Pemantauan Anestesi

14
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin “monere” yang artinya memperingatkan atau memberi peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan monitoring terus menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap pemberian obat anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan panca indera kita yaitu dengan meraba, melihat atau mendengar dan yang lebih penting serta obyektif dengan alat. Morbiditas dan mortalitas pada tindakan anestesi sebagian besar disebabkan oleh kelalaian atau kurang cermat waktu melakukan pementauan. Untuk dapat melakukan pemantauan dengan baik selain faktor manusia diperlukan juga alat-alat pantau agar lebih akurat. Alat pantau berfungsi sebagai pengukur, menayangkan dan mencatat perubahan-perubahan fisiologis pasien. Walaupun terdapat banyak alat pantau yang canggih tetapi faktor manusia sangat menentukan sekali karena sampai saat ini belum ada alat pantau yang dapat menggantikan fungsi manusia untuk memonitor pasien. Alat pantau perlu dipelihara dengan baik sehingga 1

Transcript of Pemantauan Anestesi

Page 1: Pemantauan Anestesi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin “monere” yang

artinya memperingatkan atau memberi peringatan. Dalam tindakan anestesi harus

dilakukan monitoring terus menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap

pemberian obat anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan jantung. Hal ini

dapat dilakukan dengan panca indera kita yaitu dengan meraba, melihat atau

mendengar dan yang lebih penting serta obyektif dengan alat.

Morbiditas dan mortalitas pada tindakan anestesi sebagian besar

disebabkan oleh kelalaian atau kurang cermat waktu melakukan pementauan.

Untuk dapat melakukan pemantauan dengan baik selain faktor manusia diperlukan

juga alat-alat pantau agar lebih akurat. Alat pantau berfungsi sebagai pengukur,

menayangkan dan mencatat perubahan-perubahan fisiologis pasien. Walaupun

terdapat banyak alat pantau yang canggih tetapi faktor manusia sangat

menentukan sekali karena sampai saat ini belum ada alat pantau yang dapat

menggantikan fungsi manusia untuk memonitor pasien. Alat pantau perlu

dipelihara dengan baik sehingga informasi-informasi yang didapat dari alat pantau

tersebut dapat dipercaya.

Sapai saat ini masih terdapat perbedaan-perbedaan di beberapa negara

mengenai standar alat pantau. Di negara-negara maju secara rutin dilakukan

pemantauan terhadap ventilasi “airway pressure”, tekanan darah, konsentrasi O2

inspirasi, saturasi O2 arteri dan EKG. Sedangkan untuk kasus khusus ditambah

dengan pemantauan tekanan darah invasif, tekanan vena sentral.

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memahami pemantauan

selama anestesi dalam mendeteksi secara dini perubahan-perubahan fisiologis

pasien selama anestesi, sehingga dapat diambil tindakan secepatnya bila terjadi

sesuatu yang tidak diinginkan.

1

Page 2: Pemantauan Anestesi

BAB II

PEMBAHASAN

Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan

memeriksa pasien dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisikologis

pasien terhadap tindakan anestesi dan pembedahan. Tujuan utama monitoring

anestesi adalah diagnosa adanya permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya

kegawatan, dan evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk efektivitas dan adanya

efek tambahan. Monitoring selama anestesi dibagi menjadi tahap yaitu :

monitoring sebelum, selama dan sesudah operasi.

a. Monitoring Sebelum Operasi

Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan baik elektif maupun

darurat perlu dipersiapkan. Sedangkan pada bedah emergensi waktu yang tersedia

lebih singkat. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada monitoring sebelum operasi

antara lain :

1. Persiapan mental dan fisik.

1.1 Anamnesa

Anamnesa untuk mengetahui keadaan pasien, riwayat penyakit,

pengobatan, operasi atau anestesi sebelumnya.

1.2 Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Pemeriksaan fisik meliputi tinggi badan, berat badan, vital sign, keadaan

umum, kondisi psikis, gizi, penyakit kardiovaskuler, respirasi dan lain-

lain. Untuk pemeriksaan laboratorium pasien seperti Hb, HMT, AL, CT,

BT, Ureum Kreatinin dan lain-lain.

