PEMANFAATAN PXE UNTUK MENGATASI GAGAL …repository.amikom.ac.id/files/Naskah_Publikasi...

20
PEMANFAATAN PXE UNTUK MENGATASI GAGAL BOOTING PC-CLIENT DAN AKSES IMAGE SISTEM OPERASI/FILE DI INFRASTRUKTUR JARINGAN NASKAH PUBLIKASI HALAMAN COVER disusun oleh Endrian Kurniadi 08.11.1928 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Transcript of PEMANFAATAN PXE UNTUK MENGATASI GAGAL …repository.amikom.ac.id/files/Naskah_Publikasi...

PEMANFAATAN PXE UNTUK MENGATASI GAGAL BOOTING

PC-CLIENT DAN AKSES IMAGE SISTEM OPERASI/FILE

DI INFRASTRUKTUR JARINGAN

NASKAH PUBLIKASI

HALAMAN COVER

disusun oleh

Endrian Kurniadi

08.11.1928

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM

YOGYAKARTA

2012

ii

HALAMAN PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI

iii

USING PXE TO HANDLE BOOT FAIL IN CLIENT PCS AND ACCESS OPERATING

SYSTEM IMAGE OR FILE WITHIN NETWORK INFRASTRUCTURE

PEMANFAATAN PXE UNTUK MENGATASI GAGAL BOOTING PC-CLIENT DAN

AKSES IMAGE SISTEM OPERASI/FILE DI INFRASTRUKTUR JARINGAN

Endrian Kurniadi Melwin Syafrizal

Jurusan Teknik Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

As we know from the name, diskless is a personal computer that use an operating system without media disk like harddisk, diskette, CDROM, etc. All process will be executed in server side. We known it as centralized processing.

If we talk about thin client technology, there are many difference with diskless technology. In thin client, at server side we have independent operating system with all of application also. Then client just accessing the application with that.

Diskless Universal Networking with PXES is one innovation in diskless technology. With this, we can get more facility equal to other diskless method. Also, this technology has good security, easy to configure, and open source. Using PXES technology that has opened its source, we can get more benefit beside economical reason, this system also universal system. It mean, with PXES it easy to interact with other system that support most protocol.

Keyword: PXE, diskless networking, centralized processing, open source

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sering terjadinya gagal booting karena ketidaksengajaan user dalam mengutak-

atik sistem operasinya atau mungkin karena keisengan seseorang untuk mengerjai user

lain, merupakan masalah yang sering terjadi dalam dunia komputer. Apalagi dalam kasus

kampus, dimana sebuah komputer dalam suatu lab digunakan oleh beberapa orang dari

kelas yang berbeda-beda.

Mengingat tidak dimungkinkannya seorang admin secara mendadak menginstall

sistem operasi satu-persatu pada komputer yang “rusak” saat perkuliahan sedang

berlangsung, karena akan mengganggu proses belajar mahasiswa. Solusi yang mungkin

ditawarkan adalah memberikan sistem operasi portable yang dapat digunakan oleh

mahasiswa dimanapun ia duduk dalam lab tersebut, ini akan menghilangkan kendala

gagal booting yang sering terjadi.

Maka dari itulah Preboot Execution Environment (PXES) dengan menggunakan

media etherboot dapat menjadi sebuah jawaban. Komputer server yang berbekal

debootstrap, syslinux dan NFS menyediakan servis untuk mesin client agar dapat

menggunakan aplikasi sehari-hari seperti biasa tanpa diperlukan untuk menginstall Linux

pada harddisk masing-masing komputer. Demikian hal yang melatar belakangi

pembuatan skripsi dengan judul “Pemanfaatan PXE untuk Mengatasi Gagal Booting

PC-Client dan Akses Image Sistem Operasi/File di Infrastruktur Jaringan” hadir

sebagai solusi untuk membangun sebuah jaringan lokal handal yang menyediakan

sistem operasi dari sisi server.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan ilmiah ini terdapat masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

“Bagaimana memanfaatkan PXE untuk Mengatasi Gagal Booting PC-Client dan Akses

Image Sistem Operasi/File di Infrastruktur Jaringan?”

