Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

40
Alamat : Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang- KSB Kode Pos 84355 Email : [email protected] Telp : (0372)-81848 Fax : (0372)-81848 KAN SYAHRUL NOTA Atas Surat K Perihal : Nota p Kepada Yth. Majelis Hakim Pengadil Pemeriksa Perkara Pid Di Sumbawa Besar Dan Yth Jaksa Penuntut Umum Dari Kejaksaan Negeri S Penasehat hukum /advo Advokat SYAHRUL MUS Kelurahan Dalam, Kec.T dan Undang-Undang N tanggal 5 juli 2011, berti Nama lengkap Tempat lahir Umur/Tanggal lahir Jenis Kelamin Kebangsaan Tempat Tinggal Agama Pekerjaan NTOR ADVOKAT/PENGACARA & KONSULTAN HUKUM (LAW OFFICE ) L MUSTOFA,S.H., M.H & ASSO A PEMBELAAN (PLEDOI) AHMAD, S Dakwaan Dalam Perkara : PDM-137/SBSAR/0 DIAJUKAN OLEH : KUASA HUKUM TERDAKWA AHMAD, S.A.g (SYAHRUL MUSTOFA, S.H.,M.H) pembelaan/Pledoi Perkara : PDM- 137/SBSAR Nota Pembelaan (Pledoi) Ahmad, S.Ag lan Negeri Sumbawa Besar dana : PDM-137/SBSAR/05/2011 Sumbawa Besar. okat, Syahrul Mustofa, S.H.,M.H,.,berdomisili STOFA, SH.,MH & Associates, Jl. Ade Irma Taliwang, Telefax (0372)-81848, berdasarkan No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat serta Su indak untuk dan atas nama terdakwa : : Ahmad, S.Ag : Labuhan Lalar : 35 Tahun/08 September 1975 : laki-laki : Indonesia : RT 04 Dusun Bangsal, Desa Lab.Lalar, Ke : Islam : Anggota DPRD Kab.Sumbawa barat (200 Hal 1 OCIATES S.Ag 05/2011 R/05/2011 hukum di Kantor Nasution, RT 05, n Pasal 56 KUHAP urat Kuasa Khusus ec.taliwangKSB 09-2014)

Transcript of Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Page 1: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Alamat : Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang-KSB Kode Pos 84355 Email : [email protected] Telp : (0372)-81848 Fax : (0372)-81848

KANTOR ADVOKAT/PENGACARA

SYAHRUL

NOTA PEMBELAAN (PLEDOI) AHMAD, S.AgAtas Surat Dakwaan Dalam

KUASA HUKUM TERDAKWA

Perihal : Nota pembelaan/Pledoi Perkara :

Kepada Yth.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sumbawa Besar

Pemeriksa Perkara Pidana : PDM

Di Sumbawa Besar

Dan Yth

Jaksa Penuntut Umum

Dari Kejaksaan Negeri Sumbawa Besar

Penasehat hukum /advokat

Advokat SYAHRUL MUSTOFA, SH.,MH & Associates, Jl. Ade Irma Nasution, RT 05,

Kelurahan Dalam, Kec.Taliwang, Telefax (0372)

dan Undang-Undang No.18 Tahun 2003

tanggal 5 juli 2011, bertindak untuk dan

Nama lengkap

Tempat lahir

Umur/Tanggal lahir

Jenis Kelamin

Kebangsaan

Tempat Tinggal

Agama

Pekerjaan

KANTOR ADVOKAT/PENGACARA

& KONSULTAN HUKUM

(LAW OFFICE )

SYAHRUL MUSTOFA,S.H., M.H & ASSOCIATES

NOTA PEMBELAAN (PLEDOI) AHMAD, S.AgAtas Surat Dakwaan Dalam Perkara : PDM-137/SBSAR/05/2011

DIAJUKAN OLEH :

KUASA HUKUM TERDAKWA AHMAD, S.A.g

(SYAHRUL MUSTOFA, S.H.,M.H)

Perihal : Nota pembelaan/Pledoi Perkara : PDM- 137/SBSAR/05/2011

Nota Pembelaan (Pledoi) Ahmad, S.Ag

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sumbawa Besar

Pemeriksa Perkara Pidana : PDM-137/SBSAR/05/2011

Sumbawa Besar.

enasehat hukum /advokat, Syahrul Mustofa, S.H.,M.H,.,berdomisili hukum di Kantor

SYAHRUL MUSTOFA, SH.,MH & Associates, Jl. Ade Irma Nasution, RT 05,

Kelurahan Dalam, Kec.Taliwang, Telefax (0372)-81848, berdasarkan Pasal 56 KUHAP

No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat serta Surat Kuasa

, bertindak untuk dan atas nama terdakwa :

: Ahmad, S.Ag

: Labuhan Lalar

: 35 Tahun/08 September 1975

: laki-laki

: Indonesia

: RT 04 Dusun Bangsal, Desa Lab.Lalar, Kec.taliwangKSB

: Islam

: Anggota DPRD Kab.Sumbawa barat (2009

Hal 1

KANTOR ADVOKAT/PENGACARA

MUSTOFA,S.H., M.H & ASSOCIATES

NOTA PEMBELAAN (PLEDOI) AHMAD, S.Ag 137/SBSAR/05/2011

137/SBSAR/05/2011

.,berdomisili hukum di Kantor

SYAHRUL MUSTOFA, SH.,MH & Associates, Jl. Ade Irma Nasution, RT 05,

berdasarkan Pasal 56 KUHAP

Tentang Advokat serta Surat Kuasa Khusus

RT 04 Dusun Bangsal, Desa Lab.Lalar, Kec.taliwangKSB

: Anggota DPRD Kab.Sumbawa barat (2009-2014)

Page 2: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 2

Sebelum disampaikan pledoi, Marilah terlebih dahulu kita panjatkan puji dan syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya kesempatan, kekuatan dan semangat

kepada kita semua, khususnya kepada Penasehat Hukum untuk menyusun dan

menyampaikan Nota Pembelaan (Pleidooi) bagi Terdakwa AHAMD S.Ag atas Tuntutan

(Requisitoir) Jaksa Penuntut Umum, tertanggal 22 Agustus 2010.

Terima kasih kami sampaikan kepada Mejelis Hakim yang mulia, yang dengan bijaksana

dan penuh kesabaran serta ketelitian, telah memimpin persidangan dalam memeriksa

dan mengadili perkara atas nama Terdakwa AHMAD, S.A.g. Juga terima kasih atas sikap

Majelis Hakim yang tetap menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah (presumption of

innocence), salah satu azas yang menjadi pilar peradilan pidana di Indonesia. Hal

tersebut tercermin dari sikap Majelis yang mulia dengan tetap bersikap “netral” selama

pemeriksaan persidangan dan Majelis Hakim selalu memberikan kesempatan kepada

Jaksa Penuntut Umum maupun Penasehat Hukum untuk memberikan pertanyaan serta

pendapat secara adil dan berimbang.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum yang telah

melaksanakan tugasnya dengan baik, dengan tetap berupaya dan bersikap obyektif tanpa

melupakan posisinya sebagai Jaksa Penuntut Umum.

Sebagaimana diyakini dalam upaya mencari kebenaran materil dan demi keadilan pada

peradilan pidana, bahwa Hakim, Jaksa Penuntut Umum, maupun Penasihat Hukum

mempunyai fungsi yang sama walaupun berlainan posisi. Baik Hakim, Jaksa Penuntut

Umum, dan Penasihat Hukum sama-sama menjalankan fungsi sebagai aktor dalam upaya

menerapkan prinsip-prinsip keadilan dalam peradilan pidana. Sedangkan posisi masing-

masing aktor tersebut berbeda, seperti yang dinyatakan oleh Prof. Dr. M.

Trapman sebagai berikut: ”Bahwa Terdakwa mempunyai pertimbangan subyektif

dalam posisi yang subyektif, Penasihat Hukum mempunyai pertimbangan yang

obyektif dalam posisi yang subyektif, Penuntut Umum mempunyai pertimbangan

yang subyektif dalam posisi yang obyektif, sedangkan Hakim mempunyai

pertimbangan yang obyektif dalam posisi yang obyektif pula.” (Prof. Mr. Van

Bemmelen, Leerboek van Het Nederland Strafprocesrecht, hal. 132, 6e Herziene Druk)

Atas dasar pandangan tersebut di atas, maka jika pandangan kami dalam pembelaan ini

berbeda dari apa yang sudah diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam Surat

Tuntutan, maka ini bukanlah sekedar untuk berbeda saja, melainkan memang sungguh

demikian seharusnya menurut hukum. Dengan demikian, diharapkan apa yang akan

kami sampaikan ini dapat membantu Majelis Hakim yang terhormat untuk memperoleh

segala informasi, pandangan, analisa fakta dan yuridis yang diperlukan untuk mengambil

sebuah putusan yang berkeadilan dan berdasarkan pada kebenaran semata, seperti yang

diikrarkan di awal persidangan ini dilaksanakan, yakni; ”Demi Keadilan Berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”. Semoga Tuhan menolong kita semua.

Yang Mulia Majelis Hakim

Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum

Guna memudahkan pemahaman, Nota Pembelaan (Pleidooi) ini disusun dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, yang berisi latarbelakang peristiwa/perkara.

Page 3: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 3

BAB II : FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN, berisi fakta-fakta yang terungkap dalam

persidangan yang diperoleh melalui keterangan para saksi, termasuk alat-alat bukti lain

seperti Surat, Petunjuk dan keterangan Terdakwa.

BAB III : ANALISA FAKTA PERSIDANGAN, yang berisi analisa atas fakta-fakta hukum

yang terungkap dalam persidangan menyangkut sejauhmana peran atau keterlibatan

Terdakwa berkaitan dengan dakwaan.

BAB IV : TANGGAPAN ATAS TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM,yang berisi

tanggapan umum atas dakwaan dan tuntutan pidana oleh Jaksa Penuntut Umum.

BAB V : ANALISA YURIDIS, yang berisi analisis atas unsur-unsur tindak pidana yang

didakwakan terhadap Terdakwa.

BAB VI : KESIMPULAN, yang berisi kesimpulan akhir pembelaan sekaligus memuat

permohonan kepada Majelis Hakim.

BAB VII : PENUTUP.

Majelis Hakim yang kami muliakan

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Peristiwa

Sebelum kami menguraikan Latar Belakang permasalahan konspirasi politik yang

berbuah perkara hukum.

Kami ingin terlebih dahulu menyampaikan bahwa pada Pemilukada 2010, kasus dugaan

money politik ini telah diajukan oleh pasangan calon AMAN (Andi Azizi Amin dan

Dirmawan) di Mahkamah Konstitusi melalui Kuasa Hukumnya, Ahmar Ihsan, S.H., 2)

Nasrullah, Nasution, S.H., 3) Deviyanti Dwiningsih, S.H., 4) Indra, S.H., dan 5) Ramayanti,

S.H., yang seluruhnya adalah Advokat pada Law Office PRIORITY – Advocates & Legal

Consultants, beralamat di Gedung Persaudaraan Haji Lt. I Ruang 4.01, Jalan Tegalan

Nomor IC, Matraman, Jakarta Timur. dengan registrasi perkara Nomor 6/PHPU.D-

VIII/2010. Bahwa dalam materi gugatannya di MK, salah satu materi gugatan yang

diajukan adalah terkait dengan dugaan money politik yang dilakukan oleh TERDAKWA.

Bahwa Mahkamah Konstitusi, pada hari Senin tanggal 24 Mei tahun 2010, dalam Sidang

Pleno Terbuka untuk umum, ke tujuh Hakim Konstitusi yaitu ; Prof. Moh. Mahfud MD

selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva,

Muhammad Alim, Ahmad Fadlil Sumadi, dan M. Arsyad Sanusi, masing-masing sebagai

Anggota, didampingi oleh Cholidin Nasir sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh

Pemohon/Kuasanya dan Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Dalam

Amar Putusannya MK menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima

(Paket AMAN)/ PILKADA KSB/ PUTUSAN Nomor 6/PHPU.D-VIII/2010

Page 4: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 4

Bahwa dalam Perkara tersebut, saksi Nanang Kosim telah memberikan keteranganya pua

di bawah Sumpah pada persidangan di MK, bahwa Nanang Kosim sebagai Saksi Pemohon

(paket AMAN), sekaligus pendukung paket AMAN. Kesaksian Nanang Kosim dalam

Persidangan Perkara ini (PDM-137/SBSAR/05/2011) sangat penting untuk dapat

dihadirkan Jaksa Penuntut Umum, karena didalam konstruksi materi dakwaan,

kedudukan Saksi Nanang adalah sebagai orang yang mengajak Zainudin, Ibrahim,

Muhiddn, dan Ruslan pergi ke Rumah Terdakwa, dan berdasarkan Surat Dakwaan dan

fakta dipersidangan bahwa Nanang Kosim lah orang yang menerima uang Rp.100.000,-,

(uang tersebut belum diterima oleh Zainuddin, Ibrahim, Muhiddin, dan Ruslan).

Bahwa peritiwa ini berawal dari kegiatan reses yang dilaksanakan oleh Terdakwa, pada

tanggal 17 April 2010. Dalam kegiatan reses tersebut Terdakwa memberikan uang

kepada para peserta reses, masing-masing Rp.20.000/orang. Pada pagi harinya, tanggal

18 April 2010, Sdr. Nanang Kosim, Zainudin, Ibrahim, Muhiddin dan Ruslan mendatangi

rumah Terdakwa, meminta kepada Terdakwa uang kegiatan reses. Kemudian, mereka

pulang, dan diperjalanan mereka bertemu dengan Nasrudin, kemudian uang yang

dipegang oleh Nanang Kosim yang diterima dari Terdakwa dilaporkan oleh Nasrudin

kepada Panwaslukada. Panwaslukada melalui Rahmad Hidayat, kemudian meneruskan

laporan Nasrudin kepada penyidik-kepolisian, atas dugaan pemberian uang sebesar

Rp.20.000,- kepada lima orang tersebut sebagai perbuatan money politik, melanggar

pasal 117 ayat (2) UU.No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah.

Bahwa untuk mencari kebenaran atas perkara ini sangat menarik, sebab jika kita

hubungkan peritistiwa dan para pelaku (penerima uang, yang menyuruh dan mengajak,

serta yang melaporkan terdakwa) adalah seluruhnya para pendukung pasangan AMAN.

Dan dalam Pemilukada 2010, pasangan AMAN telah membentuk Team yang memang

secara khusus untuk mengambil uang dari pasangan LANJUTKAN, dan kemudian mereka

melaporkannya ke Panwaslukada atau ke penyidik-kepolisian.

Bahkan, di dalam berbagai kampanyenya, memang pasangan AMAN telah menyerukan

kepada para pendukungnya untuk mengambil uang dari pasangan atau pendukung

pasangan LANJUTKAN, karena itu ada jargon “ambil saja uang mereka, tapi jangan pilih

mereka”. Jika kita mencermati seluruh rangkaian dan konstruksi peristiwa, maka

nampak ada sebuah skenario politik atau konsiprasi politik yang sengaja dibuat oleh para

pendukung pasangan AMAN, dalam konteks ini adalah saudara Nanang Kosim dan

Nasrudin, karena kedua orang inilah yang memerankan peranan penting dalam peristiwa

perkara ini. Nanang Kosim, dialah yang mengajak ke-empat rekan lainnya untuk

mengabil uang ke Terdakwa dan diapula yang menyampaikan kepada Nasrudin—

keduanya adalah sesama Team Sukses pasangan Aman Desa Labuhan Lalar, dan mereka

pulalah yang melaporkan ke Panwaslukada KSB. Dan yang menerima laporan tersebut

adalah Saudara Rahmat Hidayat, yang diindikasikan kuat saat menjabat selaku anggota

Panwaslukada adalah pendukung pasangan AMAN. alur dan tahapan kegiatan yang

dilakukan oleh Nanang Kosim, Nasrudin dan Rahmad hidayat untuk menjerat Terdakwa

sesungguhnya sangat jelas/terang. Karena itu, sesungguhnya peristiwa perkara ini tidak

lebih dari sebuah skenario drama politik, yang para pelakunya ; penerima uang, pelapor,

para saksi dan seterusnya adalah Team AMAN yang memang dengan sengaja bermaksud

Page 5: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 5

untuk menjerat dan menjbak Terdakwa kedalam pasal 117 ayat (2) UU No.32 tahun

2004.

