Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

download Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

of 47

Transcript of Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    1/47

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nomor CM : 403966 Tanggal operasi : 22 Januari 2013 Nama pasien : Tn.A Alamat : Jalan Kramat Kwitang 11 RT 03/07, No.26.

    Senen-Jakarta Pusat

    Umur : 41 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Berat badan : 56 kg Tinggi badan : 157 cm

    II. ANAMNESIS

    Tanggal 21 Januari 2012, pukul 07.00 WIB

    Keluhan utama : Nyeri di perut kanan bawah Keluhan tambahan : Tidak ada Riwayat penyakit sekarang

    Sejak kurang lebih 2 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah

    seperti ditusuk-tusuk, nyerinya terus-menerus, dibuat istirahat agak baikan,

    nyeri menjalar ke belakang perut. Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengeluh

    demam naik turun, tidak mual, tidak muntah, tidak batuk pilek,dan nafsu

    makan pasien mulai menurun. Sejak 1 hari yang lalu nyeri terasa semakin

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    2/47

    2

    hebat dengan skala nyeri : 3. BAK lancar, tidak tersendat-sendat dan tidak ada

    darah pada air seni nya. Tidak ada gigi palsu dan goyang.

    Riwayat penyakit terdahulu

    a. Riwayat sakit serupa : disangkalb. Riwayat dirawat : disangkalc. Riwayat penyakit jantung : disangkald. Riwayat asma : disangkale. Riwayat penyakit paru : disangkalf. Riwayat nyeri dada : disangkalg. Riwayat penyakit ginjal : disangkalh. Riwayat kencing manis : disangkali. Riwayat hipertensi : disangkal

    j. Riwayat sakit kejang : disangkalk. Riwayat alergi obat : disangkall. Riwayat alergi makanan : disangkalm. Riwayat alergi udara dingin: disangkal

    Riwayat penyakit keluargaa. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

    b. Riwayat hipertensi : disangkalc. Riwayat kencing manis : disangkald. Riwayat jantung : disangkal

    Kebiasaana. Merokok : (-)

    b. Menkonsumsi alkohol : disangkal

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    3/47

    3

    c. Menkonsumsi obat terlarang : disangkald. Riwayat olahraga : Jarang olahraga

    Riwayat operasi dan anestesiTidak ada

    III.PEMERIKSAAN FISIK

    1. Keadaan umum

    Kesadaran : compos mentis, tampak kesakitan

    BB : 56 kg

    Tinggi badan : 157 cm

    2. Vital sign

    Tekanan darah : 130/80 mmHg

    Frekuensi Nadi : 80x/m, regular, isi dan tegangan cukup

    Frekuensi nafas : 16 x/menit, regular, torakoabdominal

    Suhu : 36,50C per axilla

    3. Status Generalis

    Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata

    Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : Nafas cuping hidung (-), perdarahan (-), lendir (-)

    Mulut : Malampati I, mukosa lembab, sianosis (-), faring hiperemis

    (-), gigi palsu (-), gigi goyang (-), buka mulut maksimal (>3

    cm)

    Telinga : Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-)

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    4/47

    4

    Leher : Tampak simetris, deviasi trakea (-), limfonodi tidak teraba,

    jarak thyro-mental>6cm, pembesaran kelenjar tiroid (-).

    Paru : Suara napas vesikuler, ronki-/-, whezzing -/-

    Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 normal.

    Abdomen :

    I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-).

    A : Peristaltik (+) normal.

    P : Timpani seluruh lapang perut.

    P : Supel, nyeri tekan (+) di McBurney di regio inguinal

    dextra, hepar dan lien tidak teraba, psoas sign (+), obturator

    sign (+).

    Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, ptekie (-), capilary refil

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    5/47

    5

    Glukosa puasa 83 70-100mg/dL

    Glukosa 2 jam PP 92

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    6/47

    6

    PERSIAPAN PRA ANESTESI

    A. Persiapan pasien

    1.Informed consent

    2. Surat persetujuan operasi3. Pasien dipuasakan sejak pukul 22.00 WIB tanggal 21 Januari 2013 tujuannya

    untuk memastikan bahwa lambung pasien telah kosong sebelum tindakan

    untuk menghindari kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung

    yang akan membahayakan pasien.

    4. Pengosongan kandung kemih pada pagi hari sebelum operasi.5. Pendataan kembali identitas pasien di kamar operasi. Anamnesa singkat yang

    meliputi BB, umur, riwayat penyakit, riwayat kebiasaan, dll.

    6. Pemeriksaan fisik di ruang persiapan : TD : 130/80 mmHg, Nadi 68 x/menit,RR 12x/menit.

    7. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.B. Persiapan Alat Anastesi

    1. Mesin anastesi- Komponen I : Sumber gas, flowmeter dan vaporizer

    - Komponen II: Sirkuit napas / system ventilasi yaitu open , semi open , semiclose

    - Komponen III: Alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien yaitu sungkup

    muka dan pipa ombak.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    7/47

    7

    2. Elektrokardiografi ( EKG )3.

    Sfigmomanometer digital

    4. Oksimeter/saturasi5. Suction

    6. Guedel

    7. Sungkup muka ( face mask )

    http://openchild1%28%27/glpcat/clnt_prd_popup.pl?pcid=81&cloc=5878_10017266&iid=18336%27)http://openchild1%28%27/glpcat/clnt_prd_popup.pl?pcid=81&cloc=5878_10017266&iid=18336%27)http://openchild1%28%27/glpcat/clnt_prd_popup.pl?pcid=81&cloc=5878_10017266&iid=18336%27)http://openchild1%28%27/glpcat/clnt_prd_popup.pl?pcid=81&cloc=5878_10017266&iid=18336%27)
  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    8/47

    8

    8. Balon pernafasan

    9. Infus set dan cairan infus10. Plester.11.Peralatan intubasi seperti sungkup laring (LMA) no 4, serta stetoskop untuk persiapan

    andaikan terjadi gagal nafas pada pasien

    C. Persiapan Obat Anestesi

    1.Premedikasi : Miloz 2,5mg Fentanyl 100mcg2.Obat induksi : Propofol 100 mg3.Obat pelumpuh otot : Notrixum 20 mg4.Maintanance anastesi : Isoflurane , N2O, O25.Obat emergency : Adrenalin, Sulfas Atropin, Ephedrin,6.Analgetik : Tramal 100mg7.Anti emetik : Ondansentron 8 mg8.Antibiotik : Cefriakson drip 2 gr

    D. Persiapan Terapi Cairan Perioperatif

    Berat Badan : 56 Kg

    a. Maintenance (M) = BB x Kebutuhan cairan perjam

    = (10x4)+(10x2)+(36x1)cc/kg/jam

    http://openchild1%28%27/glpcat/clnt_prd_popup.pl?pcid=81&cloc=5878_10017254&iid=10063853%27)
  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    9/47

