-masing selama 10 bulan

kepada terdakwa Winarno sarkawi dan terdakwa Grace. Setelah putusan hakim

diberikan, para terdakwa melakukan upaya hukum banding yang kemudian pada

Page 17: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

8

tingkat banding Hakim Pengadilan Tinggi Bandung menyatakan bahwa terdakwa

Winarno Sarkawi dan terdakwa Grace terbukti melakukan perbuatan yang

didakwakan tetapi merupakan pembelaan darurat noodweer sehingga melepaskan

kedua terdakwa dari semua tuntutan hukum. Jaksa Penuntut Umum yang

keberatan terhadap pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi tersebut kemudian

melakukan upaya hukum kasasi dengan disertai alasan-alasan yang pada

pokoknya bahwa putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi dalam melepaskan kedua

terdakwa dari semua tuntutan hukum (onslag van alle rechtsvervolging) karena

perbuataannya termasuk dalam apa yang diatur pada Pasal 49 ayat 2 KUHP

adalah telah salah dalam penerapan hukumnya. Akhirnya pada Putusan

Mahkamah Agung permohonan kasasi Jaksa Penuntut ditolak dan memperbaiki

amar putusan Pengadilan Tinggi sehingga menyatakan terdakwa Winarno Sarkawi

bersalah dan terbukti melakukan tindak pidana dan dipidana penjara selama 10

bulan dan kepada terdakwa Grace terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan

tetapi perbuatan tersebut merupakan pembelaan darurat noodweer sehingga

melepaskannya dari semua tuntutan. Berdasarkan uraian diatas, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini berjudul: TINJAUAN

HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN TERPAKASA

YANG MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES) DALAM TINDAK

PIDANA PENGANIAYAAN.

Page 18: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

9

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis

akan melakukan pembatasan masalah. Dalam skripsi ini penulis akan

menganalisis Putusan M.A 416 K/Pid/2009. Terhadap penganiayaan terhadap

suami oleh isteri dan keluarganya, serta penulis akan mengkaji pandangan hukum

islam terhadap noodweer-exces.

Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas didalam skripsi ini:

1. Mengapa alasan noodweer exces dijadikan dasar pertimbangan hakim sebagai

alasan pemaaf dalam kasus Putusan M.A 416 K/Pid/2009, kemudian apakah

putusan tersebut telah sesuai dengan konsep noodweer?

2. Bagaimana ketentuan syarat yang terdapat di dalam pembelaan terpaksa dalam

Hukum Islam dan Hukum Positif?

3. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap sanksi pembelaan terpaksa

yang melampaui batas dalam tindak pidana penganiayaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan Hukum

Islam mengenai noodweer exces, untuk mengetahui dasar hukum tindak pidana

penganiaayaan dalam Hukum Islam dan KUHP, serta untuk mengetahui alasan

noodweer exces dijadikan dasar pertimbangan hakim sebagai alasan pemaaf dalam

kasus Putusan M.A 416 K/Pid/2009 dimana terdakwa dalam kasus tersebut

Page 19: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

10

diputus bebas, kemudian kegunaan penelitian ini secara khusus merupakan suatu

studi dibidang hukum pidana di mana penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan gambaran secara jelas perihal bagaimana seharusnya suatu tindakan

yang dihadapi seseorang dalam suatu keadaan dapat digolongkan kedalam suatu

yang melampaui batas (noodweer).

D. Review ( Kajian ) Studi Terdahulu

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan studi review terdahulu yaitu

dengan melihat skripsi yang sebelumnya mengenai tindak pidana pembunuhan

guna menjadikan acuan dan rujukan bagi penulis dalam melakukan penelitian,

yang penulis pelajari yaitu skripsi yang berjudul, “ Alasan Pemaaf Atas Tindak

Pidana Pembunuhan Kajian Hukum Islam Dan Hukum Positif, (Studi Kasus :

Analisis Putusan mahkamah Agung No. 1445K/Pid/2011). Yang meneliti adalah

Khusnul Hotimah, Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum

UIN syarif Hidayatullah Jakarta/2013.

E. Metode Penelitian

Para peneliiti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan

penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan

prosedur, alat, serta desain yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam

penlitian harus cocok dengan metode penelitian. Prosedur memberikan kepada

peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian.

Page 20: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

11

Teknik penlitian mengatakan alat-alat pengukur apa yang diperlukan dalam suatu

penelitian, sedangkan metode penelitian memandu si peneliti tentang urutan-

urutan bagaimana penelitian dilakukan.11

Penelitian yang diterapkan dalam penulisan skripsi ini menggunakan

penelitian hukum normatif, yang diteliti hanya bahan pustaka atau data

sekunder.12

Data sekunder adalah data tidak langsung yang di peroleh dari

kepustakaan, yang dibedakan atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

dan bahan hukum tertier, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat berupa

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan

permasalahan yang dibahas, meliputi: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

dan Salinan Putusan M.A 416 K/Pid/2009.

2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukuman yang sifatnya menjelaskan

bahan hukum primer, dimana bahan buku primer berupa buku/literatur, hasil

karya sarjana yang berhubungan dengan penulis skripsi.

3. Bahan Hukum Tertier adalah merupakan bahan hukum sebagai pelengkap dari

kedua bahan hukum sebelumnya, berupa: Kamus Hukum dan Kamus Besar

Bahasa Indonesia.

11

Moh. Nazir, Ph. D, Metode Penelitian, Bogor, Oktober 2005, h. 44. 12

Roni Hantijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Cetakan-4, (Jakarta,

Ghana Indonesia, 1990), h. 52.

Page 21: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

12

Pendekatan Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan

pendekatan kasus yang dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus

yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.13

Dalam teknik penulisan,

penulis menggunakan acuan pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang

diterbitkan oleh fakultas Sayriah dan Hukum Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika bertujuan agar penulisan ini dapat terarah dan sistematis,

sehingga dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 (lima) bab yaitu

sebagai berikut : Bab I adalah bab yang berisikan Pendahuluan, Bab II adalah

kerangka teoritis yang memberi gambaran secara sederhana tentang penganiayaan

dalam ruang lingkup Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif. Bab III adalah

pandangan noodweer dalam Hukum Islam. Bab IV adalah analisis kasus, pada

bab ini penulis membahas data hasil penelitian yaitu kronologi kasus

penganiayaan dalam Putusan M.A 416 K/Pid/2009. Bab V adalah penutup yang

berisikan kesimpulan dan saran.

13

Peter Mahmud Marjuki, Penelitian Hukum, cetakan-4, (Jakarta Kencana. 2008), h. 94.

Page 22: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

13

BAB II

TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT HUKUM PIDANA

ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

A. Ketentuan Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam

Menurut para fukaha, tindak pidana atas selain jiwa (penganiayaan) adalah

setiap perbuatan menyakitkan yang mengenai badan seseorang, namun tidak

mengakibatkan kematian. Kejahatan ini bisa dikategorikan ke dalam melukai,

memukul, mendorong, menarik, memeras, menekan, memotong rambut, dan

mencabutnya.1 Tindak pidana atas selain jiwa (penganiayaan) dibagi menjadi dua

klasifikasi yaitu ditinjau berdasarkan niatnya: yang disengaja dan tidak disengaja.

Kedua, ditinjau dari segi objek (sasarannya) yang dibagi menjadi lima yang akan

penulis jelaskan satu persatu.

Tindak pidana penganiayaan disengaja adalah kesengajaan pelaku

melakukan perbuatan yang menyentuh tubuh korban atau mempengaruhi

keselamatannya. Rukun dalam tindak pidana ini ada dua: (1) perbuatan yang

terjadi pada tubuh korban atau mempengaruhi keselamatannya, (2) perbuatan

pelaku dilakukan secara sengaja. Pada rukun yang pertama dimaksudkan agar

menjadi tindak pidana, pelaku disyaratkan harus melakukan perbuatan yang

menyentuh korban atau mempengaruhi keselamatan tubuhnya dalam kondisi

apapun. Perbuatan tidak disyaratkan harus berupa pukulan atau melukai, tetapi

1 Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu. h. 19.

Page 23: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

14

cukup berupa perbuatan yang membahayakan atau tindakan melawan hukum

dengan segala bentuknya, seperti memukul, melukai, mencekik, menarik,

mendorong, menekan, atau memelintir. Pelaku tidak harus menggunakan alat

tertentu untuk menyiksa korbannya. Karena tindak pidana penganiayaan tidak

dimaksudkan untuk membunuh dengan alat tertentu, karena semua alat hukumnya

sama. Imam Syafi‟i berpendapat bahwa sengaja di dalam perbuatan penganiayaan,

adakalanya murni disengaja atau menyerupai sengaja. Murni disengaja adalah

perbuatan yang biasanya menimbulkan akibat. Adapun menyerupai sengaja adalah

perbuatan yang biasanya tidak menimbulkan akibat. Misalnya seseorang yang

menampar kepala orang lain kemudian kepala itu bengkak sampai terbelah dan

terlihat tulangnya, maka perbuatan tersebut dianggap tindak pidana menyerupai

sengaja.

Dikatakan menyerupai sengaja karena biasanya tamparan tidak

mengakibatkan luka sampai terlihat tulangnya.2 Syarat yang kedua, sengaja

melakukan perbuatan yaitu perbuatan harus berasal dari kehendak pelaku dan

dilakukan dengan maksud melawan hukum. Jika pelaku tidak menghendaki

perbuatan, atau menghendaki tetapi tidak bertujuan melawan hukum, perbuatan

tersebut tidak dianggap perbuatan yang disengaja tetapi tidak disengaja (tersalah).

3Selanjutnya, tindak pidana penganiayaan tidak disengaja adalah jika suatu

perbuatan mengakibatkan tidak kematian, perbuatan tersebut dianggap

2 Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu., h. 23. 3 Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu., h. 24.

Page 24: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

15

penganiayaan. Dalam Hukum Islam perbuatan penganiayaan yang tidak disengaja

dengan melihat dan menyesuaikan akibat perbuatan yang ditimbulkan, perbuatan

yang terjadi akibat kelalaian pelaku tanpa ada maksud melakukan perbuatan

tersebut. Misalnya orang yang membalikkan badan dan menimpa orang yang

sedang tidur di sampingnya sehingga tulang rusuknya patah.

B. Macam-Macam Penganiayaan Dalam Hukum Pidana Islam

Para fukaha membagi tindak pidana atas selain jiwa baik yang disengaja

maupun yang tidak disengaja menjadi lima bagian menurut objeknya. Pembagian

ini didasarkan pada akibat perbuatan pelaku. Pembagian tersebut adalah:

1. Memisahkan anggota badan atau yang sejenisnya, adalah memotong anggota

badan dan sesuatu yang mempunyai manfaat serupa. Termasuk dalam bagian

ini adalah memotong tangan, kaki, jari-jari, kuku, hidung, telinga, bibir,

mencungkil mata, memotong pelupuk mata, mencabut gigi, dan

memecahkannya, mencukur dan mencabut rambut kepala, jenggot, kedua alis

dan kumis.

2. Menghilangkan manfaat anggota badan, tetapi anggota badannya tetap ada,

artinya menghilangkan manfaat dari anggota badan tersebut. Termasuk di

dalamnya pendengaran, penciuman penglihatan, perasa, manfaat bicara

Page 25: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

16

kemampuan bersetubuh. Termasuk di dalamnya berubah warna gigi menjadi

hitam, merah dan warna lainnya. Juga termasuk menghilangan akal.4

3. Melukai kepala dan muka (asy-syijaj), adalah melukai kepala dan muka secara

khusus. Menurut Imam Abu Hanifah, asy-syijaj ada sebelas jenis yaitu, al-

kharisah, yaitu luka yang merobek kulit dan tidak menimbulkan pendarahan,

ad-damiah, yaitu luka yang menimbulkan pendarahan, tetapi tidak sampai

mengalir seperti air mata, ad-damiyah yaitu luka yang mengalirkan darah, al-

badi’ah, yaitu luka yang memotong daging, al-mutalahimah, yaitu luka yang

menghilangkan daging lebih banyak dari daging yang hilang pada al-badi’ah,

as-samhaq, yaitu luka yang memotong daging dan menampakkan lapisan

antara daging dan tulang, al-mudihah, yaitu luka yang memotong kulit yang

melindungi tulang dan menampakkan tulang walaupun hanya seujung jarum,

al-hasyimah, yaitu luka yang memecahkan tulang, al-munqilah, yaitu luka

dengan pindahnya tulang setelah pecah, al-amah, yaitu luka yang menembus

tulang (tempurung) kepala, yaitu lapisan di bawah tulang di atas otak, ad-

dagimah, yaitu luka yang menembus lapisan (di bawah tulang) sampai ke otak.

4. Melukai selain kepala dan muka (al-jirah), yaitu luka pada badan. Luka ini

dibagi menjadai dua: al-ja’ifah adalah luka yang sampai rongga dada dan

perut, baik luka tersebut di dada, perut, punggung, dan dua lambung, antara

4 Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu, h. 20.

Page 26: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

17

dua buah pelir, dubur, maupun tenggorokan, dan gairu ja’ifah adalah luka

yang tidak sampai ke rongga tersebut.5

5. Luka yang tidak termasuk empat jenis sebelumnya, maksudnya adalah semua

bentuk kejahatan atau bahaya yang tidak mengakibatkan hilangnya anggota

badan atau manfaatnya dan tidak mengakibatkan luka di kepala ataupun muka,

juga badan.6

Hukuman tindak pidana atas selain jiwa dapat dibagi menjadi tiga bagian.

Pertama, hukuman untuk tindak pidana atas selain jiwa dengan sengaja. Kedua,

hukuman untuk tindak pidana atas selain jiwa yang menyerupai sengaja. Ketiga,

hukuman untuk tindak pidana atas selain jiwa karena kesalahan. Hukuman untuk

tindak pidana atas jiwa tergantung kepada akibat yang timbul atas kelima jenis

tindak pidana menurut subjeknya tersebut., baik perbuatan yang dilaukan dengan

sengaja, maupun tidak sengaja (kekeliruan). Perbedaan yang mencolok dalam

tindak pidana sengaja, menyerupai sengaja, dan kesalahan untuk kasus tindak

pidana atas selain jiwa ini adalah dalam hukuman pokok. Dalam tindak pidana

atas selain jiwa dengan sengaja, sepanjang kondisinya memungkinkan, hukuman

pokonya adalah qisas. Sedangkan untuk menyerupai sengaja dan kekeliruan,

hukuman pokoknya adalah diat atau irsy.7 Akan tetapi, diat dan irsy juga

diberlakukan untuk tindak pidana sengaja sebagai hukuman pengganti. Oleh

5 Asadullah Al Faruq, Hukum pidana dalam sistem hukum islam, penerbit Ghia Indonesia, oktober

2009, h. 52. 6 Asadullah Al Faruq, Hukum pidana dalam sistem hukum islam, penerbit Ghia Indonesia, oktober

2009, h. 21. 7 Ahmad wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: sInar Grafika, cet-pertama, 2005, h. 184.

Page 27: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

18

karena itu, dalam membicarakan hukuman diat atau irsy, tidak ada perbedaan oleh

sengaja, dan kekeliruan.8

Untuk athraf (anggota badan) dan sejenisnya menurut para fukaha adalah

tangan dan kaki. Pengertian tersebut kemudian diperluas kepada anggota badan

yang lain: jari, kuku, bulu mata, gigi, rambut, jenggot, alis, kumis, hidung, lidah,

zakar, biji pelir, telinga, bibir, mata, dan bibir kemaluan perempuan. Sedangkan

ibanah (perusakan) anggota badan meliputi tindakan pemotongan seperti pada

tangan dan kaki, pencongkelan seperti pada mata, serta pencabutan seperti pada

gigi. Hukuman pokok untuk perusakan athraf dengan sengaja adalah qisas,

sedangan hukuman penggatinya adalah diat dan takzir. Adapun hukuman pokok

untuk perusakan anggota badan yang menyerupai sengaja dan kekeliruan adalah

diat, sedangkan hukuman penggantinya adalah takzir.

1. Hukuman Qisas

Qisas terhadap selain jiwa (penganiayaan) mempunyai syarat sebagai

berikut:9 Pelaku berakal, sudah mencapai umur balig

10, motivasi kejahatan

disengaja, hendaknya darah orang yang dilukai sederajat dengan darah orang yang

melukai. Yang dimaksud dengan sederajat disini adalah hanya dalam hal

kehambaan dan kekafiran. Oleh sebab itu maka tidak diqisas seorang merdeka

8 Ahmad wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: sInar Grafika, cet-pertama, h. 185.

9 As-Sayyid Sabiq, Fiqh., III : 38.

10 Balig adakalanya karena mimpi bersenggama atau karena factor umur. Batas maksimal

kebaligan seseorang berdasarkan umur adalah delapan belas tahun, dan batas minimalnya adalah lima

belas tahun, ini berdasarkan hadis riwayat sahabat Ibnu 'Umar. Ada pun mengenai tumbuhnya bulu

kemaluan para ulama berbeda pendapat dalam hal ini.

Page 28: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

19

yang melukai hamba sahaya atau memotong anggotanya. Dan tidak pula diqisas

seorang muslim yang melukai kafir zimmi atau memotong anggotanya. Apabila

pelaku melakukan perbuatan pelukaan tersebut secara sengaja, dan korban tidak

memiliki anak, serta korban dengan pelaku sama di dalam keislaman dan

kemerdekaan, maka pelaku diqisas berdasarkan perbuatannya terhadap korban,

misalnya dipotong anggota berdasarkan anggota yang terpotong, melukai serupa

dengan anggota yang terluka.11

Kecuali jika korban menghendaki untuk

pembayaran diyat atau memaafkan pelaku. Besarnya diyat disesuaikan dengan

jenis dari perbuatan yang dilakukannya terhadap korban. Syarat-syarat qisas

dalam pelukaan :

a. Tidak adanya kebohongan di dalam pelaksanaan, maka apabila ada

kebohongan maka tidak boleh diqisas,

b. Memungkinkan untuk dilakukan qisas, apabila qisas itu tidak mungkin

dilakukan, maka diganti dengan diyat,

c. Anggota yang hendak dipotong serupa dengan yang terpotong, baik dalam

nama atau bagian yang telah dilukai, maka tidak dipotong anggota kanan

karena anggota kiri, tidak dipotong tangan karena memotong kaki, tidak

dipotong jari-jari yang asli (sehat) karena memotong jari-jari tambahan,

d. Adanya kesamaan 2 (dua) anggota, maksudnya adalah dalam hal kesehatan dan

kesempurnaan, maka tidak dipotong tangan yang sehat karena memotong

11

Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, h. 425.

Page 29: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

20

tangan yang cacat dan tidak diqisas mata yang sehat karena melukai mata yang

sudah buta,

e. Apabila pelukaan itu pada kepala atau wajah (asy-syijjaj), maka tidak

dilaksanakan qisas, kecuali anggota itu tidak berakhir pada tulang, dan setiap

pelukaan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan qisas, maka tidak

dilaksanakan qisas dalam pelukaan yang mengakibatkan patahnya tulang, akan

tetapi diwajibkan diyat atas hal tersebut.

Kemudian dalam hal tindakan menempeleng, seseorang diperbolehkan

membalasnya sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, hal ini sesuai firman

Allah SWT :12

2. Diyat

Menurut As-Sayyid Sabiq, diyat adalah :

المااللذىيجببسببالجناية, وتؤدىإلىالمجنىعليه, أووليه

Dalam hal penganiayaan jenis jinayatul atraf, pelaksanaan diyat dibagi

menjadi dua, yaitu yang dikenakan sepenuhnya dan yang dikenakan hanya

setengahnya saja.13

Sedangkan diyat yang dikenakan hanya setengahnya saja

adalah dalam hal melukai :14

Satu buah mata, Satu daun telinga, Satu buah kaki,

Satu buah bibir, Satu buah pantat, Satu buah alis, dan Satu buah payudara wanita.

12

Al-Baqarah (2) : 194. 13

Lihat, Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, h. 428. 14

Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, h. 428-429.

Page 30: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

21

Kemudian pelukaan yang mewajibkan diyat kurang dari setengahnya

adalah memotong sebuah jari, yaitu diyatnya sepuluh ekor unta.15

Kemudian

wajib dalam mematahkan gigi diyat sebanyak lima ekor unta, berdasarkan sabda

Rasul dalam kitabnya Amr Ibn Hazm.16 Sedangkan sanksi dalam hal al-jirah,

sesuai dengan ketetapan syara‟ yang telah ada.17

Adapun mengenai hukuman dari

pelukaan yang bersifat al-jirah.18

C. Kategorinisasi Penganiayaan dalam Hukum Pidana

Pengertian penganiayaan pada point sebelumnya telah dijelaskan menurut

Hukum Islam yaitu tindak pidana atas selain jiwa (penganiayaan) adalah setiap

perbuatan menyakitkan yang mengenai badan seseorang, namun tidak

mengakibatkan kematian. Demikian pula dalam hukum positif, penganiayaan

merupakan tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum yang berupa tubuh

manusia.19

Penganiayaan mempunyai rumusan menurut yurisprudensi yaitu:

1. Pengadilan Tertinggi tanggal 10 Desember 1902 merumuskan “penganiayaan”

ialah dengan sengaja melukai tubuh manusia atau menyebabkan perasaan sakit

sebagai tujuan, bukan sebagai akal untuk mencapai suatu maksud yang

15

Lihat, At-Turmuzi, al-Jami‟ as-Sahih wa huwa Sunan at-Tirmizi, Kitab ad-Diyah „an Rasulillah,

Bab Ma Ja‟a fi Diyat al-Asabi‟ (Beirut: Dar al-Fikr, 1988). IV: 8. Hadis Nomor 1311. Riwayat Ikrimah

dari ibn Abbas. 16

Lihat, Jalaluddin as-Suyuti, Sunan an-Nasa‟i, Kitab al-Qasamah, Bab Zikru Hadis „Umar Ibn

Hazm fi „Uqul wa Ikhtilaf an-Naqilaini (Beirut: Dar al-Fikr, 1930). Hadis Nomor 4774. Riwayat Ibn

Hazm dari Bapaknya. 17

Lihat, Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, h. 429-430. 18

Lihat, Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim, h. 430. 19

Tongat, Hukum pidana materil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek hukum dalam

KUHPidana, Jakarta: Djambatan, 2003, h. 67.

Page 31: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

22

diperbolehkan, seperti memukul anak dan lain-lain. Batas-batas yang dianggap

perlu ialah yang dilakukan oleh orang tua anak itu atau gurunya.

2. Pengadilan Tertinggi tanggal 20 April 1925 menyatakan penganiayaan ialah

dengan sengaja melukai tubuh manusia. Tidak dianggap penganiayaan jika

maksudnya hendak mencapai suatu tujuan, dan di dalam menggunakan akal itu

tidak sadar bahwa ia melewati batas-batas yang wajar.

3. Pengadilan Tertinggi tanggal 11 Februari 1929 menyatakan penganiayaan

bukan saja menyebabkan perasaan sakit, tetapi juga menimbulkan penderitaan

lain pada tubuh. Menyebabkan rasa tidak enak pada tubuh atau bagian-bagian

dalam dari tubuh dapat menjadikan penganiayaan.20

Dapat disimpulkan bahwa

untuk penganiayaan harus ada unsur kesengajaan yaitu maksud untuk melukai

atau penyebab rasa sakit sebagai tujuan. Apabila diuraikan lebih terperinci,

maka rumusan penganiayaan di atas memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur kesengajaan, dalam tindak pidana penganiayaan secara prinsip unsur

kesengajaan dalam tindak pidana penganiayaan haruslah ditafsirkan sebagai

kesengajaan sebagai maksud (opzet als ogmerk). Dengan penafsiran yang

demikian, maka seseorang baru dapat dikatakan melakukan tindak pidana

penganiayaan, apabila orang tersebut mempunyai maksud melakuakan

perbuatan yang dapat menimbulkan akibat berupa rasa sakit atau luka pada

tubuh.