Majelis Hakim yang kami muliakan

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati

BAB II TENTANG FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN

Bahwa selanjutnya untuk meluruskan fakta-fakta yang sebenarnya telah terungkap

dalam persidangan, dan guna menghancurkan skenario yang direkayasa secara

sistematis, yang tidak lain dimaksudkan untuk menggiring opini Majelis Hakim Yang

Mulia, agar seolah-olah suatu Tindak Pidana telah terjadi dan Terdakwalah yang bersalah

melakukannya, maka dengan tetap berpijak dalam semangat Keadilan berdasarkan

Kebenaran (Spirit of Justice) serta dengan mengingat adagium : “LEBIH BAIK

MELEPASKAN SEPULUH ORANG YANG BERSALAH DARIPADA MENGHUKUM SATU ORANG

YANG TIDAK BERSALAH”, maka selanjutnya kami akan menyampaikan fakta-fakta yang

terungkap dalam persidangan selama berlangsungnya pemeriksaan perkara ini secara

lengkap.

Bahwa di dalam persidangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap Para Saksi,

Terdakwa AHMAD S.Ag. dan barang bukti berupa surat-surat/dokumen-dokumen,

diperoleh Fakta-fakta Persidangan sebagai berikut :

II.1. KETERANGAN SAKSI-SAKSI :

Saksi-Saksi de change

1. Rahmat Hidayat, S.Pd (panwaslukada KSB) menerangkan di bawah sumpah

hal-hal sebagai berikut:

- Bahwa Saksi mengenal terdakwa;

- Bahwa Saksi tidak memiliki hubungan keluarga dan hubungan kerja dengan

Terdakwa ;

- Bahwa pada tahun 2010. Saksi adalah sebagai anggota Panwaslukada KSB, dan

saksi menerima laporan dari Saudara Nasrudin tentang adanya dugaan

laporan tindak pidana pilkada (money politik) yang telah dilakukan oleh

Terdakwa

- Bahwa berdasarkan laporan saksi kemudian meneruskan laporan tersebut

dan melimpahkan kepenyidik (Polres KSB).

- Bahwa landasan untuk meneruskan laporan Nasrudin ke kepolisian karena

melaksanakan tugas dan fungsi Panwaslu Pilkada 2010

- Bahwa setelah lebih dari 1 tahun, ternyata Saksi baru mengetahui

(dipersidangan) kasus yang dilaporkan Nasrudin yang telah diteruskan

Panwaslukada akhirnya disidangkan di PN Sumbawa besar dan Sdr.Ahmad,

S.Ag menjadi terdakwa

- Bahwa saksi berharap kasus ini untuk tidak diteruskan (disidangkan) karena

masalahnya telah selesai dan kondisi sudah kondusif

Page 6: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 6

- Bahwa saksi khawatir jika diteruskan (dilanjutkan) proses persidangan, dapat

memicu terjadinya konflik sosial, sementara keadaan sekarang telah damai

(kondusif)

- Bahwa saksi mengakui dan membenarkan barang bukti yang ditunjukkan JPU

(daftar hadir reses) yang telah ditandatanganinya.

Tanggapan Terdakwa :

- Bahwa terdakwa tidak pernah dipanggil oleh Panwaslukada KSB untuk

dimintai keterangannya dan atau diminta klarfikasi atas laporan yang telah

disampaikan oleh Nasrudin terkait dengan penyerahan uang Rp.100.000,-

- Bahwa Panwaslukada juga tidak pernah mencoba untuk memfasilitasi adanya

pertemuan antara Terdakwa dengan pelapor (Nasrudin) terkait laporan

tersebut;

2. SAKSI NASRUDIN, Saksi menerangkan di bawah sumpah hal-hal sebagai berikut :

- Bahwa saksi mengenal terdakwa, saksi adalah berasal dari satu kampung, dan

masih memiliki hubungan keluarga dengan terdakwa namun jauh.

- Bahwa saksi bertemu dengan Nanang Kosim dan para saksi (5 orang)

- Bahwa uang sebesar Rp.100.000,- dipegang oleh Nanang Kosim.

- Bahwa saksi mengambil uang Rp.100.000,- tersebut dari Nanang Kosim.

- Bahwa saksi kemudian melaporkan kepada Panwaslukada hari itu.

- Bahwa saksi mengaku tidak mengetahui sumber dan peruntukan uang apa

(reses) yang diberikan oleh Terdakwa;

- Bahwa saksi berharap proses ini tidak ditindakluji dalam proses persidangan

karena masalah tersebut telah selesai

- Bahwa saksi mengakui dan membenarkan barang bukti yang ditunjukkan JPU

(daftar hadir reses) yang telah ditandatanganinya.

3. SAKSI MUHIDIN

- Bahwa saksi mengaku mengenal terdakwa

- Bahwa uang yang diterima saksi Rp.100.000,- uang tersebut diterima dan

dipegang oleh Nanang Kosim, dan saksi belum menggunakan atau

membelanjakan uang tersebut

- Bahwa uang sebesar Rp.20.000, belum dipecah-pecah, karena sepulang dari

rumah terdakwa dihadang dan diambil oleh nasrudin

- Bahwa sebelumnya saksi pernah menerima uang Rp.20.000, terdakwa

memang memberikan uang kepada para pendukungnya setiap 4 bulan sekali

dan Terdakwa memang sering membagikan uang kepada pendukungnya

(termasuk saksi), bukan pada saat menjelang pilkada, saksi sebelumnya

(muhiidin) pernah meminta dan menerima uang sebanyak 2 kali dari

terdakwa dan kalau ada kesulitan meminta bantuan kepada Terdakwa

- Bahwa pada pemilu legislatif (DPRD) 2009 saksi adalah pendukung Terdakwa

dan merupakan anggota Partai Demokrat Desa Labuhan lalar.

Page 7: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 7

- Bahwa pada Pemilukada 2010, saksi telah mendukung dan memilih pasangan

AMAN dan dalam proses pemilihan saksi sama sekali tidak terpengaruh

dengan adanya pemberian uang dari terdakwa, pada hari pencoblosan tetap

memilih pasangan AMAN, dan suara sah dan Terdakwa tidak pernah

memerintahkan, membujuk dan memaksa kepada para

pendukung/anggotanya untuk memilih pasangan LANJUTKAN.

- Bahwa Pemberian uang yang dilakukan oleh Terdakwa adalah untuk

memenuhi janji ketika pemilu dewan/DPRD 2009, Terdakwa berjanji kepada

pendukungnya “jika terpilih akan memberikan gaji atau bantuan kepada

pendukungnya’.

- Bahwa Saksi adalah sebagai pendukung Terdakwa, dan anggota Partai

Demokrat dan saat Pilkada 2010 memilih pasangan AMAN atau berbeda

pilihan dengan Terdakwa, Terdakwa menyerahkan sepenuhnya pilihan

kepada pendukunya;

- Bahwa uang yang diberikan dari Terdakwa sangat membantu atau menolong

saksi dan saksi serta para pendukung lainnya bangga karena ada anggota

DPRD yang memiliki perhatian kepada pendukungnya dan saksi berharap

Terdakwa untuk menepati janjinya dan meminta untuk tetap terus

memperhatikan pendukungnya/memberikan bantuan.

- Bahwa saksi mengakui dan membenarkan barang bukti yang ditunjukkan JPU

(daftar hadir reses) yang telah ditandatanganinya.

4. SAKSI ZAINUDIN

Saksi zainudin menerangkan di bawah sumpah hal-hal sebagai berikut:

- Bahwa saksi mengenal terdakwa, tidak memiliki hubungan keluarga atau

kerja dan mengaku bahwa pada pemilihan legislatif 2009 mendukung

Ahmad, S.Ag.

- Saksi mengaku datang ke Rumah Terdakwa pada pagi hari, sekitar jam 09.00

Wita, sepulang dari melaut, saat itu Saksi diajak oleh Sdr.Nanang,

memberitahukan bahwa tadi malam ada acara reses/pertemuan anggota

DPRD, dan masing-masing orang yang hadir diberikan uang oleh terdakwa.

- Saksi datang ke rumah terdakwa bersama teman-teman dan bertemu dengan

Terdakwa, kemudian Terdakwa memberikan uang sebesar Rp.100.000,-

- Uang tersebut kemudian diterima oleh sdr. Nanang sebesar Rp.100.000,- dan

dipegang langsung oleh Sdr.Nanang;

- Saksi mengaku Terdakwa hanya mengatakan “ini ada uang sedikit untuk

sekedar membeli rokok”.

- Kemudian sanksi bersama teman-teman lainnya pulang, dan ditengah jalan

bertemu dengan Sdr. Nasrudin, kemudian Sdr.Nasrudin mengambil uang

Rp.100.000,- dengan mengatakan uang ini uang money politik.

- Bahwa uang itu belum sempat dipegang atau digunakan oleh Saksi, tapi

sudah diambil oleh Sdr.Nasrudin, dan saat itu dia mengatakan akan

melaporkan ke Panwas.

Page 8: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 8

- Saksi mengaku, bahwa pemberian yang seperti itu, sudah sering dilakukan

oleh Terdakwa, bukan hanya pada saat masa Pilkada, atau sekarang, tetapi

sudah dilakukan sebelumnya;

- Saksi mengaku tidak pernah disuruh atau dipaksa atau dijanjikan untuk

memilih pasangan calon tertentu oleh Terdakwa;

- Saksi mengaku sangat bersyukur dan berterima kasih atas pemberian uang

yang dilakukan oleh Terdakwa, dan mengaku bangga memiliki anggota DPRD

seperti itu;

- Saksi mengaku sudah 3 kali memperoleh bantuan dari Terdakwa, dan

biasanya bantuan itu diberikan setiap 4 bulan sekali;

- Saksi mengaku pernah dibantu diluar acara reses (pada bulan yang lain) saat

itu Saksi datang langsung meminta kepada Terdakwa untuk meminta

bantuan karena anaknya sakit, dan saat itu saksi dibantu pula dana dari

terdakwa;

- Saksi mengaku jika kesulitan (uang) Saksi biasanya datang langsung ke

Terdakwa, karena seringkali Terdakwa bisa membantu, dan karena

Terdakwa pernah berjanji kepada Saksi, “jika terpilih menjadi anggota DPRD

akan memberikan sebagian gaji/bantuan kepada pemilihnya”, makanya,

menurut pengakuan Saksi, minta duit atau bantuan kepada Terdakwa adalah

hal yang biasa dilakukan.

- Saksi tidak merasa keberatan atau mengalami tekanan atau keadaan lainnya

karena dengan adanya pemberian uang tersebut, sebab soal pilihan siapa

yang didukung Saksi mengaku menjadi haknya, dan tidak terpengaruh

dengan uang yang diberikan;

- Bahwa pada saat pencoblosan, Saksi tidak pernah disuruh memilih calon

AMAN atau LANJUTKAN, dan sama sekali uang yang diberikan tersebut tidak

mempengaruhi pemilih atau Terdakwa mempengaruhi pemilih, pada saat

hari pencoblosan, Saksi mengaku secara bebas menentukan pilihannya, dan

saat itu tetap memilih paket AMAN. Dan suara yang dicoblos itu sah atau

tidak rusak.

- Bahwa saksi mengakui dan membenarkan barang bukti yang ditunjukkan JPU

(daftar hadir reses) yang telah ditandatanganinya.

5. SAKSI IBRAHIM

- Saksi tidak bisa menggunakan dan memahami bahasa Indonesia, Saksi hanya

mengetahui dan menggunakan bahasa Mbajo.

- Saksi mengaku sangat terbantu dengan adanya pemberian uang dari

terdakwa dan merasa bangga dengan Terdakwa yang sudah

memperhatikannya.

- Bahwa saksi mengakui dan membenarkan barang bukti yang ditunjukkan

JPU (daftar hadir reses) yang telah ditandatanganinya.

Saksi-Saksi a decharge

Page 9: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 9

1. Akherudin, SE.MM (Anggota DPRD KSB, 2009-2014, umur 28 tahun, di

periksa pada hari kamis, tanggal 4 Agustus 2011)

Saksi Akherudin menerangkan di bawah sumpah hal-hal sebagai berikut :

- Bahwa saksi mengenal terdakwa, dan sama-sama sebagai anggota DPRD KSB,

namun berbeda partai politik dan berbeda daerah pemilihan, saksi adalah berasal

dari Daerah pemilihan I (Seteluk, Brang rea dan Brang ene), sedangkan terdakwa

adalah daerah pemilihan I (Taliwang);

- Bahwa saksi mengetahui perkara Terdakwa dari media jika terdakwa dituduh

melakukan money politic.

- Bahwa kejadiaan dugaan money politic tersebut disaat semua anggota DPRD KSB

melakukan reses dan saat itu memang bertepatan dengan situasi Pemilihan

bupati KSB 2010.

- Bahwa pelaksaan reses DPRD adalah sesuai dengan agenda kerja, pada bulan

April 2010, tepatnya pada tanggal 17 April 2010, (6 hari kerja)seluruh anggota

DPRD KSB, melakukan reses. Kegiatan reses ini adalah merupakan kegiatan rutin

tahunan DPRD yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam satu tahun, tujuan reses

ini adalah untuk menyerap aspirasi masyarakat, termasuk menyerap berbagai

permasalahan ekonomi, sosial, politik yang berkembang di daerah khususnya

adalah di daerah pemilihan masing-masing anggota DPRD.

- Bahwa dalam kegiatan reses, anggota DPRD diberikan dana oleh pemerintah

daerah, besarnya biaya reses ditentukan dalam rapat paripurna DPRD dalam

pembahasan APBD dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan,

alokasi dana reses diberikan/tercantum dalam APBD dan dana itu untuk

menyelenggarakan kegiatan seperti; pertemuan/diskusi dan atau kegiatan

lainnya. Perincian penggunaan dana reses antaralain adalah untuk pembelian

konsumsi, biaya transportasi peserta reses, administrasi dan biaya lainnya.

- Bahwa dana/biaya reses yang telah diberikan oleh anggota DPRD melalui

sekretariat DPRD untuk melakukan reses dikelola langsung oleh DPRD, dan

mengenai besarnya jumlah untuk biaya transportasi maupun konsumsi peserta

pertemuan diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing anggota DPRD dari

masing-masing daerah pemilihan;

- Bahwa dalam reses tahun 2010, saksi selaku anggota DPRD melakukan hal yang

sama dengan Terdakwa; memberikan uang kepada peserta reses (dapil I),

besarnya uang yang diberikan beragam; ada yang Rp.20.000,-, Rp.25,000,- bahkan

ada yang menerima sebesar Rp.100.000/orang, hal ini tergantung dari penilaian

masing-masing anggota, biasanya adalah tergantung dari peran dan dedikasi

masing-masing konstituen pada saat pemilihan umum (Pileg) tahun 2009; jika

konstituen adalah team inti atau utama saat PILEG, maka diberikan uang lebih

besar jika dibandingkan dengan konstituen lainnya pada reses itu;

- Bahwa jumlah peserta reses adalah sebanyak 50 orang/pertemuan, dan setiap

peserta reses menandatangani daftar hadir, termasuk adalah tanda tangan

penerimaan uang. Karena setiap anggota DPRD diwajibkan untuk memberikan

laporan kepada pimpinan DPRD atas kegiatan reses, termasuk penggunaan dana

reses, karena itu setiap peserta yang hadir diminta untuk menandatangi daftar

hadir.

Page 10: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 10

- Bahwa pemberian uang kepada peserta reses adalah hal yang biasa dan memang

lazim bahkan harus diberikan kepada peserta reses; karena memang ketentuan

pengaturan penggunaan dana reses demikian; untuk konsumsi, dan transportasi

peserta.

- Bahwa pada masa reses bulan April 2010, karena situasinya dan kondisi daerah

sedang hiruk pikuk pilkada, dan saat reses dilakukan bertepatan pula masa

kampanye, fakta dilapangan banyak pula peserta reses yang akhirnya bertanya

soal pilihan politiknya, mendukung paket cabup dan wabub pasangan AMAN atau

cabup dan cwabup paket pasangan LANJUTKAN. Dan selaku anggota DPRD, Saksi

memberikan gambaran masing-masing calon, soal pilihan siapa calon yang akan

dipilih oleh konstituen, menurut saksi tergantung dari pilihan masing-masing

konstituen;

- Bahwa berdasakan pengakuan dan keterangan saksi, bahwa pemberian uang

kepada konstituen tersebut dilakukan sebagai wujud dari komitmen politik dan

sosial Saksi selaku anggota DPRD kepada konstituen, hal yang sama juga

dilakukan oleh anggota DPRD lainnya karena telah terpilih sebagai anggota

DPRD, uang tersebut lebih kepada uang apresiasi (Penghargaan/terima kasih)

kepada para pemilih dan secara umum justeru konstituen sangat mengharapkan

kegiatan tersebut;

- Bahwa saksi tidak mengetahui kegiatan reses yang dilakukan oleh Terdakwa,

karena Daerah Pemilihannya berbeda, dan saksi baru mengetahui Sdr Ahmad,

S.Ag, menjadi terdakwa setelah adanya pemberitaan di media massa, bahwa

Terdakwa melakukan praktek money politik.