    9

    = 96cc/jam

    b. Pengganti puasa (P) = M x Jam puasa

    = 96 cc/jam x 8 jam = 768 cc

    c. Jenis operasi (O) kecil = BB x Jenis operasi

    = 56 kg x 4cc/kgbb = 224 cc

    Pemberian Cairan Pada Operasi ini

    Pada jam I = M + 50% (P) + O

    = 96+ 50% (768)+ 224

    = 704 cc

    Pada jam II

    =M + 25%(P) + OP

    = 96+ 25% (768) + 224

    = 512 cc

    Pada jam III= 512 cc

    E. Pelaksanaan Anestesi

    Pukul 7.10 :

    Pasien dibaringkan diatas meja operasi Pasang infus cairan Ringer Laktat pada tangan kiri

    aboket no.18

    Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse Mengukur TD : 130/80 mmHg, nadi 68x/mnt

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    10/47

    10

    Pukul 7.20:

    Pemberian premedikasi Miloz 2,5 mg iv dilanjutkandengan Fentanyl 100 mcg iv

    TD : 120/75 mmHg, Nadi : 65x/mnt, SaO2 : 99% Induksi dengan Propofol 100 mg ivSetelah reflek bulu mata menghilang diberikan notrixum

    20 mg iv

    Dilakukan preoksigenasi dengan sungkup mukamenggunakan O2 sebanyak 4 liter / menit

    Setelah relaksasi pasien diintubaasi dengan LMA no 4,guedel (+)

    Dengan steteskop bahwa paru kanan dan kiri sama dandinding dada kanan dan kiri bergerak simetris pada

    setiap inspirasi buatan.

    LMA dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alatanestesi, kemudian N2O dibuka 2 liter/menit dan O2 2

    liter/menit (N2O : O2=50% : 50%) kemudian isofluran

    dibuka 2 vol%

    Inspirasi 500 ml dengan frekuensi 12 kali per menitTD : 110/70 mmHg, N: 60x/menit, SpO2 : 99%

    Pukul 7.30 :

    Operasi dimulaiPukul 7.45 :

    TD : 110/70mmHg, Nadi : 65x/mnt, Sa O2 : 99%

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    11/47

    11

    Pukul 8.15

    Operasi selesai Diberikan tramadol 100mg TD : 120/85mmHg, Nadi : 86x/mnt, Sa O2 :99%

    Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberianO2 dipertahankan.

    Setelah pasien bangun, LMA dikeluarkan, lendirdikeluarkan dengan suction lalu diberi oksigen murni 6

    liter/menit.

    EKG, manset tensimeter dan saturasi O2 dilepas. Kemudian pasien dipindahkan ke brancar untuk dibawa

    Ke ruang pemulihan atau recovery room (RR).

    Terapi Cairan

    Cairan yang diberikan selama anestesi adalah RL kurang dari 500 cc

    Pengawasan Anestesi

    EKG ritme jantung dalam batas normal, saturasi oksigen 99%.

    F. Post Operasi

    - Tiba di ruang recovery pukul : 8.30 wib- Kesadaran : compos mentis, dapat dibangunkan- Pernafasan : spontan, pasien dapat bernafas dalam- Tekanan darah : 128/79 mmHg- Nadi : 65x/mnt

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    12/47

    12

    - SpO2 : 99%

    Penilaian pulih sadar menurut aldrette score :

    - Kesadaran : 2- Pernafasan : 2- Tekanan darah : 2- Aktivitas : 2- Warna kulit : 2Total score = 10

    Pasien pindah keruang perawatan biasa pukul 8.40

    Instruksi paska bedah :

    Bila kesakitan : Tramadol 100 mg IV Bila mual/muntah : ondancentron 4 mg IV Antibiotika dan cairan sesuai terapi bedah Bila pasien sadar penuh dan peristaltic usus +, boleh minum dan baru makan Pemantauan tensi, nadi dan nafas setiap 15 menit selama 4 jam.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    13/47

    13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara

    menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih

    kembali atau reversible. Pada anestesi umum harus memenuhi beberapa hal ini yaitu

    hipnotik, analgesi, relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot

    sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan, stabilisasi otonom.

    Untuk menjamin jalan nafas pasien selama tidak sadar, maka dilakukan

    pemasangan LMA, karena dinilai lebih aman dan lebih tidak invasive disbanding

    dengan pemasangan Endotracheal Tube (ET). Dipilih manajemen jalan nafas dengan

    LMA karena pertimbangan lama operasi yang tidak begitu lama, karena LMA tidak

    dapat digunakan pada pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi dalam jangka

    waktu lama. LMA juga tidak dapat dilakukan pada pasien dengan reflek jalan nafas

    yang intack, karena insersi LMA akan mengakibatkan laryngospasme. LMA sebagai

    alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET untuk airway management. LMA

    bukanlah suatu penggantian ET, ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi.

    Keuntungan penggunaan LMA diabanding ET adalah kurang invasiv, mudah

    penggunaanya, minimal trauma pada gigi dan laring, efek laringospasme dan

    bronkospasme minimal, dan tidah membutuhkan agen relaksasi otot untuk

    pemasangannya.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    14/47

    14

    ANATOMI & FISIOLOGI JALAN NAFAS BAGIAN ATAS

    a.HidungJalan nafas yang normal secara fungsional dimulai dari hidung. Udara lewat

    melalui hidung yang berfungsi sangat penting yaitu penghangatan dan melembabkan

    (humidifikasi). Hidung adalah jalan utama pada pernafasan normal jika tidak ada

    obstruksi oleh polip atau infeksi saluran nafas atas. Selama bernafas tenang , tahanan

    aliran udara yang melewati hidung sejumlah hampir dua per tiga dari total tahanan

    jalan nafas. Tahanan yang melalui hidung adalah hampir dua kali bila dibandingkan

    melalui mulut. Ini menjelaskan mengapa pernafasan mulut digunakan ketika aliran

    udara tinggi dibutuhkan seperti pada saat aktivitas berat. Inervasi sensoris pada

    mukosa berasal dari dua divisi nervus trigeminal. Nervus ethmoidalis anterior

    menginervasi pada septum anterior, dinding lateral sedangkan pada area posterior di

    inervasi oleh nervus nasopalatina dari ganglion sphenopalatina. Anestesi lokal dengan

    topikal cukup efektif memblokade nervus ethmoidalis anterior dan nervus maksila

    bilateral.

    b.FaringFaring meluas dari bagian belakang hidung turun ke kartilago krikoid berlanjut

    sampai esofagus. Bagian atas atau nasofaring dipisahkan dengan orofaring

    dibawahnya oleh jaringan palatum mole. Pinsip kesulitan udara melintas melalui

    nasofaring kerena menonjolnya struktur jaringan limfoid tonsiler. Lidah adalah

    sumber dari obstruksi pada orofaring, biasanya karena menurunnya tegangan

    muskulus genioglosus, yang bila berkontraksi berfungsi menggerakkan lidah kedepan

    selama inspirasi dan berfungsi sebagai dilatasi faring.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    15/47

    15

    c. LaringLaring terbentang pada level Servikal 3 sampai 6 vertebra servikalis, melayani

    organ fonasi dan katup yang melindung jalan nafas bawah dari isi traktus digestifus.