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sesui dengan tujuan penelitian,

baik dalam pengumpulan dan pengolahan data, analisa serta menarik kesimpulan, maka

ruang lingkup penelitian mencangkup sebagai berikut :

Menggunakan syslinux sebagai PXE base.

Menggunakan mkinitramfs untuk kompilasi ulang kernel.

Server terhubung dengan client menggunakan media transmisi wired.

Menggunakan distro Debian GNU/Linux 6 “Squeeze” sebagai server.

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang dirumuskan, tujuan pada penelitian ini:

2

Membuat prototype jaringan komputer diskless menggunakan sebuah

komputer server dan komputer client.

Memanaje hak akses sistem operasi client dengan menggunakan beberapa

tahapan password sebagai otentikasinya.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini:

Sangat ekonomis karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk lisensi

software terkait legalisasi penggandaan.

Kemudahan dalam maintenance karena seluruh konfigurasi, instalasi,

backup dan update hanya dilakukan dari sisi server.

Fleksibilitas, karena tiap pengguna dapat menikmati sistem operasinya

sendiri walaupun harus berpindah-pindah komputer.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

Studi Literatur: Mengumpulkan teori dan data dari internet, literatur, jurnal,

dan paper yg berhubungan dengan judul penelitian.

Uji Coba: Menguji dan mencoba sistem dari artikel-artikel yang telah

terkumpul untuk mengetahui masalah yang timbul dari jaringan yang

dibangun.

1.7 Metode Penelitian

Teknik analisis data dalam pengembangan meliputi beberapa proses:

Analisis: Digunakan metode analisis PIECES (Performance, Information,

Economic, Control, Efficiency, Services) untuk mencari solusi penyelesaian

masalah yang akan diuraikan.

Perancangan: Menguraikan perancangan prototype sistem disertai gambar-

gambar dan tabel-tabel untuk lebih mudah dipaparkan.

Instalasi dan Konfigurasi Sistem: Menguraikan tahap-tahap instalasi yang

dibutuhkan oleh sistem dan konfigurasi yang dilakukan dalam

pengembangkan sistem.

Pengujian: Pengujian terhadap sistem dengan white box testing dan black

box testing untuk menguji agar status yang terjadi sesuai dengan yang

diharapkan.

Implementasi: Implementasi dari prototype sistem diupayakan telah terbebas

dari bugs.

3

Pemeliharaan: Menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk

memelihara sistem yang telah dibuat sehingga dapat terus digunakan tanpa

gannguan.

1.8 Sistematika Penulisan

Sebagai acuan bagi penulis agar penulisan laporan ini dapat terarah dan tersusun

dengan rapih sesuai dengan yang penulis harapkan, maka disusun sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : LANDASAN TEORI

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

2. LANDASAN TEORI 2.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian Hubertus Franky Dicky (031401020) Departemen Ilmu Komputer,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara 2008,

yang berjudul “Perancangan Windows Terminal Server Dengan PC Diskless”, membahas

penggunaan aplikasi Terminal Service yang melibatkan DHCP & TFTP seperti yang

biasa dilakukan pada Linux. Lalu dibandingkan dengan Citrix MetaFrame XP yang

menawarkan kemudahan lain dengan “Citrix Management Console”-nya. Peneliti

menggunakan Windows Server 2003 sebagai server dalam pembangunan diskless

workstation.

Penelitian Dedi Setiawan (041401009) Departemen Ilmu Komputer, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara 2009, yang

berjudul “Perancangan Client Server Tanpa Harddisk Menggunakan Linux Dan Windows

Server 2003”, membahas perancangan dan konfigurasi diskless workstation pada Linux

dan Windows menggunakan etherboot. Disinggung juga mengenai Remote Desktop dan

Firewall pada client. Peneliti menggunakan Linux IGOS dan Windows Server 2003

sebagai server.