- Bahwa saksi menduga bahwa mungkin pihak pelapor telah keliru melaporkan

Sdr.terdakwa karena pada bulan dan hari itu (April) adalah kegiatan reses

anggota DPRD KSB.

- Bahwa saksi tidak mengakui jika pertanyaan/ tuntutan jaksa mengatakan bahwa

kegiatan reses anggota DPRD yang dilakukan pada tanggal 17 April 2010 bukan

merupakan kegiatan reses anggota DPRD karena bukti sesuai diajukan jaksa

daftar hadir tersebut adalah kegiatan reses.

2. Dedi Damhudi (swasta, notulensi pada saat reses DPRD, diperiksa pada hari

kamis, tanggal 4 Agustus 2011), Saksi menerangkan di bawah sumpah hal-hal

sebagai berikut :

- Bahwa Saksi mengenal mengenal terdakwa, Saksi adalah sebagai Sekretaris DPD

Partai Demokrat KSB, dan sebagai Notulensi sekaligus Moderator pada acara

pertemuan reses Terdakwa dengan konstituennya di desa Labuhan lalar, dan

acara pertemuan tersebut dilaksanakan secara terbuka di halaman rumah

terdakwa;

- Bahwa saksi mengaku telah mengundang warga masyarakat (pengurus dan

konstituen partai demokrat) yang ada di masing-masing wilayah/dusun di

labuhan lalar, dan pada saat kegiatan reses berlangsung, Saksi mengaku sebagai

Notulensi sekaligus moderator acara reses;

- Bahwa pada awal pembukaan acara reses, Saksi selaku moderator telah

menegaskan kepada para peserta reses, bahwa kegiatan ini bukan merupakan

Page 11: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 11

kegiatan kampanye melainkan adalah kegiatan reses, peserta bebas untuk

menyampaikan berbagai permasalahan/keluhannya dalam rapat ini, dan

kegiatan ini bersifat terbuka ;

- Bahwa Saksi mengaku bahwa selama proses kegiatan pertemuan tidak ada

satupun materi dan ataupun ucapan yang disampaikan Terdakwa untuk

menyuruh atau memerintahkan kepada peserta untuk memilih pasangan calon

tertentu, dan atau memerintahkan kepada peserta untuk tidak menggunakan hak

pilihnya, bahkan dalam acara tersebut, saksi selaku moderator dan terdakwa

selaku pembicara beberapa kali menegaskan kepada peserta, bahwa “jangan

dikaitkan kegiatan ini dengan pilkada, ini adalah kegiatan reses “ untuk terkait

dengan pemilihan kepala daerah, kami menyerahkan sepenuhnya kepada para

konstituen.

- Bahwa ternyata dalam acara dialog tersebut, sejumlah keluhan dan usulan

peserta muncul diantaranya adalah ; terkait dengan nelayan yang kesulitan untuk

melakukan tangkapan ikan dan membutuhkan dukungan bantuan untuk nelayan,

usulan para pedagang, perbaikan jalan dan sebagainya yang kemudian ditanggapi

oleh Terdakwa berjanji untuk mengakomodir dan berusaha untuk

memperjuangkan aspirasi warga labuan lalar tersebut

- Bahwa setelah selesai acara, saksi selaku moderator kemudian memberikan

daftar hadir kepada para peserta dan meminta kepada para peserta untuk

mengisi daftar hadir dengan cara memanggil per 5 orang;

- Bahwa 5 orang yang dipanggil tersebut kemudian diberikan uang sebesar

Rp.100.000,- untuk 5 orang dan uang itu dimasukkan kedalam amplop, karena

saat itu tidak ada uang pecahan Rp.20.000,- maka dilakukan per 5 orang

(Rp.100.000 untuk 5 orang), dan kemudian secara bebas mereka diminta oleh

saksi untuk mengisi daftar hadir yang telah disediakan oleh panitia/moderator,

dan dalam pengisasiannya tidak mesti dilakukan secara berurutan;

- Bahwa pada saat pemberian uang tersebut, Saksi mempertegas kepada para

peserta/penerima uang bahwa “Uang ini bukan uang sogokan atau uang untuk

mendukung salah satu pasangan calon, melainkan uang ini adalah uang reses,

uang sebagai pengganti transportasi dan konsumsi bagi bapak-bapak yang telah

hadir, karena kami tidak menyediakan konsumsi, maka inilah penggantinya”.

- Bahwa pada esok harinya, Saksi tidak mengetahui jika 5 orang saksi (Nanang,

Zainudin, Ibrahim, Muhidin, dan Ruslan) datang ke rumah Terdakwa, menurut

Saksi biasanya kalau ada kegiatan reses warga labuhan lalar yang tahu ada reses

dan bila tidak hadir malam harinya, terlebih lagi pemiih terdakwa,maka mereka

hadir esoknya atau lusa;

- Bahwa saksi mengaku bahwa pada malam acara reses peserta yang hadir dan

menandatangi daftar hadir lebih dari 37 orang, dan mereka semuanya telah

menerima uang dari Terdakwa;

- Bahwa saksi tidak mengetahui jika ada 5 orang, esok paginya datang ke rumah

terdakwa dan Terdakwa memberikan uang Rp.100.000,- untuk 5 orang. Namun,

saksi mengetahui bahwa ke 5 orang tersebut adalah merupakan pendukung dari

Terdakwa;

- Bahwa kelima orang pendukung tersebut diketahui oleh saksi adalah pada saat

pemilihan legislatif, dan cara mengetahuinya adalah dari daptar pemilih,

Page 12: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 12

proyeksi hasil dan pengakuan mereka setelah melakukan pencoblosan pada pileg

2009, antara prediksi dengan fakta ternyata sesuai, dan hal itu diperkuat dengan

pengakuan ke 5 orang saksi yang menerima uang setelah proses pemilihan

legislatif 2009, mereka mengatakan dan mengaku secara terbuka telah memilih

Terdakwa;

- Bahwa menrut saksi, terdakwa pada saat Pileg 2009 berjanji akan memberikan

yang kepada konstituen yang telah memilihnya;

- Bahwa menurut Saksi, pemberian uang oleh Terdakwa bukan hanya dilakukan

pada saat Pilkada, melainkan pula pada waktu-waktu lain, dan biasanya

masyarakat yang meminta bantuan (uang) tersebut langsung mendatangi

Terdakwa;

- Bahwa untuk memenuhi janji atau komitmen dengan konstituen itulah, menurut

Saksi Terdakwa beberapa kali telah memberikan uang kepada konstituennya.

3. ISMAIL, Saksi menerangkan di bawah sumpah hal-hal sebagai berikut :

- Bahwa saksi adalah sebagai peserta pertemuan (reses) yang dilaksanakan pada

malam hari tanggal 17 april 2010, dan mengikuti reses sampai akhir, serta

menerima uang sebesar Rp.20.000,- dari terdakwa yang disampaikan melalui

Moderator dan Saksi menandatangani daftar hadir penerimaan uang reses.

- Bahwa selama proses reses berlangsung, saksi mengaku tidak pernah melihat

dan mendengar secara langsung dari terdakwa untuk menyuruh, memerintahkan

atau membujuk peserta reses untuk memlih pasangan calon tertentu atau tidak

menggunakan hak pilih dalam pilkada 2010. Saksi juga mengaku, tidak pernah

Terdakwa pada saat pertemuan maupun selesai pertemuan menyuruh atau

menjanjikan Saksi untuk memilih pasangan calon tertentu, soal pilihan calon

Bupati/wakil bupati sepenuhnya diserahkan ke saya (saksi)

- Bahwa benar, terdakwa pada pemilu legislatif 2009, telah berjanji kepada

pemilihnya, termasuk kepada Saksi, bahwa jika terdakwa terpilih, maka terdakwa

akan memberikan sebagian gajinya atau penghasilannya kepada konstituennya.

- Bahwa benar, terdakwa memang seringkali memberikan uang kepada

pemilihnya, bahkan kepada saksi, beberapa kali menerima bantuan/pemberian

uang dari Sdr.terdakwa;

- Bahwa pemberian uang yang diberikan oleh Terdakwa dilakukan bukan hanya

pada saat sekarang (pilkada 2010), tetapi sebelum pilkada terdakwa juga

memberikan uang kepada Saksi, sudah 3 kali Saksi menerima uang pemberian

dari terdakwa, dan jika ada keperluan Saksi datang meminta uang kepada

Terdakwa;

- Bahwa saksi sangat bangga dan berterima kasih, ada anggota dprd yang

memperhatikan konstituennya (memberikan duit), dan Saksi berharap semua

anggota DPRD seperti Terdakwa;

- Bahwa saksi mengaku setiap 4 atau 3 bulan sekali, biasanya terdakwa

memberikan yang kepada konstituenya (uang reses), bahkan jika tidak ada

resespun terkadang terdakwa memberikan bantuan kepada saksi dan konstutuen

lainnya.

Page 13: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 13

II.2. KETERANGAN TERDAKWA :

AHMAD, S.Ag (35 tahun, di periksa pada hari Kamis, 4 Agustus 2011)

Terdakwa menerangkan hal-hal sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa mengaku tidak pernah dipanggil oleh Panwas Pilkada untuk

dimintai keterangan atau dimintai tanggapan/klaifikasi atas laporan yang telah

disampaikan oleh Sdr. Nasrudin kepada Panwas pilkada. Begitupun dengan pihak

kepolisian dan Kejaksaaan.

- Bahwa Terdakwa mengaku sempat kaget/terkejut, ternyata kasus yang

dilaporkan oleh Nasrudin telah terpublikasi di media massa, dan dari situlah

Terdakwa baru mengetahui bahwa ada permasalahan terkait dengan pemberian

uang reses.

- Bahwa terdakwa mengakui bahwa pada Pileg 2009 Terdakwa pernah berjanji

kepada konstituennya/pendukungnya “apabila terpilih menjadi anggota DPRD

dalam pemilu 2009 akan memberikan sebagian gaji atau uang kepada para

pendukung”.

- Bahwa Terdakwa mengaku telah beberapa kali memberikan uang kepada para

pendukungnya dan pemberian uang tersebut dilakukan bukan hanya pada saat

pilkada (reses masa pilkada) melainkan pula reses-reses sebelumnya, bahkan

tidak ada resespun kalau ada konstituen yang meminta bantuan akan diberikan

oleh Terdakwa jika Terdakwa memiliki dana bantuan ke konstituen.

- Bahwa tidak benar, jika terdakwa memerintahkan, menjanjikan dan atau

melakukan perbuatan lainnya kepada konstiuen untuk tidak menggunakan hak

pilihnya dan atau memilih pasangan calon tertentu;

- Bahwa benar jika Terdakwa mengatakan bahwa “ini ada sedikit uang untuk

membeli rokok” kepada para saksi, namun bukan memerintahkan atau menyuruh

para saksi untuk memilih pasangan calon tertetu;

- Bahwa uang yang diberikan oleh terdakwa semata-mata diniatkan untuk

membantu para konstituen sekaligus sebagai bentuk ucapan terima kasih atau

penghargaan kepada konstituen yang telah memilih pada saat pileg 2009;

- Bahwa uang tersebut adalah merupakan uang reses, yang memang harus

diberikan kepada setiap peserta reses yyang hadir, baik pada malam hari maupun

siang hari (6 hari kerja reses) sampai jumlah peserta 50 orang ;

- Bahwa memang benar, para saksi (Zainudin, Muhidin, Ibrahim, Nanang, Muhidin,

Ruslan) tidak hadir pada acara malan reses, dan mereka datang pada pagi hari ke

rumah kediaman terdakwa, dan Terdakwa , dan karena Terdakwa telah hadir,

maka Terdakwa kemudian memberikan uang tersebut kepada mereka sebesar

Rp.100.000,-

- Bahwa memang benar uang Rp.100.000,- tersebut diberikan oleh satu orang,

diterima dan dipegang langsung oleh Sdr.Nanang, untuk kemudian dibagi-

bagikan kepada Zainudin, Muhidin, Ibrahim, Muhidin, dan Ruslan;

- Bahwa ternyata, Nasrudin kemudian mengambil uang itu dari Nanang dan

melaporkan Terdakwa ke Panwas;

Page 14: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 14

- Bahwa memang benar Nasrudin maupun nanang dan ke 5 prang lainnya adalah

sebagai pendukung terdakwa dalam Pileg 2009, dan mereka pada saat Pilkada

2010, memilih pilihan yang berbeda;

- Bahwa terdakwa menghargai perbedaan tersebut,namun karena para saksi dan

pelapor adalah masih merupakan bagian dari terdakwa (penduung terdakwa),

maka terdakwa hanya memberikan pandangan “daripada suara sia-sia lebih baik

bergabung saja”. Namun, itu tidak ada paksaaan kepada para pemilih,

sepenuhnya pilihan ada di mereka;

- Bahwa sejak menjadi Anggota DPRD, Terdakwa beberapa kali didatangi oleh

konstituen yang meminta bantuan, dan Terdakwa telah memberikan bantuan

kepada konstituen, bukan hanya setiap 3 bulan sekali atau 4 bulan sekali, tetapi

jika ada warga pendukung yang membutuhkan, akan dibantu oleh Terdakwa;

- Bahwa pemberian uang kepada Zainudin Muhidin, Ibrahim, Nanang, Muhidin, dan

Ruslan bukan hanya saat ini (pilkada-reses) tetapi sebelum-sebelumnya juga

pernah dilakukan sebelumnya karena mereka adalah pendukung Terdakwa, dan

sebagai wujud dan bukti saat janji Pileg 2009 “jika terpilih akan memberikan

sebagian gaji kepada konstituen” maka komitmen dan janji tersebut diwujudkan

dengan cara memberikan bantuan kepada para pendukung;

- Bahwa kegiatan reses ini merupakan agenda rutin tahunan DPRD yang

dilaksanakan setiap 4 bulan sekali (dalam satu tahun 3 kali reses) dan dalam

kegiatan tersebut mengundang peserta/masyarakat yang berada di desa labuhan

lalar.

- Bahwa, terdakwa mengakui bahwa reses yang dilaksanakan pada tanggal 17 april

2010, dilaksanakan secara terbuka dan mengundang warga desa labuhan lalar

dan seluruh peserta reses menerima uang tersebut;

- Bahwa selama proses pilkada hingga pencoblosan suara, terdakwa tidak pernah

memaksa atau menjanjikan kepada pemilih untuk memilih pasangan calon

tertentu dan atau membuat surat suara menjadi tidak sah;

- Bahwa terdakwa mengakui bahwa pada tanggal 17 April 2010 (malam hari)

terdakwa telah melaksanakan pertemuan reses di halaman rumah terdakwa

secara terbuka, dan Terdakwa mengakui bahwa bukti surat daftar hadir yang

diajukan oleh JPU adalah merupakan Bukti kegiatan reses.

II.3. BARANG BUKTI

• Bahwa dalam persidangan JPU telah mengajukan barang bukti berupa ; 1 (satu)

lembar uang kertas sebesar Rp.100.000 (seratus ribu rupiah) dan 2 (dua) lembar

foto kopi daftar hadir reses anggota DPRD Kabupaten Sumbawa Barat tertanggal

17 April 2011 Desa labuhan lalar Kabupaten Sumbawa Barat

• Bahwa dari barang bukti yang diajukan oleh JPU tersebut memperlihatkan dan

semakin memperjelas bukti bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh Terdakwa

adalah merupakan kegiatan reses anggota DPRD KSB.

• Bahwa Para saksi juga membenarkan bahwa Terdakwa melaksankan pertemuan

reses dan tanda tangan dalam daftar hadir yang mereka tandatangani adalah

merupakan tanda tangan mereka. Dari keterangan dan pemeriksaan para saksi

Page 15: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 15

maupun Terdakwa diketahui pula bahwa pelaksanaan reses dilaksanakan pada

tanggal 17 April 2011.