2. Perencanaan tehnik dan obat anestesi.

3. Penentuan klasifikasi dan prognosis (sesuai dengan ASA).

Persiapan preoperasi meliputi :

Pengosongan saluran pencernaan (diberi cairan perinfus).

Pengosongan kandung kemih.

Pembersihan jalan nafas.

2

Page 3: Pemantauan Anestesi

Asesoris maupun kosmetik sebaiknya tidak dipakai.

Informed consent.

Pasien sebaiknya memakai pakaian bedah.

Pemeriksaan fisik yang penting diulangi pada saat pasien diruang persiapan

operasi.

b. Monitoring Selama Operasi

Yang perlu dimonitor selama operasi adalah tingkat kedalaman anestesi,

efektivitas kardiovaskuler dan efisiensi perfusi jaringans erta perubahan

respirasisecara praktis perlu diperhatikan tekanan darah, nadi, respirasi, suhu

warna kulit, keringat, cairan serta kesadaran pasien.

Tingkat kedalaman pasien sesuai dengan tingkat depresi terhadap susunan

saraf pusat yang antara lain dapat dilihat pada perubahan tekanan darah, nadi,

respirasi, pupil, pergerakan bola mata, reflek-reflek dan kesadaran. Depresi

terhadap sistim saraf pusatdapat dilihat dengan perubahan-perubahan sebagai

berikut :

1. Menurunnya respon kulit/mukosa terhadap alat/obat anestesi yang berbau

tajam.

2. Menurunnya rangsangan susunan saraf simpatis, seperti tidak keluarnya

air mata, tidak terjadi vasokonstriksi dan kulit menjadi hangat.

3. Berkurangnya rangsangan terhadap pernafasan, seperti tidak terjadinya

takipneu dan nafas menjadi teratur.

4. Berkurangnya rangsangan terhadap kardiovaskuler, misalnya tidak terjadi

takikardi dan hipertensi.

Bila anestesi kurang dalam, nafas akan bertambah dalam dan cepat, atau

sebagian anggota badan bergerak. Pada keadaan tersebut konsentrasi obat anestesi

intravena ditambah. Cara lain yang dapat membantu menentukan kedalaman

anetesi adalah nilai MAC (Minimal Alveolar Concentration) dan pemeriksaan

elektroensefalografi.

3

Page 4: Pemantauan Anestesi

Kardiovaskuler

Fungsi jantung dapat diperkirakan dari observasi nadi, bunyi jantung,

pemeriksaan EKG, tekanan darah dan produksi urin.

1. Nadi

Monitoring frekuensi dan ritme nadi dapat dilakukan dengan meraba arteri

temporalis, arteri radialis, arteri femoralis, arteri karotis. Anestesi yang

terlalu dalam dapat bermanifestasi dengan nadi yang bertambah lambat

dan melemahkan denyut jantung. Pemeriksan juga dapat dilakukan dengan

monitor nadi yang bermanfaat pada kasus-kasus anak dan bayi dimana

pulsasi nadi lemah, observasi ritme ektopik selama anestesi, indeks

penurunan tekanan darah selama anestesi halotan, dan selama pernafasan

kontrol dimana monitoring nafas tidak dapat dikerjakan. Monitoring nadi

akan berfungsi baik bila pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi dan

tidak efektif pada keadaan vasokonstriksi.

2. Elektrokardiogram

EKG selama anestesi dilakukan untuk memonitor perubahan frekuensi

ritme jantung serta sistim konduksi jantung.

Indikasi monitoring EKG selama anestesi :

- Mendiagnosa adanya cardiac arrest.

- Mencari adanya aritmia.

- Diagnosis isckemik miokard.

- Memberi gambaran perubahan elektrolit.

- Observasi fungsi pacemaker.

3. Tekanan Darah

Dapat diukur secara langsung maupun tak langsung. Cara tak langsung

bisa dengan palpasi, auskultasi,oscilotonometri, Doppler Ultrasound.