20

M. Sudrajat Basaar, S.H, Tindak-tindak pidana tertentu di dalam KUHPidana, Bandung:

Remadja Karya , 1986, h. 133.

Page 32: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

23

b. Unsur perbuatan, yang dimaksud dengan perbuatan dalam konteks pasal 351

KUHP adalah perbuatan dalam arti positif. Yang artinya perbuatan tersebut

haruslah merupakan aktifitas atau kegiatan dari manusia dengan

menggunakan (sebagian) anggota tubuhnya sekalipun sekecil apapun

aktifitas itu. Selain bersifat positif, unsur perbuatan dalam tindak pidana

penganiayaan juga bersifat abstrak, yaitu penganiayaan dapat berupa

berbagai macam dan bentuk perbuatan seperti memukul, menendang,

mencubit, mengiris, dan membacok.21

c. Unsur akibat yang berupa rasa sakit dan luka tubuh, rasa sakit dalam

konteks pasal 351 KUHP mengandung arti sebagai terjadinya atau

timbulnya rasa sakit, rasa perih tidak enak, atau penderitaan tanpa

mempersyaratkan adanya perubahan rupa pada tubuh. Sementara yang

dimaksud denngan luka adalah terjadinya perubahan dari tubuh, atau

terjadinya perubahan rupa tubuh sehingga menjadi berbeda dari keadaan

tubuh sebelum terjadinya penganiayaan. Perubahan rupa tubuh ini misalnya,

lecet-lecet pada kulit, putusnya jari tangan , bengkak-bengkak pada anggota

tubuh.

d. Akibat mana menjadi tujuan satu-satunya, unsur ini mengandung

pengertian, bahwa dalam tindak pidana penganiayaan akibat berupa rasa

sakit atau luka pada tubuh haruslah merupakan tujuan satu-satunya dari

pelaku. Artinya pelaku memang menghendaki timbulnya rasa sakit atau luka

21

Tongat, Hukum pidana materiil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek hukum dalam

KUHPidana, Jakarta: Djambatan, 2003, h. 75.

Page 33: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

24

dari perbuatan (penganiayaan) yang dilakukan. Jadi untuk adanya

penganiayaan harus dibuktikan bahwa rasa sakit atau luka pada tubuh

menjadi tujuan dari pelaku.22

Ada beberapa macam penganiayaan, yaitu, penganiayaan biasa (pasal

351KUHP), penganiayaan ringan (pasal 352 KUHP), penganiayaan yang

direncanakan terlebih dahulu (pasal 353KUHP), penganiayaan yang disengaja

untuk melukai berat (pasal 354KUHP), penganiayaan berat yang direncanakan

terlebih dahulu (pasal 355KHP), penganiayaan terhadap orang-orang tertentu dan

dengan menggunakan benda-benda yang membahayakan kesehatan orang (pasal

356KUHP), penyerangan atau perkelahian (pasal 358KUHP). Penganiayaan biasa

diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, atau denda

paling banyak 4500 rupiah. Perbuatan ini semuanya harus dilakukan dengan

sengaja, dan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang diizinkan.

Umpamanya, seorang bapak dengan tangan memukul anaknya pada bagian

pipinya karena anak itu nakal. Perbuatan ini memang menimbulkan rasa sakit

namun tidak termasuk bagian dari penganiayaan sebab ada maksud baik yaitu

mengajarkan anaknya. Namun apabila si bapak memukul anaknnya menggunakan

sebuah besi di bagian kepalanya, maka terdapat unsur penganiayaan.

Penganiayaan ringan, tindak pidana ini termasuk pada bagian kejahatan

ringan, ancamannya pun yaitu hukuman penjara paling lama tiga bulan atau denda

paling besar 4.500 rupiah. Yang dimaksud penganiayaan ringan ialah: yang

22

Tongat, Hukum pidana materiil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek hukum dalam

KUHPidana, Jakarta: Djambatan, 2003, h.76.

Page 34: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

25

mengakibatkan sakit atau menyebaban terhalangnya orang menjalankan

jabatannya atau mata pencahariannya, yang tidak direncanakan terlebih dahulu,

yang tidak menggunakan benda yang membahayakan nyata atau kesehatan

oranng, yang tidak dilakukan terhadap orangtuanya , isterinya, atau suaminya,

anak-anaknya, atau pegwainya yang sedang atau karena melaukan

kewajibannya.23

Penganiayaan berencana, penganiayaan jenis ini diatur dalam

pasal 353 KUHP yang menyatakan: (1) penganiayaan dengan rencana lebih dahlu,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun, (2) jika perbuatan

mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan penjara paling lama

tujuh tahun, (3) jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara

paling lama sembilan tahun. Dari rumusan pasal 353 KUHP di atas maka

tersimpul pendapat, bahwa penganiayaan berencana dapat berupa tiga bentuk.

Penganiayaan berencana pada dasarnya adalah penganiayaan biasa dalam pasal

351 KUHP yang ditambahkan dengan unsur rencana terlebih dahulu.24

Peganiayaan berat, jenis tindak pidana ini diatur dalam psal 354 KUHP.

Tindak pidana penganiayaan berat terdiri dari dua macam yaitu: tindak pidana

penganiayaan berat biasa (yang tidak menimbulkan kematian) diatur dalam pasal

354 (1). Dan tindak pidana penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian,

diatur dalam pasal 354 (2). Tindak pidana penganiayaan dalam pasal ini diancam

23

M. Sudrajat Basaar, S.H. Tindak-tindak pidana tertentu di dalam KUHPidana, Bandung:

Remadja Karya , 1986, h. 136. 24

Tongat, Hukum pidana materiil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek hukum dalam

KUHPidana, Jakarta: Djambatan, 2003, h. 89.

Page 35: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

26

dengan pidana penjara delapan tahun dan apabila mengakibatkan kematian maka

dikenakan pidana sepuluh tahun. Dalam tindak pidana penganiayaan berat yang

diatur dalam pasal 354 KUHP akibat luka berat itu merupakan maksud atau tujuan

pelaku, dalam arti bahwa pelau memang menghendaki terjadinya luka berat pada

korban.25

Penganiayaan berat berencana, jenis pidana ini diatur dalam pasal 355

KUHP. Penganiayaan ini pada dasarnya merupakan bentuk penganiayaan berat

yang dilakukan dengan rencana. Jenis penganiayaan ini pada dasarnya merupakan

gabungan antara penganiayaan berat (pasal 354 ayat 1) dengan penganiayaan

berencana (pasal 353 ayat 1). Menurut kententuan pasal 355 KUHP penganiayaan

berat berencana mendapatkan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Serta

lima belas tahun untuk perbuatan yang mengakibatkan kematian dan direncanakan

terlebih dahulu.26

Penganiayaan terhadap orang-orang tertentu dan dengan menggunakan

benda-benda yang membahayakan kesehatan orang, diatur dalam pasal 35 KUHP,

ancaman hukuman yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat

ditambah dengan sepertiganya apabila, kejahatan itu dilakukan terhadap ibunya,

bapaknya yang sah, isterinya atau suaminya, atau anaknya. Apabila kejahatan

dilakukan terhadap seoranng pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya

yang sah, apabila kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya

25

Tongat, Hukum pidana materiil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek hukum dalam

KUHPidana, Jakarta: Djambatan, 2003, h. 97. 26

Tongat, Hukum pidana materiil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek hukum dalam

KUHPidana, Jakarta: Djambatan, 2003, h. 102.

Page 36: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

27

bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.27

Penyerangan atau

perkelahian, istilah penyerangan mempunyai konotasi adanya dua pihak, di mana

pihak orang yang melakukan penyerangan bersifat aktif. Sementara pihak yang

lain dalam posisi sebagai pihak yang diserang atau dalam posisi pasif.

Sementara istilah perkelahiann menunjuk pada pengertian ada dua pihak

yang saling berhadapan secara aktif untuk saling menyerang. Ancaman

hukumannya dengan hukuman paling lama dua tahun delapan bulan, jikalau

penyerangan atau perkelahian itu hanya mengakibatkan luka berat saja. Dengan

hukuman paling lama empat tahun penjara, jikalau penyerangan atau perkelahian

itu mengakibatkan matinya orang. 28

Tindak pidana terhadap tubuh dengan tidak

sengaja atau karena kealpaan. Hal ini diatur dalam pasal 359-361 KUHP. Pada

pasal 359 mengancam dengan hukuman penjara paling lama lima tahun atau

kurungan paling lama satu tahun, karena kealpaan menyebabkan matinya orang

lain. Akibat dari perbuatan ini disebabkan kurangnya hati-hati dan adanya

kelalaian. Isi pada pasal 360 hampir sama dengan pasal 359, akan tetapi bedanya,

yaitu bahwa akibat dari pasal 359 adalah mati sedangkan akibat dari pasal 360

adalah: luka berat, luka yang menyebabkan jatuh sakit, dan terhalangnya

pekerjaan sehari-hari.

27

M. Sudrajat Basaar, S.H, Tindak-tindak pidana tertentu di dalam KUHPidana, Bandung:

Remadja Karya , 1986, h. 138. 28

M. Sudrajat Basaar, S.H, Tindak-tindak pidana tertentu di dalam KUHPidana, Bandung:

Remadja Karya , 1986, h. 139.

Page 37: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

28

BAB III

MELAMPAUI BATAS MEMBELA DIRI (NOODWEER EXCES)

A. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Pembelaan Terpaksa Menurut Hukum Pidana Islam

a. Pengertian dif’a asy-syar’i (pembelaan syar’i khusus)

Menurut istilah yang dinamakan pembelaan diri adalah kewajiban manusia

untuk menjaga dirinya atau jiwa orang lain, atau hak manusia untuk

mempertahankan hartanya atau harta orang lain dari kekuatan yang lazim dari

setiap pelanggaran dan penyerangan yang tidak sah. Penyerangan khusus baik

yang bersifat wajib maupun hak bertujuan untuk menolak serangan, bukan sebagai

hukuman atas serangan tersebut sebab pembelaan tersebut tidak membuat

penjatuhan hukuman atas penyerang menjadi tertolak.1

b. Hukum pebelaan diri

Para fuqaha telah sepakat berpendapat bahwa membela diri adalah suatu

jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang lain dari

serangan terhadap jiwa, kehormatan dan harta benda. Tetapi berbeda atas

hukumnya, apakah merupakan suatu kewajiban atau hak. Jadi, konsekuensinya

apabila membela diri merupakan suatu hak, maka seseorang boleh memilih antara

meninggalkan dan mengerjakannya, tetapi tidak berdosa dalam memilih salah

1 Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu, h. 138.

Page 38: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

29

satunya. Sebaliknya apabila dikatakan kewajiban maka seseorang tidak memiliki

hak pilih dan berdosa ketika meninggalknnya.2

Serangan seseorang adakalanya ditujukan kepada kehormatan jiwa atau

harta benda. Untuk membela kehormatan, para ulama sepakat bahwa hukumnya

adalah wajib. Apabila seorang laki-laki hendak memperkosa seorang perempuan

sedangkan untuk mempertahankan kehormatannya tidak ada lagi kecuali

membunuhnya maka perempuan tersebut wajib membunuhnya, demikian pula

bagi yang menyaksikan. Untuk membela jiwa para fuqaha berbeda pendapat

mengenai hukumnya. Menurut mazhab Hanafi dan pendapat yang rajih dalam

mazhab Maliki dan mazhab Syafi’i membela jiwa hukumnya wajib. Sedangkan

menurut pendapat yang marjuh (lemah) di dalam mazhab Maliki dan mazhab

Syafi’i serta pendapat yang rajih (kuat) di dalam mazhab Hanbali membela jiwa

hukumnya jaiz (boleh) bukan wajib.3

c. Serangan anak-anak orang gila dan hewan

Imam Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa jika

seseorang diserang oleh anak-anak, orang gila dan hewan maka harus membela

diri. Jadi, jika korban tidak memiliki cara lain untuk membela diri dari serangan

2 Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 211.

3 Misalnya, jika ada seorang laki-laki hendak memperkosa wanita, sedang seorang wanita tidak

sanggup menolaknya (membela diri) kecuali dengan jalan membunuh, wanita tersebut wajib

membunuhnya jika dia sanggup. Demikian pula jika seorang lelaki (A) yang melihat lelaki lain (B)

hendak menzinahi wanita, tetapi dia tidak sanggup mencegah perzinahan yang menimpa wanita

itukecuali dengan membunuh si B, maka si A wajib membunuh jika dia sanggup. Wajib adalah suatu h

dimana orang yang meninggalkannya akan tercela secara syara‟. Lihat dalam Abul Qadir Audah,

Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 88.

Page 39: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

30

mereka kecuali dengan membunuh, dan tidak bertanggungjawab baik secara

pidana maupun perdata sebab korban hanya menunaikan kewajibannya untuk

menolak serangan terhadap jiwanya.4

Imam Abu Hanifah serta muridnya kecuali Abu Yusuf berpendapat bahwa

orang yang diserang harus bertanggung jawab secara perdata yaitu dengan

membayar diat atas anak-anak, orang gila dan harga binatang yang telah

dibunuhnya. Alasannya adalah karena pembelaan diri dilakukan untuk menolak

tindak pidana, padahal perbuatan anak-anak, orang gila dan hewan tidak dianggap

sebagai tindak pidana karena binatang tidak berakal. Abu Yusuf berpendapat

bahwa orang yang diserang hanya bertanggungjawab atas harga hewan karena

perbuatan anak kecil dan orang gila tetap dianggap sebagai tindak pidana.

Meskipun penjatuhan hukuman atas keduanya dihapuskan karena keduanya tidak

memiliki pengetahuan (kecakapan bertindak). Berdasarkan pendapat ini, dapat

dikatakan bahwa menolak serangan anak kecil dan orang gila adalah dalam

keadaan membela diri sedangkan menolak serangan hewan merupakan keadaan

darurat yang memaksa.5 Alasan ulama yang mengatakan ditegakannya pembelaan

diri dalam segala keadaan bahwa manusia berkewajiban untuk membela dirinya

4 Marsum, Jinayat (HPI), Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum UII, Cet. ke-2, 1989, h. 168.

5 Abul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 141,

dharurat adalah situasi yang dikhawatirkan dapat menimbulkan kematian atau mendekati kematian.

Dengan kata lain, pengertian tersebut mengarah kepada tujuan pemeliharaan jiwa (hifz al-nafs). Wahbah

Zuhaili menilai pengertian-pengertian tersebut kurang lengkap, karena dharurat mencakup semua yang

berakibat dibolehkannya yang haram atau ditinggalkannya yang wajib. Maka ia menambahkan selain

memelihara jiwa, dharurat juga memelihara akal, kehormatan dan memelihara harta. Lihat dalam

Wahbah al-Zuhaily, Nazariyyah al-darurah al Syar’iyah ma‟a al Qanun al-Wad’i, Damaskus:

Muassasah al Risalah, 1995, h. 65.

Page 40: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

31

dan orang lain dari segala serangan terhadap jiwa. Termasuk hak dan kewajiban

manusia untuk menjaga harta pribadinya dan harta orang lain dari semua serangan

yang ditujukan terhadap harta, baik bersifat pidana maupun bukan.6

d. Syarat-syarat pembelaan

1) Adanya serangan atau tindakan melawan hukum

Perbuatan yang menimpa orang yang diserang haruslah perbuatan yang

melawan hukum. Apabila perbuatan tersebut bukan perbuatan yang melawan

hukum, maka pembelaan atau penolakan tidak boleh dilakukan. Jadi, pemakaian

hak atau menunaikan kewajiban baik oleh individu maupun penguasa, atau

tindakan yang diperbolehkan oleh syara’ tidak disebut sebagai serangan, seperti

pemukulan oleh orang tua terhadap anaknya sebagai tindakan pengajaran atau

pendidikan atau algojo yang melaksanakan hukuman potong tangan terhadap

terhukum sebagai pelaksanaan tugas.

Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad penyerangan tidak

perlu harus berupa perbuatan jarimah yang diancam dengan hukuman, tapi cukup

dengan perbuatan yang tidak sah (tidak benar). Demikian pula kecakapan pembuat

tidak diperlukan dan oleh karenanya serangan orang gila dan anak kecil dapat

dilawan. Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya, serangan harus berupa

jarimah yang diancam dengan hukuman dan dilakukan oleh orang yang dapat

dimintai pertanggungjawaban pidana. Jadi, apabila perbuatan (serangan) bukan

6 Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 213.

Page 41: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

32

jarimah yang diancam dengan hukuman, melainkan hanya perbuatan yang tidak

sah atau pelakunya tidak memiliki kecakapan maka orang yang diserang itu hanya

berada dalam keadaan terpaksa. Imam Abu Yusuf berbeda dengan gurunya Imam

Abu Hanifah yaitu perbuatan diisyaratkan harus berupa jarimah yang diancam

dengan hukuman tetapi pelakunya tidak perlu harus orang yang dapat dimintai

pertanggungjawaban pidana.7 Pembelaan diri hanya terdapat pada orang yang

diserang, bukan yang menyerang. Tetapi jika melebihi batas dalam melakukan

pembelaan dirinya, kemudian orang yang pada mulanya sebagai penyerang

mengadakan pembelaan diri juga, karena balasan serangan dari orang yang

diserang semula sudah melampaui batas maka tindakan itu dapat dibenarkan.8

2) Penyerangan harus terjadi seketika

Apabila tidak ada penyerangan seketika, maka perbuatan orang yang baru

akan diserang saja merupakan perbuatan yang berlawanan dengan hukum.

Pembelaan baru boleh diperbolehkan apabila benar-benar telah terjadi serangan

atau diduga kuat akan terjadi. Apabila terjadi serangan yang masih ditunda seperti

ancaman dan belum terjadi bahaya maka tidak diperlukan pembelaan. Tetapi jika

ancaman sudah dianggap sebagai bahaya maka penolakannya harus dengan cara

7 Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu, h. 479-480. 8 A. Wardi Mushlich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, 2004, h.

90.

Page 42: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

33

yang seimbang, antara lain seperti berlindung atau melaporkan adanya ancaman

kepada pihak yang berwenang.9

3) Tidak ada jalan lain untuk mengelakkan serangan

Apabila masih ada cara lain untuk menolak serangan maka cara tersebut

harus digunakan. Jadi, jika seseorang masih bisa menolak serangan dengan

teriakan-teriakan, maka tidak perlu menggunakan senjata tajam untuk melukai

atau bahkan senjata api yang dapat membunuh orang yang menyerang. Apabila

perbuatan tersebut telah dilakukan padahal tidak diperlukan maka perbuatan

tersebut dianggap sebagai serangan dan termasuk jarimah. Para fuqaha berbeda

pendapat tentang lari sebagai cara untuk menghindari serangan. Sebagaian fuqaha

menyatakan bahwa lari bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk menghindari

serangan, karena itu dianggap sebagai salah satu cara yang paling mudah, tetapi

menurut sebagian fuqaha yang lain, lari bukan merupakan jalan untuk membela

diri.10

4) Penolakan serangan hanya boleh dengan kekuatan seperlunya11

9 A. Wardi Mushlich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, 2004, h.

91. 10

Marsum, Jinayat (HPI), Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum UII, Cet. ke-2, 1989, h. 168-

169. 11

Ukuran kekuatan seperlunya memang relatif, dan itu didasarkan atas dugaan orang yang

diserang disesuaikan dengan perkiraan yang benar-benar terjadi atau dengan perbuatan yang diniatkan

oleh orang yang melakukan perbuatan. Jika penyerang tidak menggunakan senjata maka untuk

penolakannya tidak perlu memakai senjata. Apabila orang yang diserang menggunakan kekuatan yang

Melebihi batas yang diperlukan, maka harus bertanggungjawab atas kelebihan perbuatanya itu. Lihat

dalam A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, 2004, h.

91.

Page 43: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

34

Apabila penolakan tersebut melebihi batas yang diperlukan, hal itu bukan

lagi disebut pembelaan melainkan penyerangan. Dengan demikian, orang yang

diserang selamanya harus memakai cara pembelaan yang seringan mungkin, dan

selama hal itu masih bisa dilakukan maka tidak boleh dilakukan cara yang lebih

berat. Antara serangan dengan pembelaan terdapat hubungan yang sangat erat,

karena pembelaan timbul dari serangan. Dalam perampasan harta, pembelaan

belum berarti selesai dengan larinya penyerang yang membawa harta

rampasannya. Dalam hal ini, orang yang diserang harus berupaya mencari dan

menyelidikinya sampai berhasil mengembalikan harta yang dirampas oleh

penyerang, dengan menggunakan kekuatan yang diperlukan, bahkan bila

diperlukan maka boleh membunuhnya.

e. Melewati batas ukuran pembelaan diri (yang dibolehkan)

Jika seseorang melakukan pembelaan diri dengan kekuatan yang lebih

besar dari kekuatan yang diperlukan, maka harus bertanggungjawab atas

tindakannya itu. Salah satu contohnya adalah: Jika serangan dapat ditolak dengan

mengancam si penyerang, namun orang yang diserang itu memukul si penyerang

maka harus bertanggungjawab atas pemukulan tersebut.12

Pada dasarnya

pembelaan diri hukumnya mubah (dibolehkan) dan tidak ada hukumannya namun

jika sampai melewati batasnya dan mengenai orang lain dengan tersalah maka

12

Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu, h. 151.

Page 44: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

35

perbuatannya bukan mubah lagi melainkan kekeliruan dan kelalaian si pembela

diri.13

2. Pembelaan umum (Amar Ma’ruf Nahi Munkar)

Pembelaan umum artinya pembelaan untuk kepentingan umum atau

menganjurkan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut syara’

dan mencegah apa yang seharusnya ditinggalkan.14

a. Dasar hukum pembelaan umum

( . . .QS. Al Imran (3): 110.)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah”. (QS. Al Imran (3): 110.)

Para fuqaha berpendapat bahwa pembelaan umum atau amar ma’ruf nahi

munkar adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Pembelaan umum

diadakan dengan tujuan agar masyarakat berdiri diatas kebajikan dan pada

individu-individu yang ada di masyarakat ditumbuhkan sifat keutamaan sehingga

dengan demikian kapasitas jarimah dan penyelewengan akan menjadi berkurang.

Akan tetapi, para fuqaha masih berbeda pendapat tentang ketentuan atau batas

13

Lihat, Abul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 152. 14

Marsum, Jinayat (HPI), Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum UII, Cet. ke-2, 1989, h. 16.

Page 45: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

36

wajib tersebut dalam 2 hal yaitu sifat dari kewajiban tersebut, apakah wajib ain

atua wajib kifayah dan tentang orang yang terkena kewajiban tersebut.