2.2 Definisi Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah “interkoneksi” antara dua komputer autonomous atau

lebih, menggunakan protokol komunikasi yang terhubung dengan media transmisi kabel

atau tanpa kabel (wireless) untuk keperluan komunikasi data.1

1 Dony Ariyus & Rum Andri K.R., Komunikasi Data, Andi Offset, 2008, hal 225

4

Berdasarkan Metode Akses 2.2.1

Jaringan Host Terminal

Jaringan Client-Server

Jaringan Peer to Peer

Berdasarkan Jangkauan 2.2.2

Local Area Network (LAN)

Wide Area Network (WAN)

Internet

Berdasarkan Topologi 2.2.3

Topologi Bus

Topologi Ring

Topologi Star

2.3 Model Standar Jaringan Komputer

Teknologi-teknologi ini dirancang untuk dapat kompatibel tidak hanya dengan

perangkat-perangkat dari pabrikan lain, namun juga dengan sistem-sistem lain, mulai dari

personal computer hingga komputer mainframe, dan juga beragam jenis sistem operasi

dan software aplikasi. Tuntutan seperti ini tidak mungkin dapat terpenuhi tanpa adanya

referensi standar arsitektur jaringan komputer.

OSI 2.3.1

Model OSI menjadi semacam referensi atau acuan bagi siapa saja yang ingin

memahami cara kerja jaringan komputer. Walaupun OSI merupakan sebuah model yang

diakui di dunia saat ini, namun tidak ada paksaan bagi pengembang hardware/software

dan user untuk menggunakannya. (Sofana, 2010) 2

DARPA 2.3.2

Mulanya TCP/IP digunakan pada jaringan bernama ARPANET. Namun, saat ini

telah menjadi protokol standar bagi jaringan yang lebih umum (Internet).3

2.4 Arsitektur TCP/IP

Protokol ini kemudian diadopsi menjadi standar ARPANET pada tahun 1983.

Perusahaan Bolt Beranek Newman (BBN) membuat protokol TCP/IP supaya dapat

berjalan di atas komputer dengan sistem operasi UNIX. Pada saat itulah dimulai

perkawinan antara UNIX dan TCP/IP.4

2 Iwan Sofana, CISCO CCNA & Jaringan Komputer, Informatika, 2010, hal 97

3 Ibid. hal 242

4 Ibid. hal 244-248

5

2.5 Konsep Jaringan Diskless

Diskless node dapat terlihat seperti gabungan antara fat client dan centralized

computing yang menggunakan pemyimpanan data terpusat agar efisien, tetapi tidak

membutuhkan proses yang terpusat. (Wahana, 2005)5

PXE 2.5.1

PXE (Preboot Execution Environment) adalah sebuah metode untuk melakukan

boot pada komputer dengan menggunakan sebuah network interface dari sebuah alat

penyimpanan data seperti hard disk atau sistem operasi.

2.5.1.1 DHCP

DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis

arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian IP address dalam

satu jaringan secara otomatis.

2.5.1.2 TFTP

TFTP (Trivial File Transfer Protocol) adalah sebuah protokol yang sangat

sederhana untuk melakukan transfer file.

NFS 2.5.2

NFS (Network File System) adalah sarana untuk menghubungkan disks pada

sistem jarak jauh dengan sistem lokal, serta memvisualisasikan penempatan disk

tersebut seakan pada lokasi fisik yang sama.