• Bahwa merujuk pada barang bukti yang diajukan JPU dipersidangan, maka waktu

kejadian atau tempus delicti perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa adalah

pada tanggal 17 april 2011, bukan tanggal 23 April 2010 sebagaimana dalam

Surat Dakwaan maupun Surat Tuntutan.

• Bahwa berdasarkan Surat keputusan Komisi pemilihan Umum Kabupaten

sumbawa Barat pada tanggal 17 April 2011 adalah waktu pelaksaan kampanye

pasangan LANJUTKAN

III.1 ANALISA FAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim yang kami muliakan

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati

Bahwa ketentuan yang membatasi sidang pengadilan pidana dalam usaha mencari dan

mempertahankan kebenaran, baik hakim, jaksa penuntut umum, dan penasehat hukum,

semuanya terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan oleh

undang-undang. Untuk mencari kebenaran tersebut, tentu alat bukti haruslah diuji

terlebih dahulu dengan cara dan dengan kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap

alat bukti yang ditemukan. Dari fakta persidangan yang terungkap sampailah kini kami

menyampaikan analisa terhadap fakta terungkap tersebut.

1. Pelapor ke Panwaslukada (saksi nasrudin) adalah pendukung AMAN, dan saksi

tidak mengetahui sumber maupun peruntukkan uang yang diberikan oleh

terdakwa bahwa sesungguhnya uang tersebut adalah uang reses anggota DPRD

KSB.

Analisa ; saksi nasrudin tidak melihat secara langsung, terdakwa memberikan uang,

saksi juga tidak menghadiri acara reses DPRD di desa Labuhan Lalar. Saat itu, situasi

pilkada (2010) smemang sedang memanas, Nasrudin telah diberikan mandat oleh Team

AMAN selaku Team pemenang paket AMAN di Desa Labuhan Lalar, saksi kemudian

bertemu dengan Muhiddin, Zainudin, Ibrahim, Nanang Kosim di Pasar Ds. Labuhan

Lalar, mereka semuanyaadalah merupakan pendukung paket AMAN. Saksi mengetahui

Terdakwa memberikan uang Rp.100.000,- dari Nanang Kosim yang saat itu bersama

dengan Muhiddin, Zainuddin, ibrahim. Dalam pemeriksaan dipersidangan, Saksi tidak

mengetahui bahwa uang yang diberikan Terdakwa adalah sesungguhnya uang reses,

karena saat itu saksi langsung melaporkan kepada Panwaslukada karena

berasumsi/menduga bahwa uang yang diberikan kepada Terdakwa sebesar Rp.100.000,-

adalah uang money politik, Saksi juga tidak pernah menanyakan sebelumnya/melakukan

klarifikasi kepada TERDAKWA, Saksi hanya menduga bahwa uang yang diberikan

Terdakwa kepada Nanang Kosim dan rekan-rekan adalah sebagai bentuk money politik.

Dan setelah proses pilkada selesai dan pemeriksaan dipersidangan saksi mengetahui

bahwa sesungguhnya uang Rp.100.000,- adalah uang reses anggota DPRD. Saksi

menerangkan bahwa kasus dugaan money politik yang dilakukan Terdakwa sudah

selesai dan menyadari serta berharap kasus ini/persidangan ini untuk tidak

Page 16: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 16

ditindaklanjuti karena ditingkat masyarakat/Desa Labuhan lalar telah

menerima/memahami kasus ini.

2. Panwaslukada (Saksi Rahmat Hidayat, S.pd) menerima Laporan dari Nasrudin, dan

tanpa melakukan klarifikasi dengan Terdakwa, Rahmat Hidayat, S.P.d meneruskan

laporan pengaduan dari Nasrudin ke Penyidik (Polres KSB). Dasar penerusan

laporan karena ada laporan dari Nasrudin.

Analisa : Bahwa Saksi Rahmat Hidayat (Panwaslukada) setelah menerima laporan dari

Nasrudin, kemudian langsung meneruskan laporan atas nama Panwaslukada kepada

penyidik kepolisian (Polres KSB), tanpa melakukan terlebih dahulu meminta keterangan

Terdakwa atau meminta klarifikasi atas laporan dari Nasrudin. Padahal, sepatutnya

sesuai dengan Peraturan Pemilukada Panwaslukada melakukan klarifikasi. Ternyata,

tidak ada laporan hasil kajian dari Panwaslukada. Panwaslukada hanya menerima

keterangan dari para saksi yang notabennya adalah pendukung AMAN yang saat itu

bermaksud untuk menyeret terdakwa sebagai pelaku money politik, dan berdasarkan

keterangan para saksi pendukung AMAN Panwaslukada menyimpulkan bahwa laporan

dan barang bukti yang diserahkan oleh pelapor adalah sebagai bentuk money politik,

saksi (Rahmat Hidayat) selaku panwaslukada kemudian menduga bahwa uang reses

yang diberikan oleh Terdakwa tersebut adalah money politik, dan saksi kemudian

melaporkannya kepada Penyidik.

3. Nanang Kosim, tidak pernah dihadirkan dipersidangan. Padahal, Nanang kosim

adalah saksi kunci, dia yang mengajak dan menerima uang serta melaporkan uang

tersebut (Rp.100.000) kepada Nasrudin yang notabennya sesama Team pemenang

AMAN.

Analisa ; bahwa merujuk pada hasil pemeriksaan dan materi dakwaan, Saksi Nanang

Kosim adalah orang yang mengajak para saksi lainnya untuk datang ke Rumah Terdakwa,

dan Nanang Kosim yang datang meminta uang kepada Terdakwa, Terdakwa

menyerahkan uang sebesar Rp.100.000,- kepada Nanang Kosim dan dialah yang

melaporkan kepada Nasrudin (pelapor). Namun, saksi nanang kosim hingga pledoi ini

dibacakan tidak pernah dihadirkan JPU dipersidangan.

4. Para saksi de charge adalah pendukung Terdakwa dan mengaku sebagai Anggota

Partai demokrat. Saksi telah biasa menerima uang reses (3 kali) dari Terdakwa

sebelum pemilukada, bahkan dilain waktu jika dalam kesulitan tertentu, para saksi

datang dan meminta uang kepada Terdakwa. Namun dalam pemilukada 2010 para

saksi telah mendukung pasangan AMAN.

Analisa : bahwa tidak ada hubungan atau korelasi antara uang yang diberikan oleh

Terdakwa dengan Pemilukada 2010. Karena tradisi atau kebiasaan selama ini dalam

setiap pelaksanaan reses anggota DPRD KSB, Terdakwa selalu menyediakan dana untuk

transportasi, konsumsi dan uang saku/duduk kepada para peserta reses yang hadir. Para

saksi sudah seringkali menerima uang dari Terdakwa, karena para saksi adalah

pendukung Terdakwa dalam Pemilu legislatif 2009 dan sekaligus anggota Partai

demokrat. Uang yang diterima para saksi sebesar Rp.20.000,- sebagai bentuk tanggung

jawab Terdakwa kepada anggota pendukung/partai demokrat di desa labuhan lalar. Oleh

Page 17: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 17

karenanya, dalam Pemilukada 2010, meskipun berbeda pilihan, para saksi tetap

mendukung Terdakwa dan menjadi anggota Partai demokrat. Para saksi sama sekali

tidak pernah dipaksa, diancam, atau terpengaruh dengan pemberian uang dari Terdakwa

karena sudah merupakan perbuatan yang lumrah atau wajar, antara pendukung dengan

terdakwa selaku anggota DPRD. Terdakwa hanya menawarkan untuk bergabung kembali

atau berjuang bersama pada Pemilukada 2010. Namun, tawaran itu tidak pernah

dihiraukan oleh para saksi. Hingga hari pemungutan suara, Terdakwa membiarkan para

pendukungnya untuk memilih, dan para saksi memilih pasangan AMAN dan Suara TETAP

sah.

5. Barang bukti uang Rp.100.000 dan daftar hadir peserta reses adalah sebagai bukti

pertanggungjawaban bahwa setiap anggota DPRD KSB telah melaksanakan tugas

resesnya dan telah mengalokasikan anggaran reses tersebut sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Analisa : bahwa dalam setiap pelaksanaan reses, setiap anggota DPRD KSB, diharuskan

untuk membuat daftar hadir peserta reses, dan kelengkapan administrasi ini akan

dipertanggungjwabkan oleh setiap anggota DPRD KSB yang melaksanakan reses,

termasuk adalah uang yang harus diserahkan kepada para peserta reses. Pelaksanaan

reses adalah selama 7 hari efektif, dan apabila masih terdapat waktu untuk

melaksanakannya, maka terhadap kegiatan yang belum dilaksanakan akan dilakukan

kegiatan reses—sesuai dengan jumlah anggaran yang tersisa dan wilayah Dapil. Bahwa

barang bukti yang diajukan oleh JPU adalah benar bahwa barang bukti berupa daftar

hadir dan uang Rp.100.000,- yang diberikan oleh Terdakwa kepada para saksi adalah

merupakan bukti penyelenggaraan reses. Dan berdasarkan keterangan para saksi,

kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Labuhan Lalar yang merupakan Dapil (daerah

pemilihan) Terdakwa.

Kesimpulan atas fakta-fakta dipersidangan

Bahwa dari uraian peristiwa, fakta persidangan, keterangan saksi, maupun bukti surat di

persidangan membuktikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh Terdakwa adalah

merupakan kegiatan reses anggota DPRD, dan kegiatan tersebut telah diatur dalam UU.

No. 27 tahun 2009 tentang 2009 tentang Susduk DPR, DPD, dan DPRD, PP No.16 tahun

2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan Keputusan DPRD KSB No.7 tahun 2010. dan oleh karena perbuatan tersebut

bukan merupakan perbuatan pidana, maka sesuai dengan asas dalam hukum pidana

Tidak ada kesalahan sama sekali (taksi atau avas) dari perbuatan terdakwa, maka

karenanya berlaku pula asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (green straf zonder

schuld).

BAB IV. TANGGAPAN ATAS TUNTUTAN JAKSA PENUNUT UMUM

IV. 1. Tanggapan Atas Uraian Fakta-Fakta Dalam Surat Tuntutan

Menanggapi Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, Penasehat Hukum Terdakwa akan

menguraikan dan menganalisa Fakta-fakta persidangan yang secara khusus berkaitan

Page 18: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 18

dengan apa yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dan apa yang diuraikan oleh

Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya. Bahwa, dalam membuktikan suatu

Surat Dakwaan dan kemudian diuraikan dalam Surat Tuntutan (Requisitoir), Jaksa

Penuntut Umum harus secara obyektif mempertimbangkan seluruh Fakta-fakta yang

terungkap dalam persidangan, meskipun sebagai Jaksa Penuntut Umum bertugas

membuktikan dakwaan tetapi tetap harus secara obyektif terhadap fakta-fakta

persidangan yang terungkap dalam persidangan. Menanggapi Tuntutan Jaksa Penuntut

Umum dalam perkara ini maka sebagai Penasehat Hukum Terdakwa akan menguji

apakah Jaksa Penuntut Umum telah obyektif terhadap Fakta-fakta persidangan atau

tidak, apakah analisa unsur-unsur Tindak Pidana yang didakwakan telah dibuktikan

sesuai fakta persidangan atau tidak.

Bahwa, Jaksa Penuntut Umum dalam Dakwaan maupun Tuntutannya, jelas-jelas tidak

dapat membuktikan secara obyektif dan terstruktur melalui alat bukti di persidangan,

apakah benar bahwa Terdakwa-lah telah melakukan praktek money politic, apakah

terdakwa telah memberi atau menjanjikan materi agar setiap orang untuk tidak

menggunakan hak pilihnya atau memilih pasangan calon tertentu, apakah akibat

perbuatan Terdakwa surat suara setiap orang tersebut menjadi tidak sah sebagaimana

yang didakwakan.

Bahwa ternyata Jaksa Penuntut Umum dalam membuat tuntutan tidak mendasarkan

kepada fakta-fakta persidangan. Terlihat bahwa Jaksa Penuntut Umum hanya

mempertahankan dalil-dalilnya dari Keterangan Berita Acara Penyidikan semata-mata,

padahal jelas dalam persidangan banyak sekali fakta-fakta yang terungkap yang jauh

berbeda dengan BAP dari Penyidik. Seharusnya Jaksa Penuntut Umum bukan berperan

sebagai penyaji atas hasil-hasil penyidikan semata-mata, namun benar-benar harus

membuktikan Dakwaannya melalui alat-alat bukti yang sah, karena dalam perkara

pidana, yang menjadi pedoman untuk menganalisa dan mempertimbangkan serta

memutuskan suatu perkara adalah berdasarkan fakta-fakta di persidangan.

IV.1.1. Fakta-Fakta Persidangan yang dibuat Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam

Requisitor Tidak Sesuai Dengan Yang Sebenarnya di Dalam Persidangan

Setelah membaca keterangan Saksi-saksi dan Terdakwa dalam Surat Tuntutan yang

dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) tertanggal 22 Agustus 2010, ternyata banyak

ditemukan penggelapan fakta yang dilakukan oleh JPU, yang mana JPU telah membuat

rangkaian fakta tidak sesuai dengan sebenarnya yang diterangkan oleh Para Saksi dan

Terdakwa di persidangan. Ada Fakta yang tidak pernah terucap oleh Para Saksi dan

Terdakwa di persidangan justru ditambah-tambahkan, dan ada pula fakta-fakta yang

terucap, akan tetapi justru dikurangi oleh JPU di dalam requisitornya. Terlihatlah bahwa

JPU memakai frame-nya sendiri dalam menguraikan fakta-fakta dan sebagian besar

hanya menulis kembali hal-hal yang telah ada di dalam Berita Acara Pemeriksaan di

Kepolisian. Terhadap perbuatan Jaksa Penuntut Umum ini, maka seluruh fakta-fakta yang

dikemukakan JPU dalam requisitor sepanjang yang tidak bertentangan dengan uraian

fakta-fakta serta diakui kebenarannya oleh Penasihat Hukum dalam Pleidooi ini -

haruslah ditolak!-.

Page 19: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 19

Walaupun banyak pertentangan fakta yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan

Penasihat Hukum Terdakwa, namun berikut ini kami hanya akan menguraikan beberapa

hal yang kami anggap penting untuk diungkapkan dan kami bantah, antara lain :

1. Pada halaman 1, Saksi Nasrudin. Fakta dipersidangan Nasrudin ternyata tidak

pernah menyaksikan/melihat secara langsung pemberian uang dari Terdakwa

kepada 5 orang saksi yang diajukan JPU. Dalam keterangnnya, Saksi mengaku

tidak tahu uang itu adalah uang reses. Saksi juga tidak tahu jika kemudian

laporannya sampai pada proses pemeriksaan di PN.SBB. Saksi meminta agar

proses perkara dihentikan karena kondisi sudah aman dan laporan tersebut

sudah tidak lagi menjadi sengketa. Keterangan saksi tersebut tidak dituliskan JPU.

2. Pada halaman 3 saksi Ibrahim AK. Diki, fakta dipersidangan bahwa saksi sama

sekali tidak bisa atau dapat menggunakan bahasa Indonesia, dan dalam proses

persidangan sama sekali tidak memahami pertanyaan yang diajukan oleh JPU,

Penasehat Hukum maupun Hakim, dan dalam proses pemeriksaan saksi hanya

mengenal Terdakwa dan mengaku sebagai pendukung Terdakwa dan beberapa

kali meminta dan telah dibantu oleh Terdakwa. Bahwa apa yang ditulis oleh JPU,

dalam Surat Tuntutannya tersebut tidak sesuai dengan apa yang tersirat dalam

keterangan Saksi Ibrahim di depan persidangan.