Menurut sebagian fuqaha adalah wajib ain yang dikenakan kepada setiap

muslim, bahkan menurut mereka kewajiban tersebut lebih kuat dari pada

kewajiban haji, karena untuk kewajiban haji disyaratkan adanya kesanggupan

(istitha’ah), sedangkan untuk pembelaan umum tidak disyaratkan kesanggupan.15

Para fuqaha Yang berpendapat bahwa hukum pembelaan umum hukumnya wajib

kifayah berdasarkan atas firman Allah SWT

(QS. Al Imran 3: 104)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangmenyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”( QS. Al Imran (3): 104)

Jihad atau berperang diwajibkan atas setiap orang tetapi kewajiban

menjadi terhapus jika sudah ada orang lain yang menjalankannya. Dalam ayat

tersebut terdapat kalimat (waltakum minkum) yang artinya adalah hendaklah ada

diantara kamu, konotasinya adalah tidak menunjukkan keseluruhan umat.16

Tentang orang yang diwajibkan melakukan pembelaan umum, menurut sebagian

15

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 219-230. 16

Abul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 494, lihat

juga dalam Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 220 dan A.

Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, 2004, h. 95.

Page 46: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

37

fuqaha adalah setiap orang. Tetapi menurut fuqaha lainnya yaitu hanya orang

yang mempunyai kesanggupan seperti: pemuka agama atau ulama, dengan alasan

dikhawatirkan jika dibebankan kepada setiap orang, sedangkan orang tersebut

tidak mengetahui tentang hukum Islam maka bisa terjadi keadaan sebaliknya yaitu

melarang kebaikan dan memerintahkan keonaran.

b. Sumber dan hukum tindakan pembelaan umum

Ma’ruf atau kebaikan adalah setiap ucapan atau perbuatan yang perlu

diucapkan atau diperbuat sesuai dengan ketentuan dan prinsip umum syari’at

Islam, seperti berakhlak mulia, berbuat baik kepada fakir dan miskin dan

sebagainya. Munkar adalah setiap perbuatan yang dilarang terjadinya menurut

syari’at Islam.17

Menyuruh kebaikan (amar ma’ruf) bisa berupa perkataan seperti

ajakan untuk membantu korban gempa atau dapat berupa perbuatan seperti

pemberian contoh hal yang baik kepada orang lain. Bisa juga gabungan antara

perbuatan dan ucapan seperti mengajak untuk mengeluarkan zakat sekaligus

mengeluarkannya.

Sedangkan melarang kemungkaran (nahi munkar) bisa berupa perkataan

seperti melarang orang lain minum minuman keras. Dengan demikian, menyuruh

kebaikan adalah menganjurkan untuk mengerjakan atau mengucapkan apa yang

17

Nashr Farid Muhammad Washil, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa‟id Fiqhiyyah, Jakarta:

Amzah, 2009, h. 252-253.

Page 47: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

38

seharusnya. Sedangkan melarang keburukan adalah membujuk orang lain agar

meninggalkan apa yang sebaiknya ditinggalkan.18

c. Syarat-syarat pembelaan umum

Hukum pembelaan umum adalah wajib, tetapi dalam pelaksanaannya

diperlukan syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan orang yang

melaksanakannya. Syarat tersebut ada yang berkaitan dengan tabiat (sifat)

kewajiban dan ada pula yang berkaitan denagn prinsip dasar syariat: Dewasa dan

berakal sehat (mukalaf), beriman, adanya kesanggupan, adil, izin (persetujuan).19

d. Syarat melarang keburukan

Untuk melaksanakan amar ma’ruf tidak diperlukan syarat khusus, karena

amar ma’ruf berupa nasihat, petunjuk dan pengajaran. Jadi, bisa dilakukan setiap

saat dan kesempatan. Adapaun untuk mencegah kemungkaran maka diperlukan

syarat tertentu, yaitu: Adanya perbuatan buruk atau munkar, keburukan atau

kemunkaran terjadi seketika, kemunkaran itu diketahui dengan jelas.

e. Cara memberantas kemungkaran

Apabila seseorang melakukan keburukan (kemungkaran) sedang ia tidak

tahu perbuatannya adalah keburukan, cara yang baik untuk mencegahnya adalah

dengan memberi penjelasan dengan sikap yang halus dan lemah lembut bahwa

perbuataanya itu adalah suatu perbuatan yang buruk.

18

A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, 2004, h.

95. 19

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 220-221.

Page 48: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

39

1) Penjelasan

Jika seseorang melakukan suatu perbuatan mungkar tetapi dia tidak tahu

bahwa perbuatannya adalah keburukan, maka cara yang baik untuk mencegahnya

adalah memberi penjelasan kepadanya bahwa perbuatannya adalah suatu

perbuatan mungkar

2) Memberi nasihat dan petunjuk

Ditunjukan kepada orang yang memulai suatu perbuatan dan

menyadarinya bahwa perbuatan itu adalah perbuatan munkar. Jika dengan nasihat

dan petunjuk bisa diduga pelaku perbuatan tersebut akan meninggalkan

kemungkaran tersebut.

3) Menggunakan kekerasan

Hanya dalam keadaan darurat dan orang yang melakukan perbuatan tidak

dapat diatasi dengan cara halus, orang yang menggunakan kekerasan tidak boleh

mengeluarkan kata-kata yang kasar, melainkan dengan kata-kata yang baik, benar,

sopan serta sesuai dengan kebutuhan20

4) Mengadakan tindakan dengan tangan

Cara ini hanya berlaku pada perbuatan maksiat yang menurut tabiatnya

dapat mengalami perubahan materil dan tidak berlaku pada maksiat yang

berkaitan dengan lisan dan hati. Ada 2 syarat yang diperlukan: Orang yang

melakukan pemberantasan tidak perlu menggunakan tangannya sendiri, selama

20

Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu, h. 506.

Page 49: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

40

pelaku dapat dan bersedia mengubahnya sendiri, tindakan dengan tangan harus

disesuaikan dengan kadarnya.21

5) Menggunakan ancaman pemukulan dan pembunuhan

Cara ini baru tahap ancaman, bukan tindakan. Ancman tersebut harus

merupakan ancaman yang bisa diwujudkan, bukan ancaman yang tidak boleh

diwujudkan. Misalnya nanti kamu saya dera atau saya pukuli dengan perkataan

yang lebih keras.

6) Menggunakan pemukulan dan pembunuhan

Cara ini boleh dilakukan dalam keadaan darurat dan digunakan secara

bertahap sesuai dengan keperluan. Pembunuhan hanya boleh digunakan apabila

sudah tidak ada jalan lain lagi untuk memberantas perbuatan maksiat yang terjadi.

7) Minta bantuan orang lain

Apabila dengan dirinya sendiri seseorang tidak mampu untuk

memberantas kemungkaran dan memerlukan bantuan orang lain dengan kekuatan

dan senjatanya maka para fuqaha berbeda pendapat. Sebagian fuqaha berpendapat

meminta bantuan orang lain untuk memberantas kemungkaran tidak

diperbolehkan karena cara tersebut dikhawatirkan bertambah luasnya keributan

dan ketidaktenteraman sebab orang yang diberantas juga akan mendatangkan

temannya sehingga dapat menimbulkan peperangan. Perorangan boleh

menggunakan cara ini jika mendapat izin dari penguasa.

21

A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, 2004, h.

98-100.

Page 50: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

41

Menurut sebagian fuqaha lainnya, cara tersebut boleh digunakan tanpa

memerlukan izin dari penguasa sebab cara tersebut pada hakikatnya sama dengan

cara lain yang menimbulkan kemungkinan terjadinya keributan yang lebih luas.

Ketujuh cara tersebut dapat digunakan terhadap siapa saja, kecuali terhadap orang

tua, suami dan pihak penguasa.

B. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut KUHP

1. Pembelaan Terpaksa (Noodweer)

a. Pengertian Pembelaan Terpaksa

Dari segi bahasa, noodweer terdiri dari kata “nood”dan “weer”. “Nood”

yang artinya (keadaan) darurat.”Darurat” berarti: Dalam keadaan sukar (sulit)

yang tidak disangka-sangka yang memerlukan penanggulangan segera, kemudian

dalam keadaan terpaksa. “Weer” artinya pembelaan yang berarti perbuatan

membela, menolong, melepaskan dari bahaya22

. Jika digabungakan kedua kata

tersebut maka dapat diartikan melepaskan dari bahaya dalam keadaan terpaksa

atau menolong dalam keadaan sukar (sulit).23

Noodweer adalah pembelaan yang

diberikan karena sangat mendesak terhadap serangan yang mendesak dan tiba-

tiba serta mengancam dan melawan hukum.24

Pembelaan terpaksa merupakan

alasan menghilangkan sifat melanggar hukum (wederrechtelijkheid atau

onrechtmatigheid), maka alasan menghilangkan sifat tindak pidana

22

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h.

156. 23

Pengertian tersebut muncul karena undang-undang tidak memberi pengertian dari pada

“noodweer”. Doktrin memberikan kata “noodweer” bagi pasal 49 ayat (1) KUHP. 24

Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 200.

Page 51: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

42

(strafuitsluitings-grond) juga dikatakan alasan membenarkan atau menghalalkan

perbuatan yang pada umumnya merupakan tindak pidana (rechtvaardigings-

grond) disebut fait justificatief.25

Pembelaan terpaksa dirumuskan dalam pasal 49 ayat 1 sebagai berikut:

“Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa

(lijf) untuk diri atu orang lain, kehormatan kesusilaan (eerbaarheid) atau harta

benda (goed) sendiri maupun orang lain, karena adanya serangan (aanranding)

atau ancaman serangan yang melawan hukum (wederrechtelijk) pada ketika itu

juga.”

Maka tidaklah berlaku pasal 49 ayat 1 KUHP jika: Apabila serangan dari

seseorang dikatakan belum dimulai dan juga belum memenuhi syarat onmiddelijk

dreigende (dikhawatirkan akan segera menimpa), kemudian apabila serangan

dari seseorang dikatakan telah selesai. Istilah onmiddelijk dreigende tidak ada

dalam pasal tersebut dari KUHP Belanda tetapi hanya disebut serangan

ogenblikkelijk (seketika itu). Van Hattum menceritakan bahwa dari rancangan

KUHP belanda tersebut, yang dimaksud dengan ogenblikkelijk juga meliputi

onmiddelijk dreigende, tetapi usulan tersebut ditolak oleh Perlemen Belanda pada

tahun 1900 karena dikhawatirkan akan adanya penyalahgunaan. Tetapi dalam

KUHP Indonesia yang mulai berlaku pada 1 Januari 1918 kata onmiddelijk

dreigende (serangan tiba-tiba) ditambahkan. Dengan alasan bahwa keadaan

khusus di Indonesia karena sering terjadi perampokan dalam suatu rumah.

25

Wirjono Prodjodikoro, Asa-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Eresco, 1989, h. 78.

Page 52: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

43

Apabila dalam hal ini para perampok itu baru mendekati rumah yang akan

dirampok, maka dianggap layak apabila penghuni rumah melakukan tembakan

kepada para perampok, setelah para perampok dari jauh mendekati rumah dalam

kasus tersebut sudah merupakan pelaku serangan yang onmiddelijk dreigende

atau dikhawatirkan akan segera menimpa.26

b. Doktrin membuat syarat / unsur noodweer yaitu:

1) Harus ada serangan (aanranding), harus memenuhi syarat:

a) Serangan itu harus datang mengancam27

dengan tiba-tiba

Pembolehan pembelaan terpaksa bukan saja pada saat serangan sedang

berlangsung akan tetapi sudah boleh dilakukan pada saat adanya ancaman

serangan. Artinya serangan itu secara obyektif belum diwujudkan namun baru

adanya ancaman serangan.28

b) Serangan itu harus melawan hukum (wederrechtelijk)

Serangan tersebut tidak dibenarkan baik dari undang-undang (melawa

hukum formil) maupun dari sudut masyarakat (melawan hukum materil).

2) Terhadap serangan perlu dilakukan pembelaan diri29

harus memenuhi

syarat: Harus merupakan pembelaan yang terpaksa30

, kemudian

pembelaan itu harus dengan serangan yang setimpal.31

26

Wirjono Prodjodikoro, Asa-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Eresco, h. 79. 27

Serangan mengancam adalah serangan yang sedang berlangsung, artinya telah dimulai dan

belum berakhir. 28

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke- 1,

2002, h. 47. 29

Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Jakarta: Sinar Grafika,

1991, h. 73-74.

Page 53: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

44

3) Pembelaan harus dilakukan untuk membela diri sendiri atau orang lain,

peri kesopanan (kehormatan) diri atau orang lain, benda kepunyaan

sendiri atau orang lain.32

Diri berarti badan, kehormatan adalah

kekhususan dari penyerangan terhadap badan, yaitu penyerangan badan

dalam lapangan seksual.

4) Harus ada serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum dan

seketika, berarti ada 3 syarat: Serangan seketika, ancaman serangan

seketika itu, bersifat melawan hukum33

c. Serangan yang dilakukan binatang, orang gila dan instrumen security/

keamanan

1) Serangan binatang

Serangan mengancam dengan tiba-tiba tetapi serangan itu tidak melawan

hukum, karena binatang tidak tunduk pada hukum dan tidak mengerti hukum.

Karenanya tidak dapat dimasukkan kepada pengertian noodweer. Hoge Raad (H.

R) pada tanggal 3 Mei 1915 (N. J. 1915 Nr. 9820) tentang anjing-anjing polisi

yang dikenal dengan “politie-honden arrest”. H.R mengatakan: “penggunaan

anjing-anjing polisi untuk menangkap tersangka adalah alat yang wajar digunakan

dan oleh sebab itu, melawan penangkapan dengan perantaraan anjing bukan suatu

noodweer”.

30

Yang dimaksud adalah jika tidak ada jalan lain yang memungkinkan untuk menghindarkan

serangan itu atau juga disebut asas subsidiaritas. 31

Yang berarti bahwa ada keseimbangan kepentingan hukum yang dibela dengan kepentingan

hukum yang dikorbankan atau juga disebut asas keseimbangan (proposionaliteit). 32

Apa yang dibela secara limitatif dicantumkan oleh pasal 49 ayat (1) KUHP. 33

Roeslan Saleh, Kitab Undang-undang Hukum pidana, Jakarta: Aksara Baru, 1987, h. 76.

Page 54: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

45

2) Serangan orang gila

Orang gila adalah yang jiwanya dihinggapi penyakit atau tidak sempurna

akalnya berdasarkan pasal 44 KUHP. Perbuatan yang dilakukan oleh orang gila

adalah wedwerrechtelijk. Hanya karena keadaan jiwanya, tidak dapat dihukum,

jadi dapat mengadakan ”noodweer”. Menurut VOS, terhadap suatu serangan yang

datang dari seorang yang berpenyakit jiwa yang tidak dapat mengetahui lagi

tentang apa yang dilakukan itu, orang tidak dapat melakukan suatu noodweer

karena dalam peristiwa tersebut orang tidak dapat lagi mengatakan tentang adanya

suatu serangan. Hazewinckel-Suringa berpendapat bahwa “Perbuatan yang

dilakukan oleh seorang yang mempunyai penyakit jiwa itu tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepada pelakunya, akan tetapi hal tersebut tidak

menghapuskan sifatnya yang melanggar hukum dari perbuatannya yaitu apabila

perbuatannya itu merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.”

Maka suatu serangan yang dilakukan oleh seorang yang mempunyai penyakit jiwa

itu tetap bersifat melanggar hukum.34

Menurut Prof. Pompe yang berpendapat bahwa “Selama pencuri

menguasai barang curian masih dalam jangkauan si pemilik barang, maka pemilik

barang tersebut dapat melakukan noodweer untuk memperoleh kembali

miliknya.” Dengan selesai kejahatan pencurian tidaklah berarti serangan

sebagaimana dimaksud pasal 49 ayat (1) KUHP itu juga harus dianggap selesai.

Sedangkan menurut Prof. Van Bemmelen “Bahwa noodweer tidak dapat

34

Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghia Indonesia, 2006, h. 196.

Page 55: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

46

dilakukan di dalam 2 peristiwa,” yaitu: Pertama, peristiwa di mana suatu serangan

yang bersifat melawan hukum itu baru akan terjadi di masa yang yang akan

datang. Kedua, peristiwa di mana suatu serangan yang bersifat melawan hukum

itu telah berakhir.35

Perbuatan yang masuk dalam pembelaan terpaksa pada dasarnya adalah

tindakan menghakimi terhadap orang yang berbuat melawan hukum terhadap diri

orang itu atau orang lain (eigenriching).36

Jika peristiwa pengroyokan seorang

pencuri oleh banyak orang dapat masuk pelampauan batas keperluan membela diri

yang memenuhi syarat-syarat dari pasal 49 ayat 1 KUHP, maka orang-orang yang

mengeroyok tidak dapat dihukum. Tapi si pencuri berhak membela diri

(noodweer) terhadap pengroyokan sehingga mungkin melukai salah seorang dari

pengroyokan tersebut maka si pencuri tidak dapat dihukum karena penganiayaan

(mishandeling) dari pasal 351 KUHP.

2. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas (noodweer exces)

a. Pengertian Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas

Menurut Van Bemmelen noodweer exces adalah melawan hukum atau

tidak tercela. Pelampauan batas pembelaan terpaksa yang disebabkan oleh suatu

35

Roeslan Saleh, Kitab Undang-undang Hukum pidana, Jakarta: aksara Baru, 1987, h. 77. 36

Tindakan ini dilarang oleh undang-undang tapi dalam h pembelaan terpaksa seolah-olah suatu

eigenriching yang diperkenankan oleh undang-undang, berhubung dalam h seranganseketika yang

melawan hukum ini, negara tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi penduduknya, maka orang

yang menerima serangan seketika yang melawan hukum, diperkenakan melakukan perbuatan sepanjang

memenuhi syarat untuk melindungi kepentingan sendiri atau orang lain. Lihat dalam Adami Chazawi,

Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke- 1, 2002, h. 41.

Page 56: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

47

tekanan jiwa yang hebat karena adanya serangan orang lain yang mengancam.

Perbuatan pidana tetap ada tetapi unsur pertanggungjaawaban pidana terhapus.37

Dirumuskan dalam pasal 49 ayat 2:

“Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan

oleh kegoncanngan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu,

tidak dipidana.”

Dalam Teks aslinya:

“Niet strafbaar is de overschrijding van de grenzen van noodzakelikjke

verdediging, indien zij het onmiddelijkgeloig is gewest van

hevigegemoedsbeweging, door de aanranding veroorzaakt”

Penafsiran dan terjemahan yang berbeda khususnya mengenai

”hevigegemoedsbeweging” oleh Prof. Satochid Kartanegara diterjemahkan

dengan, keadaan jiwa yang menekan secara sangat atau secara hebat (tekanan jiwa

yang hebat), sedang Tiraamidjaja menerjemahkan dengan “gerak jiwa yang

sangat”, Utrecht menerjemahkan ”perasaan sangat panas hati”.

Karena terjadi perbedaan mengenai terjemahan dalam pasal tersebut, maka

harus diuraikan komponen “nooodweer exces”, yaitu:

1) Melampaui batas pembelaan yang perlu. Dapat disebabkan karena alat yang

dipilih untuk membela diri atau cara membela diri adalah terlalu keras. Misalnya

menyerang dengan sebatang kayu, dipukul kembali dengan sepotong besi.

Kemudian yang diserang sebetulnya bisa melarikan diri atau mengelakan ancaman

37

Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 200.

Page 57: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

48

kelak akan dilakukan serangan, tetapi masih juga memilih membela diri. Prof.

Pompe berpendapat bahwa “Perbuatan melampaui batas keperluan dan dapat pula

berkenaan dengan perbuatan melampaui batas dari pembelaannya itu sendiri,

batas dari keperluan itu telah dilampaui yaitu baik apabila cara-cara yang telah

dipergunakan untuk melakukan pembelaan itu telah dilakukan secara berlebihan,

misalnya dengan cara membunuh si penyerang padahal dengan sebuah pukulan

saja, orang sudah dapat membuat penyerang tersebut tidak berdaya. Apabila orang

sebenarnya tidak perlu melakukan pembelaan, misalnya karena dapat

menyelamatkan diri dengan cara melarikan diri. Batas dari pembelaan itu telah

terlampaui yaitu apabila setelah pembelaannya sudah selesai/ berakhir, orang itu

masih menyerang si penyerang.” Sedangkan menurut Hoge Raad,”hebatnya

kegoncangan hati itu hanya membuat seseorang tidak dapat dihukum yaitu dalam

hal melampaui batas yang diizinkan untuk melakukan suatu pembelaan telah

dilakukan terhadap suatu serangan yang melawan hukum yang telah terjadi

seketika itu juga”.38

2) Tekanan jiwa hebat/terbawa oleh perasaan yang sangat panas hati

“Hevigegemoedsbeweging” oleh Prof. Satochid diartikan keadaan jiwa yang

menekan secara hebat yang menurut Utrecht, karena ketakutan putus asa,

kemarahan besar, kebencian, dapat dipahami bahwa pertimbangan waras akan

lenyap, jika dalam keadaan emosi kemarahan besar.

38

Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Jakarta: Sinar Grafika,

1991, h. 80-81.

Page 58: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

49

3) Hubungan kausal antara “serangan” dengan perasaan sangat panas hati

Pelampauan batas ini terjadi apabila serangan balasan dilanjutkan pada waktu

serangan lawan sudah dihentikan. Kemudian tidak ada imbangan antara

kepentingan yang diserang dan kepentingan lawan yang menyerang.

Karena pelampauan batas ini tidak diperbolehkan, maka seseorang

berdasarkan pasal ini tidak dapat dihukum, tetap melakukan perbuatan melanggar

hukum. Perbuatannya tidak halal, tetapi si pelaku tidak dihukum.39

Dalam pasal

ini dapat dipahami bahwa serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum

dan menyebabkan goncangan jiwa yang hebat sehingga orang yang terancam

melakukan tindak pidana yang lebih berat dari ancaman serangan yang

menimpanya, maka perbuatan tersebut tidak dipidana. Schravendik memberikan

contoh ada seorang laki-laki secara diam-diam masuk ke kamar seorang gadis

dengan maksud hendak menyetubuhi gadis tersebut. Pada saat laki-laki meraba-

raba tubuh si gadis, terbangunlah dia. Dalam situasi yang demikian, tergoncanglah

jiwa antara amarah, bingung, ketakutan yang hebat40

sehingga dengan tiba-tiba

gadis itu mengambil pisau di dekatnya dan laki-laki tersebut ditikam hingga

mati.41

Oleh sebab adanya kegoncangan jiwa yang hebat inilah, maka pakar

39

Wirjono, Asa-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Eresco, h. 81. 40

Perasaan takut adakalanya hanya berupa meringankan hukuman seperti tindak pidana

mempersilakan anak di bawah umur 7 tahun agar ditemukan dan dipiara oleh orang lain (to

vondelingleggen) dari pasal 305 KUHP, menurut pasal 308 KUHP hukuman yang diancamkan dalam

pasal 305 KUHP dikurangi separuh apabila perbuatan itu dilakukan oleh seorang ibu pada waktu dekat

anak itu dilahirkan olehnya dan merasa ketakutan oleh khayak ramai bahwa ia sudah melahirkan. H

tersebut biasanya terjadi di luar pernikahan. 41

Jonkers J.E, Handboek van het Nederladsch Indische Strafrech, dalam Adami Chazawi,

Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke- 1, 2002, h. 53.

Page 59: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

50

hukum memasukkan noodweer exces ke dalam alasan pemaaf karena

menghilangkan unsur kesalahan pada diri si pembuat.

