Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

134
TANAMAN OBAT INDONESIA 2: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam BUKU REFERENSI Penulis: Dr. Farida Hayati, M.Si., Apt. Lutfi Chabib, M.Sc, Apt. PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2017

Transcript of Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Page 1: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

i

TANAMAN OBAT INDONESIA 2:

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

BUKU REFERENSI

Penulis:Dr. Farida Hayati, M.Si., Apt.

Lutfi Chabib, M.Sc, Apt.

PROGRAM STUDI FARMASIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2017

Page 2: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

ii

Page 3: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji akan nikmat dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Semua atas izin-Nya, sehingga buku ini dapat ditulis. Penulis benar-benar merasa berbahagia karena naskah buku ini selesai dalam pengerjaannya.

Di era modern, pengobatan yang berasal dari bahan alam masih terus dipercaya masyarakat, bahkan penggunaannya cenderung meningkat. Selama ini penggunaan obat bahan alam didasari penggunaan empiris dari generasi ke generasi, sehingga masih ada beberapa kalangan yang meragukan khasiatnya. Bukti-bukti ilmiah diperlukan untuk menjamin bahwa obat yang berasal dari alam berkhasiat dan aman untuk digunakan. Buku ini membahas terkait pengobatan berbagai penyakit menggunakan obat bahan alam atau disebut fitoterapi. Setiap pengobatan menggunakan bahan alam yang ada di dalam buku ini didasari hasil penelitian praklinis dan klinis. Penelitian yang diacu merupakan penelitian yang dilakukan di Indonesia dan Luar Negeri. Pemilihan penggunaan obat bahan alam dalam menyembuhkan pasien yang didasarkan bukti ilmiah (Evidence Based Medicines) akan meningkatkan keyakinan terhadap khasiat obat bahan alam. Tanaman yang dicantumkan di dalam buku ini merupakan tanaman yang ada di Indonesia dan banyak terdapat disekitar kita. Pembahasan tanaman meliputi senyawa atau golongan senyawa aktif yang terkandung di dalam tanaman, bukti penelitian terkait aktivitas farmakologi, dan mekanisme kerja senyawa atau golongan senyawa aktif dalam mengatasi penyakit terkait. Buku ini dapat dijadikan salah satu referensi pendukung kuliah fitoterapi, farmakologi, teknologi sediaan bahan alam dan bisa sebagai rujukan bagi mahasiswa, akademisi, praktisi kesehatan, dan masyarakat umum dalam memahami dan memilih obat bahan alam untuk berbagai penyakit.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam membantu pengerjaan buku ini, baik dalam memberi saran atau masukkan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada guru-guru dan dosen-dosen yang sudah memberikan

Page 4: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

iv

banyak ilmu, sehingga penulis dapat menuangkan ilmu yang didapat ke dalam sebuah buku.

Tidak ada gading yang tidak retak. Penulis menyadari bahwa buku ini jauh dari kesempurnaan. Penulis merasa masih harus banyak belajar. Penulis berharap mendapat banyak masukkan dan kritikan untuk menjadikan diri penulis lebih baik. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Maret 2017

Penulis

Page 5: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

v

DAFTAR ISI

Halaman Utama iKata Pengantar iiiDaftar Isi vDaftar Gambar vi

8. Gangguan Sendi 18.1. Rheumatoid Arthritis 18.2. Daftar Pustaka 8

9. Gangguan Nyeri 119.1. Nyeri 119.2. Daftar pustaka 21

10. Gangguan Hematologi 3110.1. Anemia 3110.2. Daftar pustaka 38

11. Gangguan Infeksi 4311.1. Infeksi bakteri 4311.2. Infeksi Jamur 5311.3. Infeksi Parasit 6111.4. Tuberkulosis 7011.5. Daftar Pustaka 77

12. Gangguan Hepar 8712.1. Hepatitis 8712.2. Daftar Pustaka 98

13. Gangguan Kulit 10113.1. Pemutih Kulit (Anti-Hiperpigmentasi) 10113.2. Tabir Surya 10813.3. Daftar Pustaka 116

Glosarium 123Indeks 124

Page 6: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 8.1 Jahe (Zingiber officinaleRosc.) 2

Gambar 8.2 Lidah Buaya (Aloe vera(L.) Burm.f.) 3

Gambar 8.3 Lada Hitam (Piper nigrumL.) 4

Gambar 8.4 Kunyit (Curcuma longa L) 5

Gambar 8.5 Teh (Camellia sinensis L.) 6

Gambar 8.6 Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) 7

Gambar 9.1 Lidah Buaya (Aloe vera(L.) Burm.f.) 12

Gambar 9.2 Pepaya (Carica papaya L.) 13

Gambar 9.3 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) 15

Gambar 9.4 Jahe (Zingiber officinaleRosc.) 16

Gambar 9.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) 18

Gambar 9.6 Sirih (Piper betle L.) 19

Gambar 9.7 Kunyit (Curcuma domestica Val.). 20

Gambar 10.1 Kelor (Moringa oleifera Lam.). 32

Gambar 10.2 Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.). 33

Gambar 10.3 Jambu Biji (Psidium guajava L.) 34

Gambar 10.4 Petai (Parkia speciosa Hassk.) 35

Gambar 10.5 Kurma (Phoenix dactylifera L.) 36

Gambar 11.1 Bawang Putih (Allium sativumL.) 44Gambar 11.2 Bawang Merah (Allium cepaL.) 45

Gambar 11.3 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) 46

Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) 47

Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) 48

Gambar 11.6 Sirsak (Annona muricata L.) 49

Gambar 11.7 Sirih Merah (Piper crocatumRuiz & Pav.). 50

Gambar 11.8 Pepaya (Carica papaya L.) 51

Page 7: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

vii

Gambar 11.9 Teh (Camellia sinensisL.) 52

Gambar 11.10 Jahe (Zingiber officinaleRosc.) 53

Gambar 11.11 Alamanda (Allamanda cathartica L.) 54

Gambar 11.12 Lengkuas (Alpinia galanga L.) 55

Gambar 11.13 Bawang Putih (Allium sativumL.) 56

Gambar 11.14 Kunyit (Curcuma domestica Val.) 57

Gambar 11.15 Jambu Mete (Anacardium occidenraleL.) 58

Gambar 11.16 Belimbing Wuluh (Averrhoabilimbi L.) 59

Gambar 11.17 Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc) 60

Gambar 11.18 Pepaya (Carica papaya L.) 62

Gambar 11.19 Anting – anting (Acalypha indica L.) 63

Gambar 11.20 Cempedak (Artocarpus champeden (Lour.)

Stokes.)

64

Gambar 11.21 Pinang (Areca catechuL.) 66

Gambar 11.22 Delima (Punica granatum L.) 67

Gambar 11.23 Miana (Coleus blumei Benth.) 68

Gambar 11.24 Labu Merah (Cucurbita moschata Duch.) 69

Gambar 11.25 Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz) 71

Gambar 11.26 Pegagan (Cantella asiatica (L.) Urban) 72

Gambar 11.27 Bidara Upas (Merremia mammosa Hall) 73

Gambar 11.28 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) 74

Gambar 11.29 Singalawang (Petiveria alliaceaL.) 75

Gambar 11.30 Legundi (Vitex trifolia L.) 76

Gambar 12.1 Temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb.) 88

Gambar 12.2 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) 89

Gambar 12.3 Eukaliptus (Eucalyptus globulus Labill.) 89

Gambar 12.4 Gambir (Uncaria gambir Roxb.) 90

Gambar 12.5 Meniran (Phyllanthus niruriL.) 91

Page 8: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

viii

Gambar 12.6 Sambiloto (Andrographis paniculata) 93

Gambar 12.7 Palaisa (Kleinhovia hospita L.) 94

Gambar 12.8 Cengkeh (Syzygium aromaticum) 95

Gambar 12.9 Mangrove (Avicenna marina (Forsk.)Vierh) 96

Gambar 13.1 Bengkoang (Pachyrhizus erosus(L.)Urb.) 101

Gambar 13.2 Andalas (Morus macroura L.) 102

Gambar 13.3 Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) 103

Gambar 13.4 Teh (Camellia sinensis L.) 104

Gambar 13.5 Lobak (Raphanus sativus L.) 105

Gambar 13.6 Lengkuas (Alpinia galanga L.) 106

Gambar 13.7 Murbei (Morus alba L.) 107

Gambar 13.8 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa(Scheff.)

Boerl.)

109

Gambar 13.9 Pisang (Musa acuminate L.) 111

Gambar 13.10 Kencur (Kaempferia galanga L.) 112

Gambar 13.11 Teh (Camellia sinensis L.) 113

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) 114

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) 115

Page 9: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

BAB VIII GANGGUAN SENDI

8.1 RHEUMATOID ARTHRITIS

8.1.1 Pendahuluan

Rheumatoid arthritis adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimun yang tidak baik atau kronis yang ditandai dengan adanya peradangan, nyeri, kaku, dan progresif keruskan sendi (Bykerk et al.,, 2011). Penyakit sendi ini menimpa sekitar 1,3 juta orang dewasa di negara Amerika Serikat yang menyebabkan mereka merasakan nyeri sendi, bengkak, dan kekakuan tetapi juga bisa mempengaruhi organ lain dari dalam tubuh (Stockl, et al: 2010).Rhematoid arthritis merupakan penyakit autoimun dengan sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang pada jaringan yang sehat. Sendi yang normal memiliki lapisan sendi yang tipis dan pada bagian dalamnya hanya ada sedikit pembuluh darah, tetapi pada sendi yang terkena rheumatoid arthritis memiliki lapisan sendi yang sangat tebal dan di dalamnya sangat banyak sel darah putih. Sel-sel darah putih darah putih inilah yang mengeluarkan zat-zat kimia sepeti interleukin dan tumor necrosis factor alpha) yang dapat menghasilkan nyeri, pembengkakang sendi, dan kerusakan sendi. Pada penemuan terbaru menunjukkan adanya sitokin. (Kaur, et al: 2012).

Rheumatoid arthritis bukan termasuk penyakit keturunan, tetapi peneliti percaya bahwa ada beberapa orang yang memiliki gen yang membuat mereka rentan terkena penyakit ini. Orang dengan gen ini tidak secara langsung dapat mengembangkan rheumatoid arthritis, tetapi ada pemicu sehingga penyakit ini dapat mengembang seperti ada infeksi atau faktor lingkungan, yang dapat mengaktifkan gen tersebut. Ketika tubuh terkena pemicu tersebut, kekebalan tubuh merespon tidak tepat. Sehingga sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi melindungi melainkan mulai memproduksi zat yang menyerang sendi. Inilah yang dapat menyebabkan rheumatoid arthritis dapat berkembang (Kaur, et al: 2012)

Page 10: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

2

8.1.2 Fitoterapi Rheumatoid Artritis

1. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

122

BAB VIII GANGGUAN SENDI

8.1 RHEMATOID ARTHRITIS 8.1.1 Pendahuluan

Rhematoid arthritis adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimun yang tidak baik atau kronis yang ditandai dengan adanya peradangan, nyeri, kaku, dan progresif keruskan sendi (Bykerk et al.,, 2011). Penyakit sendi ini menimpa sekitar 1,3 juta orang dewasa dinegara Amerika Serikat yang menyebabkan mereka merasakan nyeri sendi, bengkak, dan kekakuan tetapi juga bisa mempengaruhi organ lain dari dalam tubuh (Stockl, et al: 2010). Rhematoid arthritis merupakan penyakit autoimun dengan sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang pada jaringan yang sehat. Sendi yang normal memiliki lapisan sendi yang tipis dan pada bagian dalamnya hanya ada sedikit pembuluh darah, tetapi pada sendi yang terkena rhematoid arthritis memiliki lapisan sendi yang sangat tebal dan di dalamnya sangat banyak sel darah putih. Sel-sel darah putih darah putih inilah yang mengeluarkan zat-zat kimia sepeti interleukin dan tumor necrosis factor alpha) yang dapat menghasilkan nyeri, pembengkakang sendi, dan kerusakan sendi. Pada penemuan terbaru menunjukkan adanya sitokin. (Kaur, et al: 2012).

Rhematoid arthritis bukan termasuk penyakit keturunan, tetapi peneliti percaya bahwa ada beberapa orang yang memiliki gen yang membuat mereka rentan terkena penyakit ini. Orang dengan gen ini tidak secara langsung dapat mengembangkan rhematoid arthritis, tetapi ada pemicu sehingga penyakit ini dapat mengembang seperti ada infeksi atau faktor lingkungan, yang dapat mengaktifkan gen tersebut. Ketika tubuh terkena pemicu tersebut, kekebalan tubuh merespon tidak tepat. Sehingga sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi melindungi melainkan mulai memproduksi zat yang menyerang sendi. Inilah yang dapat menyebabkan rhematoid arthritis dapat berkembang (Kaur, et al: 2012) 8.1.2 Fitoterapi Rhematoid Artritis 1. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Gambar 8.1 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Gambar 8.1 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Konstituen utama pada jahe adalah seskuiterpenoid (Kaur, et al, 2012). Seskuiterpenoid yang terkandung di antaranya bisapolen, zingiberen, zingiberol, sesquiphellandren, dan curcurmen. Jahe juga mengandung senyawa golongan fenol seperti shogaol, paradol, dan gingerol (Al-Nahain et al., 2014).Sebuah studi yang dilakukandi Denmark menunjukkan bahwa asupan rata-rata 5g jahe segar atau 0,5-1g bubuk jahe dapat mengurangi rasa sakit, bengkak, kekakuan pada pasien yang menderita arthritis (ICMR buletin, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian pada isolat jahe yaitu 6-shogaol, 1-dehidro-10-gingerdione, dan 10-gingerdione secara signifikan menurunkan produksi nitrit oksid dan intrinsic nitric oxide synthase (iNOS) yang berperan dalam kerusakan tulang rawan dan peradangan pada pasien rheumatoid arthritis (Eun et al., 2009). Zingiber officinale juga mampu memblok aktivitas dari nuclear factor 𝜅𝛽 (NF-𝜅𝛽) dan protein kinase C (PKC) yang berperan terhadap kejadian inflamasi (Lee et al., 2009). Efek dari penggunaan Zingiber officinale secara umum melalui mekanisme penghambatan NF-𝜅𝛽, nitrit oksid, siklooksigenase-2, dan interleukin-6 (Al-Nahain et al., 2014).

Page 11: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2. Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.)

123

Konstituen utama pada jahe adalah seskuiterpenoid (Kaur, et al, 2012). Seskuiterpenoid yang terkandung diantaranya bisapolen, zingiberen, zingiberol, sesquiphellandren, dan curcurmen. Jahe juga mengandung senyawa golongan fenol seperti shogaol, paradol, dan gingerol (Al-Nahain et al., 2014). Sebuah studi yang dilakukan di Denmark menunjukkan bahwa asupan rata-rata 5 g jahe segar atau 0,5-1 g bubuk jahe dapat mengurangi rasa sakit, bengkak, kekakuan pada pasien yang menderita arthritis (ICMR buletin, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian pada isolat jahe yaitu 6-shogaol, 1-dehidro-10-gingerdione, dan 10-gingerdione secara signifikan menurunkan produksi nitrit oksid dan intrinsic nitric oxide synthase (iNOS) yang berperan dalam kerusakan tulang rawan dan peradangan pada pasien rhemautoid arthritis (Eun et al., 2009). Zingiber officinale juga mampu memblok aktivitas dari nuclear factor 𝜅𝜅𝛽𝛽 (NF-𝜅𝜅𝛽𝛽) dan protein kinase C (PKC) yang berperan terhadap kejadian inflamasi (Lee et al., 2009). Efek dari penggunaan Zingiber officinale secara umum melalui mekanisme penghambatan NF-𝜅𝜅𝛽𝛽, nitrit oksid, siklooksigenase-2, dan interleukin-6 (Al-Nahain et al., 2014).

2. Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.)

Gambar 8.2 Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.) (Rajeswari et al., 2012)

Aloe vera mengandung flavonoid, terpenoid, lektin, antrakuinon, kromon,

polisakarida, tanin, sterol, saponin, emodin (Joseph and Raj, 2010). Bader et al (2014) menyatakan senyawa yang bertanggung jawab dalam aktivitas antiartritis yaitu antrakuinon, antrasen, asam sinamik, dan asam antranilat. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbaikan saat pemberian ekstrak Aloe vera pada hewan uji yang dibuat mengalami artritis. Terjadi pengurangan terjadi edema secara signifikan (Sarkar et al., 2005). Pengujian pada tikus model artritis menunjukkan kemampuan Aloe vera dalam mengurangi nyeri (Bader et al., 2014).

Aloe vera juga mampu menurunkan produksi nitrit oksida pada makrofag yang bertanggung jawab pada kejadian rhemautoid arthritis (Sarkar et al., 2005). Tanaman ini juga mampu menghambat produksi prostaglandin E2 dan interleukin-8 yang terlibat dalam rhemautoid arthritis (Joseph and Raj, 2010). Kemampuan Aloe

Gambar 8.2 Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.) (Rajeswari et al., 2012)

Aloe vera mengandung flavonoid, terpenoid, lektin, antrakuinon, kromon, polisakarida, tanin, sterol, saponin, emodin (Joseph and Raj, 2010). Bader et al (2014) menyatakan senyawa yang bertanggung jawab dalam aktivitas antiartritis yaitu antrakuinon, antrasen, asam sinamik, dan asam antranilat.Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbaikan saat pemberian ekstrak Aloe vera pada hewan uji yang dibuat mengalami artritis. Terjadi pengurangan edema secara signifikan (Sarkar et al., 2005). Pengujian pada tikus model artritis menunjukkan kemampuan Aloe vera dalam mengurangi nyeri (Bader et al., 2014).

Aloe vera juga mampu menurunkan produksi nitrit oksida pada makrofag yang bertanggung jawab pada kejadian rheumatoid arthritis (Sarkar et al., 2005). Tanaman ini juga mampu menghambat produksi prostaglandin E2 dan interleukin-8 yang terlibat dalam rheumatoid arthritis (Joseph and Raj, 2010). Kemampuan Aloe vera juga melibatkan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yang menstimulasi sistem imun dan penghambatan agen inflamasi (Bader et al., 2014).

Page 12: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

3. Lada Hitam (Piper nigrumL.)

124

vera juga melibatkan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yang menstimulasi sistem imun dan penghambatan agen inflamasi (Bader et al., 2014). 3. Lada Hitam (Piper nigrum L.)

Gambar 8.3 Lada Hitam (Piper nigrum L.) (Ahmad et al, 2012)

Senyawa hasil isolasi dari Piper nigrum yang bertanggungjawab dalam

aktivitas antirematoid yaitu dehydropipernonalin, piperloein B, dan pipernonalin (Lee et al., 2009). Penelitian lain menyatakan Piper nigrum mengandung senyawa piperin dan piperidin yang memiliki kemampuan sebagai antirematoid (Bader et al., 2014). Pengujian pada hewan model artritis menunjukkan kemampuan ekstrak dalam mengurangi keadaan nyeri dan gejala rematik lainnya. Pengujian histologis menunjukkan pemberian ekstrak secara signifikan mengurangi daerah inflamasi pada sendi pergelangan kaki (Bang et al., 2008). Piperin yang diberikan secara oral pada hewan uji model artritis yang diinduksi karagenan dapat menurunkan gejala artritis (Bader et al., 2014).

Piper nigrum yang diuji secara in vitro pada cairan sinoviosit pasien rematoid artritis diketahui memiliki kemampuan sebagai antirematoid dengan menghambat ekspresi interleukin-6 dan matrix metalloproteinase (MMPs), serta mengurangi produksi prostaglandin E2 (PGE2). Piper nigrum juga menghambat migrasi protein activator (AP-1) (Bang et al., 2009). Penelitian lain juga menyatakan senyawa hasil isolasi dari Piper nigrum mampu menghambat interleukin-6, sehingga antivasi faktor pro-inflamasi dapat dicegah (Lee et al., 2010).

Gambar 8.3 Lada Hitam (Piper nigrum L.) (Ahmad et al, 2012)

Senyawa hasil isolasi dari Piper nigrum yang bertanggung jawab dalam aktivitas antirematoid yaitu dehydropipernonalin, piperloein B, dan pipernonalin (Lee et al., 2009). Penelitian lain menyatakan Piper nigrum mengandung senyawa piperin dan piperidin yang memiliki kemampuan sebagai antirematoid (Bader et al., 2014). Pengujian pada hewan model artritis menunjukkan kemampuan ekstrak dalam mengurangi keadaan nyeri dan gejala rematik lainnya. Pengujian histologis menunjukkan pemberian ekstrak secara signifikan mengurangi daerah inflamasi pada sendi pergelangan kaki(Bang et al., 2008). Piperin yang diberikan secara oral pada hewan uji model artritis yang diinduksi karagenan dapat menurunkan gejala artritis (Bader et al., 2014).

Piper nigrum yang diuji secara in vitro pada cairan sinoviosit pasien rheumatoid artritis diketahui memiliki kemampuan sebagai antirematoid dengan menghambat ekspresi interleukin-6 dan matrix metalloproteinase (MMPs), serta mengurangi produksi prostaglandin E2 (PGE2). Piper nigrum juga menghambat migrasi protein activator (AP-1) (Bang et al., 2009). Penelitian lain juga menyatakan senyawa hasil isolasi dari Piper nigrum mampu menghambat interleukin-6, sehingga aktivasi faktor pro-inflamasi dapat dicegah (Lee et al., 2010).

Page 13: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

4. Kunyit (Curcuma longaL.)

125

4. Kunyit (Curcuma longa L.)

Gambar 8.4 Kunyit (Curcuma longa L). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Pengujian aktivitas antirematoid dari Curcuma longa dilakukan pada tikus

model artritis dengan induksi kolagen. Hasil pengujian menunjukkan setelah pemberian Curcuma longa selama 28 dan 42 hari diketahui mampu mengurangi dan menghambat terjadinya inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan lunak, eritema, dan kekakuan pada sendi (Zahidah et al., 2012). Penelitian lain yang menguji Curcuma longa pada tikus model artritis dengan induksi zymosan menunjukkan Curcuma longa lebih efektif pada 6 jam pertama dibandingkan prednison (Nonose et al., 2014). 5. Teh (Camellia sinensis L.)

Gambar 8.5 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Daun teh mengandung senyawa polifenol diantaranya katekin (30-40%), galokatekin, epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat, dan epigalokatekin galat, dan flavonoid. Selain itu, terkandung juga senyawa proantosianidin, alkaloid (kafein), dan teobromin (Ogle, 2009). Penelitian lain menyatakan epigalokatekin bertanggungjawab terhadap aktivitas antirematoid (Bader et al., 2014). Penggunaan ekstrak daun teh pada tikus secara signifikan mengurangi gejala artritis (Kim et al, 2008). Studi kohort pada 31.336 wanita usia 55-69 tahun yang meminum teh 3 gelas atau lebih dalam sehari menunjukkan pengurangan resiko kejadian rematoid artritis dibandingkan tidak mengkonsumsi teh (Mikuls et al., 2002). Hasil pengujian dengan metode protein denaturasi dan stabilisasi membran menunjukkan dekokta dan infusa

Gambar 8.4 Kunyit (Curcuma longa L). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Pengujian aktivitas antirematoid dari Curcuma longa dilakukan pada tikus model artritis dengan induksi kolagen. Hasil pengujian menunjukkan setelah pemberian Curcuma longaselama 28 dan 42 hari diketahui mampu mengurangi dan menghambat terjadinya inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan lunak, eritema, dan kekakuan pada sendi (Zahidah et al., 2012). Penelitian lain yang menguji Curcuma longa pada tikus model artritis dengan induksi zymosan menunjukkan Curcuma longalebih efektif pada 6 jam pertama dibandingkan prednison (Nonose et al., 2014).

Artritis rematoid (AR) merupakan jenis penyakit autoimun dengan timbulnya inflamasi artritis yang mengakibatkan kerusakan sendi yang berat (Chabib dkk., 2017) dan membutuhkan penatalaksanaan terapi RA jangka panjang. Kurkumin dan turunan senyawanya seperti gamavuton ( GVT-0) merupakan senyawa hidrofobik berwarna kuning yang berasal dari herba turmerik (Curcuma longa), telah dilaporkan memiliki aktivitas farmakologi sebagai terapi AR. Kurkumin bekerja dengan menurunkan produksi IL-1β dan TNF-α yang berperan dalam patogenesis AR pada penelitian pra klinis serta dapat ditingkatkan efektivitasnya dalam bentuk sediaan nanopartikel dan penelitian molecular docking menunjukkan tidak terdapat efek samping dibandingkan dengan pengobatan kelompok obat DMARDs dan NSIDs (Awaluddin dkk., 2017; Chabib dkk., 2016; 2017)

Page 14: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

5. Teh (Camellia sinensis L.)

125

4. Kunyit (Curcuma longa L.)

Gambar 8.4 Kunyit (Curcuma longa L). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Pengujian aktivitas antirematoid dari Curcuma longa dilakukan pada tikus

model artritis dengan induksi kolagen. Hasil pengujian menunjukkan setelah pemberian Curcuma longa selama 28 dan 42 hari diketahui mampu mengurangi dan menghambat terjadinya inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan lunak, eritema, dan kekakuan pada sendi (Zahidah et al., 2012). Penelitian lain yang menguji Curcuma longa pada tikus model artritis dengan induksi zymosan menunjukkan Curcuma longa lebih efektif pada 6 jam pertama dibandingkan prednison (Nonose et al., 2014). 5. Teh (Camellia sinensis L.)

Gambar 8.5 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Daun teh mengandung senyawa polifenol diantaranya katekin (30-40%), galokatekin, epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat, dan epigalokatekin galat, dan flavonoid. Selain itu, terkandung juga senyawa proantosianidin, alkaloid (kafein), dan teobromin (Ogle, 2009). Penelitian lain menyatakan epigalokatekin bertanggungjawab terhadap aktivitas antirematoid (Bader et al., 2014). Penggunaan ekstrak daun teh pada tikus secara signifikan mengurangi gejala artritis (Kim et al, 2008). Studi kohort pada 31.336 wanita usia 55-69 tahun yang meminum teh 3 gelas atau lebih dalam sehari menunjukkan pengurangan resiko kejadian rematoid artritis dibandingkan tidak mengkonsumsi teh (Mikuls et al., 2002). Hasil pengujian dengan metode protein denaturasi dan stabilisasi membran menunjukkan dekokta dan infusa

Gambar 8.5 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Daun teh mengandung senyawa polifenol di antaranya katekin (30-40%), galokatekin, epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat, dan epigalokatekin galat, dan flavonoid. Selain itu, terkandung juga senyawa proantosianidin, alkaloid (kafein), dan teobromin (Ogle, 2009). Penelitian lain menyatakan epigalokatekin bertanggung jawab terhadap aktivitas antirematoid (Bader et al., 2014).Penggunaan ekstrak daun teh pada tikus secara signifikan mengurangi gejala artritis (Kim et al, 2008). Studi kohort pada 31.336 wanita usia 55-69 tahun yang meminum teh 3 gelas atau lebih dalam sehari menunjukkan pengurangan resiko kejadian rematoid artritis dibandingkan tidak mengkonsumsi teh (Mikuls et al., 2002). Hasil pengujian dengan metode protein denaturasi dan stabilisasi membran menunjukkan dekokta dan infusa dari daun teh memiliki kemampuan dalam memproteksi terjadinya kerusakan, bahkan hampir mendekati kemampuan natrium diklofenak (Sherwani et al., 2013).

Pada pengujian secara in vitro, senyawa epigalokatekin galat dan epikatekin galat yang terkandung dalam daun teh memiliki kemampuan dalam menghambat degredasi kartilago proteoglikan dan kolagen tipe II yang peran dalam merusak tulang rawan. Selain itu, senyawa tersebut juga mampu menghambat inteleukin-6 dan tumor necrosis factor (TNF) yang juga berperan pada kejadian artritis (Adcocks et al., 2001). Kim et

Page 15: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

al (2008) menyatakan bahwa penggunaan daun teh mampu memberi efek antiartritis dengan menekan interleukin-17 dan interleukin-10. Bader et al (2014) menyatakan daun teh mempu menghambat mediator inflamasi seperti siklooksigenase-2, IFNγ, dan TNFα. Selain itu terjadi penurunan nilai total immunoglobulin (IgG) dan kolagen tipe II pada mencit model artritis yang diberikan ekstrak daun teh.

6. Srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.)

126

dari daun teh memiliki kemampuan dalam memproteksi terjadinya kerusakan, bahkan hampir mendekati kemampuan natrium diklofenak (Sherwani et al., 2013). Pada pengujian secara in vitro, senyawa epigalokatekin galat dan epikatekin galat yang terkandung dalam daun teh memiliki kemampuan dalam menghambat degredasi kartilago proteoglikan dan kolagen tipe II yang peran dalam merusak tulang rawan. Selain itu, senyawa tersebut juga mampu menghambat inteleukin-6 dan tumor necrosis factor (TNF) yang juga berperan pada kejadian artritis (Adcocks et al., 2001). Kim et al (2008) menyatakan bahwa penggunaan daun teh mampu memberi efek antiartritis dengan menekan interleukin-17 dan interleukin-10. Bader et al (2014) menyatakan daun teh mempu menghambat mediator inflamasi seperti siklooksigenase-2, IFNγ, dan TNFα. Selain itu terjadi penurunan nilai total immunoglobulin (IgG) dan kolagen tipe II pada mencit model artritis yang diberikan ekstrak daun teh. 6. Srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.)

Gambar 8.6 Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) (Gulshan et al, 2015)

Tumbuhan srigading terkandung senyawa yang memberi efek antirematoid yaitu manitol, beta-amiril (terpenoid), beta-sitosterol, asam benzoad, dan asam nisanik (Bader et al., 2014). Daun dari srigading mampu mengurangi edema pada tikus yang mengalami inflamasi akut dengan induksi karagenan, formalin, histamine, 5-hidroksitriptamin, dan hialuronidase. Selain itu, tanaman ini mampu menghambat produksi inflamasi dengan metode imunologi (Bader et al., 2014).

Gambar 8.6 Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) (Gulshan et al, 2015)

Tumbuhan srigading terkandung senyawa yang memberi efek antirematoid yaitu manitol, beta-amiril (terpenoid), beta-sitosterol, asam benzoad, dan asam nisanik (Bader et al., 2014). Daun dari srigading mampu mengurangi edema pada tikus yang mengalami inflamasi akut dengan induksi karagenan, formalin, histamine, 5-hidroksitriptamin, dan hialuronidase. Selain itu, tanaman ini mampu menghambat produksi inflamasi dengan metode imunologi (Bader et al., 2014).

Page 16: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

8.2 DAFTAR PUSTAKA

Adcocks, C., Collin, P., Buttle, D., 2002, Catechins from Green Tea (Camellia sinensis) Inhibit Bovine and Human Cartilage Proteoglycan and Type II Collagen Degradation In Vitro, J. Nutr. 132: 341–346, 2002.

Ahmad, N., Fazal, H., Abbasi, B.H., Farooq, S., Ali, M., Khan, M.A. 2012. Biological role of Piper nigrum L. (Black pepper): A review. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. Nov 2012; 2012: S1945-S1953.

Al-Nahain, A., Jahan, R., Rahmatullah, M., 2014, Zingiber officinale: A Potential Plant against Rheumatoid Arthritis, Hindawi Publishing Corporation, Arthritis, Volume 2014, Article ID 159089, 8 pages

Awaluddin R, Muhtadi WK, Chabib L, Ikawati Z, Martien R, Ismail H. Molecular Docking and ADME-Toxicity Studies of Potential Compounds of Medical Plants Grown In Indonesia as An Anti-rheumatoid Arthritis. AIP Conference Proceedings. 2017.

Bader, G., Mir, P., Bhat, Z., Present Status of Antiinflammatory and Anti Rheumatic Phytoconstituents: a Review, World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Volume 3,, Issue 11,, 272-310.

Bang, J., Oh, D., Choi, H., Sur, B., Lim, S., 2009, Anti-inflammatory and antiarthritic effects of piperine in human interleukin 1β-stimulated fibroblast-like synoviocytes and in rat arthritis models, Arthritis Research & Therapy, Vol 11, No 2.

Bykerk, V. P, aet al. 2011. Canadian Rheumatology Association Recommendationsfor Pharmacological Management of RheumatoidArthritis with Traditional and Biologi Disease-modifying Antirheumatic Drugs. The Journal of Rheumatology. Hal 1-25.