Apache 2.5.3

Pada lingkungan GNU/Linux, apache merupakan web server yang paling banyak

digunakan saat ini. Oleh Debian GNU/Linux, paket software apache telah dipaketkan

dalam distribusinya.6

3. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Tinjauan Kasus

Pada suatu area perkantoran, infrastruktur jaringan lokal mutlak diperlukan untuk

memudahkan pertukaran data antar komputer. Umumnya dilakukan share file/folder

disatu komputer untuk dapat di akses di komputer lainnya. Memang sepintas tidak ada

yang salah dengan metode ini, tetapi akan terjadi redundansi yang berujung pada

kepanikan dalam back up data. Dengan menyebarnya informasi pada setiap komputer

dijaringan, akan mempersulit administrator melakukan back up, recovery, update,

5 Wahana Komputer, Membangun Jaringan Diskless Universal dengan PXES, Andi

Offset, 2005, hal 2 6 Askari Azikin, Debian GNU/Linux, Informatika, 2011, hal 155

6

upgrade dan maintenance. Sebenarnya sah-sah saja, namun itu akan memakan sumber

daya waktu yang tidak sedikit.

Untuk lab kampus, seringnya terjadi kerusakan komputer yang disebabkan oleh

berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal, menjadikan beberapa komputer

tidak dapat digunakan yang berakibat mahasiswa kelas lain yang duduk dikursi tersebut

ikut menanggung akibatnya. Maka dari itulah dibutuhkan suatu sistem yang fleksibel,

sehingga apabila terjadi kerusakan pada komputer, mahasiswa bersangkutan dapat

pindah ke komputer lain dengan melanjutkan segala hal yang telah diinstal dan

konfigurasikan sebelumnya.

3.2 Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang muncul ketika masih menggunakan sistem yang lama

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apabila terjadi kerusakan pada salah satu PC, user yang biasa bekerja di

komputer tersebut tidak dapat menggunakan komputer lain karena segala data

dan konfigurasi sistem operasi hanya tersimpan di PC itu.

2. Seorang admin harus melakukan backup data dan sistem operasi secara berkala

sejumlah dengan komputer yang tersedia dalam satu jaringan. Tidak hanya

dalam permasalahan backup-restore saja, namun dalam hal update dan

maintenance seorang admin harus berjalan satu persatu mendatangi komputer

client untuk melakukannya.

3. Dalam area persekolahan biasanya sebuah PC digunakan oleh beberapa orang

pada kelas yang berbeda-beda, misalkan PC no.7 digunakan dari kelas A-F,

artinya sebuah PC digunakan oleh enam orang. Hal ini menjadikan aplikasi dan

konfigurasi enam orang tersebut harus sama, sehingga privasi akan sistem

operasi pribadi belum dapat dicapai.

3.3 Analisis Kelemahan Sistem

Dalam melakukan analisis sistem ada banyak kerangka kerja yang dapat

digunakan. Pada analisis sistem ini dipakai kerangka kerja PIESCES.

3.3.1 Analisis Kinerja (Performance)

Troughput: Networking hanya digunakan sebatas untuk pertukaran data,

selain dari itu sumber daya jaringan nyaris tidak digunakan. Ini merupakan

penyia-yiaan layanan.

Response: Saat terjadi pertukaran data dilakukan proses penyalinan data

dari satu client ke client lain. Waktu yang dibutuhkan akan lebih lama

daripada proses penyalinan dari dan ke server itu sendiri.

7

3.3.2 Analisis Informasi (Information)

Akurasi: Kurangnya keakuratan data, karena seringnya terjadi redundansi

data. Sulit diketahui mana yang paling valid dari data-data tersebut.

Relevansi: Dengan sistem yang lama administrator kesulitan dalam mencari

informasi yang dibutuhkan.

Time Line: Informasi yang dibutuhkan kurang tepat waktu, karena

memerlukan waktu untuk mencari data-data yang dibutuhkan dari PC ke PC.

3.3.3 Analisis Ekonomi (Economic)

Biaya: Biaya yang dikeluarkan untuk membeli harddisk, UPS, dan aplikasi-

aplikasi dinilai cukup boros. Karena sesungguhnya biaya-biaya operasional

seperti ini dapat ditekan.