C. Pertanggungjawaban Pidana

1. Pertanggungjawaban Pidana menurut Hukum Pidana Islam

a. Pengertian dan sebab-sebab penghapus tindak pidana dalam

pertanggungjawaban pidana

Hukum Islam mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari aturan yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya maupun hubungan

sesama manusia itu sendiri. Salah satu ruang lingkup itu adalah hukum pidana

Islam yang dalam tradisi fiqih disebut dengan istilah jarimah atau jinayah, yang

secara terminologis bermakna tindak pidana atau delik yang dilarang oleh syari’at

dan diancam dengan hukuman bagi pelanggarnya. Salah satu prinsip dalam

syari’at Islam adalah seseorang tidak bertanggung jawab42

kecuali terhadap

jarimah yang telah diperbuatnya sendiri dan bagaimanapun juga tidak

bertanggungjawab atas perbuatan jarimah orang lain. Suatu perbuatan tidak dapat

dianggap sebagai suatu tindak pidana sebelum ada ketentuan Undang-undang

yang melarang. Suatu perbuatan dan pelanggaran dari ketentuan Undang-undang

tersebut berakibat pada pelaku tindak pidana untuk diminta

pertanggungjawabannya.

42

Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam syari’at Islam adalah pembebanan terhadap

seseorang atas suatu perbuatan yang telah dilarang yang ia kerjakan dengan kemauan sendiri dan ia

Sadar akibat dari perbuatannya itu. Lihat dalam, Abd. Salam Arief, Fiqh Jinayah, Yogyakarta: Ideal,

1987, h. 45.

Page 60: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

51

Pertanggungjawaban pidana (al-Mas’uliyyah al-Jināiyyah) ditegakkan atas

3 hal, yaitu:43

Pelaku melakukan perbuatan yang dilarang, pelaku mengerjakan

dengan kemauan sendiri (mukhtar), pelaku mengetahui akibat perbuatannya

(mudrik). Ketiga hal tersebut harus terpenuhi, sehingga bila salah satunya tidak

terpenuhi maka tidak ada pertanggungjawaban pidana. Pelanggaran atau kejahatan

terhadap ketentuan hukum dapat berupa berbuat atau tidak berbuat. Pelaku

jarimah dapat dihukum apabila perbuatannya dapat dipersalahkan. Setiap

perbuatan pidana atau peristiwa pidana itu harus mengandung unsur-unsur sifat

melawan hukum, perbuatan tersebut dapat dipersalahkan dan perbuatan yang

dilakukan merupakan perbuatan yang dalam hukum dinyatakan perbuatan yang

dapat dihukum.

Lebih lanjut dikatakan bahwa jarimah dapat dipersalahkan terhadap

pelakunya apabila pelaku tersebut sudah berakal, cukup umur, dan bebas

berkehendak. Dalam arti pelaku tersebut terlepas dari unsur paksaan dan dalam

keadaan kesadaran yang penuh.44

Sedangkan menurut syari’at Islam

pertanggungjawaban pidana didasarkan atas dua perkara, yaitu kekuatan berpikir

dan kesadaran penuh. Oleh karena itu kedudukan anak kecil berbeda-beda

menurut perbedaan masa yang dilalui hidupnya. Unsur-unsur jarimah dalam

hukum pidana Islam, yaitu:45

Adanya nas yang melarang dan mengancam

43

Ahmad Hanafi,Asas-asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h.154. 44

Abd. Salam Arief, Fiqh Jinayah, Yogyakarta: Ideal, 1987, h. 4. 45

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), yogyakarta: Perpustakaan Universitas Islam Indonesia,

1991, h. 6.

Page 61: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

52

perbuatan itu, adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, si pembuat adalah

mukallaf.

Pada dasarnya orang yang melakukan jarimah itu dihukum, tetapi ada yang

di antaranya tidak dihukum karena mabuk, gila dan belum dewasa. Dalam syarat

sahnya memberi hukuman kepada mukallaf ada dua syarat yang harus dipenuhi,

yaitu:

a. Sang mukallaf harus dapat memahami dalil taklif yakni ia harus mampu

memahami nas-nas hukum yang dibebankan Al-Qur’an dan sunnah baik

langsung maupun yang melalui perantara.

b. Sang mukallaf harus orang yang ahli dengan sesuatu yang dibebankan

kepadanya, pengertian ahli secara etimologis adalah kelayakan atau layak.

Oleh karena itu kedua syarat tersebut apabila telah terdapat pada seseorang

maka ia dapat dikenai pertanggungjawaban. Jadi prinsip dasar dari kedua prinsip

syarat tersebut adalah kemampuan membedakan dengan menggunakan akalnya.

Tanggung jawab dapat diartikan bertindak tepat tanpa perlu diperingatkan. Sedang

bertanggung jawab merupakan sikap tidak tergantung dan kepekaan terhadap

perasaan orang lain. Jelasnya pengertian tanggung jawab di sini adalah kesadaran

yang ada dalam diri seseorang bahwa setiap tindakan akan mempunyai pengaruh

bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri.46

Dalam hukum pidana Islam, pertanggungjawaban pidana dapat terhapus

karena adanya sebab-sebab tertentu baik yang berkaitan dengan perbuatan si

46

Alex Sobur, Komunikasi Orang Tua dan Anak, Bandung: Angkasa, 1991, h. 63.

Page 62: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

53

pelaku tindak pidana maupun sebab-sebab yang berkaitan dengan keadaan

pembuat delik.47

Dalam keadaan pertama, perbuatan yang dilakukan adalah

perbuatan yang mubah (tidak dilarang), sedangkan dalam keadaan kedua

perbuatan tersebut tetap dilarang tapi tidak dijatuhi hukuman ketika

melakukannya.48

Seperti kejahatan yang dilakukan dalam keadaan dipaksa, tidak

akan ada tuntutan hukum atas hal tersebut asalkan terbukti benarnya, kemudian

kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan tidak sadar seperti

mengigau, meskipun dia tampak awas, namun dia tetap tertidur. Maka secara

hukum dia tidak bertanggungjawab, begitu juga dengan tindak pidana yang

dilakukan oleh seseorang yang masih anak-anak dan seseorang yang dalam

keadaan gila atau sakit saraf.

a. Pembolehan perbuatan yang dilarang.

Pada dasarnya perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam itu diharamkan

tetapi terdapat pengecualian yaitu pembolehan sebagaian perbuatan yang dilarang

bagi orang yang memiliki karakter-karakter khusus sebab kondisi seseorang atau

keadaan masyarakat menuntut adanya pembolehan ini. Juga karena orang yang

diperkenankan untuk melakukan perbuatan yang dilarang sebenarnya

melakukannya untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan hukum Islam.

Contohnya membunuh. Perbuatan ini diharamkan bagi setiap orang. Hukuman

47

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung : Pustaka Setia, 2000, h. 177. 48

Abdul Qadir Audah, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil Wad’iy, Penerbit:

Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT Charisma Ilmu, h.135.

Page 63: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

54

bagi pembunuh sengaja adalah qishash yaitu hukuman mati. Tetapi hukum Islam

memberikan hak dalam pelaksanaan hukuman mati kepada wali korban.

b. Hak dan kewajiban

Antara hak dan kewajiban pada dasarnya adalah dua hal yang berbeda.

Melakukan hak hanya bersifat boleh, sedangkan melakukan kewajiban bersifat

harus secara mutlak. Meskipun hak dan kewajiban berbeda pada tabiatnya,

keduanya sejalan dari segi pidana yaitu bahwa perbuatan yang dilakukannya baik

menjalankan kewajiban maupun menggunakan hak merupakan perbuatan yang

diperbolehkan dan tidak dianggap sebagai tindak pidana. Satu perbuatan dianggap

sebagai hak bagi seseorang, namun dianggap sebagai kewajiban bagi orang lain.

Misalnya: membunuh sebagai hukuman qishash adalah hak bagi wali korban tapi

qishash menjadi wajib bagi algojo yang ditugaskan untuk menjalankannya.

1) Hak tidak mungkin dapat dijatuhi hukuman karena meninggalkannya,

sedangkan kewajiban ada kemungkinan dijatuhi hukuman karena

meninggalkannya, ketetapan ini telah disepakati oleh para fuqaha.

2) Hak terikat dengan syarat keselamatan, sedangkan kewajiban tidak terikat

dengan syarat keselamatan. Maksudnya, orang yang menggunakan haknya

senantiasa bertanggungjawab atas keselamatan objek karena dia dapat memilih

antara melakukan perbuatan yang menjadi haknya atau meninggalkannya.

3) Sebab dan tingkat pertanggung jawaban pidana

Apabila pertanggungjawaban pidana tergantung kepada adanya perbuatan

melawan hukum, sedangkan perbuatan melawan hukum itu bertingkat maka

Page 64: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

55

pertanggungjawaban juga bertingkat-tingkat. Hal ini disebabkan karena

kejahatan seseorang itu erat kaitannya dengan niatnya: Sengaja (Al-amdu),

menyerupai sengaja (Syibhu al Amd), keliru (al Khata).

4) Yang mempengaruhi pertanggungjawaban pidana

a. Pengaruh tidak tahu

Ketentuan yang berlaku dalam syariat Islam adalah bahwa pelaku tidak

dihukum karena suatu perbuatan yang dilarang, kecuali mengetahui dengan

sempurna tentang dilarangnya perbuatan tersebut maka tidak dibebani

pertanggungjawaban pidana. Dengan adanya kemungkinan untuk mengetahui

maka setiap mukallaf dianggap mengetahui semua hukum atau undang-undang

walaupun dalam kenyataannya banyak dari mereka yang tidak mengetahui. Tidak

tahu tentang arti suatu undang-undang dipersamakan dengan tidak tahu bunyi

undang-undang itu sendiri dan kedudukannya, maka tidak bisa diterima sebagai

alasan pembebasan hukuman. Dalam hukum positif kesalahan pengertian ini

disebut sebagai salah tafsir.

b. Pengaruh lupa

Lupa adalah tidak siapnya sesuatu pada waktu diperlukan. Dalam syariat

Islam, lupa disejajarkan dengan keliru. Para fuqaha terbagi dua kelompok dalam

membahas hukum dan pengaruh lupa. Pertama, lupa adalah alasan yang umum

baik dalam urusan ibadah maupun pidana. Berdasarkan prinsip umum yang

menyatakan bahwa orang yang mengerjakan perbuatan yang dilarang karena lupa,

tidak berdosa dan dibebaskan dari hukuman. Meskipun demikian tetap dikenakan

Page 65: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

56

pertanggungjawaban perdata apabila perbuatannya menimbulkan kerugian orang

lain. Kedua, lupa hanya menjadi alasan hapusnya hukuman akhirat, karena

hukuman akhirat didasarkan atas kesengajaan sedangkan orang lupa kesengajaan

itu sama sekali tidak ada. Untuk hukuman dunia, lupa tidak bisa menjadi alasan

hapusnya hukuman sama sekali kecuali hal yang berhubungan dengan hak Allah

dengan syarat adanya motif yang wajar untuk melakukan perbuatannya itu dan

tidak ada hal yang mengingatkannya sama sekali. Meskipun demikian pengakuan

lupa dari pelaku tidak bisa membebaskannya dari hukuman sebab pelaku harus

dapat membuktikan kelupaannya dan hal ini sangat sulit dilakukan.

c. Pengaruh keliru

Keliru adalah terjadinya sesuatu di luar kehendak pelaku. Dalam jarimah

yang terjadi karena kekeliruan, pelaku melakukan perbuatan tersebut bukan

karena niat atau kesengajaan melainkan karena kelalaian dan kurang hati-hati.

Dalam segi pertanggungjawaban pidana orang yang keliru dipersamakan dengan

orang yang sengaja berbuat, apabila perbuatan yang dilakukannya itu merupakan

perbuatan yang dilarang oleh syara’. Sebenarnya pertanggungjawaban pidana

hanya dibebankan kepada perbuatan sengaja yang diharamkan oleh syara’ dan

tidak dikenakan terhadap kekeliruan.

Dengan adanya ketentuan pokok dan yang satu lagi merupakan

pengecualian dari ketentuan pokok maka untuk dapat dikenakan hukuman atas

perbuatan karena kekeliruan harus terdapat ketentuan yang tegas dari syara’. Jadi

apabila syara’ tidak menentukan hukuman untuk suatu perbuatan karena

Page 66: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

57

kekeliruan maka tetap berlaku ketentuan pokok yaitu bahwa perbuatan tersebut

tidak dikenakan hukuman.49

Perbuatan yang berkaitan dengan jarimah dan hubungannya dengan

pertanggungjawaban pidana ada 3:

1) Perbuatan langsung (mubasyaroh)

Suatu perbuatan yang dengan langsung tanpa perantara telah menimbulkan

jarimah dan sekaligus menjadi illat bagi jarimah tersebut, seperti penembakan

seseorang dengan pistol terhadap orang lain yang mengakibatkan kematian.

2) Perbuatan sebab

Suatu perbuatan yang secara tidak langsung menimbulkan jarimah dan

menjadi illat-nya pula, tapi dengan perantara perbuatan lain, seperti persaksian

palsu atas orang yang sebenarnya tidak bersalah bahwa telah melakukan

pembunuhan.

3) Perbuatan syarat

Suatu perbuatan yang tidak menimbulkan jarimah dan tidak menjadi illat

nya seperti orang yang membuat sumur untuk keperluan sehari-hari tetapi

digunakan oleh orang lain (orang kedua) untuk menjerumuskan orang ketiga

sampai meninggal. Dalam contoh tersebut, adanya sumur menjadi syarat kematian

korban dan penjerumusan adalah perbuatan langsung. Bagi pembuat syarat, tidak

ada pertanggungjawaban pidana selama dengan perbuatannya itu tidak bermaksud

untuk turut serta, memudahkan atau memberi bantuan untuk terlaksananya

49

A. Wardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika, h.78-80.

Page 67: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

58

jarimah. Sedangkan bagi pelaku perbuatan langsung dan sebab dikenakan

pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya karena keduanya merupakan illat

(sebab) adanaya jarimah.50

2. Pertanggungjawaban Pidana dalam KUHP

Dalam sistem hukum pidana positif, pertanggungjawaban pidana terkait

erat dengan kesalahan dan perbuatan melawan hukum, sehingga seseorang

mendapatkan pidana tergantung pada dua hal, yaitu:51

a. Unsur obyektif, yaitu harus ada unsur melawan hukum.

b. Unsur subyektif, yaitu terhadap pelakunya harus ada unsur kesalahan

dalam bentuk kesengajaan dan atau kealpaan.

Menurut Pompe, sebagaimana dikutip oleh Martiman Projohamidjojo,

unsur-unsur pertanggungjawaban, adalah :52

a. Kemampuan berfikir (psychis) pada pembuat yang memungkinkan

pembuat menguasai pikirannya dan menentukan kehendaknya

b. Dapat mengerti makna dan akibat perbuatannya

c. Pembuat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya (tentang

makna dan akibat)

Satochid Kartanegara menyatakan bahwa toerekeningsvatbaarheid atau

dapat dipertanggungjawabkan adalah mengenai keadaan jiwa seseorang,

50

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), yogyakarta: Perpustakaan Universitas Islam Indonesia,

1991, h. 84. 51 Martiman Projohamidjojo, Memahami Dasar-dasar Hukuman Pidana di Indonesia 2 Jakarta:

Pradnya Paramita, 1997, h. 31.

Page 68: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

59

sedangkan toerekenbaarheid (pertanggungjawaban) adalah mengenai perbuatan

yang dihubungkan dengan sipelaku atau pembuat.

Dalam sistem hukum pidana positif (KUHP), pelaku tindak pidana tidak

dapat dikenakan pidana apabila tidak dapat dasar peniadaan pidana sebagai

berikut:53

a. Alasan yang membenarkan atau menghalalkan perbuatan

pidana,54

adalah:

1) Keperluan membela diri atau noodweer (Pasal 49 ayat 1 KUHP)

2) Melaksanakan ketentuan undangundang (Pasal 50 KUHP)

3) Melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh seorang

penguasa yang berwenang (Pasal 51 ayat 1 KUHP)

Ketiga alasan ini menghilangkan sifat melawan hukum dari suatu tindakan

sehingga perbuatan si pelaku menjadi diperbolehkan.

b. Alasan yang memaafkan pelaku55

, hal ini termuat dalam :

53 Andi Hamzah, op. cit, hlm. 143. Dasar peniadaan pidana adalah alasan-alasan yang

memugkinkan orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi rumusan delik tidak dipidana, Lihat

dalam, Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990, hlm. 138 54 Yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang

dilakukan terdakwa menjadi perbuatan yang patut dan benar. Tidak pidananya terdakwa karena

perbuatan tersebut kehilangan sifat melawan hukumnya perbuatan. Walaupun dalam kenyataanya

perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur tindak pidana. Akan tetapi karena hilangnya sifat melawan

hukum, maka terdakwa tidak dipidana. Lihat dalam, Moeljatno, op. cit, hlm. 137. 55 Yaitu alasan yang menghapuskan kesalaahan terdakwa. Perbuatan yang dilakukan terdakwa

bersifat melawan hukum, tetapi tidak dipidana karena tidak ada kesalahan..Perbuatan tersebut walaupun

terbukti melanggar undang-undang (bersifat melawan hukum), namun karena hapusnya kesalahan pada

diri terdakwa, maka perbuatannya itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.lihat dalam, Adami Chazawi,

op. Cit, hlm. 19.

Page 69: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

60

1) Pasal 44 ayat 1 KUHP, yang menyatakan seseorang tidak

dapatvdipertanggung jawabkan perbuatannya, disebabkan jiwanya cacat dalam

tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit (ziekelijke

storing)

2) Pasal 48 KUHP, yang menyatakan seseorang yang melakukan

perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana

3) Pasal 49 ayat 2 KUHP, menyatakan bahwa pembelaan terpaksa yang

melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat

karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

4) Pasal 51 ayat 2 KUHP, menyatakan terhapusnya pidana karena perintah

jabatan tanpa wenang, jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa

perintah diberikan dengan wenang, dan pelaksanaanya termasuk dalam

lingkungan pekerjaanya.

Ketentuan-ketentuan tentang alasan dan hal-hal yang mempengaruhi

pemidanaan ini bersifat umum, sehingga berlaku juga pada kejahatan terhadap

nyawa. Dalam mengartikan sebuah delik atau tindakan yang dapat dipidana

haruslah ada unsur-unsur tertentu di dalamnya, unsur-unsur tersebut menurut

hukum positif yaitu : Suatu perbuatan, Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan

hukuman, dan Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan.56

56

Leden Marpaung, op. cit, hlm. 4.

Page 70: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

61

BAB IV

ANALISIS PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS

DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

A. Syarat dan Dasar Hukum Pembelaan Terpaksa

Pada dasarnya istilah pembelaaan terpaksa melampaui batas, tidak

ditemukan dalam Hukum Pidana Islam. Pengertian yang lebih spesifik dalam

hukum pidana Islam lebih dikenal dengan istilah dif’a asy-syar’i al-khass

(pembelaan syar’i khusus atau pembelaan yang sah) atau daf’u as-sail (menolak

penyerang). Meskipun demikian, secara subtantif pengertian tersebut penulis

analogikan dengan maksud yang terdapat dalam hukum positif.

Dalam masalah pembelaan yang sah Islam membedakannya menjadi dua

yaitu Pembelaan khusus (daf us-sha’il) dan Pembelaan umum atau (dif’a asy-

syar’i al-am) atau yang lebih dikenal dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar.1

Tetapi di dalam KUHP pasal 49 ayat 1, dikenal istilah pembelaan terpaksa

(noodweer), yang berasal dari kata nood dan weer. “Nood” berarti darurat

(keadaan)/ keadaan terpaksa, sedangkan “weer” berarti pembelaan, menolong

atau melepaskan dari bahaya. Sedangkan pasal 49 ayat 2 dikenal pengertian

pembelaan terpaksa melampaui batas (noodweer exces). Pengertian tersebut pada

dasarnya sama dengan pengertian yang dimaksud dalam ayat 1 tetapi dalam ayat 2

terdapat kata “exces” yang berarti pelampauan batas. Jadi, terdapat perbedaan

1 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 138.

Page 71: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

62

istilah dalam pengertian antara hukum pidana Islam dan KUHP. Tetapi terdapat

persamaan yang mendasar antara keduanya, yaitu objek atau sasaran yang

dilindungi. Dalam KUHP maupun hukum Islam, dalam pembelaan terpaksa,

sama-sama bertujuan melindungi jiwa, kehormatan, harta benda baik untuk diri

sendiri maupun orang lain.

Dalam KUHP tidak ditentukan atau dijelaskan pengertian maupun syarat

pembelaan terpaksa, dan apakah pembelaan merupakan hak atau kewajiban

seseorang. Tetapi oleh ahli hukum, dijelaskan secara rinci mengenai apa yang

dimaksud pembelaan terpaksa ini. Karena dalam pasal tersebut hanya disebutkan

tidak dipidana, barang siapa “yang melakukan pembelaan terpaksa”, hal ini berarti

kalimat aktif, dalam keadaan seketika itu juga terpaksa atau terdorong oleh situasi

yang darurat atau mendesak, bukan merupakan anjuran atau perintah. Tetapi

dalam hukum pidana Islam diperselisihkan apakah termasuk hak atau kewajiban

dalam pembelaan yang sah.2

Para fuqaha telah sepakat berpendapat bahwa membela diri adalah suatu

jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang lain dari

serangan terhadap jiwa, kehormatan dan harta benda. Tetapi berbeda atas

hukumnya, apakah merupakan suatu kewajiban atau hak. Jadi, konsekuensinya

apabila membela diri merupakan suatu hak, maka seseorang boleh memilih antara

2 Drs.H. Ahmad Wardi Muslih, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Singa Grafika,

2004, h. 93.

Page 72: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

63

meninggalkan dan mengerjakannya, tetapi tidak berdosa dalam memilih salah

satunya. Sebaliknya apabila dikatakan kewajiban maka seseorang tidak memiliki

hak pilih dan berdosa ketika meninggalkannya.3 Melakukan pembelaan terhadap

serangan didasarkan pada Firman Allah SWT:

(QS2. Al Baqarah: 194)

“Bulan Haram dengan Bulan Haram dan pada sesuatu yang patut

dihormati, berlaku hukum qishash. oleh sebab itu barang siapa yang menyerang

kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.

bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang

yang bertakwa.” (Al Baqarah 2: 194).4

Jadi, dalam ayat tersebut dapat dilihat bahwa hukum pembelaan diri sangat

penting karena dalam hukum pidana Islam maupun positif mempunyai satu tujuan

yang sama dalam pembentukan hukum yaitu perlindungan HAM. Hukum Islam

dalam pembentukan hukum mempunyai tujuan utama yaitu untuk kemaslahatan

umat manusia baik di dunia maupun akhirat, yang sering dikenal Al-Maqasidu

Khamsah (Panca Tujuan: hifz al-nafs (menjaga jiwa), hifz al-aql (menjaga akal),

hifz al-din (menjaga agama), hifz al-mal (menjaga harta) dan hifz al-nasl (menjaga

3 Ahmad hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 211.

4 Al Baqarah (2): 194.

Page 73: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

64

keturunan)5 terbukti dalam ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa begitu

pentingnya pembelaan diri karena dalam Islam juga melindungi hak-hak manusia

walaupun umat Islam diserang di bulan Haram6, yang sebenarnya di bulan itu

tidak boleh berperang, Maka diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu

juga.