Chabib L, Ikawati Z, Martien R, Ismail H. Acute Toxicity of Self Nano-emulsifying Formulation of Curcumin Analouge Gamavuton-0, A New Candiddate for Rheumatoid Arthritis Treatment. International Journal of PharmTech Research. 2017;10(002):83-88.

Chabib L, Ikawati Z, Martien R, Ismail H. Review Rheumatoid Arthritis; Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin dan Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel. Jurnal Pharmascience. 2016;3(1):10-18.

Page 17: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

Chabib L, Muhtadi WK, Ikawati Z, Martien R, Ismail H. Stability study of gamavuton (gvt-0) self nanoemulsifying drug delivery system (snedds) with myritol as the oil phase. International Journal of Current Innovation Research. 2017;3(2):590-594.

Chakrapani Ayurveda Clinic & Research Center India, diambil dari: URL: http://bestturmeric.com/. diakses 11 April 2016.

Eun, M., Hye, J., Kim, S., 2009, “Modulation of macrophage functions by compounds isolated from Zingiber officinale,” Planta Medica, vol. 75, no. 2, pp. 148–151, 2009.

Gulshan, B., Suri, K.A., Parul, G. 2015. A Comprehensive review on Nyctanthes arbortristis. International Journal of Drug Development and Research. Jan – Mar 2015; 7(1): 183-193.

Gupta, S.K., dan Sharma, A. 2014. Medicinal properties of Zingiber officinale Roscoe – AReview. Journal of Pharmacy and Biological Sciences. Sep – Oct 2014; 9(5): 124 – 129.

ICMR bulletin. 2003. Ginger: Its role in xenobiotic metabolism. ISSN 0377-4910. Vol.33, No.6. Hal 57-62

Joseph, B., and Raj, S., 2010, Pharmacognostic and Phytochemical Properties of Aloe Vera Linn –an Overview, International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Volume 4, Issue 2, September – October 2010; Article 017.

Kaur, A, et al. 2012.Herbal PlansUsed Treatment of Rheumatoid Arthritis. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. ISSN- 0975-1491. Vol 4 (4). Hal 44-57.

Kim, H., Rajaiah, R., Wu, Q., Satpute, S., Tan, M., 2008, Green Tea Protects Rats against Autoimmune Arthritis by Modulating Disease-Related Immune Events, J. Nutr. 138: 2111–2116, 2008.

Lee, T., Lee, K., Chen, S., and Chang, H., 2009, “6-Gingerol inhibits ROS and iNOS through the suppression of PKC-𝛼 and NF-𝜅B pathways in lipopolysaccharide-stimulated mouse macrophages,” Biochemical and Biophysical Research Communications, vol. 382, no. 1, pp. 134–139, 2009.

Page 18: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

Mikuls, T., Cerhan, J., Criswell, L., Merlino, L., Mudano, A., Burma, M., Folsom, A., Saag, K., 2002, Coffee, tea and caffeine consumption and risk of rheumatoid arthritis: Results from the Iowa Women’s Health Study, Arthr & Rheum, 46:1;83-91.

Namita, P., Mukesh, R., Vijay, K.J. 2012. Camellia sinensis (Green Tea): A Review. Global Journal of Pharmacology. 6(2): 52-59.

Nonose, N., Pereira, J., Machado, P., Rodrigues, M., Sato, D., Martinez, C., 2014, Acta Cirúrgica Brasileir, Vol. 29 (11) 2014.

Ogle, N., 2009, Green tea Camellia sinensis, Australian Journal of Medical Herbalism, 2009 21(2).

Rajeswari R., Umadevi M., Rahale, C.S., Pushpa R., Selvavenkadesh S., Kumar, K.P.S, Bhowmik D. 2012. Aloe vera: The Miracle Plant Its Medicinal and Traditional Uses in India. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 2012; 1(4): 118-124.

Sherwani, S., Bokhari, T., Sualeh, M., Kausar, R., Muhammad, H., 2013, Anti-Arthritic and Insecticidal Property of Crude Aqueous Camellia sinensis (Green Tea) Infusion and Decoction: Study by Two In vitro Methods,Global Journal of Pharmacology, 7 (3): 360-364, 2013.

Stockl, K. M, et al. 2010. Outcomes of a Rheumatoid Arthritis Disease Therapy Management Program Focusing on Medication Adherence. Journal of Managed Care Pharmacy. Vol. 16,( 8). Hal 593-804.

Zahidah, A., Faizah, O., Aqilah, K., Anna, K., 2012, Curcumin as an Anti-Arthritic Agent in Collagen-Induced Arthritic Sprague-Dawley Rats,Sains Malaysian, 41(5)(2012): 591–595.

Page 19: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

BAB IXGANGGUAN NYERI

9.1 NYERI

9.1.1 Pendahuluan

Nyeri merupakan persepsi sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya (aktual) atau potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang memvisualisasikan kerusakan tersebut (Sukandar, 2008). Rasa nyeri menandakan adanya suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema, encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisik (kalor, listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri, yang kemudian menyalurkan rangsangan tersebut ke otak melalui jaringan lebat dari cabang-cabang neuron dengan banyak sinaps via sumsung tulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Setelah melewati thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai rasa nyeri (Tjay & Rahardja, 2007).

Patofisiologi nyeri terbagi menjadi dua, yaitu nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri akut yang meliputi rasa nyeri somatik (sumber nyeri yang berasal dari tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung) atau viseral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau pankreas). Sedangkan nyeri neuropatik ialah nyeri kronis yang terjadi akibat adanya pemprosesan input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer, contohnya seperti nyeri pada punggung bawah, nyeri akibat kanker, neuropati diabetik. (Sukandar, 2008).

Page 20: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

9.1.2 Fitoterapi Nyeri

1. Lidah Buaya(Aloe vera (L.) Burm.f.)

129

BAB IX GANGGUAN NYERI

9.1 NYERI 9.1.1 Pendahuluan

Nyeri merupakan persepsi sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya (aktual) atau potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang memvisualisasikan kerusakan tersebut (Sukandar, 2008). Rasa nyeri menandakan adanya suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema, encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisik (kalor, listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri, yang kemudian menyalurkan rangsangan tersebut ke otak melalui jaringan lebat dari cabang-cabang neuron dengan banyak sinaps via sumsung tulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Setelah melewati thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana impuls dirasakan sebagai rasa nyeri (Tjay & Rahardja, 2007).

Patofisiologi nyeri terbagi menjadi dua, yaitu nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri noniseptif adalah nyeri akut yang meliputi rasa nyeri somatik (sumber nyeri yang berasal dari tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung) atau viseral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau pankreas). Sedangkan nyeri neuropatik ialah nyeri kronis yang terjadi akibat adanya pemprosesan input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer, contohnya seperti nyeri pada punggung bawah, nyeri akibat kanker, neuropati diabetik. (Sukandar, 2008). 9.1.2 Fitoterapi Nyeri 1. Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.)

Gambar 9.1 Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.) (Rajeswari et al., 2012)

Gambar 9.1 Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.) (Rajeswari et al., 2012)

Daun Lidah Buaya (Aloe vera) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavanoid (Mariappan et al., 2012), tannin (Kumar et al., 2012; Raphael, 2012), saponin, glikosida, alkaloid (Yebpellaet al., 2013; Thu et al., 2013), terpenoid, phlobatanin (Devaraj et al., 2011; Karpagam et al., 2011), dan antrakuinon (Haque et al., 2012; Kumar et al., 2012) ketika diekstraksi dengan menggunakan aquades. Ekstrak yang diekstraksi dengan menggunakan etanol atau metanol sebagai pelarut, menunjukkan daun lidah buaya mengandung metabolit sekunder berupa glikosida, flavanoid, saponin (Andriani, 2011; Kumar et al., 2012), antrakuinon (Haque et al., 2012), terpenoid dan tannin (Kumar et al., 2012). Menurut Rajeswari et al. (2012), tanaman lidah buaya mengandung lupeol dan asam salisilat yang merupakan senyawa yang sangat efektif sebagai penghilang rasa nyeri.

Ekstrak etanol dari daun lidah buaya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri dengan memiliki aktivitas sebagai analgesik. Terbukti dari studi in vitro yang menunjukkan bahwa ekstrak tersebut berpotensi menekan ekspresi dari cyclo-oxygenase (COX-2). Ekstrak metanol daun lidah buaya terbukti mampu memeberikan efek analgesik yang setara dengan efek obat

Page 21: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

standar indometasin. Aktivitas analgesiknya berasal dari adanya enzim carboxypeptida dan bradikinase yang berfungsi mengurangi rasa sakit, dengan cara mereduksi nyeri dari stimulasi sistem imun dan mereduksi prostaglandin atau menghambat biosintesis prostaglandin yang ber- tanggung jawab untuk munculnya rasa nyeri (Devaraj et al., 2011; Shahraki et al., 2014). Menurut penelitian terhadap ekstrak air daun lidah buaya, ditemukan efek analgesik yang signifikan ketika dibandingkan dengan kontrol (Piroxicam). Efek analgesik ini dapat terindikasi dari jumlah geliat yang berkurang pada tikus. Efek ini dapat terjadi diperkirakan karena ekstrak daun lidah buaya dapat menghambat sintesis prostaglandin (Egesie et al., 2011). Menurut penelitian lain, ekstrak aquades daun lidah buaya dengan dosis 300 mg/kg efektif sebagai analgesik, baik pada penyakit nyeri somatik, dan pada penyakit nyeri di bagian dalam tubuh tanpa memberikan efek samping pada ginjal dan hati (Ghosh et al., 2011).

2. Pepaya (Carica papaya L.)

130

Daun Lidah Buaya (Aloe vera) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavanoid (Mariappan et al., 2012), tannin (Kumar et al., 2012; Raphael, 2012), saponin, glikosida, alkaloid (Yebpella et al., 2013; Thu et al., 2013), terpenoid, phlobatanin (Devaraj et al., 2011; Karpagam et al., 2011), dan antrakuinon (Haque et al., 2012; Kumar et al., 2012) ketika diekstraksi dengan menggunakan aquades. Ekstrak yang diekstraksi dengan menggunakan etanol atau metanol sebagai pelarut, menunjukkan daun lidah buaya mengandung metabolit sekunder berupa glikosida, flavanoid, saponin (Andriani, 2011; Kumar et al., 2012), antrakuinon (Haque et al., 2012), terpenoid dan tannin (Kumar et al., 2012). Menurut Rajeswari et al. (2012), tanaman lidah buaya mengandung lupeol dan asam salisilat yang merupakan senyawa yang sangat efektif sebagai penghilang rasa nyeri.

Ekstrak etanol dari daun lidah buaya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri dengan memiliki aktivitas sebagai analgesik. Terbukti dari studi in vitro yang menunjukkan bahwa ekstrak tersebut berpotensi menekan ekspresi dari cyclo-oxygenase (COX-2). Ekstrak metanol daun lidah buaya terbukti mampu memeberikan efek analgesik yang setara dengan efek obat standar indometasin. Aktivitas analgesiknya berasal dari adanya enzim carboxypeptida dan bradikinase yang berfungsi mengurangi rasa sakit, dengan cara mereduksi nyeri dari stimulasi sistem imun dan mereduksi prostaglandin atau menghambat biosisntesis prostaglandin yang bertanggung jawab untuk munculnya rasa nyeri (Devaraj et al., 2011; Shahraki et al., 2014). Menurut penelitian terhadap ekstrak air daun lidah buaya, ditemukan efek analgesik yang signifikan ketika dibandingkan dengan kontrol (Piroxicam). Efek analgesik ini dapat terindikasi dari jumlah geliat yang berkurang pada tikus. Efek ini dapat terjadi diperkirakan karena ekstrak daun lidah buaya dapat menghambat sintesis prostaglandin (Egesie et al., 2011). Menurut penelitian lain, ekstrak aquades daun lidah buaya dengan dosis 300 mg/kg efektif sebagai analgesik, baik pada penyakit nyeri somatik, dan pada penyakit nyeri di bagian dalam tubuh tanpa memberikan efek samping pada ginjal dan hati (Ghosh et al., 2011). 2. Pepaya (Carica papaya L.)

Gambar 9.2 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Gambar 9.2 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Daun pepaya mengandung glikosida, alkaloid, saponin (Ayoola et al., 2010), steroid, kuinon (Juarez-Rojop et al., 2014) dan antrakuinon (Owoyele et al., 2008). Ekstrak aquades daun pepaya mengandung saponin, glikosida jantung, alkaloid (Ayoola et al., 2010), tanin (Alex et al., 2013) dan flavanoid

Page 22: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

(Imaga et al., 2010). Ekstrak etanol daun pepaya mengandung saponin, glikosida, antrakuinon, flavonoid, alkaloid dan tanin (Owoyele et al., 2008; Mahatriny et al, 2014). Flavonoid (Alex et al., 2013), saponin, alkaloid (Owoyele et al., 2010), papain dan chymopapain merupakan kandidat kuat sebagai senyawa aktif yang menghasilkan efek analgesik pada ekstrak daun pepaya (Hasimun et al., 2014; Owoyele et al., 2008).

Daun pepaya telah terbukti memiliki aktivitas analgesik (Amazu et al., 2010). Ekstrak etanol daun pepaya memberikan aktivitas sebagai analgetik melalui kemampuannya menghambat dan mengurangi jumlah geliatan pada mencit. Hal ini disebabkan ekstrak etanol daun pepaya mengandung flavonoid yang diketahui mampu menghambat pembentukan radang penyebab nyeri (Owoyele et al., 2010). Pada penelitian Octavianus et al(2014), juga membuktikan bahwa ekstrak etanol daun pepaya memiliki potensi analgetik yang sama dengan asam mefenamat. Ekstrak etanol, etil asetat, dan n-hexane daun pepaya terbukti dapat melindungi dari nyeri viseral yang disebabkan oleh asam asetat (Hasimun et al., 2014). Ekstrak aquades daun pepaya menghasilkan efek analgesik yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan tramadol (Lasarus et al, 2013). Ekstrak etanol daun pepaya juga menunjukkan adanya efek analgesik yang lebih baik ketika dibandingkan dengan aspirin (Hasimun et al., 2014).

Ekstrak metanol biji pepaya juga telah terbukti mengurangi rasa nyeri dengan mekanisme yang paling memungkinkan adalah dengan menginhibisi mediator nyeri seperti histamin, prostaglandin, dan sitokin (Amazu et al., 2010). Efek analgesik ekstrak biji pepaya juga telah terbukti ketika diujikan pada tikus yang diinduksi dengan asam asetat melalui rute intraperitoneal dan tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan terhadap kontrol positif yaitu Pethidine (Anaga et al., 2010). Ekstrak aquades biji pepaya juga telah terbukti memiliki efek analgesik yang signifikan pada penelitian yang menggunakan tikus yang diinduksi dengan zat kimia Caragenan 1% (Tamma et al., 2013).

Flavonoid menghambat enzim siklooksigenase I yang berperan dalam biosintesa prostaglandin sebagai mediator pembentukan rasa nyeri, sehingga penghambatan COX I ini akan menyebabkan penghambatan timbulnya rasa nyeri (Alex et al., 2013; Afrianti et al, 2014; Owowyele et al.,

Page 23: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

2008; Octavianus et al, 2014). Selain itu daun pepaya yang memiliki enzim papain yang memiliki aktifitas analgetik (Afrianti et al, 2014). Vitamin E pada daun pepaya juga dapat mengurangi nyeri haid melalui penekanan aktivitas enzim fosfolipase A dan siklooksigenase melalui penghambatan aktivase post translasi siklooksigenase sehingga dapat menghambat produksi prostaglandin (Darma et al, 2013).

3. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

132

3. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Gambar 9.3 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Buah mengkudu mengandung 90% air dan komponen-komponen penting

lainnya seperti asam glutamat, asam aspartat, isoleusin, senyawa- senyawa fenol (scopoletin, proxeronin, xeronin, morindone, rubiadin), antrakuinon (Blanco et al., 2006), asam askorbat, provitamin A (Singh, 2012), alkaloid dan terpenoid (Wang et al., 2002). Scopoletin adalah kumarin yang diisolasi pada tahun 1993 di University of Hawaii dan telah terbukti berkhasiat sebagai analgesik (Blanco et al., 2006).

Ekstrak buah mengkudu menunjukkan efek analgesik yang signifikan ketika diberikan pada tikus putih yang dikondisikan, bahkan telah diketahui bahwa pemberian jus buah mengkudu dengan konsentrasi 10% dan 20% pada tikus, meningkatkan toleransi terhadap nyeri yang lebih baik (Blanco et al., 2006). Menurut penelitian Jethani et al (2011), ekstrak buah mengkudu diduga memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat reseptor histamin dan prostaglandin yang merupakan reseptor nyeri. Penelitian tersebut kemudian dilanjutkan dengan penelitian oleh Widasari et al (2014), bahwa ketika prostaglandin dihambat maka selain efek antiinflamasi, efek analgesiknya juga muncul. Selain itu, telah dibuktikan bahwa efek analgesik dari ekstrak aquades akar mengkudu, 75% sama kuatnya seperti morfin namun tanpa memberikan efek ketagihan, efek samping (Wang et al., 2002) dan efek toksik (Blanco et al., 2006), bahkan hasil yang sama ditemukan pada penelitian terhadap ekstrak etanol akar mengkudu (Singh, 2012).

Gambar 9.3 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Buah mengkudu mengandung 90% air dan komponen-komponen penting lainnya seperti asam glutamat, asam aspartat, isoleusin, senyawa- senyawa fenol (scopoletin, proxeronin, xeronin, morindone, rubiadin), antrakuinon (Blanco et al., 2006), asam askorbat, provitamin A (Singh, 2012), alkaloid dan terpenoid (Wang et al., 2002). Scopoletin adalah kumarin yang diisolasi pada tahun 1993 di University of Hawaii dan telah terbukti berkhasiat sebagai analgesik (Blanco et al., 2006).

Ekstrak buah mengkudu menunjukkan efek analgesik yang signifikan ketika diberikan pada tikus putih yang dikondisikan, bahkan telah diketahui bahwa pemberian jus buah mengkudu dengan konsentrasi 10% dan 20% pada tikus, meningkatkan toleransi terhadap nyeri yang lebih baik (Blanco et al., 2006). Menurut penelitian Jethani et al (2011), ekstrak buah mengkudu

Page 24: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

diduga memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat reseptor histamin dan prostaglandin yang merupakan reseptor nyeri. Penelitian tersebut kemudian dilanjutkan dengan penelitian oleh Widasari et al (2014), bahwa ketika prostaglandin dihambat maka selain efek antiinflamasi, efek analgesiknya juga muncul. Selain itu, telah dibuktikan bahwa efek analgesik dari ekstrak aquades akar mengkudu, 75% sama kuatnya seperti morfin namun tanpa memberikan efek ketagihan, efek samping (Wang et al., 2002) dan efek toksik (Blanco et al., 2006), bahkan hasil yang sama ditemukan pada penelitian terhadap ekstrak etanol akar mengkudu (Singh, 2012).

4. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

133

4. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Gambar 9.4 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Kandungan kimia yang terdapat pada ektrak etanol dan metanol rimpang jahe

adalah alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, terpenoid, steroid (Anosike et al., 2009; Tarigan et al, 2008), gingiberin (20,57%), beta seiqufelandrin (12,71%), kurkumin (11,27%), gingerol (4,46%) (Bhargava et al., 2012; Hasan et al., 2012), shogaol, paradol, gingerdione (Breemen et al., 2011). Gingerol dan shorgaol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik pada rimpang jahe (Mahluji et al., 2013). Jahe telah terbukti dapat menginhibisi biosintesis prostaglandin pada tahun 1970 yang menyebabkan jahe memiliki mekanisme kerja yang sama seperti obat Non-Steroidal Anti-Inflammatory (NSAID) (Bhargava et al., 2012).

Pada penelitian Raji et al. (2002), mencit diinduksi dengan asam asetat dan esktrak etanol rimpang jahe menunjukkan efek analgesik dengan cara menginhibisi asam asetat tersebut sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah geliat. Berdasarkan hasil dari studi in vitro, rimpang jahe dan komponen utamanya seperti gingerol dan shorgaol dapat menghambat sintesis dari mediator nyeri seperti prostaglandin dan leukotrin (Mahluji et al., 2013; Black et al., 2008), shorgaol juga terbukti dapat menghambat sintesis enzim siklooksigenase (Anosike et al., 2009). Menurut penelitian Breemen et al. (2011), jika diurutkan berdasarkan efek menghambat sintesis enzim COX-2 dari yang tertinggi pada kandungan jaeh adalah paradol, shogaol,lau gingerol dan gingerdione.

Penelitian Charlier et al. (2003) membuktikan bahwa rimpang jahe memliki efek pada beberapa gen yang mengkode sitokin, kemokin, dan yang menginduksi enzim siklooksigenase 2 (COX-2). Penelitian oleh Haghighi et al. (2005), juga telah membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada efek analgesik ekstrak etanol rimpang jahe dengan ibuprofen pada tikus yang telah dibuat menderita penyakit arthritic. Ekstrak rimpang jahe juga telah terbukti mengurangi rasa nyeri di kaki pada pasien yang menderita osteoarthritis (Haghighi et al., 2006) dengan mekanisme kerja yaitu menghambat kerja dari enzim COX-2 (Altman et al., 2001). Rimpang jahe juga telah terbukti mampu mengurangi nyeri yang dialami wanita saat

Gambar 9.4 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Kandungan kimia yang terdapat pada ektrak etanol dan metanol rimpang jahe adalah alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, terpenoid, steroid (Anosike et al., 2009; Tarigan et al, 2008), gingiberin (20,57%), beta seiqufelandrin (12,71%), kurkumin (11,27%), gingerol (4,46%) (Bhargava et al., 2012; Hasan et al., 2012), shogaol, paradol, gingerdione (Breemen et al., 2011). Gingerol dan shorgaol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik pada rimpang jahe (Mahluji et al., 2013).Jahe telah terbukti dapat menginhibisi biosintesis prostaglandin pada tahun

Page 25: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

1970 yang menyebabkan jahe memiliki mekanisme kerja yang sama seperti obat Non-Steroidal Anti-Inflammatory (NSAID) (Bhargava et al., 2012).

Pada penelitian Raji et al. (2002), mencit diinduksi dengan asam asetat dan esktrak etanol rimpang jahe menunjukkan efek analgesik dengan cara menginhibisi asam asetat tersebut sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah geliat. Berdasarkan hasil dari studi in vitro, rimpang jahe dan komponen utamanya seperti gingerol dan shorgaol dapat menghambat sintesis dari mediator nyeri seperti prostaglandin dan leukotrin (Mahluji et al., 2013; Black et al., 2008), shorgaol juga terbukti dapat menghambat sintesis enzim siklooksigenase (Anosike et al., 2009). Menurut penelitian Breemen et al. (2011), jika diurutkan berdasarkan efek menghambat sintesis enzim COX-2 dari yang tertinggi pada kandungan jahe adalah paradol, shogaol, lau gingerol dan gingerdione.

Penelitian Charlier et al. (2003) membuktikan bahwa rimpang jahe memliki efek pada beberapa gen yang mengkode sitokin, kemokin, dan yang menginduksi enzim siklooksigenase 2 (COX-2). Penelitian oleh Haghighi et al. (2005), juga telah membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada efek analgesik ekstrak etanol rimpang jahe dengan ibuprofen pada tikus yang telah dibuat menderita penyakit artritis. Ekstrak rimpang jahe juga telah terbukti mengurangi rasa nyeri di kaki pada pasien yang menderita osteoarthritis (Haghighi et al., 2006) dengan mekanisme kerja yaitu menghambat kerja dari enzim COX-2 (Altman et al., 2001). Rimpang jahe juga telah terbukti mampu mengurangi nyeri yang dialami wanita saat haid (dysmenorrheal) (Jenabi, 2013; Rahnama et al., 2012) dengan keefektifan aktivitas analgesik ekstrak rimpang jahe yang terbukti sama seperti asam mefenamat dan ibuprofen (Awed et al.,2013).

Page 26: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)

134

haid (dysmenorrheal) (Jenabi, 2013; Rahnama et al., 2012) dengan keefektifan aktivitas analgesik ekstrak rimpang jahe yang terbukti sama seperti asam mefenamat dan ibuprofen (Awed et al.,2013).

5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)

Gambar 9.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Senyawa aktif yang terdapat dalam bagian- bagian tanaman sambiloto adalah

flavonoid (Low et al., 2015), terpenoid (Warditiani et al, 2014), alkaloid, glikosida, steroid, tanin, saponin (Radha et al., 2011) dan lakton. Komponen utama lakton yakni andrographolide yang juga zat aktif utama pada tanaman sambiloto (Benoy et al., 2012). Andrographolide terdapat pada daun dan batang sambiloto (Joselin & Jeeva, 2014). Andrographolide merupakan hasil isolasi dari tanaman sambiloto yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik tanaman tersebut (Warditiani et al, 2014).

Andrographolide yang diisolasi dari ekstrak daun sambiloto terbukti memiliki aktivitas analgesik yang signifikan yaitu pengurangan jumlah geliat ketika diberikan kepada mencit dengan dosis 300 mg/kg yang diinduksi dengan asam asetat (Anju et al., 2012), walaupun efek analgesiknya masih lebih lemah jika dibandingkan dengan aspirin (Jarukamjorn, 2008) dan ibuprofen (Radhika et al., 2009). Mekanisme kerja andrographolide adalah dengan mereduksi proses ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) (Jarukamjorn, 2008) dan mereduksi ekspresi gen siklooksigenasi-1 (COX-1) (Lim et al., 2012). Andrographolide juga telah terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh mediator nyeri histamin dengan cara mereduksi pelepasan mediator nyeri tersebut (Niranjan et al., 2010).

Gambar 9.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Senyawa aktif yang terdapat dalam bagian-bagian tanaman sambiloto adalah flavonoid (Low et al., 2015), terpenoid (Warditiani et al, 2014), alkaloid, glikosida, steroid, tanin, saponin (Radha et al., 2011) dan lakton. Komponen utama lakton yakni andrographolide yang juga zat aktif utama pada tanaman sambiloto (Benoy et al., 2012). Andrographolide terdapat pada daun dan batang sambiloto (Joselin & Jeeva, 2014). Andrographolide merupakan hasil isolasi dari tanaman sambiloto yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik tanaman tersebut (Warditiani et al, 2014).

Andrographolide yang diisolasi dari ekstrak daun sambiloto terbukti memiliki aktivitas analgesik yang signifikan yaitu pengurangan jumlah geliat ketika diberikan kepada mencit dengan dosis 300 mg/kg yang diinduksi dengan asam asetat (Anju et al., 2012), walaupun efek analgesiknya masih lebih lemah jika dibandingkan dengan aspirin (Jarukamjorn, 2008) dan ibuprofen (Radhika et al., 2009). Mekanisme kerja andrographolide adalah dengan mereduksi proses ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) (Jarukamjorn, 2008) dan mereduksi ekspresi gen siklooksigenasi-1 (COX-1) (Lim et al., 2012). Andrographolide juga telah terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh mediator nyeri histamin dengan cara mereduksi pelepasan mediator nyeri tersebut (Niranjan et al., 2010).

Page 27: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

6. Sirih (Piper betle L.)

135

6. Sirih (Piper betle L.)

Gambar 9.6 Sirih (Piper betle L.). www.wikipedia.org. [1 April 2016]

Kandungan senyawa yang terdapat pada daun sirih berupa alkaloid, tanin

(Pradhan et al., 2013), alipirokatekol, kavibetol, eugenol, dan safrol (Bhalerao et al., 2013). Senyawa aktif yang dianggap bertanggung jawab pada aktifitas analgesik daun sirih adalah eugenol (Dwivedi & Tripathi, 2014; Bhalerao et al., 2013). Ekstrak metanol daun sirih terbukti memiliki aktifitas analgesik yang signifikan walaupun hasil aktifitas analgesiknya tidak sebaik analgesik narkotik (Alam et al., 2012), aktivitas analgesik ini terlihat secara signifikan pada uji menggunakan mencit dan tikus yang diberikan perlakuan berupa diinduksi dengan Carrageenan, formalin, dan uji jumlah geliat (Dwivedi & Tripathi, 2014).

Ekstrak etanol dan metanol daun sirih juga terbukti secara signifikan mengurangi produksi histamin yang merupakan mediator nyeri (Khumar et al., 2010). Aktifitas analgesik eugenol dinyatakan memiliki mekanisme yaitu dapat menekan gen yang berfungsi mengekspresikan enzim siklooksigenase-2 (COX-2) (Bhalerao et al., 2013). Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Datta et al. (2014), dapat diperkirakan bahwa aktifitas analgesik ekstrak etanol daun sirih terjadi karena mekanisme kerjanya pada reseptor nyeri sentral, karena ada efek mengantuk yang terjadi pada tikus yang bisa dijadikan bukti bahwa ekstrak etanol daun sirih bekerja pada sistem saraf pusat.

Gambar 9.6 Sirih (Piper betle L.). www.wikipedia.org. [1 April 2016]

Kandungan senyawa yang terdapat pada daun sirih berupa alkaloid, tanin (Pradhan et al., 2013), alipirokatekol, kavibetol, eugenol, dan safrol (Bhalerao et al., 2013). Senyawa aktif yang dianggap bertanggung jawab pada aktivitas analgesik daun sirih adalah eugenol (Dwivedi & Tripathi, 2014; Bhalerao et al., 2013). Ekstrak metanol daun sirih terbukti memiliki aktivitas analgesik yang signifikan walaupun hasil aktivitas analgesiknya tidak sebaik analgesik narkotik (Alam et al., 2012), aktivitas analgesik ini terlihat secara signifikan pada uji menggunakan mencit dan tikus yang diberikan perlakuan berupa diinduksi dengan Carrageenan, formalin, dan uji jumlah geliat (Dwivedi & Tripathi, 2014).

Ekstrak etanol dan metanol daun sirih juga terbukti secara signifikan mengurangi produksi histamin yang merupakan mediator nyeri (Khumar et al., 2010). Aktivitas analgesik eugenol dinyatakan memiliki mekanisme yaitu dapat menekan gen yang berfungsi mengekspresikan enzim siklooksigenase-2 (COX-2) (Bhalerao et al., 2013). Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Datta et al. (2014), dapat diperkirakan bahwa aktivitas analgesik ekstrak etanol daun sirih terjadi karena mekanisme kerjanya pada

Page 28: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

20

reseptor nyeri sentral, karena ada efek mengantuk yang terjadi pada tikus yang bisa dijadikan bukti bahwa ekstrak etanol daun sirih bekerja pada sistem saraf pusat.

7. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

136

7. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Gambar 9.7 Kunyit (Curcuma domestica Val.). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Kandungan yang terdapat dalam rimpang kunyit antara lain adalah kurkumin

(Kapoor, 2012; Sundarananthavalli et al., 2011), flavanoid (Dewi et al, 2014), glikosida jantung, fenol (Arutselvi et al., 2012), alkaloid, saponin, tanin (Hasan et al., 2014). Zat aktif yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik kunyit adalah kurkumin (Kapoor, 2012; Zanjani et al., 2014; Zhu et al., 2013; Han et al., 2012; Ikawati et al., 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Haider et al. (2013), ditemukan bahwa kurkumin memberikan efek analgesik yang signifikan ketika diujikan kepada tikus dengan metode Hot-Plate. Kurkumin dilaporkan bekerja dengan cara menekan produksi enzim siklooksigenase-2 yang bertanggung jawab atas proses sintesis prostaglandin (Jung et al., 2014), bahkan kurkumin mampu menghilangkan rasa nyeri dengan mekanisme kerja yang sama seperti obat NSAID (Kapoor, 2012).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zanjani et al. (2014), dengan menggunakan metode ELISA, kurkumin terbukti menurunkan kadar siklooksigenase-2 (COX-2) pada tikus. Kurkumin juga terbukti mampu mengurangi rasa nyeri pada penyakit neuropati dengan menginhibisi CBP Histone acetyltransferase yang berfungsi meregulasi ekspresi dari COX-2 pada tikus (Zhu et al., 2013). Pada penelitian sebelumya oleh Sundarananthavalli et al. (2011), aktivitas analgesik yang signifikan dibuktikan dengan metode Tail-flick pada tikus albino. Daun kunyit juga terbukti mampu mengurangi rasa nyeri yang terjadi akibat nyeri kronik yang muncul pada penyakit rheumatoid arthritis atau kanker (Hasan et al., 2014)

Gambar 9.7 Kunyit (Curcuma domestica Val.). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Kandungan yang terdapat dalam rimpang kunyit antara lain adalah kurkumin (Kapoor, 2012; Sundarananthavalli et al., 2011), flavanoid (Dewi et al, 2014), glikosida jantung, fenol (Arutselvi et al., 2012), alkaloid, saponin, tanin (Hasan et al., 2014). Zat aktif yang bertanggung jawab terhadap aktivitas analgesik kunyit adalah kurkumin (Kapoor, 2012; Zanjani et al., 2014; Zhu et al., 2013; Han et al., 2012; Ikawati et al., 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Haider et al. (2013), ditemukan bahwa kurkumin memberikan efek analgesik yang signifikan ketika diujikan kepada tikus dengan metode Hot-Plate. Kurkumin dilaporkan bekerja dengan cara menekan produksi enzim siklooksigenase-2 yang bertanggung jawab atas proses sintesis prostaglandin (Jung et al., 2014), bahkan kurkumin mampu menghilangkan rasa nyeri dengan mekanisme kerja yang sama seperti obat NSAID (Kapoor, 2012).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zanjani et al. (2014), dengan menggunakan metode ELISA, kurkumin terbukti menurunkan kadar siklooksigenase-2 (COX-2) pada tikus. Kurkumin juga terbukti mampu mengurangi rasa nyeri pada penyakit neuropati dengan menginhibisi CBP

Page 29: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2�

Histone acetyltransferase yang berfungsi meregulasi ekspresi dari COX-2 pada tikus (Zhu et al., 2013). Pada penelitian sebelumya oleh Sundarananthavalli et al. (2011), aktivitas analgesik yang signifikan dibuktikan dengan metode Tail-flick pada tikus albino. Daun kunyit juga terbukti mampu mengurangi rasa nyeri yang terjadi akibat nyeri kronik yang muncul pada penyakit rheumatoid arthritis atau kanker (Hasan et al., 2014)

9.2 DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, R., R. Yenti, & D. Meustika. 2014. Uji Aktifitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan yang di Induksi Asam Asetat 1%. Jurnal Sains Farmasi & Klinis 1(1) : 54-60

Alam, Md.B., F. Akter, N. Parvin, R.S. Pia, S. Akter, J. Chowdhury, K.S. E-Jahan, & Md.E. Haque. 2012. Antioxidant, Analgesic, and Anti-Inflammatory Activities of the Methanolic Extract of Piper betle Leaves. Avicenna Journal of Phytomedicine : 1-14

Alex, A., A. Eguonor, V. Eguonor, & Orhehe. 2013. Antinociceptive and Anti-Inflammatory Studies of the Aqueous Leaf Extract of Carica papaya in Laboratory Animals. Asian Journal Exp. Biological Science 4 (1) : 89-96

Altman, R.D., & K.C. Marcussen. 2001. Effects of a Ginger Extract on Knee Pain in Patients With Osteoarthritis. Journal of Arthritis & Rheumatism 44 (11) : 2531-2538

Amazu, L.U., C.C.A., Azikiwe, C.J. Njoku, F.N., Osula, P.J.C., Nwosu, A.O., Ajugwo, & J.C. Enye. 2010. Antiinflammatory Activity of the Methanolic Extract of the Seeds of Carica papaya in Experimental Animals. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine : 884-886

Anaga, A.O., & E.V. Onehi. 2010. Antinociceptive and Anti-inflammatory Effects of the Methanol Seed Extract of Carica papaya in Mice and Rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology 4 (4) : 140-144

Page 30: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

22

Andriani, A. Skrining Fitokimia dan Uji Penghambatan Aktivitas α-Glukosidase pada Ekstrak Etanol dari Beberapa Tanaman yang Digunakan sebagai Obat Antidiabetes. Skripsi Program Studi Sarjana Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta

Anju, D., J. Goyal, S. Kavita, N. Arun, & D. Sandeep. 2012. A Review on Medicinal Prospectives of Andrographis paniculata Nees. Journal of Pharmaceutical and Scientific Innovation 1 (1) : 1-4

Anosike, C.A., O. Obidoa, U.S. Lawrence, Ezeanyika & M.M. Nwuba. 2009. Anti-inflammatory and Anti-ulcerogenic Activity of the Ethanol Extract of Ginger (Zingiber officinale). African Journal of Biochemistry Research 3 (12) : 379-384

Arutselvi, R., T. Balasaravanan, P. Ponmurugan, N.M. Saranji, & P. Suresh. 2012. Phytochemical Screening and Comparative Study of Anti Microbial Activity of Leaves and Rhizomes of Turmeric Varieties. Asian Journal of Plant Science and Research 2 (2) : 212-219

Awed, H., T. El-saidy, & T. Amro. 2013. The Use of Fresh Ginger Herbs as a Home Remedy to Relieve Primary Dysmenorrhea. Journal of Research in Nursing and Midwifery 2 (8) : 104-113

Ayoola, P.B., & A. Adeyeye. 2010. Phytochemical and Nutrient Evaluation of Carica papaya (pawpaw) Leaves. IJRRAS 5 (3) : 325-328

Benoy, G.K., D.K. Animesh, M. Aninda, D.K. Priyanka, & H. Sandip. 2012. An Overviw on Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees. IJRAP 3 (6) : 752-758

Bhalerao, S.A., D.R. Verma, R.V. Gavankar, N.C. Teli, Y.Y. Rane, V.S. Didwana, & A. Trikannad. 2013. Phytochemistry, Pharmacological Profile and Therapeutic Uses of Piper betle Linn. – An Overview. Research and Reviews : Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 1 (2) : 10-19

Bhargava, S., K. Dhabhai, A. Batra, A. Sharma, & B. Malhotra. 2012. Zingiber officinale : Chemical and Phytochemical Screening and Evaluation of its Antimicrobial Activities. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 4 (1) : 360-364

Page 31: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2�

Black, C.D., & P.J. O’Connor. 2008. Acute Effects of Dietary Ginger on Quadriceps Muscle Pain During Moderate-Intensity Cycling Exercise. International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism18 : 653-664

Blanco, Y.C., F. Vaillant, A.M. Perez, M. Reynes, J.M. Brillouet, & P. Brat. The Noni Fruit (Morinda citrifolia L.) : A review of Agricultural Research, Nutritional and Therapeutic Properties. Journal of Food and Analysis 19 : 645-654

Breemen, R.B, Y. Tao, & W. Li. 2011. Cyclooxygenase-2 inhibitors in ginger (Zingiber officinale). Fitoterapia 82 (1) : 38-43

Chakrapani Ayurveda Clinic & Research Center India, diambil dari: URL: http://bestturmeric.com/. diakses 11 April 2016.

Charlier C., & C. Michaux. 2003. Dual Inhibition of Cyclooxygenase-2 (COX-2) and 5-Lipoxygenase (5-LOX) as a New Strategy to Provide Safer Non-Steroidal Anti-inflammatory Drugs. European Journal of Medicinal Chemistry 38 : 645-659

Darma, D.H.Y., W. Lestari, & Arneliwati. 2013. Efektifitas Rebusan Daun Pepaya Terhdapa Penurunan Nyeri Saat Menstruasi pada Mahasiswi PSIK UR. Universitas Riau, Riau

Datta, A., S.V. Bhalerao, P.P. Shidore, A.V. Tilak, S. Patil, & T. Desphande. 2014. To Evaluate the Analgesic Efficacy of an Ethanolic Extract of Piper betle Linn. (paan) and Its Probable Mechanism of Action Using Animal Models. Research Jaournal of Pharmaceutical, Biological, and Chemical Sciences 5 (3) : 424-431

Devaraj, A., & T. Karpagam. 2011. Evaluation of Anti-inflammatory Activity and Analgesic Effect of Aloe vera Leaf Extract in Rats. International Research Journal of Pharmacy 2 (3) : 103-110

Dewi, K., N. Kadek, M. Jawi, & D. Adriana. 2014. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) Metode Maserasi dan Dekok terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih (Rattu norvegicus) yang Diberi Vaksin DPT. Universitas Udayana, Bali : 1-7

Page 32: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

2�

Dwivedi, V., & S. Tripathi. 2014. Review Study on Potential Activity of Piper betle. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 3 (4) : 93-98

Egesie, U.G., K.E. Chima, & N.Z. Galam. 2011. Anti-inflammatory and Analgesic Effects of Aqueous Extract of Aloe vera (Aloe barbadensis) in Rats. African Journal Biomed Research 14 : 209-212

Ghosh, A.K., M. Banerjee, T.K. Mandal, A. Mishra, & M.K. Bhowmik. 2011. A Study on Analgesic Efficacy and Adverse Effects of Aloe vera in Wistar Rats. Pharmacologyonline 1 : 1098-1108.

Gupta, S.K., dan Sharma, A. 2014. Medicinal properties of Zingiber officinale Roscoe – AReview. Journal of Pharmacy and Biological Sciences. Sep – Oct 2014; 9(5): 124 – 129.

Haghihi, M., A. Khalvat, T. Toliat, & S. Jallaei. 2005. Comparing the Effects of Ginger (Zingiber officinale) Extract and Ibuprofen on Patients with Osteoarthritis. Archives of Iranian Medicine 8 (4) : 267-271

Haghighi, A., N. Tavalaei, & M.B. Owlia. 2006. Effects of Ginger on Primary Knee Osteoarthritis. Indian Journal of Rheumatology 1 (1) : 3-7

Haider, S., F. Naqvi, S. Tabassum, S. Saleem, Z. Batool, S. Sadir, S. Rasheed, D. Saleem, A. Nawaz, & S. Ahmad. Preventive Effects of Curcumin Againts Drug- and Starvation-Induced Gastric Erosions in Rats. Scientia Pharmaceutica 81 : 549-558

Han, Y.K., S.H. Lee, H.J. Jeong, M.S. Kim, M.H. Yoon, & W.M. Kim. 2012. Analgesic Effects of Intrathecal Curcumin in the Rat Formalin Test. The Korean Journal of Pain 25 (1) : 1-6

Haque, M.Z., M.A. Jalil, & M.B. Islam. 2012. Phyto-Chemical and Anti-Bacterial Screening of Musabbar Perpared from Aloe vera. Journal of Advanced Scientific Research 3 (4) : 74-77

Hasan, H.A., A.M.R. Raauf, B.M.A. Razik, & B.A.R. Hassan. 2012. Chemical Composition and Antrimicrobial Activity of the Crude Extracts Isolated from Zingiber officinale by Different Solvents. Pharmaceutica Analytica Acta 3 (9) : 1-5

Page 33: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2�

Hasan, M.N., A. Ferdoushi, N. Ara, S. Rahman, Md.S. Hossan, & M. Rahmatullah. 2014. Preliminary Phytochemical Screening, Toxicity, Antihyperglycemic and Analgesic Activity Studies with Curcuma longa Leaves. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 3 (9) : 81-91

Hasimun P., Suwendar, & G.I. Ernasari. 2014. Analgetic Activity of Papaya (Carica papaya) Leaves Extract. Procedia Chemistry 13 : 147-149

Hossain, Md.S., Urbi, Z., Sule, A., Rahman, K.M.H. 2014, Andrographispaniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees:A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology. The Scientific World Journal. 2014; 1-28.

Ikawati, Z., N. Yulianti, & S.A. Margono. The Analgesic Effect of a Curcumin Analogue 1,5-bis(4’hydroxy-3’-methoxyphenyl)-1,4-pentadien-3-on (Gamavuton-0) in Acute and Persistent Pain. Journal of Applied Pharmaceutical Science 4 (8) : 48-51

Imaga, N.A., G.O. Gbenie, V.I. Okochi, S. Adenekan, T.D. Emmanuel. B. Oyeniyi, P.N. Dokai, M. Oyenuga, A. Otumara, & F.C. Ekeh. Phytochemical and Antioxidant Nutrient Constituents of Carica papaya and Parquetina nigrescens Extracts. Scientific Research and Essays 5 (16) : 2201-2205

Sukandar. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan, Jakarta

Jarumkajorn, K., & N. Nemoto. 2008. Pharmacological Aspects of Andrographis paniculata on Health and Its Major Diterpenoid Constituent Andrographolide. Journal of Health Science 54 (4) : 370-381

Jenabi, E. 2013. The Effect of Ginger for Relieving of Primary Dysmenorrhoea. Journal Pak Med Association 63 (1) : 8-10

Jethani, B., R.K. Sharma, V. Sharma, & S.K. Jain. 2011. Role of Inflammatory Mediator in Anti-Inflammatory Activity of Noni (Morinda citrifolia) on Acute Inflammatory Process in Rats. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 4 (4) : 55-59

Joselin, J., & S. Jeeva. 2014. Andrographis paniculata : A Review of its Traditional Uses, Phytochemistry and Pharmacology. Medical and Aromatic Plants 3 (4) : 1-15

Page 34: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

2�

Juarez-Rojop, I.E., C.A. Tovilla-Zarate, D.E. Aguilar-Dominguez, L.F.R. Fuente, C.E. Lobato-Garcia, J.L. Ble-Castillo, L. Lopez-Meraz, J.C. Diaz-Zagoya, & D.Y. Bermudez-Ocana. 2014. Phytochemical Screening and Hypoglycemic Activity of Carica papaya Leaf in Stretozotocin-Induced Diabetic Rats. Revista Brasileira de Farmacognosia 24 : 341-347

Jung, K.T., & K.J. Lim. 2014. Curcumin, COX-2, and Protein p300/CBP. The Korean Journal of Pain 27 (4) : 365-366

Kapoor, S. 2012. Curcumin and Its Emerging Role in Pain Modulation and Pain Management. The Korean Journal of Pain 25 (3) : 202-203

Karpagam, T., & R.A. Devaraj. 2011. Studies on the Efficacy of Aloe vera on Antimicrobial Activity. International Journal of Research in Ayurveda & Pharmacy 2 (4) : 1286-1289

Kumar, H.N.K., E. Chandana, S.D. Preethi, & J.B. Chauhan. 2012. In Vitro Antimicrobial Activity and Phytochemical Screening of Aloe vera Linn. International Journal of Current Pharmaceutical Research 4 (3) : 45-47

Kumar, N., P. Misra, A. Dube, S. Bhattacharya, M. Dikshit, & S. Ranade. 2010. Piper betle Linn. A Meligned Pan-Asiatic Plant with an Array of Pharmacological Activities and Prospects for Drug Discovery. Current Science 99 (7) : 922-932

Lasarus, A. 2013. Uji Efek Analgesik Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit (Mus musculus). Jurnal e-Biomedik 1 (2) : 790-795

Lim, J.C.W., T.K. Chan, S.W. Ng. David, S.R. Sagineedu, J. Stanslas, & W.S.F. Wong. 2012. Andrographolide and Its Analogues : Versatile Bioactive Molecules for Combating Inflammation and Cancer. Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology 39 : 300-310

Low, M., C.S. Khoo, G. Munch, S. Govindaraghavan, & N.J. Sucher. 2015. An in vitro Study of Anti-Inflammatory Activity of Standardised Andrographis paniculata Extracts and Pure Andrographolide. BMC Complementary and Alternative Medicine 15 (18) : 1-9

Page 35: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2�

Mahatriny, N.N., N.P.S. Payani, I.B.M. Oka, & K.W. Astuti. 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya) yang Diperoleh dari Daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Universitas Udayana, Bali : 8-13

Mahluji, S., A. Ostadrahimi, M. Mobasseri, V.E. Attari, & L. Payahoo. 2013. Anti-Inflammatory Effects of Zingiber officinale in Type 2 Diabetic Patients. Advanced Pharmaceutical Bulletin 3 (2) : 273-276

Mariappan, V., & G. Shanthi. 2012. Antimicrobial and Phytochemical Analysis of Aloe vera L. International Research Journal of Pharmacy 3 (10) : 158-161

Niranjan, A., S.K., Tewari, & A. Lehri. 2010. Biological Activities of Kalmegh (Andrographis paniculata Nees) and its Active Principle- A Review. Indian Journal of Natural Products and Resourches 1 (2) : 125-135

Octavianus, S., Fatmawati, & W.A. Lolo. 2014. Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L) pada Mencit Putih Jantan (Mus mucculus). Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT 3 (2) : 87-92

Owoyele, B.V., O.M. Adebukola, A.A. Funmilayo, & A.O. Soladoye. 2008. Anti-Inflammatory Activities of ethanolic Extract of Carica papaya Leaves. Inflammopharmacology 16 : 168-173

Owoyele, B.V., A.O. Soladoye, & O.A. Omopariola. Studies on the Anlagesic and Antipyretic Activities of Ethanolic Extract of Caricapapaya Leaves in Rats. Medicinal Plants : Phytochemistry, Pharmacology and Therapeutics 1 : 378-383

Pradhan, D., K.A. Suri, D.K. Pradhan, & P. Biswasroy. 2013. Golden Heart of the Nature : Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 1 (6) : 147-167

Rdha,. Sermakkani, & V. Thangapandian. 2011. Evaluation of Phytochemical and Antrimicrobial Activity of Andrographis paniculata Nees Aerial Parts. International Journal of Pharmacy & Life Sciences 2 (2) : 562-567

Radhika, P., Y.P. Rajendra, B.S. Sastry, K.R. Lakshmi. 2009. Anti-Inflammatory Activity of Chloroform Extract of Andrographis paniculata Nees Stem. Research Journal of Bio Technology 4 (2) : 35-38

Page 36: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

2�

Rahnama, P., A. Montazeri, H.F. Huseini, S. Kianbakht, & M. Nasen. 2012. Effect of Zingiber officinale R. Rhizomes (ginger) on pain relief in primary dysmenorrhea : a placebo randomized trial. BMC Complementary & Alternative Medicine 12 (92) : 1-7

Rajeswari R., Umadevi M., Rahale, C.S., Pushpa R., Selvavenkadesh S., Kumar, K.P.S, Bhowmik D. 2012. Aloe vera: The Miracle Plant Its Medicinal and Traditional Uses in India. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 2012; 1(4): 118-124.

Raji, Y., Udoh, O.O. Oluwadara, O.S. Akinsomisoye, O. Awobajo, & K. Adeshoga. 2002. Anti-Inflammatory and Analgesic Properties of The Rhizome Extract of Zingiber officinale. African Journal Biomed Research 5 : 121-124

Raphael, E. 2012. Phytochemical Constituents of some Leaves extract of Aloe vera and Azadirachta indica Plant Species. Global Advanced Research Journal of Environmental Science and Toxicology 1 (2) : 14-17

Shahraki, M.R., H. Mirshekari, & A. Sabri. 2014. Aloe vera Aqueos Extract on Morphine Withdrawal Syndrome in Morphine-Dependent Female Rats. International Journal High risk Behaviour Addict 3 (3) : 1-4

Singh, R.D. 2012. Morinda citrifolia L. (Noni) : A Review of the Scientific Validation for its Nutritional and Therapeutic Properties. Journal of Diabetes and Endocrinology 3 (6) : 77-91

Sundarananthavalli, S., A. Kulandaisamy, & C.C. Christopher. 2011. Synthesis, Characterisation, Analgesic, Anti-Inflammatory, Anti-Ulcer, Woundh Healing and Antimicrobial Effects of Curcuminoids. International Journal of ChemTech Research 3 (4) : 20140-2046

Tamma, N.K., T.D. Ashraf, L. Nagakrishna, L. Sudhakar, & S. Challa. 2013. Evaluation of Antinociceptive and Anti-Inflammatory Effect of Aqueos Seed Extract of Carica papaya Linn in Albino Rats. Internationa Journal of Medical and Helath Sciences 2 (3) : 305-310

Tarigan, J.Br., C.F. Zuhra, & H. Sihotang. 2008. Skrining Fitokimia Tumbuhan yang Digunakan oleh Pedagang Jamu Gendong untuk Merawat Kulit Wajah di Kecamatan Medan Baru. Jurnal Biologi Sumatera 3 (1) : 1-6

Page 37: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2�

Thu, K., Y.Y. Mon, T.A. Khaing, & O.M. Tun. 2013. Study on Phytochemical Properties, Antibacterial Activity and Cytotoxicity of Aloe vera L. World Academy of Science, Engineering and Technology 7 (5) : 114-118

Tjay, T.H., & K. Rahardja. Obat- Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek- Efek Sampingnya. PT Gramedia, Jakarta

Wang, M.Y., B.J. West, C.J. Jensen, D. Nowicki, C. Su, A.K. Palu, & G. Anderson. 2002. Morinda citrifolia (Noni) : A Literature Review and Recent Advances in Noni Research. Acta Pharmacologica Sinica 12 : 1127-1141

Warditiani, N.K., L.P.F. Larasanty, I.N.K. Widjaja, N.P.M. Juniari, A.E. Nugroho, & S. Pramono. 2014. Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak Terpurifikasi Herba Sambiloto. Universitas Udayana, Bali : 22-25

Warditiani, N.K., I.N.K. Widjaja, & N.M. Gitarini. 2014a. Penetapan Kadar Andrografolid dalam Isolat dari Sambiloto dengan KLT-Spektrofotdensitometri. Universitas Udayana, Bali : 59-62

Widasari, F., M. Bakhriansyah, & Istiana. 2014. Studi Interaksi Farmakodinamik Efek Analgesik Kombinasi Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dengan Parasetamol. Berkala Kedokteran 10 (1) : 31-40

Widayawati, T. 2007. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Majalah Kedokteran Nusantara 4 (3) : 216-222.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Morinda_citrifolia. diakses 11 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Papaya. diakses 11 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Sirih. diakses 1 April 2016.

Yebpella, G.G., H.M.M. Adeyemi, C. Hammuel, A.M. Magomya, A.S. Agbaji, & E.M. Okonkwo. 2013. Phtochemical Screening and Comparative Study of Antimicrobial Activity of Aloe vera Various Extracts. African Journal of Microbiology Research 5 (10) : 1182- 1187

Page 38: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

Zanjani., Ameli, F. Labibi, K. Sedaghat, & M. Sabetkasaei. 2014. The Attenuation of Pain Behavior and Serum COX-2 Concentration by Curcumin in a Rat Model of Neuropathic Pain. The Korean Journal of Pain 27 (3) : 246-252

Zhu, X., Q. Li, R. Chang, D. Yang,. 2013, Curcumin Alleviates Neuropathic Pain by Inhibiting p300/CBP Histone Acetyltransferase Activity-Regulated Expression of BDNF and COX-2 in a Rat Model. PLOS ONE 9 (3) : 1-9.

Page 39: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

BAB XGANGGUAN HEMATOLOGI

10.1 ANEMIA

10.1.1 Pendahuluan

Anemia merupakan gangguan akibat penurunan hemoglobin atau sel darah merah sehingga menurunnya distribusi oksigen keseluruh tubuh. Anemia sering terjadi akibat kekurangan zat besi, vitamn B12, folat, thalasemia, sel kanker, kehilangan darah, kegagalan sumsum tulang belakang, anemia akibat penyakit kronis serta infeksi lambung. Tanda-tanda penderita anemia tergantung pada onsetnya. Anemia akut sering menimbulkan gejala takikardia, sakit kepala ringan, dan sesak nafas. Sedangkan untuk anemia kronik sering menimbulkan gejala rasa letih, vertigo, pusing, pucat, sensitif dingin, dan hilangnya skin tone (Sukandar et all, 2008).

Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa empat hingga lima milyar manusia (66%-80% populasi manusia di seluruh dunia) mengalami defisiensi zat besi dan dua milyar manusia (30% populasi manusia di seluruh dunia) mengalami anemia. Parameter seseorang mengalami anemia adalah kadar hemoglobin (Hb) <13 g/dL untuk pria dan <12 g/dL untuk wanita. Kondisi anemia dapat meningkatkan angka kematian terhadap seseorang yang mengalami gangguan ginjal kronis dan gagal jantung. Berdasarkan ukuran pada sel darah merah, kondisi anemia diklasifikasikan menjadi tiga yaitu macrocytic, normocytic, dan microcytic. Pada kondisi macrocytic, seseorang diindikasikan mengalami defisiensi Vitamin B12 dan asam folat. Seseorang dengan kondisi normocytic dikaitkan dengan berkurangnya darah dan penyakit kronis. Untuk kondisi microcytic, pasien mengalami defisiensi zat besi (Dipiro et al., 2008).

Page 40: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

10.1.2 Fitoterapi Anemia

1. Kelor (Moringa oleifera Lam.)

144

BAB X GANGGUAN HEMATOLOGI

10.1 ANEMIA 10.1.1 Pendahuluan

Anemia merupakan gangguan akibat penurunan hemoglobin atau sel darah merah sehingga menurunnya distribusi oksigen ke seluruh tubuh. Anemia sering terjadi akibat kekurangan zat besi, vitamn B12, folat, thalasemia, sel kanker, kehilangan darah, kegagalan sumsum tulang belakang, anemia akibat penyakit kronis serta infeksi lambung. Tanda-tanda penderita anemia tergantung pada onsetnya. Anemia akut sering menimbulkan gejala takikardia, sakit kepala ringan, dan sesak nafas. Sedangkan untuk anemia kronik sering menimbulkan gejala rasa letih, vertigo, pusing, pucat, sensitif dingin, dan hilangnya skin tone (Sukandar et all, 2008). Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa empat hingga lima milyar manusia (66%-80% populasi manusia di seluruh dunia) mengalami defisiensi zat besi dan dua milyar manusia (30% populasi manusia di seluruh dunia) mengalami anemia. Parameter seseorang mengalami anemia adalah kadar hemoglobin (Hb) <13 g/dL untuk pria dan <12 g/dL untuk wanita. Kondisi anemia dapat meningkatkan angka kematian terhadap seseorang yang mengalami gangguan ginjal kronis dan gagal jantung. Berdasarkan ukuran pada sel darah merah, kondisi anemia diklasifikasikan menjadi tiga yaitu macrocytic, normocytic, dan microcytic. Pada kondisi macrocytic, seseorang diindikasikan mengalami defisiensi Vitamin B12 dan asam folat. Seseorang dengan kondisi normocytic dikaitkan dengan berkurangnya darah dan penyakit kronis. Untuk kondisi microcytic, pasien mengalami defisiensi zat besi (Dipiro et al., 2008). 10.1.2 Fitoterapi Anemia 1. Kelor (Moringa oleifera Lam.)

Gambar 10.1 Kelor (Moringa oleifera Lam.). www.authoritynutrition.com. [1 April

2016]

Daun kelor mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, steroid, tannin, saponin, antrakuinon, terpenoid, fenolik, alkaloid dan minyak atsiri. (Rohyani et all, 2015). Daun kelor juga kaya akan

Gambar 10.1 Kelor (Moringa oleifera Lam.). www.authoritynutrition.com. [1 April 2016]

Daun kelor mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder di antaranya adalah flavonoid, alkaloid, steroid, tannin, saponin, antrakuinon, terpenoid, fenolik, alkaloid dan minyak atsiri. (Rohyani et all, 2015). Daun kelor juga kaya akan kandungan asam amino seperti arginin, histidin, leusin dll, serta vitamin dan mineral seperti vitamin A, B1, C, zat besi, zink, magnesium dll (Syariati, 2011). Penelitian senyawa isolasi pada tanaman katu pernah dilaporkan menganding 13 macam komponen saponin (Sharma & Paliwal, 2013). Tanaman ini memiliki senyawa lektin yang sifatnya spesifik pada sel darah merah. Beberapa senyawa lektin dapat menimbulkan keracunan bagi hewan dan manusia (Santos et all, 2009). Tidak hanya itu, daun kelor juga memiliki aktivitas antioksidan (Saputra et all, 2013).

Daun kelor dapat mengobati penyakit anemia. Tikus dewasa yang dibuat anemia ketika diberikan ekstrak daun kelor bisa meningkatkan kadar hemoglobin serta sel darah merahnya (Madukwe,2013). Penelitian yang dilakukan pada wanita hamil dalam Pemberian daun katu yang dicampurkan pada makanan menunjukan peningkatan hemoglobin yang signifikan. Mekanismenya adalah dengan cara menghambat penyerapan alumunium yang menjadi penyebab anemia (Osman et all, 2012).

Page 41: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

2. Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.)

145

kandungan asam amino seperti arginin, histidin, leusin dll, serta vitamin dan mineral seperti vitamin A, B1, C, zat besi, zink, magnesium dll (Syariati, 2011). Penelitian senyawa isolasi pada tanaman katu pernah dilaporkan menganding 13 macam komponen saponin (Sharma & Paliwal, 2013). Tanaman ini memiliki senyawa lektin yang sifatnya spesifik pada sel darah merah. Beberapa senyawa lektin dapat menimbulkan keracunan bagi hewan dan manusia (Santos et all, 2009). Tidak hanya itu, daun kelor juga memiliki aktifitas antioksidan (Saputra et all, 2013).

Daun kelor dapat mengobati penyakit anemia. Tikus dewasa yang dibuat anemia ketika diberikan ekstrak daun kelor bisa meningkatkan kadar hemoglobin serta sel darah merahnya (Madukwe, 2013). Penelitian yang dilakukan pada wanita hamil dalam Pemberian daun katu yang dicampurkan pada makanan menunjukan peningkatan hemoglobin yang signifikan. Mekanismenya adalah dengan cara menghambat penyerapan alumunium yang menjadi penyebab anemia (Osman et all, 2012). 2. Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.)

Gambar 10.2 Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.). www.wikipedia.org. [15 Juli

2016]

Terong belanda memiliki kandungan kimia berupa terpenoid/steroid, senyawa saponin, flavonoid serta tannin (Sianturi et all, 2012). Kulit terong belanda mengandung zat antosianin (Asmara, 2013). Tanaman ini juga memiliki kandungan Cu dan Zn yang membantu tubuh dalam menproduksi jaringan otot, tulang dan gigi, menciptakan system kekebalan tubuh terhadap radikal bebas serta dapa mencegah kerusakan jaringan tubuh (Noviani et all, 2013). Proses isolasi terong belanda didapatkan golongan senyawa dihidroflavonol gugus orto dihidroksi pada atom C-6 dan C-7 atau C-7 dan C-8 pada cincin A serta golongan senyawa flavanon gugus orto dihidroksi pada cincin A yaitu atom C-7,C-8 yang termasuk kedalam senyawa flavonoid (Oktarini et all, 2014). Mencit jantan yang diberikan ekstrak buah terong belanda yang sebelumnya telah diberi pajanan NaNo2 memberikan hasil peningkatan kadar hemoglobin. Kandungan vitamin C pada tanaman ini dapat menetralisir radikal bebas pajanan NaNO2 penyebab anemia serta perbaikan struktur sel darah.

Gambar 10.2 Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.). www.wikipedia.org. [15 Juli 2016]

Terong belanda memiliki kandungan kimia berupa terpenoid/steroid, senyawa saponin, flavonoid serta tannin (Sianturi et all, 2012). Kulit terong belanda mengandung zat antosianin (Asmara, 2013). Tanaman ini juga memiliki kandungan Cu dan Zn yang membantu tubuh dalam memproduksi jaringan otot, tulang dan gigi, menciptakan sistem kekebalan tubuh terhadap radikal bebas serta dapa mencegah kerusakan jaringan tubuh (Noviani et all, 2013). Proses isolasi terong belanda didapatkan golongan senyawa dihidroflavonol gugus orto dihidroksi pada atom C-6 dan C-7 atau C-7 dan C-8 pada cincin A serta golongan senyawa flavanon gugus orto dihidroksi pada cincin A yaitu atom C-7,C-8 yang termasuk kedalam senyawa flavonoid (Oktarini et all, 2014). Mencit jantan yang diberikan ekstrak buah terong belanda yang sebelumnya telah diberi pajanan NaNo2 memberikan hasil peningkatan kadar hemoglobin. Kandungan vitamin C pada tanaman ini dapat menetralisir radikal bebas pajanan NaNO2 penyebab anemia serta perbaikan struktur sel darah. Komponen zat besi (Fe) juga membatu proses pembentukan hemoglobin didalam tubuh (Sianturi et all, 2012).

Page 42: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

3. Jambu Biji (Psidium guajava L.)

146

Komponen zat besi (Fe) juga membatu proses pembentukan hemoglobin didalam tubuh (Sianturi et all, 2012). 3. Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Gambar 10.3 Jambu Biji (Psidium guajava L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Jambu biji memiliki kandungan senyawa kimia seperti tannin yang berguna

sebagai pengobatan radang ulserasi jaringan, luka bakar, radang paru-paru dan disentri. Fenol, terpinoids, saponin dan flavonoid juga ditemukan didalam daunnya (Abubakar et all, 2009). Tanaman ini banyak mengandung vitamin dan mineral seperti Vitamin A, Vitamin C, Zat besi, potassium, kalsium, magnesium dll (Okunrobo et all, 2010 dan Sombou et all, 2014).