Manfaat: Manfaat yang dihasikan kurang optimal, karena tidak seimbang

dengan biaya perawatan. Disamping itu pesatnya perkembangan teknologi

menjadikan mahalnya biaya upgrade dalam skala besar.

3.3.4 Analisis Pengendalian (Control)

Pengendalian hak akses terhadap data: Pengendalian hak akses yang ada

saat ini kurang begitu aman. Karena dengan menggunakan teknik tertentu

user bisa saja merubah privilege pada suatu komputer saat admin sedang

tidak ada.

3.3.5 Analisis Efisiensi (Efficiency)

Jumlah sumber daya yang digunakan: Waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan backup dan maintenance satu kali pada satu komputer server

sangat berbeda dibandingkan dengan ke beberapa komputer client.

3.3.6 Analisis Pelayanan (Services)

Reliabilitas: User kurang puas karena harus terpaku pada satu komputer,

user tidak dapat pindah-pindah komputer sesuai keperluan. Bila ingin pindah

komputer seorang user harus mensetting ulang seluruh aplikasi dan

konfigurasinya.

Keluwesan: Sistem yang lama mengakibatkan sebuah komputer harus

digunakan oleh beberapauser yang berbeda, sehingga harus berbagi

password root. Hal ini mengurasi kebebasan akan privasi user.

3.4 Analisis Kebutuhan Sistem

3.4.1 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras

Dalam menyelesaikan penelitian ini, digunakan beberapa komputer/laptop, yang

berperan sebagai Server dan Client.

8

Tabel 3.1 Spesifikasi komputer PXE server

Tabel 3.2 Spesifikasi komputer PXE Client

3.4.2 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak

Adapun software yang digunakan dalam proses pembangunan Diskless

Networking dengan PXES pada Debian GNU/Linux sebagai berikut:

OS Debian GNU/Linux 6.0.4 Squeeze: Sistem operasi yang digunakan dalam

pembangunan PXE server.

DHCP Server: Dibutuhkan untuk melayani pemberian IP untuk client.

TFTP Server: Dibutuhkan untuk transfer kernel image kepada client saat

booting.

NFS Server: Servis yang bekerja saat menjalankan sistem operasi pada

komputer client.

Syslinux: Pxelinux.0 dibutuhkan sebagai servis untuk mengaktifkan PXES.

Debootstrap: Menginstall sistem operasi yang akan digunakan client.

Apache: Diperlukan untuk share repository server jika client membutuhkan.

Memtest86+ [Optional]: Aplikasi untuk mengecek aktifitas memori.

Sysv-rc-conf [Optional]: Aplikasi untuk mengatur initial runlevel pada service.

9

3.5 Analisis Kelayakan Sistem

3.5.1 Kelayakan Teknik

Dalam jaringan komputer dari persekolahan hingga perkantoran, dibutuhkan

manajemen pemeliharaan komputer baik hardware maupun software dengan baik dalam

jangka panjang. Dengan melakukan pemeliharaan secara tersentralisasi, akan dirasakan

manfaat yang cukup signifikan dari sisi waktu. Oleh karena itu sistem ini layak bila

dipandang dari sudut teknologi.

3.5.2 Kelayakan Hukum

Perangkat lunak yang digunakan harus resmi dan sesuai dengan regulasi yang

ada, sehingga tidak menyimpang dari ketentuan hukum yang berlaku dan tidak

menimbulkan masalah hukum, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

Untuk itu dibutuhkan perangkat lunak yang freeware dan open source untuk membangun

sistem ini. Hal inilah yang menyebabkan dipilihnya Linux sebagai sistem operasi,

dikarenakan Linux akan selalu free dan open source, terutama sistem operasi Debian

yang digunakan dalam perancangan sistem diskless ini.

3.6 Perancangan Sistem

Perancangan sistem Diskless Networking dengan PXES pada Debian GNU/Linux

ini merupakan transfer sebuah sistem operasi melalui jaringan komputer, lebih

spesifiknya melalu jaringan ethernet.