Pada dasarnya perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam itu diharamkan

tetapi terdapat pengecualian yaitu pembolehan sebagaian perbuatan yang dilarang

bagi orang yang memiliki karakter-karakter khusus sebab kondisi seseorang atau

keadaan masyarakat menuntut adanya pembolehan ini. Juga karena orang yang

diperkenankan untuk melakukan perbuatan yang dilarang sebenarnya

melakukannya untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan hukum Islam.

Seperti melindungi jiwa, menjaga kehormatan dan mempertahankan harta baik

diri sendiri maupun orang lain. Salah satu sebab diperbolehkannya perbuatan yang

dilarang baik dalam hukum pidana Islam maupun dalam KUHP yang tidak

dipidana yaitu melakukan pembelaan diri. Dalam menentukan apakah perbuatan

tersebut merupakan pembelaan diri atau bukan, maka dalam hukum pidana Islam

dan hukum positif mengatur tentang syarat maupun unsur. Dalam menetapkan

syarat pembelaan diri terdapat persamaan dan perbedaan antara hukum pidana

Islam dan hukum Positif. Persamaan syarat tersebut yaitu antara lain: Pertama,

pembelaan terpaksa dilakukan karena sangat terpaksa atau tidak ada jalan lain

5 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, h. 65-67.

6 Bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab, tanah haram (Mekah) dan ihram.

Page 74: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

65

untuk mengelakan serangan, harus benar-benar dalam keadaan terpaksa. Kedua

untuk mengatasi adanya serangan atau ancaman serangan seketika yang bersifat

melawan hukum. Jadi, disini dalam melakukan pembelaan tidak boleh adanya

praduga / prasangka dan rasa takut yang berlebihan akan diserang sehingga dia

menyerang dulu sebagai bentuk pembelaan diri, dalam hal ini tidak dibenarkan.

Maka pembelaan dilakukan harus terjadi serangan seketika itu terjadi. Ketiga

serangan atau ancaman serangan ditujukan pada 3 kepentingan hukum atas:

badan, kehormatan kesusilaan, dan harta benda sendiri atau orang lain. Keempat

harus dilakukan ketika adanya ancaman serangan dan berlangsungnya serangan,

atau bahaya yang masih mengancam. Kelima perbuatan pembelaan harus

seimbang7 dengan serangan yang mengancam.

Yang menjadi perbedaan syarat pembelaan diri dalam hukum pidana Islam

dan KUHP adalah Pertama, melewati batas ukuran pembelaan diri (yang

diperbolehkan). Dalam hukum pidana Islam, jika seseorang melakukan pembelaan

diri dengan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang diperlukan, maka harus

bertanggung jawab atas tindakannya itu. Kedua, Imam Abu Hanifah, Asy-Syafi’i

dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa jerat atau perangkap yang dipasang

7 Dalam hukum pidana positif, ukuran seimbang atau lebih berat yang dimaksud adalah terletak

pada akal manusia pada umumnya. Jadi di sini terdapat ukuran objektif yang sekaligus subjektif.

Ukuran subjektif yaitu terletak pada akal manusia, sedangkan ukuran objektif adalah bagi orang normal

pada umumnya. Ukuran subjektif dan objektif ini haruslah digunakan secara bersama. Tidak boleh

subjektif saja misalnya hanya pada akal dan perasaan si pembuat, tetapi harus pada akal pikiran bagi

orang pada umumnya. Hakimlah yang berwenang menilai dan menentukan telah dipenuhinya syarat

subjektif maupun objektif tersebut, dan dia harus mampu menangkap akal pikiran bagi semua orang

terhadap resiko atas suatu pilihan perbuatan tertentu berdasarkan akal budi yang dimilikinya. Lihat

dalam Zainal Abidin Farid, op. cit h. 199.

Page 75: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

66

dibelakang pintu, pagar atau di jalan dengan maksud membunuh atau melukai

penyerang hukumnya boleh. Orang yang mempunyai tempat tersebut tidak

bertanggungjawab apabila bertujuan untuk membela diri karena orang yang

memasukinya berarti membunuh dirinya sendiri lantaran memasuki rumah orang

lain secara ilegal (tanpa hak). Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa orang

yang melakukan hal tersebut harus bertanggungjawab apabila perbuatannya

bertujuan untuk melukai atau membinasakan orang yang memasuki rumah tanpa

izin. Dengan alasan, kaidah pembelaan diri karena pembelaan berdiri atas dasar

untuk menolak serangan dengan penolakan yang paling ringan.8

Sedangkan dalam KUHP, pertama dikenal pembelaan terpaksa yang

melampaui batas, dalam hal ini si korban mengalami kegoncangan jiwa yang

sangat hebat. Jadi, faktor subyektifitas memegang peranan karena temperamen

setiap individu berbeda-beda. Sebaiknya terhadap diri pribadi si pelaku noodweer

exces dimintakan keterangan ahli psikolog/psikiater, kedua mengenai pemasangan

alat atau perangkap di depan rumah sebagai bentuk pembelaan diri, tidak

diperbolehkan karena dalam pasal 49 ayat 1 yang menjadi syarat pembelaan

terpaksa salah satunya adalah serangan yang dilakukan harus sedang dijalankan.

Jika pemasangan alat atau perangkap yang mematikan sebagai pembelaan diri

diperbolehkan atau “dikhawatirkan akan segera menimpa” (onmiddelijk

dreigende), dengan alasan sebagai perlindungan diri karena di Indonesia sering

8 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 152.

Page 76: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

67

terjadi perampokan jadi sebagai alat perlindungan diri maka tidak dibenarkan

karena dikhawatirkan dalam hal ini tidak ada faktor seimbang antara dua

kepentingan yang dirugikan ada peranan penting.9

Persamaan pembelaan terpaksa dengan pembelaan yang melampaui batas

antara lain yaitu: Pertama, pada keduanya harus ada serangan atau ancaman

serangan yang melawan hukum yang ditujukan pada tiga kepentingan hukum

(tubuh, kehormatan kesusilaan dan harta benda), sama-sama dilakukan dalam

keadaan yang terpaksa (noodzakelijk) dalam usaha mempertahankan dan

melindungi suatu kepentiangan hukum yang terancam bahaya oleh serangan atau

ancaman serangan yang melawan hukum. Kedua, pada keduanya pembelaan

ditujukan untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan hukum

(rechsbelang) diri sendiri atau kepentingan hukum orang lain.10

Sedangkan perbedaannya yaitu antara lain: Pertama, perbuatan yang

dilakukan sebagai wujud pembelaan terpaksa harus perbuatan yang seimbang

dengan bahaya atau ancaman serangan dan tidak diperbolehkan melampaui dari

apa yang diperlukan dalam pembelaan. Tetapi dalam pembelaan terpaksa

melampaui batas, pilihan perbuatan tidak seimbang dengan bahaya yang

ditimbulkan oleh serangan atau ancaman serangan karena adanya kegoncangan

9 Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,

Bandung: 2003, h. 85-87. 10

Drs. Adami Chazawi.S.H. Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002,

h. 51.

Page 77: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

68

jiwa yang hebat.11

Kedua, pembelaan terpaksa hanya dapat dilakukan ketika

adanya ancaman atau serangan sedang berlangsung dan tidak boleh dilakukan

setelah serangan berhenti atau tidak ada lagi, tapi dalam pembelaan yang

melampaui batas, perbuatan pembelaan masih boleh dilakukan sesudah serangan

terhenti. Ketiga, tidak dipidana dalam pembelaan terpaksa karena sifat melawan

hukum pada perbuatannya, jadi merupakan alasan pembenar. Dasar peniadaan

pidana pada pembelaan terpaksa terletak pada perbuatannya. Sedangkan dalam

pembelaan yang melampaui batas merupakan alasan pemaaf karena adanya alasan

penghapus kesalahan pada diri pelaku.12

Dalam noodweer mengandung asas subsidairiteit yaitu harus adanya

keseimbangan antara kepentingan yang dibela, cara yang dipakai dan kepentingan

yang dikorbankan dan asas propositionaliteit yaitu tidak semua alat dapat dipakai,

hanya yang masuk akal. Karena terdapat pembelaan yang dilakukan harus sesuai

dengan serangan yang bersifat melawan hukum, sedangkan pembelaan diri harus

disebabkan terpaksa karena tidak ada jalan lain. Jadi, dalam pembuktian suatu

kasus, hakim harus benar-benar memperhatikan asas tersebut apakah merupakan

alasan dalam noodweer atau bukan. Selain pembelaan diri (pembelaan khusus),

hukum pidana Islam juga mengatur adanya pembelaan umum (amar ma’ruf nahi

munkar) karena dengan adanya pembelaan umum, maka dapat mencegah

11

Drs. Adami Chazawi.S.H. Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002,

h. 51. 12

Prof. Moeljanto,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta: 2002, h. 146.

Page 78: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

69

terjadinya jarimah dan mengurangi terjadinya penyelewengan yang tidak

diinginkan (upaya prefentif). Jadi dalam hukum Islam, pembelaan umum

hukumnya wajib. Tetapi tidak semua orang dikenakan kewajiban dalam

melaksanakannya. Ada beberapa syarat yang harus ada pada pembelaan umum,

salah satunya yaitu adanya kesanggupan dan berakal sehat.13

Dari segi hukum dan dasar tujuan tidak ada perbedaan antara pembelaan

khusus dan pembelaaan umum tersebut. Tetapi dalam segi objek terdapat

perbedaan yaitu: Objek pembelaan khusus adalah setiap serangan yang mengenai

keselamatan orang atau hartanya atau kehormatannya, sedang objek pembelaan

umum adalah yang mengenai hak masyarakat, keamanan dan ketertibannya yang

bersifat wajib. Pembelaan khusus terjadi jika adanya serangan dari seseorang,

sedang pembelaan umum terjadi ketika tidak ada serangan. Contoh: Jika ada

seorang laki-laki mendatangi seorang prempuan dengan maksud memperkosa,

maka disini terdapat pembelaan khusus. Tetapi jika lelaki itu mendatanginya

dengan persetujuan seorang perempuan tersebut, maka terjadi pembelaan umum

yaitu menolak (menggagalkan) perbuatan munkar.14

Ciri khas syari’at Islam yang tidak terdapat pada hukum positif adalah

“amar ma’ruf nahi munkar”. Dengan adanya asas ini dimaksudkan agar setiap

orang menjadi pengawas atas orang lain dan penguasa serta sesama manusia

13

Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 153. 14

Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT Kharisma Ilmu, h. 175.

Page 79: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

70

saling memberi petunjuk dan mengingatkan untuk menjauhkan diri perbuatan

munkar dan ma’siat, menjaga keamanan dan ketertiban, memberantas jarimah dan

menjunjung akhlak yang tinggi. Sistem amar ma’ruf nahi munkar tidak dikenal

oleh hukum positif kecuali pada awal abad XIX M, dimana hukum tersebut

mulai mengakui adanya hak mengeritik dan membimbing rakyat biasa

(perorangan), serta memberikan hak untuk menangkap orang yang tertangkap

basah waktu melakukan jarimah dan menyerahkannya kepada pihak yang

berwajib. Bahkan dalam keadaan tertentu perseorangan diberikan hak untuk

menghalangi perbuatan jarimahnya jika menyangkut kepentingan masyarakat

seperti dalam penggulingan kekuasaan pemerintah dan menghancurkan bangunan

umum. Tetapi sistem amar ma’ruf nahi munkar hanya diterapkan oleh hukum

positif dalam keadaan tertentu saja sedang dalam syari’at Islam dijalankan dengan

seluas-luasnya.15

B. Analisis Pembelaan Terpaksa melampaui Batas dalam Tindak Pidana

Penganiayaan

Di dalam KUHP, tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan yang

dilakukan karena pembelaan terpaksa tidak dipidana, karena adanya peniadaan

pidana yang di dalamnya terdapat alasan pembenar yang menyebabkan hapusnya

sifat melawan hukum perbuatan, sehingga apa yang dilakukan terdakwa menjadi

perbuatan yang patut dan benar. Tidak dipidananya terdakwa karena perbuatan

15

Ahmad hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana, Bulan Bintang, Jakarta: 1993, h. 225-226.

Page 80: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

71

tersebut kehilangan sifat melawan hukumnya perbuatan. Walaupun dalam

kenyataanya perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur tindak pidana. Akan tetapi

karena hilangnya sifat melawan hukum, maka terdakwa tidak dipidana. Selain

alasan pembenar, juga terdapat alasan pemaaf karena orang yang melakukan

perbuatan karena terdorong oleh pembelaan terpaksa melampaui batas yang

sebenarnya terpaksa dilakukan karena didorong oleh suatu tekanan batin atau

tergoncangnya jiwa, jadi fungsi batinnya menjadi tidak normal. Oleh karena itu

seseorang yang melakukan penganiayaan karena dalam keadaan terpaksa dan

dalam pembuktian di persidangan benar-benar terbukti adanya syarat dan unsur

pembelaan terpaksa yang melampaui batas, maka terdakwa dinyatakan lepas dari

segala tuntutan. Namun jika dalam pembuktian tidak terbukti adanya unsur

pembelaan terpaksa dalam tindak pidana penganiayaan, dengan

mempertimbangkan kaidah terdapat dalam pasal 49 ayat 2 KUHP, maka pelaku

dapat dijatuhkan hukuman sebagaimana yang telah diatur dalam KUHP.16

Penyerangan yang melawan hukum seketika itu melahirkan hukum darurat

yang membolehkan korban melindungi dan mempertahankan kepentingannya atau

kepentingan hukum orang lain. Inilah dasar filosofi pembelaan terpaksa. Suatu

16

Hal ini berdasarkan pendapat Langenmeyer yang dikutip oleh Roeslan Saleh:“ Sifat melawan

hukum pada suatu perbuatan yang memenuhi rumusan delik akan mempunyai arti jika melalui cara

yaitu hakim akan memutuskan supaya ia lepas dari segala tuntutan hukum berdasarkan tidak dapat

dipidananya perbuatan tersebut bilamana ia berfikir bahwa harus memperhatikan keadaan-keadaan yang

khusus yag dipandang dari sudut peraturan tertulis atau tidak tertulis perbuatan tersebut merupakan hal

yang patut walaupun bertentangan dengan ketentuan yang melarang. Dalam semua kejadian-kejadian

demikian masih dibuktikan apa yang sepatutnya didakwakan tetapi bersamaan dengan hilangnya sifat

melawan hukum, hilang pula hal yang dapat dipidananya, dan karenanya putusannya adalah lepas dari

tuntutan hukum, bukan bebas dari tuntutan hukum.” Lihat dalam Roeslan Saleh, op. cit, h. 6.

Page 81: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

72

perbuatan dianggap sebagai suatu tindak pidana karena perbuatan tersebut bisa

merugikan terhadap tata nilai hidup yang ada di dalam masyarakat, kepercayaan-

kepercayaan, merugikan anggota-anggota masyarakat, harta benda, nama baik,

perasaan-perasaannya dan pertimbangan-pertimbangan baik yang harus dihormati

dan dipelihara.

Islam memberikan kebebasan kepada seseorang selama tidak melampaui

batas. Seseorang diizinkan untuk hidup dan mempunyai hak untuk hidup selama

ia tidak melakukan kekerasan apa pun. Tetapi, bila ia melampaui batas tersebut

dan membuat kekacauan serta penindasan dalam masyarakat atau menjadi

ancaman bagi kehidupan sesamanya, maka ia kehilangan hak hidupnya. Jadi,

dalam menentukan sanksi hukuman atas pembelaan yang melampaui batas dalam

hukum Islam penulis berdasarkan penjelasan diatas berpendapat bahwa terjadi

perbedaan pendapat dikalangan Ulama. Pada dasarnya pembelaan diri hukumnya

mubah (diperbolehkan) dan tidak ada hukuman baginya.

Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal

penyerangan tidak perlu harus berupa perbuatan jarimah yang diancam dengan

hukuman, tapi cukup dengan perbuatan yang tidak sah (tidak benar). Demikian

pula kecakapan pembuat tidak diperlukan dan oleh karenanya serangan orang gila

dan anak kecil dapat dilawan. Jika sampai mengakibatkan kematian maka tidak

terdapat pertanggungjawaban baginya baik secara perdata maupun pidana.

Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya, serangan harus berupa jarimah

Page 82: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

73

yang diancam dengan hukuman dan dilakukan oleh orang yang dapat dimintai

pertanggungjawaban pidana. Jadi, apabila perbuatan (serangan) bukan jarimah

yang diancam dengan hukuman, melainkan hanya perbuatan yang tidak sah atau

pelakunya tidak memiliki kecakapan maka orang yang diserang itu hanya berada

dalam keadaan terpaksa. Imam Abu Yusuf berbeda dengan gurunya Imam Abu

Hanifah yaitu perbuatan diisyaratkan harus berupa jarimah yang diancam dengan

hukuman tetapi pelakunya tidak perlu harus orang yang dapat dimintai

pertanggungjawaban pidana. Pendapat Abu Yusuf ini, maka tidak terdapat

pertanggungjawaban secara pidana tapi terdapat pertanggungjawaban secara

perdata yaitu dengan membayar diat.17

Terdapat contoh yaitu :

1. Kronologi kasus

Kasus penganiayaan dalam perkara Nomor: 416 K/Pid/2009 merupakan

salah satu kasus yang melibatkan 4 (empat) terdakwa yang masih memiliki

hubungan keluarga diantaranya yaitu terdakwa I Winarno Sarkawi terdakwa II

Andreas Suhartoyo, terdakwa III Grace binti Winarno dan terdakwa IV Yuniarsih

Herliana yang telah melakukan penganiayaan terhadap Robby Lesmana. Grace

dan Robby Lesmana adalah sepasang suami istri yang tengah menjalani proses

perceraian dan mempunyai seorang anak bernama Richelle yang pengasuhannya

dilakukan secara bergantian oleh Grace dan Robby. Ketika Robby bersama Kuasa

17

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta: 2006,

h. 90.

Page 83: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

74

hukumnya bernama Adardam yang datang kerumah Grace dengan maksud

menjemput anaknya Richelle berdasarkan perjanjian hak asuh yang telah dibuat

dan disepakati bersama oleh grace dan Robby dimana saat itu tiba gilirannya

Robby untuk mengasuh Richelle, pada saat Robby menghampiri Grace yang

sedang menggendong Richelle yang berada didepan pintu rumah, Richelle

menangis ketika akan dibawa pergi oleh Robby, mendengar tangisan Richelle

tiba-tiba keluar Winarno Sarkawi yang langsung menghampiri serta mendorong

dan memukul Robby.18

Kuasa hukum yang berada diluar pagar kemudian menghampiri dengan

maksud melerai peristiwa pemukulan tersebut tetapi beliau juga dipukul oleh

Winarno Sarkawi dan Grace19

, Melihat keadaan yang tidak kondusif itu kedua

korban akhirnya langsung naik ke mobil dan pergi. Setelah peristiwa pemukulan

tersebut kemudian Robby ditemani Kuasa hukumnya Adardam melaporkannya

kepada pihak kepolisian yang akhirnya sampai pada tingkat pengadilan.

Akibat perbuatan para terdakwa tersebut, saksi Adardam Achyar,

menderita nyeri tekan dan memar kemerahan di daerah perbatasan punggung dan

leher sesuai Visum Et Repertum No.255/RSAI/VISUM/I/2007 tertanggal 23

Januari 2007 dan demikian halnya akibat perbuatan para terdakwa tersebut, saksi

Robby Lasmana menderita memar garis-garis kemerahan pada daerah bahu kanan

18

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 3-8. 19

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 4.

Page 84: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

75

bagian belakang, bercak kemerahan di bahu kiri belakang dan kedua pipi

kemerahan, agak bengkak dan nyeri tekan sesuai Visum Et Repertum

No.254/RSAI/VISUM/I/2007 tertanggal 23 Januari 2007.20

Berdasarkan uraian

tersebut di atas, maka para perbuatan perbuatan para terdakwa dalam dakwaan

pertama sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 170 (1) KUHP,

dakwaan kedua diancam pidana dalam Pasal 351 (1) KUHP jo Pasal 55 (1) ke 1

KUHP dan dakwaan ketiga sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

335 ayat (1) ke 1 KUHP.

2. Pertimbangan Hukum oleh Hakim

a. Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung

Di dalam pertimbangan putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung

Nomor 845/Pid/B/2007/PN.BDG tanggal 03 Januari 2008, setelah bukti-bukti

dihadirkan dipersidangan dan membaca tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum

kemudian Hakim menyatakan bahwa terdakwa Winarno Sarkawi dan terdakwa

Grace telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

secara terang-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap

orang dan menjatuhkan pidana penjara masing-masing selama 10 bulan kepada

20

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 5.

Page 85: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

76

terdakwa Winarno sarkawi dan terdakwa Grace.21

Setelah putusan hakim

diberikan, para terdakwa melakukan upaya hukum banding.

b. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung

Putusan Pengadilan Tinggi Bandung dengan Nomor registrasi

127/PID/2008/PT.Bdg tanggal 22 April 2008 menerima permohonan banding dari

Pembanding Jaksa Penuntut Umum dan para terdakwa (kuasanya) tersebut dan

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 3 Januari 2008 Nomor

: 845/Pid/B/2007/PN.Bdg. yang dimohonkan banding tersebut. Pengadilan Tinggi

Bandung mengadili sendiri menyatakan bahwa terdakwa Winarno Sarkawi dan

terdakwa Grace terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan tetapi merupakan

pembelaan darurat noodweer sehingga melepaskan kedua terdakwa dari semua

tuntutan hukum.22

Jaksa Penuntut Umum yang keberatan terhadap pertimbangan

Hakim Pengadilan Tinggi tersebut kemudian melakukan upaya hukum kasasi.

c. Putusan Kasasi Mahkamah Agung

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor

37/Akta.Pid/2008/PN.Bdg yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri

Kelas IA Bandung yang menerangkan, bahwa pada tanggal 10 Juli 2008

Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung mengajukan permohonan

kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi. Pada pertimbangan hukumnya

21

Lihat, Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid /

2009, h. 9. 22

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 16.

Page 86: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

77

menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon

Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum yang pada pokoknya bahwa putusan Judex Facti

Pengadilan Tinggi dalam melepaskan kedua terdakwa dari semua tuntutan hukum

(onslag van alle rechtsvervolging) karena perbuataannya termasuk dalam apa

yang diatur pada Pasal 49 ayat 2 KUHP adalah telah salah dalam penerapan

hukumnya.

Putusan Judex Facti/Pengadilan Tinggi Bandung tersebut, dalam

mempertimbangkan tentang tidak terbuktinya surat dakwaan sebagaimana yang

dituntut oleh Jaksa/Penuntut Umum yang mana amarnya telah membebaskan

terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana dari segala

dakwaan (vrijspraak) serta melepaskan terdakwa I Winarno Sarkawi dan terdakwa

III Grace binti Winarno dari semua tuntutan hukum (ontslag van alle

rechtsvervolging) adalah putusan bebas yang tidak murni sifatnya karena Judex

Facti dalam putusan Pengadilan Tinggi Bandung tersebut semata-mata didasarkan

pada penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang dimuat dalam

surat dakwaan dan tidak didasarkan pada tidak terbuktinya unsur-unsur perbuatan

yang di dakwakan.23

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka Mahkamah Agung berpendapat

bahwa alasan-alasan dan keberatan-keberatan kasasi dari Pemohon Kasasi

23

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 11-15.