Cara langsung atau invasif : pada cara ini kanul dimasukkan kedalam

arteri, misalnya arteri radialis atau brachialis kemudian dihubungkan

4

Page 5: Pemantauan Anestesi

dengan manometer melalui transduser. Dengan cara ini kita dapat

mengukur tekanan darah secara langsung dan terus menerus. Pengukuran

tekanan darah merupakan suatu hal yang mutlak dilaksanakan pada setiap

pasien selama anestesi. Selama operasi, peningkatan tekanan darah bisa

disebabkan karena overload cairan atau anestesi yang kurang dalam,

sebaliknya tekanan darah dapat turun bila terjadi perdarahan atau anestesi

yang kurang dalam.

4. Produksi Urin

Dalam anestesi, urin dipengaruhi oleh obat anestesi, tekanan darah,

volume darah, dan faal ginjal. Jumlah urin normal kira-kira 0,5-1

ml/KgBB/jam. Bila urin ditampung dengan kateter perlu dijaga sterilitas

agar tidak terinfeksi.

5. Perdarahan selama pembedahan

Jumlah perdarahan harus dihitung dari botol penghisap. Perdarahan akut

dapat diatasi dengan kristaloid, koloid, plasma ekspander, atau darah.

Selain jumlah perdarahan, perlu diawasi juga warna perdarahan merah tua

atau merah muda.

Respirasi

Respirasi harus dimonitor dengan teliti, mulai dengan cara-cara sederhana

sampai monitor yang menggunakan alat-alat. Pernafasan dinilai dari jenis

nafasnya, apakah thorakal atau abdominal, apakah ada nafas paradoksal

retraksi intercostal atau supraclavicula.

Pemantauan terhadap tekanan jalan nafas, tekanan naik bila pipa endotrakhea

tertekuk, sekresi berlebihan, pneumothorak, bronkospasme, dan obat-obat

relaksan habis.

Pemantauan terhadap “Oxygen Delivery” dan end tidal CO2.

- Oxygen Delivery, pada mesin anetesi sebaiknya dilengkapi dengan suatu

alat pemantau (oxygen analyzer) sehingga oksigen yang diberikan ke

5

Page 6: Pemantauan Anestesi

pasien dapat dipantau dengan baik. Bila ada kebocoran pada sirkuit maka

alarm akan berbunyi, sedangkan untuk oksigen jaringan dapat dipantau

dengan alat transkutaneus PO2, pemantauan non invasif dan kontinyu.

Pada bayi korelasi antara PO2 dan PCO2 cukup baik.

- End tidal CO2, korelasi antara Pa O2 dan Pa CO2 cukup baik pada pasien

dengan paru normal. Alat pemantaunya adalah kapnometer yang biasa

digunakan untuk memantau emboli udara pada paru, malignan

hiperthermi, pasien manula, operasi arteri karotis.

Stetoskop esofagus, merupakan alat sederhana, murah, non invasif, dan cukup

aman. Dapat secara rutin digunakan untuk memantau suara nafas dan bunyi

jantung.

Suhu

Obat anestesi dapat memprediksi pusat pengatur suhu (SSP) sehingga mudah

dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan tehnik anestesi. Monitoring suhu jarang

dilakukan, kecuali pada bayi/anak-anak, pasien demam, dan tehnik anestesi

dengan hipothermi buatan. Pemantauan suhu tubuh terutama suhu pusat, dan

usaha untuk mengurangi penurunan suhu dengan cara mengatur suhu ruang

operasi, meletakkan bantal pemanas, menghangatkan cairan yang akan

diberikan, menghangatkan dan melembabkan gas-gas anestetika.

Cairan

Pemantauan terhadap status cairan dan elektrolit selama operasi dapat

dilakukan dengan menghitung jumlah cairan atau darah yang hilang dan

jumlah cairan atau darah yang diberikan. Pengukuran ini harus benar-benar

cermat terutama pada pasien bayi. Kebutuhan cairan selama operasi meliputi

kebutuhan standar ditambah dengan kebutuhan sesuai dengan trauma dan

stress akibat operasi.

Kebutuhan standar :

1. Untuk anak

BB : 0-10 Kg : 1000 ml/KgBB/24 jam

6

Page 7: Pemantauan Anestesi

10-20 Kg : 1000 ml + 50 ml/KgBB/24 jam tiap Kg diatas 10 Kg.