3.6.1 Diagram Jaringan

Gambar 3.3 Prototype jaringan PXES

Ketika client melakukan boot pertama kali dari BIOS, server menerima notifikasi

bahwa ada MAC address yang berteriak meminta IP. Setelah IP diterima oleh client

dilanjutkan dengan proses pengiriman kernel image menggunakan TFTP ke dalam

memori. Selanjutnya kernel meminta pada server folder-folder yang dibutuhkan. Lalu

dengan urutan init run level, service dan rc.local masing-masing di load untuk

menjalankan sistem operasi.

10

3.6.2 Perancangan Pada Sisi Server

PXE server menggunakan sistem operasi linux. Distribusi yang digunakan adalah

Debian, distro ini dipilih dikarenakan kestabilan dan kehandalannya. Proses perancangan

pada sisi server ada beberapa tahap.

Gambar 3.4 Flowchart perancangan pada sisi server

3.6.3 Perancangan Pada Sisi Client

Perancangan pada sisi client sesungguhnya telah dilakukan seluruhnya di sisi

server. Adapun tambahan-tambahan pribadi yang ingin, bisa dilakukan secara individu

oleh user bersangkutan yang diberi hak.

4. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Konfigurasi Servis Pada Sisi Server

Instalasi Debian

Setting Repositori

Setting IP Address

Setting DHCP

Setting TFTP

Setting NFS

Installasi Base Debian

4.2 Konfigurasi PXE Pada Sisi Server

PXE Menu

Diskless Workstation

Localboot

Memtest86+

Netboot

Clonezilla

11

Live PXE

4.3 Konfigurasi Client Pada Sisi Server

Mounting Root File System

Setting Repositori

Setting Interface

Setting Locales dan Timezone

Setting Username dan Password

Mounting NFSROOT

Instalasi Desktop Environment

4.4 Pengujian Sistem

4.4.1 Pengujian White Box

White box testing adalah pengujian dengan cara meramalkan atau memprediksi

cara kerja perangkat lunak secara detail dan terperinci. Kesimpulan dari maksud diatas,

white box testing merupakan petunjuk untuk menguji perangkat lunak agar mendapatkan

program yang benar dan sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 4.1 Uji Login OS Client

4.4.2 Pengujian Black Box

Tahapan black box testing adalah tahapan dimana porgram di uji tentang

bagaimana cara beroperasi, sehingga data yang masuk dapat dijaga kemutahiranya atau

tidak dan informasi yang diterima sesuai dengan yang di inginkan atau tidak. Pengujian

ini berorientasi pada pernyatan-pernyataan fungsional perangkat lunak tersebut.

