Pembahasan kasus.docx

download Pembahasan kasus.docx

of 4

Transcript of Pembahasan kasus.docx

Pasien Ny.IE usia 23 tahun masuk ke ruang bersalin RSU Bahteramas pada tanggal 2 Mei 2014 dengan diagnosa GIP0A0, Gravid preterm (34 minggu), Ketuban Pecah Dini. Kasus ini di diagnosa kehamilan preterm ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada anamnesis, didapatkan bahwa HPHT adalah tanggal 07-09-2013, dengan siklus menstruasi teratur setiap bulannya (setiap 28 hari, selama 5 hari). Menurut rumus Naegle, yaitu tanggal+7, bulan-3, dan tahun +1, maka taksiran partus (TP)-nya adalah tanggal 14-06-2014. Berdasarkan HPHT pasien, usia kehamilannya ialah 33-34 minggu. Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda kehamilan berupa hiperpigmentasi areola mamma, linea nigra dan striae gravidarum. Dari hasil palpasi didapatkan tinggi fundus uteri adalah pertengahan antara pusat dan proc.xyphoideus yaitu setinggi 29 cm dan tidak dirasakan adanya his, sedangkan berdasarkan auskultasi didapatkan denyut jantung janin (DJJ) 146x/menit, reguler. Tetapi untuk lebih memastikan usia kehamilan maka dapat dilakukan pemeriksaan USG dengan mengukur BPD (Biparietal diameter). Pada kasus ini pasien juga didiagnosa sebagai ketuban pecah dini berdasarkan hasil anamnesis yaitu keluarnya air-air dari jalan lahir yang berupa rembesan, tidak berwarna dan tidak berbau. Berdasarkan teori, diagnosis KPD 90% dapat ditegakkan melalui anamnesis yaitu pasien dengan KPD merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba atau dalam jumlah kecil yang terus-menerus, warna cairan harus diperhatikan (jernih atau berwarna), berbau khas atau berbau busuk serta belum menunjukkan tanda-tanda persalinan / inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks, serta belum ada pengeluaran lendir darah). Pada dasarnya untuk menentukkan diagnosa KPD masih diperlukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tanda-tanda vital untuk menentukan adanya infeksi, tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan suhu 36,70C dan nadi 78 x/m sehingga dapat disimpulkan pada kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada pasien. Pemeriksaan fisik lain yang dapat dilakukan yaitu palpasi abdomen untuk menentukana cairan amnion Jika ketuban benar-benar pecah, palpasi abdomen kadang-kadang dapat mendeteksi berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase uterus dan dinding abdomen disekeliling dan penurunan ballottement. Pada pasien ini tidak terjadi penurunan ballottement sehingga dapat dikatakan mekanisme KPD yang terjadi bukan karena rapuhnya seluruh lapisan ketuban . Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan inspekulo dengan menggunakan speculum steril, dimana akan didapatkan hasil berupa adanya cairan yang pada genitalia eksterna, melihat adanya cairan yang mengalir dari ostium serviks, meliihat genangan cairan amnion di vagina, dan meminta pasien untuk mengejan, tekan dengan lembut pada fundus atau angkat bagian presentasi per abdomen sehingga cairan bias mengalir. Tetapi pada kasus ini pemeriksaan inspekulo tidak dilakukan.Pemeriksaan lain yang juga dapat dilakukan adalah pemeriksaan dalam, tetapi pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan dalam karena tindakan ini akan meningkatkan risiko infeksi dan kematian neonatal serta meningkatkan kemungkinan persalinan terjdi lebih cepat. Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien sudah menunjukkan tanda-tanda inpartu. Pemeriksaan penunjang lain yang dapt dilakukan yaitu dengan menggunakan kertas lakmus yang akan berubah dari merah menjadi biru (Nitrazine tes positif), Fern tes cairan amnion : cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan didiamkan dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun pakis (tes pakis positif), pemeriksaan leukosit darah, jika > 15.000/mm3 menentukkan adanya infeksi atau tidak, bila kecurigaan infeksi, apusan diambil dari knalis servikalis untuk pemeriksaan kultur seviks terhadap Streptococcus beta group B, Clamidia trachomatis, dan Neisseria gonorea, pemeriksaan USG untuk menentukkan : Amniotic fluid index (AFI), usia kehamilan, aktivitas janin, pengukuran BB janin, kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin akan meningkat, amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin - sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan paru janin. Pada kasus ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan USG yang menunjukkan bagian terbawah janin kepala dan cairan amnion kesan cukup.Ada beberapa faktor predsiposisi terjadi KPD yaitu infeksi, defisiensi vitamin C, faktor selaput ketuban itu sendiri, faktor umur dan paritas, faktor tingkat sosial-ekonomi, serta faktor lainnya, seperti : hidramnion, gamelli, koitus, perdarahan antepartum, bakteriuria, pH vagina di atas 4,5, stres psikologis, serta flora vagina abnormal akan mempermudah terjadinya ketuban pecah dini. Pada kasus ini faktor predisposisi KPD dapat dihubungkan dengan gejala keputihan yang terjadi sejak 2 bulan yang lalu, dimana flora vagina abnormal yang menyebabkan keputihan pada akhirnya akan mensekresi protease yang akan menyebabkan terjadinya degradasi membrane dan akhirnya melemahkan selaput ketuban. Pada kasus ini penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien berupa terapi konservatif berupa tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga kehamilan dapat diperpanjang, pemberian amoxicillin 3 x 500 mg untuk menghindari terjadinya infeksi. Selanjutnya diberikan tatalaksana aktif berupa pemasangan IVFD 28 tpm, injeksi dexametason 1 ampul diberikan setiap 6 jam sebanyak 4 kali untuk melakukan pematangan paru, dan pemberian histolan 3 x 1 yang berperan sebagai tokolitik untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus. Prognosis pada kasus ini adalah dubia et bonam, karena dengan penatalaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penatalaksanan ketuban pecah dini, perkembangan pasien semakin baik yaitu pengeluaran air-air dari jalan lahir sudah berhenti dan pasien pulang dengan keadaan umum baik.