Isolasi senyawa yang pernah diteliti pada tanaman jambu biji, tidak hanya ditemukan senyawa tannin yang berfungsi sebagai antibakteri, tapi juga flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa flavononol diduga terkadnung dalam tanaman ini yang membantu menetralkan NaNO2 sebagai penyebab anemia (Harianja, 2014). Natrium Nitrit (NaNO2) yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi proses pengangkutan oksigen oleh hemoglobin. Nitrit akan merubah besi Fe2+

menjadi Fe3+ sehingga proses pengangkutan oksigen akan terganggu dan bahkan tidak berfungsi lagi. Dengan demikian, hemoglobin tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik (Sombou et all, 2014).

Zat besi dan Vitamin C yang terdapat pada tanaman jambu biji membentuk askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh manusia. Pengubahan zat besi non-heme dalam bentuk senyawa inorganik Ferri ( Fe3+) menjadi Ferro ( Fe2+) akan semakin besar bila pH di dalam lambung semakin asam. Yang dimana vitamin C dapat menambah keasaman sehingga dapat membantu penyerapan zat besi di dalam lambung. Vitamin C ini dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak 30% (Sombou et all, 2014). Kombinasi pil Fe dengan jus buah biji dapat memiliki dampak yang sangat besar terhadap penignkatan hemoglobin pada ibu hamil (Yusnaini et all, 2014).

Gambar 10.3 Jambu Biji (Psidium guajava L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Jambu biji memiliki kandungan senyawa kimia seperti tannin yang berguna sebagai pengobatan radang ulserasi jaringan, luka bakar, radang paru-paru dan disentri. Fenol, terpinoids, saponin dan flavonoid juga ditemukan di dalam daunnya (Abubakar et all, 2009). Tanaman ini banyak mengandung vitamin dan mineral seperti Vitamin A, Vitamin C, Zat besi, potassium, kalsium, magnesium dll (Okunrobo et all, 2010 dan Sombou et all, 2014).

Isolasi senyawa yang pernah diteliti pada tanaman jambu biji, tidak hanya ditemukan senyawa tannin yang berfungsi sebagai antibakteri, tapi juga flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa flavononol diduga terkandung dalam tanaman ini yang membantu menetralkan NaNO2

sebagai penyebab anemia (Harianja, 2014). Natrium Nitrit (NaNO2) yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi proses pengangkutan oksigen oleh hemoglobin. Nitrit akan merubah besi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga proses pengangkutan oksigen akan terganggu dan bahkan tidak berfungsi lagi. Dengan demikian, hemoglobin tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik (Sombou et all, 2014).

Page 43: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Zat besi dan Vitamin C yang terdapat pada tanaman jambu biji membentuk askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh manusia. Pengubahan zat besi non-heme dalam bentuk senyawa inorganik Ferri ( Fe3+) menjadi Ferro ( Fe2+) akan semakin besar bila pH di dalam lambung semakin asam. Hal ini disebabkan vitamin C dapat menambah keasaman sehingga dapat membantu penyerapan zat besi di dalam lambung. Vitamin C ini dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak 30% (Sombou et all, 2014). Kombinasi pil Fe dengan jus buah biji dapat memiliki dampak yang sangat besar terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu hamil (Yusnaini et all, 2014).

4. Petai (Parkia speciosa Hassk.)

147

4. Petai (Parkia speciosa Hassk.)

Gambar 10.4 Petai (Parkia speciosa Hassk.) (Kamisah et al, 2013)

Petai memiliki efek sebagai antioksidan, antidiabetes serta antiangiogenik

(Karim et all, 2012). Memiliki senyawa alkaloid, terpenoid dan flavonoid pada biji serta di daun positif senyawa terpenoid, fenol dan flavonoid. Petai memiliki kandungan makronutrisi seperti protein, lemak dan karbohidrat. Tidak hanya itu, petai juga kaya akan vitamin C serta mineral seperti zink, zat besi, magnesium dan mangan (Kamisah et all, 2013).

Petai memiliki total fenolik serta kandungan flavonoid yang tinggi (Karim et all, 2012). Hasil identifikasi isolasi menggunakan instrumen spektrofotometri UV- Vis ditemukan adanya senyawa golongan flavon yang tidak mengandung OH bebas pada fraksi etil asetat dan isofalvon dengan OH pada posisi 3,4 dan orto di OH pada cincin fraksi eter (Fauzi, 2011). Senyawa inilah yang bertanggung jawab sebagai antioksidan yang efeknya setara seperti obat-obatan komersial yang beredar dipasaran seperti nistatin dan griseofulvin (Karim et all, 2012).

Mencit yang di induksi NaNO2 mengalami penurunan kadar hemoglobin yang cukup drastis. NaNO2 bekerja mengubah ion Fe2+ menjadi ion Fe3+ sehingga membentuk methaemoglobin yang tidak mampu lagi membawa oksigen kejaringan. Setelah diberi ekstrak petai, kadar hemoglobin mencit yang telah diinduksi sebelumnya mengalami peningkatan, karena merubah Fe3+ menjadi Fe2+ yang membantu pembentukan hemoglobin untuk mengangkut oksigen keseluruh tubuh. petai (Parkia speciosa Hassk) mengandung kadar rata-rata zat besi sebesar 118.091±2.215 ppm (Nursucihta et all, 2014).

Gambar 10.4 Petai (Parkia speciosa Hassk.) (Kamisah et al, 2013)

Petai memiliki efek sebagai antioksidan, antidiabetes serta antiangiogenik (Karim et all, 2012). Kandungan yang dimiliki petai antara lain senyawa alkaloid, terpenoid dan flavonoid pada biji serta di daun positif senyawa terpenoid, fenol dan flavonoid. Petai memiliki kandungan makronutrisi seperti protein, lemak dan karbohidrat. Tidak hanya itu, petai juga kaya akan vitamin C serta mineral seperti zink, zat besi, magnesium dan mangan (Kamisah et all, 2013).

Page 44: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Petai memiliki total fenolik serta kandungan flavonoid yang tinggi (Karim et all, 2012). Hasil identifikasi isolasi menggunakan instrumen spektrofotometri UV- Vis ditemukan adanya senyawa golongan flavon yang tidak mengandung OH bebas pada fraksi etil asetat dan isoflavon dengan OH pada posisi 3,4 dan orto di OH pada cincin fraksi eter (Fauzi, 2011). Senyawa inilah yang bertanggung jawab sebagai antioksidan yang efeknya setara seperti obat-obatan komersial yang beredar dipasaran seperti nistatin dan griseofulvin (Karim et all, 2012).

Mencit yang diinduksi NaNO2 mengalami penurunan kadar hemoglobin yang cukup drastis. NaNO2 bekerja mengubah ion Fe2+ menjadi ion Fe3+ sehingga membentuk methaemoglobin yang tidak mampu lagi membawa oksigen ke jaringan. Setelah diberi ekstrak petai, kadar hemoglobin mencit yang telah diinduksi sebelumnya mengalami peningkatan, karena merubah Fe3+ menjadi Fe2+ yang membantu pembentukan hemoglobin untuk mengang-kut oksigen keseluruh tubuh. Petai (Parkia speciosa Hassk) mengandung kadar rata-rata zat besi sebesar 118.091±2.215 ppm (Nursucihta et all, 2014).

5. Kurma (Phoenix dactylifera L.)

148

5. Kurma (Phoenix dactylifera L.)

Gambar 10.5 Kurma (Phoenix dactylifera L.) (Baliga et al, 2010)

Kurma memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya

alkaloid, flavonoid, fenol, pitosterol, tanin, asam amino, terpenoid, dan karbohidrat (Al- Dawah & Ibrahim, 2013). Jumlah total fenol didalam buah kurma adalah 275,90 mg/g ekstrak pada ekstrak kering dan 47,40 mg/g ektrak pada ekstrak basah. Aktivitas antioksidan 1,65 mg/g ekstrak pada ekstrak basah dan 1,23 mg/g ekstrak pada ektrak kering (Qusti et all, 2010). Sari kurma juga memiliki estrone, estradiol dan estriol yang memiliki kegiatan sebagai antioksidan (Abbas & Ateya, 2011).

Penelitian mengenai isolasi tanaman kurma menyatakan pernah menemukan tiga belas glikosida flavonoid dari luteolin, quercetin, dan apigenin. Bentuk alkohol dan sulfat dari luteolin dan quercetin yang hadir sebagai mono-, di-, dan triglycosylated konjugat sedangkan apigenin hadir karena hanya karena adanya diglikosida. Kuersetin dan luteolin membentuk ikatan O-glikosidik sedangkan apigenin hadir sebagai C-glikosida (Hong et all, 2006). Tidak hanya itu, kurma juga memiliki senyawa lignin berupa asam p-koumarik dan asam ferulik (Ammar et all, 2014).

Kandungan zat besi pada sari kurma berpengaruh terhadap kadar hemoglobin pada tikus putih yang diberi perlakuan anemia. Buah kurma dapat meningkatkan kadar hemoglobin karena Kombinasi buah kurma yang kaya kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P dan niasin serta kandungan vit. A, Na dan K mampu memperbaiki kadar hemoglobin pada pasien anemia. Kolaborasi protein, karbohidrat dan lemak pada sari kurma mendukung sintesis hemoglobin. Karbohidrat dan lemak membentu suksinil CoA bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin membentuk hemoglobin (Zen et al, 2013).

Gambar 10.5 Kurma (Phoenix dactylifera L.) (Baliga et al, 2010)

Page 45: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Kurma memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder di anta-ranya alkaloid, flavonoid, fenol, pitosterol, tanin, asamamino, terpenoid, dan karbohidrat(Al- Dawah & Ibrahim, 2013). Jumlah total fenol didalam buah kurma adalah 275,90 mg/g ekstrak pada ekstrak kering dan 47,40 mg/g ektrak pada ekstrak basah. Aktivitas antioksidan 1,65 mg/g ekstrak pada ekstrak basah dan 1,23 mg/g ekstrak pada ektrak kering (Qusti et all, 2010). Sari kurma juga memiliki estrone, estradiol dan estriol yang memiliki kegiatan sebagai antioksidan (Abbas & Ateya, 2011).

Penelitian mengenai isolasi tanaman kurma menyatakan pernah menemukan tiga belas glikosida flavonoid dari luteolin, quercetin, dan apigenin. Bentuk alkohol dan sulfat dari luteolin dan quercetin yang hadir sebagai mono-, di-, dan triglycosylatedkonjugat. Sedangkan apigenin hadir karena hanya karena adanya diglikosida. Kuersetin dan luteolin membentuk ikatan O-glikosidik sedangkan apigenin hadir sebagaiC-glikosida(Honget all, 2006). Tidak hanya itu, kurma juga memiliki senyawa lignin berupa asam p-koumarik dan asam ferulik (Ammar et all, 2014).

Kandungan zat besi pada sari kurma berpengaruh terhadap kadar hemoglobin pada tikus putih yang diberi perlakuan anemia. Buah kurma dapat meningkatkan kadar hemoglobin karena Kombinasi buah kurma yang kaya kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P dan niasin serta kandungan vit. A, Na dan K mampu memperbaiki kadar hemoglobin pada pasien anemia. Kolaborasi protein, karbohidrat dan lemak pada sari kurma mendukung sintesis hemoglobin. Karbohidrat dan lemak membentu suksinil CoA bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin membentukhemoglobin (Zen et al, 2013).

Page 46: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

10.2 DAFTAR PUSTAKA

Abbas, F.A & A.M. Ateya. 2011. Estradiol, Esteriol, Estrone And Novel Flavonoids From Date Palm Pollen. Australian Journal Of Basic And Applied Sciences. Volume 5 (8) : 606-614

Abubakar, E.M.M. 2009. The Use Of Psidium guajava Linn. In Treating Wound,Skin And Soft Tissue Infections. Cientific Research And Essay. Vol. 4 (6) : 605-611

Al-Dawah, N.K.J & S.L. Ibrahim. 2013. Phytochemical Characteristics Of Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Leaves Extracts. Kufa Journal For Veterinary Medical Sciences. Vol. 4 (1)

Ammar. M. 2014. Isolation And Characterization Of Lignin From Stipa Tenacissima L. And Phoenix dactylifera. Cellulose Chem. Technol. Volume 48 (3-4) : 255-263

Andre, A.F S. 2009. Isolation Of A Seed Coagulant Moringa oleifera LectinProcess Biochemistry 44 : 504–508

Arnarson, A., diambil dari: URL: https://authoritynutrition.com/6-benefits-of-moringa-oleifera/. diakses 1 April 2016.

Asmara, Yoga. 2013. Rekayasa Proses Pembuatan Serbuk Pewarna Batik Biodegradable Berbahan Antosianin Limbah Kulit Terong Belanda (Chypomandra betacea) Dengan Kombinasi Ekstraksi Gelombang Ultrasonik Dan Aquasolvent.Prosiding Snst Ke-4

Baliga, M.S., Baliga, B.R.V., Kandathil, S.M., Bhat, H.P., Vayalil, P.K. 2010. A review of the chemistry and pharmacology of the date fruits (Phoenix dactylifera L.). Food Research International. Jul 2010; 44(2011):1812-1822.

Dipiro, J.T., B.G. Wells, T.L. Schwinghammer, & C.V. Dipiro. 2008. Pharmacotherapy Handbook Seventh Editon. The Mc-Graw Hill Companies. New York.

Fauzi. 2011. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Fraksi Asetat Dan Fraksi Eter Ekstrak Metanol-Air Biji Petai (Parkia speciosa Hassk). Universitas Surabaya

Page 47: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Harianja, 2014. Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.). Universitas Sumatera Utara

Hong, Y.J et all. 2006. The Flavonoid Glycosides And Procyanidin Composition Of Deglet Noor Dates (Phoenix dactylifera). J. Agric. Food Chem., Vol. 54 (6).

Iskandar, Ishaq et all. 2015. Effect Of Moringa oleifera Leaf Extracts supplementation In Preventing Maternal Anemiaand Low-Birth-WeightInternational Journal Of Scientific And Research Publications, Volume 5 (2)

Kamisah, Y., Othman, F., Qodriyah, M.S., Jaarin, K. 2013. Parkia speciosa Hassk.: A Potential Phytomedicine. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Jun 2013; 2013: 1-9.

Karim, A.A & A. Azlan. 2012. Fruit Pod Extracts As A Source Of Nutraceuticals And Pharmaceuticals Molecules. 17 :11931-11946

Madukwe E.U., A.L Ugwuoke & J.O Ezeugwu. 2013. Effectiveness Of Dry Moringa oleifera Leaf Powder In Treatment Of Anemia. International Journal Of Medicine And Medical Sciences Vol 5 (5) : 226-228

Noviani, R.M., M. Zuki & Y. Yusuf. 2013. Penentuan Cu Dan Zn Pada Terong Belanda (Solanum betaceum) Dan Wortel (Daucus carota) Dengan Metoda Voltammetri Striping Anoda (Vsa). Jurnal Kimia Unand. Volume 2 (3)

Nursucihta, Shella et all. 2014. Antianemia Activity Of Parkia speciosa Hassk Seed Ethanolic Extract. Traditional Medicine Journal. 19 (2)

Oktarini, N.W et all. 2014. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji Terong Belanda (Solanum betaceum, Syn) Dalam Menghambat Reaksi Peroksidasi Lemak Pada Plasma Darah Tikus Wistar. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal Of Applied Chemistry). Volume 2 (1)

Okunrobo, L.O., K.E. Imafidon., A.A. Alabi. 2010. Phytochemical, Proximate And Metal Content Analysis Of The Leaves Of Psidium guajava Linn (Myrtaceae). Int J Health Res. Volume 3(4): 2 17

Page 48: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

Osman, H. M. et all. 2012. Effect Of Ethanolic Leaf Extract Of Moringa oleifera On Aluminum-Induced Anemia In White Albino Rats Jordan Journal Of Biological Sciences. Volume 5 (4) : 255-260

Qusti, Y., et all. 2010. Screening Of Antioxidant Activity And Phenolic Content Of Selected Food Items Cited In The Holly Quran. Ejbs. 2 (1)

Rohyani, I.M., E. Aryanti & Suripto. 2015. Kandungan Fitokimia Beberapa Jenis Tumbuhan Lokal Yang Sering Dimanfaatkan Sebagai Bahan Baku Obat Di Pulau Lombok Pros Semnas Masy Biodiv Indon. Volume 1 (2) : 388 - 3911

Sambou, C.N., P.V.Y. Yamlean & W.A. Lolo. 2014. Uji Efektivitas Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava, Linn.) Terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvergicus L.) Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 (3)

Saputra, Irfan et all. 2013. Ekstraksi Senyawa Bioactiv Dari Daun Moringa oleifera. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2 (1)

Sharma, Veena & R. Paliwal. 2013. Isolation And Characterization Of Saponins From Moringa oleifera (Moringaeceae). Int J Pharm Pharm Sci, Vol 5 (1) :179-183

Sianturi, Sister., M. Tanjung & E. Sabri. 2012. Pengaruh Buah Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus Musculus L.) Anemia Strain Ddw Melalui Induksi Natrium Nitrit (NaNO2). Departemen Biologi Fmipa Universitas Sumatera Utara

Sindhu, Manggala & Sherry.2013. Efficacy Of Moringa oleifera In Treating Iron Deficiency Anemia In Women Of Reproductive Age Group. International Journal Of Phytotherapy Research Volume 4 (3)

Sukandar, E.Y et all. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta

Syariati, N.E. 2011. Efek Moringa oleifera Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita. Media Gizi Masyarakat Indonesia. Vol. 1 (1) : 8-13

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Psidium. diakses 11 April 2016.

Page 49: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Wikipedia, diambil dari: URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Terung_belanda. Diakses 15 Juli 2016.

Yusnaini, Supriyana & S. Rahayu. 2014. Pengaruh Konsumsi Jambu Biji (Psidium guajava.L) Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Anemia Yang Mendapat Suplementasi Tablet Fe. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes. Vol.7 (1) : 53 – 61

Zen, A.T.H., D. Pertiwi & Chodidjah. 2013. Pengaruh Pemberian Sari Kurma (Phoenix dactylifera) Terhadap Kadar HemoglobinStudi Eksperimental Pada Tikus Putih Jantan Galur WistarYang Diberi Diet Rendah Zat Besi (Fe).Sains Medika. Vol. 5 (1) : 17-19

Page 50: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

Page 51: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

BAB XIGANGGUAN INFEKSI

11.1 INFEKSI BAKTERI

11.1.1 Pendahuluan

Bakteri merupakan jenis mikroorganisme yang memiliki sel tunggal dengan diameter kurang lebih satu mikron. Beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut sebagai infeksi bakteri. Bakteri yang berasal dari makanan, minuman, ataupun tanah, dapat menyerang berbagai jaringan dan organ di dalam tubuh. Bakteri mampu berkembang biak dengan sangat cepat di dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit dan menimbulkan gangguan pada jaringan-jaringan atau organ di dalam tubuh. Streptococcus, Staphylococcus, dan E. coli merupakan contoh bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada manusia (NIH, 2015). Steven Opal dari Brown University di Rhode Island dan Thierry Calandra dari Vaudois Hospital Center di Lausanne Swiss, mengungkapkan jenis bakteri Gram negatif yang menjadi penyebab 63 persen kasus infeksi. Staphylococcus aureus, E.coli, dan kelompok Pseudomonas merupakan bakteri yang paling umum ditemukan (Noer, 2012).

Salah satu gejala klinis yang timbul akibat adanya infeksi bakteri di dalam tubuh yaitu demam. Demam merupakan kondisi suhu tubuh di atas 36,7 – 37 oC. Selain itu, berdasarkan hasil uji laboratorium juga menunjukkan jumlah sel darah putih mencapai 4.000 hingga 10.000 / mm3. Infeksi bakteri juga ditandai dengan adanya rasa nyeri dan peradangan, adanya leukositpolimorfonuklear (neutrofil) dalam cairan tulang belakang, sekresi paru-paru (dahak), dan urin (Dipiro et al., 2009).Terdapat jenis-jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri antara lain infeksi saluran kemih, saluran nafas, infeksi kelamin, infeksi saluran cerna, infeksi kardiovaskular, infeksi pada sarar, kulit, otot, dan tulang (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).

Page 52: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Pada umumnya infeksi bakteri memerlukan terapi dengan suatu antibiotik (NIH, 2015).Terapi infeksi bakteri dapat dilakukan dengan antibiotik yang dapat menghambat metabolisme bakteri, sintesis dinding sel bakteri, sintesis protein dan asam nukleat sel, dan mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Contoh antibiotik yang digunakan di antaranya yaitu golongan penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida, dan lain-lain (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007). Selain dengan antibiotik, infeksi bakteri juga dapat diatasi dengan menggunakan obat-obat herbal yang terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri (NIH, 2015).

11.1.2 Fitoterapi Infeksi Bakteri

1. Bawang Putih (Allium sativum L.)

153

10.1.2 Fitoterapi Infeksi Bakteri 1. Bawang Putih (Allium sativum L.)

Gambar 11.1 Bawang Putih (Allium sativum L.) (Sandhya et al, 2012)

Bawang putih memiliki beberapa kandungan senyawa seperti alkaloid,

karbohidrat, protein, saponin, sterol, triterpenoid, dan flavonoid. Selain itu, Bawang putih juga mengandung allisin, kalium, saltivine , minyak atsiri, dan diallylsulfide. Kemampuan aktivitas bawang putih sebagai antibakteri berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Zat tersebut adalah alil sulfida atau yang biasa disebut alisin, dan diduga dapat merusak dinding sel dan menghambat sintesis protein (Sunanti, 2007).

Pengujian aktivitas antibakteri dari bawang putih dilakukan dengan cara bawang putih diambil filtratnya dan dilakukan uji mikrobiologi dengan media yang ditumbuhi bakteri Salmonella typhimurium. Uji mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan metode agar difusi berlubang digunakan untuk menentukan aktivitas kemempuan antibakterinya. Bawang putih diketahui memiliki kemampuan dalam melawan bakteri Salmonela typhi (Sunanti, 2007). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadanti (2008) menunjukan bahwa bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli, yaitu sebagai bakterisidal atau pembunuh pertumbuhan bakteri.

Zat aktif yang terkandung dalam Allium sativum Linn, Allicin merupakan zat aktif dalam bawang putih yang diduga efektif membunuh mikroba. Allicin memiliki aktivitas antimikroba yang bervariasi. Allicin dalam bentuk yang murni mempunyai daya antibakteri dengan spektrum yang luas, termasuk juga pada strain E. coli yang enterotoksigenik multi-drug resistant. Allicin ialah senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak stabil yang mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis (enzim) khususnya yang berada di dalam atau dibawah lapisan bakteri yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri (Ramadanti, 2008).

Gambar 11.1 Bawang Putih (Allium sativum L.) (Sandhya et al, 2012)

Bawang putih memiliki beberapa kandungan senyawa seperti alkaloid, karbohidrat, protein, saponin, sterol, triterpenoid, dan flavonoid. Selain itu, bawang putih juga mengandung allisin, kalium, saltivine , minyak atsiri, dan diallylsulfide. Kemampuan aktivitas bawang putih sebagai antibakteri berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Zat tersebut adalah alil sulfida atau yang biasa disebut alisin, dan diduga dapat merusak dinding sel dan menghambat sintesis protein (Sunanti, 2007).

Page 53: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Pengujian aktivitas antibakteri dari bawang putih dilakukan dengan cara bawang putih diambil filtratnya dan dilakukan uji mikrobiologi dengan media yang ditumbuhi bakteri Salmonella typhimurium. Uji mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan metode agar difusi berlubang digunakan untuk menentukan aktivitas kemempuan antibakterinya. Bawang putih diketahui memiliki kemampuan dalam melawan bakteri Salmonelatyphi (Sunanti, 2007). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadanti (2008) menunjukkan bahwa bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli, yaitu sebagai bakterisidal atau pembunuh pertumbuhan bakteri.

Zat aktif yang terkandung dalam Allium sativum Linn, Allicin merupakan zat aktif dalam bawang putih yang diduga efektif membunuh mikroba. Allicin memiliki aktivitas antimikroba yang bervariasi. Allicin dalam bentuk yang murni mempunyai daya antibakteri dengan spektrum yang luas, termasuk juga pada strain E. coli yang enterotoksigenik multi-drug resistant. Allicin ialah senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak stabil yang mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis (enzim) khususnya yang berada di dalam atau di bawah lapisan bakteri yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri (Ramadanti, 2008).

2. Bawang Merah (Allium cepa L.)

154

2. Bawang Merah (Allium cepa L.)

Gambar 11.2 Bawang Merah (Allium cepa L.) (Joshi et al, 2014)

Menurut (Hatijah et al., 2014), bawang merah mengandung zat aktif minyak

atsiri yang terdiri dari kaemferol, sikloaliin, kuersetin, metilaliin, dan floroglusin. Minyak atsiri tersebut mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat di rongga mulut penyebab karies pada gigi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Surono (2013), diketahui bahwa bawang merah memiliki kemampuan dalam melawan bakteri S.aureus. Menurut Hatijah et al., (2014), kandungan minyak atsiri dari umbi lapis bawang merah (Allium cepa L.) memiliki sifat bakterisida (membunuh bakteri) Streptococcus mutans penyebab karies gigi dengan membentuk zona bening sebesar 23,7 mm pada inkubasi 24 jam kemudian diameter meningkat menjadi 24,6 mm setelah diinkubasi 48 jam (Hatijah et al., 2014).

3. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees &T.Nees) Blume.)

Gambar 11.3 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Daun dan kulit batang Cinnamomum burmannii mengandung flavonoida, minyak atsiri, dan saponin. Di samping itu kulit batang juga mengandung tanin, daunnya juga mengandung alkaloida dan polifenol (Angelica, 2013). Ekstrak etanol daun kayu manis dapat menghambat baik Escherichia coli maupun Staphylococcus

Gambar 11.2 Bawang Merah (Allium cepa L.) (Joshi et al, 2014)

Page 54: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Menurut (Hatijah et al., 2014), bawang merah mengandung zat aktif minyak atsiri yang terdiri dari kaemferol, sikloaliin, kuersetin, metilaliin, dan floroglusin. Minyak atsiri tersebut mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat di rongga mulut penyebab karies pada gigi.Pada penelitian yang dilakukan oleh Surono(2013), diketahui bahwa bawang merah memiliki kemampuan dalam melawan bakteri S.aureus. Menurut Hatijah et al., (2014), kandungan minyak atsiri dari umbi lapis bawang merah (Allium cepa L.) memiliki sifat bakterisida (membunuh bakteri) Streptococcus mutans penyebab karies gigi dengan membentuk zona bening sebesar 23,7 mm pada inkubasi 24 jam kemudian diameter meningkat menjadi 24,6 mm setelah diinkubasi 48 jam (Hatijah et al., 2014).

3. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T.Nees) Blume.)

154

2. Bawang Merah (Allium cepa L.)

Gambar 11.2 Bawang Merah (Allium cepa L.) (Joshi et al, 2014)

Menurut (Hatijah et al., 2014), bawang merah mengandung zat aktif minyak

atsiri yang terdiri dari kaemferol, sikloaliin, kuersetin, metilaliin, dan floroglusin. Minyak atsiri tersebut mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat di rongga mulut penyebab karies pada gigi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Surono (2013), diketahui bahwa bawang merah memiliki kemampuan dalam melawan bakteri S.aureus. Menurut Hatijah et al., (2014), kandungan minyak atsiri dari umbi lapis bawang merah (Allium cepa L.) memiliki sifat bakterisida (membunuh bakteri) Streptococcus mutans penyebab karies gigi dengan membentuk zona bening sebesar 23,7 mm pada inkubasi 24 jam kemudian diameter meningkat menjadi 24,6 mm setelah diinkubasi 48 jam (Hatijah et al., 2014).

3. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees &T.Nees) Blume.)

Gambar 11.3 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Daun dan kulit batang Cinnamomum burmannii mengandung flavonoida, minyak atsiri, dan saponin. Di samping itu kulit batang juga mengandung tanin, daunnya juga mengandung alkaloida dan polifenol (Angelica, 2013). Ekstrak etanol daun kayu manis dapat menghambat baik Escherichia coli maupun Staphylococcus

Gambar 11.3 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Daun dan kulit batang Cinnamomum burmannii mengandung flavonoida, minyak atsiri, dan saponin. Di samping itu kulit batang juga mengandung tanin, daunnya juga mengandung alkaloida dan polifenol (Angelica, 2013).Ekstrak etanol daun kayu manis dapat menghambat baik Escherichia coli maupun Staphylococcus aureus, sedangkan ekstrak etanol kulit batang kayu manis hanya dapat menghambat Staphylococcus aureus (Angelica, 2013).

Page 55: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

155

aureus, sedangkan ekstrak etanol kulit batang kayu manis hanya dapat menghambat Staphylococcus aureus (Angelica, 2013). 4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)

Herba meniran ini mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid,

terpenoid, dan steroid. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu diantaranya monoterpenoid linalool, diterpenoid, hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin, dan triterpenoid glikosida (Gunawan et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, herba meniran mengandung dua senyawa terpenoid yakni diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan, dimana campuran kedua senyawa ini aktif terhadap S. aureus dan E. coli (Gunawan et al., 2008).

5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)

Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Kandungan senyawa utama dari daun sambiloto adalah diterpenoide lactones (andrographolid), farnesols, paniculides, dan flavonoid. Dari berbagai penelitian, kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrographolide. Selain

Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)

Herba meniran ini mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan steroid. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu diantaranya monoterpenoid linalool, diterpenoid, hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin, dan triterpenoid glikosida (Gunawan et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, herba meniran mengandung dua senyawa terpenoid yakni diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan, dimana campuran kedua senyawa ini aktif terhadap S. aureus dan E.coli (Gunawan et al., 2008).

Page 56: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)

155

aureus, sedangkan ekstrak etanol kulit batang kayu manis hanya dapat menghambat Staphylococcus aureus (Angelica, 2013). 4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)

Herba meniran ini mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid,

terpenoid, dan steroid. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu diantaranya monoterpenoid linalool, diterpenoid, hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin, dan triterpenoid glikosida (Gunawan et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, herba meniran mengandung dua senyawa terpenoid yakni diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan, dimana campuran kedua senyawa ini aktif terhadap S. aureus dan E. coli (Gunawan et al., 2008).

5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)

Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Kandungan senyawa utama dari daun sambiloto adalah diterpenoide lactones (andrographolid), farnesols, paniculides, dan flavonoid. Dari berbagai penelitian, kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrographolide. Selain

Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Kandungan senyawa utama dari daun sambiloto adalah diterpenoidelactones (andrographolid), farnesols, paniculides, dan flavonoid. Dari berbagai penelitian, kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrographolide. Selain itu, pada daun sambiloto mengandung alkaloid, saponin, dan tanin. Kandungan kimia lain yang terdapat pada daun adalah paniculin, lactone, dankalmegin. Berdasarkan aktivitas farmakologi disebutkan bahwa daun sambiloto mempunyai sifat sebagai analgesik, antimalaria, antiinflamasi, antiviral, antibakteri, hepatoprotektif, imunostimulator, kardiovaskular, dan antikanker (Sawitti et al., 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawitti et al (2013) dapat disimpulkan bahwa perasan daun sambiloto (Andrographispaniculata Nees) memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri E.coli secara in vitro dan ada kecenderungan meningkatnya konsentrasi perasan daun sambiloto dapat meningkatkan zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro.Saponin yang terkandung dalam daun sambiloto merupakan glikosida yang bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas membran sel bakteri. Sementara flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.

Page 57: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak membran sel bakteri.Sedangkan, alkaloid yang terkandung dalam daun sambiloto dapat menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri.Selain itu, ekstrak daun sambiloto terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureusditandai dengan meningkatnyalimfosit dan perbaikan hati, jaringan paru-paru, dan ginjal pada mencit sebagai hewan percobaan (Sawitti et al., 2013).

6. Sirsak (Annona muricata L.)

156

itu, pada daun sambiloto mengandung alkaloid, saponin, dan tanin. Kandungan kimia lain yang terdapat pada daun adalah paniculin, lactone, dan kalmegin. Berdasarkan aktivitas farmakologi disebutkan bahwa daun sambiloto mempunyai sifat sebagai analgesik, antimalaria, antiinflamasi, antiviral, antibakteri, hepatoprotektif, imunostimulator, kardiovaskular, dan antikanker (Sawitti et al., 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawitti et al (2013) dapat disimpulkan bahwa perasan daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro dan ada kecenderungan meningkatnya konsentrasi perasan daun sambiloto dapat meningkatkan zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Saponin yang terkandung dalam daun sambiloto merupakan glikosida yang bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas membran sel bakteri. Sementara flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak permeabilitas inding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. Senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak membran sel bakteri. Sedangkan, alkaloid yang terkandung dalam daun sambiloto dapat menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri. Selain itu, ekstrak daun sambiloto terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureus ditandai dengan meningkatnya limfosit dan perbaikan hati, jaringan paru-paru, dan ginjal pada mencit sebagai hewan percobaan (Sawitti et al., 2013).