    Strukturnya terdiri dari otot, ligamen dan kartilago. Ini termasuk tiroid, krikoid,

    aritenoid, kornikulata dan epiglotis. Epiglotis, sebuah kartilago fibrosa, memiliki

    lapisan membran mukus, merupakan lipatan glosoepiglotis pada permukaan faring

    dan lidah. Pada bagian yang tertekan disebut velecula. Velecula ini adalah tempat

    diletakkannya ujung blade laringokop Macinthos. Epiglotis menggantung pada bagian

    dalam laring dan tidak dapat melindungi jalan nafas selama udema. Rongga laring meluas

    dari epiglotis ke kartilago krikoid dibagian bawah. Bagian dalam dibentuk oleh epiglotis,

    gabungan apek kartilago arytnenoid, lipatan aryepiglotis, Bagian dalam rongga laring

    adalah lipatan vestibuler cincin sempit dan jaringan fibrus pada tiap sisinya. Ini perluasan

    dari permukaan anterolateral aritenoid, sudut tiroid, dimana yang terakhir berikatan

    dengan epiglotis. Lipatan ini adalah sebagai korda vokalis palsu, yang terpisah dari korda

    vokalis sesungguhnya oleh sinus laringeal atau ventrikel. Korda vokalis yang

    sesungguhnya pucat, putih, struktur ligamen melekat pada sudut tiroid bagian belakang.

    Celah triangular antara korda vocalis saat glotis terbuka merupakan segmen tersempit

    pada orang dewasa. Pada anak kurang dari 10 tahun, bagian tersempit adalah dibawah

    plika vocalis pada level setinggi cincin krikoid. Panjang rata-rata pembukaan glotis

    sekitar 23 mm pada laki-laki 17 mm pada wanita. Lebar glotik adalah 6-9 mm tapi dapat

    direntangkan sampai 12 mm. Penampang melintang glotis sekitar 60100 mm2.

    Otot-otot laring dapat diklasifikasikan menjadi tiga group berdasarkan aksinya pada

    korda: abduktor, adduktor, dan regulasi tegangan. Seluruh inervasi motorik dan sensorik

    pada otot-otot laring berasal dari dua cabang nervus vagus yaitu nervus superior dan

    rekuren laring.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    16/47

    16

    d. TrakeaTrakea adalah sebuah struktur berbentuk tubulus yang mulai setinggi Cervikal 6

    columna vertebaralis pada level kartilago tiroid. Trakea mendatar pada bagian posterior,

    panjang sekitar 10 15 cm, didukung oleh 16 20 tulang rawan yang berbentuk tapal

    kuda sampai bercabang menjadi dua atau bifurkasio menjadi bronkus kanan dan kiri pada

    thorakal 5 kolumna vertebaralis. Luas penampang melintang lebih besar dari glotis, antara

    150 300 mm2. Beberapa tipe reseptor pada trakea, sensitif terhadap stimulus mekanik

    dan kimia. Penyesuaian lambat reseptor regang yang berlokasi pada otot-otot dinding

    posterior, membantu mengatur rate dan dalamnya pernafasan, tetapi jugamenimbulkan

    dilatasi pada bronkus melalui penurunan aktivitas afferen nervus vagus. Respon cepat

    resptor iritan yang berada pada seluruh permukaan trakea berfungsi sebagai reseptor

    batuk dan mengandung reflek bronkokontriksi.

    LARINGEAL MASK AIRWAY

    Hilangnya kesadaran karena induksi anestesi berhubungan dengan hilangnya

    pengendalian jalan nafas dan reflex-reflex proteksi jalan nafas. Tanggung jawab dokter

    anestesi adalah untuk menyediakan respirasi dan managemen jalan nafas yang adekuat

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    17/47

    17

    untuk pasien. LMA telah digunakan secara luas untuk mengisi celah antara intubasi ET

    dan pemakaian face mask. LMA di insersi secara blind ke dalam pharing dan membentuk

    suatu sekat bertekanan rendah sekeliling pintu masuk laring.

    A.Desain dan FungsiLaringeal mask airway ( LMA ) adalah alat supra glotis airway, didesain untuk

    memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan dan

    memungkinkan ventilasi kendali pada mode level (< 15 cm H2O) tekanan positif. Alat ini

    tersedia dalam 7 ukuran untuk neonatus, infant, anak kecil, anak besar, kecil, normal dan

    besar.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    18/47

    18

    B.Macam-Macam LMALMA dapat dibagi menjadi 3:

    1. Clasic LMA

    2. Fastrach LMA

    3. Proseal LMA

    4. Flexible LMA

    1. Clasic LMA

    Merupakan suatu peralatan yang digunakan pada airway management yang dapat

    digunakan ulang dan digunakan sebagai alternatif baik itu untuk ventilasi facemask

    maupun intubasi ET. LMA juga memegang peranan penting dalam penatalaksanaan

    difficult airway. Jika LMA dimasukkan dengan tepat makatip LMA berada diatas sfingter

    esofagus, cuff samping berada di fossa pyriformis, dan cuff bagian atas berlawanan

    dengan dasar lidah. Dengan posisi seperti ini akan menyebabkan ventilasi yang efektif

    dengan inflasi yang minimal dari lambung.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    19/47

    19

    2. LMA Fastrach ( Intubating LMA )

    LMA Fastrach terdiri dari sutu tube stainless steel yang melengkung ( diameter

    internal 13 mm ) yang dilapisi dengan silicone, connector 15 mm, handle, cuff, dan

    suatu batang pengangkat epiglotis. Perbedaan utama antara LMA clasic dan LMA

    Fastrach yaitu pada tube baja, handle dan batang pengangkat epiglottic.

    Nama lain dari Intubating LMA : Fastrach. Laryngeal mask yang dirancang khusus

    untuk dapat pula melakukan intubasi tracheal. Sifat ILMA : airway tube-nya kaku,

    lebih pendek dan diameternya lebih lebar dibandingkan cLMA. Ujung proximal

    ILMA terdapat metal handle yang berfungsi membantu insersi dan membantu

    intubasi, yang memungkinkan insersi dan manipulasi alat ini. Di ujung mask terdapat

    pengangkat epiglotis, yang merupakan batang semi rigid yang menempel pada

    mask. ILMA didesign untuk insersi dengan posisi kepala dan leher yang netral.

    Ukuran ILMA : 3 5, dengan tracheal tube yang terbuat dari silicone yang dapat

    dipakai ulang, dikenal : ILMA tube dengan ukuran : 6,08,0 mm internal diameter.

    ILMA tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan patologi esofagus bagian

    atas karena pernah dilaporkan kejadian perforasi esofagus. Intubasi pada ILMA

    bersifat blind intubation technique. Setelah intubasi direkomendasikan untuk

    memindahkan ILMA. Nyeri tenggorok dan suara serak biasanya ringan, namun lebih

    sering terjadi pada pemakaian ILMA dibandingkan cLMA. ILMA memegang peranan

    penting dalam managemen kesulitan intubasi yang tidak terduga. Juga cocok untuk

    pasien dengan cedera tulang belakang bagian cervical. Dan dapat dipakai selama

    resusitasi cardiopulmonal.