3. Bahwa pada halaman 2 s.d. 3 (Keterangan saksi Haris AK Samaila, Muhidin AK. M,

Zainudin AK Muhayang dan Saksi Ibrahim) sangat berbeda dengan keterangan

para saksi dipersidangan. Beberapa keterangan dan pengakuan para saksi

bahwa:

• Bahwa keterangan Para Saksi mengaku seringkali datang ke Rumah Terdakwa

meminta bantuan uang, seperti keterangan saksi Zainudin, Ibrahim, dan

Muhiddin yang pernah datang ke Rumah Terdakwa untuk meminta bantuan

perobatan anaknya tidak ditulis oleh JPU

• Seluruh saksi menerangkan bahwa mereka adalah pendukung Terdakwa dan

anggota Partai Demokrat Desa labuhan Lalar, yang turut berjuang bersama-

sama pada saat Pileg 2009 dan bersama-sama membesarkan partai Demokrat

di desa Labuhan Lalar (anggota partai demokrat) tidak ditulis JPU

• Dalam keterangnnya Para Saksi menerangkan bahwa perbuatan yang

dilakukan Terdakwa adalah merupakan perbuatan terpuji dan wajar selaku

anggota dewan, dan perbuatan terdakwa sangat dapat membantu atau

menolong para saksi

• Bahwa para saksi merasa sangat tertolong/terbantu atas adanya bantuan

berupa uang reses yang diberikan Terdakwa selama ini dan berharap untuk

diteruskan.

• Bahwa hubungan Terdakwa dengan Para saksi selama ini adalah selain satu

desa, adalah merupakan satu partai (Partai Demokrat), sekaligus pendukung

setia Terdakwa.

• Bahwa antara Terdakwa dengan para saksi telah membangun komitmen

bersama/perjanjian untuk membesarkan Terdakwa dan memenangkan Partai

Demokrat di Desa Labuhan Lalar

Page 20: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 20

• Bahwa para saksi tidak pernah dipaksa, diancam, ditekan atau dirayu untuk

memilih pasangan calon tertentu, keterangan saksi bahwa Terdakwa hanya

menawarkan saja dan terdakwa membebaskan para pendukungnya untuk

memilih pasangan sesuai dengan hati nuraninya.

• Bahwa para saksi menerangkan pemberian uang Rp.20.000 yang dilakukan

oleh Terdakwa sama sekali tidak mempengaruhi dukungan calon, saat

pencoblosan suara para saksi sah dan tetap memilih pasangan AMAN.

• Bahwa para saksi tidak pernah menganggap bahwa uang tersebut sebagai

“money politik” atau uang upaya Terdakwa untuk mengarahkan pilihan politik

para saksi, karena para sanksi beranggapan uang Rp.20.000,-adalah sebagai

uang rokok yang memang telah biasa para saksi terima selama ini.

Bahwa, keterangan para saksi sebagaimana uraian singkat diatas, sama sekali tidak

dituliskan JPU dalam surat tuntutannya. Dan dari uraian sebagaimana diatas,

sesungguhnya jelas apa yang telah diuraikan dalam Surat Dakwaan berkaitan dengan

Perbuatan Terdakwa ahmad, tidak terbukti atau tidak sesuai dengan Fakta-Fakta

persidangan, Jaksa Penuntut Umum jelas-jelas dan nyata-nyata tidak obyektif dan

melakukan distorsi dalam memaparkan dan mengurai fakta-fakta yang terungkap dalam

persidangan berkaitan dengan Perbuatan Terdakwa, sehingga Uraian Perbuatan yang

diuraikan Dalam Surat Dakwaan maupun Tuntutan tidak terbukti, maka dengan

sendirinya dan sesuai hukum atas unsur-unsur Tindak Pidana yang didakwakan menjadi

tidak terbukti.

BAB V. ANALISA YURIDIS

1. Penyelesaian sengketa pidana dalam PemiluKada

1.1. Laporan Panwaslukada KSB ke penyidik tidak mengacu pada peraturan

Perundang-undangan yang berlaku dan bertentangan dengan asas-asas

sebagai penyelenggara pemilukada

Bahwa secara yuridis dan prinsipil mekanisme penyelesaian pelanggaran pidana

Pemilukada sama dengan pemilu (legislatif dan Pilpres) sebagaimana diatur dalam UU

No.12 Tahun 2003 dan UU No.10 Tahun 2008. Dalam penyelenggaraan Pemilukada,

Pemerintah dan DPR RI telah menetapkan dua peraturan sebagai landasan dalam

penyelenggaraan Pemilukada, yakni UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah

dan PP. N0. 06 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah, dan secara teknis penjabaran

atas kedua Peraturan tersebut ditetapkan dalam Peraturan/keputusan penyelenggara

pemilukada (KPUD dan Panwaslukada). Bahwa dalam Pemilukada, Pelanggaran atas

pelaksanaan Pemilukada, dibagi menjadi tiga ; pelanggaran administratif (diselesaikan

oleh Panwaslukada), pelanggaran pidana pemilukada (kepolisian,kejaksaan dan

pengadilan), dan sengketa hasil pemilukada oleh Mahkamah konstitusi.

Asas lex spesialis derogat lex genaris, tercermin dari diberlakukannya UU No.32 tahun

2004 Jo. Perubahan UU No.12 tahun 2008, PP No.6 tahun 2005 serta berbagai Peraturan

Penyelenggara Pemilukada (Bawaslu dan KPU), mengatur prosedur tahapan

Page 21: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 21

penyelesaian pelanggaran pidana pemilukada yang intinya bahwa Laporan pidana

pemilukada ; diawali dari adanya laporan pelanggaran pemilukada oleh peserta

pemilukada, pemantau dan pemilih kepada Panwaslukada, 3 hari sejak adanya laporan

pelanggaran, Panwaslukada berdasarkan Pasal 110 dan pasal 111 Peraturan pemerintah

Nomor 6 Tahun 2005, harus melakukan kajian dan selama 14 hari lamanya

Panwaslukada diberikan waktu untuk menindaklajuti laporan tersebut dan

meneruskannya kepada penyidik kepolisian jika terkait dengan pelanggaran pidana.

Ketentuan ini menagacu pula pada Peraturan Bawaslu Nomor 10 Tahun 2008 tentang

Tata Cara Pelaporan Pelanggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah sebagaimana telah diubah dalam Perbawaslu Nomor 20 tahun 2010 Tentang

tatacara Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran Pemilukada, diatur dalam pasal 12 dan

pasal 13.

Bahwa untuk meneruskan temuan dan laporan tentang dugaan pelanggaran pemilukada

kepada penyidik Kepolisian, maka Panwaslukada harus memenuhi; (a). bahwa laporan

pidana tersebut harus disertai dengan hasil kajian dan didukung dengan data permulaan

yang cukup. (b). Panwaslu telah memanggil atau mempertemukan para pihak (pelapor

maupun terlapor) untuk dimintai keterangannya dan klarifikasi. (c). Bahwa laporan yang

diteruskan tersebut diputuskan dalam rapat pleno Panwaslukada (Surat Keputusan

panwaslukada). (d). Bahwa format laporan mengacu pada format laporan yang

ditetapkan dalam Peraturan Bawaslu No.20 Tahun 2010.

Bahwa berdasarkan hasil berita acara pemeriksaan penyidik dan keterangan saksi

Panwaslukada KSB, ternyata (1) panwaslukada hanya memanggil pelapor dan para

saksi yang notabennya adalah para pendukung AMAN (5 orang saksi dari pasangan

AMAN), dan panwaslukada KSB tidak pernah mempertemukan para pihak (pelapor

maupun terlapor), bahkan berdasarkan keterangan Rahmat Hidayat (Panwaslukada) dan

keterangan Terdakwa sama sekali tidak pernah dimintai keterangannya untuk

melakukan klarifikasi atas laporan sdr. Nasrudin. (2). Panwaslukada tidak menyusun

laporan kajian bagaimana yang telah ditetapkan dalam UU.No.22 tahun 2007 tentang

Penyelenggara Pemilu, UU. No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, PP No.6

Tahun 2005 tentang Pemilihan dan Pembertian KDH dan WKDH, maupun Peraturan

Bawaslu No.20 tahun 2010 tentang tata cara pelaporan dan penanganan pelanggaran

pemilukada. (3). Ketiga, tidak ada Keputusan Hasil Rapat Pleno Panwaslukada

(ditandatangi 5 anggota Panwaslukada Ksb0 yang meneruskan laporan Nasrudin kepada

Panwaslukada ke penyidik –Polisi. Bahwa perbuatan atau tindakan Panawaslukada

tersebut jelas telah melanggar asas-asas penyelenggara pemilukada sebagaimana diatur

UU No.12 tahun 2007, serta melanggar prinsip dan kode etik sebagai penyelenggara

pemilukada. Dan akibat dari perbuatannya tersebut, Panwaslukada bukan hanya telah

keliru dalam menyimpulkan peristiwa atas laporan yang disampaikan oleh nasruddin,

tetapi telah melanggar hak-hak konsitusional terdakwa.

Kekeliruan tersebut sangat jelas, dalam kesaksian Sdr.Rahmat Hidayat, yang tersurat

maupun tersirat dalam persidangan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa jika laporan

Panwaslukada KSB ke penyidik akan berakhir di pengadilan, bahkan beranggapan bahwa

kasus Terdakwa sudah berakhir. Kekeliruan kedua, adalah terkait dengan materi yang

Page 22: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 22

dilaporkan Panwaslukada ke penyidik-polisi. Bahwa oleh karena panwaslukada tidak

melakukan klarifikasi dan melakukan gelar perkara sebelumnya sebagaimana

diamanatkan dalam peraturan, maka Panwaslukada keliru memahami peruntukkan uang

yang dialporkan para saksi (Nanang Kosim, Ruslan, Muhiddin, Zainuddin, dan Ibrahim)

yang dianggap/diduga sebagai pelanggaran pemilukada (money politik) tersebut

sesungguhnya adalah uang reses yang memang mesti berdasarkan peraturan perundang-

undangan harus diberikan oleh Terdakwa kepada para peserta reses yang hadir. Ketiga

adalah, mengenai batas waktu yang ditetapkan adalah selama 14 hari. Keempat, bahwa

disamping pelanggaran di atas, pelanggaran lainnya adalah Panwaslukada KSB tidak

membentuk dan menyelesaikan mekanisme pelanggaran pemilukada dalam Sentral

Penegakkan Hukum (Gakumdu), sehingga berbagai pelanggaraan pemilukada tidak

diselesaikan melalui mekanesme yang ditetapkan.

1.2. Proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pidana

Pemilukada (Terdakwa) melampaui batas waktu yang ditetapkan oleh

Undang-undang (kadaluarsa)

Bahwa berdasarkan UU. No.32 tahun 2004 dan PP No.6 Tahun 2005, serta Peraturan

Bawaslu dan Peraturan KPU, Proses penyidikan dilakukan oleh penyidik, batas waktu

penyelidikan oleh penyidik adalah selama-lamanya 14 hari terhitung sejak

diterimanya laporan dari Panwaslukada. Dan selama 14 hari sejak diterimanya

laporan dari Panwaslukada, pihak penyidik harus menyampaikan hasil penyidikan dan

menyampaikan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum (PU). Apabila dari hasil

penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Kepolisian belum lengkap, maka paling lama 3

hari penuntut umum harus telah mengembalikan berkas perkara tersebut kepada

penyidik kepolisian, dan penyidik kepolisian memiliki waktu selama 3 hari untuk

melakukan perbaikan. Setelah, berkas dikembalikan kembali kepada Penuntut Umum,

maka 5 hari sejak berkas diterima, PU harus melimpahkan berkas perkara

tersebut kepada pengadilan. Berikut tahapan waktu:

Berdasarkan BAP dan fakta dipersidangan; Berkas Perkara penyidik dalam Reg

No.BP/03/VII/2010 Reskrim, tercatat adalah pada tanggal 05 Juli 2010, dan Penuntut

Umum baru melimpahkan Perkara ini ke Pengadilan sebagaimana tertuang dalam Surat

Nomor : B-1332/P.2.13/Ep/06/2011, pada tanggal tanggal 6 Juni 2011. Karenanya, jelas

bahwa pelimpahan berkas perkara dari penyidik Polri maupun dari penuntut Umum ke

Pengadilan telah melampaui batas waktu yang telah ditetapkan dalam Undang-undang.

Tgl serah Lap oleh

Panwas/KPU

0

Buat LP

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

P.19

Serah BP II

Serah BP I

PENYIDIKAN OLEH POLRI

Page 23: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 23

1.3. Pemeriksaan sidang dalam pelanggaran pemilukada adalah dengan

acara pemeriksaan cepat, bukan acara pemeriksaan biasa.

Dengan semangat menunjung tinggi pro-justicia, penasehat hukum terdakwa ingin

menyampaikan tentang perihal Proses Persidangan ; bahwa acara pemeriksaan

sidang dalam pelanggaran pemilukada (perkara ini) adalah menggunakan acara

pemeriksaan cepat, bukan acara pemeriksaan biasa. Konstruksi ini sejalan dengan

konstruksi penyusunan UU, bahwa dalam UU No.32 tahun 2004, dan PP No.6 tahun 2005.

Oleh karena, pemilukada berjalan cepat, maka proses penanganan pelanggaran atas

pidana Pemilukada pun harus dilakukan secara cepat, karena itu menggunakan proses

acara dengan pemeriksaan cepat (speed tryal). Dianutnya prinsip ini, (Proses peradilan

yang cepat) karena dalam putusan perkara pelanggaran pidana pemilukada memiliki

implikasi terhadap perolehan suara atau dapat mempengaruhi hasil perolehan suara

(pasal 127 ayat (2), sehingga dapat berimplikasi terhadap jumlah perolehan hasil suara

(karena menyangkut sah tidak sahnya suara pemilih), sehingga dapat berdampak pada

perolehan hasil dan sengketa hasil pemilukada (Persidangan di MK), bahkan lebih jauh

dapat berdampak terhadap penetapan calon Bupati dan Wakil bupati terpilih,

pembatalan pasalan calon atau pelaksanaan Pilkada ulang. Oleh sebab itu, maka dalam

proses persidangan--putusan pengadilan atas perkara pelanggaran pemilukada

ditetapkan paling lama 5 hari sebelum KPUD menetapkan hasil pemilukada.

Bahwa batasan waktu ini merujuk pula pada Pilpres maupun Pileg, (ditetapkan paling

lama 5 hari sebelum KPU menentapkan hasil). Sedangkan, waktu proses pemeriksaan

perkara adalah selama 7 hari sejak berkas perkara diterima oleh Pengadilan Negeri

yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana pemilukada harus segera

memutuskannya. Jadi, sesuai dengan sifatnya yang cepat, maka dalam proses

penyelesaian pelanggaran pidana pemilukada ditetapkan paling lama 53 hari sejak

terjadinya pelanggaran sampai dengan pelaksanaan putusan1.

Berikut tahapan Proses Penuntutan & Persidangan

1 Kententuan pengaturan ini memang lebih cepat jika dibandingkan dengan UU 12/2003 (Pemilu 2004)

yang memakan waktu 121 hari.

Page 24: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 24

Bahwa berdasarkan berita acara pemeriksaan, dan fakta-fakta dipersidangan; JPU

melimpahkan perkata Terdakwa dengan acara pemeriksaan biasa. Dan batas waktu

pelimpahan perkara dari Penyidik ke PU telah melampaui batas. Alasan lainnya mengapa

dengan pemeriksaan cepat, karena perbuatan yang dilakukan Terdakwa bukan

merupakan kategori kejahatan, melainkan adalah pelanggaran (pasal 117 ayat (2)

sebagaimana dalam KUHP, perbuatan pidana yang dikategorikan sebagai pelanggaran

adalah tindak pidana yang ancaman hukumannya kurang dari 12 bulan dan sesuai

dengan KUHAP, maka proses pemeriksaan perkara tersebut adalah dengan pemeriksaan

cepat, bukan acara pemeriksaan biasa.

Beranjak dari uraian dan alasan-alasan hukum sebagaimana yang telah di uraikan di atas,

jelas bahwa pelimpahan berkas perkara yang dilimpahkan PU ke Pengadilan dengan

acara pemeriksaan biasa adalah keliru dan telah melampaui batas waktu (kadaluarsa)

serta melanggar prinsip dalam KUHAP.

2. Pelaksanaan kegiatan reses dengan memberikan uang transportasi kepada

para peserta reses sebesar Rp.20.000,-yang dilakukan oleh Terdakwa adalah

untuk melaksanakan perintah jabatan (sebagai anggota DPRD), oleh karena

itu sesuai dengan ketentuan Pasal 51 KUHP dan dokrin ajaran hukum

tindakan terdakwa melaksanakan reses dapat dibenarkan secara hukum2.

o Bahwa landasan hukum penyelenggaraan reses adalah berdasarkan UU No.27

Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan PP No.16 tahun 2010

tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan Keputusan DPRD KSB No.7 tahun 2010 pasal 61 tentang

penyelenggaraan reses. Pelaksanaan reses dilaksanakan sesuai dengan

2 Pasal 51 KUHP (1) barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh

penguasa yang berwenang, tidak dipidana (2) perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebebkan hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah dengan itidak baik mengira bahwa perintah diberikan dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya”.