6. Sirsak (Annona muricata L.)

Gambar 11.6 Sirsak (Annona muricata L.) (Moghadamtousi et al, 2015)

Pada daun sirsak mengandung saponin, tannin, flavonoid, alkaloid yang mana

senyawa ini berfungsi sebagai desinfektan dan antiseptik sehingga dapat dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan

Gambar 11.6 Sirsak (Annona muricata L.) (Moghadamtousi et al, 2015)

Pada daun sirsak terkandung saponin, tannin, flavonoid, alkaloid yang dapat berfungsi sebagai desinfektan dan antiseptik sehingga dapat dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan sebagai antibakteri khususnya untuk mengatasi diare (Sari et al., 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sari et al (2010) dilakukan uji skrining fitokimia terhadap ekstrak daun sirsak. Daun sirsak terbukti mengandung senyawa polifenol dan alkaloid. Aktivitas antibakteri dari infusa

Page 58: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

daun sirsak juga diuji pada media yang ditumbuhi E. coli dan S. aureus. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infusa daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus (Sari et al., 2010).

7. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)

157

sebagai antibakteri khususnya untuk mengatasi diare (Sari et al., 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sari et al (2010) dilakukan uji skrining fitokimia terhadap ekstrak daun sirsak. Daun sirsak terbukti mengandung senyawa polifenol dan alkaloid. Aktivitas antibakteri dari infusa daun sirsak juga diuji pada media yang ditumbuhi E. coli dan S. aureus. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infusa daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus (Sari et al., 2010). 7. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)

Gambar 11.7 Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). www.plantsrescue.com. [11 April

2016]

Kandungan kimia yang dapat digunakan sebagai sumber obat antibakteri salah satunya adalah minyak atsiri, yang mengandung senyawa-senyawa volatil seperti golongan monoterpen dan sesquiterpen. Berdasarkan penelitian sebelumnya, senyawa golongan tersebut bersifat antibakteri. Komponen senyawa kimia yang terdapat di dalam minyak atsiri dari daun sirih merah adalah sabinen dan β-mirsena (Dewi et al., 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Dewi et al., 2013), isolat minyak atsiri daun sirih merah diuji aktivitas antibakterinya pada media NA yang ditumbuhi bakteri gram positif yaitu Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan bakteri gram negative Shigellaflexneri, Eschericia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun sirih merah berkhasiat sebagai antibakteri terhadap bakteri pathogen seperti bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Staphylococcus epidermidis dan bakteri gram negative Shigellaflexneri, Eschericia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan oleh pada minyak atsiri daun sirih merah mengandung senyawa α–pinena, α-tuyan, sabinen, β-mirsena, kamfen dan trans-kariofilen yang berguna sebagai antibakteri (Dewi et al., 2013).

Gambar 11.7 Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). www.plantsrescue.com. [11 April 2016]

Kandungan kimia yang dapat digunakan sebagai sumber obat antibakteri salah satunya adalah minyak atsiri, yang mengandung senyawa-senyawa volatil seperti golongan monoterpen dan sesquiterpen. Berdasarkan penelitian sebelumnya, senyawa golongan tersebut bersifat antibakteri. Komponen senyawa kimia yang terdapat di dalam minyak atsiri dari daun sirih merah adalah sabinen dan β-mirsena (Dewi et al., 2013).Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Dewi et al., 2013), isolat minyak atsiri daun sirih merah diuji aktivitas antibakterinya pada media NA yang ditumbuhi bakteri gram positif yaitu Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan bakteri gram negative Shigellaflexneri,Eschericia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun sirih merah berkhasiat sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen seperti bakteri gram positif yaitu

Page 59: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Staphylococcus epidermidis dan bakteri gram negative Shigellaflexneri,Eschericia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan oleh pada minyak atsiri daun sirih merah mengandung senyawa α–pinena, α-tuyan, sabinen, β-mirsena, kamfen dan trans-kariofilenyang berguna sebagai antibakteri (Dewi et al., 2013).

8. Pepaya (Carica papaya L.)

158

8. Pepaya (Carica papaya L.)

Gambar 11.8 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Minyak biji pepaya yang berwarna kuning disebutkan mengandung 71,60 %

asam oleat, 7,68 % asam linoleat, 15,13 % asam palmitat, 3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas. Selain itu, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan alkaloid, fenol, dan saponin (Sukadana et al., 2008). Isolat dari biji papaya kemungkinan merupakan senyawa golongan triterpenoid aldehida dengan karakteristik adanya gugus fungsi: –CH2, –CH3, dan C=O. Isolat triterpenoid mempunyai potensi sebagai antibakteri pada konsentrasi 1000 ppm. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa isolat triterpenoid dengan konsentrasi 1000 ppm memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengandiameter daerah hambat sebesar 10 mm untuk bakteri E. coli dan 7 mm untuk bakteri S. aureus (Sukadana et al., 2008).

9. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

Gambar 11.9 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wiyarti, 2013), daun teh

hijau dapat bermanfaat sebagai antibakteri. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara

Gambar 11.8 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Minyak biji pepaya yang berwarna kuning disebutkan mengandung 71,60 % asam oleat, 7,68 % asam linoleat, 15,13 % asam palmitat, 3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas. Selain itu, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan alkaloid, fenol, dan saponin (Sukadana et al., 2008).Isolat dari biji papaya kemungkinan merupakan senyawa golongan triterpenoid aldehida dengan karakteristik adanya gugus fungsi: –CH2, –CH3, dan C=O. Isolat triterpenoid mempunyai potensi sebagai antibakteri pada konsentrasi 1000 ppm. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa isolat triterpenoid dengan konsentrasi 1000 ppm memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan diameter daerah hambat sebesar 10 mm untuk bakteri E. coli dan 7 mm untuk bakteri S. aureus (Sukadana et al., 2008).

Page 60: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

9. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

158

8. Pepaya (Carica papaya L.)

Gambar 11.8 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Minyak biji pepaya yang berwarna kuning disebutkan mengandung 71,60 %

asam oleat, 7,68 % asam linoleat, 15,13 % asam palmitat, 3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas. Selain itu, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan alkaloid, fenol, dan saponin (Sukadana et al., 2008). Isolat dari biji papaya kemungkinan merupakan senyawa golongan triterpenoid aldehida dengan karakteristik adanya gugus fungsi: –CH2, –CH3, dan C=O. Isolat triterpenoid mempunyai potensi sebagai antibakteri pada konsentrasi 1000 ppm. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa isolat triterpenoid dengan konsentrasi 1000 ppm memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengandiameter daerah hambat sebesar 10 mm untuk bakteri E. coli dan 7 mm untuk bakteri S. aureus (Sukadana et al., 2008).

9. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

Gambar 11.9 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wiyarti, 2013), daun teh

hijau dapat bermanfaat sebagai antibakteri. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara

Gambar 11.9 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wiyarti, 2013), daun teh hijau dapat bermanfaat sebagai antibakteri. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara mengekstraksi teh hijau menggunakan penyari etanol 96% dengan metode maserasi. Tahap fraksinasi dilakukan dengan metode endap-tuang (dekantasi), pelarut yang digunakan meningkat kepolarannya n-heksan, etil asetat, dan metanol. Fraksi metanol diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode dilusi padat untuk menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Analisis kandungan senyawa dengan KLT menggunakan fase gerak n-butanol:etil asetat (9:1) v/v dan fase diam silika GF254, serta uji bioautografi untuk mengetahui senyawa yang aktif sebagai antibakteri (Wiyarti, 2013).

Fraksi metanol ekstrak etanol daun teh hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dan L. acidophilus. Golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi metanol ekstrak etanol daun teh hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dan L. acidophilus adalah fenolik dan flavonoid. Senyawa fenolik pada teh hijau dapat berkhasiat sebagai antimikroba dengan cara merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar dan menyebabkan kematian pada bakteri. Senyawa flavonoid dapat digolongkan menjadi enam kelas, yaitu flavon, flavanon, isoflavon, flavonol, flavanol, dan antosianin.

Page 61: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Kelas utama flavonoid yang ditemukan di dalam teh hijau adalah flavanol dan flavonol. Katekin yang terdapat dalam daun teh merupakan flavonoid jenis flavanol yang larut dalam pelarut polar. Katekin bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma sehingga sel bakteri akan rusak dan mati (Wiyarti, 2013).

11.2 INFEKSI JAMUR

11.2.1 Pendahuluan

Mycosis atau penyakit jamur, penyebarannya disebabkan mening-katnya antibiotika berspektrum luas dan hormon kelamin (pil anti hamil) yang merusak keseimbangan biologi flora kuman normal, faktor lain adalah daya tangkis imun tubuh yang menurun. Penularannya dengan bentuk spora dan serpih kulit penderita infeksi kulit, jamur hanya dapat hidup sebagai parasit pada organisme hidup atau sebagai saprofit pada benda mati (Tjay & Rahardja). Dari segi terapeutik infeksi jamur dibagi atas infeksi dalam (Internal) dan infeksi subkutan, secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik dan topical (Nafrialdi, 2007) .

11.2.2 Fitoterapi Infeksi Jamur

1. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

160

Gambar 11.10 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Ekstrak jahe juga diketahui memiliki efek antijamur walaupun belum ada

penelitian tentang bagaimana mekanisme penghambatannya. Gingerol, zingerone, gingerdiol yang terkandung dalam jahe telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, menunjukkan efek antijamur dari ekstrak rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dengan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Malassezia sp (Aprilia & Subakir, 2010). Hasil penelitian tersebut didapatkan dari 30 tabung media Sabouroud Dextrose Agar olive oil dengan ekstrak jahe 3,13%, 7 tabung (23,33%) dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (+) dan 23 tabung (76,67%) dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (-). Sehingga menunjukkan bahwa ekstrak jahe 3,13% relatif sensitive dalam menghambat pertumbuhan Malassezia sp. dan didapatkan 23,33 Malassezia sp. yang resisten terhadap ekstrak jahe 3,13%. Hal ini dikarenakan efek dari senyawa gingerol, zingerone, dan gingerdiol yang timbul karena pengekstrakan rimpang jahe memiliki aktifitas antijamur (Aprilia & Subakir, 2010). Ekstrak rimpang jahe gajah (Z. officinale var. Roscoe) juga mengandung senyawa gingerol, gingerdiol dan zingerone yang memiliki efek anti jamur dengan spektrum luas (Sari et al, 2013).

2. Alamanda (Allamanda cathartica L.)

Gambar 11.11 Alamanda (Allamanda cathartica L.). www.wikipedia.org. [16 Juli 2016]

Gambar 11.10 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Page 62: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Ekstrak jahe juga diketahui memiliki efek antijamur walaupun belum ada penelitian tentang bagaimana mekanisme penghambatannya. Gingerol, zingerone, gingerdiol yang terkandung dalam jahe telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, menunjukkan efek antijamur dari ekstrak rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dengan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Malassezia sp (Aprilia & Subakir, 2010). Hasil penelitian tersebut didapatkan dari 30 tabung media Sabouroud Dextrose Agar olive oil dengan ekstrak jahe 3,13%, 7 tabung (23,33%) dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (+) dan 23 tabung (76,67%) dinyatakan per-tumbuhan Malassezia sp. (-). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak jahe 3,13% relatif sensitive dalam menghambat pertumbuhan Malassezia sp. dan didapatkan 23,33 Malassezia sp. yang resisten terhadap ekstrak jahe 3,13%. Hal ini dikarenakan efek dari senyawa gingerol, zingerone,dan gingerdiol yang timbul karena pengekstrakan rimpang jahe memiliki aktivitas antijamur (Aprilia & Subakir, 2010). Ekstrak rimpang jahe gajah (Z. officinale var. Roscoe) juga mengandung senyawa gingerol, gingerdiol dan zingerone yang memiliki efek anti jamur dengan spektrum luas (Sari et al, 2013).

2. Alamanda (Allamanda cathartica L.)

160

Gambar 11.10 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Gupta et al, 2014)

Ekstrak jahe juga diketahui memiliki efek antijamur walaupun belum ada

penelitian tentang bagaimana mekanisme penghambatannya. Gingerol, zingerone, gingerdiol yang terkandung dalam jahe telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, menunjukkan efek antijamur dari ekstrak rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dengan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Malassezia sp (Aprilia & Subakir, 2010). Hasil penelitian tersebut didapatkan dari 30 tabung media Sabouroud Dextrose Agar olive oil dengan ekstrak jahe 3,13%, 7 tabung (23,33%) dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (+) dan 23 tabung (76,67%) dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (-). Sehingga menunjukkan bahwa ekstrak jahe 3,13% relatif sensitive dalam menghambat pertumbuhan Malassezia sp. dan didapatkan 23,33 Malassezia sp. yang resisten terhadap ekstrak jahe 3,13%. Hal ini dikarenakan efek dari senyawa gingerol, zingerone, dan gingerdiol yang timbul karena pengekstrakan rimpang jahe memiliki aktifitas antijamur (Aprilia & Subakir, 2010). Ekstrak rimpang jahe gajah (Z. officinale var. Roscoe) juga mengandung senyawa gingerol, gingerdiol dan zingerone yang memiliki efek anti jamur dengan spektrum luas (Sari et al, 2013).

2. Alamanda (Allamanda cathartica L.)

Gambar 11.11 Alamanda (Allamanda cathartica L.). www.wikipedia.org. [16 Juli 2016]

Gambar11.11 Alamanda (Allamanda cathartica L.). www.wikipedia.org. [16 Juli 2016]

Page 63: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Daun Allamanda cathartica L. mengandung beberapa senyawa fitokimia, diantaranya alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan tannin (Arundhina et al., 2014). Ekstrak etanol daun alamanda memiliki kandungan senyawa antijamur yang dapat menghambat pertumbuhan kedua jamur uji, P. ovale dan C. albicans. Konsentrasi Hambat Minimum dari ekstrak etanol daun A. cathartica L. terhadap C. albicans adalah 1,50% (b/v), sedangkan terhadap P. ovale adalah 9% (b/v) (Arundhina et al, 2014).Berdasarkan penelitian sebelumnya, aktivitas antijamur ektrak etanol daun alamanda diduga berhubungan dengan kandungan senyawa fitokimia yang berada di dalam ekstrak tersebut. Senyawa fitokimia yang diduga memiliki kemampuan sebagai antijamur seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid.

3. Lengkuas (Alpinia galanga L.)

161

Daun Allamanda cathartica L. mengandung beberapa senyawa fitokimia, diantaranya alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan tannin (Arundhina et al., 2014). Ekstrak etanol daun alamanda memiliki kandungan senyawa antijamur yang dapat menghambat pertumbuhan kedua jamur uji, P. ovale dan C. albicans. Konsentrasi Hambat Minimum dari ekstrak etanol daun A. cathartica L. terhadap C. albicans adalah 1,50% (b/v), sedangkan terhadap P. ovale adalah 9% (b/v) (Arundhina et al, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya, aktivitas antijamur ektrak etanol daun alamanda diduga berhubungan dengan kandungan senyawa fitokimia yang berada di dalam ekstrak tersebut. Senyawa fitokimia yang diduga memiliki kemampuan sebagai antijamur seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid.

3. Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Gambar 11.12 Lengkuas (Alpinia galanga L.) (Chudiwal et al, 2010)

Kandungan ekstrak lengkuas yang mempunyai efek antimikroba diantaranya

terpenoid, flavanoid, minyak atsiri, dan fenol. Mekanisme penghambatan pertumbuhan jamur melalui mekanisme perusakan permeabilitas membran sel permeabilitas sel terganggu sehingga sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat (Setyarini & Krisnansari, 2011). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi 1% ekstrak lengkuas merupakan konsentrasi yang efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni jamur M. furfur. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata persentase penghambatan terhadap pertumbuhan koloni M. furfur sebesar 79,70% dengan persentase penghambatan sebesar 79,70%. Persentase penghambatan antara ekstrak lengkuas (Alpinia galanga Linn) pada konsentrasi efektif sebesar 79,70% dan ketokonazol 2% sebesar 99,98% terhadap pertumbuhan jamur M. furfur (Setyarini & Krisnansari, 2011). Ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga) menunjukkan aktivitas antijamur terhadap jamur filamentus, meskipun aktivitasnya tidak kuat. Konsentrasi penghambatan pertumbuhan minimum ekstrak rimpang lengkuas terhadap pertumbuhan F. moniliforme, A. flavus, dan A. niger masing-masing sebesar 816, 1.682 dan 3.366 mg/L. Mekanisme penghambatan pertumbuhan

Gambar 11.12 Lengkuas (Alpinia galanga L.) (Chudiwal et al, 2010)

Kandungan ekstrak lengkuas yang mempunyai efek antimikroba di antaranya terpenoid, flavanoid, minyak atsiri, dan fenol. Mekanisme penghambatan pertumbuhan jamur melalui mekanisme perusakan permeabilitas membran sel permeabilitas sel terganggu sehingga sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat (Setyarini & Krisnansari, 2011). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi 1% ekstrak lengkuas merupakan konsentrasi yang efektif dalam menghambat

Page 64: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

pertumbuhan koloni jamur M. furfur. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata persentase penghambatan terhadap pertumbuhan koloni M. furfur sebesar 79,70% dengan persentase penghambatan sebesar 79,70%. Persentase penghambatan antara ekstrak lengkuas (Alpinia galanga Linn) pada konsentrasi efektif sebesar 79,70% dan ketokonazol 2% sebesar 99,98% terhadap pertumbuhan jamur M. furfur (Setyarini& Krisnansari, 2011).Ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga) menunjukkan aktivitas antijamur terhadap jamur filamentus, meskipun aktivitasnya tidak kuat. Konsentrasi penghambatan pertumbuhan minimum ekstrak rimpang lengkuas terhadap pertumbuhan F. moniliforme, A. flavus, dan A. niger masing-masing sebesar 816, 1.682 dan 3.366 mg/L. Mekanisme penghambatan pertumbuhan ekstrak rimpang lengkuas diduga melalui perusakan permeabilitas membran sel (Handajani& Purwoko, 2008).

4. Bawang Putih (Allium sativum L.)

162

ekstrak rimpang lengkuas diduga melalui perusakan permeabilitas membran sel (Handajani & Purwoko, 2008).

4. Bawang Putih (Allium sativum L.)

Gambar 11.13 Bawang Putih (Allium sativum L.) (Sandhya et al, 2012)

Perasan umbi bawang putih 25% secara in vitro dapat menghambat

pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis. Pada bawang putih segar mengandung senyawa alliin (S-allil-L-sistein Sulfoksida),. Apabila jaringan bawang putih rusak dengan adanya enzim allinase (S-alkil-L-sistein liase) mengubah alliin menjadi allicin, senyawa yang diduga bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologi bawang putih. Oksidasi allicin dengan adanya udara mengubah allicin menjadi 1,7-ditiaokta-4,5-diena sebagai dialil-disulfida, yang merupakan konstituen utama dari minyak atsiri bawang putih (Utami & Subakir, 2006).

Terdapat perbedaan yang bermakna antara efektivitas perasan umbi bawang putih 25% dengan ketokonazol 2% secara in vitro dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis. Secara deskriptif, perasan umbi bawang putih 25% memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketokonazol 2% secara in vitro dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis (Utami & Subakir, 2006). Penggunaan perasan umbi bawang putih lebih baik dari pada dengan metode pemanasan. Hal ini sesuai dengan uji antifungi ekstrak bawang putih lumbu hijau terhadap Candida albicans, yaitu ekstraksi dengan metode tanpa pemanasan mempunyai diameter yang lebih besar daripada ekstraksi dengan metode pemanasan (Kulsum, 2014).

Ekstrak etanol bawang putih dengan pengujian secara in-vitro maupun in-vivo, menunjukkan efek anti fungi terhadap kapang dermatofit, Trichophyton mentagrophytes (penyebab penyakit ringworm), yaitu terjadi daya hambat pertumbuhan koloni dengan nilai KHM 0,75%, dan menimbulkan persembuhan pada kelinci percobaan yan diinfeksi selama kurang dari 1 bulan, yaitu 27 hari. Maka itu bawang putih sebagai obat anti jamur khususnya ringworm kemungkinan besar dapat digunakan di lapangan (Gholib, 2010) .

Gambar 11.13 Bawang Putih (Allium sativum L.) (Sandhya et al, 2012)

Perasan umbi bawang putih 25% secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis. Pada bawang putih segar terkandung senyawa alliin (S-allil-L-sistein Sulfoksida),. Apabila jaringan bawang putih rusak dengan adanya enzim allinase (S-alkil-L-sistein liase) mengubah alliin menjadi allicin, senyawa yang diduga bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi bawang putih. Oksidasi allicin dengan

Page 65: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

adanya udara mengubah allicin menjadi 1,7-ditiaokta-4,5-diena sebagai dialil-disulfida, yang merupakan konstituen utama dari minyak atsiri bawang putih (Utami& Subakir, 2006).

Terdapat perbedaan yang bermakna antara efektivitas perasan umbi bawang putih 25% dengan ketokonazol 2% secara in vitro dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis. Secara deskriptif, perasan umbi bawang putih 25% memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketokonazol 2% secara in vitro dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada kandidiasis vaginalis (Utami& Subakir, 2006). Penggunaan perasan umbi bawang putih lebih baik dari pada dengan metode pemanasan. Hal ini sesuai dengan uji antifungi ekstrak bawang putih lumbu hijau terhadap Candida albicans, yaitu ekstraksi dengan metode tanpa pemanasan mempunyai diameter yang lebih besar daripada ekstraksi dengan metode pemanasan (Kulsum, 2014).

Ekstrak etanol bawang putih dengan pengujian secara in-vitro maupun in-vivo, menunjukkan efek anti fungi terhadap kapang dermatofit, Trichophyton mentagrophytes (penyebab penyakit ringworm), yaitu terjadi daya hambat pertumbuhan koloni dengan nilai KHM 0,75%, dan menimbulkan kesembuhan pada kelinci percobaan yang diinfeksi selama kurang dari 1 bulan, yaitu 27 hari. Maka itu bawang putih sebagai obat anti jamur khususnya ringworm kemungkinan besar dapat digunakan di lapangan (Gholib, 2010)

5. Kunyit (Curcuma domestica Val).

163

5. Kunyit (Curcuma domestica Val).

Gambar 11.14 Kunyit (Curcuma domestica Val.). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Kandungan utama dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri dan

kurkuminoid, beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kunyit dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur, sehingga kunyit dapat dijadikan sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (Nurhayati et al, 2007). Senyawa yang bersifat antifungi yang terkandung di dalam ekstrak kunyit diduga berasal dari komponen minyak atsiri rhizoma kunyit yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpen (Nurhayati et al, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan jamur Alternaria porri Ellis secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kunyit maka akan semakin memperkecil diameter pertumbuhan jamur. Konsentrasi efektif yang dapat menghambat pertumbuhan jamur A porri Ellis lebih dari 50% adalah 0,005% (b/v) dengan rata-rata diameter pertumbuhan sebesar 2,57 cm yang berbeda signifikan dengan diameter pertumbuhan jamur pada kontrol yakni sebesar 5,83 cm (Nurhayati et al, 2007).

6. Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)

Gambar 11.14 Kunyit (Curcuma domestica Val.). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Page 66: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Kandungan utama dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri dan kurkuminoid, beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kunyit dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur, sehingga kunyit dapat dijadikan sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (Nurhayati et al, 2007). Senyawa yang bersifat antifungi yang terkandung di dalam ekstrak kunyit diduga berasal dari komponen minyak atsiri rhizoma kunyit yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpen (Nurhayati et al, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan jamur Alternaria porri Ellis secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kunyit maka akan semakin memperkecil diameter pertumbuhan jamur. Konsentrasi efektif yang dapat menghambat pertumbuhan jamur A porri Ellis lebih dari 50% adalah 0,005% (b/v) dengan rata-rata diameter pertumbuhan sebesar 2,57 cm yang berbeda signifikan dengan diameter pertumbuhan jamur pada kontrol yakni sebesar 5,83 cm (Nurhayati et al, 2007).

6. Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)

163

5. Kunyit (Curcuma domestica Val).

Gambar 11.14 Kunyit (Curcuma domestica Val.). www.bestturmeric.com. [11 April 2016]

Kandungan utama dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri dan

kurkuminoid, beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kunyit dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur, sehingga kunyit dapat dijadikan sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (Nurhayati et al, 2007). Senyawa yang bersifat antifungi yang terkandung di dalam ekstrak kunyit diduga berasal dari komponen minyak atsiri rhizoma kunyit yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpen (Nurhayati et al, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan jamur Alternaria porri Ellis secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kunyit maka akan semakin memperkecil diameter pertumbuhan jamur. Konsentrasi efektif yang dapat menghambat pertumbuhan jamur A porri Ellis lebih dari 50% adalah 0,005% (b/v) dengan rata-rata diameter pertumbuhan sebesar 2,57 cm yang berbeda signifikan dengan diameter pertumbuhan jamur pada kontrol yakni sebesar 5,83 cm (Nurhayati et al, 2007).

6. Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)

Gambar 11.15 Jambu Mete (Anacardium occidenraleL.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Page 67: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Kandungan tanin dalam daun ini diduga memiliki aktivitas dalam menghambat atau membunuh jamur Candida albicans melalui denaturasi ikatan protein pada membran, sehingga membran sel menjadi lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke dalam inti sel, dan menyebabkan jamur Candida albicans tidak berkembang. Dari penelitian ini dibuktikan bahwa infusa daun jambu mete efektif dalam membunuh jamur Candida albicans. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah radikal pada setiap lubang sumuran. Dari penelitian ini juga dibuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi infusa daun jambu mete menunjukkan semakin tinggi efektivitasnya (Sulistyawati & Mulyati, 2009).

7. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

164

Gambar 11.15 Jambu Mete (Anacardium occidenrale L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Kandungan tanin dalam daun ini diduga memiliki aktivitas dalam

menghambat atau membunuh jamur Candida albicans melalui denaturasi ikatan protein pada membran, sehingga membran sel menjadi lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke dalam inti sel, dan menyebebkan jamur Candida albicans tidak berkembang. Dari penelitian ini dibuktikan bahwa infusa daun jambu mete efektif dalam membunuh jamur Candida albicans. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah radikal pada setiap lubang sumuran. Dari penelitian ini juga dibuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi infusa daun jambu mete menunjukkan semakin tinggi efektifitasnya (Sulistyawati & Mulyati, 2009).

7. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Gambar 11.16 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). www.wikipedia.org. [1 April 2016]

Hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing mengandung senyawa oksalat, flavonoid, fenol, minyak menguap, dan pectin (Rahayu, 2013). Ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memilik aktivitas anti fungi yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi hambat minimal ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans ialah pada konsentrasi 6 % yang sudah menimbulkan efek yang baik pada Candida albicans. Akan tetapi, pada konsentrasi yang lebih tinggi tidak menunjukan efek yang signifikan (Rahayu, 2013). Secara deskriptif, senyawa dalam perasan buah belimbing wuluh 6% memiliki efektifitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ketokonazol 2% (Sofia & Subakir, 2006).

Flavonoid bekerja melalui denaturasi protein sehingga meningkatkan permeabilitas membran sel. Denaturasi protein menyebabkan gangguan dalam pembentukan sel sehingga merubah komposisi komponen protein. Fungsi membran

Gambar 11.16 Belimbing Wuluh (Averrhoabilimbi L.). www.wikipedia.org. [1 April 2016]

Hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing mengandung senyawa oksalat, flavonoid, fenol, minyak menguap, dan pectin (Rahayu, 2013). Ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memiliki aktivitas anti fungi yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi hambat minimal ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa

Page 68: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

bilimbi L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans ialah pada konsentrasi 6% yang sudah menimbulkan efek yang baik pada Candida albicans. Akan tetapi, pada konsentrasi yang lebih tinggi tidak menunjukan efek yang signifikan (Rahayu, 2013). Secara deskriptif, senyawa dalam perasan buah belimbing wuluh 6% memiliki efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ketokonazol 2% (Sofia & Subakir, 2006).

Flavonoid bekerja melalui denaturasi protein sehingga meningkatkan permeabilitas membran sel. Denaturasi protein menyebabkan gangguan dalam pembentukan sel sehingga merubah komposisi komponen protein. Fungsi membran sel yang terganggu dapat menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel, sehingga menyebabkan kerusan sel jamur (Rahayu, 2013)

8. Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc)

165

sel yang terganggu dapat menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel, sehingga menyebabkan kerusan sel jamur (Rahayu, 2013)

8. Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc)

Gambar 11.17 Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc). www.wikipedia.org [16 Juli 2016]

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perasan jeruk

purut (Citrus hystrix Dc) sebanding efektivitasnya dengan zinc pyrithione 1% dalam menghambat pertumbuhan P. ovale secara in vitro pada penderita berketombe. Pada 30 media SDA olive oil yang mengandung perasan jeruk purut (Citrus hystrix Dc) diperoleh 6 tabung yang positif ditumbuhi P. ovale dan 24 tabung negatif. Sehingga disimpulkan bahwa perasan jeruk purut (Citrus hystrix Dc) memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan P. ovale, Pada 30 media biakkan P. ovale (+) dalam media SDA olive oil yang mengandung zinc pyrithione 1% didapatkan hanya 1 tabung yang ditumbuhi P. ovale dapat disimpulkan bahwa perasan jeruk purut (citrus hystrix Dc) sebanding efektivitasnya dengan zinc pyrithione 1% (Sinaga et al, 2012). 11.3 INFEKSI PARASIT 11.3.1 Pendahuluan

Agen penyakit yang menjadi salah satu penyebab penyakit infeksi pada manusia yaitu parasit. Parasit ialah organisme yang hidupnya bersifat parasitis, yaitu oraganisme hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes) dengan mengambil nutrisi dari inang atau makhluk hidup yang ditumpanginya. Tingginya angka prevalensi infeksi parasit disebabkan karena buruknya sanitasi (Herbowo dan Firmansyah,2003). Infeksi parasitik dapat merugikan anak-anak karena dapat menyebabkan kondisi kurang gizi, gangguan pertumbuhan serta menurunkan kecerdasan anak (Darnely & Sungkar, 2011).

Cacing usus merupakan salah satu parasit yang dapat meyebabkan infeksi saluran cerna seperti Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides, dan cacing tambang sedangkan golongan protozoa adalah Giardia lamblia dan Blastocystis hominis

Gambar 11.17 Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc). www.wikipedia.org [16 Juli 2016]

Page 69: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perasan jeruk purut (Citrus hystrix Dc) sebanding efektivitasnya dengan zinc pyrithione 1% dalam menghambat pertumbuhan P. ovale secara in vitro pada penderita berketombe. Pada 30 media SDA olive oil yang mengandung perasan jeruk purut (Citrus hystrix Dc) diperoleh 6 tabung yang positif ditumbuhi P. ovale dan 24 tabung negatif. Sehingga disimpulkan bahwa perasan jeruk purut (Citrus hystrix Dc) memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan P. ovale, Pada 30 media biakkan P. ovale (+) dalam media SDA olive oil yang mengandung zinc pyrithione 1% didapatkan hanya 1 tabung yang ditumbuhi P.ovaledapat disimpulkan bahwa perasan jeruk purut (citrus hystrix Dc) sebanding efektivitasnya dengan zinc pyrithione 1% (Sinaga et al, 2012).

11.3 INFEKSI PARASIT

11.3.1 Pendahuluan

Agen penyakit yang menjadi salah satu penyebab penyakit infeksi pada manusia yaitu parasit. Parasit ialah organisme yang hidupnya bersifat parasitis, yaitu organisme hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes) dengan mengambil nutrisi dari inang atau makhluk hidup yang ditumpanginya. Tingginya angka prevalensi infeksi parasit disebabkan karena buruknya sanitasi (Herbowo dan Firmansyah,2003).Infeksi parasitik dapat merugikan anak-anak karena dapat menyebabkan kondisi kurang gizi, gangguan pertumbuhan serta menurunkan kecerdasan anak (Darnely& Sungkar, 2011).