    Respon hemodinamik terhadap intubasi dengan ILMA mirip dengan intubasi

    konvensional dengan menggunakan laryngoscope. Kemampuan untuk insersi ILMA

    dari belakang, depan atau dari samping pasien dan dengan posisi pasien supine, lateral

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    20/47

    20

    atau bahkan prone, yang berarti bahwa ILMA merupakan jalan nafas yang cocok untuk

    insersi selama mengeluarkan pasien yang terjebak.

    3. LMA Proseal

    LMA Proseal mempunyai 2 gambaran design yang menawarkan keuntungan lebih

    dibandingkan LMA standar selama melakukan ventilasi tekanan positif. Pertama,

    tekanan jalan nafas yang lebih baik yang berhubungan dengan rendahnya tekanan

    pada mukosa. Kedua, LMA Proseal terdapat pemisahan antara saluran pernafasan

    dengan saluran gastrointestinal, dengan penyatuan drainage tube yang dapat

    mengalirkan gas-gas esofagus atau memfasilitasi suatu jalur tube orogastric untuk

    dekompresi lambung.

    PLMA diperkenalkan tahun 2000. PLMA mempunyai mangkuk yang lebih

    lunak dan lebih lebar dan lebih dalam dibandingkan cLMA. Terdapat drainage tube

    yang melintas dari ujung mask, melewati mangkuk untuk berjalan paralel dengan

    airway tube. Ketika posisinya tepat, drain tube terletak dipuncak esofagus yang

    mengelilingi cricopharyngeal, dan mangkuk berada diatas jalan nafas. Lebih jauh

    lagi, traktus GI dan traktus respirasi secara fungsi terpisah.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    21/47

    21

    PLMA di insersi secara manual seperti cLMA. Akhirnya saat insersi sulit dapat

    melalui suatu jalur rel melalui suatubougie yang dimasukkan kedalam esofagus.

    Tehnik ini paling invasif tetapi paling berhasil denganmisplacement yang kecil.

    Terdapat suatu teori yang baik dan bukti performa untuk mendukung gambaran

    perbandingan antara cLMA dengan PLMA, berkurangnya kebocoran gas,

    berkurangnya inflasi lambung, dan meningkatnya proteksi dari regurgitasi isi

    lambung. Akan tetapi, semua ini sepenuhnya tergantung pada ketepatan posisi alat

    tersebut Harga PLMA kira-kira 10 % lebih mahal dari cLMA dan direkomendasikan

    untuk 40 kali pemakaian

    Pada pasien dengan keterbatasan komplian paru atau peningkatan tahanan jalan

    nafas, ventilasi yang adekuat tidak mungkin karena dibutuhkan tekanan inflasi yang

    tinggi dan mengakibatkan kebocoran. Modifikasi baru,Proseal LMA telah

    dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan ini dengan cuf yang lebih besar dan tube

    drain yang memungkinkan insersi gastric tube. Versi ini sering lebih sulit untuk

    insersinya dan pabrik merekomendasikan dengan bantuan introduser kaku.

    Pada suatu penelitian, ProSeal LMA juga dapat digunakan dalam jangka waktu

    panjang ( 40 jam ) tanpa menyebabkan tekanan yang berlebihan dan kerusakan mukosa

    hypopharing. Laporan terakhir, satu kasus injury nervus lingual telah dilaporkan saat

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    22/47

    22

    pemakaian ProSeal LMA. Sementara juga dilaporkan terjadi hypoglossal palsies oleh

    karena pemakaian clasic LMA. Meskipun begitu komplikasi tadi sangat jarang terjadi,

    frekwensi injury pada nervus cranialis dapat dikurangi dengan cara menghindari trauma

    saat dilakukan insersi, menggunakan ukuran yang sesuai dan meminimalisir volume cuff.

    Disarankan untuk membatasi tekanan jalan nafas kurang dari 20 cmH2O selama inflasi

    paru dan untuk menggunakan volume tidal yang kecil ( 610 ml/kgBB ). Ketika ProSeal

    LMA digunakan untuk periode memanjang, fungsi respirasi harus dimonitor secara ketat

    dan tekanan intracuff harus diperiksa secara periodik dan dipertahankan lebih rendah dari

    60 cmH2O. Akhirnya resiko terjadinya inflasi lambung harus secara aktif disingkirkan

    dengan mendengarkan daerah leher dan abdomen dengan menggunakan stetoskop.

    4. Flexible LMA

    Bentuk dan ukuran mask nya hampir menyerupai cLMA, dengan airway tube

    terdapat gulungan kawat yang menyebabkan fleksibilitasnya meningkat yang

    memungkinkan posisi proximal end menjauhi lapang bedah tanpa menyebabkan

    pergeseran mask. Berguna pada pembedahan kepala dan leher, maxillo facial dan

    THT. fLMA memberikan perlindungan yang baik terhadap laryng dari sekresi dan

    darah yang ada diatas fLMA. Populer digunakan untuk pembedahan nasal dan

    pembedahan intraoral, termasuktons ilektom y. Airway tube fLMA lebih panjang dan

    lebih sempit, yang akan menaikkan resistensi tube dan work of breathing. Ukuran

    fLMA : 2 5. Insersi fLMA dapat lebih sulit dari cLMA karena flexibilitas airway

    tube. Mask dapat ber rotasi 180 pada sumbu panjangnya sehingga masknya mengarah

    ke belakang. Harga fLMA kira-kira 30 % lebih mahal dari cLMA dan

    direkomendasikan untuk digunakan 40 kali.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    23/47

    23

    C.Teknik Anestesi LMAIndikasi:

    a. Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET untukairwaymanagement. LMA bukanlah suatu penggantian ET, ketika pemakaian ET

    menjadi suatu indikasi.

    b. Pada penatalaksanaan dificult airway yang diketahui atau yang tidakdiperkirakan.

    c. Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang tidak sadarkandiri.

    Kontraindikasi:

    a. Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung ( penggunaan pada

    emergency adalah pengecualian ).

    b. Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem pernafasan, karenaseal

    yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan mengalami kebocoran pada

    tekanan inspirasi tinggi dan akan terjadi pengembangan lambung.

    Tekanainspirasi puncak harus dijaga kurang dari 20 cm H2O untuk

    meminimalisir kebocoron cuff dan pengembangan lambung.

    c. Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik jangka waktu

    lama.

    d. Pasien-pasien dengan reflex jalan nafas atas yangintack karena insersi dapat

    memicu terjadinya laryngospasme.