0

PERKARA

KE PN

1 2 3 4

5

6

7

11

12

13

14

15

16

17

18

19 .... 24

25

26

27

28

BP II

DITERIMA

JPU

….

PUTUSAN

PN

Terdakwa

pikir-pikir

BANDING

KE PT

PUTUSAN

PT

PUTUSAN

DIKIRIM KE

JPU

29

30

31

Eksekusi

oleh JPU

……..

0

TP PEMILUKADA YG

MEMPENGARUHI

PEROLEHAN SUARA

TAP HSL

PEMILUKA

DA

1 2 3 4 5

Page 25: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 25

peraturan tersebut di atas adalah sebanyak 3 kali (masa sidang)3. Penetapan

jadwal waktu pelaksanaan reses disusun oleh alat kelengkapan dewan (Badan

Musyawarah/BAMUS) yang kemudian ditetapkan dan disahkan dalam Rapat

Paripurna DPRD4.

o Bahwa pada masa sidang/rapat I DPRD KSB, Badan Musyawarah DPRD telah

menetapkan jadwal pelaksanaan reses DPRD KSB pada masa sidang I

dilaksanakan pada bulan April 2010 dan telah ditetapkan waktu pelaksanaan

reses selama 6 hari kerja efektif (tidak termasuk hari minggu), dimulai pada

tanggal 17 April s.d. 23 April 2010. Dan masing-masing DPRD diberikan waktu

tambahan selama 6 hari kerja untuk memfinalisasi penyelenggaraan reses

(jika masih ada yang belum melaksanakan) dan menyusun laporan dan

mempertanggungjawabkan kegiatan hasil reses tersebut kepada Pimpinan

DPRD.

o Bahwa untuk itu kelancaran pelaksanaan reses, Sekretaris DPRD melalui

Bendahara dengan merujuk pada hasil rapat DPRD dan persetujuan Pimpiinan

DPRD mengeluarkan biaya reses untuk masing-masing anggota DPRD,

termasuk Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) kepada masing-masing

anggota DPRD. Biaya yang diberikan kepada masing-masing anggota DPRD

tersebut berdasarkan Keputusan DPRD No.7 tahun 2010 serta mengacu pula

pada peraturan diatasnya (UU dan PP) adalah sebesar Rp. 13 jt untuk masing-

masing anggota DPRD KSB. Uang tersebut diperuntukkan untuk biaya

penyewaan tempat dan kursi pertemuan, konsumsi,transportasi, ATK, dll.

o Bahwa untuk memfasilitasi kegiatan reses tersebut, Sekretariat DPRD

kemudian mempersiapkan daftar hadir peserta, atk dan lain-lain,termasuk

bahan-bahan atau format pelaporan masing-masing anggota DPRD. Sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setiap anggota DPRD wajib

melaporkan penyelenggaraan reses kepada pimpinan DPRD dan membahas

dalam rapat DPRD hasil reses, secara administratif

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan reses kepada Sekretaris

DPRD dan pimpinan DPRD.

o Bahwa atas dasar hasil rapat paripurna DPRD serta keputusan Pimpinan

DPRD (keputusan kolekttif DPRD)5, Terdakwa kemudian melaksanakan reses,

3 UU No. 27 tahun 2009, pasal 369 tentang persidangan, sebagai berikut :

(1) Pada awal masa jabatan keanggotaan, tahun sidang DPRD kabupaten/kota dimulai pada saat pengucapan sumpah/janji anggota.

(2) Tahun sidang dibagi dalam 3 (tiga) masa persidangan. (3) Pasa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses, kecuali pada persidangan terakhir dari satu

periode keanggotaan DPRD kabupaten/kota, masa reses ditiadakan. 4 Dalam PP No.16 tahun 2010, Pasal 47 ayat (1) disebutkan bahwa Badan Musyawarah mempunyai tugas:

a. menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan peraturan daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya;

b. memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD;

c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;

d. menetapkan jadwal acara rapat DPRD; e. memberi saran/pendapat untuk memperlancar kegiatan; f. merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan g. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada Badan Musyawarah.

5 PP No.16 tahun 2010, pasal 41 disebuatkan Pimpinan DPRD mempunyai tugas:

Page 26: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 26

di daerah pemilihan Kecamatan Taliwang, sebagaimana yang telah ditetapkan

dalam jadwal pelaksanaan reses (6 hari kerja) dan (6 hari kerja untuk

finalisasi) dan salah satu wilayah yang dipilih adalah Desa Labuhan Lalar.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 17 april 2010, di halaman rumah

Terdakwa, Desa Labuhan Lalar Rt 04 Dusun Bangsal, dan dalam acara tersebut

mengundang masyarakat yang ada di desa Labuhan lalar, khususnya adalah

para pendukung Terdakwa dalam pemilu legislatif 2009.

o Bahwa sesuai dengan maksud dan tujuan diselenggarakannya reses adalah

menyerap aspirasi masyarakat (masalah, harapan dan keinginan masyarakat)

secara sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya untuk kemudian diperjuangkan

oleh anggota DPRD (Terdakwa), Terdakwa kemudian menyampaikan maksud

dan tujuan kegiatan (silaturahmi) DPRD dengan masyarakat. Dipandu oleh

Dedi Damhudi (selaku moderator/saksi) menyampaikan kegiatan reses, dan

menegaskan kegiatan reses tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan

Pemilukada6. Selesai acara reses, para peserta reses diminta untuk

memberikan tanda tangan daftar hadir, dan oleh karena pada acara tersebut

terdakwa tidak menyediakan konsumsi dan sebagai uang pengganti

transportasi peserta yang telah hadir, maka kemudian para peserta reses

diberikan uang masing-masing Rp.20.000,- dan bagi warga masyarakat,

khususnya pendukung Terdakwa yang belum hadir diminta untuk hadir

keesokan harinya atau hari-hari berikutnya, karena jumlah dan anggaran yang

tersedia masih tersisa dan diperuntukkan bagi masyarakat (peserta), dan esok

harinya kelima orang (Nanang Kosim, Zainuddin, Ibrahim, ruslan dan

Muhiddin) selaku pendukung Terdakwa kemudian hadir ke rumah terdakwa

dan menerima uang reses dan uang reses itulah yang kemudian dilaporkan

oleh Nasrudin, karena Nasrudin tidak mengetahui peruntukkan uang itu, Ia

(nasrudin) hanya tahu dari Nanang Kosim.

o Bahwa apa yang dilaksanakan atau dilakukan Terdakwa (melaksanakan reses)

adalah berdasarkan peraturan perundang-undangan, secara khusus adalah

keputusan DPRD No.7 Tahun 2010, keputusan tersebut merupakan hasil rapat

Paripurna DPRD KSB, dan pimpinan DPRD kemudian memerintahkan kepada

seluruh anggotanya dibantu sekretariat DPRD untuk melaksanakan sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan, atas dasar itu maka untuk melaksanakan

a. memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan; b. menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua; c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat

kelengkapan DPRD; d. menjadi juru bicara DPRD; e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD; f. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lainnya; g. mengadakan konsultasi dengan kepala daerah dan pimpinan lembaga/instansi lainnya sesuai dengan

keputusan DPRD; h. mewakili DPRD di pengadilan; i. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; j. menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekretariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam

rapat paripurna; dan k. menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk

itu. 6 Jikalaupun membahas tentang politik, demokrasi, ham dan Pemilukada hal tersebut bukanlah perbuatan yang

melanggar uundang-undang, karena dalam penyerapan aspirasi, seorang Anggota DPRD tidak boleh menolak keluhan / masalah maupun tanggapan dari masyarakat. Seluruh aspirasi tersebut harus diperjuangkan oleh DPRD, termasuk aspirasi politik masyarakat.

Page 27: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 27

tugas dan fungsinya (hak dan kewajiban) anggota DPRD, Terdakwa kemudian

melaksanakan reses7.

o Bahwa sesuai jabatannya selaku anggota DPRD dan Sekretaris Komisi I

(bidang pemerintahan)8, bahwa terdakwa sesuai dengan peraturan

berkewajiban untuk menyelenggaran reses, berkewajiban untuk menyerap

aspirasi dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, dan seterusnya. Dan

seluruh rangkaian pelaksanaan reses sebagaimana di maksud telah

dipertanggungjawabkan oleh Terdakwa baik secara administratif, politik

maupun hukum (tertulis dan lisan) kepada pimpinan Pimpinan DPRD dan

Sekretaris DPRD dan telah disetujui pada Rapat DPRD-masa sidang I tahun

2010.

o bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat 1 KUHP, Terdakwa I tidak dapat dipidana

berdasarkan perbuat yang telah dilakukannya te, oleh karena perbuatan a quo

telah dilakukan terdakwa selaku ANGGOTA DPRD KSB, SEKRETARIS KOMISI I

dan Anggota Fraksi (Partai Demokrat)untuk melaksanakan suatu perintah

jabatan yang diberikan oleh kekuasaan yang berwenang, dalam hal ini adalah

Pimpinan DPRD. (cq. Ketua DPRD KSB, H.L.M.Syafeei) sebagaima tertuang

dalam Keputusan DPRD No.7 Tahun 2010. Suatu perintah jabatan (ambelijk

bevel) dalam pengertian Undang-Undang tersebut diisyaratkan harus

diberikan berdasarkan suatu jabatan kepada orang-orang bawahan, dalam

hubungan kerja yang bersifat hukum publik atau bersifat ‘publiek rechtelijk’.

(Pendapat Prof. POMPE dan prof. VAN HAMEL yang dimuat dalam buku Dasar-

Dasar Hukum Pidana Indonesia karangan Drs. P.A.F. LAMINANTANG, SH,

alaman 526, terbitan PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1977). Dengan kriteria

doktrin tersebut perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa dapat

diklasifikasikan sebagai menjalankan perintah jabatan. Sebab perintah

Pimpinan DPRD tersebut diberikan kepada Terdakwa selaku Anggota DPRD

dan hubungan kerja antara Pimpinan DPRD dan Terdakwa itu bersifat hukum

publik. Bahkan perintah jabatan itu tidak selalu mesti tertulis, karena ada juga

yang tidak tertulis. Bilamana perintah tersebut dilaksanakan dan sekaligus

tindak pidana terjadi maka sifat dapat dipidana tindakan tersebut akan hilang

karena di dalam tindakan tersebut tidak terkandung unsur melawan hukum.

(Pendapat Prof. J. Remmelink, dalam buku terjemahan Hukum Pidana, terbitan

7 Sudarto berpendapat mengenai alasan penghapus pidana diluar undang-undang yang termasuk adalan pembenar

adalah hak yang timbul dari pekerjaan (beroepsrecht) (lihat, Sudarto dalan buku Hukum pidana I, ceatakan ke II, diterbitkan Yasayan Sudarto d/a fakultas UNDIP, semarang, tahun 1190, hal 157-157). 8 Dalam PP No 16 Tahun 2010, pasal 49 mengatur tentang Komisi, Komisi mempunyai tugas:

a. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan keputusan DPRD; c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas

komisi; d. membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan oleh kepala daerah

dan/atau masyarakat kepada DPRD; e. menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat; f. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah; g. melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan pimpinan DPRD; h. mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat; i. mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing-masing

komisi; dan j. memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas komisi. Selaku sekretaris komisi I yang membidangi bidang pemerintahan

Page 28: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 28

PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2003, halaman 253). Pengertian

‘perintah jabatan’ juga meliputi ‘instruksi jabatan’ seperti yang dimaksud oleh

pasal 51 KUHP, demikian pendapat Prof. Pompe yang diperkuat oleh Prof. Van

Hamel.

3. Pelaksanaan kegiatan reses DPRD adalah merupakan amanah atau

perintah undang-undangan, dan berdasarkan peraturan perundang-

undangan setiap anggota DPRD wajib melaksanakan kegiatan penyerapan

aspirasi masyarakat melalui kegiatan reses dalam bentuk

dialog/diskusi/pertemuan dan atau kegiatan lainnya pada setiap tahunnya.

Bahwa apa yang dilakukan Terdakwa (menyelenggaran kegiatan DPRD) adalah

untuk melaksanakan undang-undang, yakni sebagai berikut;

o Pertama, secara konstitusional diatur dalam Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 1 ayat (2), Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 ayat (1), Pasal 7A, Pasal 7B,

Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19, Pasal 20

ayat (1), Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22B, Pasal 22C, Pasal 22D, Pasal 22E

ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 23E, Pasal 23F, Pasal 24C ayat (2),

dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

o Kedua, Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 : Tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam Undang-

undang tersebut dijelaskan bahwa bahwa DPRD kabupaten/kota terdiri

atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

pemilihan umum (pasal 341). DPRD kabupaten/kota merupakan lembaga

perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota (Pasal 342). Bahwa

berdasarkan pasal 350 diatur hak-hak anggota DPRD, huruf i keuangan

dan administratif. Pasal 351 mengatur kewajiban anggota DPRD; adalah

huruf (e) memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat (i).

menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja

secara berkala (reses); (j).menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan

pengaduan masyarakat; dan (k).memberikan pertanggungjawaban secara

moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

o Dalam UU No.27 tahun 2009, juga mengatur tentang sanksi , diatur dalam

Pasal 379 ayat (1) disebutkan bahwa “Anggota DPRD kabupaten/kota

yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal

351 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan9. Artinya,

jika Terdakwa tidak melakukan kegiatan reses ( penyerapan aspiras,

menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat

maupun tidak melakukan pertanggungjawaban secara moral dan politis

9 Adapun jenis sanksi diatur dalam pasal 390 berupa a.teguran lisan, b.teguran tertulis; dan/atau

c.diberhentikan dari pimpinan pada alat kelengkapan.

Page 29: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 29

kepada konstituen di daerah pemilihannya, maka Terdakwa melakukan

pelanggaran pasal 351 UU.No.27 tahun 2009). Oleh karena itulah,

keharusan/kewajiban Terdakwa untuk melaksanakan reses di Daerah

pemilihannya. (desa labuhan lalar)

o Ketiga, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010, Bab V mengatur

tentang Kewajiban Anggota DPRD, pasal 30 Anggota DPRD mempunyai

kewajiban : point (e.) memperjuangkan peningkatan kesejahteraan

rakyat; i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui

kunjungan kerja secara berkala. (j). menampung dan menindaklanjuti

aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan (k). memberikan

pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di

daerah pemilihannya

o Keempat, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai

Politik. Bahwa Terdakwa adalah selaku Pimpinan/Ketua Partai

Demokrat di Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam UU No. 2 tahun 2008,

pasal 10 disebutkan bahwa tujuan umum partai politik adalah (ayat 1

huruf d) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. (ayat

2) tujuan khusus partai politik adalah : a. meningkatkan partisipasi politik

anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik

dan pemerintahan; b. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan c. membangun

etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

o Bahwa selaku Ketua Partai Demokrat KSB, sesuai amanah pasal 13 UU

Tahun 2008, maka selaku pimpinan partai politik, terdakwa

berkewajiban untuk melaksanakan (pasal 13 huruf f) yakni; melakukan

pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik anggotanya ( huruf

k) berkewajiban untuk menyosialisasikan program Partai Politik kepada

masyarakat.

Bahwa merujuk pada Pasal 50 menjelaskan bahwa “barang siapa melakukan perbuatan

untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana’ dan oleh karena apa

yang dilakukan oleh Terdakwa adalah dilakukan secara patut, wajar dan masuk akal dan

telah ada kesimbangan antara tujuan yang hendak dicapai dengan cara

pelaksanaannya,yakni melaksanakan reses di daerah pemilihan, mengundang

masyarakat, khususnya konstituen, dan peserta diberikan uang konsumsi dan

transportasi dengan batas yang wajar Rp. 20.000,-/orang.

