pembahasan. kala3&4

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran bayi) persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi pada kala tiga dan empat, sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya. B. Tujuan Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan : 1. Menjelaskan fisiologi kala tiga dan pemantauan kala empat persalinan 2. Menjelaskan dan memperagakan manajemen aktif kala tiga 3. Menjelaskan cara mengenali dan menatalaksana atonia uteri 4. Menjelaskan tingkatan dan penatalaksanaanlaserasi perineum 5. Menjelaskan cara memantau dan memberi asuhan selama kala empat persalinan C. Batasan 1

description

askeb

Transcript of pembahasan. kala3&4

Page 1: pembahasan. kala3&4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga

dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua

(kala pengeluaran bayi) persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi

pada kala tiga dan empat, sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-

tahap sebelumnya.

B. Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan :

1. Menjelaskan fisiologi kala tiga dan pemantauan kala empat persalinan

2. Menjelaskan dan memperagakan manajemen aktif kala tiga

3. Menjelaskan cara mengenali dan menatalaksana atonia uteri

4. Menjelaskan tingkatan dan penatalaksanaanlaserasi perineum

5. Menjelaskan cara memantau dan memberi asuhan selama kala empat persalinan

C. Batasan

Persalinan Kala tiga : dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta

dan selaput ketuban

Persalinan kala empat : dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.

1

Page 2: pembahasan. kala3&4

BAB II

KALA TIGA

A. Pengertian Kala Tiga

Kala tiga persalinan disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Batasan kala

tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban.

B. Fisiologi Persalinan Kala Tiga

Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rogga uterus setelahlahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta

menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan

terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan

turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina.

C. Pembagian Tingkat Kala Tiga

Kala tiga dapat dibagi dalam 2 tingkat :

1. Tingkat pelepasan plasenta

Sebab – sebab terlepasnya plasenta :

a. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat

perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada

bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena

tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.

2

Page 3: pembahasan. kala3&4

Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta adalah

retraksi dan kontraksi otot – otot rahim.

b. Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua

basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat

dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.

Tanda –tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat

penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta

terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan

fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)

2. Tali pusat memanjang

Ketika diregangkan tali pusat semakin memanjang, menjulur keluar melalui vulva (tanda

ahfeld)

3. Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang berkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar

dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam

ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas

tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Macam pelepasan plasenta yaitu :

Secara Schultze

Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma

retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan

3

Page 4: pembahasan. kala3&4

hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian

plasenta yang nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang

terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze paling sering

dijumpai.

Secara Duncan

Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir

keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian

dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir

dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak

rendah.

2. Tingkat pengeluaran plasenta

Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, plasenta

terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina. Dari

tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.

D. Pemantauan Kala Tiga

1. Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban Dan Tali Pusat

Pemeriksaan plasenta meliputi :

1. Selaput ketuban utuh atau tidak

2. Plasenta : ukuran plasenta

3. Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon

4. Bagian fetal : utuh atau tidak

5. Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakah arteri atau vena yang terputus untuk

mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi talipusat, apakah sentral, marginal serta

panjang tali pusat (Nining wiyati dkk, 2009 : 150).

4

Page 5: pembahasan. kala3&4

6. Setelah plasenta lahir bersama selaputnya maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan

secara cermat terhadap :

Kotiledon yang berjumlah 20 buah

Permukaan plasenta janin

Kemungkinan terdapat plasenta suksenturia

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta dapat menyebabkan :

1. Perdarahan puerperium yang berkepanjangan

2. Bahaya infeksi

3. Terjadi polip plasenta

4. Degenerasi ganas menjadi koriokarsinoma

2. Pemantauan Kontraksi, Robekan Jalan Lahir Dan Perineum, Tanda Vital Dan Hygiene

a. Perdarahan : Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.

b. Kontraksi uterus : bentuk uterus, intensitas

c. Robekan jalan lahir / laserasi, ruptura perineum.

d. Tanda vital

Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan

Nadi bertambah cepat

Temperatur bertambah tinggi

Respirasi : berangsur normal

Gastrointestinal : normal, pada awal persalinan mungkin muntah.

e. Personal hygien

E. Manajemen Aktif Kala Tiga

1. Langkah Manajemen Aktif Kala III

Langkah utama manajemen aktif kala III (tiga) ada tiga langkah yaitu:

5

Page 6: pembahasan. kala3&4

a. Pemberian suntikan oksitosin.

b. Penegangan tali pusat terkendali.

c. Masase fundus uteri

a. Pemberian suntikan oksitosin

Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan oksitosin adalah memastikan tidak

ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus. Karena Oksitosin dapat menyebabkan

uterus berkontraksi yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi.

Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuskuler (IM) pada

sepertiga bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Tujuan pemberian suntikan

oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat

membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.

b. Penegangan tali pusat terkendali

Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan dengan

memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu

tangan di atas simpisis pubis dan tangan yang satu memegang klem di dekat vulva.

Tujuannya agar bisa merasakan uterus berkontraksi saat plasenta lepas. Segera setelah

tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai berkontraksi tegangkan tali pusat

dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah

lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya

inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah

panggul (posterior kemudian anterior).

Ketika plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat

ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga

selaput ketuban terpilin menjadi satu (searah jarum jam).

Lihat gambar Lampiran 1 dan 2

6

Page 7: pembahasan. kala3&4

Arah permukaan placenta :

Fetal : permukaan yang menghadap ke janin

Maternal : permukaan yang menghadap ke dinding uterus ibu

Plasenta manual

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya

pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan

melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan

langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya

plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila

setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam

waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan

segera.

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio

plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan

bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.

Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan

sejajar lantai,. Secara obstetrik masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap

kebawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah

mencapaibukaan serviks. Minta bantuan asisten memegang klem tali pusat, lalu pindahkan

tangan luar untuk menahan fundus uteri. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan

dalam hingga kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. Bentangkan

tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan

jari-jari lain saling merapat).

Melepas plasenta dari dinding uterus

Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah :

7

Page 8: pembahasan. kala3&4

o Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan

sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana

punggung tangan menghadap kebawah (posterior ibu)

o Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan

ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan

menghadap keatas (anterior ibu)

Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas

pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan kiri sambil digeserkan ke

atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

Lihat gambar Lampiran 3

c. Masase fundus uteri

Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan

tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap.

Periksa sisi maternal dan fetal. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk

memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

Catatan : diameter plasenta 15-20 cm. Tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram, panjang rata-rata

50-55 cm, dan jumlah kotiledon 15-20 buah.

F. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

Penyebab :

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi

(penunjang ) seperti :

8

Page 9: pembahasan. kala3&4

a. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas

tinggi.

b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.

c. Multipara dengan jarak kelahiran pendek

d. Partus lama / partus terlantar

e. Malnutrisi.

f. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum

terlepas dari dinding uterus.

Gejala Klinis:

Uterus tidak berkontraksi dan lunak

Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir

Penatalaksanaan atonia uteri :

Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil

(masase) fundus uteri, segera lakukan :

1. Kompresi bimanual eksterna

Lihat gambar Lampiran 4

2. Kompresi bimanual interna

Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan

dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan

keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-

lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus

menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan

500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan

seksama selama kala empat. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.

9

Page 10: pembahasan. kala3&4

Lihat gambar Lampiran 5

3. Kompresi aorta

Lihat gambar Lampiran 6

BAB III

KALA EMPAT

10

Page 11: pembahasan. kala3&4

A. Asuhan Kala Empat

1. Fisiologi Kala Empat

2. Evaluasi Uterus

3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum

4. Pemantauan Kala Empat

1. Fisiologi Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk

memantau kondisi ibu.

2. Evaluasi Uterus

Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika

masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu

kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.

Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi

atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri

dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.

3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah

perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh

kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka.

Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.

Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus

dengan rectal toucher.

Laserasi dapat dikategorikan dalam :

11

Page 12: pembahasan. kala3&4

a. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.

b. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu

dijahit).

c. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan

spinkter ani.

d. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan

spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.

Lihat gambar Lampiran 7

Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum

Indikasi Episiotomi :

a. Gawat janin

b. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).

c. Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.

Tujuan Penjahitan :

a. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.

b. Mencegah kehilangan darah.

Keuntungan Teknik Jelujur :

Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model

jelujur. Adapun keuntungannya adalah :

Mudah dipelajari.

Tidak nyeri.

Sedikit jahitan.

12

Page 13: pembahasan. kala3&4

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang :

a. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan

penjahitan.

b. Menggunakan sedikit jahitan.

c. Menggunakan selalu teknik aseptik.

d. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.

Lihat gambar Lampiran 8

Penggunaan Anestesi Lokal :

Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).

Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.

Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).

Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).

Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.

Tidak Dianjurkan Penggunaan Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan

nekrosis jaringan). Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan

memperpanjang efek kerjanya).