>20 Kg : 1500 ml + 20 ml/KgBB/24 jam tiap Kg diatas 20 Kg.

2. Untuk dewasa

40-50 ml/KgBB/24 jam

Kebutuhan karena trauma/stress operasi:

Jenis Operasi Pediatri/Anak Dewasa

Ringan

Sedang

Berat

2 ml/KgBB/jam

4 ml/KgBB/jam

6 ml/KgBB/jam

4 ml/KgBB/jam

6 ml/KgBB/jam

8 ml/KgBB/jam

Bila terjadi perdarahan dapat diganti dengan cairan kristaloid (3 X jumlah

perdarahan), koloid (1 X jumlah perdarahan), dan darah (1 X jumlah

perdarahan).

Analisa Gas Darah

Pemantauan oxygen delivery ke jaringan dan eliminasi CO2 dapat dipantau

dengan memeriksa analisa gas darah. Indikasi pemeriksaan analisa gas darah

antara lain: operasi besar vaskular, operasi lung anestesi, anestesi dengan

hipotensi kendali, operasi otak, dan sebagainya.

c. Monitoring Setelah Operasi

Monitoring setelah operasi perlu dilakukan setelah pasien menjalani

operasi pembedahan. Pada saat penderita berada diruang pemulihan perlu dicegah

dan ditanggulangi keadaan-keadaan yang ada sehubungan dengan tindakan

anestesi, antara lain :

1. Hipoksia

Disebabkan tersumbatnya jalan nafas.

Tx dengan O2 3-4 L/menit, bebaskan jalan nafas, bila perlu pernafasan buatan.

2. Irama jantung dan nadi cepat, hipertensi

Sering disebabkan karena kesakitan, permulaan hipoksia atau memang

penyakit dasarnya.

7

Page 8: Pemantauan Anestesi

Tx dengan O2, analgetik, posisi fowler.

3. Hipotensi

Biasanya karena perdarahan, kurang cairan, spesial anestesi.

Tx dengan posisi datar, infus RL dipercepat sampai tensi normal.

4. Gaduh gelisah

Biasanya karena kesakitan atau sehabis pembiusan dengan ketamin, pasien

telah sadar tapi masih terpasang ganjal lidah/airway.

Tx dengan O2, analgetik, ganjal dilepas, atau kadang perlu bantal.

5. Muntah

Bahaya berupa aspirasi paru.

Tx miringkan kepala dan badan sampai setengah tengkurap, posisi

trendelenberg, hisap muntah sampai bersih.

6. Menggigil

Karena kedinginan, kesakitan atau alergi.

Tx O2, selimuti, bila perlu beri analgetika.

7. Alergi sampai syok

Oleh karena kesalahan tranfusi atau obat-obatan.

Tx stop tranfusi, ganti Na Cl.

Perawatan diruang pemulihan tidak kalah penting dibanding dengan

pengelolaan anestesi dikamar operasi, karena hampir semua dari penyakit serta

kematian dapat terjadi pasca bedah.

Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain :

1. Posisi penderita disesuaikan dengan jenis operasi, misal : abduksi untuk post

injection Moore prothese, fleksi untuk post supracondilair humeri.

2. Pengawasan bagian yang telah dioperasi, meliputi tekanan

gips,balutan,drainase, sirkulasi dan perdarahan.

3. Observasi adanya perdarahan, dapat diketahui dari perembesan, produksi

drain, hematom,cek Hb bila turun usahakan tranfusi, Lab dan Ro foto.

4. Pengobatan luka atau medikasi, bisanya dikerjakan sehari setelah operasi

kecuali ada pesan khusus dari operator, misal pada operasi skin graft.

8

Page 9: Pemantauan Anestesi

BAB III

KESIMPULAN

Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi

dan memeriksa pasien dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan

reaksi psikologis pasien terhadap tindakan anestesi dan pembedahan.

Dalam anestesiologi tindakan monitoring sangat vital untuk menjaga

keselamatan pasien. Monitoring ini dilakukan sebelum, selama dan

sesudah operasi.

Tujuan dari monitoring anestesi adalah untuk mendiagnosa adanya

permasalahan, memperkirakan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil

suatu tindakan termasuk efektivitas dan adanya efek tambahan.

9