    Efek Samping :

    Efek samping yang paling sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, dengan insidensi

    10 % dan sering berhubungan dengan over inflasi cuff LMA. Efek samping yang

    utama adalah aspirasi.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    24/47

    24

    Tehnik Induksi dan Insersi :

    Untuk melakukan insersi cLMA membutuhkan kedalaman anestesi yang lebih

    besar. Kedalaman anestesi merupakan suatu hal yang penting untuk keberhasilan

    selama pergerakan insersi cLMA dimana jika kurang dalam sering membuat posisi

    mask yang tidak sempurna Sebelum insersi, kondisi pasien harus sudah tidak ber

    respon dengan mandibula yang relaksasi dan tidak ber-respon terhadap tindakan

    jaw thrust. Tetapi, insersi cLMA tidak membutuhkan pelumpuh otot. Hal lain yang

    dapat mengurangi tahanan yaitu pemakaian pelumpuh otot. Meskipun pemakaian

    pelumpuh otot bukan standar praktek di klinik, dan pemakaian pelumpuh otot akan

    mengurangi trauma oleh karena reflex proteksi yang di tumpulkan, atau mungkin

    malah akan meningkatkan trauma yang berhubungan dengan jalan nafas yang

    relax/menyempit jika manuver jaw thrust tidak dilakukan Propofol merupakan

    agen induksi yang paling tepat karena propofol dapat menekan refleks jalan nafas

    dan mampu melakukan insersi cLMA tanpa batuk atau terjadinya gerakan.

    Introduksi LMA ke supraglotis dan inflasi the cuff akan menstimulasi dinding

    pharing akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan nadi. Perubahan

    kardiovaskuler setelah insersi LMA dapat ditumpulkan dengan menggunakan dosis

    besar propofol yang berpengaruh pada tonus simpatis jantung.

    Jika propofol tidak tersedia, insersi dapat dilakukan setelah pemberian induksi

    thiopental yang ditambahkan agen volatil untuk mendalamkan anestesi atau

    dengan penambahan anestesi lokal bersifat topikal ke oropharing. Untuk

    memperbaiki insersi mask, sebelum induksi dapat diberikan opioid beronset cepat (

    seperti fentanyl atau alfentanyl ). Jika diperlukan, cLMA dapat di insersi dibawah

    anestesi topikal. Insersi dilakukan dengan posisi seperti akan dilakukan

    laryngoscopy (Sniffing Position ) dan akan lebih mudah jika dilakukan jaw thrust

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    25/47

    25

    oleh asisten selama dilakukan insersi. Cuff cLMA harus secara penuh di deflasi

    dan permukaan posterior diberikan lubrikasi dengan lubrikasi berbasis air sebelum

    dilakukan insersi.

    Meskipun metode standar meliputi deflasi total cuff, beberapa klinisi lebih

    menyukai insersi LMA dengan cuff setengah mengembang. Tehnik ini akan

    menurunkan resiko terjadinya nyeri tenggorokan dan perdarahan mukosa pharing.

    Dokter anestesi berdiri dibelakang pasien yang berbaring supine dengan satu

    tangan men-stabilisasi kepala dan leher pasien, sementara tangan yang lain

    memegang cLMA. Tindakan ini terbaik dilakukan dengan cara menaruh tangan

    dibawah occiput pasien dan dilakukan ekstensi ringan pada tulang belakang leher

    bagian atas. cLMA dipegang seperti memegang pensil pada perbatasan mask dan

    tube. Rute insersi cLMA harus menyerupai rute masuknya makanan. Selama

    insersi, cLMA dimajukan ke arah posterior sepanjang palatum durum kemudian

    dilanjutkan mengikuti aspek posterior-superior dari jalan nafas. Saat cLMA

    berhenti selama insersi, ujungnya telah mencapai cricopharyngeus ( sfingter

    esofagus bagian atas ) dan harusnya sudah berada pada posisi yang tepat. Insersi

    harus dilakukan dengan satu gerakan yang lembut untuk meyakinkan titik akhir

    teridentifikasi.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    26/47

    26

    Insersi LMA

    Cuff harus diinflasi sebeum dilakukan koneksi dengan sirkuit pernafasan.Lima

    test sederhana dapat dilakukan untuk meyakinkan ketepatan posisi cLMA:

    1. 1.End point yang jelas dirasakan selama insersi.2. Posisi cLMA menjadi naik keluar sedikit dari mulut saat cuff di inflasi.3. Leher bagian depan tampak mengelembung sedikit selama cuff di inflasi.4. Garis hitam di belakang cLMA tetap digaris tengah. 5. Cuff cLMA tidak

    tampak dimulut.

    Jumlah udara yang direkomendasikan untuk inflasi cuff tergantung dari pembuat

    LMA yang bervariasi sesuai dengan ukuran cLMA. Penting untuk dicatat bahwa

    volume yang direkomendasikan adalah volume yang maksimum.Biasanya tidak

    lebih dari setengah volume ini yang dibutuhkan. Volume ini dibutuhkan untuk

    mencapai sekat bertekanan rendah dengan jalan nafas. Tekanan didalam cuff tidak

    boleh melebihi 60 cmH2O. Inflasi yang berlebihan akan meningkatkan resiko

    komplikasi pharyngolaryngeal, termasuk cedera syaraf ( glossopharyngeal,

    hypoglossal, lingual dan laryngeal recuren ) dan biasanya menyebabkan obstruksi

    jalan nafas. Setelah cLMA di insersikan, pergerakan kepala dan leher akan

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    27/47

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    28/47

    28

    Algoritma LMA

    cLMA harus diamankan dengan pita perekat untuk mencegah terjadinya migrasi

    keluar. Saat dihubungkan dengan sirkuit anestesi, yakinkan berat sirkuit tadi tidak

    menarik cLMA yang dapat menyebabkan pergeseran. Sebelum LMA difiksasi dengan

    plaster, sangat penting mengecek dengan capnograf, auskultasi, dan melihat gerakan

    udara bahwa cuf telah pada posisi yang tepat dan tidak menimbulkan obstruksi dari

    kesalahan tempat menurun pada epiglotis. Karena keterbatasan kemampuan LMA

    untuk menutupi laring dan penggunaan elektif alat ini di kontraindikasikan dengan

    beberapa kondisi dengan peningkatan resiko aspirasi. Pada pasien tanpa faktor

    predisposisi, resiko regurgitasi faring rendah.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    29/47

    29

    Maintenance ( Pemeliharaan )

    Saat ventilasi kendali digunakan, puncak tekanan jalan nafas pada orang dewasa

    sedang dan juga pada anak-anak biasanya tidak lebih dari 10 -14 cmH2O. Tekanan

    diatas 20 cmH2O harus dihindari karena tidak hanya menyebabkan kebocoran gas

    dari cLMA tetapi juga melebihi tekanan sfingter esofagus. Pada tekanan jalan

    nafas yang rendah, tekanan gas keluar lewat mulut, tetapi pada tekanan yang lebih

    tinggi, gas akan masuk ke esofagus dan lambung yang akan meningkatkan resiko

    regurgitasi dan aspirasi.

    Untuk anak kecil dan bayi, nafas spontan lewat cLMA untuk periode yang lama

    kemungkinan tidak dianjurkan. cLMA meningkatkan resistensi jalan nafas dan

    akses ke jalan nafas untuk membersihkan sekret, tidak sebaik lewat tube trakea.

