Pembahasan Field Lab MTBS

8
Pembahasan Field Lab MTBS MTBS adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi mapun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah, dan kapan kembali untuk tindak lanjut. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas akan menanyakan kepada orang tua/wali anak tersebut apakah kunjungan yang pertama atau kunjungan ulang. Kemudian, petugas memeriksa tanda bahaya umum seperti: Apakah anak bisa minum atau menyusu? Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? Apakah anak menderita kejang? Kemudian petugas melihat, apakah anak tampak letargis atau tidak sadar? Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA sehingga rujukan tidak akan terlambat. Setelah itu petugas akan menanyakan keluhan utama berupa: 1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas 2. Apakah anak menderita diare 3. Apakah anak demam 4. Apakah anak mempunyai masalah telinga 5. Memeriksa status Gizi

description

field lab MTBS

Transcript of Pembahasan Field Lab MTBS

Page 1: Pembahasan Field Lab MTBS

Pembahasan Field Lab MTBS

MTBS adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit

yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi,

status imunisasi mapun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. Materi

MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan,

konseling, perawatan di rumah, dan kapan kembali untuk tindak lanjut.

Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas akan menanyakan kepada orang

tua/wali anak tersebut apakah kunjungan yang pertama atau kunjungan ulang. Kemudian,

petugas memeriksa tanda bahaya umum seperti:

Apakah anak bisa minum atau menyusu?

Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

Apakah anak menderita kejang?

Kemudian petugas melihat, apakah anak tampak letargis atau tidak sadar?

Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA sehingga

rujukan tidak akan terlambat.

Setelah itu petugas akan menanyakan keluhan utama berupa:

1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas

2. Apakah anak menderita diare

3. Apakah anak demam

4. Apakah anak mempunyai masalah telinga

5. Memeriksa status Gizi

6. Memeriksa anemia

7. Memeriksa imunisasi dan vitamin A

8. Menilai masalah/keluhan Lain

Jika keluhan utama anak menderita batuk atau sukar bernapas, maka perlu ditanyakan tentang

berapa lama anak menderita batuk atau sukar bernapas. Kemudian petugas menghitung napas

dalam 1 menit. Anak umur 2 bulan - <12 bulan dikatakan napas cepat apabila 50 kali atau

lebih per menit, sedangkan anak umur 12 bulan - <5 tahun dikatakan napas cepat apabila 40

kali atau lebih per menit. Petugas juga memperhatikan apakah ada tarikan dinding dada ke

dalam dan stridor atau tidak. Lalu, anak akan diklasifikasikan penyakitnya untuk

penggolongan derajat keparahan penyakit. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu

Page 2: Pembahasan Field Lab MTBS

tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi punya warna dasar yaitu, merah

(penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan),

dan hijau (perawatan dirumah). Klasifikasi anak dengan keluhan batuk atau sukar bernapas

seperti tabel berikut.

GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN

Ada tanda bahaya umum. ATAU Tarikan dinding ke dalam ATAU Stridor

PNEUMONIA BERAT atau

PENYAKIT SANGAT BERAT

Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai.

RUJUK SEGERA

Napas cepat PNEUMONIA Beri antibiotik yang sesuai.

Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.

Jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan

Nasihati kapan kembali segera.

Kunjungan ulang 2 hari.Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat

BATUK: BUKAN PNEUMONIA

Beri pelega tenggorokan & pereda batuk yang aman.

Jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan

Nasihati kapan kembali segera.

Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.

Pada kegiatan Field Lab topik MTBS yang dilaksanan pada hari Rabu, 26 Maret 2014 di

Puskesmas Karangdowo, Klaten, kami menemukan kasus balita sakit. Kegiatan MTBS yang

kami lakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penilaian balita sakit dengan pedoman MTBS, dengan kasus sebagai berikut.

Anak bernama Hafiz, umur 52 bulan, datang dengan keluhan batuk sudah 2 hari. Dari hasil

penilaian yang dilakukan tidak ditemukan tanda bahaya umum. Kemudian, dilakukan

pemeriksaan fisik pada balita tersebut dan didapatkan suhu badannya 37,40C, frekuensi

pernapasan 33 kali per menit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada stridor,

tidak ditemukan diare dan tanda-tanda dehidrasi. Anak tidak demam berdasarkan hasil

pengukuran suhu dengan termometer dan daerah puskesmas Karangdowo bukan termasuk

Page 3: Pembahasan Field Lab MTBS

daerah penyebaran malaria. Hasil pemeriksaan pada anak juga tidak didapatkan adanya

tanda kaku kuduk, tidak ada ruam kulit kemerahan, tidak ada masalah telinga, tidak ada

tanda demam berdarah, namun anak mengeluh batuk. Hasil pengukuran berat badan anak

menunjukkan 14,5 kg dengan Standar Deviasi BB/TB menurut Z-score -2 SD sampai

dengan +2 SD, termasuk gizi normal, tidak ada malnutrisi, dan tidak didapatkan bayi

dengan BGM (Bawah Garis Merah). Pemeriksaan pada anak dengan melihat telapak

tangannya juga tidak didapatkan anemia. Status imunisasi anak sudah lengkap dan sudah

diberikan vitamin A pada 7 Februari 2014. Tidak ada keluhan lain pada anak dan tidak

didapatkan masalah pemberian makan.

