PEMBAHASAN granulasi basah
-
Upload
auliasumardjo -
Category
Documents
-
view
722 -
download
14
Transcript of PEMBAHASAN granulasi basah
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan tablet dengan metode granulasi
basah. Formula tablet yang dibuat adalah sebagai berikut :
R/ Antalgin 250 gram
Vitamin C 25 gram
Amprotab 10 gram
Laktosa 10 gram
Amprotab pasta 15% qs
Acidisol 4 %
Talcum 2 %
Mg sterarat 1 %
Metode granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Metoda ini digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap pemanasan dan lembab.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik.Prinsip dari metoda ini adalah membasahi masa
tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan
tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
Proses awal sebelum mendesain atau membuat formulasi suatu tablet
adalah studi praformulasi. Dengan praformulasi dikumpulkan sebannyak –
banyaknya data mengenai sifat fisika dan kimia yang diperlukan dalam formulasi
sediaan yang stabil, efektif, dan aman. Adanya kemungkinan interaksi dengan
bahan lain juga perlu diperhatikan. Preformulasi yang baik juga akan
menghasilkan formulasi rasional yang memiliki kualitas dan penampilan produk
yang optimal.
Zat aktif
Zat aktif yang digunakan dalam formulasi tablet pada praktikum kali ini
adalah antalgin dan vitamin C.
Karakteristik antalgin (metampiron) adalah sebagai berikut:
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutanya 1:1.5 dalam air, 1:30 dalam alchohol ,sedikit larut
dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi dari
cahaya matahari
Indikasi : Analgetikum dan antipiretikum
Karakteristik vitamin C (asam askorbat) alah sebagai berikut:
Pemerian : Serbuk atau hablur,putih atau agak kuning,tidak berbau,rasa asam
Kelarutan : Mudah larut dalam air,agak sukar larut dalam etanol,praktis tidak
larut dalam kloroform.
Stabilitas : -Kurang stabil terhadap suhu lebih mudah mengalami oksidasi
karena vitamin C lebih stabil terhadap udara sejuk.
-Tidak stabil terhadap cahaya karena akan berwarna lebih gelap
bila terpapar oleh cahaya.
-Stabil pada udara kering,dengan adanya kelembapan akan mudah
teroksidasi (tidak stabil)
Indikasi : Antiskorbut
Dari studi karakteristik zat aktif, dapat diketahui bahwa vitamin C tidak
stabil terhadap suhu karena akan mengalami oksidasi sehingga pada proses
pembuatannya vitamin C tidak ditambahkan di awal untuk menghindari rusaknya
zat oleh proses pengeringan granul di oven. Vitamin C ditambahkan bersamaan
dengan penambahan fase luar atau sesaat sebelum pencetakan granul menjadi
tablet.
Bahan Pembantu (Eksipien)
Pemilihan bahan pembantu yang sesuai akan lebih kritis, karena
sebenarnya penambahan eksipien inert akan mempengaruhi sifat – sifat sediaan
tablet akhirnya. Untuk itu pengetahuan tentang sifat setiap eksipien dan
bagaimana pengaruhnya pada formulasi total sangat diperlukan, trutama jika dosis
obat cukup kecil. Eksipien untuk tablet yang digunakan dalam formulasi tablet
antara lain:
1. Pengisi (diluent) Dikenal juga sebagai pengisi atau dasar yang ditambahkan kedalam
formula tablet untuk menambah besarnya tablet untuk kemudahan dan keserasian
ukuran yang dapat dikerjakan. Ini benar-benar perlu ketika dosis dari obat dalam
setiap tablet sagat kecil. Diluent, seperti zat tambahan lain harus cocok dengan
obat, stabil secara fisik, inert secara psikologis dan tidak bereaksi dengan bahan-
bahan lain. Pengisi umum untuk tablet adalah laktosa dan sukrosa.
Pada praktikum ini, digunakan laktosa sebagai diluent. Laktosa digunakan
secara luas sebagai bahan dasar tablet, kapsul dan lebih terbatas luasnya pada
produk liofil. Laktosa stabil jika disimpan dalam wadah tertutup di tempat sejuk
dan kering. Incomp : Aminoacid, aminophyllin dan amfetamin.
Konsentrasinyadalam tablet 65-85% dari berat tiap tablet.
Kelebihan Laktosa :
- Tidak bereaksi dengan semua bahan obat baik yang digunakan dalam bentuk
hidrat maupun anhidrat.
- Umumnya menunjukkan laju pelepasan obat yang baik.
- Granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap
perubahan pada kekerasan tablet.