Page 87: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

78

(Jaksa/Penuntut Umum) tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex Facti

(Pengadilan Tinggi) telah benar menerapkan hukum, namun demikian putusan

Pengadilan Tinggi Jawa Barat Nomor : 127/PID/2008/PT. Bdg tanggal 22 April

2008 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor :

845/Pid/B/2007/PN.Bdg harus diperbaiki yaitu perihal pidana terhadap terdakwa I

(Winarno Sarkawi) dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Bahwa apa yang sudah dipertimbangkan oleh Judex Facti (Pengadilan Negeri)

terhadap terdakwa I Winarno Sarkawi menurut pendapat Mahkamah Agung

sudah tepat dan benar;

b. Bahwa dengan demikian pertimbangan tersebut diambil alih sebagai

pertimbangan oleh Mahkamah Agung.24

Selanjutnya berdasarkan pertimbangan, lagi pula putusan judex facti dalam

perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka

permohonan kasasi tersebut harus ditolak dengan memperbaiki amar putusan

Pengadilan Tinggi tersebut. Oleh karena Termohon Kasasi/Terdakwa I Winarno

Sarkawi dipidana, maka harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, hakim Mahkamah

Agung dalam memeriksa dan menangani perkara ini memutuskan dan mengadili

24

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 15.

Page 88: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

79

menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum pada

Kejaksaan Negeri Bandung dengan memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi

Jawa Barat No.127/PID/2008/PT.Bdg yang telah membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Bandung Nomor : 845/Pid/B/2007/PN.Bdg.25

3. Analisis

Tidak semua perbuatan yang memenuhi semua unsur-unsur tindak pidana

si pelakunya dapat dijatuhi pidana, tetapi hakim dapat memberikan putusan bebas

atau putusan lepas. Kemungkinan hakim memberikan putusan bebas kepada

pelaku atas tindak pidana yang telah dilakukan merupakan bagian dari prinsip di

dalam sistem pemidanaan yang berlaku di Indonesia. Persoalannya, adakah

alasan-alasan yang dibenarkan oleh hukum pidana bagi seorang hakim

memberikan putusan bebas atau si pelaku itu tidak dapat dipertanggungjawabkan

atas tindak pidana yang dilakukan.

Persoalan tersebut di atas, dapat dilihat dari ketentuan khusus yang

dirumuskan oleh pembentuk undang-undang yang memungkinkan si pelaku

tindak pidana tidak dapat dijatuhi pidana apapun. Artinya, undang-undang

menerima keadaan-keadaan tertentu yang memungkinkan seorang pelaku tindak

pidana tidak dapat dipertanggungjawabkan atau tidak dapat dijatuhi pidana

apapun. Dengan demikian, perbuatan-perbuatan seseorang yang telah memenuhi

25

Lihat, Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid /

2009, h. 16-17.

Page 89: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

80

keadaan-keadaan tertentu tersebut memungkinkan ketentuan hukum pidana tidak

dapat diberlakukan, baik ketentuan yang terdapat di dalam KUHP maupun lain-

lain peraturan perundang-undangan di luar KUHP. Perihal tidak dapat

diberlakukannya ketentuan hukum pidana kepada pelaku tindak pidana berkaitan

erat dengan dua hal yaitu dasar yang meniadakan penuntutan adalah hal-hal atau

keadaan-keadaan tertentu yang menjadi alasan-alasan bagi penuntut umum tidak

dapat melakukan penuntutan terhadap seseorang yang didakwa melakukan tindak

pidana dan dasar yang meniadakan pidana atau hukuman, adalah hal-hal tertentu

yang menjadi alasan-alasan bagi hakim tidak dapat menjatuhkan pidana terhadap

seseorang yang telah dituduh melakukan tindak pidana, atau di dalam ilmu

pengetahuan hukum pidana disebut hal-hal yang memaafkan kepada pelaku tindak

pidana sehingga dirinya tidak dipidana.26

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap berkas perkara kasus

tindak pidana penganiayaan pada kasus Putusan M.A 416 K/PID/2009, dengan

para terdakwa yaitu terdakwa I Winarno Sarkawi terdakwa II Andreas Suhartoyo,

terdakwa III Grace binti Winarno dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana yang

dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan alternatif dituntut dengan

Pasal 170 ayat (1) KUHP, Pasal 351 ayat (2) jo 55 ke-1 KUHP, dan Pasal 335

ayat (1) KUHP karena telah melakukan tindak pidana penganiayaan terhadap

Robby Lesmana.

26

Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H.,M.Si. Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2012, h.

126.

Page 90: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

81

Putusan Hakim Mahkamah Agung dalam kasus putusan M.A

416K/PID/2009 menyatakan terdakwa I Winarno Sarkawi telah terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan terang-terangan

dan tenaga bersama menggunakan kekekerasan terhadap orang dengan

menjatuhkan pidana kepada pidana penjara selama 10 bulan.27

Memerintahkan

pidana tersebut tidak usah dijalani kecuali di kemudian hari dengan putusan

Hakim diberikan perintah lain atas alasan bahwa sebelum masa percobaaan

selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan berakhir bagi terdakwa. Untuk terdakwa II

Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan, untuk itu

terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana dibebaskan

dari semua dakwaan (vrijspraak) dan menyatakan terdakwa III Grace binti

Winarno terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan tetapi perbuatan tersebut

merupakan pembelaan darurat (noodweer) dengan menyatakan melepaskan

terdakwa III Grace binti Winarno dari semua tuntutan hukum (ontslag van alle

rechtsvervolging).

Untuk menjawab permasalahan mengapa alasan noodweer dijadikan dasar

pertimbangan Hakim sebagai alasan pemaaf dalam kasus Putusan M.A 416

K/PID/2009, maka pada analisis skripsi ini terlebih dahulu diuraikan unsur-unsur

27

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor : 416 K / Pid / 2009,

h. 16.

Page 91: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

82

pasal yang dituduhkan, dimana para terdakwa didakwa dengan Pasal 170 ayat

(1)28

, Pasal 351 ayat (1) jo Pasal 5529

, dan Pasal 355 ayat (1) KUHP.

Ketiga pasal yang dituduhkan para terdakwa kesemuanya mengandung

unsur adanya kekerasan dan berdasarkan fakta-fakta yang ada bahwa terdakwa II

Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herlina secara fisik tidak

melakukan apa-apa kepada Adardam Achyar maupun kepada Robby Lasmana,

sehingga salah satu unsur dari dakwaan kesatu atau kedua tidak terpenuhi. Namun

untuk terdakwa I Winarno Sarkawi yang telah menarik rambut dan baju Robby

Lesmana dan juga mendorong Adardam Achyar dan terdakwa III Grace binti

Winarno yang telah memukul pipi dan telinga korban Robby Lesmana, semua

unsur dari pasal yang didakwakan telah terbukti. Selanjutnya terdakwa III Grace

binti Winarno sebagai ibunya sangat mungkin untuk melakukan tindakan guna

melindungi anaknya karena Richelle pada saat itu dalam kondisi ketakutan dan

histeris. Setiap orang apabila mengalami keadaan yang demikian juga akan

melakukan yang sama pada saat melihat anaknya dalam keadan terancam atau

anaknya dalam keadaan ketakutan.

Berdasarkan uraian di atas, apabila dihubungkan dengan keterangan dapat

dianalisis bahwa meskipun terdakwa I Winarno Sarkawi terdakwa III Grace binti

Winarno melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan, perbuatan itu

28

Lihat, R. Soenarto Soedibroto,S.H. KUHP dan KUHAP. PT Raja Grafindo Persada, h. 105. 29

R. Soenarto Soedibroto,S.H. KUHP dan KUHAP. PT Raja Grafindo Persada, h. 50.

Page 92: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

83

termasuk dalam apa yang diatur pada Pasal 49 ayat (2) KUHP, yaitu melampaui

batas pertahanan yang sangat perlu, yaitu perbuatan itu dengan seketika itu juga

dilakukan karena perasaan tergoncang, dengan segera, pada saat itu juga,

terdakwa III setelah mendengar anaknya Richelle menangis menjerit-jerit selain

berusaha mempertahankan anaknya dengan menepis saksi 2 Robby Lasmana

(yang adalah suaminya, yang masih dalam proses perceraian). Begitu juga

terdakwa I mendengar tangisan dan jeritan cucunya, yang semula ia berada di

dalam rumah dan begitu keluar rumah melihat cucunya sedang diperebutkan oleh

anak dan menantunya, para terdakwa berusaha membantu anaknya (terdakwa III)

untuk mempertahankan cucunya (Richelle) dengan cara menarik rambut dan baju

Robby Lasmana saksi 2, adalah perbuatan seperti apa yang diatur dalam Pasal 49

ayat (2) KUHP tersebut.30

Begitu juga perbuatan terdakwa I yang mendorong saksi 1 Adardam

Achyar, yang dilihatnya tiba-tiba masuk ke pekarangan tanpa ijin darinya sebagai

pemilik rumah, adalah merupakan tindakan yang wajar yaitu untuk mencegah

terjadinya keterlibatan orang lain yang dapat memperkeruh suasana. Berdasarkan

apa yang telah diuraikan di atas, maka perbuatan terdakwa I Winarno Sarkawi dan

terdakwa III Grace binti Winarno adalah merupakan pembelaan darurat

(noodweer), dan perbuatan seperti itu tidak boleh dihukum dan untuk terdakwa II

Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana, karena tidak terbukti

30

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,

Bandung: 2003, h. 83.

Page 93: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

84

melakukan perbuatan sebagaimana didakwaan dalam dakwaan kesatu atau kedua

atau ketiga, maka mereka (terdakwa II dan terdakwa IV) harus dibebaskan dari

semua dakwaan. Terdakwa I Winarno Sarkawi dan terdakwa III Grace binti

Winarno meskipun terbukti melakukan perbuatan seperti yang disebutkan di atas,

perbuatan tersebut adalah merupakan pembelaan terpaksa, dan sesuai dengan

ketentuan Pasal 49 ayat (2) KUHP, terdakwa I dan terdakwa III harus dilepaskan

dari tuntutan hukum.31

Berdasarkan uraian di atas, penulis kurang sependapat dengan hakim

Mahkamah Agung yang telah memutus perkara membebaskan Terdakwa III

Grace binti Winarno dengan alasan noodweer (noodwer exces), karena noodwer

maupun nodweer exces mensyaratkan adanya serangan yang melawan hukum

yang dibela yaitu tubuh, kehormatan kesusilaan, dan harta benda, baik diri sendiri

maupun orang lain. Perbuatan dapat dikatakan sebagai noodweer exces harus

adanya serangan dan apabila serangan itu mengakibatkan terjadinya goncangan

jiwa dan untuk mengetahui adanya goncangan jiwa, perlu adanya pemeriksaan

secara psikologis oleh dokter atau psikiater. Pemeriksaan tersebut nantinya akan

diketahui seseorang mengalami kegoncangan jiwa ada atau tidak.32

Pada analisis ini diperoleh fakta persidangan bahwa tidak terlihat adanya

serangan yang bersifat melawan hukum dan seketika dan yang mengancam jiwa,

31

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,

Bandung: 2003, h. 84. 32

Prof. Moeljanto,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta: 2002, h. 48.

Page 94: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

85

kehormatan dan benda sebagaimana yang disyaratkan dalam noodweer. Apa yang

dilaukkuan oleh terdakwa Grace dengan melakukan pemukulan sebagai maksud

mengadakan pembelaan dinilai kurang tepat sebab pembelaan terhadap serangan

itu harus perlu diadakan (noodsakelijk) yakni pembelaan itu bersifat sekali dimana

tidak ada jalan lain dan mengenai perasaan33

yang dialami oleh terdakwa Grace

yang melihat anaknya menangis saat akan dibawa pergi oleh Robby yang juga

merupakan ayah kandung dari anaknya dinilai terlalu berlebihan jika dikatakan

menimbulkan goncangan jiwa yang hebat.

Untuk dapat suatu perbuatan digolongkan sebagai noodweer exces

sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (2) KUHP, bahwa pelaku tersebut dalam

melakukan sesuatu perbuatan yang melampaui batas pembelaan seperlunya

merupakan akibat langsung dari kegoyahan hati yang demikian rupa yang

disebabkan oleh serangan tersebut, dan ternyata bahwa fakta hukum yang

terungkap di persidangan adalah tidak ada serangan bersifat melawan hukum dan

seketika yang mengancam jiwa, kehormatan dan benda. Pada kasus ini tidak ada

sama sekali serangan melawan hak dan mengancam dengan seketika itu juga atau

pada ketika itu juga. Melawan hak artinya penyerang melakukan serangan itu

melawan hak orang lain atau tidak mempunyai hak untuk itu.34

Sebagaimana

diketahui bahwa noodweer exces merupakan pembelaan darurat yang melampaui

33

Prof. Moeljanto,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta: 2002, h. 147. 34

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,

Bandung: 2003, h. 87.

Page 95: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

86

batas karena pelaku tersebut dalam melakukan sesuatu perbuatan yang melampaui

batas pembelaan seperlunya merupakan akibat langsung dari kegoyahan hati yang

demikian rupa yang disebabkan oleh serangan tersebut, dan berdasarkan bahwa

fakta hukum yang terungkap di persidangan adalah tidak ada serangan bersifat

melawan hukum dan seketika yang mengancam jiwa, kehormatan dan benda.

Baik di Putusan Pengadilan Tinggi Bandung maupun Putusan Mahkamah

Agung menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa III Grace binti

Winarno apa yang dilakukan dinyatakan sebagai noodweer exces. Berarti disini

hakim Mahkamah Agung kurang memperhatikan unsur-unsur dari pembelaan

terpaksa (noodweer), salah satunya yaitu adanya serangan sekejap atau ancaman

serangan yang sangat dekat pada saat itu.35

Pada saat Richelle hendak di bawa

pergi oleh ayahnya Robby Lesmana terjadi perebutan anak yang disertai

pemukulan oleh Terdakwa III Grace binti Winarno. Saat itu pula meskipun telah

dipukul dan ditampar, namun Robby Lesmana tidak melakukan upaya

perlawanan. Berarti di sini tidak ada serangan yang bersifat melawan hukum,

maka syarat noodweer exces tidak terpenuhi.

Apabila melihat syarat-syarat noodweer, maka jelas disini tidak ada

serangan yang membahayakan bagi terdakwa III Grace binti Winarno baik diri

sendiri dan anaknya, harta benda, kehormatan maupun kesusilaannya. Dengan

demikian seharusnya terdakwa III Grace Winarno tidak dapat dikenai noodweer

35

Prof. Moeljanto,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta: 2002, h. 148.

Page 96: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

87

dan sudah selayaknya dikenakan Pasal 351 (1) KUHP jo Pasal 55 (1) ke 1 KUHP

karena telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana dengan terang-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekerasan

terhadap orang dengan ancaman hukuman 10 (sepuluh) bulan sebagaimana yang

menjadi tuntutan di Pengadilan Negeri Bandung.

Seperti halnya pembelaan darurat, disinipun harus ada serangan yang

seketika itu juga dilakukan atau mengancam pada saat itu juga. Batas-batas

keperluan pembelaan itu dilampaui. Misalnya seseorang yang diserang dengan

tangan kosong oleh orang lain, membela diri menembakkan pistol, sedangkan

sebenarnya pembelaan dengan memukul kayu saja sudah cukup. Melampaui

batas-batas ini oleh undang-undang diperkenankan asal saja disebabkan perasaan

tergoncang hebat yang timbul karena serangan itu, perasaan tergoncang hebat

misalnya karena jengkel atau marah sekali yang biasa disebut dengan mata

gelap.36

Pertahanan atau pembelaan itu harus noodzakelijk (perlu sekali, terpaksa,

dalam keadaan darurat). Boleh dikatakan tidak ada jalan lain. Sebenarnya hampir

tidak ada suatu pembelaan yang terpaksa. Kebanyakan pembelaan itu dapat

dihindarkan dengan jalan melarikan diri atau menyerah pada nasib yang

dideritanya, bukan itu yang dimaksud. Disini harus ada keseimbangan yang

tertentu antara pembelaan yang dilakukan dengan seranganya. Untuk membela

36

Prof. Moeljanto,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta: 2002, h. 145-146.

Page 97: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

88

kepentingan yang tidak berarti misalnya orang tidak boleh membunuh atau

melukai orang lain.37

Pembelaan atau pertahanan itu dilakukan hanya terhadap kepentingan-

kepentingan yang tersebut di atas yaitu badan, kehormatan dan barang diri sendiri

atau orang lain. Badan ialah tubuh. Kehormatan ialah kehormatan seksual yang

biasanya diserang dengan perbuatan-perbuatan tidak senonoh atau cabul,

memegang bagian-bagian tubuh yang menurut kesusilaan tidak boleh dilakukan,

misalnya kemaluan, buah dada, dan lain-lain. Kehormatan dalam arti nama baik

tidak termasuk disini. Barang ialah segala sesuatu yang berwujud, termasuk juga

binatang.

Alasan Majelis Hakim Mahkamah Agung memberikan putusan

pembebasan dengan alasan noodweer exces kurang tepat. Oleh karena unsur-unsur

noodweer exces tidak terpenuhi, karena syarat noodweer harus adanya suatu

serangan, serangan itu diadakan seketika itu juga atau suatu ancaman yang kelak

akan dilakukan, serangan itu melawan hukum, serangan itu diadakan terhadap diri

sendiri, diri orang lain, kehormatan diri sendiri, kehormatan orang lain, harta

benda sendiri, harta benda orang lain serta pembelaan terhadap serangan itu harus

perlu diadakan ( noodzakelijk ) yakni pembelaan itu bersifat darurat dan harus

adanya alat yang dipakai untuk membela atau cara membela harus setimpal. Fakta

37

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,

Bandung: 2003, h. 87.

Page 98: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

89

di persidangan tidak ada serangan bersifat melawan hukum dan seketika yang

mengancam jiwa, kehormatan dan benda sebagaimana yang disyaratkan dalam

noodweer exces sehingga alasan Hakim Mahkamah Agung yang membebaskan

terdakwa III Grace binti Winarno dinilai kurang tepat.38

Agar setiap orang dapat terjamin kehidupannya maka harus berlaku adil.

Dengan demikian, orang-orang kuat harus melindungi orang lemah, orang-orang

kaya harus memberikan makan kepada orang-orang fakir, dan sebagainya. Dalam

hal ini banyak sekali Nas-nas al-Qur'an yang menjelaskannya. Sebagaimana

firman Allah SWT:

(QS4. An-Nisâ': 58)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah

Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (An-Nisâ' 4: 58).39

Allah memerintahkan kaum Muslimin agar berlaku adil dalam

menghukum dan memutuskan perkara. Keadilan dalam bidang pengadilan itu

38

Prof. Moeljanto,S.H. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta: 2002 h. 14. 39

An-Nisâ' (4) : 58.

Page 99: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

90

dianggap sebagai menunaikan amanah Allah. Al-Qur'an sendiri memerintahkan

keadilan secara umum, tanpa menentukan dalam bidang apa dan terhadap

golongan mana, melainkan dalam segala urusan dan terhadap semua golongan

yang melakukan pelanggaran, karena keadilan itu hukum Allah dan aturan-Nya

sedang manusia seluruhnya hamba Allah. Dalam hal ini Islam mombolehkan

adanya pembelaan yaitu adanya unsur keadilan sebagai akibat adanya serangan

tersebut. Yang menjadi asas yang terpenting dalam hukum Islam adalah keadilan

mutlak. Syari’at Islam sangat menginginkan penegasan asas ketetapan hukum

yang sangat penting ini yaitu keadilan mutlak disetiap ketentuan hukumnya. Islam

menetapkan keadilan yang sama dalam ketentuan hukum duniawi antar manusia

secara keseluruhan, namun ketentuan ukhrawi dibatasi pada orang yang beriman

pada-Nya dan tunduk terhadap ketentuan hukum-Nya.

Pada masa sekarang ini yang menjadi dasar penjatuhan hukuman adalah

rasa keadilan40

dan melindungi masyarakat. Rasa keadilan menghendaki agar

sesuatu hukuman harus sesuai dengan besarnya kesalahan pembuat. Dalam KUHP

berat ringannya hukuman yang harus dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana seperti

pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, dan lain-lain sudah ada

ketentuannya sendiri. Akan tetapi berat ringannya hukuman tersebut belum

40 Sikap keadilan itu adalah kerelaan untuk mengakui suatu aturan bagi kehidupan manusia yang

mengatasi kesukaan individual. Aturan yang obyektif ini adalah aturan yang seharusnya (Ordnung des

Gehorens), aturan ini merupakan dasar dan ukuran bagi aturan yang ditentukan (Ordnung des Setzen).

Sikap keadilan tidak hanya ditemukan pada orang yang beriman, artinya pada orang yang menerima

wahyu Allah. Allah mewujudkan aturan semesta alam, termasuk alam manusia. hal ini dimungkinkan

melalui akal budi yang diberikan Allah kepadanya.

Page 100: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

91

sepenuhnya dapat diterapkan oleh para hakim. Hal ini berhubungan dengan

adanya batas maksimal dan minimal hukuman yang ada dalam KUHP.

Kebanyakan para hakim menjatuhkan hukuman mengambil di antara kedua batas

tersebut, dan jarang sekali hakim menjatuhkan hukuman maksimal kecuali dalam

kasus tertentu.

Alasan manusia menerima prinsip keadilan dalam ajaran Islam adalah

karena persamaan dan kebebasan diantaranya yaitu manusia berasal dari

keturunan yang sama dan semua makhluk tidak dapat melampui batas-batas dan

hukum yang ditetapkan. Tetapi lingkungan yang rusak dan tamak meruntuhkan

fondasi tersebut. Jadi, untuk menghindari adanya kejahatan yang datang dalam

diri seseorang, maka dianjurkan untuk membela diri ketika diserang.

Jadi dalam suatu peristiwa serangan yang terjadi dalam pembelaan

terpaksa, maka harus dilihat dengan cermat dan teliti, apakah peristiwa tersebut

merupakan suatu pembelaan atau bukan. Terlihatlah disini bahwa rasa keadilanlah

yang harus menentukan sampai dimanakah keperluan noodweer dibutuhkan yang

menghalalkan perbuatan yang bersangkutan terhadap seorang penyerang. Dalam

hukum Islam antara pembelaan terpaksa dan dharurah terdapat persamaan syarat

sedangkan dalam hukum positif terdapat persamaan syarat dengan keadaan

darurat (noodtoestand). Diantaranya adalah pertama Keadaan dharurat harus

sudah ada bukan masih ditunggu, dengan kata lain kekhawatiran akan kematian

itu benar-benar ada dalam kenyataan. Kedua, orang yang terpaksa tidak punya

Page 101: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

92

pilihan lain kecuali melanggar perintah atau larangan syar’i atau tidak ada cara

lain yang dibenarkan untuk menghindari kemudharatan selain melanggar hukum.