Berdasarkan penilaian dari gejala batuk di atas, maka tidak ada tanda-tanda pneumonia

atau penyakit sangat berat pada anak ini.

2. Melakukan klasifikasi penyakit

Berdasarkan hasil penilaian dan pemeriksaan di atas, balita bernama Hafiz, masuk

klasifikasi dengan warna hijau yaitu Batuk bukan Pneumonia.

3. Melakukan identifikasi tindakan / pengobatan

Tindakan yang diberikan kepada anak Hafiz jika sesuai dengan pedoman MTBS adalah

sebagai berikut :

Beri pelega tenggorokan & pereda batuk yang aman.

Jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan

Nasihati kapan kembali segera.

Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.

Sedangkan tindakan yang diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas Karangdowo,

Klaten untuk anak Hafiz yaitu dengan memberikan obat antibiotik kotrimoksazol sirup,

parasetamol, ctm, dan ambroksol. Petugas juga menasihati supaya anak diberikan jeruk

yang dicampur dengan kecap atau madu.

Seharusnya, anak Hafiz tidak perlu diberikan antibiotik karena klasifikasinya batuk bukan

pneumonia. Jika klasifikasinya pneumonia, pneumonia berat atau penyakit sangat berat,

diberikan antibiotik kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) sebagai pilihan

pertama dan antibiotik amoksisilin sebagai pilihan kedua.

Anak Hafiz juga belum perlu diberikan obat parasetamol karena suhunya hanya 37,40C.

Menurut pedoman MTBS, anak demam diberikan parasetamol jika suhunya ≥38,50C..

Menurut pedoman MTBS, anak dengan dengan keluhan batuk dan sakit tenggorokan perlu

diberikan kecap manis atau madu yang dicampur dengan air jeruk nipis. Namun, madu

Page 4: Pembahasan Field Lab MTBS

tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 1 tahun. Nasihat ini sudah disarankan

oleh petugas kesehatan kepada anak Hafiz.

Dalam memberikan obat pereda batuk atau melegakan tenggorokan, terdapat beberapa

aturan menurut pedoman MTBS. Obat yang tidak dianjurkan adalah :

Semua jenis obat batuk yang dijual bebas yang mengandung atropin, codein dan

derivatnya atau alkohol

Obat-obatan dekongestan oral dan nasal

4. Memberikan konseling bagi ibu

Konseling yang diberikan untuk ibu menurut pedoman MTBS adalah sebagai berikut.

a. Menilai Cara Pemberian Makan Anak

Tanyakan tentang cara pemberian makan anak. Bandingkan jawaban ibu dengan

ANJURAN MAKAN UNTUK ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT. TANYAKAN :

Apakah ibu menyusui anak ini?

Berapa kali sehari?

Apakah menyusui juga pada malam hari?

Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?

Makanan atau minuman apa?

Berapa kali sehari?

Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?

Jika anak kurus :

Berapa banyak makanan/minuman yang diberikan kepada anak?

Apakah anak mendapat porsi tersendiri?

Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?

Selama anak sakit, apakah pemberian makan dirubah? Bila ya, bagaimana?

b. Menasihati Ibu tentang Masalah Pemberian Makan

Jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan “Anjuran Makan Untuk

Anak Sehat Maupun Sakit” :

Nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok umur anak.

Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling

menyusui :

Lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan Bayi Muda).

Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar.

Jika ditemukan masalah lakukan tindakan yang sesuai.

Page 5: Pembahasan Field Lab MTBS

Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau

makanan lain:

Anjurkan ibu untuk relaktasi:

Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu mampu

memproduksi ASI sesuai kebutuhan anaknya.

Susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi, siang maupun malam.

Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau

makanan lain.

Jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk

memberikan susu pada anaknya

Minta ibu untuk mengganti botol dengan cangkir/ mangkuk/ gelas.

Peragakan cara memberi susu dengan mangkuk/ cangkir/ gelas.

Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai kelompok umur.

Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk:

Duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi

anak.

Memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring / mangkuk

tersendiri sesuai dengan kelompok umur.

Memberi makanan kaya gizi yang disukai anak.

Jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit:

Beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian makan selama anak sakit.

Nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai kelompok umur dan

kondisi anak.

Depkes RI (2008). Buku bagan manajemen terpadu balita sakit. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Tim Field Lab FK UNS (2014). Modul Field Lab ketrampilan: Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS). Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.