Tabel 4.1 Pengujian PXE Menu

No Nama Pengujian Tujuan Skenario Hasil Diharapkan Hasil

Didapat

1

Menguji menu localboot

Menguji apakah localboot dapat digunakan

Menggunakan PC berhardisk agar dapat teruji

Client dapat boot menggunakan harddisknya

OK

12

2 Menguji menu memtest

Menguji apakah memtest dapat digunakan

Memilih menu memtest pada PXE menu

Aplikasi dapat mengecek memori fisik PC client

OK

3

Menguji menu clonezilla

Menguji apakah clonezilla dapat digunakan

Menggunakan clonezilla sebagai OS untuk backup

Clonezilla dapat digunakan sebagaimana mestinya

OK

4

Menguji menu netistall

Menguji apakah netinstall dapat digunakan

Melakukan installasi dari network pada PC berharddisk

Debian dapat terinstall pada mesin client

OK

5

Menguji menu squeeze client

Menguji apakah sistem operasi untuk client dapat digunakan

Memilih OS digunakan sesuai otentikasi

Client diskless dapat boot OS via network

OK

Tabel 4.2 Pengujian Dari Sisi Client

No Nama Pengujian Tujuan Skenario Hasil Diharapkan Hasil

Didapat

1

Menguji NFS client saat boot

Menguji apakah NFS dapat diload secara sempurna

Mekanisme PXE digunakan saat boot

Client dapat booting dengan lancar tanpa kendala

OK

2

Mounting PROC, SYS, DEV server ke client

Menguji apakah client dapat berjalan normal dengan atau tanpa mount direktori

Melakukan umount dan mount untuk melihat perbedaan

Client dapat melakukan berbagai kegiatan install dan upgrade

OK

3

Menguji menginstall aplikasi tanpa root

Menguji apakah user biasa dapat terlibat kegiatan administratif

User biasa mencoba install tanpa root

Client biasa tidak diizinkan untuk merubah sistem apapun

OK

4.5 Pengujian Booting Diskless Client

Pengujian diskless client merupakan tujuan pertama dan utama sistem diskless

ini dibangun. Disini akan dibuktikan bahwa client benar-benar booting melalui media

ethernet.

Gambar 4.2 BIOS Network Boot Priority

13

Gambar 4.3 Network Boot Proses

Gambar 4.4 PXE Diskless Menu

Gambar 4.5 Transfer Kernel ke Memori Client

Gambar 4.6 Disk Utility

14

4.6 Pengujian Kostumisasi Diskless Client

Memanfaatkan repositori yang telah terintegrasi dalam sistem diskless untuk

dishare kepada jaringan menjadikan kostumisasi client dapat dilakukan. Untuk

melakukan kostumisasi dasar ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu melalui terminal

dan GUI.

4.7 Pengujian NFS Diskless Client

Memanfaatkan dengan lebih efektif NFS yang telah terintegrasi bertujuan

memudahkan pertukaran file antar client dengan sedikit tambahan pengaturan.

4.8 Pengujian Kestabilan Diskless Client

Hal yang diuji pada perancangan sistem diskless adalah kestabilan server untuk

menangani beberapa komputer client dalam sebuah jaringan. Pada keadaan ideal alias

seluruh client sedang tidak digunakan, server hanya membutuhkan sedikit resource

untuk menjaga agar sistem tetap stabil.

Tabel 4.3 Resource CPU dan RAM berbanding Jumlah Client

No CPU RAM Jumlah Client

1 5 % 116 MB 1

2 5 % + (3 %) 116 MB (+ 2 MB) 2

3 (2 + 3n) % (114 + 2n) MB n

4.9 Pengujian Traffic Jaringan Diskless

Traffic atau lalu lintas, dalam hal ini data, merupakan salah satu pengujian

esensial yang dilakukan dalam penelitian jaringan diskless. Berapa cepat waktu yang

dibutuhkan untuk pengiriman data dan bagaimana pengaruhnya apabila pengiriman

dilakukan oleh lebih dari satu client dalam waktu yang bersamaan.

Gambar 4.7 Transfer OS Image

15

Jika dua buah client yang melakukan request maka kecepatan transfer yang

tadinya digunakan seutuhnya untuk satu client, kini terbagi menjadi dua dan begitu pula

berlaku kelipatannya.

Tabel 4.4 Perbandingan Kecepatan Transfer

No Jumlah Client Fast Ethernet (100 Mbps)

Gigabit Ethernet (1000 Mbps)

1 1 12,5 MB/s 125 MB/s

2 2 6,25 MB/s 62,5 MB/s

3 4 3,125 MB/s 31,25 MB/s

4 8 1,5625 MB/s 15,625 MB/s

5 16 0,78125 MB/s 7,8125 MB/s

4.10 Pengujian Otentikasi Sistem Diskless

Pada prototype sistem diskless ini digunakan hingga tiga tahap otentikasi.