    Untungnya ventilasi kendali pada grup ini sering lebih mudah sebagaimana anak-

    anak secara umum mempunyai paru-paru dengan compliance yang tinggi dan sekat

    jalan nafas dengan cLMA secara umum sedikit lebih tinggi pada anak-anak

    dibandingkan pada orang dewasa.

    Selama fase maintenance anestesi, cLMA biasanya menyediakan jalan nafas yang

    bebas dan penyesuaian posisi jarang diperlukan. Biasanya pergeseran dapat terjadi

    jika anestesi kurang dalam atau pasien bergerak. Kantung reservoir sirkuit anestesi

    harus tampak dan di monitoring dengan alarm yang tepat harus digunakan selama

    tindakan anestesi untuk meyakinkan kejadian-kejadian ini terdeteksi. Jika posisi

    pasien butuh untuk di ubah, akan bijaksana untuk melepas jalan nafas selama

    pergerakan. Saat pengembalian posisi telah dilakukan, sambungkan kembali ke

    sirkuit anestesi dan periksa ulang jalan nafas.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    30/47

    30

    Tehnik Extubasi

    Pada akhir pembedahan, cLMA tetap pada posisinya sampai pasien bangun dan

    mampu untuk membuka mulut sesuai perintah, dimana reflex proteksi jalan nafas

    telah normal pulih kembali. Melakukan penghisapan pada pahryng secara umum

    tidak diperlukan dan malah dapat men-stimuli dan meningkatkan komplikasi jalan

    nafas seperti laryngospasme. Saat pasien dapat membuka mulut mereka, cLMA

    dapat ditarik. Kebanyakan sekresi akan terjadi pada saat-saat ini dan adanya

    sekresi tambahan atau darah dapat dihisap saat cLMA ditarik jikapasien tidak dapat

    menelan sekret tersebut. Beberapa kajian menyebutkan tingkat komplikasi akan lebih

    tinggi jika cLMA ditarik saat sadar, dan beberapa saat ditarik dalam. Jika cLMA

    ditarik dalam kondisi masih dalam, perhatikan mengenai obstruksi jalan nafas dan

    hypoksia. Jika ditarik dalam keadaan sadar, bersiap untuk batuk dan terjadinya

    laryngospasme.

    Komplikasi Pemakaian LMA

    cLMA tidak menyediakan perlindungan terhadap aspirasi paru karena regurgitasi

    isi lambung dan juga tidak bijaksana untuk menggunakan cLMA pada pasien-

    pasien yang punya resiko meningkatnya regurgitasi, seperti : pasien yang tidak

    puasa, emergensi, pada hernia hiatus simtomatik atau refluks gastro-esofageal dan

    pada pasien obese.

    Insidensi nyeri tenggorokan dengan menggunakan LMA sekitar 28 %13 dimana

    insidensi ini mirip dengan kisaran yang pernah dilaporkan yaitu antara 21,4 % - 30

    % ( Wakeling et al ), 28,5 % dan sampai 42 % Clasic LMA mempunyai insidensi

    kejadian batuk dan komplikasi jalan nafas yang lebih kecil dibandingkan dengan

    ET .Namun clasic LMA mempunyai kerugian. LMA jenis ini hanya menyediakan

    sekat tekanan rendah ( rata-rata 1820 cmH2O ) sehingga jika dilakukan ventilasi

    kendali pada paru, akan menimbulkan masalah. Peningkatan tekanan pada jalan

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    31/47

    31

    nafas akan berhubungan dengan meningkatnya kebocoran gas dan inflasi lambung.

    Lebih lanjut lagi, clasic LMA tidak memberikan perlindungan pada kasus

    regurgitasi isi lambung. Proseal LMA berhubungan dengan kurangnya stimulasi

    respirasi dibandingkan ET selama situasi emergensi pembiusan.

    ProSeal LMA juga mempunyai keuntungan dibandingkan clasic LMA selama

    ventilasi kendali ; sekat pada ProSeal LMA meningkat sampai dengan 50 %

    dibandingkan clasic LMA sehingga memperbaiki ventilasi dengan mengurangi

    kebocoran dari jalan nafas. Sebagai tambahan drain tube pada ProSeal LMA akan

    meminimalisir inflasi lambung dan dapat menjadi rute untuk regurgitasi isi

    lambung jika hal ini terjadi.

    OBAT OBATAN YANG DIPAKAI :

    PROPOFOL

    Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan

    lebih dikenal dengan nama dagang Safol. Pertama kali digunakan dalam praktek

    anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.

    Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada

    pasien dewasa dan pasien anakanak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,

    glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya

    asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik

    pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu

    bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8.

    Propofol adalah 98% protein terikat dan mengalami metabolisme hati untuk metabolit

    glukuronat, yang akhirnya diekskresikan dalam urin.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    32/47

    32

    Efek Klinis: propofol menghasilkan hilangnya kesadaran dengan cepat, dengan waktu

    pemulihan yang cepat dan langsung kembali pada kondisi klinis sebelumnya (sebagai

    hasil waktu paruh distribusi yang pendek dan tingkat clearance tinggi). Propofol

    menekan refleks laring sehingga sangat cocok untuk digunakan dengan perangkat

    LMA agar dapat dimasukkan dengan lancar. Ada insiden rendah mual dan muntah

    pasca operasi dan reaksi alergi atau hipersensitivitas.

    Efek pada sistem kardiovaskuler

    Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh

    darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi.

    Ini diakibatkan Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan katekolamin

    dan menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik sebanyak 30%. Pengaruh pada

    jantung tergantung dari :

    o Pernafasan spontan mengurangi depresi jantung berbanding nafas kendalio Pemberian drip lewat infus mengurangi depresi jantung berbanding

    pemberian secara bolus

    o Umurmakin tua usia pasien makin meningkat efek depresi jantungEfek pada sistem pernafasan

    Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus

    dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan.

    Secara lebih detail konsentrasi yang menimbulkan efek terhadap sistem pernafasan

    adalah seperti berikut:

    o Pada 25%-40% kasus Propofol dapat menimbulkan apnoe setelah diberikandosis induksi yang bisa berlangsung lebih dari 30 saat.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    33/47

    33

    Dosis dan penggunaan

    o Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.o Sedasi : 25 to 75 g/kg/min dengan I.V infuso Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 g/kg/min IV (titrate to

    effect), bolus iv 25-50mg.

    o Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabungpenggunaanya dengan obat anastesi yang lain.

    o Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yangminimal 0,2%

    o Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalamlingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari

    6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.

    Efek Samping

    Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa

    muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat

    dihilangkan dengan menggunakan lidokain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat

    diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal

    tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan

    muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan

    propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati

    hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan

    pankreatitis. Pada sesetengah kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik

    (thiopental < propofol < etomidate atau methohexital). Phlebitis juga pernah

    dilaporkan terjadi setelah pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang.

    Terdapat juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan pada

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    34/47

    34

    anak-anak akibat pemberian propofol. Propofol tidak diizinkan untuk digunakan

    pada anak-anak berusia kurang dari 3 tahun. Ada laporan kematian tak terduga

    pada anak-anak karena asidosis metabolik dan kegagalan miokard setelah

    penggunaan jangka panjang di ICU.