Dalam dharurah terdapat kekhawatiran akan timbulnya kematian. Ketiga, Dalam

menghindari keadaan darurat hanya dipakai tindakan seperlunya dan tidak

berlebihan. Sedangkan perbedaannya adalah tidak boleh melanggar prinsip-

prinsip syar’i (maqasid al-syari’ah) seperti diharamkannya zina, pembunuhan,

dalam kondisi bagaimanapun.41

Keadaan darurat (noodtoestand) adalah suatu keadaan dimana suatu

kepentingan hukum terancam bahaya, untuk menghindari ancaman itu terpaksa

dilakukan perbuatan yang pada kenyataanya melanggar kepentingan hukum yang

lain. Dalam noodtoestand bersifat lebih umum, suatu keadaan dimana suatu

kepentingan hukum terancam bahaya, yang untuk menghindari ancaman itu

terpaksa dilakukan perbuatan yang pada kenyataanya melanggar kepentingan

hukum yang lain. Perbedaan antara noodweer dengan noodtoestand, dalam

pembelaan terpaksa dengan pembelaan yang melampaui batas antara lain yaitu:

Pertama, kepentingan hukum yang ada pada noodtoestand tidak dibatasi

sedangkan dalam noodweer terdapat batasan hanya untuk tubuh, kesusilaan dan

harta benda. Kedua, dalam noodweer mengenal noodweer exces sedangkan dalam

41 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid VI, Damaskus: Dar al- Fikr, Cet. ke-3,

1989., Nazariyyah al-darurah al Syar’iyah ma’a al Qanun al-Wad’i, Damaskus: Muassasah al Risalah,

1995, h. 73-74.

Page 102: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

93

noodtoestand tidak ada. Ketiga, noodweer untuk memebla kepentingan hukum

bagi diri sendiri atau orang lain sedangkan dalam noodtoestand tidak.42

42

S.R. Sianturi, S.H. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Alumni

Ahaem-Petehaem, 1989. h. 283-284.

Page 103: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

94

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tindak pidana atas selain jiwa (penganiayaan) adalah setiap perbuatan

menyakitkan yang mengenai badan seseorang, namun tidak mengakibatkan

kematian. Tindak pidana penganiayaan diatur dalam Pasal 351 – 358 KUHP

dengan ancaman hukuman paling berat yaitu Pasal 355 penganiayaan berat,

sedangkan penganiayaan biasa Pasal 351 KUHP. Dalam hukum Islam, tindak

pidana atas selain jiwa disebut pembelaan yang sah (daf’u as-sail), dan upaya

prefentif yang disebut amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam hukum positif

dikenal pembelaan terpaksa (noodweer) ketentuan dalam KUHP dalam pasal

49 ayat 1 sebagai alasan pembenar, sedangkan dalam ayat 2 dikenal istilah

pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer exces) sebagai alasan

pemaaf untuk dasar penghapus hukuman.

2. Berdasarkan uraian analisis Putusan M.A 416 K/Pid/2009 di atas, dapat

diambil kesimpulan: Alasan Majelis Hakim Mahkamah Agung memberikan

putusan pembebasan dengan alasan noodweer exces kurang tepat. Oleh karena

unsur-unsur noodweer exces tidak terpenuhi. Fakta di persidangan tidak ada

serangan bersifat melawan hukum dan seketika yang mengancam jiwa,

kehormatan dan benda sebagaimana yang disyaratkan dalam noodweer exces.

Page 104: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

95

B. SARAN

Setelah melalui proses pembahasan dan kajian yang telah dibahas, maka

kiranya penulis perlu memberikan saran-saran untuk kelanjutan dan kemajuan

bersifat kajian akademik terhadap fenomena sosial yang terjadi di Indonesia

dalam hukum Islam yaitu, perlunya penelitian yang lebih mendalam tentang

pembelaan terpaksa yang melampaui batas. Dalam penulisan ini penulis

mengandung maksud: Pertama, kepada pembaca untuk dapat

menginterpretasikan dan merenungkan kembali konsepsi pembelaan diri dalam

perspektif hukum pidana Islam maupun dalam KUHP karena maraknya kejahatan

terhadap tubuh seperti penganiayaan. Kedua, Dalam tindak pidana penganiayaan

memang perlu dipertimbangkan tujuan dan nilai maslahah demi terciptanya

realitas hukum di Indonesia yang adil. Seperti perbuatan pembelaan yang

diperbolehkan harus terdapat kejelasan dalam menentukan syarat dan untuk

dijadikan bahan pertimbangan dalam pembentukan hukum. Ketiga, Perlu ada

kejelasan tentang batasan kegoncangan jiwa secara tepat agar seseorang mendapat

alasan pemaaf sebagai dasar penghapus hukuman, kemudian pembelaan terpaksa

yang melampaui batas dalam dalam tindak pidana penganiayaan memang perlu

dipertimbangkan maslahahnya oleh penegak hukum demi terwujudnya prinsip

Maqasid asy-Syari’ah dan terciptanya nuansa hukum di Indonesia yang adil.

Page 105: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

DAFTAR PUSTAKA

Al Faruq, Asadullah, Hukum pidana dalam sistem hukum islam, penerbit Ghia

Indonesia, oktober, 2009.

Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Arief, Abd. Salam, Fiqh Jinayah, Yogyakarta: Ideal, 1987.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi), Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Audah, Abdul Qadir, At-Tasri Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanunil

Wad’iy, Penerbit: Muassasah Ar-Risalah, Edisi Indonesia, Penerbit : PT

Charisma Ilmu.

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid VI, Damaskus: Dar al-

Fikr, Cet. ke-3, 1989., Nazariyyah al-darurah al Syar’iyah ma’a al Qanun

al-Wad’i, Damaskus: Muassasah al Risalah, 1995.

Basaar , Sudrajat, Tindak-tindak pidana tertentu di dalam KUHPidana, Bandung:

Remadja Karya, 1989.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, Cet. ke-1, 2002.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:

Syaamil Cipta Media, 1984.

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2, Jakarta: Balai

Pustaka, 1989.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Djazuli, H.A. Fiqh Jinayah; Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,

Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Farid, Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Page 106: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung : Pustaka Setia,

2000.

Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, Jakarta: Pradya

Paramita, cet. ke-1 1989.

Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Hutabarat, Ramly. Persamaan Dihadapan Hukum “Equality Before the Law” di

Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.

Kansil, C.S.T, Pokok-pokok Hukum Pidana : Hukum Pidana untuk Tiap Orang,

Jakarta: Pradnya Paramita, 2007.

Lamintang, P.A.F., Delik-delik Khusus, Bandung: Bina Cipta, Cet. ke-1, 1986.

Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2012.

Marjuki, Mahmud Peter, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, 2008.

Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta: Sinar

Grafika, 2005.

Marpaung, Leden, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Jakarta:

Sinar Grafika, 1991.

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), yogyakarta: Perpustakaan Universitas

Islam Indonesia, 1991.

Moeljanto, S.H, Prof, Asas-Asas Hukum Pidana, Penerbit PT Rineka Cipta,

Jakarta, 1993.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Fiqih

Jinayah), Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Nazir, Ph. D, Moh, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia Indonesia,

2006.

Prasetyo, Teguh. Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2012

Page 107: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Prodjodikoro, Wirjono, Prof. Dr. S.H. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia,

Bandung, 2003.

Projohamidjojo, Martiman, Memahami Dasar-dasar Hukuman Pidana di

Indonesia 2, Jakarta: Pradnya Paramita, 1997.

Remmelink, Jan. Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari

KitabUndang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Penerbit Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Sabiq, As-Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Jilid II, Kairo: Dar ad-Diyan li at-Turas, Cet.

ke-2, 1990.

Saleh, Roeslan, Kitab Undang-undang Hukum pidana, Jakarta: aksara Baru, 1987.

Samosir, Djisman, Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru, 1990.

Santoso, Topo, Membumikn Hukum Pidana Islam, Penerbit Gema Insani Perss,

Jakarta, 2003.

Sianturi, S.R. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta:

Alumni Ahaem-Petehaem, 1989.

Sobur, Alex, Komunikasi Orang Tua dan Anak, Bandung: Angkasa, 1991.

Soemitro,Hantijo, Roni, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Penerbit

Ghana Indonesia, Jakarta, 1990.

Soerodibroto, Soenarto, KUHP dan KUHAP (dilengkapi Yurisprudensi

Mahkamah Agung dan Hoge Raad), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Soeroso, Pengatar ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Sudarsono. Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1995.

Syah, Ismail Muhammad , Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Syarifin, Pipin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Page 108: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Tongat, Hukum pidana materil, tinjauan atas tindak pidana terhadap subjek

hukum dalam KUHPidana, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003.

Washil, Nashr Farid Muhammad, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id

Fiqhiyyah, Jakarta: Amzah, 2009.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

Http://kbbi.web.id.wikipedia.

Page 109: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor : 416 K / Pid / 2009

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara para Terdakwa :

1. N a m a

Tempat lahir

Umur/tanggal

lahir

Jenis kelamin

Kebangsaan

Tempat

tinggal

Kebangsaan

Agama

Pekerjaan

: Dr. WINARNO SARKAWI, Sp.OG ;

: Indramayu ;

: 57 tahun/25 Desember 1950 ;

: Laki-laki ;

: Indonesia ;

: Jl. Setra Sari Indah No. 17 Rt 05 Rw 02 Kel. Sukarasa, Kec. Suk

Bandung ;

: Katholik ;

: Dokter ;

N a m a : ANDREAS SUHARTOYO ;

Tempat lahir : Bandung ;

Umur/tanggal lahir : 22 tahun/14 Desember 1985 ;

Jenis kelamin : Laki-laki ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Hal. 1 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 110: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tempat tinggal : Jl. Setra Sari Indah No. 17 Rt 05 Rw 02 Kel.

Sukarasa, Kec. Sukasari Kota Bandung ;

Agama : Katholik ;

Pekerjaan : Mahasiswa ;

2.

N a m a

: GRACE binti WINARNO ;

Tempat lahir : Medan ;

Umur/tanggal lahir : 24 tahun/19 Januari 1983 ;

Jenis kelamin : Perempuan ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat tinggal : Jl. Setra Sari Indah No. 17 Rt 05 Rw 02 Kel.

Sukarasa, Kec. Sukasari Kota Bandung ;

Agama : Kristen ;

Pekerjaan : Ibu rumah tangga ;

3.

N a m a : YUNIARSIH HERLIANA ;

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 111: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tempat lahir : Bogor ;

Umur/tanggal lahir : 55 tahun/16 Oktober 1952 ;

Jenis kelamin : Perempuan ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat tinggal : Jl. Setra Sari Indah No. 17 Rt 05 Rw 02 Kel.

Sukarasa, Kec. Sukasari Kota Bandung ;

Agama : Katholik ;

Pekerjaan : Ibu rumah tangga ;

4.

Para Terdakwa berada di luar tahanan ;

yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Bandung karena

didakwa :

Pertama :

Bahwa mereka, terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, terdakwa II. Andreas

Suhartoyo, terdakwa III Grace dan terdakwa IV. Yuniarsih Herliana pada hari

Minggu tanggal 21 Januari 2007 sekitar pukul 16.15 WIB atau pada waktu

lainnya di dalam bulan Januari tahun 2007, bertempat di depan halaman sebuah

rumah Jl. Setrasari Indah No. 17 Rt. 05/02 Kelurahan Sukarasa Kecamatan

Sukasari Kota Bandung atau di tempat lainnya yang masih termasuk dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Klas IA Bandung, secara terbuka dan secara

bersama-sama melakukan kekerasan terhadap manusia atau barang, yang

dilakukan oleh para terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bermula saksi Adardam Achyar,SH.MH datang ke Jl. Setrasari Indah No. 17 Rt

05/02 Kel. Sukarasa Kec. Sukasari Kota Bandung selaku kuasa hukum

dengan maksud mendampingi saksi Robby Lasmana dalam rangka

menjemput anaknya yang bernama Richelle yang pada hari/Minggu tersebut

hak asuhnya berada pada saksi Robby Lasmana sesuai perjanjian atau

Hal. 3 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 112: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kesepakatan antara saksi Robby Lasmana dengan isterinya (terdakwa III

Grace) yang dibuat di bawah tangan tertanggal 19 Oktober 2006 ;

- Bahwa setelah pintu pagar rumah Jl. Setrasari Indah No.17 tersebut dibuka,

langsung saksi Robby Lasmana masuk menghampiri terdakwa III Grace yang

berada di pintu depan rumah sedang menggendong anaknya Richelle,

kemudian oleh karena anaknya Richelle menangis ketika akan dibawa oleh

saksi Robby Lasmana, lalu terdakwa III Grace berusaha mengambil kembali

anaknya sehingga terjadi tarik-menarik dan tiba-tiba dari dalam rumah keluar

terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi.Sp.OG menghampiri saksi Robby Lasmana

langsung mendorong/menekan kepala dan menjambak rambut saksi Robby

Lasmana sebanyak 2 kali sambil memiting leher saksi Robby Lasmana

dengan keras, lalu datang terdakwa IV Yuniarsih Herliana berusaha

mengambil kembali Richelle dalam gendongan saksi Robby Lasmana diikuti

tindakan terdakwa III Grace dari arah belakang/samping memukul pipi atau

kuping dari saksi Robby Lasmana sebanyak 2 kali ;

- Bahwa saksi Adardam Achyar,SH.,MH., yang ketika itu berada di luar halaman

melihat keadaan tersebut masuk halaman rumah dengan maksud melerai dan

menyelamatkan saksi Robby Lasmana, namun tiba-tiba terdakwa I Dr.

Winamo Sarkawi Sp.OG menghampiri saksi Adardam Achyar,SH., MH., dan

dengan keras tangan kirinya memegang krah baju dan tangan kanannya

menampar dan mendorong saksi Adardam Achyar,SH.,MH., sampai keluar

halaman rumah sambil terus memukuli bagian belakang kepala atau leher

saksi Adardam Achyar,SH.,MH., lebih dari 5 kali dengan mengatakan "Dasar

pengacara goblog, babi, tolol" dan ketika saksi Adardam Achyar, SH.,MH.,

berada di pinggir pintu pagar atau di belakang mobil, terdakwa III Grace

memukul bagian kepala dan pundak saksi Adardam Achyar, SH.,MH., masing-

masing 1 kali, diikuti terdakwa IV Yuniarsih Herliana dengan telapak tangan

terbuka memukul bagian ubun-ubun kepala saksi Adardam Achyar,SH.,MH.,

sebanyak 1 kali dan terdakwa II Andreas Suhartoyo menampar bagian leher

saksi Adardam Achyar, SH.,MH. sebanyak 1 kali, demikian halnya ketika saksi

Adardam Achyar,SH.,MH. akan naik mobil dari sebelah kiri diikuti dari

belakang oleh terdakwa IV Yuniarsih Herliana dan terdakwa II Andreas

Suhartoyo lalu terdakwa IV Yuniarsih kembali memukul pundak kiri belakang

sebanyak 1 kali diikuti terdakwa II Andreas Suhartoyo kembali memukul

pangkal leher belakang saksi Adardam Achyar, SH.,MH. sebanyak 2 kali,

demikian halnya ketika saksi Robby Lasmana berada dalam mobil setelah

berhasil membawa anaknya Richelle masuk dalam mobil, hendak menutup

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 113: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pintu, kembali terdakwa III Grace memukuli wajah dan mencaci maki saksi

Robby Lasmana diikuti terdakwa Dr. Winamo Sarkawi memukuli kepala dan

pinggang saksi Robby Lasmana berkali kali setidaknya lebih dari sekali

ataupun dengan cara-cara lainnya seperti itu ;

- Bahwa akibat perbuatan para Terdakwa tersebut, saksi Adardam Achyar,

SH.,MH. menderita nyeri tekan dan memar kemerahan di daerah perbatasan

punggung dan leher sesuai Visum Et Repertum No.255/RSAI/VISUM/I/2007

tertanggal 23 Januari 2007 dan demikian halnya akibat perbuatan para

terdakwa tersebut, saksi Robby Lasmana menderita memar garis-garis

kemerahan pada daerah bahu kanan bagian belakang, bercak kemerahan di

bahu kiri belakang dan kedua pipi kemerahan, agak bengkak dan nyeri tekan

sesuai Visum Et Repertum No.254/RSAI/VISUM/I/2007 tertanggal 23 Januari

2007 ;

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 170 (1)

KUPidana ;

atau

Kedua :

Bahwa mereka terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, terdakwa II Andreas

Suhartoyo, terdakwa III Grace dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana pada waktu

dan tempat seperti yang telah diuraikan dalam dakwaan pertama primair, secara

bersama-sama sebagai yang melakukan, menyuruh melakukan atau ikut

melakukan perbuatan penganiayaan kepada saksi Adardam Achyar,SH.,MH dan

saksi Robby Lasmana, perbuatan tersebut mereka terdakwa lakukan dengan

cara sebagai berikut :

- Bermula saksi Adardam Achyar,SH.,MH selaku kuasa hukum bersama dengan

saksi Robby Lasmana datang ke Jl.Setrasari Indah No.17 Rt. 05/02

Kel.Sukarasa Kec.Sukasari Kota Bandung dengan maksud untuk membawa

anak saksi Robby bernama Richelle yang pada hari/Minggu tersebut hak

asuhnya berada pada saksi Robby Lasmana sesuai perjanjian atau

kesepakatan antara saksi Robby Lasmana dengan isterinya (terdakwa III

Grace) yang dibuat di bawah tangan tertanggal 19 Oktober 2006 ;

- Bahwa setelah pintu pagar rumah dibuka, saksi Robby Lasmana langsung

masuk menghampiri terdakwa III Grace yang berada di depan pintu untuk

mengambil anaknya Richelle dalam gendongan terdakwa III Grace dan

karena anaknya Richelle berteriak menangis maka terjadi tarik-menarik, tiba-

tiba dari dalam rumah keluar terdakwa I Dr.Winarno Sarkawi.Sp.OG langsung

mendorong atau menekan kepala dan menjambak rambut saksi Robby

Hal. 5 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 114: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Lasmana sambil memiting leher saksi Robby Lasmana dengan keras diikuti

tindakan terdakwa Grace dari arah belakang/samping memukul pipi atau

kuping dari saksi Robby Lasmana sebanyak 2 kali ;

- Bahwa saksi Adardam Achyar,SH.,MH dengan maksud melerai dan

menyelamatkan saksi Robby Lasmana, masuk ke halaman rumah bermaksud

menghampiri saksi Robby Lasmana, namun tiba-tiba terdakwa I Dr. Winarno

Sarkawi Sp.OG mencegat saksi Adardam Achyar,SH., MH., dan dengan keras

tangan kirinya memegang krah baju sedangkan tangan kanannya menampar

dengan mendorong saksi Adardam Achyar,SH.,MH., sampai keluar halaman

rumah sambil terus memukuli bagian belakang kepala atau leher saksi

Adardam Achyat,SH.,MH beberapa kali sambil mengatakan "Dasar pengacara

goblog, babi, tolol" dan ketika saksi Adardam Achyar,SH.,MH berada di pinggir

pintu pagar/di belakang mobil, terdakwa III Grace memukul bagian kepala dan

pundak saksi Adardam Achyar,SH.,MH., diikuti terdakwa IV Yuniarsih Herliana

dengan telapak tangan terbuka memukul bagian ubun-ubun kepala saksi

Adardam Achyar,SH.,MH dan terdakwa II Andreas Suhartoyo menampar

bagian leher saksi Adardam Achyar,SH.,MH dan ketika saksi Adardam

Achyar,SH.,MH akan naik mobil dari sebelah kiri, tiba-tiba terdakwa IV

Yuniarsih Herliana kembali memukul pundak kiri belakang diikuti terdakwa II

Andreas Suhartoyo kembali memukul pangkal leher belakang saksi Adardam

Achyar,SH.,MH ataupun dengan cara-cara lainnya seperti itu, demikian halnya

ketika saksi Robby Lasmana berada dalam mobil setelah berhasil mengambil

anaknya Richelle, hendak menutup pintu mobil, kembali terdakwa III Grace

memukuli wajah dan mencaci maki saksi Robby Lasmana diikuti terdakwa Dr.

Winarno Sarkawi memukuli kepala dan pinggang saksi Robby Lasmana

berkali-kali setidaknya lebih dari sekali ataupun dengan cara-cara lainnya

seperti itu ;

- Bahwa akibat perbuatan para terdakwa tersebut, saksi Adardam Achyar,SH.,

MH menderita nyeri tekan dan memar kemerahan di daerah perbatasan

punggung dan leher sesuai Visum Et Repertum No.255/RSAI/VISUM/I/2007

tertanggal 23 Januari 2007 dan demikian halnya akibat perbuatan para

terdakwa tersebut, saksi Robby Lasmana menderita memar garis-garis

kemerahan pada daerah bahu kanan bagian belakang, bercak kemerahan di

bahu kiri belakang dan kedua pipi kemerahan, agak bengkak dan nyeri tekan

sesuai Visum Et Repertum No.254/RSAI/VISUM/I/2007 tertanggal 23 Januari

2007 ;

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 115: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 (1) KUH

Pidana jo Pasal 55 (1) ke 1 KUHPidana ;

atau :

Ketiga :

Bahwa mereka, terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, terdakwa II Andreas

Suhartoyo, terdakwa III Grace dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana pada hari

Minggu tanggal 21 Januari 2007 sekitar pukul 16.15 WIB atau pada waktu

lainnya di dalam bulan Januari tahun 2007, bertempat di halaman di depan

rumah Jl. Setrasari Indah No.17 Rt.05/02 Kelurahan Sukarasa Kecamatan

Sukasari Kota Bandung atau di tempat lainnya yang masih termasuk dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Klas. IA Bandung, secara bersama-sama

sebagai yang melakukan, menyuruh melakukan atau ikut melakukan perbuatan

dengan kekerasan, dengan sesuatu perbuatan yang lain atau dengan suatu

tindakan yang tidak menyenangkan ataupun dengan ancaman kekerasan,

dengan ancaman akan melakukan sesuatu tindakan yang lain atau dengan

ancaman akan melakukan tindakan yang tidak menyenangkan, yang ditujukan

terhadap orang itu sendiri atau terhadap pihak ketiga, memaksa orang lain untuk

melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu atau membiarkan sesuatu secara

melawan hukum, perbuatan tersebut mereka terdakwa lakukan dengan cara

sebagai berikut :

- Bermula saksi Adardam Achyar,SH.,MH datang ke Jl. Setrasari Indah No. 17

Rt.05/02 Kel.Sukarasa Kec.Sukasari Kota Bandung mengantar saksi Robby

Lasmana dengan maksud untuk membawa anak saksi Robby Lasmana

bernama Richelle yang pada hari/Minggu tersebut hak asuhnya berada pada

saksi Robby Lasmana sesuai perjanjian atau kesepakatan antara saksi Robby

Lasmana dengan isterinya (terdakwa III Grace) yang dibuat di bawah tangan

tertanggal 19 Oktober 2006 ;

