pembahasan farmakologi

6
VII.Pembahasan Praktikum kali ini mempalajari tentang cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat. Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis telah lama digunakan. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan hewan mencit sebagai hewan uji. Hewan tersebut digunakan sebagai percobaan untuk praktikum farmakologi organ ini karena struktur dan system organ yang ada di dalam tubuhnya mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Selain itu mencit lebih mudah ditangani dibandingkan dengan hewan-hewan uji lainnya seperti tikus dan kelinci. Sehingga hewan tersebut biasanya digunakan untuk uj praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung terhadap manusia. Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan

description

farmakologi

Transcript of pembahasan farmakologi

  • VII.Pembahasan

    Praktikum kali ini mempalajari tentang cara pemberian obat terhadap

    absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Rute pemberian

    obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan

    biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini

    berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah

    fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan

    bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu

    akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.

    Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang

    kedokteran/biomedis telah lama digunakan. Hewan sebagai model atau sarana

    percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain

    persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam

    pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta

    mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.

    Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan hewan mencit sebagai

    hewan uji. Hewan tersebut digunakan sebagai percobaan untuk praktikum

    farmakologi organ ini karena struktur dan system organ yang ada di dalam

    tubuhnya mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, mencit

    dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung

    cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Selain itu

    mencit lebih mudah ditangani dibandingkan dengan hewan-hewan uji lainnya

    seperti tikus dan kelinci. Sehingga hewan tersebut biasanya digunakan untuk uj

    praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung

    terhadap manusia.

    Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula

    diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah

    berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil)

    serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan

  • atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan

    penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang

    memegangnya.

    Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan

    kanan, letakan pada alas kasar, biarkan mencit menjangkau/mencengkram alas

    kasar (penutup kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari

    telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat/setegang mungkin. Ekor dipindahkan

    dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan

    demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi

    perlakuan.Jika cara penanganan mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan merasa

    stress dan ketakutan sehingga akan buang air besar dan buang air kecil.

    Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu praktikan harus

    mengetahui volume pemberian obat/dosis pada hewan percobaan. Volume

    cairan/dosis yang diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh

    melebihi batas maksimal, sebab akan mengakibatkan efek farmakologis yang

    membahayakan hewan uji.

    Pada hewan uji ada beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi hasil

    percobaan, yaitu Faktor internal dan Faktor eksternal.

    1. Faktor internal

    Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah

    variasi biologi (usia, jenis kelamin), rasa dan sifat genetik, status kesehatan

    dan nutrisi, bobot tubuh dan luas permukaan tubuh.

    Usia dan jenis kelamin berpengaruh pada hasil percobaan karena pada usia

    yang tepat pada fase hidup hewan tersebut, efek farmakolgi yang dihasilkan

    akan lebih baik. Lain halnya jika usia hewan tersebut masih bayi. Jenis

    kelamin juga berpengaruh, karena jika dilihat dari leteratur berat badan yang

    berbeda. Keduanya berpengaruh pada dosis yang akan digunakan pada hewan

    uji tersebut.

    Ras dan sifat genetik pun berpengaruh karena jika menggunkan hewan

    percobaan dengan ras dan sifat genetik yang berbeda-beda dan karakteristik

  • yang berbeda pula, maka masing-masing memiliki perbedaan dalam perilaku,

    kemampuan imunologis, infeksi penyakit, kemampuan dalam respon terhadap

    obat, kemampuan reproduksi dan lain sebagainya.

    Bobot dan luas permukaan tubuh hewan uji juga berpengaruh dalam hasil

    percobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh hewan yang bessar akan lebih

    membutuhkan lebih banyka dosis dibandingkan dengan yang berbobot dan

    memiliki luas permukaan tubuh yang kecil.

    2. Faktor eksternal

    Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah

    pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau

    baru, pengalaman hewn dalam penerimaan obat, keadaan ruang hidup (suhu,

    kelembaban udaa, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),

    suplai oksigen.

    Meningkatnya kejadian penyakit infeksi pada hewan percobaan, disebabkan

    karena kondisi lingkungan yang jelek dimana hewan itu tinggal. Maka

    dengan meningkatnya kejadian penyakit infeksi dan disertai dengan keadaan

    nutrisi yang buruk juga akan berakibat resistensi tubuh menurun, sehingga

    akan berpengaruh terhadap hasil suatu percobaan.

    Intraperitonial

    Intraperitonel (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya.

    Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat

    langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Disini obat langsung masuk ke

    pembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan

    intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme serempak

    sehingga durasinya agak cepat. Intinya absorpsi dari obat mempunyai

    sifat-sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik

    pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak.

    Cara injeksi peritonial yaitu, mencit dipegang dengan memegang ujung

    ekornya dengan tangan kanan, letakan pada alas kasar, biarkan mencit

    menjangkau/mencengkram alas kasar (penutup kawat kandang). Kemudian

  • tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya

    seerat/setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit

    antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit

    telah terpegang oleh tangan kiri, Kepala agak kebawah abdomen. Tandai

    dengan spidol pada bagian perut mencit, bagi menjadi empat bagian sama

    besar. Beri tanda pada 2 bagian bawah kanan dan kiri. Oleskan alcohol

    bagian yang akan diinjeksi, jarum disuntikkan dengan sudut 100dari

    abdomen agak pinggir, untuk mencegah terkenanya kandung kemih dan

    apabila terlalu tinggi akan mengenai hati. Volume larutan aquades yang

    disuntikan pada intraperitonial adalah isiin

    Intravena

    Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan

    obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan

    spuit.Tujuannya untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi

    daripada dengan injeksi parenteral lain, untuk menghindari terjadinya

    kerusakan jaringan dam untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih

    besar.Injeksi intravena merupakan metode injeksi yang cukup sulit

    dilakukan oleh orang yang kurang berpengalaman. Untuk melakukan

    injeksi intravena dapat menyebabkan masalah pada mencit bila terjadi

    kesalahan saat dilakukan injeksi. Injeksi intravena langsung memasukkan

    zat ke aliran darah melalui ekor (pada mencit). Injeksi ini digunakan untuk

    meneliti penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang membutuhkan

    penedahan zat langsung ke aliran darah.