    OPIOID

    Morphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan

    golongan opioid yang sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah

    analgetik. Opioid berbeda dalam potensi, farmakokinetik dan efek samping.

    Absorbsi cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin

    intramuskuler, dengan puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat

    transmukosal oral merupakan metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi

    dengan onset cepat (10 menit) analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 g/Kg)

    dan dewasa (200-800 g).

    Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan

    morfin memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat

    dan durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya cepat

    dan durasi singkat setelah injeksi bolus.

    Efek pada sistem kardiovaskuler

    Sistem kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung

    maupun tonus otot pembuluh darah. Tahanan pembuluh darah biasanya akan

    menurun karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga

    menurun hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan

    histamin.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    35/47

    35

    Efek pada sistem pernafasan

    Dapat menyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi

    nafas, dengan jumlah volume tidal yang menurun . PaCO2 meningkat dan respon

    terhadap CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan,

    selain itu juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas

    atau kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis

    tertentu.

    Efek pada sistem gastrointestinal

    Opioid menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan lambung juga

    terhambat.

    Efek pada endokrin

    Fentanyl mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik akibat stress

    anesthesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif

    stabil.

    Peringatan

    Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama kerja &

    efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf pusat yg parah,

    anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor

    otak, asma bronchial

    FentanilDigunakan sebagai analgesic dan anastesia

    Dosis :

    Analgesic : iv/im 1-3 g Induksi : iv 5-40 g/ kg BB Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kg BB

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    36/47

    36

    Anastetik tunggal : iv 50-150 g/ kg BBAwitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit

    Lama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam

    Efek samping obat :

    Bradikardi, hipotensi Depresi saluran pernapasan, apnea Pusing, penglihatan kabur, kejang Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat Miosis 4

    BENZODIAZEPIN

    Golongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah Diazepam

    (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan lorazepam

    tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol.

    Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative, anxiolitik, amnestik,

    antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral.

    Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul

    setelah 4 - 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari

    benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan menyebabkan terjadinya

    akumulasi dan pemanjangan efeknya sendiri. Midazolam dan diazepam

    didistribusikan secara cepat setelah injeksi bolus, metabolisme mungkin akan tampak

    lambat pada pasien tua. 1,2

    Efek pada sistem saraf pusat

    Dapat menimbulkan amnesia,anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai

    efek sedasi, efek analgesik tidak ada,menurunkan aliran darah otak dan laju

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    37/47

    37

    metabolisme1,2

    Efek pada sistem kardiovaskuler

    Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out put.

    Ttidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik mungkin

    terjadi pada dosis yang besar atau apabila dikombinasi dengan opioid

    Efek pada sistem pernafasan

    Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas

    mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan

    retardasi mental.

    EFek pada sistem saraf otot

    Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supraspinal dan

    spinal , sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot

    rangka.

    a. DiazepamObat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri. Karena itu, obat ini digunakan

    untuk induksi dan supplement pada pasien dengan gangguan jantung berat. 2

    Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia, sedative, obat

    induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan, pengobatan penarikan alcohol akut dan

    serangan panic. 1,2

    Awitan aksi : iv < 2 menit, rectal < 10 menit,

    oral 15 menit-1 jam

    Lama aksi : iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam 4

    Dosis :

    Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    38/47

    38

    Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis maksimal 30 mg,

    PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari

    b. MidazolamObat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan anteretrogad

    amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.

    Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai APGAR kurang dari 7

    pada neonatus. 2

    Dosis :

    Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg Sedasi : iv 0,02-0,05 mg Induksi : iv 50-350 g/kg 4Efek samping obat :

    Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature, hipotensi Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi Euphoria, agitasi, hiperaktivitas Salvasi, muntah, rasa asam Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan

    RELAKSAN

    Atrakurium merupakan pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif,

    takikurare) dengan durasi aksi intermediet berikatan dengan reseptor nikotinik

    kkolinergik tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, obat ini hanya menghalangi

    asetilkolin menempatinya sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    39/47

    39

    Atrakurium merupakan histamin release. Keuntungan memakai atrakurium adalah

    aman untuk hepar dan ginjal, sehingga pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati

    aman digunakan.

    Dosis awal atrakurium 0,5- 0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg.kgBB.Onset of action

    terjadi dalam 3 menit, dan duration of action dari atrakurium adalah 20-45 menit.

    Pelumpuh otot depolarisasi seperti suksinilkolin tidak digunakan karena memiliki

    efek samping yang banyak, seperti :

    1. Nyeri otot pasca pemberian2. Peningkatan tekanan intraokuler3. Peningkatan tekanan intrakranial4. Peningkatan tekanan intragastrik5. Peningkatan kadar kalium plasma6.

    Aritmia jantung

    7. Salivasi8. alergi, anafilaksisPelumpuh otot depolarisasi bekerjanya seperti asetilkolin, tetapi di celah saraf otot

    tidak dirusak oleh kolinesterase, sehingga cukup lama berada di celah sinap, sehingga

    terjadilah depolarisasi ditandai dengan fasikulasi yang disusul relaksasi otot lurik.

    MAINTANANCE ANESTESIA

    Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mudah terbakar.

    Keuntungan penggunaannya adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh

    adrenalin serta induksi dan masa pulih cepat. Isofluran pada dosis anestetik atau

    subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen tetapi meninggikan

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    40/47

    40

    aliran darah dan tekanan intrakranial. Hal ini dapat dicegah dengan tekhinik anestesi

    hiperventilasi. Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga

    digemari untuk anestesi tekhnik hipotensi.

    Dosis induksi 33,5% dalam O2 atau kombinasi N2O : O2 . Dosis rumatan 0,53%.

    Isofluran dipilih karena :

    Halotan pada dosis besar dapat menyebabkan depresi nafas, menurunnyatonus simpatis, terjadinya hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi

    vasomotor, depresi miokard dan inhibisi baroreseptor. Halotan juga

    menghambat pelepasan insulin sehingga meninggikan kadar gula darah.

    Enfluran dapat menyebabkan gangguan fungsi hepar pada EEG menunjukkantanda- tanda epileptik, apalagi disertai hipokapnia. Efek depresi nafas lebih

    kuat dibanding halotan dan lebih iritatif.

    Desfluran lebih mudah menguap dibandingkan anestetik volatil lain sehinggaperlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6). Bersifat simpatomimetik

    menyebabkan takikardi dan hipertensi. Desfluran merangsang jalan nafas atas

    sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesi.

    PENATALAKSANAAN NYERI PASCA BEDAH

    Garis besar strategi terapi farmakologi mengikuti WHO Three Step Analgesik

    Ladder. Tiga langkah tangga analgesik menurut WHO untuk pengobatan nyeri itu

    terdiri dari :

    a.Langkah pertama, menggunakan obat analgesik non opioid,b.Bila masih tetap nyeri naik ke langkah kedua, yaitu ditambah obat opioid lemah,

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    41/47

    41

    c.Bila belum reda atau menetap, maka langkah ke tiga, digunakan opioid keras yaitumorfin.

