Pembahasan Peritonitis

4

Click here to load reader

Transcript of Pembahasan Peritonitis

Page 1: Pembahasan Peritonitis

Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari

dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam

rongga perut

Pada kasus ini, pasien, laki-laki 67 tahun datang sadar dengan keluhan nyeri

pada seluruh perut sejal 2 hari sebelum MRS. Nyeri awalnya dirasakan di ulu hati lalu

menyebar smpai ke seluruh perut. Pasien jungan mengeluh mual lalu muntah

sebanyak 2x. Muntah campur darah disangkal. Keluhan demam, nyeri menjalar ke

punggung atau ke bahu disangkal. Riwayat minum obat-obatan atau jamu disangkal.

Pasien dengan perforasi gaster akan menunjukkan gejala terutama nyeri. Nyeri

akan dirasakan terus menerus selama beberapa jam, dapat di satu tempat ataupun

tersebar diseluruh abdomen. Nyeri dirasakan makin hebat terutama saat pasien

bergerak. Pasien juga bisa mengalami demam dengan temperature lebih dari 380 C.

Mual dan muntah bisa muncul karena terjadi iritasi pada peritoneum.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan vital sign dalam batas normal. Pada region

abdomen ditemukan distensi pada perut, bising usus menurun. Pada saat palpasai

tidak ditemukan adanya massa ataupun nyeri tekan. Perkusi timpani.

Pasien dengan perforasi gaster akan menunjukkan mimik menderita akibat nyeri

yang dirasakan. Distensi perut dan penurunan bisisng usus sampai tidak terdengar.

Pada palpasi akan ditemukan nyeri tekan dan defans muskuler positif. Perkusi

abdomen akan didapatkan hipertimpani akibat perut yang kembung. Bila dilakukan

rectal toucher akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani

menurun dan ampula recti berisi udara.

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik kami melakukan diagnose

banding atas kasus ini dengan peritonitis generalisata ec suspek perforasi gaster dd

perforasi apendisitis.

Pemeriksaan penunjang yang kami kerjakan adalah pemeriksaan darah lengkap,

foto BOF, gula darah sewaktu, kimia klinik. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan

peningkatan leukosit (15.73 x 10^3/ µL). Pada pemeriksaan foto abdomen didapatkan

Sebaram udara usus sampai ke distal pada posisi setengah duduk dan tampak udara

bebas subhemi diafragma dekstra dan sepanjang bagian lateral hepar pada foto LLD.

Page 2: Pembahasan Peritonitis

Pemeriksaan penunjang berguna untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis. Pada pasien yang mengalami

sepsis berat, pasien dengan imunokompromise dapat terjadi leukopenia. Pada foto

abdomen akan ditemukan udara bebas. Isi yang keluar dari perforasi dapat

mengandung udara, cairan lambung dan duodenum, empedu, makanan, dan bakteri.

Udara bebas atau pneumoperitoneum terbentuk jika udara keluar dari sistem

gastrointestinal. Hal ini terjadi setelah perforasi lambung, bagian oral duodenum, dan

usus besar. Pada kasus perforasi usus kecil, yang dalam keadaan normal tidak

mengandung udara, jumlah udara yang sangat kecil dilepaskan

Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan

umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa

nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda

peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi

antibiotik langsung terhadap bakteri gram-negatif dan anaerob.

Terapi yang diberikan pada kasus ini adalah cefotaxim 3x 1 gram IV dan

metronidazole 3 x 500 mg sebagai antibiotik. Lama pemberian terapi biasanya 5-10

hari. Tindakan pembedahan yang dilakukan pada kasus ini adalah laparotomy

eksplorasi dengan primer hecting.

Tujuan pembedahan adalah

1. Koreksi masalah anatomi yang mendasari

2. Koreksi penyebab peritonitis

3. Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat menghambat

fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri (seperti darah, makanan,

sekresi lambung).