2. Pengikat (binder)
Adalah bahan adhesif yang digunakan untuk menyatukan serbuk menjadi
granul dan membantu dalam pengempaan tablet, setelah pengempaan, pengiriman,
dan selama berada ditangan farmasis dan pasien. Sebagai tambahan, granul
memberi aliran yang pantas pada granulasi selama proses produksi tablet. Binder
harus memiliki sifat adhesif yang layak untuk mengikat serbuk formulasi tablet
tetapi tidak cukup untuk menyebabkan kekerasan tablet melampaui batas karena
dapat menunda atau menghindari terjadinya disintegrasi dan melarutnya tablet.
Bahan-bahan berikut ini adalah contoh pengikat : air, alkohol, aseton, pasta
amilum (10-17%), sirup sukrosa (50-85%), larutan gelatin (10-20%), mucilago
akasia (10-20%), larutan glukosa (25-50%), larutan alkohol-glukosa (50%
alkohol, 25% glukosa dan 25% air), pasta amilum (5% amilum dan 2% akasia
dalam air), metilselulosa-400 (4%), etil selulosa (5%) dalam alkohol, Na-CMC,
PEG 4000 atau 6000, dan polivinilpirolidon dalam air, alkohol dan larutan
hidroalkohol. Pengikat lebih efektif digunakan dalam bentuk larutan.
Pada praktikum ini, digunakan pasta amilum 15% sebagai pengikat.
3. Penghancur (desintegrator)
Adalah bahan yang ditambahkan pada formula tablet yang ditujukan untuk
menginduksi penghancuran tablet setelah digunakan dan memperbesar kelarutan
dari bahan obat. Faktor - faktor yang mempengaruhi laju kelarutan atau laju
disintegrasi adalah :
- sifat fisik dan kimia dari bahan dalam formula tablet
- kekerasan tablet
- luas permukaan
Penghancuran diyakini terjadi karena penggelembungan penghancur yang
terkena cairan gastrointestinal dan menambah pori-pori dan aksi kapilaritas tablet.
Penghancur yang digunakan pada praktikum ini adalah acdisol 4%.
Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk digunakan
sebagai disintegran karena larut air dan memiliki afinitas yang besar pada air.
Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
Amilum pada formula tablet yang dibuat juga dapat berfungsi sebagai
disintegrator.Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat
pengempaan dan pecah atau mengembang saat air masuk melalui pori (kapiler).
Namun, amilum kering (amprotab) bukan penghancur fase dalam yang baik, maka
dapat ditambahkan ac-di-sol (± 3%) untuk memperbaiki waktu hancur.
4. Pelicin
Ditambahkan ke dalam granulasi tablet dengan tujuan:
- menambahkan sifat aliran dari granul
- menghilangkan adhesi pada permukaan dan dies
- mengurangi gesekan dinding die dan memfasilitasi pengeluaran tablet setelah
selesai.
- mengurangi pemakaian dies dan punch yang berlebihan
Banyak serbuk halus (ayakan 80 – 200) digunakan sebagai lubrikan.
Pemilihan sifat lubrikan berkaitan dengan tujuan dari lubrikan yang disebutkan di
atas. Contohnya ”glidants” yang menambah sifat aliran dari granulasi adalah
kalsium stearat, magnesium sterarat, amilum, NaCl, dan talk. Lubrikan
ditambahkan untuk mengurangi pemakaian punch dan die dan untuk mengurangi
gesekan adalah kalsium stearat, magnesium stearat dan talk.
Pada praktikum ini, talkum digunakan sebagai lubrikan dan glidant dalam
pembuatan tablet dengan konsentrasi 2% (rentang talkum sebagai lubrikan 1 -
10%). Talk berfungsi mencegah melekatnya tablet pada pencetak tablet. Bahan
lain yang biasa digunakan adalah asam stearat, lemak, parafin cair atau bahan lain
yang cocok. Namun dibandingkan dengan bahan-bahan tersebut, talk mempunyai
daya aliran serbuk dan granul yang lebih baik dengan jalan mengurangi gerakan
partikel.
Sementara itu, digunakan pula magnesium stearat 1 %. Magnesium stearat
dalam konsentrasi 0,2 sampai 1% adalah bahan pelicin yang baik. Magnesium
stearat dapat menambah waktu hancur dari tablet karena bentuk lapisan
permukaannya yang tidak mudah dipenetrasi dengan cairan lambung. Magnesium
stearatdigunakan secara luas dalam kosmetik, makanan dan formulasi farmasi.
Utamanya digunakan sebagai pelicin pada kapsul dan tablet dengan konsentrasi
antara 0,25-50%.
Formulasi tablet
Ada beberapa langkah atau tahapan formulasi tablet dengan menggunakan
metode granulasi basah. Langkah pertama dalam formulasi adalah penimbangan
dan pencampuran zat – zat aktif dan zat tambahan fase dalam (pengisi,
desintegrator intragaranular, pengikat) sesuai dengan jumlah pada formula.