    Pada kasus ini dipakai analgesik non narkotik yaitu Tramadol

    Tramadol

    Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat

    secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghambat sensasi

    nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan

    neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls

    nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas

    75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan waktu

    6,37,4 jam.

    Indikasi : Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca

    pembedahan.

    Dosis : Dewasa dan anak di atas 16 tahun :

    Dosis umum : dosis tunggal 50 mg Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakannyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang

    waktu 46 jam.

    Dosis maksimum 400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita. Penderita

    gangguan hati dan ginjal dengan bersihan klirens < 30 mL/menit : 50 100

    mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari.

    Dosis yang dianjurkan untuk pasien dengan cirrhosis adalah 50 mg setiap 12 jam.Efek samping

    Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala , pruritis, berkeringat, kuli

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    42/47

    42

    kering, mual, muntah, dispepsia dan konstipasi.

    OBAT- OBAT LAIN

    1. AntibiotikSefriakson

    Sefriakson merupakan sefalosporin generasi ketiga yang aktif terhadap kuman

    gram positif tetapi kurang aktif dibandingkan sefalosporin generasi pertama. Waktu

    paruh mencapai 8 jam. Jumlah sefriakson yang terikat pada protein plasma umumnya

    sekitar 80-96%. Dosis yang digunakan untuk dewasa adalah 1-2 g/6-12 jam.

    2. AntiemetikOndansetron

    Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif.

    Penggunaan Ondansetron adalah mencegah dan mengobati mual dan muntah pasca

    bedah. Diberikan dengan cara IV secara lambat, 4 mg, tanpa diencerkan dalam 1-5

    menit. Jika perlu dosis dapat diulang. Awitan aksi terjadi dalam waktu

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    43/47

    43

    BAB III

    DISKUSI KASUS

    Pada pasien dengan diagnose apendisitis akut ini dilakukan anestesi umum intravena

    dengan LMA dengan alasan :

    Durasi operasinya singkat dan faktor resikonya lebih rendah Pada pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa keadaan pasien cukup

    baik (ASA I)

    Lambung dalam keadaan kosong Tidak adanya manipulasi posisi kepala Posisi pasien terlentang

    Urutan tindakan :

    1. Pasien dibaringkan diatas meja operasi, kemudian dipasang monitor EKG danmanset sfignomanometer. Lalu kita lakukan pemeriksaan tanda vital dan

    pemasangan infus RL ini dikarenakan agar pasien tidak kekurangan cairan.

    2. Kemudian premedikasi masukan obat sedative Midazolam 2,5 mg agar pasienmerasa nyaman, serta obat analgetik Fentanyl 100 mcg yang berguna untuk

    menghilangkan rasa sakit pada saat pembedahan.

    3. Masukkan propofol 100 mg sebagai obat induksi yanrg membuat pasien darikeadaan sadar menjadi tidak sadar.

    4. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata menetap), naditidak cepat dan terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah. Jika stadium

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    44/47

    44

    anestesi sudah cukup dalam, reflek bulu mata hilang, nasal canule dipasang

    dengan aliran oksigen 4 liter.

    5. Selama operasi perhatikan tanda-tanda vital.6. Operasi berlangung 45 menit, tanda vital dan Saturasi O2 baik selama operasi.7. Pada saat pasien sudah berada di recovery room oksigenasi dengan O2 tetap

    diberikan, kemudian dilakukan fungsi vital menurut Aldrettes score

    Kesadaran : orientasi baik, dapat dibangunkan Pernafasan : spontan, pasien dapat bernafas dalam Warna kulit : merah muda, tanpa oksigen Sat O2 > 98% Aktivitas : 2 ekstrimitas bergerak Tekanan darah : 128/79 mmHg Nadi : 65 x/mnt

    Pada pasien ini :

    Kesadaran : 2 Warna kulit : 2 Aktivitas : 2 Respirasi : 2 Tekanan darah : 2

    Jumlah pulih sadar :10

    Kesimpulan : pasien diperbolehkan ke ruang perawatan

    Obat-obatan

    1. Midazolam 2,5 mgKonsentrasinya 5mg/ml

    Merupakan obat sedative, hipnotik, amnestic

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    45/47

    45

    Dosis : 0,020,07 mg/kg BB iv

    2. Fentanyl 100 mcgKonsentrasinya 50 mcg/ml

    Merupakan analgestic opioid

    Dosis : 1-2 mcg/kg BB iv

    3. Propofol 100 mgKonsentrasi 10mg/mL

    Merupakan obat induksi sedatif

    Dosis : 2-2.5 mg/kgBB iv

    Dosis pemeliharaan : 100-150mcg/kgBB/menit

    4. Tramadol 100 mgKonsentrasi 50mg/mL

    Merupakan obat analgesik post operatif

    Dosis : IM/IV inj dalam 2-3 min/IV infus: 50-100 mg diberi setiap 4-6 jam.

    KESIMPULAN

    1. Pada kasus ini pasien dengan diagnosa apendisitis akut dilakukan apendiktomidengan anestesi umum intravena dengan LMA dikarenakan :

    Durasinya operasinya singkat dan faktor resikonya lebih rendah Keadaan umum pasien baik (ASA I)

    2. Selama anestesi dan operasi barlangsung tidak didapati kendali/masalah.3. Setelah operasi berhasil pasien segera dipindahkan ke ruang pulih sadar. Dan

    berdasarkan kriteria skala pulih sadar yang dinilai pada pasien ini, didapatkan

    penilaian pulih sadar dengan nilai 10, yang bermakna pasien dapat langusng

    dipindahkan ke dalam ruang perawatan.

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    46/47

    46

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departement Farmakologi danTerapeutikEd 5 farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru ; 2007

    2. Mangku G,dkk. Buku ajar Ilmu Anasthesia dan Reanimasi. Cetakan pertama.Jakarta : Universitas Udayana Indeks ; 2010

    3. Jaideep J Pandit. Intravenous Anaesthetic Drug. 2007. ANAESTHESIA ANDINTENSIVE CARE MEDICINE 9:4. Diunduh dari :

    http://www.philippelefevre.com/downloads/basic_sciences_articles/iv-

    anaesthetic-agents/intravenous-anaesthetic-agents.pdf

    4. Omoigui, S. 1997. Obat-obatan Anastesia. EGC : Jakarta

    5. Mansjoer A, Triyanti K, Wardhani WI. Et all (editor), Kapita SelektaKedokteran, Cetakan keenam 2007 : Media AesculapiusFK UI

    http//ascf.en.enzl.com/ACM619_multi_functional_anasthesia_machine

    6. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi danTerapi Intensif Edisi 3. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ;

    2007

  • 7/30/2019 Presus Anestesi yana = Total intravena anestesi

    47/47

    7. Collage of anaesthesiologist Academy of Medicine Malaysia. Total IntravenousAnaesthesiologist using target controlled infusion. A pocket reference 1st

    edition. 2012.