    Mencit biarkan pada posisi tengkurap dengan menjulurkan ekor.

    Kemudian ekor mencit dibuat mengalami vasodilatasi dengan cara ekor

    mencit diolesi dengan etanol. Proses dilatasi pada ekor mencit juga bisa

    dilakukan dengan cara merendamnya dalam air hangat.

    Ciri-ciri pembuluh vena yang mengalami vasodilatasi adalah garis

    merah pada ekor mencit akan terlihat jelas dan besar sehingga akan

    memudahkan praktikan untuk menyuntikan larutan aquades. Setelah garis

    merah (pembuluh vena) terlihat jelas, aquades disuntikan kedalamnya.

  • Volume larutan aquades yang disuntikan pada intravena adalah isiin..

    Jarum disuntikkan dengan sudut 100agar jarum tidak melukai tangan

    praktikan.Apabila terasa ada tahanan artinya jarum tersebut belum masuk

    ke dalam pembuluh vena yang artinya jarum suntik hanya menembus

    sampai kulit. Hal ini ditandai dengan membesarnya kulit pada ekor mencit

    yang disuntikan, dan apabila jarum ditarik maka akan diikuti cairan yang

    keluar dari ekor mencit (larutan yang disuntikan). Hal ini menyebabkan

    mencit merasa tidak nyaman. Kesalahan ditandai dengannya apabila jarum

    suntik ditarik maka tidak ada darah yang keluar.

    Pada awalnya praktikan melakukan kesalahan dimana jarum tidak

    menembus pembuluh vena yang ditandai dengan membesarnya daerah

    ekor mencit yang disuntik. Kemudian praktikan menyuntikan kembali

    larutan aquades kedalam ekor mencit sesuai dengan perhitungan dosis

    pada intravena dan semua aquades masuk kedalam pembuluh vena. Pada

    saat jarum suntik ditarik, keluar darah dari daerah ekor mencit yang

    disuntik. Hal ini membuktikan bahwa praktikan benar melakukan injeksi

    intravena pada mencit.

    Peroral

    Injeksi peroral dilakukan dengan menggunakan sonde yang dimasukkan

    kedalam mulutlangsung ke dalam lambung melalui esophagus.Pada

    pemberian larutan aquades secara peroral dengan menggunakan sonde,

    mencit harus dibuat dalam keadaan menengadah ke atas, dimana posisi

    mencit lurus. Cengkram kuat mencit sehingga mencit tidak bisa

    menyentuh atau mengambil ujung sonde. Kemudian sonde dimasukkan

    oral ke langit-langit mulut mencit, kemudian dimasukkan secara perlahan-

    lahan larutan aquades sampai masuk kedalam lambung. Volume larutan

    aquades yang disuntikan pada peroral adalah tan isiin berapanya

    Pada saat sonde sudah masuk ke dalam esophagus, maka akan ada

    dua percabangan dimana terdapat saluran yang menuju paru-paru dan ada

    saluran lain yang menuju lambug. Letak saluran menuju paru-paru terletak

    di sebelah kiri pada mencit sedangkan saluran menuju lambung ada di

  • sebelah kanan pada mencit. Sehingga apa bila dilihat dari sisi

    praktikan,sonde akan dimasukkan ke sebelah kiri tikus.

    Cara pemberian yang keliru yaitu masuk ke dalam system

    pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasa dan

    kematian pada hewan uji. Cara praktikan mengetahui pemberian obat

    secara oral ini berhasil atau tidak yaitu dengan tanda apabila cairan yang

    diberikan secara peroral kepada mencit akan keluar melewati mulut atau

    hidungnya. Hal ini menandakan bahwa sonde belum masuk sempurna ke

    dalam lambung. Hal ini disebabkan karena sonde mungkin masih berada di

    di tenggorokan atau sudah masuk kedalam paru-paru mencit. Tapi apabila

    pemberian secara peroral berhasil, maka tidak akan terjadi apa-apa pada

    mencit.

    Apabila percobaan sudah menggunakan zat kimia sesungguhnya atau

    pada hewan uji tersebut ditumbuhkan suatu infeksi, maka perlu dilakukan

    pengorbanan hewan (etanasi). Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit

    perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga hewan mati dengan seminimal

    mungkin rasa sakit. Cara pengorban hewan uji dapat dilakukan dengan dua

    cara, yaitu secara fisik dan kimia. Untuk cara fisik bisa digunakan

    dislokasi leher. Caranya adalah mencit dipegang dengan memegang ujung

    ekornya dengan tangan kanan, letakan pada alas kasar, biarkan mencit

    menjangkau/mencengkram alas kasar (penutup kawat kandang) sehingga

    meregangkan badannya. Ketika hewan meregangkan badannya, pada

    bagian tengkuk diberi suatu penahan yang keras dan dipegang dengan

    tangan kiri. Sedangkan tangan kanan menarik ekornya dengan keras

    sampai lehernya terdislokasi. Cara kimianya adalah dengan menggunakan

    eter atau pentobarbital natrium pada dosis letal sehingga dapat membnuh

    hewan-hewan tersebut, dan juga dengan menggunakan gas CO2.