5. Tidak Ada ’Kehendak Jahat’ (Mens Rea) dari Terdakwa, dan kesalahan sama

sekali (Afwezigheid Van Alle Schuld) dari Terdakwa, perbuatan terdakwa justeru

sangat dipuji di masyarakat

Dalam doktrin hukum pidana di kenal istilah ”actus non est reus, nisi mens sit rea” atau

dalam bahasa inggrisnya yang diterjemahkan menurut Wilson : ”an act is not criminal

Page 30: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 30

in the absence of a guilty mind” (Willian Wilson, Criminal Law: Doctrine and Theory,

London: Logman, 2003, 67). Pemaknaannya adalah ”suatu perbuatan tidak dapat

dikatakan bersifat kriminal jika tidak terdapat kehendak jahat didalamnya”. Pada

satu sisi, doktrin mens rea merupakan suatu keharusan dalam tindak pidana, dan pada

sisi lain juga menegaskan bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan seseorang

karena melakukan tindak pidana, sangat ditentukan oleh adanya mens rea pada diri

orang tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kesalahan terletak pada kesengajaan

dari si pembuat, baik disengaja dengan maksud, sengaja dengan sadar kepastian, maupun

sengaja dengan sadar kemungkinan.

Dalam perkara ini, kehendak untuk melakukan pemberian uang sebesar Rp.100.000,-

kepada Nanang Kosim, Zainuddin, Ibrahim, Muhidin dan Ruslan semata-mata diniatkan

atau dihajatkan untuk ; (a). menolong atau membantuk konstituen Terdakwa sekaligus

memenuhi janji Terdakwa sekaligus menghargai dukungan kontituen. (b). Sebagai uang

transportasi dan konsumsi peserta reses sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-

undang dan tatib DPRD. Nyatalah bahwa perbuatan Terdakwa tidak didasari kehendak

jahat (Mens Rea).

Tidak Ada ’Kesalahan’ Sama Sekali (Afwezigheid Van Alle Schuld)

Bahwa untuk memidana seseorang di samping melakukan perbuatan yang dilarang,

dikenal asas yang berbunyi : ”tiada pidana tanpa kesalahan” (Geen straf zonder schuld /

Actus non facit, nisi mens rea ).

Bahwa kalaupun Jaksa Penuntut Umum berpendapat seluruh rumusan unsur tindak

pidana telah terpenuhi -quod none-, menurut doktrin hukum pidana,

pertanggungjawaban pidana ditentukan tidak hanya berdasar pada ’feit

materiel’ (rumusan tindak pidana yang telah terpenuhi semata), tetapi haruslah

ditentukan adanya ’kesalahan pembuat’ (liability based on fault). Dengan demikian,

kesalahan ditempatkan sebagai faktor penentu pertanggungjawaban pidana dan tidak

hanya dipandang sekedar unsur mental dalam tindak pidana.

Selanjutnya, bahwa menurut Prof. Moelyatno, ”orang dapat dikatakan mempunyai

kesalahan, jika dia pada waktu melakukan perbuatan pidana, dilihat dari segi

masyarakat dapat dicela karenanya, yaitu kenapa melakukan perbuatan yang

merugikan masyarakat padahal mampu untuk mengetahui makna (jelek)

perbuatan tersebut, dan karenanya dapat bahkan terus menghindari untuk berbuat

demikian? Jika begitu, tentunya perbuatan tersebut memang sengaja dilakukan, dan

celaannya lalu berupa: kenapa melakukan perbuatan yang dia mengerti bahwa

perbuatan itu merugikan masyarakat?”

Simons mendefenisikan ”Kesalahan adalah adanya keadaan psikis yang tertentu

pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara

keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa, hingga

orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi.”

Page 31: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 31

Dari sini maka untuk adanya kesalahan harus dipikirkan dua hal di samping melakukan

perbuatan pidana. Pertama, adanya keadaan psikis (batin) yang tertentu, dan Kedua,

adanya hubungan yang tertentu antara keadaan batin tersebut dengan perbuatan yang

dilakukan, hingga menimbulkan celaan tadi. Bahwa ternyata maksud Terdakwa untuk

memberikan uang Rp.20.000 kepada peserta reses adalah semata-mata untuk

melaksanakan undang-undang dan kewajiban selaku anggota DPRD. Dan keadaan batin

Terdakwa adalah untuk menolong atau membantu para konstituennya. Dan perbuatan

yang dilakukan oleh Terdakwa sama semakli tidak menimbulkan celaan dari masyarakat,

bahkan diharapkan seluruh anggota DPRD KSB dapat memberikan bantuan kepada para

konstituen yang telah memilihnya—sebagaimana yang telah dilakukan oleh Terdakwa.

Perbuatan terdakwa yang membagikan sebagian gaji untuk masyarakat dinilai sebagai

perbuatan yang terpuji oleh masyarakat dan diharapkan dapat terus dilakukan oleh

Terdakwa di masa-masa mendatang.

Selanjutnya penting pula kami tangkis seluruh unsur-unsur ”buatan” jaksa sebagaimana

yang dituntut terhadap Terdakwa, sebagaimana berikut :

Unsur ”barangsiapa”.

Bahwa, unsur barang siapa adalah benar menunjuk kepada orang sebagai Individu

(pribadi). Benar Terdakwa Ahmad, S.Ag adalah pribadi yang merupakan subyek hukum

yang dapat melakukan perbuatan hukum, yang mempunyai hak dan tanggungjawab

hukum. Dalam hal ini Terdakwa Ahmad S.Ag dalam melakukan perbuatan mempunyai

pertanggungjawaban hukum. Namun, sesuai dengan dokrtin hukum bahwa suatu

perbuatan pidana karena untuk karena menjalankan perintah atasan atau menjalankan

undang-undang, maka dapat menjadi alasan pembenar sehingga pertanggungjawaban

atas perbuatan tersebut dapat dibenarkan sevara hukum. Secara terminologi hukum

”barangsiapa” adalah terkait dengan ”kepelakuan” (dader) seseorang yang dianggap

melakukan sesuatu tindak pidana sebagaimana yang dikatakan Prof. Van Hattum :

”Pelaku itu adalah orang yang memenuhi suatu rumusan delik, atau orang yang

memenuhi semua unsur dari rumusan suatu delik” (P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar

Hukum Pidana Indonesia, P.T. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1997, hal. 597)

Dalam kasus ini, Terdakwa melakukan perbuatan memberikan uang kepada 5 orang

pendukungnya (konstituen) sebesar Rp. 20.000,- pada saat penyelenggaraan reses

anggota DPRD KSB pada tanggal 17 April 2010. Bahwa pelaksanaan reses sebagaimana

dimaksud adalah merupakan tugas anggota DPRD sebagaimana tertuang dalam

peraturan perundang-undangan.sehingga perbuatan terdakwa dapat dibenarkan.

Unsur dengan senggaja

Dalam rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang disebut dengan opzet

merupakan salah satu unsur yang terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur

kesengajaan ini, maka apabila didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan

dengan sengaja (opzettelijk), maka unsur dengan sengaja ini menguasai atau meliputi

semua unsur lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan. Sengaja

Page 32: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 32

berarti juga adanya kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan kejahatan

tertentu. Maka berkaitan dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukannya itu

dilakukan dengan sengaja, terkandung pengertian menghendaki dan mengetahui atau

biasa disebut dengan willens en wetens.

Yang dimaksudkan disini adalah seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan

sengaja itu haruslah memenuhi rumusan willens atau haruslah menghendaki apa yang ia

perbuat dan memenuhi unsur wettens atau haruslah mengetahui akibat dari apa yang ia

perbuat atau dengan kata lain yang dimaksud unsur dengan sengaja adalah bahwa

pelaku memiliki atau ada niat, atau mengetahui, atau menyadari perbuatannya dan

menghendaki atau mengetahui akibat yang akan timbul dari perbuatannya. Kesengajaan

itu dapat terlihat dan terwujud atau dibuktikan dengan adanya perbuatan yang secara

sadar dilakukan oleh pelaku serta mengetahui akibat yang akan terjadi.

Menurut Von Hippel maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja

adalah kehendak membuat suatu perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan suatu

akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu yang menjadi maksud dari

dilakukannya perbuatan itu. Sedangkan dalam MvT yang dimaksud dengan opzettelijk,

yaitu sebagai willens en wetens, yang dalam arti harfiah dapat disebut sebagai

menghendaki dan mengetahui. Mengenai willens en wetens ini dapat diterangkan lebih

lanjut ialah, bahwa orang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sengaja, berarti ia

menghendaki mewujudkan perbuatan dan ia mengetahui, mengerti nilai perbuatan serta

sadar (bahkan bisa menghendaki) akan akibat yang timbul dari perbuatannya itu.

Menurut keterangan dalam MvT yang menyatakan bahwa setiap unsur

kesengajaan (opzettelijk) dalam rumusan suatu tindak pidana selalu ditujukan pada

semua unsur yang ada di belakangnya, atau dengan kata lain semua unsur-unsur yang

ada di belakang perkataan sengaja selalu diliputi oleh unsur kesengajaan itu.

Bahwa dalam ketentuan pasal 117 ayat 2 UU.No.32 tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah kesengajaan yang dimaksud adalah agar atau supaya tidak menggunakan hak

pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan

cara tertentu, sehingga surat suaranya menjadi tidak sah. Jadi, unsur sengaja

dimaksudkan disini adalah setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan

uang atau materi lainnya kepada seseorang dengan maksud (tujuan); (a) supaya tidak

menggunakan hak pilihnya ; atau (b) supaya memilih pasangan calon tertentu atau (c)

supaya menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu. dan akibat dari maksud atau

tujuan perbuatannya itu memiliki dampak atau akibat surat suara menjadi tidak sah.

Bahwa, Terdakwa memang berniat atau mengkehendaki untuk melaksanakan reses

anggota DPRD KSB di Desa Labuhan Lalar karena merupakan Daerah Pemilihan (Dapil)

Terdakwa. Kegiatan reses tersebut dilaksanakan dalam bentuk dialog/pertemuan

terbuka dengan masyarakat, khususnya para konstituen dengan cara mengundang

masyarakat di masing-masing dusun secara tertulis dan lisan, yang ditujukan khususnya

kepada para konstituen. Adapun maksud kegiatan reses ini adalah untuk; (1) menyerap

dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, aspirasi tersebut terkait dengan masalah dan

perkembangan sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, budaya dan sebagainya. ; (2)

menggali permasalahan, keinginan dan kebutuhan masyarakat (konstituen) serta sebagai

Page 33: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 33

bentuk akuntabilitas/pertanggungjawaban anggota DPRD terhadap konstituen ; (3)

melaksanakan peraturan perundang-undangan atau merupakan bagian dari tugas dan

kewajiban anggota DPRD sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 27

tahun 2009 : Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), PP No.16

tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan Keputusan DPRD KSB No.7 tahun 2010.

Bahwa waktu pelaksanaan kegiatan reses DPRD, dilaksanakan per empat bulan dan

dalam satu tahun, sebanyak 4 kali. Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan reses adalah

selama 6 hari efektif (kerja) dan 6 hari waktu tambahan apabila masih terdapat daerah

yang belum dilaksanakan, dan selanjutnya setiap anggota DPRD diwajibkan untuk

menyusun laporan kegiatan reses. Dan sebagai bentuk pertanggungjawaban sekaligus

verifikasi kegiatan reses, setiap anggota DPRD diharuskan untuk menyerahkan daftar

hadir peserta reses.

Bahwa jadwal pelaksanaan reses tahun 2010, tanggal 17 April 2010 yang telah disusun

oleh alat kelengkapan DPRD (Badan Musyawarah) dan telah dibahas dan ditetapkan

dalam Sidang Paripurna DPRD 2010 ternyata bertepatan dengan masa atau waktu

pelaksanaan kampenye Pemilukada (paket LANJUTKAN). Bahwa oleh karena jadwal

pelaksanaan reses telah ditetapkan dalam Sidang Paripurna DPRD, Pimpinan DPRD

kemudian mengeluarkan Surat Perintah Tugas (SPPT), dibantu dengan unsur Sekretariat

menerbitkan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). Dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, jumlah biaya kegiatan reses pada bulan april tahun 2010 sebesar

Rp.13 juta/orang. Adapun peruntukkannya; diantaranya adalah biaya konsumsi, sewa

kursi, sound system, ATK, uang transportasi peserta reses. Dll.

Bahwa atas dasar itu, kemudian Terdakwa menyelenggarakan reses di Desa Labuhan

Lalar pada tanggal 17 April 2010, di halaman Rumah terdakwa secara terbuka (tidak ada

atribut partai maupun atribut pasangan calon atau alat peraga ditunjukkan oleh

Terdakwa pada saat pelaksanaan reses). Kegiatan reses dihadiri sekitar 50 orang warga

desa labuhan lalar. Bahwa sesuai dengan Keputusan DPRD KSB Terdakwa diharuskan

untuk memberikan uang kepada masing-masing peserta reses yang hadir dalam

pertemuan/dialog sebesar Rp.20.000,-/orang, dengan maksud sebagai uang transportasi

dan konsumsi. Dan oleh karena dalam acara pertemuan tanggal 17 april 2010, masih

terdapat anggota masyarakat, khususnya pendukung/konstituen terdakwa yang belum

hadir (belum menerima uang reses), maka Terdakwa meminta kepada masyarakat

melalui Sdr. Haris untuk memberitahukan kepada para anggota lainnya untuk dapat

hadir dalam acara kegiatan reses di rumah Terdakwa.

Bahwa maksud Terdakwa memberikan uang tersebut, selain di atas adalah sebagai usaha

atau upaya Terdakwa untuk memenuhi janjinya kepada para pendukungnya, khususnya

yang berada di Desa Labuhan Lalar. Karena dalam pileg 2009 terdakwa pernah berjanji

kepada para saksi bahwa Terdakwa akan memberikan sebagian gajinya kepada

masyarakat yang telah mendukungnya.

Page 34: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 34

Berdasarkan uraian sebagaimana di atas, jelas bahwa unsur dengan sengaja sebagaimana

yang di dakwakan oleh JPU yang terbukti secara sah dan menyakinkan bahwa apa yang

dilakukan oleh Terdakwa adalah melaksanakan kegiatan reses.

Unsur memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan bahwa Terdakwa memberikan uang

sebesar Rp. 20.000,- kepada para peserta reses. Pemberian uang tersebut adalah sebagai

uang transportasi para peserta reses. Pemberian uang kepada para peserta reses, adalah

merupakan keharusan dan kewajiban Terdakwa, karena apabila Terdakwa tidak

memberikan maka perbuatan Terdakwa dapat dikategorikan sebagai perbuatan

melawan hukum (korupsi). Artinya, pemberian uang kepada para peserta reses bukan

dimaksudkan agar supaya setiap orang untuk tidak menggunakan hak pilihnya dan atau

memilih pasangan calon tertentu, melainkan adalah semata-mata melaksanakan uang

untuk konsumsi dan transportasi peserta reses, dan tidak ditujukan atau dimaksudkan

untuk atau supaya seseorang tidak menggunakan hak pilihnya, atau untuk memilih

pasangan calon tertentu dan atau supaya seseorang untuk menggunakan hak pilihnya

dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan, sesungguhnya inisiatif untuk mengambil

uang itu bukan dari Terdakwa, melainkan adalah dari para saksi sendiri. Para saksi saat

itu mendegar adanya pemberian uang reses dari terdakwa—kemudian berinisatif untuk

datang ke rumah terdakwa. Saksi nanang kosim lah yang pertama yang mengajak teman-

temannya (muhiidn, ibrahim, ruslan dan zainuddin) untuk datang ke rumah terdakwa

dan setelah itu bertemu dengan nasrudin yang juga merupakan team AMAN dan

kemudian melaporkan terdakwa ke Panwaslukada.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan, ternyata pemberian uang reses dengan

proses Pemilukada tidak memiliki keterkaitan atau hubungan kausalitas, sama sekali.

Bahwa dalam persidangan seluruh saksi yang telah menerima uang reses ternyata secara

bebas untuk memilih sesuai dengan kehendaknya menentukan pasangan calon, dan

ternyata antara pelaksanaan reses dan pemberian uang reses kepada para peserta sama

sekali tidak berpengaruh terhadap proses pemungutan suara dalam pemililukada,

seluruh penerima uang merasa nyaman, aman dan sangat tertolong dengan pemberian

uang tersebut, bahkan berharap uang tersebut dapat terus diberikan oleh terdakwa pada

masa selanjutnya, sebagai wujud komitmen terdakwa kepada para konstituennya.

Bahwa berdasarkan fakta persidangan dan uraian sebagaimana diatas Unsur memberi

yang terbukti secara sah dan menyakinkan adalah berupa pemberian uang reses

Unsur kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih

Pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu

Bahwa unsur memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya sebagaimana

dimaksud pada pasal 117 ayat 2 adalah harus dibarengi pula dengan adanya perintah

atau kehendak atau perbuatan dari seseorang untuk memerintahkan atau menyuruh

kepada seseorang (para saksi) untuk tidak menggunakan hak pilihnya (golput) atau

Page 35: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 35

menyuruh atau memerintahkan memilih pasangan calon tertentu atau menggunakan

hak pilihnya dengan cara tertentu.