- Bahwa setelah pintu pagar dibuka, saksi Robby Lasmana langsung masuk

menghampiri terdakwa III Grace yang berada di depan pintu untuk membawa

anaknya Richelle dalam gendongan terdakwa III Grace, namun karena

anaknya Richelle berteriak menangis maka terjadi tarik menarik, tiba-tiba dari

dalam rumah keluar terdakwa I Dr.Winarno Sarkawi,Sp.OG langsung

mendorong/menekan kepala dan menjambak rambut saksi Robby Lasmana

sambil memiting leher saksi Robby Lasmana dengan keras, lalu datang

terdakwa Yuniarsih Herliana berusaha mengambil kembali Richelle dalam

gendongan saksi Robby Lasmana diikuti tindakan terdakwa Grace dari arah

belakang/samping memukul kepala bagian pipi atau kuping dari saksi Robby

Hal. 7 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 116: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Lasmana, kemudian saksi Adardam Achyar,SH.,MH dengan maksud melerai

dan menyelamatkan saksi Robby Lasmana, masuk ke halaman rumah, namun

terdakwa I Dr.Winarno Sarkawi,Sp.OG mencegat Adardam Achyar, SH.,MH

dan dengan keras tangan kirinya memegang krah baju saksi Adardam Achyar,

SH.,MH sedangkan tangan kanannya menampar dengan mendorong saksi

Adardam Achyar, SH., MH., keluar dari halaman rumah sambil terus memukuli

bagian belakang kepala atau leher saksi Adardam Achyar,SH.,MH beberapa

kali sambil mengatakan "Dasar pengacara goblog, babi, tolol", dan ketika saksi

Adardam Achyar,SH.,MH berada di pinggir pintu pagar/di belakang mobil,

terdakwa III Grace memukul bagian kepala dan pundak saksi Adardam

Achyar,SH.,MH diikuti terdakwa IV Yuniarsih Herliana dengan telapak tangan

terbuka memukul bagian ubun-ubun kepala saksi Adardam Achyar,SH.,MH

dan terdakwa II Andreas Suhartoyo menampar bagian leher saksi Adardam

Achyar,SH.,MH lalu ketika saksi Adardam Achyar,SH.,MH akan naik mobil dari

sebelah kiri, tiba-tiba terdakwa IV Yuniarsih Herliana kembali memukul pundak

kiri belakang diikuti terdakwa Andreas Suhartoyo kembali memukul pangkal

leher belakang saksi Adardam Achyar,SH.,MH demikian halnya ketika saksi

Robby Lasmana berada dalam mobil setelah berhasil membawa anaknya

Richelle hendak menutup pintu mobil, kembali terdakwa III Grace memukuli

wajah dan mencaci maki saksi Robby Lasmana diikuti terdakwa Dr. Winarno

Sarkawi, Sp.OG memukuli kepala dan pinggang saksi Robby Lasmana berkali-

kali setidaknya lebih dari sekali ataupun dengan cara-cara lainnya seperti itu,

sehingga akibat perbuatan para Terdakwa tersebut, saksi Adardam Achyar,

SH.,MH dan saksi Robby Lasmana merasa tidak senang ;

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 335 ayat (1) ke 1

KUHPidana ;

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri

Bandung tanggal 3 Desember 2007 sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi,Sp.OG, terdakwa II Andreas

Suhartoyo, terdakwa III Grace binti Winarno dan terdakwa IV Yuniarsih

Herliana bersalah melakukan tindak pidana secara terbuka dan bersama-

sama melakukan kekerasan terhadap manusia atau barang sebagaimana

diatur dalam Pasal 170 (1) KUH Pidana dalam dakwaan Pertama Jaksa

Penuntut Umum ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap : terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi,Sp.OG,

terdakwa II Andreas Suhartoyo, terdakwa III Grace binti Winarno dan

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 117: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terdakwa IV Yuniarsih Herliana, masing-masing dengan pidana penjara

selama 3 (tiga) tahun ;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

• 1 (satu) buah kemeja merk Nautica motif kotak-kotak yang kencing no. 2

lepas dikembalikan kepada saksi Adardam Achyar, SH., MH ;

• 1 (satu) buah handycam merk Panasonic dikembalikan kepada terdakwa

Dr. Winarno Sarkawi, Sp.OG ;

• Cassete rekaman peristiwa/kejadian penganiayaan an. Adardam dan 1

(satu) album foto berisikan peristiwa foto-foto kejadian pada tanggal 21

Januari 2007 yang diserahkan pelapor Adardam Achyar, SH., MH tetap

terlampir dalam berkas perkara ;

4. Menetapkan supaya para terpidana dibebani biaya perkara masing-

masing sebesar Rp. 1.000 (seribu rupiah) ;

Membaca putusan Pengadilan Negeri Klas IA Bandung Nomor 845/Pid/

B/2007/PN.BDG tanggal 03 Januari 2008 yang amar lengkapnya sebagai

berikut :

1. Menyatakan terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, Sp.OG., terdakwa II

Andreas Suhartoyo, terdakwa III Grace binti Winarno, dan terdakwa IV

Yuniarsih Herliana tersebut di atas, telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan terang-terangan

dan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang ;

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa I dan terdakwa III oleh karena itu

dengan pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan, dan

kepada terdakwa II dan terdakwa IV dengan pidana penjara masing-

masing selama 4 (empat) bulan ;

3. Memerintahkan pidana tersebut tidak usah dijalani kecuali di kemudian

hari dengan putusan Hakim diberikan perintah lain atas alasan bahwa

sebelum masa percobaan selama I (satu) tahun 6 (enam) bulan berakhir

bagi terdakwa I dan terdakwa III dan masa percobaan selama 8 (delapan)

bulan berakhir bagi terdakwa II dan terdakwa IV, para terdakwa

dinyatakan bersalah telah melakukan suatu tindak pidana ;

4. Menetapkan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) buah kemeja merk Nautica motif kotak-kotak, dikembalikan

kepada saksi Adardam Achyar,SH.,MH ;

b. 1 (satu) buah handycam merk Panasonic berikut kaset MDV merk

Panasonic, dikembalikan kepada saksi Anthony Sugiharto ;

Hal. 9 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 118: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

5. Membebankan biaya perkara kepada para terdakwa masing-masing

sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) ;

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung Nomor 127/

PID/2008/PT.Bdg tanggal 22 April 2008 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

• Menerima permohonan banding dari Pembanding Jaksa Penuntut Umum

dan para terdakwa (kuasanya) tersebut ;

• Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 3 Januari

2008

Nomor : 845/Pid/B/2007/PN.Bdg.yang dimohonkan banding tersebut ;

MENGADILI SENDIRI

• Menyatakan terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih

Herliana tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

perbuatan yang didakwakan ;

• Membebaskan terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih

Herliana dari semua dakwaan (vrijspraak) ;

• Menyatakan terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi. Sp.OG. dan terdakwa III

Grace

binti Winarno terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan tetapi

perbuatan tersebut merupakan pembelaan darurat (noodweer) ;

• Melepaskan terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi. Sp.OG. dan terdakwa III

Grace binti Winarno dari semua tuntutan hukum (ontslag van alle

rechtsvervolging). ;

• Memulihkan hak para terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan

harkat serta martabat mereka ;

• Memerintahkan agar barang bukti berupa :

• 1 (satu) buah kemeja merk nautical motif kotak-kotak dikembalikan

kepada saksi 1 Adardam Achyar, SH.,MH ;

• 1 (satu) buah handycam merk Panasonic berikut kaset MDV merk

Panasonic dikembalikan kepada Anthony Sugiharto ;

• Membebankan biaya perkara kepada Negara ;

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor 37/Akta.Pid/

2008/PN.Bdg yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Klas IA

Bandung yang menerangkan, bahwa pada tanggal 10 Juli 2008 Jaksa/Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung mengajukan permohonan kasasi

terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut ;

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 119: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Memperhatikan memori kasasi tanggal 18 Juli 2008 dari Jaksa/Penuntut

Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri Klas IA Bandung pada tanggal 18 Juli 2008 ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah

diberitahukan kepada Jaksa/Penuntut Umum pada tanggal 27 Juni 2008 dan

Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 10 Juli

2008 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Klas IA Bandung pada tanggal 18 Juli 2008, dengan demikian permohonan

kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu

dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi

tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Jaksa/Penuntut Umum pada pokoknya sebagai berikut :

Bahwa putusan Judex Facti / Pengadilan Tinggi Bandung tersebut, dalam

mempertimbangkan tentang tidak terbuktinya surat dakwaan sebagaimana yang

dituntut oleh Jaksa/Penuntut Umum yang mana amarnya telah membebaskan

terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana dari segala

dakwaan (vrijspraak) serta melepaskan terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi,Sp.OG

dan terdakwa III Grace binti Winarno dari semua tuntutan hukum (ontslag van

alle rechtsvervolging) adalah PUTUSAN BEBAS YANG TIDAK MURNI sifatnya

karena Judex Facti dalam putusan Pengadilan Tinggi Bandung tersebut semata-

mata didasarkan pada penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana

yang dimuat dalam surat dakwaan dan tidak didasarkan pada tidak terbuktinya

unsur-unsur perbuatan yang dakwakan yaitu :

a. Bahwa Judex Faxti Vide / Pengadilan Tinggi Bandung dalam putusannya

telah membebaskan terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV

Yuniarsih Herliana bukan karena tidak terbuktinya unsur kekerasan dalam

Pasal 170 ayat (1) KUHP namun karena Judex Facti telah MENGABAIKAN

alat bukti keterangan saksi-saksi sebagai alat bukti yang sah dan semata-

mata hanya mempertimbangkan keterangan para terdakwa, sehingga Judex

Facti/PengadiIan Tinggi Bandung telah salah dalam penerapan hukum

pembuktian vide Pasal 183 jo Pasal 184 jo Pasal 185 KUHAP ;

- Berdasarkan alat bukti berupa keterangan saksi I Adardam Achyar,SH., MH,

saksi 2 Robby Lasmana, saksi 3 Burhanudin als. Ahmad bin M. Khoerudin

di bawah sumpah dihubungkan dengan alat bukti Surat berupa Visum Et

Repertum sebagaimana telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim

Hal. 11 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 120: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pengadilan Negeri Bandung dalam putusannya di mana alat bukti

dimaksud telah saling bersesuaian dengan alat bukti lainnya, sehingga

telah memunuhi syarat mininal alat bukti dalam membuktikan tentang

kesalahan terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih

Herliana sebagai pelaku yang bersama-sama melakukan tindak pidana

sebagaimana yang di dakwakan dalam dakwaan pertama vide putusan

Pengadilan Negeri Bandung tanggal 3 Januari 2008 Nomor : 845/Pid/B/

2007/PN.Bdg ;

- Bahwa demikian halnya keterangan saksi Jason Sastra Jaya yang

merupakan saksi fakta sebagai alat bukti sah yang terungkap di

persidangan, yang walaupun tidak disumpah karena usia masih di bawah

umur vide Pasal 171 (a) KUHAP, namun karena keterangan saksi Jason

Sastra Jaya tersebut saling bersesuaian dengan keterangan saksi lainnya

yang di bawah sumpah, maka sesuai ketentuan Pasal 185 ayat (7) KUHAP

keterangannya tersebut dapat digunakan sebagai tambahan alat bukti sah

yang Iainnya ;

- Bahwa walaupun para terdakwa khususnya terdakwa II Andreas Suhartoyo

dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana di persidangan telah tidak mengakui

perbuatannya tersebut, selain keterangan terdakwa tersebut hanya dapat

dipergunakan terhadap dirinya sendiri vide Pasal 189 ayat (3) KUHAP,

sehingga Judex Facti yaitu Pengadilan Tinggi Bandung tidak dapat

mengesampingkan keterangan saksi-saksi sebagai alat bukti sah yang

terungkap di persidangan tersebut hanya berlandaskan kepada keterangan

para terdakwa tersebut ;

- Bahwa kekeliruan Judex Facti semakin jelas setelah salah menafsirkan

fakta hukum yang terungkap di persidangan bahwa terdakwa II Andreas

Suhartoyo dalam peristiwa tersebut dianggap melakukan pengambilan

gambar yang kemudian menjadi barang bukti dalam perkara ini, karena

yang sebenarnya mengambil gambar dalam peristiwa tersebut adalah

saudara kembar dari terdakwa II Andreas Suhartoyo, yaitu Antonhy

Sugiharto untuk kepentingan perkara perdata ;

- Bahwa apabila Judex Facti/Pengadilan Tinggi Bandung tidak salah atau

keliru mempertimbangkan alat bukti sah tersebut (dan “yang seharusnya

dipertimbangkan oleh Judex Facti/Pengadilan Tinggi Bandung”) maka

Judex Facti dalam putusannya tidak akan membebaskan terdakwa II

Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana dari surat dakwaan

pertama Jaksa/Penuntut Umum ;

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 121: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b. Bahwa putusan Judex Facti/Pengadilan Tinggi Bandung dalam putusannya

yang telah melepaskan terdakwa I Dr.Winarno Sarkawi,Sp.OG dan terdakwa

III Grace binti Winarno dari semua tuntutan hukum (ontslag van alle

rechtsvervolging) karena perbuatannya termasuk dalam apa yang diatur

pada Pasal 49 ayat (2) KUHP adalah telah salah dalam penerapan

hukumnya, yaitu ;

Bahwa untuk dapat suatu perbuatan digolongkan sebagai noodweer exces

sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (2) KUHP, bahwa pelaku tersebut

dalam melakukan sesuatu perbuatan yang melampaui batas pembelaan

seperlunya merupakan akibat langsung dari kegoyahan hati yang demikian

rupa yang disebabkan oleh SERANGAN tersebut, dan ternyata bahwa fakta

hukum yang terungkap di persidangan adalah TIDAK ADA serangan bersifat

melawan hukum dan seketika yang mengancam jiwa, kehormatan dan

benda, karena :

- Para terdakwa mengetahui bahwa kedatangan saksi Robby Lasmana dan

saksi Adardam Achyar, SH., MH adalah BUKAN UNTUK MELAKUKAN

SERANGAN, namun dalam kepentingan saksi Robby Lasmana (sebagai

seorang ayah) untuk menjemput anak kandungnya bernama Richelle

sesuai surat pernyataan tertanggal 19 Oktober 2006 tentang pengasuhan

anak, di mana pada waktu itu adalah bagian saksi Robby untuk mengasuh

Richelle, dan kedatangan saksi Adardam Achyar,SH.,MH dan saksi Robby

Lasmana pada waktu itu, sebelumnya TELAH DIKONFIRMASI (melalui

sms kepada saksi Adardam Achyar, SH., MH) kepada terdakwa III Grace

binti Winarno dan TELAH DISETUJUI oleh terdakwa III Grace binti

Winarno,Sp.OG untuk menjemput Richelle (Richelle yang selalu menangis

bila dibawa oleh saksi Robby Lasmana) sehingga tidak mungkin dan tidak

masuk akal bahwa apabila kedatangan saksi Robby Lasmana yang

merupakan ayah kandungnya Richelle tersebut akan mengancam jiwa

anaknya Richelle maupun harta benda para terdakwa ;

- Bahwa para terdakwa mengetahui kedatangan saksi Adardam Achyar, SH.,

MH selaku Advokad dan kuasa hukum saksi Robby Lasmana dalam

menjalankan tugas mendampingi klien untuk menjemput anak saksi Robby

Lasmana dan saksi Adardam Achyar,SH.,MH TIDAK MEMPUNYAI

HUBUNGAN EMOSIONAL dalam peristiwa hukum yang menyangkut

antara saksi Robby Lasmana dengan pihak para terdakwa, sehingga oleh

karenanya maksud saksi Adardam Achyar,SH.,MH masuk ke halaman

rumah adalah semata-mata untuk melerai dan menengahi keributan antara

Hal. 13 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 122: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pihak para terdakwa dengan saksi Robby Lasmana dan saksi Adardam

Achyar, SH.,MH hal tersebut terlihat dalam gambar rekaman bahwa saksi

Adardam Achyar,SH.,MH tidak melakukan perbuatan perlawanan atas

tindakan dari para terdakwa setelah saksi Robby Lasmana telah berhasil

membawa Richelle, namun hanya bersikap atau berposisi berjaga-jaga

menangkis dari serangan para terdakwa di belakang mobil di luar halaman

rumah para terdakwa, dan tidak masuk akal apabila kedatangan saksi

Adardam Achyar,SH.,MH masuk ke halaman rumah tersebut dalam

merupakan perbuatan melawan hukum karena pintu pagar sudah dalam

keadaan terbuka ;

- Bahwa perbuatan pemukulan terdakwa III Grace binti Winarno kepada saksi

Robby Lasmana juga dilakukan BUKAN TERJADI SEKETIKA

TERJADINYA PERISTIWA dimana TERDAKWA III BERUSAHA MEREBUT

KEMBALI ANAK/RICHELLE dari gendongan saksi Robby Lasmana, namun

terdakwa III Grace melakukan pemukulan ("BUKAN MENEPIS") ketika

saksi Robby Lasmana sedang berjalan meninggalkan halaman rumah

menuju ke mobil dan bersama-sama terdakwa I Dr. Winarno

Sarkawi,Sp.OG melakukan pemukulan kembali kepada saksi Robby

Lasmana adalah setelah saksi Robby Lasmana berada dalam mobil dalam

keadaan sedang menggendong Richelle, dan adalah tidak masuk akal

apabila saksi Robby Lasmana sebagai ayah kandung Richelle bermaksud

untuk menyakiti anak kandungnya sendiri yang selama ini oleh saksi

Robby Lasmana hak asuh terhadap anaknya Richelle tersebut

dipertahankan sampai dalam sengketa perkara perdata di pengadilan ;

- Bahwa selain peristiwa sengketa perceraian (masih dalam proses di

persidangan) yang menyangkut antara terdakwa III Grace binti Winarno,

Sp.OG dengan saksi Robby Lasmana, namun ada latar belakang perkara

pidana lainnya yang saling melaporkan antara kedua belah pihak yang

dianggap telah merugikan pihak para terdakwa, yang mana telah pula

memicu emosional para terdakwa kepada saksi Robby Lasmana dan

kepada saksi Adardam Achyar, SH., MH ;

- Bahwa secara kasat mata setelah melihat rekaman dan foto-foto kejadian

tersebut, jelas terlihat bahwa tindakan para terdakwa telah menggunakan

tenaga yang keras secara bersama-sama bukan hanya memegang rambut

dan menggelitik perut saksi Robby Lasmana sebagaimana dikatakan oleh

terdakwa Dr.Winarno Sarkawi, Sp.OG atau hanya menepis kepala atau pipi

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 123: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

saksi Robby Lasmana sebagaimana yang dikatakan oleh terdakwa Grace

binti Winarno dalam persidangan ;

- Bahwa sebagai referensi, dengan ini disampaikan beberapa putusan HR

yang berkaitan dengan Pasal 49 KUHP, sebagai berikut :

• H.R. tanggal 8 Pebruari 1932 yang menyatakan "suatu perasaan takut

bahwa dirinya akan diserang oleh orang Iain yang bersikap

mengancam, tidak menyebabkan perbuatannya menyerang orang itu

menjadi sah menurut hukum'' ;

• H.R. tanggal 29 Desember 1913 yang menyatakan "membalas

serangan dengan serangan bukanlah tindakan yang bersifat membela

diri" ;

• H.R. tanggal 4 Mei 1936 yang menyatakan "dengan tidak adanya

serangan secara melawan hak ketika itu juga, tidak dibenarkan tentang

adanya suatu pembelaan seperlunya yang diizinkan" ;

Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Bahwa alasan-alasan dan keberatan-keberatan kasasi dari Pemohon

Kasasi (Jaksa/Penuntut Umum) tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex Facti

(Pengadilan Tinggi) telah benar menerapkan hukum ;

Menimbang, bahwa namun demikian putusan Pengadilan Tinggi Jawa

Barat Nomor : 127/PID/2008/PT. Bdg tanggal 22 April 2008 yang membatalkan

putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor : 845/Pid/B/2007/PN.Bdg tanggal 3

Januari 2008 harus diperbaiki yaitu mengenai pidana terhadap terdakwa I (Dr.

Winarno Sarkawi, Sp.OG) dengan pertimbangan sebagai berikut :

• Bahwa apa yang sudah dipertimbangkan oleh Judex Facti (Pengadilan

Negeri) terhadap terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, Sp.OG menurut

pendapat Mahkamah Agung sudah tepat dan benar ;

• Bahwa dengan demikian pertimbangan tersebut diambil alih sebagai

pertimbangan oleh Mahkamah Agung ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata,

putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/

atau undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak dengan

memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi tersebut di atas ;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi/Terdakwa I Dr.

Winarno Sarkawi, Sp.OG dipidana, maka harus dibebani untuk membayar biaya

perkara dalam tingkat kasasi ini ;

Hal. 15 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 124: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Memperhatikan Undang-Undang No.48 Tahun 2009, Undang-Undang

No.8 Tahun 1981 dan Undang-Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana yang

telah diubah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan

lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Jaksa/Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung tersebut ;

Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat No. 127/

PID/2008/PT.Bdg, tanggal 22 April 2008 yang telah membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Bandung Nomor : 845/Pid/B/2007/PN.Bdg tanggal 3 Januari

2008 sehingga berbunyi sebagai berikut :

• Menyatakan terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, Sp.OG., telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan

terang-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekekerasan

terhadap orang ;

• Menjatuhkan pidana kepada terdakwa I Dr. Winarno Sarkawi, Sp.OG.,

oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 bulan ;

• Memerintahkan pidana tersebut tidak usah dijalani kecuali di kemudian

hari dengan putusan Hakim diberikan perintah lain atas alasan bahwa

sebelum masa percobaaan selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan

berakhir bagi terdakwa I ;

• Menyatakan II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan

yang didakwakan ;

• Membebaskan terdakwa II Andreas Suhartoyo dan terdakwa IV Yuniarsih

Herliana dari semua dakwaan (vrijspraak) ;

• Menyatakan terdakwa III Grace binti Winarno terbukti melakukan

perbuatan yang didakwakan tetapi perbuatan tersebut merupakan

pembelaan darurat (noodweer) ;

• Melepaskan terdakwa III Grace binti Winarno dari semua tuntutan hukum

(ontslag van alle rechtsvervolging) ;

• Memulihkan hak para terdakwa II Andreas Suhartoyo, III Grace binti

Winarno, dan terdakwa IV Yuniarsih Herliana dalam kemampuan,

kedudukan dan harkat serta martabatnya ;

• Memerintahkan agar barang bukti berupa :

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 125: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- 1 (satu) buah kemeja merk nautical motif kotak-kotak dikembalikan

kepada saksi 1 Adardam Achyar, SH.,MH ;

- 1 (satu) buah handycam merk Panasonic berikut kaset MDV merk

Panasonic dikembalikan kepada Anthony Sugiharto ;

Membebankan Termohon Kasasi/Terdakwa I tersebut untuk membayar

biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus

Rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah

Agung pada hari Kamis tanggal 04 Februari 2010 oleh Prof. Dr. H.MUCHSIN,

S.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai

Ketua Majelis, Prof. Dr. HM. HAKIM NYAK PHA, S.H.,DEA., dan Prof. Dr.

VALERINE J.L. KRIEKHOFF, S.H.,M.A., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota,

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua

Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh RITA ELSY,

S.H., M.H., Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon Kasasi : Jaksa/

Penuntut Umum dan para terdakwa.

Hakim-Hakim Anggota : K e t u a ,

ttd/.Prof.Dr.HM.HAKIM NYAK PHA,S.H.,DEA.,

ttd/.Prof.Dr. VALERINE J.L. KRIEKHOFF, S.H.,M.A.

Panitera Pengganti ,

ttd/. RITA ELSY, S.H., M.H.

Oleh karena Ketua Majelis/Pembaca III, Prof. Dr. H. Muchsin, S.H., telah

meninggal dunia pada hari Minggu tanggal 4 September 2011, maka putusan

ini ditandatangani oleh Hakim-Hakim Anggota/Pembaca I dan II, Prof. Dr. HM.

HAKIM NYAK PHA, S.H.,DEA., dan Prof.Dr. VALERINE J.L. KRIEKHOFF,

S.H.,M.A.

Jakarta, ...... September 2011

Ketua Muda Perdata,

ATJA SONDJAJA, S.H.

Hal. 17 dari 18 hal. Put. No. 416 K/Pid/2009

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 126: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30276/1/RUDI... · pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tim F

UNTUK SALINANMAHKAMAH AGUNG RI.

a.n. PaniteraPanitera Muda Pidana,

MACMUD RACHIMI, S.H., M.H.NIP. 040 018 310

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18