Sebelum penimbangan, semua bahan terlebih dahulu diayak agar ukuran
partikelnya seragam/homogen sehingga granul yang terbentuk memiliki daya alir
baik.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan pengikat. Larutan pengikat
yang ditambahkan ini memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair
yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila
jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul. Larutan pengikat
yang digunakan adalah mucilago amili. Mula – mula beaker glass dan batang
pengaduk ditimbang. Sebanyak 15 gram amprotab ditimbang lalu amilim
disuspensikan dalam sedikit air dingin kemudian ditambahkan air panas hingga
100 ml. Larutan tersebut diaduk di atas penangas air hingga mengental (terbentuk
mucilago) kemudian angkat dari penangas air lalu diaduk terus hingga pasta
berwarna bening (menunjukkan terbentuknya amilopektin). Pasta amilum yang
telah jadi ditimbang beserta beaker glass dan batang pengaduk, beratnya adalah
240.40 gram.
Lalu, pasta amilum ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran
zat aktif (antalgin), amprotab, dan laktosa hingga terbentuk massa yang dapat
dikepal. Pada proses ini diperlukan kecermatan yang tinggi, campuran atau massa
tidak boleh terlalu keras atau lembut karena akan mempengaruhi sifat granul dan
tablet yang dihasilkan. Setelah diperoleh masa yang kira-kira sudah dapat dikepal
penambahan pasta amilum dihentikan kemudian dihitung pasta amilum yang
terpakai dengan cara menimbang pasta amilum yang tersisa dikurangi bobot pasta
awal, hasilnya yaitu sebesar 36.2 gram. Lalu, dilakukan konversi berat amilum
yang terkandung dalam pasta amilum yang dimasukkan ke dalam campuran :
36.2 gram x 15% = 5.43 gram.
Kemudian, campuran fase dalam dibentuk menjadi granul dengan alat
granulator mesh no 14. Granul yang terbentuk ditempatkan di atas loyang yang
dialasi kertas. Granul adalah bulatan – bulatan atau agregat – agregat dalam
bentuk beraturan, partikel besar yang biasanya memiliki diameter 2-4 mm. Granul
tersebut lalu dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 60 – 70 0C.
Proses pengeringan dalam oven inilah yang menyebabkan vitamin C sebagai zat
aktif tidak dicampurkan dengan zat fase dalam lainnya karena sifat vitamin c yang
tidak stabil terhadap pemanasan (mudah mengalami oksidasi) sehingga vitamin C
ditambahkan setelah proses pengeringan. Berat granul setelah dikeringkan
ditimbang, hasilnya yaitu 263.84 gram. Berat granul tersebut merupakan berat
fase dalam nyata.
Sebelum ditambahkan fase luar, terlebih dahulu dilakukan evaluasi granul.
(DIBAHAS SAMA RYAN)
Zat – zat fase luar (acdisol,talk, Mg stearat) dan vitamin c diayak terlebih
dahulu sebelum ditimbang. Perhitungan jumlah fase luar yang ditimbang
dilakukan dengan memperhatikan banyaknya fase dalam yang digunakan.
Fase Dalam Teoritis merupakan berat total fase dalam sesuai formula,
yaitu jumlah dari zat aktif dalam hal ini antalgin (250 gram), amprotab (10 gram),
laktosa (10 gram), pasta amprotab (5.43 gram), dan vitamin c (25 gram). Total
fase dalam teoritis yang didapat adalah sebesar 300.43 gram.
Pada formula total fase luar adalah sebesar 7% sehingga total fase dalam
adalah 93%. Perhitungan fase luar teoritis adalah sebagai berikut:
acdisol= 493x fase dalam teoritis= 4
93x300.43=12.922gram
talkum= 293x 300.43=6.461 gram
Mg stearat= 193x300.43=3.23 gram
Total fase luar teoritis adalah 22. 613 gram. Jadi, berat total teoritis sediaan adalah
jumlah fase dalam teoritis dan fase luar teoritis yaitu sebesar 323.043 gram.
Berat fase dalam nyata merupakan berat sisa granul dikurangi dengan 10
gram (granul yang digunakan untuk pengujian LOD), yaitu sebesar 253.84 gram.
Karena vitamin C tidak ditambahkan pada fase dalam maka dihitung secara
khusus.
vitaminc= 25323.043
x100 %=7.739 %
fase dalamnyata=93−7.739=85.261 %
Fase luar nyata dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
vitaminc= 10085.261
x253.84 x 0.07739=23.04 gram
acdisol= 10085.261
x 253.84 x 0.04=11.91 gram
talk= 10085.261
x 253.84 x 0.02=5.954 gram
Mg stearat= 10085.261
x253.84 x 0.01=2.977 gram
Jadi, berat total nyata adalah 297.721 gram. Jumlah tablet nyata adalah
berat nyataberat teoritis
x 500 tablet=460 tablet. Berat tablet nyata adalah 647 mg dengan
rentang ± 5 % yaitu 614.65 mg – 679.35 mg.