Bahwa berdasarkan fakta dipersidangan, Terdakwa ternyata tidak pernah menyuruh

para saksi atau seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, justeru terdakwa

menghimbau agar para saksi berpartisipasi dalam pemilukada dengan cara

menggunakan hak pilihnya, untuk memilih pasangan calon bupati dan wakil bupati 2010

sesuai dengan kehendaknya, meskipun secara kepartian pilihan tersebut berbeda dengan

sikap partai. Terdakwa pun tidak pernah untuk memaksakan, mengancam, merayu atau

menjanjikan sesuatu kepada seseorang untuk memilih pasangan calon tertentu,

terdakwa hanya mengharapkan suara para kader partai demokrat—sebagai partai

pendukung tidak sia-sia, untuk memilih pasangan calon yang potensial dan diprediksikan

banyak orang (termasuk dukun) menang agar dipilih dalam Pemilukada (pasangan

LANJUTKAN).

Harapan tersebut karena kapasitas Terdakwa selaku Ketua Partai demokrat di KSB, yang

sudah sewajarnya dan sepatutnya untuk menawarkan bahkan dalam pemilukada 2010

sesuai dengan hasil rapat kerja pimpinan partai tingkat KSB, Provinsi dan Pusat, Ketua

partai demokrat diharuskan untuk menginstruksikan kepada seluruh para kader partai

demokrat untuk memilih pasangan calon yang diusung oleh partai demokrat. Hal ini

sebagai konsekuensi logis, karena partai demokrat adalah sebagai partai pengusung

pasangan calon (paket LANJUTKAN), maka sudah seyogyanya pula partai demokrat

untuk dapat memenangkan pasangan calon yang diusungnya. Dan tentu saja untuk dapat

memenangkan pasangan yang diusung seluruh komponen partai (mesin partai) ;

pimpinan dan anggota/kader partai harus bekerja sesuai hasil rapat partai.

Meski demikian, Terdakwa sangat memahami bahwa dalam demokrasi—khususnya

Pemilukada terdapat perbedaan sikap atau pilihan politik dikalangan kader partai,

karena itu terdakwa mengharapkan kepada para kader partai untuk memilih pasangan

calon yang diusung oleh partai ; tidak ada unsur paksaan, tekanan, ancaman atau

tindakan lainnya yang membuat para saksi (kader partai demokrat) tidak berkehendak

bebas dalam menentukan pilihan politiknya. Meskipun, secara organisatoris kepartaian

(dalam partai demokrat) para kader itu sendiri diharuskan untuk memilih pasangan

yang diusung partainya. Bahwa di dalam sistem kepartaian, AD/ART partai demokrat

serta hasil rapat pimpinan daerah partai demokrat yang disetujui pula oleh Pimpinan

Partai demokrat pada tingkat provinsi dan nasional telah disepakati dan disetujui bahwa

pada pemilukada 2010, partai demokrat mendukung pasangan calon paket LANJUTKAN

sebagai calon Bupati dan Wakil bupati 2010 dan atas dasar itu ketua dan unsur pimpinan

serta para kader partai demokrat diperintahkan untuk dapat memenangkan paket

pasangan calon yang diusung oleh partai.

Bahwa Terdakwa (selaku ketua) bersama unsur pimpinan partai demokrat lainnya

diinstruksikan oleh Pimpinan wilayah propinsi dan Pusat untuk menjaga dan mengawal

para kader partai demokrat agar para kader partai demokrat untuk memilih pasangan

calon bupati dan wakil bupati yang telah diusung oleh partai demokrat. Oleh karenanya,

sudah sepatutnya dan sewajarnya, jika mandat tersebut dijalankan oleh terdakwa selaku

ketua Partai Demokrat di KSB termasuk para anggota partai lainnya; meminta dan

Page 36: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 36

mengharapkan agar para kader partai demokrat (para saksi) menjalankan mandat partai

yang telah ditetapkan karena seluruh unsur pimpinan dan anggota partai demokrat akan

dievaluasi dalam rapat kerja partai di daerah maupun ditingkat nasional atas hasil

kinerja partai demokrat dalam memenangkan pasangan calon bupati dan wakil bupati di

daerah.

Bahwa para saksi mengaku dan terbukti adalah para anggota partai demokrat, mereka

juga pendukung loyalis terdakwa yang telah merintis dan membesarkan partai demokrat

di desa labuhan lalar sekaligus telah memenangkan terdakwa dalam pemilu legislatif

2009. Terdakwa selaku pimpinan partai sekaligus selaku anggota DPRD yang telah

dipilih oleh para saksi mengaku merasa berhutang budi dan merasa

bertanggungjwabpula kepada para saksi (para kader partai demokrat), dan selaku orang

yang telah diberikan mandat oleh kader—untuk mengharapkan pula para kader partai

melaksanakan amanat partai untuk memenangkan pasangan calon paket LANJUTKAN

pada Pemilukada 2010. Karena, para kader atau saksi itulah yang menentukan

kemenangan. Namun, berdasarkan keterangan para saksi dan fakta-fakta dipersidangan

para saksi mengaku mereka adalah para kader partai demokrat dan pendukung

Terdakwa, namun pada Pemilukada para saksi tidak mengikuti kebijakan partai, mereka

tetap memilih pasangan AMAN.

Bahwa berdasarkan fakta persidangan dan uraian sebagaimana diatas Unsur kepada

seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih Pasangan calon

tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu adalah tidak benar,

dan tidak terbukti secara sah serta menyakinkan

Unsur surat suaranya menjadi tidak sah (akibat perbuatan yang ditimbulkan)

Bahwa dalam pasal 117 ayat (2) secara materil adalah memuat penyebutan suatu akibat

yang disebabkan oleh perbuatan si pelaku (terdakwa). Akibat yang dimaksud adalah

suatu kerugian pada kepentingan orang lain atau kepentingan negara. Dalam konteks ini

adalah kerugian terhadap diri para saksi (pemilih pemilukada) yang telah menerima

uang tersebut (constituef gevold), kerugian tersebut adalah berupa suaranya menjadi

tidak sah atau dengan kata lain adalah karena adanya perbuatan pemberian uang (reses)

atau janji yang dilakukan oleh si terdakwa menimbulkan akibat berupa Surat Suara

menjadi tidak sah.

Berdasarkan fakta-fakta persidangan, ternyata JPU tidak dapat membuktikan bahwa; (a)

perbuatan Terdakwa yang telah memberikan uang reses telah menimbulkan adanya

akibat berupa surat suara para saksi tersebut menjadi tidak sah. (b). Para saksi

menerangkan dan mengaku tidak mengalami kerugian akibat adanya pemberian uang

reses, bahkan para saksi mengaku sangat diuntungkan atau setidaknya merasa terbantu

dengan adanya perbuatan pemberian uang reses yang dilakukan oleh Terdakwa dan

berharap agar perbuatan Terdakwa tersebut patut sekiranya untuk dipuji atau ditiru

karena merupakan bentuk keteladanan—dari pertanggungjawaban sebagai anggota

DPRD dan diharapkan para anggota DPRD lainnya dari Dapil yang sama atau dapil

lainnya dapat membantu para konstituen yang telah memilihnya. (c). Berdasarkan fakta

dipersidangan pemberian uang yang dilakukan Terdakwa sama sekali tidak

Page 37: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 37

mempengaruhi sikap atau pilihan para saksi untuk memilih pasangan calon lain dan atau

pasangan yang diusulkan oleh terdakwa, para saksi berdasarkan keterangannya

dipersidangan telah memilih pasangan AMAN, dan pilihan tersebut sesuai dengan

kehendak atau keinginan sendiri para saksi, para saksi menerangkan tidak ada

hubungan pemberian uang reses yang diberikan terdakwa dengan pemungutan suara

karena uang yang diberikan oleh Terdakwa tersebut adalah untuk memenuhi janji politik

terdakwa pada saat pemilihan legislatif kepada para pendukungnya. (d). Berdasarkan

fakta persdiangan, dalam proses pemungutan suara, tidak ada satupun perbuatan

terdakwa untuk menyurukan/memerintahkan atau merayu atau menjanjikan kepada

para saksi untuk pencoblos pasangan calon tertentu atau melakukan cara-cara tertentu

untuk memilih atau tidak memilih pasangan calon tertentu.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersdiangan unsur perbuatan terdakwa tidak terbukti

merugikan orang lain maupun menyebabkan surat suara para saksi menjadi tidak sah

dalam pemilukada sehingga unsur perbuatan terdakwa tidak terbukti.

BAB VI. KESIMPULAN

Majelis Hakim Yang kami muliakan

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati

Berdasarkan uraian-uraian yang kami sampaikan dalam analisa yuridis dan analisa atas

fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan melalui alat-alat bukti sebagaimana

ditentukan secara limitatif berdasarkan ketentuan Pasal 184 KUHAP, yaitu keterangan

Saksi, Keterangan Terdakwa Ahmad, S.Ag, dan Petunjuk, maka kami dengan ini akan

menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa dari pemaparan analisas yuridis sebagaimana telah diuraikan di

atas, bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan reses anggota DPRD

adalah merupakan kegiatan yang telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan, dan selaku anggota DPRD Terdakwa berkewajiban

untuk melakukan penyerapan aspirasi kepada masyarakat, khususnya

konstituen di daerah pemilihannya. Penyerapan aspirasi tersebut

dilakukan oleh DPRD KSB 3 kali yang keputusannya ditetapkan dalam

Rapat Sidang paripurna DPRD. Dan dalam pelaksaannya, setiap anggota

DPRD diberikan uang dari Pemda untuk melaksankannya. Dengan

demikian, perbuatan yang dilakukan Terdakwa adalah bukan merupakan

perbuatan pidana dan semata-mata dilaksanakan karena perintah jabatan

dan untuk melaksanakan undang-undang yang berlaku.

b. Bahwa dari keseluruhan keterangan Saksi yang dihadirkan dalam

persidangan tidak ada keterangan yang menunjukkan adanya unsur

kesalahan yang bersifat melawan hukum yang dilakukan oleh Terdakwa

Ahmad S.Ag. bahwa untuk menjatuhkan pidana disyaratkan, seseorang

harus melakukan perbuatan yang aktif atau pasif seperti ditentukan oleh

undang-undang pidana, yang melawan hukum, dan tak adanya dasar

Page 38: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 38

pembenar serta adanya kesalahan dalam arti luas (yang meliputi

kemampuan bertanggungjawab, sengaja atau kelalaian) dan tak adanya

dasar pemaaf.

Bahwa oleh karena itu, kebenaran sejati yang hendak diungkap dari perkara ini haruslah

didasarkan pada sistem pembuktian yang berpatokan pada “terbukti secara sah dan

meyakinkan” (beyond a reasonable doubt) menurut hukum dan didukung dengan

keyakinan hakim tanpa keraguan atas kesalahan Terdakwa AHMAD, S.Ag sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 183 menyebutkan : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana

kepada seseorang kecuali apabila dengan sekuarang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi

dan bahwa Terdakwa-lah yang bersalah melakukannya.”

Bahwa dengan demikian, dengan berpedoman pada fakta persidangan, analisis yuridis

dan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP tersebut di atas, Terdakwa Ahmad,

S.Ag tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.

VI.1. Permohonan Kepada Majelis Hakim

Majelis Hakim yang kami muliakan

Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, kini tibalah saatnya bagi disampaikan

permohonan kepada Majelis Hakim yang mulia agar berkenan menjatuhkan putusan

sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum, melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya dalam seluruh

dakwaan;

2. Membebaskan Terdakwa dari Dakwaan sesuai dengan Pasal 191 ayat (1) KUHAP;

3. Atau setidak-tidaknya melepaskan Terdakwa dari semua tuntutan hukum

(onstlag van alle rechtsvervolging), sesuai dengan Pasal 191 ayat (2) KUHAP;

4. Menyatakan Terdakwa bebas demi hukum dan segera mengembalikan

kemampuan, nama baik, harkat dan martabat Terdakwa ke adalam kedudukan

semula;

5. Membebankan ongkos perkara kepada Negara.

Atau

Bilamana Majelis Hakim yang mulia berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya

menurut hukum (ex aequo et bono).

Page 39: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 39

BAB VII. PENUTUP

Majelis Hakim Yang Mulia, Jaksa Penuntut Umum, Sidang Yang Kami Hormati,

Bahwa dalam perkara ini, kita semua mencari kebenaran sejati dan bukan hanya sekedar

mencari alat-alat bukti untuk dapat menuntut dan menjatuhkan hukuman kepada

Terdakwa, tetapi harus pula menggali, mencari dan menemukan dasar dan alasan bahwa

Terdakwa tidak bersalah menurut hukum pidana dan rasa keadilan. Untuk itu sangatlah

diperlukan sikap jujur dan obyektif, bahwa demi kebenaran dan keadilan tidak hanya

berlandaskan aturan-aturan formal atau perasaan yang direkayasa belaka, tetapi juga

dapat ditemukan suatu persepsi hukum yang sifat dan bentuknya tidak tertulis

sekalipun, namun dapat memperkokoh dan mempertebal keyakinan dan rasa keadilan.

Hal ini sejalan dengan fungsi utama dari eksistensi hukum pidana, yakni mengatur

keserasian antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Eksistensi ini pada

dasarnya meliputi nilai-nilai pokok yang terkandung dalam hukum pidana, yakni nilai

keamanan dan ketertiban, nilai kesadaran masyarakat akan makna dan hakekat hukum,

yang kemudian dapat menjadi sumber keadilan, kedamaian, kesejahteraan rohaniah dan

jasmaniah, sebagai tujuan akhir dari hukum pidana. Harus diakui, memang tidaklah

mudah untuk mewujudkan keadilan, sebagaimana diharapkan oleh hukum pidana.

Karena usaha untuk mencari kebenaran yang hakiki dan rasa keadilan yang murni

seringkali mengalami banyak hambatan dan kesulitan. Demikian juga terhadap proses

pemeriksaan perkara a quo. Namun kami yakin kesulitan macam apapun jika dihadapi

dengan sikap arif dan bijaksana terutama Majelis Hakim Yang memimpin dan

menentukan penyelesaian perkara ini, Insya Allah semuanya akan berjalan baik dan

lancar.

Bahwa Majelis Hakim-lah yang kami harapkan dapat dengan tegas menentukan

keyakinannya terhadap hal-hal yang diyakini benar dan salah, sehingga terhindar dari

keragu-raguan dalam rangka mencari kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan

secara hukum dan keadilan. Bukan saja Terdakwa yang mendambakan kebenaran dan

keadilan ini, tetapi masyarakat pun demikian meskipun kita meyakini bahwa yang maha

benar dan maha adil ada di tangan yang Maha Kuasa. Namun kita sebagai hambanya

wajib untuk melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhkan larangan-

laranganNya, terlebih-lebih jika diingat bahwa dalam menjalankan tugasnya seorang

hakim adalah merupakan wakil TUHAN di dunia dan pada tiap putusan hakim selalu

mengatasnamakan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian mudah-mudahan kita

semua terutama Majelis Hakim, kiranya diberikan petunjuk dan kekuatan untuk

menentukan mana yang salah dan mana yang benar dengan dilandasi pertimbagan demi

keadilan berdasarAkan Ketuhanan Yang Maha Esa dapat diwujudkan dalam bentuk

putusan perkara ini.

Bahwa pada akhirnya di pundak Majelis Hakim-lah sinar keadilan itu akan memancar.

Oleh karena itu selaku penasehat hukum terdakwa yakin putusan yang akan dijatuhkan

oleh Majelis Hakim adalah putusan rasa keadilan, dengan mempertimbangkan sifat

Page 40: Nota Pembelaan _Pledoi_ Money Politik

Hal 40

pidana yang dituduhkan kepada terdakwa, keadaan yang meliputi perbuatan-perbuatan

yang dihadapi oleh terdakwa, pergolakan jiwa terdakwa, kepribadian dari terdakwa,

umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, kondisi kesehatan dan sifat sebagai bangsa dan

hal-hal lain yang semuanya mencermikan rasa keadilan.

Hormat kami

Penasehat Hukum Terdakwa AHMAD, S.Ag

SYAHRUL MUSTOFA, S.H.,MH