Gambar 4.8 Struktur Model Otentikasi

4.11 Pengujian Repository dengan Berbagai Hardware

Untuk hardware dengan merek Intel, maka harus menggunakan kernel yang

terbuat dari repository i386, dari sistem operasi hingga serangkaian aplikasinya. Begitu

pula dengan merek Amd maupun Apple, masing masing dapat menggunakan repository

amd64 dan power PC. Bila prinsip ini dilanggar akan terjadi “hang” saat client memasuki

sistem operasi, seluruh hardware tidak dapat dikenali dan digunakan karena tidak

kompatible.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian skripsi ini, dapat diambil kesimpulan agar dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah:

1. Memanfaatkan PXE untuk Mengatasi Gagal Booting PC-Client dan Akses Image

Sistem Operasi/File di Infrastruktur Jaringan berhasil dilakukan menggunakan

distro Debian pada jaringan dengan hardware yang homogen terdiri dari empat

client menggunakan teknologi fastethernet, dengan adanya sistem diskless ini

sekarang client dapat berpindah-pindah tempat duduk dimanapun dan

menjalankan sistem operasi yang biasa ia digunakan.

16

2. Sistem otentikasi pada prototype digunakan tiga tahap keamanan yang saling

berantai. Karena seluruh setting berada pada komputer server menjadikan

komputer client tidak dapat memilih selain memasukan password-password

dengan benar. Teknologi diskless memiliki keuntungan alami, yaitu kegiatan

pembajakan sistem operasi client hanya dapat dilangsungkan melalui sisi server.

5.2 Saran

Dari pembuatan aplikasi ini ada beberapa saran yang dapat dikembangkan untuk

penelitian berikutnya, adapun saranya sebagai berikut:

1. Wake on LAN (WOL) dengan magic packetnya dapat memperkaya fitur PXE,

dengan Wake on LAN seluruh komputer dalam satu jaringan dapat dihidupkan

dari sisi server.

2. Clustering dengan PVM (Paralel Virtual Machine) dan DSM (Distributed Shared

Memory) adalah menggunakan resource komputer lain dalam satu jaringan yang

sedang idle. Dengan clustering komputer yang sedang sibuk dapat meminta

bantuan komputer yang sedang menganggur untuk mengeksekusi suatu perintah

berat bersama-sama.

3. Backup server atau lebih dikenal dengan Failover server merupakan server

cadangan apabila server utama mati. Apabila karena suatu hal komputer server

harus diperbaiki maka server cadanganlah yang akan mengambil alih pekerjaan

server utama, dengan adanya Failover sebuah sistem dapat meningkatkan level

antisipasi dan menjadi lebih kebal terhadap gangguan.

4. LDAP (Ligweight Directory Access Protocol) dan NIS (Network Information

System) adalah suatu metode menyediakan dan memenej seluruh informasi user

bahkan password sekalipun. Menggunakan ini informasi-informasi dapat

diupdate dengan ringkas, mudah dan otomatis. Teknologi ini akan sangat

dibutuhkan dalam implementasi DRBL (Diskless Remote Boot in Linux).

5. Menggunakan SSHFS sebagai pengganti NFS, karena tergolong teknologi yang

masih segar sehingga tingkat keamanan pun lebih mutakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyus, D. & KR. Rum A. 2008. Komunikasi Data. Yogyakarta: Andi Offset

Azikin Askari, 2011. Debian GNU/Linux. Bandung: Informatika Bandung

Binanto Iwan. 2003. Diskless Workstation/Client Berbasis Linux Mandrake 8.2.

Yogyakarta: Andi Offset

Infolinux. 2010. Home Server Ubuntu 10.04 LTS. Jakarta Pusat: Infolinux Media Utama

17

Raharjo, S. & Utami E. 2004. Teori, Analisa, dan Implementasi Jaringan Tanpa Disk pada

GNU/Linux. Yogyakarta: Andi Offset

Sofana Iwan, 2010. Cisco CCNA & Jaringan Komputer. Bandung: Informatika Bandung

Wahana. 2005. Panduan Praktis Membangun Jaringan Diskless Universal dengan PXES.

Yogyakarta: Andi Offset