Nasehat Untuk Ibu :

Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini

berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang

diberikan diantaranya :

Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.

Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.

Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.

Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.

Menganjurkan banyak minum.

13

Page 14: pembahasan. kala3&4

Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka

jahitan.

4.Pemantauan Kala IV

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.

Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.

Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan

oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan

15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :

1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.

2. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang

antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah

pusat.

3. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.

4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka

episiotomi).

5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.

6. Pendokumentasian.

Pemantauan Lanjut Kala IV :

Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :

1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N >

100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam

atau perdarahan.

2. Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun

infeksi.

14

Page 15: pembahasan. kala3&4

3. Nadi

4. Pernafasan

5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba

lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek

(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).

6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau

seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari

jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).

7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.

B. Tanda Bahaya Kala IV

Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :

1. Demam.

2. Perdarahan aktif.

3. Bekuan darah banyak.

4. Bau busuk dari vagina.

5. Pusing.

6. Lemas luar biasa.

7. Kesulitan dalam menyusui.

8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.

C. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV

Tindakan Baik:

1. Mengikat tali pusat

2. Memeriksa tinggi fundus uteri

15

Page 16: pembahasan. kala3&4

3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi

4. Membersihkan ibu dari kotoran

5. Memberikan cukup istirahat

6. Menyusui segera

7. Membantu ibu ke kamar mandi

8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik

bagi ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:

1. Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.

2. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.

3. Memisahkan ibu dan bayi.

4. Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan

darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.

BAB IV

KESIMPULAN

16

Page 17: pembahasan. kala3&4

A. Kala tiga

Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rogga uterus setelahlahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta

menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan

terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan

turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus

2. Peregangan tali pusat (tali pusat bertambah panjang)

3. Semburan darah yang mendadak

Pemantauan kala III :

1. Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat

2. Pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, tanda vital dan higyen

Manajemen aktif kala III :

1. Oksitosin

2. Penegangan tali pusat terkendali

3. Masase

Tindakan lain : untuk atonia uteri :

1. KBI (kompresi bimanual internal)

2. KBE(kompresi bimanual eksternal)

3. Kompresi aorta

17

Page 18: pembahasan. kala3&4

B. Kala Empat

1. Fisiologi Kala Empat

2. Evaluasi Uterus

3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum

Pemantauan Kala Empat :

a. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi

uterus.

b. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda

secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus

sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.

c. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.

d. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi

atau luka episiotomi).

e. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.

f. Pendokumentasian.

BAB V

PENUTUP

18

Page 19: pembahasan. kala3&4

Demikian makalah mengenai Kala Tiga Dan Kala Empat ini saya buat, semoga dengan

adanya makalah ini bisa membantu teman-teman mahasiswa sekalian dalam mempelajari

lebih dalam lagi tentang Kala Tiga Dan Kala Empat. Semua materi maupun contoh yang

tersaji dalam makalah ini memang tidaklah sempurna dan masih banyak kekurang, Adapun

referensi yang kami ambil dari berbagai sumber yang sehingga memudahkan kami untuk

mengetahui Kala Tiga Dan Kala Empat yang sesungguhnya.

Saya sadar makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian untuk

perbaikan saya dalam pembuatan tugas makalah berikutnya. Semoga makalah ini

memberikan banyak manfaat untuk kita semua. Amin.

Wassalam.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro gulardi H, Dkk. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : HSP, 2008.

19

Page 20: pembahasan. kala3&4

Rukiyah Ai Yeyeh, S.Si.T, Dkk. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), Jakarta : Trans Info Media,

2010.

Laporan Praktek Kerja Industri PT. Dirgantara Indonesia

http://eksap-me.blogspot.com/2011/05/pemantauan-kala-iii.html

http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-tanda-tanda-vital/

http://www.lusa.web.id/kala-iv/

http://suratbidanku.blogspot.com/2010/02/kala-tiga-persalinan.html

http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html

Lampiran 1

20

Page 21: pembahasan. kala3&4

Melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat

Lampiran 2

Plasenta dilahirkan dengan gerakan “memelintir” plasenta sampai selaput ketuban terangkat

Lampiran 3

21

Page 22: pembahasan. kala3&4

Manual plasenta

Lampiran 4

Kompresi bimanual eksterna

Lampiran 5

22

Page 23: pembahasan. kala3&4

Kompresi bimanual interna

Lampiran 6

Kompresi aorta

Lampiran 7

23

Page 24: pembahasan. kala3&4

Derajat laserasi

Lampiran 8

Anestesi lokal

24