Cacing usus merupakan salah satu parasit yang dapat meyebabkan infeksi saluran cerna seperti Trichuris trichiura, Ascarislumbricoides, dan cacing tambang sedangkan golongan protozoa adalah Giardia lamblia dan Blastocystishominis (Darnely& Sungkar, 2011). Contoh lain penyakit yang disebabkan adanya infeksi parasit antara lain: Trichinosis, Amebiasis, Cysticerosis, Echinococcosis, Paragonimiasis (Japardi, 2002). Selain itu, penyakit malaria juga disebabkan oleh adanya infeksi parasite dari genus plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk anopheles (Dwithania et al, 2013). Gejala yang ditimbulkan berupa demam yang naik turun disertai mengigil (Fitrianingsih et. al, 2010).

Page 70: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

11.3.2 Fitoterapi Infeksi Parasit

1. Pepaya (Carica papaya L.)

166

(Darnely & Sungkar, 2011). Contoh lain penyakit yang disebabkan adanya infeksi parasit antara lain: Trichinosis, Amebiasis, Cysticerosis, Echinococcosis, Paragonimiasis (Japardi, 2002). Selain itu, penyakit malaria juga disebabkan oleh adanya infeksi parasite dari genus plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk anopheles (Dwithania et al, 2013). Gejala yang ditimbulkan berupa demam yang naik turun disertai mengigil (Fitrianingsih et. al, 2010).

11.3.2 Fitoterapi Infeksi Parasit 1. Pepaya (Carica papaya L.)

Gambar 11.18 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan ekstrak etanol daun pepaya

(Carica papaya L.) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antelmintik dan antimalaria. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung golongan senyawa flavonoid, tannin, alkaloid, dan memiliki kadar air sebesar 9,408 ± 0,761% (Mahatriny et al, 2014). Uji hayati in vivo dilakukan pada mencit putih jantan (mus mmusculus) galur DDY yang telah diinfeksikan dengan P. berghei galur ANKA yaitu hemoprotozoa penyebab malaria yang memiliki kesamaan dengan p. falciparum. Hasil penelitian oleh Fitrianingsih et al (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya memberikan aktivitas antiplasmodium yang bermakna dengan proses inhibisi sebesar 42,45% yang menyebabkan kerusakan pada hati dan limpa akibat ulah bibit penyakit malaria bisa dicegah (Fitrianingsih et al.,2010). Uji hayati secara invitro menggunakan Trager dan Jansen (1976) terhadap hasil ekstraksi daun pepaya yang dilarutkan dalam DMSO dengan menghitung persentase parasetimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Rehena, 2010) persen hambatan pertumbuhan pada p. falciparum strain G2300 tertinggi pada konsentrasi 100 mcg/ml dengan nilai rata-rata 95,12% yang selanjutnya menurun disertai dengan penurunan konsentrasi (Rehena, 2010).

Selain itu, ekstrak biji papaya mengandung alkaloid karpain yang berkasiat sebagai antelmintik. Karpain bersifat proteolitik yang dapat memecah jaringan ikat protein tubuh cacing sehingga menjadi lunak, bekerja sebagai vermifuga yaitu obat-obat yang melumpuhkan (merusak sistem saraf pusat) cacing dalam usus dan cacing

Gambar 11.18 Pepaya (Carica papaya L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antelmintik dan antimalaria. Ekstrak daun pepaya (Caricapapaya L.) mengandung golongan senyawa flavonoid, tannin,alkaloid, dan memiliki kadar air sebesar 9,408 ± 0,761% (Mahatriny et al, 2014). Uji hayati in vivo dilakukan pada mencit putih jantan (mus mmusculus) galur DDY yang telah diinfeksikan dengan P. berghei galur ANKA yaitu hemoprotozoa penyebab malaria yang memiliki kesamaan dengan p. falciparum. Hasil penelitian oleh Fitrianingsih et al(2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya memberikan aktivitas antiplasmodium yang bermakna dengan proses inhibisi sebesar 42,45% yang menyebabkan kerusakan pada hati dan limpa akibat ulah bibit penyakit malaria bisa dicegah (Fitrianingsih et al.,2010). Uji hayati secara in vitro menggunakan Trager dan Jansen (1976) terhadap hasil ekstraksi daun pepaya yang dilarutkan dalam DMSO dengan menghitung persentase parasetimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Rehena, 2010) persen hambatan pertumbuhan pada p. falciparum strain G2300 tertinggi pada konsentrasi 100mcg/ml dengan nilai rata-rata 95,12% yang selanjutnya menurun disertai dengan penurunan konsentrasi (Rehena, 2010).

Page 71: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Selain itu, ekstrak biji papaya mengandung alkaloid karpain yang berkasiat sebagai antelmintik. Karpain bersifat proteolitik yang dapat memecah jaringan ikat protein tubuh cacing sehingga menjadi lunak, bekerja sebagai vermifuga yaitu obat-obat yang melumpuhkan (merusak sistem saraf pusat) cacing dalam usus dan cacing yang dikeluarkan dalam keadaan mati. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Pattianakotta(2014) bahwa aktivitas sirup ekstrak etanol biji papaya terhadap cacing Ascaridia gali, dengan konsentrasi 10% dan 20% memiliki efek antelmintik namun yang memiliki kemampuan tertinggi pada konsentrasi 30% (Pattianakotta, 2014).

2. Anting-anting (Acalypha indica L.)

167

yang dikeluarkan dalam keadaan mati. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Pattianakotta (2014) bahwa aktivitas sirup ekstrak etanol biji papaya terhadap cacing Ascaridia gali, dengan konsentrasi 10% dan 20% memiliki efek antelmintik namun yang memiliki kemampuan tertinggi pada konsentrasi 30% (Pattianakotta, 2014).

2. Anting-anting (Acalypha indica L.)

Gambar 11.19 Anting – anting (Acalypha indica L.). www.wikipedia.org. [16 Juli 2016]

Campuran batang dan daun anting-anting mengandung komponen β-sitosterol,

daucosterol, saponin, tannin, minyak atsiri. Pada ekstrak etil asetat tanaman anting-anting mengandung tannin, alkaloid, dan steroid (Hayati et al., 2012). Pada penelitian sebelumnya hasil uji fitokimia dengan reagen dan KLT menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid (ekstrak etanol), steroid (ekstrak kloroform) dan triterpenoid (dalam ekstrak etanol dan n-heksan) (Hayati & Halimah., 2010).

Hasil penelitian uji aktivitas antimalaria secara in vivo pada hewan coba yang didapatkan adanya aktivitas penghambatan ekstrak etil asetat campuran batang dan daun terhadap pertumbuhan P. berghei pada dosis 0,01 mg/gbb sebesar 87,19%, dosis 0,1 mg/gbb sebesar 84,9 % dan pada dosis 1 mg/gbb sebesar 90,74 %. Suatu ekstrak dikatakan mempunyai sifat antiplasmodium jika memberikan penghambatan parasit lebih dari 30% (Hayati et al., 2012). Senyawa golongan alkaloid dapat menghambat pertumbuhan parasit melalui tranfort intraseluler kolin. Begitu pula senyawa golongan terpenoid dapat menghambat pertumbuhan P. berghei melaui penghambatan sintesis protein pada sel mamalia dan parasit malaria (Hayati et al., 2012).

Gambar11.19 Anting – anting (Acalypha indica L.). www.wikipedia.org. [16 Juli 2016]

Campuran batang dan daun anting-anting mengandung komponen β-sitosterol, daucosterol, saponin, tannin, minyak atsiri. Pada ekstrak etil asetat tanaman anting-anting mengandung tannin, alkaloid, dan steroid (Hayati et al., 2012). Pada penelitian sebelumnya hasil uji fitokimia dengan reagen dan KLT menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid (ekstrak etanol), steroid (ekstrak kloroform) dan triterpenoid (dalam ekstrak etanol dan n-heksan) (Hayati & Halimah., 2010).

Page 72: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Hasil penelitian uji aktivitas antimalaria secara in vivo pada hewan coba yang didapatkan adanya aktivitas penghambatan ekstrak etil asetat campuran batang dan daun terhadap pertumbuhan P.berghei pada dosis 0,01mg/gbb sebesar 87,19%, dosis 0,1mg/gbb sebesar 84,9 % dan pada dosis 1mg/gbb sebesar 90,74 %. Suatu ekstrak dikatakan mempunyai sifat antiplasmodium jika memberikan penghambatan parasit lebih dari 30% (Hayati et al., 2012).Senyawa golongan alkaloid dapat menghambat pertumbuhan parasit melalui transport intraseluler kolin. Begitu pula senyawa golongan terpenoid dapat menghambat pertumbuhan P.berghei melaui penghambatan sintesis protein pada sel mamalia dan parasit malaria (Hayati et al., 2012).

3. Cempedak (Artocarpus champeden (Lour.) Stokes)

168

3. Cempedak (Artocarpus champeden (Lour.) Stokes)

Gambar 11.20 Cempedak (Artocarpus champeden (Lour.) Stokes.). www.wikipedia.org. [16

Juli 2016]

Isolasi dari kulit batang cempedak menghasilkan senyawa flavonoid artoindonesianin E, heteroflavon C, artoindonesianin R, heterofilin, artoindonesianin A-2, sikloheterofilin, artonin A, dan dua senyawa baru yaitu artokarpon A dan artokarpon B. Dari kesembilan senyawa tersebut hanya artoindonesianin E yang tidak memiliki efektivitas antimalaria (Widyawaruyanti et al., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan pada kulit batang bahwa ekstrak diklorometana (IC50 = 0,99 μg/mL) memiliki aktivitas antimalaria yang lebih poten di-bandingkan ekstrak metanol (IC50 = 4,57 μg/mL). Dari ekstrak tersebut diperoleh senyawa flavonoid terprenilasi (prenylated flavonoid), heteroflavanon yang aktif menghambat pertumbuhan parasit malaria P. falciparum, dengan aktivitas senyawa lima kali lebih kuat dibandingkan antimalaria standar yaitu klorokuin. Kombinasi ekstrak etanol 80% cempedak 100 mg/kgBB D0-D2 dan Artesunat 36,4 mg/kgBB D0-D2 menunjukkan potensi keberhasilan paling besar sebagai parasit pada mencit yang diinfeksi parasit malaria (P. berghei) (Hafid et al., 2011).

Senyawa bioflavonoid memiliki target mekanisme aksi utama yaitu pada membran yang dibentuk oleh parasit malaria stadium intraeritrositik yaitu Jalur Permeasi Baru (NPP = New Permeation Pathway) melalui penghambatan transport nutrisi yang dibutuhkan parasit dan vakuola makanan parasit malaria yaitu dengan menghambat proses degradasi hemoglobin dan detoksifikasi heme. Senyawa artoindonesianin R, artoindonesianin A-2 dan senyawa baru artokarpon A mempunyai mekanisme aksi menghambat jalur permeasi baru (NPP) pada membrane eritrosit yang diinduksi oleh parasit (Widyawaruyanti et al., 2011).

Gambar 11.20 Cempedak (Artocarpus champeden (Lour.) Stokes.). www.wikipedia.org. [16 Juli 2016]

Page 73: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Isolasi dari kulit batang cempedak menghasilkan senyawa flavonoid arto-indonesianin E, heteroflavon C, artoindonesianin R, heterofilin, artoindonesianin A-2, sikloheterofilin, artonin A, dan dua senyawa baru yaitu artokarpon A dan artokarpon B. Dari kesembilan senyawa tersebut hanya artoindonesianin E yang tidak memiliki efektivitas antimalaria (Widyawaruyanti et al., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan pada kulit batang bahwa ekstrak diklorometana (IC50 = 0,99 μg/mL) memiliki aktivitas antimalaria yang lebih poten dibandingkan ekstrak metanol (IC50 = 4,57 μg/mL). Dari ekstrak tersebut diperoleh senyawa flavonoid terprenilasi (prenylated flavonoid), heteroflavanon yang aktif menghambat pertumbuhan parasit malaria P. falciparum, dengan aktivitas senyawa lima kali lebih kuat dibandingkan antimalaria standar yaitu klorokuin. Kombinasi ekstrak etanol 80% cempedak 100 mg/kgBB D0-D2 dan Artesunat 36,4 mg/kgBB D0-D2 menunjukkan potensi keberhasilan paling besar sebagai parasit pada mencit yang diinfeksi parasit malaria (P. berghei) (Hafid et al., 2011).

Senyawa bioflavonoid memiliki target mekanisme aksi utama yaitu pada membran yang dibentuk oleh parasit malaria stadium intraeritrositik yaitu Jalur Permeasi Baru (NPP = New Permeation Pathway) melalui penghambatan transport nutrisi yang dibutuhkan parasit dan vakuola makanan parasit malaria yaitu dengan menghambat proses degradasi hemoglobin dan detoksifikasi heme. Senyawa artoindonesianin R, artoindonesianin A-2 dan senyawa baru artokarpon A mempunyai mekanisme aksi menghambat jalur permeasi baru (NPP) pada membrane eritrosit yang diinduksi oleh parasit (Widyawaruyanti et al., 2011).

Page 74: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

4. Pinang (Areca catechu L.)

169

4. Pinang (Areca catechu L.)

Gambar 11.21 Pinang (Areca catechu L.) www.wikipedia.org [26 Juni 2016]

Ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) mengandung alkaloid, saponin,

cardenellin, bufadienol, tannin dan polifenol (Sa’roni & Adjirni, 2005). Aktivitas antelmintik ini berkaitan dengan kandungan senyawa tanin dari ekstrak etanol biji pinang yang mampu menghambat enzim,dan merusak membran pada parasit (Tiwow et al., 2013). Penelitian yang dilakukan Tiwow et al (2013) secara in vitro pada biji pinang memperoleh nilai PC50 sebesar 27,1206 yang dapat menyebabkan paralisis pada 50%, cacing Ascaris lumbricoides sebesar 27,12 %. Nilai LC50 27,116, artinya menyebabkan paralisis pada 50%, cacing Ascaridia gali sebesar 27,11 %. Dari pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji pinang konsentrasi 10 % mampu membuat cacing Ascaris lumbricoides paralisis dan pada konsentrasi 20 % mampu membuat cacing Ascaridia gali menjadi lisis. Ekstrak etanol biji pinang pada konsentrasi 30% lebih efektif daya antelmintiknya terhadap cacing Ascaris lumbricoides dan cacing Ascaridia gali (Tiwow et al., 2013).

Tanin bekerja dengan menghambat enzim dan merusak membran cacing yang akhirnya mengakibatkan proses metabolisme pencernaan terganggu sehingga cacing akan kekurangan nutrisi yang pada akhirnya cacing akan mengalami paralisis dan akhirnya mati karena kekurangan tenaga. Selain itu, tanin dapat mengikat telur cacing yang lapisan luarnya terdiri atas protein sehingga pembelahan sel di dalam telur tidak akan berlangsung pada akhirnya larva tidak terbentuk. Karena kerjanya inilah biji pinang dapat digunakan sebagai anthelmintik (Tiwow et al., 2013).

Gambar 11.21 Pinang (Areca catechu L.) www.wikipedia.org [26 Juni 2016]

Ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) mengandung alkaloid, saponin, cardenellin, bufadienol, tannin dan polifenol (Sa’roni & Adjirni, 2005).Aktivitas antelmintik ini berkaitan dengan kandungan senyawa tanin dari ekstrak etanol biji pinang yang mampu menghambat enzim, dan merusak membran pada parasit (Tiwow et al., 2013).Penelitian yang dilakukan Tiwow et al (2013) secara in vitro pada biji pinang memperoleh nilai PC50 sebesar 27,1206 yang dapat menyebabkan paralisis pada 50%, cacing Ascaris lumbricoides sebesar 27,12%. Nilai LC50 27,116, artinya menyebabkan paralisis pada 50%, cacing Ascaridia gali sebesar 27,11 %. Dari pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji pinang konsentrasi 10 % mampu membuat cacing Ascaris lumbricoides paralisis dan pada konsentrasi 20 % mampu membuat cacing Ascaridia gali menjadi lisis. Ekstrak etanol biji pinang pada konsentrasi 30% lebih efektif daya antelmintiknya terhadap cacing Ascaris lumbricoides dan cacing Ascaridia gali(Tiwow et al., 2013).

Tanin bekerja dengan menghambat enzim dan merusak membran cacing yang akhirnya mengakibatkan proses metabolisme pencernaan terganggu sehingga cacing akan kekurangan nutrisi yang pada akhirnya cacing akan mengalami paralisis dan akhirnya mati karena kekurangan

Page 75: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

tenaga. Selain itu, tanin dapat mengikat telur cacing yang lapisan luarnya terdiri atas protein sehingga pembelahan sel di dalam telur tidak akan berlangsung pada akhirnya larva tidak terbentuk. Karena kerjanya inilah biji pinang dapat digunakan sebagai anthelmintik (Tiwow et al., 2013).

5. Delima (Punica granatum L.)

170

5. Delima (Punica granatum L.)

Gambar 11.22 Delima (Punica granatum L.) (Manodeep et al, 2012)

Kandungan zat aktif pada tumbuhan delima diantaranya ellagitannin (12%),

triterpenoid, dan 0,5-1% alkaloid yang terdiri dari methylpelletierine, pelletierine, dan pseudopelletierine yang terkandung dalam kulit batang dan akarnya (Sandika et al., 2012). Selain itu kulit batang dan akar delima mengandung alkaloid piperidin, isopeletierin dan komponen tannin 22% (Wiryowidagdo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian secara in vitro disimpulkan bahwa air rebusan akar delima berpengaruh signifikan terhadap mortalitas A. suum Goesze. Selain itu, setelah 48 jam pemaparan, pada konsentrasi 64,68% dan ciri cacing yang mati memiliki tubuh yang lunak dan kutikula yang transparan (Sandika et al., 2012).

Alkaloid pelletierine seperti isopeletierin dapat mengakibatan paralisis (kelumpuhan) otot cacing bahkan dapat menyebabkan kematian pada dosis yang besar. Mekanisme kerja alkaloid sebagai anthelmintik adalah dengan menghambat kerja enzim asetilkoliesterase, sedangkan tannin dapat mengubah permeabilitas membran dan mendenaturasi protein, Sehingga, ekstrak kulit akar Punica granatum mempunyai aktivias anthelmintik terhadap Ascaridia gali maupu pada cacing pita (Sandika et al., 2012).

Gambar 11.22 Delima (Punica granatum L.) (Manodeep et al, 2012)

Kandungan zat aktif pada tumbuhan delima di antaranya ellagitannin (12%), triterpenoid, dan 0,5-1% alkaloid yang terdiri dari methylpelletierine, pelletierine, dan pseudopelletierine yang terkandung dalam kulit batang dan akarnya (Sandika et al., 2012). Selain itu kulit batang dan akar delima mengandung alkaloid piperidin, isopeletierin dan komponen tannin 22% (Wiryowidagdo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian secara in vitro disimpulkan bahwa air rebusan akar delima berpengaruh signifikan terhadap mortalitas A. suum Goesze. Selain itu, setelah 48 jam pemaparan, pada konsentrasi 64,68% dan ciri cacing yang mati memiliki tubuh yang lunak dan kutikula yang transparan (Sandika et al., 2012).

Alkaloid pelletierine seperti isopeletierin dapat mengakibatan paralisis (kelumpuhan) otot cacing bahkan dapat menyebabkan kematian pada dosis yang besar. Mekanisme kerja alkaloid sebagai anthelmintik adalah dengan

Page 76: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

menghambat kerja enzim asetilkoliesterase, sedangkan tannin dapat mengubah permeabilitas membran dan mendenaturasi protein, Sehingga, ekstrak kulit akar Punica granatum mempunyai aktivitas anthelmintik terhadap Ascaridia gali maupun pada cacing pita (Sandika et al., 2012).

6. Miana ((Coleus blumei Benth.)

171

6. Miana (Coleus blumei Benth.)

Gambar 11.23 Miana (Coleus blumei Benth.). www.wikipedia.org. [17 Juli 2016]

Ekstrak daun miana mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid,

steroid dan tannin serta saponin. kandungan senyawa steroid berupa campuran sterol terdiri dari 4 sterol dengan sitosterol dan stigmasterol sebagai komponen utama. Diduga senyawa golongan flavonoid dan steroid yang memiliki aktivitas anthelmintika terhadap cacing pita (Ridwan & Qurrota, 2007). Aktivitas anthelmintik ekstrak daun miana diamati dengan melihat waktu kematian cacing dalam serial konsentrasi sari miana (Secara in vitro). Pengamatan terhadap kematian cacing dilakukan mulai setengah jam pertama kemudian dilanjutkan setiap jam selama 24 jam. Hasil pengujian aktivitas anthelmintik secara in vitro pada sari Miana dari berbagai varietas memiliki aktivitas anthelmintika yang kuat terhadap cacing pita ayam. Aktivitas anthelmintik dapat dilihat dari waktu kematian cacing yang lebih cepat pada cacing yang direndam dalam sari miana dan antelmintika sinetis (sediaan albendazole) dibanding dengan kontrol NaCl fisiologis (P<0.05) (Ridwan & Qurrota, 2007).

Anthelmintik pada setiap kandungan senyawa daun miana ini berbagai macam. Misalnya pada senyawa fenol yang bersifat germisidal karena dalam konsentrasi tinggi menyebabkan koagulasi dan presipitasi protein sedangkan dalam konsentrasi rendah menyebabkan denaturasi protein tanpa koagulasi. Fenol yang berkontak dengan tubuh cacing pita, akan mudah diserap dan menyebabkan denaturasi protein dalam jaringan cacing menyebabkan kematian cacing (Ridwan & Qurrota, 2007).

Gambar 11.23 Miana (Coleus blumei Benth.). www.wikipedia.org. [17 Juli 2016]

Ekstrak daun miana mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, steroid dan tannin serta saponin. Kandungan senyawa steroid berupa campuran sterol terdiri dari 4 sterol dengan β sitosterol dan stigmasterol sebagai komponen utama. Diduga senyawa golongan flavonoid dan steroid yang memiliki aktivitas anthelmintika terhadap cacing pita (Ridwan&Qurrota, 2007). Aktivitas anthelmintik ekstrak daun miana diamati dengan melihat waktu kematian cacing dalam serial konsentrasi sari miana (Secara in vitro). Pengamatan terhadap kematian cacing dilakukan mulai setengah jam pertama kemudian dilanjutkan setiap jam selama 24 jam. Hasil pengujianHasil pengujian aktivitas anthelmintik secara in vitro pada sari Miana dari berbagai varietas

Page 77: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

memiliki aktivitas anthelmintika yang kuat terhadap cacing pita ayam. Aktivitas anthelmintik dapat dilihat dari waktu kematian cacing yang lebih cepat pada cacing yang direndam dalam sari miana dan antelmintika sinetis (sediaan albendazole) dibanding dengan kontrol NaCl fisiologis (P<0.05) (Ridwan(Ridwan &Qurrota, 2007).

Anthelmintik pada setiap kandungan senyawa daun miana ini berbagai macam. Misalnya pada senyawa fenol yang bersifat germisidal karena dalam konsentrasi tinggi menyebabkan koagulasi dan presipitasi protein sedangkan dalam konsentrasi rendah menyebabkan denaturasi protein tanpa koagulasi. Fenol yang berkontak dengan tubuh cacing pita, akan mudah diserap dan menyebabkan denaturasi protein dalam jaringan cacing menyebabkan kematian cacing (Ridwan &Qurrota, 2007).

7. Labu Merah(Cucurbita moschata Duch.)

172

7. Labu Merah (Cucurbita moschata Duch.)

Gambar 11.24 Labu Merah (Cucurbita moschata Duch.) (Zhou et al, 2007)

Ekstrak biji Labu Merah mengandung senyawa yang diduga mempunyai

aktivitas sebagai antelmintik. Senyawa yang dimaksud antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, dan asam amino kukurbitin.Senyawa kukurbitin merupakan senyawa turunan asam amino yang memiliki aktivitas anthelmintik. Aktifitas stimulant yang terdapat dalam kukurbitin mengakibatkan kontraksi kekejangan pada cacing. Senyawa ini berefek sinergin dengan arekolin hidrobromida. Flavonoid secara sistemik bertindak sebagai imunostimulator yang dapat meningkatkan respon tubuh hospes terhadap parasit. Kandungan senyawa fenol yang berkontak dengan tubuh cacing, akan cepat diserap dan menyebabkan denaturasi protein dalam jaringan cacing yang akhirnya menyebabkan kematian cacing (Moerfiah et al., 2012).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moerfiah (2012) menggunakan cacing Ascaridia gali yang direndam dalam ekstrak etanol biji labu merah (Cucurbita moschata) dengan konsentrasi 20%; 30%; 40% dan 50% diperoleh nilai EC50 ekstrak etanol biji Labu Merah 70% adalah 0,4801 dan nilai EC50 suspensi Piperazin sitrat sebesar 0,0169. Aktivitas anthelmintic yang terkandung dalam ekstrak etanol Labu Merah sebesar 1/48 kali kontrol positif Piperazin sitrat. daya antelmintik dari Piperazin sitrat sebesar 48 kali ekstrak etanol biji Labu Merah (Moerfiah et al, 2012). 11.4 TUBERKULUSIS 11.4.1 Pendahuluan

TBC/Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mycobacteria merupakan bakteri gram positif dan aerob (Tjay & Rahardja, 2007). Tuberkulosis dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang yang sehat melalui batuk atau bersin. Batuk atau bersin ini menjadi suatu “media” untuk bakteri bisa berpindah melalui udara. Beberapa tanda dan gejala tuberkulosis yaitu terjadi penurunan berat badan, lemah, batuk, demam, berkeringat di malam hari. Diagnosa yang dapat digunakan untuk tuberkulosis adalah cek kadar sel darah putih dan radiografi paru-paru (Dipiro et al, 2008).Menurut data statistic, IIndonesia menduduki posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429

Gambar 11.24 Labu Merah (Cucurbita moschata Duch.) (Zhou et al, 2007)

Ekstrak biji Labu Merah mengandung senyawa yang diduga mempunyai aktivitas sebagai antelmintik. Senyawa yang dimaksud antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, dan asam amino kukurbitin. Senyawa kukurbitin merupakan senyawa turunan asam amino yang memiliki aktivitas anthelmintik. Aktivitas stimulan yang terdapat dalam kukurbitin mengakibatkan kontraksi kekejangan pada cacing. Senyawa ini berefek sinergis dengan arekolin hidrobromida. Flavonoid secara sistemik bertindak

Page 78: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

sebagai imunostimulator yang dapat meningkatkan respon tubuh hospes terhadap parasit. Kandungan senyawa fenol yang berkontak dengan tubuh cacing, akan cepat diserap dan menyebabkan denaturasi protein dalam jaringan cacing yang akhirnya menyebabkan kematian cacing (Moerfiah et al., 2012).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moerfiah (2012) menggunakan cacing Ascaridia gali yang direndam dalam ekstrak etanol biji labu merah (Cucurbita moschata) dengan konsentrasi 20%; 30%; 40% dan 50% diperoleh nilai EC50 ekstrak etanol biji Labu Merah 70% adalah 0,4801 dan nilai EC50 suspensi Piperazin sitrat sebesar 0,0169. Aktivitas anthelmintic yang terkandung dalam ekstrak etanol Labu Merah sebesar 1/48 kali kontrol positif Piperazin sitrat. Daya antelmintik dari Piperazin sitrat sebesar 48 kali ekstrak etanol biji Labu Merah (Moerfiah et al, 2012).

11.4 TUBERKULOSIS

11.4.1 Pendahuluan

TBC/Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mycobacteria merupakan bakteri gram positif dan aerob (Tjay & Rahardja, 2007).Tuberkulosis dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang yang sehat melalui batuk atau bersin. Batuk atau bersin ini menjadi suatu “media” untuk bakteri bisa berpindah melalui udara. Beberapa tanda dan gejala tuberkulosis yaitu terjadi penurunan berat badan, lemah, batuk, demam, berkeringat pada malam hari. Diagnosa yang dapat digunakan untuk tuberkulosis adalah cek kadar sel darah putih dan radiografi paru-paru (Dipiro et al, 2008). Menurut data statistik, Indonesia menduduki posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia. Dari Global Report WHO 2010, total seluruh kasus TB di Indonesia tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (WHO, 2010).

Page 79: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

11.4.2 Fitoterapi Tuberkulosis

1. Kedondong hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz)

173

ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia. Dari Global Report WHO 2010, total seluruh kasus TB di Indonesia tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (WHO, 2010).

11.4.2 Fitoterapi Tuberkulosis 1. Kedondong hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz)

Gambar 11.25 Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz). www.mpbd.info. [17 Juli

2016]

Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil skrining fitokimia ekstrak daun kedondong hutan yakni berupa senyawa triterpenoid dan flavonoid. Setelah itu ekstrak daun kedondong hutan ditimbang dan dicampurkan dengan medium L-J sehingga diperoleh tiga seri konsentrasi yaitu 10, 50 dan 250 mg/mL untuk dilakukan uji aktivitas antituberkulosis (Dwija et al,2013). Hasil pengamatan dan perhitungan koloni bakteri, konsentrasi 50 dan 250 mg/mL memiliki hambatan yang baik karena memiliki potensi hambatan ≥ 90%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak methanol dari daun kedondong dapat dimanfaatkans ebagai terapi yang berpotensi sebagai anituberkulosis (Dwija et al,2013). Selain itu, disebutkan juga bahwa ekstrak n-Heksana daun kedondong hutan dengan konsentrasi 10 dan 50 mg/mL mempu menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas hambat rifampisin (Savitri et al, 2013). Ekstrak n-heksana kulit batang Spondias pinnata dinyatakan memiliki aktivitas antituberkulosis pada konsentrasi 100 mg/mL (Anggreni, 2014). Apabila dibandingkan aktivitas ekstrak n-heksana daun dengan ekstrak metanol daun kedondong hutan pada konsentrasi yang sama ekstrak n-heksana daun kedondong hutan menghasilkan aktivitas penghambatan yang lebih tinggi yakni 93,18% (Ramayati et al, 2013).

Mekanisme kerja antibakteri dari ekstrak kedondong hutan sesuai dengan senyawa aktifnya yaitu senyawa triterpenoid dan flavonoid. Mekanisme kerja senyawa golongan triterpen sebagai antibakteri belum diketahui dengan jelas, tetapi

Gambar 11.25 Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz). www.mpbd.info. [17 Juli 2016]

Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil skrining fitokimia ekstrak daun kedondong hutan yakni berupa senyawa triterpenoid dan flavonoid. Setelah itu ekstrak daun kedondong hutan ditimbang dan dicampurkan dengan medium L-J sehingga diperoleh tiga seri konsentrasi yaitu 10, 50 dan 250 mg/mL untuk dilakukan uji aktivitas antituberkulosis (Dwija et al,2013).Hasil pengamatan dan perhitungan koloni bakteri, konsentrasi 50 dan 250 mg/mL memiliki hambatan yang baik karena memiliki potensi hambatan ≥ 90%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak methanol dari daun kedondong dapat dimanfaatkan sebagai terapi yang berpotensi sebagai anituberkulosis(Dwija et al,2013). Selain itu, disebutkan juga bahwa ekstrak n-Heksana daun kedondong hutan dengan konsentrasi 10 dan 50 mg/mL mempu menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas hambat rifampisin (Savitri et al, 2013). Ekstrak n-heksana kulit batangSpondias pinnata dinyatakan memiliki aktivitas antituberkulosis pada konsentrasi 100 mg/mL (Anggreni, 2014). Apabila dibandingkan aktivitas ekstrak n-heksana daun dengan ekstrak metanol daun kedondong hutan pada konsentrasi yang sama ekstrak n-

Page 80: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

heksana daun kedondong hutan menghasilkan aktivitas penghambatan yang lebih tinggi yakni 93,18%(Ramayati et al, 2013).

Mekanisme kerja antibakteri dari ekstrak kedondong hutan sesuai dengan senyawa aktifnya yaitu senyawa triterpenoid dan flavonoid. Mekanisme kerja senyawa golongan triterpen sebagai antibakteri belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga triterpen bekerja dengan melisiskan dinding sel bakteri (Dwija et al,2013). Terpenoid dapat mengganggu pada bagian lipid di membran plasma bakteri, sehingga mengakibatkan kebocoran pada bagian intraseluler dan terjadinya perubahan permeabilitas membran (Ramayanti et al, 2013). Senyawa golongan flavonoid diduga mempu membentuk ikatan kompleks dengan protein yang terdapat pada dinding sel bakteri (Dwija et al,2013).

2. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

174

diduga triterpen bekerja dengan melisiskan dinding sel bakteri (Dwija et al,2013). Terpenoid dapat mengganggu pada bagian lipid di membran plasma bakteri, sehingga mengakibatkan kebocoran pada bagian intraseluler dan terjadinya perubahan permeabilitas membran (Ramayanti et al, 2013). Senyawa golongan flavonoid diduga mempu membentuk ikatan kompleks dengan protein yang terdapat pada dinding sel bakteri (Dwija et al,2013). 2. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

Gambar 11.26 Pegagan (Cantella asiatica (L.) Urban) (Orhan, 2012)

Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak herba pegagan (Centella asiatica)

menunjukkan positif mengandung senyawa golongan steroid, triterpenoid, alkoloid , saponin, tanin dan flavonoid (Prasetyorini et al, 2012). Pegagan mengandung asiatikosida, triterpenoid: madekasosida, asam madekasat, asam asiatat, bayogenin, asam indosentoat, 23-tetrahidroksiurs-28-oat, asam 2α, 3β, 20, asam terminolat, asam euskapat, asam 3β-6β-23-tri-hidroksiolean-12-en-28-oat, asam 3β-6β-23-tri-hidroksiurs-12-en-28-oat; flavonoid: kaempferol, kuarsetin; saponin: sentelasapogenol A, sentelasaponin A, B, dan D; dan poliasetilen: kadiyenol, sentelin, asiatisin dan sentelisin (BPOM RI, 2010).

Hasil analisis kandungan asiatikosida menggunakan TLC Scanner pada ekstrak herba pegagan adalah 8,65% dan nilai Rf pengujian asiatikosida dalam ekstrak didapat 0,81 sedangkan nilai Rf standar asiatikosida sebesar 0,80. Asiatikosida merupakan triterpenoid glikosida yang terkandung dalam tanaman pegagan yang salah satunya memiliki aktivitas dapat melawan Mycobacterium tuberculosis (Prasetyorini et al ,2012).

Gambar 11.26 Pegagan (Cantella asiatica (L.) Urban) (Orhan, 2012)

Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak herba pegagan (Centella asiatica) menunjukkan positif mengandung senyawa golongan steroid, triterpenoid, alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid (Prasetyorini et al,2012). Pegagan mengandung asiatikosida, triterpenoid: madekasosida, asam madekasat, asam asiatat, bayogenin, asam indosentoat, 23-tetrahidroksiurs-

Page 81: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

28-oat, asam 2α, 3β, 20, asam terminolat, asam euskapat, asam 3β-6β-23-tri-hidroksiolean-12-en-28-oat, asam 3β-6β-23-tri-hidroksiurs-12-en-28-oat; flavonoid: kaempferol, kuarsetin; saponin: sentelasapogenol A, sentelasaponin A, B, dan D; dan poliasetilen: kadiyenol, sentelin, asiatisin dan sentelisin (BPOM RI, 2010).

Hasil analisis kandungan asiatikosida menggunakan TLC Scanner pada ekstrak herba pegagan adalah 8,65% dan nilai Rf pengujian asiatikosida dalam ekstrak didapat 0,81 sedangkan nilai Rf standar asiatikosida sebesar 0,80. Asiatikosida merupakan triterpenoid glikosida yang terkandung dalam tanaman pegagan yang salah satunya memiliki aktivitas dapat melawan Mycobacterium tuberculosis (Prasetyorini et al ,2012).

3. Bidara Upas(Merremia mammosa Hall)

175

3. Bidara Upas (Merremia mammosa Hall)

Gambar 11.27 Bidara Upas (Merremia mammosa Hall). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air umbi bidara upas

mengandung senyawa golongan polifenol, ekstrak n-heksana mengandung senyawa golongan triterpenoid dan terpenoid, dan ekstrak metanol mengandung senyawa golongan polifenol dan flavonoid. Uji daya hambat Mycobacterium tuberculosis menunjukkan bahwa ekstrak air memberikan konsentrasi hambatan minimum (KHM) sebesar 400 μg/ml, ekstrak n-heksana 400 μg/ml, dan ekstrak metanol 500 μg/ml. Hasil tersebut diperkuat melalui uji Basil Tahan Asam (BTA) yang menggunakan pewarnaan Zielh-Neelsen dan uji niacin. Hasil uji toksisitas akut dan sub kronik menggunakan ekstrak n-heksana dan metanol umbi bidara upas menunjukkan gambaran bahwa kedua ekstrak tersebut relatif aman untuk digunakan, karena tidak menyebabkan kematian hewan percobaan mencit dan tikus yang digunakan (Agil et al, 2010).

4. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Gambar 11.28 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Gambar 11.27 Bidara Upas (Merremia mammosa Hall). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air umbi bidara upas mengandung senyawa golongan polifenol, ekstrak n-heksana mengandung senyawa golongan triterpenoid dan terpenoid, dan ekstrak metanol me-

Page 82: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

ngandung senyawa golongan polifenol dan flavonoid. Uji daya hambat Mycobacterium tuberculosis menunjukkan bahwa ekstrak air memberikan konsentrasi hambatan minimum (KHM) sebesar 400 μg/ml, ekstrak n-heksana 400 μg/ml, dan ekstrak metanol 500 μg/ml. Hasil tersebut diperkuat melalui uji Basil Tahan Asam (BTA) yang menggunakan pewarnaan Zielh-Neelsen dan uji niacin. Hasil uji toksisitas akut dan sub kronik menggunakan ekstrak n-heksana dan metanol umbi bidara upas menunjukkan gambaran bahwa kedua ekstrak tersebut relatif aman untuk digunakan, karena tidak menyebabkan kematian hewan percobaan mencit dan tikus yang digunakan (Agil et al, 2010).

4. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

175

3. Bidara Upas (Merremia mammosa Hall)

Gambar 11.27 Bidara Upas (Merremia mammosa Hall). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air umbi bidara upas

mengandung senyawa golongan polifenol, ekstrak n-heksana mengandung senyawa golongan triterpenoid dan terpenoid, dan ekstrak metanol mengandung senyawa golongan polifenol dan flavonoid. Uji daya hambat Mycobacterium tuberculosis menunjukkan bahwa ekstrak air memberikan konsentrasi hambatan minimum (KHM) sebesar 400 μg/ml, ekstrak n-heksana 400 μg/ml, dan ekstrak metanol 500 μg/ml. Hasil tersebut diperkuat melalui uji Basil Tahan Asam (BTA) yang menggunakan pewarnaan Zielh-Neelsen dan uji niacin. Hasil uji toksisitas akut dan sub kronik menggunakan ekstrak n-heksana dan metanol umbi bidara upas menunjukkan gambaran bahwa kedua ekstrak tersebut relatif aman untuk digunakan, karena tidak menyebabkan kematian hewan percobaan mencit dan tikus yang digunakan (Agil et al, 2010).

4. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Gambar 11.28 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Gambar 11.28 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Daun mengkudu mengandung terpenoid, flavonoid, saponin, glikosida alkaloid (Mahmudah, 2011). Dalam banyak penelitian disebutkan bahwa mengkudu diketahui memiliki aktivitas sebagai anti TBC. Senyawa yang terkandung dalam mengkudu antara lain acubin, alizarin, antraquinon. xeronine, proxeronine, saponin, minyak atsiri, dan alkaloid, dan terpenoid, scolopetin, senyawa fenolik, yaitu tannin dan flavonoid (Rifdayani et al, 2014).

Page 83: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi dahak BTA (Basil Tahan Asam) pada kelompok yang diberi kombinasi ekstrak yang mengandung mengandung mengkudu sebagai obat penunjang sejak minggu ke-2 lebih cepat dibandingkan dengan kelompok plasebo. Konversi dahak secara statistik lebih bermakna pada minggu ke-8. Keadaan umum penderita berdasarkan skor Karnofsky menunjukkan perbaikan yang lebih besar pada kelompok yang diberi ekstrak dibandingkan dengan kelompok yang diberi placebo pada minggu ke-2 hingga minggu ke-8 (Febrina, 2007).

5. Singawalang (Petiveria alliacea L.)

176

Daun mengkudu mengandung terpenoid, flavonoid, saponin, glikosida alkaloid (Mahmudah, 2011). Dalam banyak penelitian disebutkan bahwa mengkudu diketahui memiliki aktivitas sebagai anti TBC. Senyawa yang terkandung dalam mengkudu antara lain acubin, alizarin, antraquinon. xeronine, proxeronine, saponin, minyak atsiri, dan alkaloid, dan terpenoid, scolopetin, senyawa fenolik, yaitu tannin dan flavonoid (Rifdayani et al, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi dahak BTA (Basil Tahan Asam) pada kelompok yang diberi kombinasi ekstrak yang mengandung mengandung mengkudu sebagai obat penunjang sejak minggu ke-2 lebih cepat dibandingkan dengan kelompok plasebo. Konversi dahak secara statistik lebih bermakna pada minggu ke-8. Keadaan umum penderita berdasarkan skor Karnofsky menunjukkan perbaikan yang lebih besar pada kelompok yang diberi ekstrak dibandingkan dengan kelompok yang diberi placebo pada minggu ke-2 hingga minggu ke-8 (Febrina, 2007). 5. Singawalang (Petiveria alliacea L.)

Gambar 11.29 Singalawang (Petiveria alliacea L.). www.cabi.org. [18 Juli 2016]

Hasil ekstrak etanol singawalang mengandung alkaloid, flavonoid dan tannin

(Mulyani et al, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada media biakan Lowenstein-Jennsen yang ditambahkan ekstrak daun Peteveria alliacea baik pada dosis 15 mg/ml, 22,5 mg/ml, 27,5 mg/ml, 32,5 mg/ml, 50 mg/ml tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada kontrol negatif nampak pertumbuhan kuman sedangkan pada kontrol positif yang diberi antibiotika rifampisin juga tidak ditemukan adanya pertumbuhan kuman (Mustika et al, 2013).

Gambar 11.29 Singalawang (Petiveria alliacea L.). www.cabi.org. [18 Juli 2016]

Hasil ekstrak etanol singawalang mengandung alkaloid, flavonoid dan tannin (Mulyani et al, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada media biakan Lowenstein-Jennsen yang ditambahkan ekstrak daun Peteveriaalliacea baik pada dosis15 mg/ml, 22,5 mg/ml, 27,5 mg/ml, 32,5 mg/ml, 50 mg/ml tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada kontrol negatif nampak pertumbuhan kuman sedangkan pada kontrol positif yang diberi antibiotika rifampisin juga tidak ditemukan adanya pertumbuhan kuman (Mustika et al, 2013).

Page 84: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

6. Legundi (Vitex trifolia L.)

177

6. Legundi (Vitex trifolia L.)

Gambar 11.30 Legundi (Vitex trifolia L.). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Tanaman legundi secara empiris terutama daunnya banyak sekali dimanfaatkan

untuk penyembuhkan berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah untuk mengobati tuberkulosis. Tanaman legundi mengandung alkaloid berupa vitisin, viteksikarpin, flavonoid, kastisin, saponin, aucubin, agnosida, erostosida, asam vanilik dan minyak atsiri sineol (Nikham, 2006). Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak kloroform dan ekstrak metanol daun legundi mempunyai kemampuan membunuh Mycobacterium tuberculosis. Mekanisme aktivitas antibakteri dari tanaman ini dapat dihubungkan dengan kandungan senyawa yang terdapat dalam legundi yakni diantaranya senyawa flavonoid, minyak atsiri dan saponin. Flavonoid dan minyak atsiri merupakan senyawa yang dapat membunuh bakteri dengan cara mengkoagulasi atau mendenaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel lisis dengan cara mengubah struktur membran sel sehingga terjadi kebocoran isi sel. Sedangkan mekanisme saponin yaitu dengan merusak membran lipid sehingga dapat menembus dinding sel dan membunuh bakteri (Karuniawati et al, 2009).

Gambar 11.30 Legundi (Vitex trifolia L.). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Tanaman legundi secara empiris terutama daunnya banyak sekali dimanfaatkan untuk penyembuhkan berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah untuk mengobati tuberkulosis. Tanaman legundi mengandung alkaloid berupa vitisin, viteksikarpin, flavonoid, kastisin, saponin, aucubin, agnosida, erostosida, asam vanilik dan minyak atsiri sineol (Nikham, 2006). Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak kloroform dan ekstrak metanol daun legundi mempunyai kemampuan membunuh Mycobacterium tuberculosis. Mekanisme aktivitas antibakteri dari tanaman ini dapat dihubungkan dengan kandungan senyawa yang terdapat dalam legundi yakni di antaranya senyawa flavonoid, minyak atsiri dan saponin. Flavonoid dan minyak atsiri merupakan senyawa yang dapat membunuh bakteri dengan cara mengkoagulasi atau mendenaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel lisis dengan cara mengubah struktur membran sel sehingga terjadi kebocoran isi sel. Sedangkan mekanisme saponin yaitu dengan merusak membran lipid sehingga dapat menembus dinding sel dan membunuh bakteri (Karuniawati et al, 2009).

Page 85: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

11.5 DAFTAR PUSTAKA

Agil, M., N. E. Sugianto, R. R. Widyowati, N. Purwitasari. 2010. Uji Daya Hambat Mycobacterium Tuberculosis Dari Umbi Bidara Upas (Merremia Mammosa Hall).Fakultas Farmasi DIPA-RM STRATNAS.

Angelica, N. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees)) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (2).

Anggreni, M, Ariantari, N.P dan Dwija, I.B.N.P. 2014. Aktivitas Antituberkulosis Ektrak N-heksana Kulit Batang Spondias pinnata terhadap Isolat Mycobacterium tuberculosis Strain Multidrug Resistant. Skripsi. Universitas Udayana.

Arundhina, E. C. J. Soegihardjo, B. Boy Rahardjo, S. 2014. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alamanda (Allamanda Cathartica L.) Sebagai Antijamur Terhadap Candida Albicans Dan Pityrosporum Ovale Secara In Vitro. Fakultas Farmasi Sanata Dharma.Yogyakarta. Hal. 2-15

Aprilia, F. dan Subakir. 2010. Efektifitas Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) 3,13% Dibandingkan Ketokonazol 2% Terhadap Pertumbuhan Malassezia Sp. Pada Ketombe. Artikel Penelitian. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

BPOM RI. 2010. Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat Pegagan (Centella asiatica (L) Urban). BPOM RI, Jakarta.

Chakrapani Ayurveda Clinic & Research Center India, diambil dari: URL: http://bestturmeric.com/. diakses 11 April 2016.

Chudiwal, A.K., Jain, D.P., Somani, R.S. 2010. Alpinia galangaWilld.–An overview on phyto-pharmacological properties. Indian Journal of Natural Products and Resources. Jun 2010; 1(2): 143-149.

Darnely., dan Sungkar. S.2011. Infeksi Parasit Usus pada Anak Panti Asuhan, di Pondok Gede, Bekasi. J Indon Med Assoc, Volum: 61 (9).

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 86: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Dewi, S., N. Handayani, S. Ngaisah, & E.N. Setyowati. 2013. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Rav.). ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 9 (2) : 33 – 40.

Dipak, G., Axay, P., Manodeep, C., Jagdish, K.V. 2012. Phytochemical And Pharmacological Profile of Punica Granatum: An Overview. International Research Journal of Pharmacy. 3(2): 65-68.

Dipiro, J.T., B.G. Wells, T.L. Schwinghammer, & C.V. Dipiro. 2008. Pharmacotherapy Handbook Seventh Editon. The Mc-Graw Hill Companies. New York.

Dwija, I.B. N. P., I. K. Juniarta, S. C. Yowani dan N.P. Ariantari. 2013. Aktivitas Antituberkulosis Ekstrak Metanol Daun Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.F.) Kurz.). Jurnal Kimia 7 (1), Januari 2013 : 25-30. ISSN 1907-9850.

Dwithania, M., Nuzulia, I., & Rosfita, R. 2013. Insiden Malaria di Puskesmas Sungai Durian dan Puskesmas Talawi Kota Sawahlunto Bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 2(2).

Febrina, E. 2007. Uji Khasiat dan Keamanan Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah dan Buah Mengkudu pada Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif dan Lanjutan. Tesis Program Studi Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Fitrianingsih, S, Supriyatna., Diantini, A., Muis, A., 2010. Aktivitas Antiplasmodium Ekstrak Etanol Beberapa Tanaman Obat Terhadap Mencit yang Diinfeksi Plasmodium berghei. Prosiding SNaPP2010 Edisi Eksakta. ISSN : 2089-3582.

Gholib, D. 2010. Pengujian Penggunaan Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Kelinci Yang Diinfeksi Dermatofit Trichophyton Mentagrophytes.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. hal: 808-803.

Gunawan, I.W.G., I.G.A.G. Bawa, & N.L. Sutrisnayanti. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn). Jurnal Kimia 2 (1) : 31 – 39.

Page 87: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Gupta, S.K., dan Sharma, A. 2014. Medicinal properties of Zingiber officinale Roscoe – AReview. Journal of Pharmacy and Biological Sciences. Sep – Oct 2014; 9(5): 124 – 129.

Hafid, A.F, Maharani, W.T, Aty W. 2011. Model Terapi Kombinasi Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak (Artocarpus Champeden Spreng.) dan Artesunat pada Mencit Terinfeksi Parasit Malaria. J Indon Med Assoc, Vol. 61(4). Hal 161-167.

Handajani, N., dan Purwoko, T,. 2008. Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia Galanga) Terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus Spp. Penghasil Aflatoksin Dan Fusarium Moniliforme. Biodiversitas. 9(3). Hal 161-164. ISSN: 1412-033X.

Hatijah, St., D.R. Husain, & Sartini. 2014. Bioaktivitas Minyak Atsiri Umbi Lapis Bawang Merah Allium cepa L. Lokal Asal Bima terhadap Bakteri Streptocccus mutans Penyebab Karies Gigi. Naskah Publikasi Universitas Hasanuddin.

Hayati, E.K, dan Halimah, N. 2010. Phytochemical Test and Brine Shrimp Lethality Test Against Artemia salina Leach of Anting anting (Acalypha indica Linn) Plant Extract. Alchemy. Vol. 1(2). Hal 53-103.

Hayati, E.K, Jannah, A., & Ningsih, R. 2012. Identifikasi Senyawa dan Aktivitas Antimalaria in vivo Ekstrak Etil Asetat Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.). Molekul. Vol. 7(1). Hal 20-32.

Herbowo, dan Firmansyah, A. 2003. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatri. Vol 4(4). Hal 198-203.

Hossain, Md.S., Urbi, Z., Sule, A., Rahman, K.M.H. 2014, Andrographispaniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees:A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology. The Scientific World Journal. 2014; 1-28.

Invasive Species Compendium, diambil dari: URL: http://www.cabi.org/isc/datasheet/70236. diakses 18 Juli 2016.

Japardi, I. 2002. Infeksi Parasit dan Jamur pada Susunan Saraf Pusat. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Page 88: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

Joshi, S.C., and Jain, P.K. 2014. A Review On Hypolipidaemic And Antioxidant Potential Of Some Medicinal Plants. World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences. 3(11): 357-380.

Karuniawati, H., S. Iravati & P. Indrayudha. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform dan Metanol daun Legundi (Vitex trifoli Linn.) terhadap Mycobacterium tuberculosis H37Rv dan Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Pharmacon. 10: 13-16

Kulsum, A. 2014. Aktifitas Antifungi Ekstrak Bawang Putih dan Black Garlic Varieas Lumbu Hijau Dengan Metode Ekstraksi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans. Naskah Publikasi. Fakultas Keguruan Dan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal: 1-14.

Mahatriny, Payani, N.P.S., Oka, Astuti. 2014. skrining fitokimia ekstrak etanol daun pepaya (carica papaya l.) yang diperoleh dari daerah Ubud, kabupaten Gianyar, Bali. Universitas UDAYANA. Bali.

Matyasari, G.M. Murkati,. Djumarga, S., 2010. Perbedaan Efek AntiFungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (Piper betle) Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crotatum) dan Resik V-Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In-Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Unversitas Sebelas Maret Surakarta. Hal 1-46.

Medical Plants of Bangladesh, diambil dari: URL: http://www.mpbd.info/plants/spondias-pinnata.php. diakses 17 April 2016.

Moerfiah.,Muztabadihardja., Winardiana, Y. 2012. Efektivitas ekstrak etanol biji labu merah (cucurbita moschata ) sebagai antelmintik terhadap cacing ascaridia gali secara in vitro. Ekologia. Vol 13 (1). Hal: 12-18.

Moghadamtousi, S.Z., Fadaeinasab, M., Nikzad, S., Mohan, G., Ali, H.M., Kadir, H.A. 2015. Annona muricata (Annonaceae): A Review of Its Traditional Uses, Isolated Acetogenins and Biological Activities. International Journal of Molecular Sciences. 16: 15625-15658.

Mustika, A., R. Indrawati & N. Fatimah. 2013. Ethanol Extract from Petiveria Alliacea (Singolawang) Inhibits The Growth of Mycobacterium tuberculosis In Vitro. Folia Medica Indonesiana. 49: 51-54.

Nafrialdi, Setiawan, A,. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Page 89: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Namita, P., Mukesh, R., Vijay, K.J. 2012. Camellia sinensis (Green Tea): A Review. Global Journal of Pharmacology. 6(2): 52-59.

NIH (National Institute of Allergy and Infectious Diseases). 2015. Bacterial Infections.Http://Www.Nlm.Nih.Gov/Medlineplus/Bacterialinfections.Html(Diakses Tanggal 25 Maret 2015)

Nikham. 2006. Kepekaan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa terhadap Ekstrak daun Legundi (Vitex trifolia Linn.) Iradiasi, hal 153-159. Dalam Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isolop dan Radiasi tahun 2006.Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Batan.

Noer, S.F. 2012. Pola Bakteri dan Resistensinya terhadap Antibiotik yang Ditemukan pada Air dan Udara Ruang Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Majalah Farmasi dan Farmakologi 16 (2) : 73 – 78.

Nurhayati, I. Ammi, S., Yanti, H. 2007. Aktivitas Antifungi Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria Porri Ellis Secara In Vitro. Jurusan Pendidikan Biologi Fmipa Upi. Hal: 1-8.

Organ, I.E. 2012. Centella asiatica (L.) Urban: From TraditionalMedicine toModernMedicine with Neuroprotective Potential. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. 2012: 1-8.

Paithankar, V.V., Raut, K.S., Charde R.M., Vyas J.V. 2011. Phyllanthus Niruri: A magic Herb. Research in Pharmacy. 1(4): 1-9.

Pattianakotta, M., Fatimawali, & Supriati, H. 2014. Formulasi dan UjiEfektivitas Sediaan Sirup Ekstrak Etanol Biji Pepaya (carica papaya l.) Sebagai Antelmintik Terhadap Cacing Ascaridia galisecara in vitro. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Vol. 3(4). ISSN:2302-2493.

Plants and Flowers, diambil dari: URL: http://www.plantsrescue.com/piper-crocatum/. diakses 11 April 2016.

Prasetyorini, B. Lohitasari & A. Amirudin. 2012. Formulasi Granul Instan Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica) dan Analisis Asiatikosida. Ekologia. 13: 19-25.

Page 90: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

Rahayu, P. 2013. Konsentrasi Hambat Minimum (Khm) Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Unuversitas Hasanuddin Makassar. Hal: 1-44

Ramadanti, I.A. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) terhadap Bakteri Escherichia coli In vitro. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ramayati, N.P.A, Ariantari, N.P dan Dwija, I.B.N.P. 2013. Aktivitas Antituberkulosis Kombinasi Ekstrak N-heksana Daun Kedondong Hutan Dengan Rifampisin terhadap Isolat Mycobacterium tuberculosis STRAIN MDR. Jurnal Farmasi Udayana Volume 2.

Rehena, J.F. 2010. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya. LINN) sebagai Antimalaria in vitro. Jurnal ILMU DASAR Vol. 11 (1). Hal 96-100.

Ridwan, Y., dan Qurrota, A. 2007. Fitokimia dan Aktivitas AnthelmintikaFitokimia dan Aktivitas Anthelmintika terhadap Cacing Pita Ayam dari beberapa Varietas Miana (Coleus blumei .. benth) secara) secara In Vitro. Jurnal Protein. Vol 14 (1).

Rifdayani, N., L. Y. Budiarti & A. N. Carabelly. 2014. Perbandingan Efek Bakterisidal Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia Liin) 100% dan Povidone Iodine 1% terhadap Streptococcus mutans In Vitro. Jurnal Kedokteran Gigi. 2: 1-6.

Sandhya, B., Rambabu, T., Gupta, R.K., Chaudary, P., Vidyanath, R. 2012. Kitchen Remedies for Common Maladies. International Journal of Pharmaceutical and Phytopharmacological Research. 2(2): 143-141.

Sandika, B., Raharjo & Nur, D. 2012. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Akar Delima (Punica granatumL.) terhadap MortalitasAscaris suumGoesze. SecaraIn Vitro. Lentera Bio. Vol 1(2). Hal 81-86.

Sari, Y.D. S.N. Djannah, & L.H. Nurani. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) Secara In Vitro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Kes Mas 4 (3) : 144 – 239.

Page 91: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Sari, K.I.P. Periadnadi. Nasril, N. 2013. Uji Antimikroba Ekstrak Segar Jahe-Jahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli Dan Candida Albicans.Jurnal Biologi Universitas Andalas. (J. Bio. UA.) 2(1) : 21-24 ISSN : 2303-2162.

Sa’roni, dan Adjirni. 2005. Spesifikasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L) Asal Tawangmangu serta Toksisitas Akut dan Khasiat Hemostatiknya pada Hewan Coba. Media Litbang Kesehatan. Vol XV (1). Hal 1-5.

Savitri, L.P.V.A, Ariantari, N.P dan Dwija, I.B.N.P. Potensi Antituberkulosis Ekstrak N-Heksana Daun Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz.). Jurnal Farmasi Udayana Volume 2.

Sawitti, M.Y., H. Mahatimi, & I.N.K. Besung. 2013. Daya Hambat Perasan Daun Sambiloto terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Indonesia Medicus Veterinus 2 (2) : 142 – 150.

Setyarini, P. S, dan Krisnansari, D. 2011. Perbandingan Efek Antifungi Ekstrak Lengkuas(Alpinia Galanga Linn) Dengan Ketokonazol Pada Isolat Malassezia Furfur. Mandala of Health. 5( 2).

Sinaga, R.S. Subakir,. Wahyudi, F. 2012. Uji Banding Efektivitas Perasan Jeruk Purut (Citrus Hystrix Dc) Dengan Zinc Pyrithione 1% Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum Ovale Pada Penderita Berketombe. Hasil Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Sofia,. dan Subakir,. 2006. Uji Banding Efektifitas Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) 6% Dengan Ketokonazol 2% Secara Invitro Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Pada Kandidiasis Vaginalis. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Sukadana, I.M., S.R. Santi, & N.K. Juliarti. 2008. Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid dari Biji Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Kimia 2 (1) : 15 – 18.

Sulistyawati, D,.dan Mulyati, S. 2009. Uji Aktivitas Antijamur Infusa Daun Jambu Mete (Anacardium occidentale, L) Terhadap Candida albicans. Biomedika 2(1). Hal: 47-51. ISSN 1979-35X.

Page 92: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Sunanti. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Salmonella typhimurium. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Surono, A.S. 2013. Aktibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (1).

Tiwow. D, Bodhi. B, &Kojong, S.K. 2013. Uji Efek Antelmintik Ekstrak Etanol Biji Pinang (Arecacatechu) Terhadap Cacing Ascaris lumbricoides danAscaridia gali Secara In Vitro. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 2(2). ISSN 2302 – 2493.

Tjay, T. H dan Kirana Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Penggunaan, dan Efek Sampingnya Edisi ke VI. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Utami, A. dan Subakir,. 2006. Uji Banding Efektivitas Perasan Umbi Bawang Putih (Allium Sativum Linn.) 25% Dengan Ketokonazol 2% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Pada Kandidiasis Vaginalis. Artikel Karya Tulis Ilmiah. hal: 1-10.

Widyawaruyanti, A., Zaini, N., Syafruddin., 2011. Mekanisme dan Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid yang Diisolasi dari Cempedak (Artocarpus Champeden). JBP Vol. 13(2). Hal 67-77.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Acalypha_indica. diakses 16 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Allamanda_cathartica. diakses 16 Juli 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL:https://en.wikipedia.org/wiki/Areca_catechu. diakses 26 Juni 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Artocarpus_integer. diakses 16 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Averrhoa_bilimbi. diakses 1 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Bidara_upas. diakses 18 Juli 2016.

Page 93: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Cashew. diakses 11 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Cinnamomum_burmannii. diakses 11 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL:https://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_purut. diakses 16 Juli 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Morinda_citrifolia. diakses 11 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Papaya. diakses 11 April 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Plectranthus_scutellarioides. diakses 17 April 2016.

Gambar 11.30 Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Vitex_trifolia. diakses 18 Juli 2016.

Wiryowidagdo, S. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran :EGC. Jakarta.

Wiyarti, D. 2013. Aktivitas Antibakteri Fraksi Metanol Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) O.K) terhadap Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus serta Bioautografinya. Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Zhou, T., Kong, Q., Huang, J., Dai, R., Li, Q. 2007. Characterization of Nutritional Components and Utilization of Pumpkin. Food. 1(2): 313-321.

Page 94: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

Page 95: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

BAB XIIGANGGUAN HEPAR

12.1 HEPATITIS

12.1.1 Pendahuluan

Hepatitis merupakan semua jenis peradangan pada hati (liver) yang disebakan oleh berbagai macam patogen, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional (Dipiro et al, 2000). Hepatitis atau radang hati dapat berupa kelainan proses akut dan kronis. Hepatitis akut apabila kondisi peradangan hanya berlangsung singkat. Sedangkan kronis bila kondisi peradangannya sampai lebih dari 6 bulan proses masih terus berlangsung baik berupa peradangan, kelainan uji fungsi hati atau menetapnya parameter HbsAg+ dan anti-HCV+. Hepatitis dapat berlanjut menjadi sirosis hati, karsinoma hati primer sampai gagal hati (Wahyuni et al, 2013)

Penyakit Hepatitis kerap dijumpai di Indonesia, dan akan berakibat fatal bila penyakit ini menjadi kronig. Penularan hepatitis A melalui feses dan dapat sembuh sendiri. Sedangkan hepatitis B dan C penularan penyakitnya secara parenteral dan sering menjadi menahun dan berakibat fatal. Saat ini ada berbagai macam tipe Hepatitis yang disebabkan oleh berbagai macam virus (Chodidjah et al, 2007). Berdasarkan penyebabnya hepatitis diklasifikasikan rnenjadi HAV (Hepatiris A Virus), HBV (Hepatitis B Virus), HCV (Hepatitis C Virus), dan HEV (Hepatitis E Virus) (Rulistiana et al, 2008). Penyakit Hepatitis B dan C merupakan bentuk infeksi kronik yang dapat dengan mudah ditularkan melalui jalur parenteral, seksual dan ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya. Bahkan, hepatitis B dan C ini dapat menjadi kronik dan dapat berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun terinfeksi oleh virus (Chodidjah et al, 2007).

Hepatitis kronis merupakan masalah besar di dunia termasuk di Indonesia. Bila seseorang terkena hepatitis kronis dapat berkembang

Page 96: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

progresif menjadi sirosis hati dan akhirnya kanker hati pada 20-30 % kasus. Virus hepatitis B dan virus hepatitis C merupakan penyebab utama hepatitis kronis. Pada laporan sebelumnya, virus hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia dan sekitar 240 juta merupakan pengidap virus hepatitis B kronis. Penduduk Indonesia yang telah terinfeksi hepatitis B sekitar 23 juta orang. Menurut World Health Organization (WHO) penduduk dunia yang terinfeksi virus hepatitis C sekitar 170 juta orang dan sekitar 90% berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati (Marinda, 2014).

12.1.2 Fitoerapi Hepatitis

1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

186

12.1.2 Fitoerapi Hepatitis 1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar 12.1 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). www.globinmed.com. [4 April

2016]

Temulawak mengandung komponen utama yaitu 1,6-2,2 % kurcumin dan 1,48-1,63% minyak astiri (Oktaviana, 2010). Selain itu juga mengandung pati, kurkuminoid, serat kasar, abu, protein, mineral, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, tumerol, xanthorrhizol, zingiberen, zingeberol, dan juga analog curcumin antara lain demetoxycurcumin, bisdemetoxycurcumin serta banyak zat aktif lainnya. Komponen senyawa yang bertindak sebagai antioksidan dari rimpang temulawak adalah flavonoid, fenol dan kurkumin (Marinda, 2014).

2. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Gambar 12.2 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam buah mengkudu,

diantaranya adalah skopoletin, damnakantal, prokseronin dan prokseroninase (Sasmito et al, 2006). Ekstrak buah mengkudu diduga memiliki aktivitas sebagai immunomodulator, terutama optimal pada ekstrak n-heksana 10%, dapat meningkatkan jumlah IgM, IgG, menurunkan kadar SGPT, dan dapat memperbaiki

Gambar 12.1 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). www.globinmed.com. [4 April 2016]

Temulawak mengandung komponen utama yaitu 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63% minyak astiri (Oktaviana, 2010). Selain itu juga mengandung pati, kurkuminoid, serat kasar, abu, protein, mineral, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, tumerol, xanthorrhizol, zingiberen, zingeberol, dan juga analog kurkumin antara lain demetoxycurcumin, bisdemetoxycurcumin serta banyak zat aktif lainnya. Komponen senyawa yang bertindak sebagai antioksidan dari rimpang temulawak adalah flavonoid, fenol dan kurkumin (Marinda, 2014).

Page 97: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

2. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

186

12.1.2 Fitoerapi Hepatitis 1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar 12.1 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). www.globinmed.com. [4 April

2016]

Temulawak mengandung komponen utama yaitu 1,6-2,2 % kurcumin dan 1,48-1,63% minyak astiri (Oktaviana, 2010). Selain itu juga mengandung pati, kurkuminoid, serat kasar, abu, protein, mineral, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, tumerol, xanthorrhizol, zingiberen, zingeberol, dan juga analog curcumin antara lain demetoxycurcumin, bisdemetoxycurcumin serta banyak zat aktif lainnya. Komponen senyawa yang bertindak sebagai antioksidan dari rimpang temulawak adalah flavonoid, fenol dan kurkumin (Marinda, 2014).

2. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Gambar 12.2 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam buah mengkudu,

diantaranya adalah skopoletin, damnakantal, prokseronin dan prokseroninase (Sasmito et al, 2006). Ekstrak buah mengkudu diduga memiliki aktivitas sebagai immunomodulator, terutama optimal pada ekstrak n-heksana 10%, dapat meningkatkan jumlah IgM, IgG, menurunkan kadar SGPT, dan dapat memperbaiki

Gambar 12.2 Mengkudu (Morinda citrifolia L.). www.wikipedia.org. [11 April 2016]

Beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam buah mengkudu, di antaranya adalah skopoletin, damnakantal, prokseronin dan prokseroninase (Sasmito et al, 2006). Ekstrak buah mengkudu diduga memiliki aktivitas sebagai immunomodulator, terutama optimal pada ekstrak n-heksana 10%, dapat meningkatkan jumlah IgM, IgG, menurunkan kadar SGPT, dan dapat memperbaiki sel-sel hati pada mencit yang diinduksi 3 kali dengan vaksin hepatitis B dalam waktu 42 hari (Sasmito et al, 2006).

3. Eukaliptus (Eucalyptus globulus Labill.)

Gambar 12.3 Eukaliptus (Eucalyptus globulus Labill.) (Patil et al, 2014)

Page 98: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0

Pada penelitian sebelumnya, skrining fitokimia terhadap tanaman eukaliptus diketahui mengandung golongan senyawa minyak sterol, triterpen, atsiri, monoterpen dan flavonoid. Di dalam batang E. globulus diketahui mengandung senyawa-senyawa dihidroksifenilasetat, quinat, bis (heksahidroksidifenoil (HHDP))-glukosa, asam kafeat, galloil-bis (HHDP)-glukosa, galloil-HHDP glukosa, isorhamentin-heksosida, metilalergat (EA)-pentosa konjugat, asam quersetin-heksosida, mirisetinrhamnosida, isorhamnetinrhamnosida, phloridzin, mearnsetin-heksosida, mearnsetin, luteolin, dan tipe B-proantosianidin dimer (Versiati et al, 2014).

Penelitian pendahuluan uji aktivitas Wahyuni et al, (2013) ekstrak etanl 80% batang tanaman menunjukkan aktivitas antihepatitis dengan nilai IC50 43,0 μg/ml terhadap virus hepatitis J6/JFH1. Senyawa aktif di dalam ekstrak memiliki mekanisme untuk menghambat replikasi dari bermacam tipe virus DNA atau RNA terutama virus hepatitis. Bahkan, pada penelitian lain disebutkan bahwa ekstrak etanol 80% dari batang fraksi diklorometana, Eucalyptus globulus, fraksi etil asetat dan fraksi butanol aktif sebagai antihepatitis C terhadap virus JFH1a strain 2a dengan IC50 berturut-turut 10,19 μg/ml, 1,64 μg/ml, 10,49 μg/ml, dan 18,78 μg/ml. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa fraksi diklorometana merupakan fraksi aktif namun toksik dengan nilai CC50 7,75 μg/ml dan SI 4,7 μg/ml. Sedangkan fraksi air tidak tidak menunjukkan aktivitas antihepatitis C (Versiati et al, 2014).

4. Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

188

4. Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

Gambar 12.4 Gambir (Uncaria gambir Roxb.) (Anggraini et al, 2011)

Daun Uncaria gambir memiliki komponen tanin dan flavonoid yang diketahui

melalui uji fitokimia ekstrak, serta fenol sebanyak 43,13 % melalui metode Folin-Ciocalteu, dengan menggunakan asam galat sebagai standar (Jaya et al, 2012). Kandungan senyawa aktifnya berupa katekin tidak kurang dari 90% yang termasuk dalam golongan polifenol (Hasti et al, 2012). Berdasarkan penelitian klinis yang telah dilakukan terhadap senyawa katekin ini antara lain pada pasien dengan hepatitis yang disebabkan virus, terbukti secara signifikan menurunkan aktivitas SGOT dan SGPT pada pasien dengan hepatitis B dan C. Pada pasien dengan hepatitis B kronis, dari 174 pasien yang diberi katekin, 44 orang pasien mengalami penurunan titer HBs Ag sebesar 50% dan 16 pasien HBs Ag nya menghilang Thorne Research, 1999 (Hasti et al, 2012).

Mekanisme kerja dari senyawa dalam gambir ialah berupa produk peroksidasi yang akan menginduksi hipofungsi dari membran dan akhirnya enzim cytolitic dan muncul di darah sehingga terjadi peningkatan aktivitas SGPT dan SGOT dan saat itu terjadi kematian sel. Uncaria gambir memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektor pada dosis 30; 100 dan 300 mg/kg BB. Gambir dapat menurunkan angka rasio berat organ hati dan berdasarkan nilai LD50 24 jam yang diperoleh >15 g/kgbb, gambir diklasifikasikan praktis tidak toksik (Hasti et al, 2012).

Gambar 12.4 Gambir (Uncaria gambir Roxb.) (Anggraini et al, 2011)

Page 99: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Daun Uncaria gambir memiliki komponen tanin dan flavonoid yang diketahui melalui uji fitokimia ekstrak, serta fenol sebanyak 43,13 % melalui metode Folin-Ciocalteu, dengan menggunakan asam galat sebagai standar (Jaya et al, 2012). Kandungan senyawa aktifnya berupa katekin tidak kurang dari 90% yang termasuk dalam golongan polifenol (Hasti et al, 2012).Berdasarkan penelitian klinis yang telah dilakukan terhadap senyawa katekin ini antara lain pada pasien dengan hepatitis yang disebabkan virus, terbukti secara signifikan menurunkan aktivitas SGOT dan SGPT pada pasien dengan hepatitis B dan C. Pada pasien dengan hepatitis B kronis, dari 174 pasien yang diberi katekin, 44 orang pasien mengalami penurunan titer HBs Ag sebesar 50% dan 16 pasien HBs Ag nya menghilang Thorne Research, 1999 (Hasti et al, 2012).

Mekanisme kerja dari senyawa dalam gambir ialah berupa produk peroksidasi yang akan menginduksi hipofungsi dari membran dan akhirnya enzim cytolitic dan muncul di darah sehingga terjadi peningkatan aktivitas SGPT dan SGOT dan saat itu terjadi kematian sel. Uncaria gambir memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektor pada dosis 30; 100 dan 300 mg/kg BB. Gambir dapat menurunkan angka rasio berat organ hati dan berdasarkan nilai LD50 24 jam yang diperoleh >15 g/kgbb, gambir diklasifikasikan praktis tidak toksik (Hasti et al, 2012).

5. Meniran (Pyllanthus niruri L.)

189

5. Meniran (Pyllanthus niruri L.)

Gambar 12.5 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)

Herba meniran mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya

alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan steroid. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu monoterpenoid diterpenoid (-) hardwicklic acid, linalool, triterpenoid saponin, phytol, dan triterpenoid glikosida. Senyawa jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan juga merupakan senyawa terpenoid yang terkandung dalam herba meniran. Senyawa tersebut terbentuk dari karvon, yakni senyawa golongan monoterpenoid yang mengandung gugus keton (Gunawan et al, 2008).

Pada percobaan hewan uji yang dibuat hepatotoksik dengan pemberian CCL4, kemudian diberikan ekstrak tumbuhan meniran, didapatkan hasil bahwa ekstrak meniran ini mempunyai daya anti hepatotoksik. Maka herba meniran (Phyttanthus niruri Linn) diketahui juga dapat memperbaiki fungsi hati (Chodidjah et al, 2007). Diketahui bahwa perbaikan sel hati tersebut diduga dengan adanya kandungan zat aktif pada meniran yaitu phyllanthin dan hypophyllanthin dapat mengaktifkan sel kupfer dalam menghasilkan interleukin untuk proses regenerasi sel hati. Menurut teori sel Kupffer dapat memproduksi interleukin 6 yang akan merangsang sintesis protein pada sel hati. Phyllanthin dan hypophyllanthin berperan dengan berikatanpada reseptor membran sel kupffer maupun membran sel hati dan adanya ikatan tersebut akan mengaktifkan enzim protein kinase di sitosol, kemudian enzim proteinkinase tersebut akan mengaktifkan protein faktor transkripsi. Aktivasi proteinkinase pada sel kupffer, maka protein tersebut akan berikatan dengan segmen pemicu yang akan memicu proses transkripsi inter leukin 6 (IL - 6). Interleukin – 6 merupakan salah satu jenis sitokin yang berperan sebagai sinyal kimia dalam proses transduksi selsitokin tersebut akan berikatan dengan reseptor sel hati dan merangsang regenerasi sel hati melalui mekanisme Sinyal Transducer and Activation of Transcription – 3 / STAT – 3. Protein STAT-3 akan berikatan dengan segmen pemicu pada struktur DNA yang secra spesifik akan memicu gen structural penyandi protein faktor transkripsi fos, aktifasi dari protein faktor transkripsi fos akan menghasilkan produk

Gambar 12.5 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)

Page 100: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2

Herba meniran mengandung senyawa metabolit sekunder di antaranya alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan steroid. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu monoterpenoid diterpenoid (-) hardwicklic acid, linalool, triterpenoid saponin, phytol, dan triterpenoid glikosida. Senyawa jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan juga merupakan senyawa terpenoid yang terkandung dalam herba meniran. Senyawa tersebut terbentuk dari karvon, yakni senyawa golongan monoterpenoid yang mengandung gugus keton (Gunawan et al, 2008).

Pada percobaan hewan uji yang dibuat hepatotoksik dengan pemberian CCL4, kemudian diberikan ekstrak tumbuhan meniran, didapatkan hasil bahwa ekstrak meniran ini mempunyai daya anti hepatotoksik. Maka herba meniran (Phyttanthus niruri Linn) diketahui juga dapat memperbaiki fungsi hati (Chodidjah et al, 2007). Diketahui bahwa perbaikan sel hati tersebut diduga dengan adanya kandungan zat aktif pada meniran yaitu phyllanthin dan hypophyllanthin dapat mengaktifkan sel kupfer dalam menghasilkan interleukin untuk proses regenerasi sel hati. Menurut teori sel Kupffer dapat memproduksi interleukin 6 yang akan merangsang sintesis protein pada sel hati. Phyllanthin dan hypophyllanthin berperan dengan berikatan pada reseptor membran sel kupffer maupun membran sel hati dan adanya ikatan tersebut akan mengaktifkan enzim protein kinase di sitosol, kemudian enzim proteinkinase tersebut akan mengaktifkan protein faktor transkripsi. Aktivasi proteinkinase pada sel kupffer, maka protein tersebut akan berikatan dengan segmen pemicu yang akan memicu proses transkripsi interleukin 6 (IL - 6). Interleukin – 6 merupakan salah satu jenis sitokin yang berperan sebagai sinyal kimia dalam proses transduksi selsitokin tersebut akan berikatan dengan reseptor sel hati dan merangsang regenerasi sel hati melalui mekanisme Sinyal Transducer and Activation of Transcription – 3 / STAT – 3. Protein STAT-3 akan berikatan dengan segmen pemicu pada struktur DNA yang secra spesifik akan memicu gen struktural penyandi protein faktor transkripsi fos, aktifasi dari protein faktor transkripsi fos akan menghasilkan produk berupa enzim Cyclin Dependent kinase (CDK) untuk proses replikasi sel (Chodidjah et al, 2007).

Page 101: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

6. Sambiloto (Andrographis paniculata( Burm.f.) Wall. Ex Ness)

190

berupa enzim Cyclin Dependent kinase (CDK) untuk proses replikasi sel (Chodidjah et al, 2007).

6. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)

Gambar 12.6 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Secara kimia sambiloto mengandung flavonoid dan lakton. Selain itu,

tanaman sambiloto juga terdapat komponen aldehid, keton, alkan, asam kersik, mineral (kalsium, natrium, kalium), dan damar. Pada lakton, komponen utamanya adalah andrographolid, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini (Widyawati, 2007). Andrographolide sudah diisolasi dalam bentuk murni dan menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi. Senyawa kimia lain yang sudah diisolasi dari daun yang juga pahit yaitu diterpenoid viz. deoxyandro-grapholide-19β-D-glucoside, dan neo-andrographolide. Pemberian sambiloto sebagai terapi menunjukkan efek protektif terhadap aktivitas superoxide dismutase, enzim catalase, glutathione peroxidase dan glutathione yang menurun dengan pemberian hexachloro cyclohexane (BHC). Bahkan, didapat pula aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif dari sambiloto (Widyawati, 2007).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian ekstrak dengan dosis 500 mg/kgBB dapat mencegah kenaikan kadar SGOT dan SGPT tikus Wistar yang diinduksi CCl4 dan etil alkohol. Hasil penelitian ini mendukung penelitian in vitro yang dilakukan oleh Visen dan kawan-kawan terhadap sel hati tikus yang di isolasi, dimana andrographolid memiliki efek hepatoprotektif yang sebelumnya telah diinduksi parasetamol. Andrographolid juga berefek terhadap penurunan enzim-enzim dalam serum diantaranya transaminase dan alkalin fosfatase (Sagita, 2006).

Gambar 12.6 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)

Secara kimia sambiloto mengandung flavonoid dan lakton. Selain itu, tanaman sambiloto juga terdapat komponen aldehid, keton, alkan, asam kersik, mineral (kalsium, natrium, kalium), dan damar. Pada lakton, komponen utamanya adalah andrographolid, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini(Widyawati, 2007).Andrographolide sudah diisolasi dalam bentuk murni dan menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi. Senyawa kimia lain yang sudah diisolasi dari daun yang juga pahit yaitu diterpenoid viz deoxyandro-grapholide-19β-D-glucoside, dan neo-andrographolide. Pemberian sambiloto sebagai terapi menunjukkan efek protektif terhadap aktivitas superoxide dismutase, enzim catalase, glutathione peroxidase dan glutathione yang menurun dengan pemberian hexachlorocyclohexane (BHC). Bahkan, didapat pula aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif dari sambiloto (Widyawati, 2007).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian ekstrak dengan dosis 500 mg/kgBB dapat mencegah kenaikan kadar SGOT dan SGPT tikus Wistar yang diinduksi CCl4 dan etil alkohol. Hasil penelitian ini mendukung penelitian in vitro yang dilakukan oleh Visen dan kawan-kawan terhadap sel hati tikus yang diisolasi, dimana andrographolid memiliki efek hepatoprotektif yang sebelumnya telah diinduksi parasetamol. Andrographolid juga berefek

Page 102: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

terhadap penurunan enzim-enzim dalam serum diantaranya transaminase dan alkalin fosfatase (Sagita, 2006).

7. Palaisa (Kleinhovia hospita L.)

191

7. Palaisa (Kleinhovia hospita L.)

Gambar 12.7 Palaisa (Kleinhovia hospita L.). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Hasil pemeriksaan zat aktif yang dikandung daun paliasa (Kleinhovia hospita

L.) yaitu golongan saponin, cardenolin, bufadienol dan antrakinon. Senyawa kimia telah ditemukan pada tumbuhan ini terutama pada daunnya, antara lain flavonoid dan alkaloid, senyawa golongan terpenoid dan fenolik, sianogen, saponin, kardenolin, bufadienol, dan antrakuinon (Raflizar & Sihombing, 2009). Ekstrak daun paliasa pada dosis perlakuan 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb yang diberikan pada 63 ekor tikus betina secara efektif dapat menurunkan aktivitas enzim SGPT dalam darah, dapat mengurangi kerusakan sel hati yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida (CC14) dan berkhasiat untuk pengobatan radang hati. Sehingga daun palaisa dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif bagi penyakit hepatitis (Raflizar & Sihombing, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapsul paliasa berefek sebagai obat hepatogeneratif dengan cara menurunkan kadar SGPT dan SGOT serta meningkatkan kadar glutation hewan uji tikus terinduksi parasetamol. Hepatogeneratif adalah suatu senyawa obat yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki sel-sel pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh racun, obat, dan lain-lain. Dalam kondisi normal, hanya 0,5– 1,0% dari sel-sel hati yang secara teratur mengalami replikasi DNA. Meskipun demikian, setelah adanya stimulasi, individu hepatosit memiliki kemampuan replikasi yang luar biasa, karena hanya beberapa hepatosit yang diperlukan untuk memulihkan hati setelah cedera. Bahkan hepatosit mampu mengalami pertumbuhan dan proliferasi selama regenerasi, sambil terus melaksanakan tugas metabolismenya, sehingga memungkinkan pemulihan yang relatif cepat (Tayeb et al, 2013).

Gambar 12.7 Palaisa (Kleinhovia hospita L.). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Hasil pemeriksaan zat aktif yang dikandung daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yaitu golongan saponin, cardenolin, bufadienol dan antrakinon. Senyawa kimia telah ditemukan pada tumbuhan ini terutama pada daunnya, antara lain flavonoid dan alkaloid, senyawa golongan terpenoid dan fenolik, sianogen, saponin, kardenolin, bufadienol, dan antrakuinon (Raflizar & Sihombing, 2009). Ekstrak daun paliasa pada dosis perlakuan 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb yang diberikan pada 63 ekor tikus betina secara efektif dapat menurunkan aktivitas enzim SGPT dalam darah, dapat mengurangi kerusakan sel hati yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida (CC14) dan berkhasiat untuk pengobatan radang hati. Sehingga daun palaisa dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif bagi penyakit hepatitis (Raflizar & Sihombing, 2009).

Page 103: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapsul paliasa berefek sebagai obat hepatogeneratif dengan cara menurunkan kadar SGPT dan SGOT serta meningkatkan kadar glutation hewan uji tikus terinduksi parasetamol. Hepatogeneratif adalah suatu senyawa obat yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki sel-sel pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh racun, obat, dan lain-lain. Dalam kondisi normal, hanya 0,5– 1,0% dari sel-sel hati yang secara teratur mengalami replikasi DNA. Meskipun demikian, setelah adanya stimulasi, individu hepatosit memiliki kemampuan replikasi yang luar biasa, karena hanya beberapa hepatosit yang diperlukan untuk memulihkan hati setelah cedera. Bahkan hepatosit mampu mengalami pertumbuhan dan proliferasi selama regenerasi, sambil terus melaksanakan tugas metabolismenya, sehingga memungkinkan pemulihan yang relatif cepat (Tayeb et al, 2013).

8. Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry)

192

8. Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry)

Gambar 12.8 Cengkeh (Syzygium aromaticum) (Baietto, 2014)

Syzygium aromaticum mengandung senyawa metabolit berupa flavonoid

(eugenin, rhamnetin, dan eugenitin), triterpenoid (asam oleanoat, stigmasterol dan kampesterol) tannin (asam galotanat), (Versiati et al, 2014). Eugenia caryophyllata atau sinonim dari cengkeh adalah sumber yang kaya akan minyak atsiri, berisi 15-20% minyak esensial, 13% tanin, 10% minyak tetap dan 6-12% eter ekstrak non-esensial (Singh et al, 2012). Isolasi minyak bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan metode distilasi uap dan distilasi. Analisa menggunakan KG-SM menunjukkan bahwa minyak bunga cengkeh hasil isolasi mengandung 6 komponen yaitu, eugenol 81,2%, trans-karyofilen 3,92%, alfa-humulen 0,45%, eugenil asetat 12,43%, karyofilen oksida 0,25% dan trimetoksiasetofenon 0,53% (Prianto et al, 2013).

Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa ekstrak air Syzygium aromaticum dari famili Myrtaceae diketahui memiliki aktivitas sebagai antiviral hepatitis C, yang ditunjukkan oleh aktivitas penghambatan yang signifikan yaitu ≥ 90% dapat menghambat infeksi virus terhadap sel (Versiati et al, 2014). Mekanisme kerjanya melibatkan alpha-humulene, alphahumulene, eposide I dan eugenol di isolasi dari Eugenia caryophyllata dengan menginduksi glutathione enzim S-transferase yang memainkan peran penting dalam detoksifikasi di hati. Karena perannya sebagai agen detoksifikasi maka dadpat digunakan sebagai pengobatan alternative bagi penyakit hepatitis (Singh et al, 2012).

Gambar 12.8 Cengkeh (Syzygium aromaticum) (Baietto, 2014)

Syzygium aromaticum mengandung senyawa metabolit berupa flavonoid (eugenin, rhamnetin, dan eugenitin), triterpenoid (asam oleanoat, stigmasterol dan kampesterol) tannin (asam galotanat), (Versiati et al, 2014). Eugenia caryophyllata atau sinonim dari cengkeh adalah sumber yang kaya akan minyak atsiri, berisi 15-20% minyak esensial, 13% tanin, 10% minyak tetap dan 6-12% eter ekstrak non-esensial (Singh et al, 2012). Isolasi minyak

Page 104: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan metode distilasi uap dan distilasi. Analisa menggunakan KG-SM menunjukkan bahwa minyak bunga cengkeh hasil isolasi mengandung 6 komponen yaitu, eugenol 81,2%, trans-karyofilen 3,92%, alfa-humulen 0,45%, eugenil asetat 12,43%, karyofilen oksida 0,25% dan trimetoksiasetofenon 0,53% (Prianto et al, 2013).

Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa ekstrak air Syzygium aromaticum dari famili myrtaceae diketahui memiliki aktivitas sebagai antiviral hepatitis C, yang ditunjukkan oleh aktivitas penghambatan yang signifikan yaitu ≥ 90% dapat menghambat infeksi virus terhadap sel (Versiati et al, 2014). Mekanisme kerjanya melibatkan alpha-humulene, alphahumulene, eposide I dan eugenol diisolasi dari Eugenia caryophyllata dengan menginduksi glutathione enzim S-transferase yang memainkan peran penting dalam detoksifikasi di hati. Karena perannya sebagai agen detoksifikasi maka dadpat digunakan sebagai pengobatan alternatif bagi penyakit hepatitis (Singh et al, 2012).

9. Mangrove (Avicenna marina (Forsk.) Vierh)

193

9. Mangrove (Avicenna marina (Forsk.)Vierh)

Gambar 12.9 Mangrove (Avicenna marina (Forsk.)Vierh). www.wikipedia.org. [18 Juli

2016]

Ekstrak buah mangrove berdasarakan fitokimia menunjukkan hasil positif terdapat golongan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid (Mustopa et al, 2012). Penelitian sebelumnya telah dilakukan skrining terhadap tujuh jenis tanaman mangrove di laboratorium virologi molekuler-LIPI. Avicenna marina merupakan salah satu dari tujuh jenis tanaman mangrove yang memiliki potensi dalam menginhibisi RNA helikase virus hepatitis C. Enzim yang berperan dalam replikasi HCV adalah RNA polimerase, RNA helikase, dan serin protease. Senyawa metabolit dalam mangrove memiliki aktivitas sebagai inhibitor enzim RNA helikase HCV (Mustopa et al, 2012).

Senyawa flavonoid berdasarakan hasil analisis dengan uji fitokimia, KLT, dan KCKT yang diduga sebagai inhibitor RNA helikase HCV. Flavonoid telah banyak diteliti sebagai agen antivirus terhadap virus herpes, HIV, virus parainfluenza, dan adenovirus (Tapas et al. 2008). Flavonoid bekerja dengan menghambat siklus hidup virus pada waktu replikasi, yang melibatkan enzim replikasi virus diperkirakan melalui interaksi flavonoid dengan kofaktor enzim. Enzim replikasi, misalnya RNA helikase yang aktivitasnya bergantung pada ATP, sangat membutuhkan kofaktor (Mg2+) untuk membantu interaksinya dengan substrat. Keberadaan senyawa flavonoid menggantikan posisi kofaktor dalam enzim, sehingga enzim akan terhambat (Mustopa et al, 2012).

Gambar 12.9 Mangrove (Avicenna marina (Forsk.) Vierh). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Page 105: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Ekstrak buah mangrove berdasarkan fitokimia menunjukkan hasil positif terdapat golongan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid (Mustopa et al, 2012). Penelitian sebelumnya telah dilakukan skrining terhadap tujuh jenis tanaman mangrove di laboratorium virologi molekuler-LIPI. Avicenna marina merupakan salah satu dari tujuh jenis tanaman mangrove yang memiliki potensi dalam menginhibisi RNA helikase virus hepatitis C. Enzim yang berperan dalam replikasi HCV adalah RNA polimerase, RNA helikase, danserin protease. Senyawa metabolit dalam mangrove memiliki aktivitas sebagai inhibitor enzim RNA helikase HCV (Mustopa et al, 2012).

Senyawa flavonoid berdasarkan hasil analisis dengan uji fitokimia, KLT, dan KCKT yang diduga sebagai inhibitor RNA helikase HCV. Flavonoid telah banyak diteliti sebagai agen antivirus terhadap virus herpes, HIV, virus parainfluenza, dan adenovirus (Tapas et al. 2008). Flavonoid bekerja dengan menghambat siklus hidup virus pada waktu replikasi, yang melibatkan enzim replikasi virus diperkirakan melalui interaksi flavonoid dengan kofaktor enzim. Enzim replikasi, misalnya RNA helikase yang aktivitasnya bergantung pada ATP, sangat membutuhkan kofaktor (Mg2+) untuk membantu interaksinya dengan substrat. Keberadaan senyawa flavonoid menggantikan posisi kofaktor dalam enzim, sehingga enzim akan terhambat (Mustopa et al, 2012).

Page 106: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��

12.2 DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T., Tai, A., Yashino, T., Itani, T. Antioxidative activity and catechin content of four kinds of Uncaria gambir extracts from West Sumatra, Indonesia. African Journal of Biochemistry Research. Jan 2011; 5(1): 33-38.

Baietto, M. 2014. Bud Fall Induction in Clove (Syzygium aromaticum). Academic Research International. Jul 2014; 5(4): 23 – 29

Chodidjah, E. Widayati, & Utari. 2007. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Meniran (Phyllanthm niruri Linn) terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar yang Terinduksi CCL4. JurnalAnatomi Indonesia. Vol 2(1):8 – 12

Dipiro, J.T., C. W. Hamilton, T. L. Schwinghammer, & B. G. Wells. 2000. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 6th edition. Mc-Graw Hill, New York.

Globinmed, diambil dari: URL: http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article&id=104895:curcuma-xanthorrhiza-roxburgh&catid=209&Itemid=143. diakses 4 April 2016.

Gunawan, I. W. G., I. G. A. G. Bawa, & N. L. Sutrisnayanti. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Yang Aktif Antibakteri Pada Herba meniran (Phyllanthus niruri Linn.). Jurnal Kimia. 2(1):31-39.

Hasti, S., H. Muchtar, & A. Bakhtia. 2012. Uji Aktivitas Hepatoproteksi dan Toksisitas Akut dari Ekstrak Gambir Terstandarisasi. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 11: 34-38.

Hossain, Md.S., Urbi, Z., Sule, A., Rahman, K.M.H. 2014, Andrographispaniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees:A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology. The Scientific World Journal. 2014; 1-28.

Marinda, F. D. 2014. Hepatoprotective Effect Of Curcumin in Chronic Hepatitis. Jurnal Majority. 3(7):52-56

Page 107: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

��

Mustopa, A. Z., Melki, & I. S. Kusumawati. 2012. Isolasi dan Identifikasi Awal Senyawa Inhibitor RNA Helikase Virus Hepatitis C Dari Ekstrak Buah Mangrove Avicennia marina (Forsk.) Vierh. JPHPI. 15(2):127-135

Oktaviana, P. R. 2010. Kajian Kadar Kurkuminoid, Totsl Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada Berbagai Teknik Pengeringan Dan Proporsi Pelarut. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Paithankar, V.V., Raut, K.S., Charde R.M., Vyas J.V. 2011. Phyllanthus Niruri: A magic Herb. Research in Pharmacy. 1(4): 1-9.

Patil, V.A., dan Nitave, S.A. 2014. A Review On Eucalyptus globulus: A Divine MedicinalHerb. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3(6): 559-567.

Prianto, H., R. Retnowati, & U. P. Juswono. 2013. Isolasi Karakterisasi Dari Minyak Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum) Keing Hasil Destilasi Uap. Kimia Student Journal. Vol 1(2):269-275.

Raflizar & M. Sihombing. 2009. Dekok Daun Palaisa (Kleinhovia Hospita Linn) sebagai Obat Radang Hati Akut. Jurnal Ekologi Kesehatan. 8(2):984-992

Sagita, A. 2006. Pengaruh Ekstrak Androgaphis paniculata (Sambiloto) Terhadap Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat Transminase Pada Tikus Wistar Yang Diberi Parasetamol. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Dipenogoro, Semarang.

Sasmito, E., N. Yuniarti, & CJ. Soegihadjo. 2006. Mekanisme Imunomodulator Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Pada Mencit Balb/C Yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B. Majalah Obat Tradisional. 13(43)

Singh J, Baghotia A, Goel SP, 2012. Eugenia Caryophyllata Thunberg (Family Myrtaceae): A Review. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. Vol. 3 (4): 1469-1475.

Tayeb, R., E. Wahyudin, G. Alam, E. P, & P. Lukman. 2013. Penelusuran Mekanisme Kapsul Paliasa (Kleinhovia hospital Linn) Sebagai Sediaan Hepatogeneratif : Kajian Mengenai SGPT, SGOT, dan Gluutation. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol 17(3):79-82.

Page 108: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�00

Versiati, T. P., A. F. Hafid, & A. Widyawaruyanti. 2014. Aktivitas antiviral batang Eucalyptus globulus terhadap virus hepatitis C JFH1a. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol 1(1):16-19

Wahyuni, S., M. A. Asrikan, M. C. U. Sabana, S. W. N. Sahara, T. Murtiningsih, & R. Putriningrum. 2013. Uji Manfaat Daun Kelor (Moringa aloifera Lamk.) Untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B. Jurnal KesMaDaSka. 100-103

Widyawati, T. 2007. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographispaniculata Ness). Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 40(3): 216-222.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Katimaha. diakses 18 Juli 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Mangrove. diakses 18 Juli 2016.

Wikipedia, diambil dari: URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Morinda_citrifolia. diakses 11 April 2016.

Page 109: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�0�

BAB XIIIGANGGUAN KULIT

13.1 PEMUTIH KULIT (ANTI HIPERPIGMENTASI)

13.1.1 Pendahuluan

Hiperpigmentasi merupakan suatu keadaan terjadinya penumpukan melanin pada permukaan kulit yang disebabkan oleh produksi melanin berlebih yang mengakibatkan kulit menjadi berwarna gelap. Melanin adalah pigmen berwarna kecoklatan yang berfungsi untuk melindungi jaringan kulit dari hamburan sinar UV. Sinar UV dari matahari dengan bantuan enzim tirosinase akan membentuk melanin, yang merupakan biokatalis berupa suatu enzim yang berperan untuk mempercepat pembentukan melanin yang akan menyebabkan kulit berwarna kecoklatan. Hiperpigmentasi dapat dicegah dengan adanya penghambatan (inhibisi) pada biokatalis pembentuk melanin yaitu enzim tirosinase, sehingga akan menyebabkan kulit mejadi lebih cerah atau lebih putih (Chang et al, 2009; Kumar et al., 2012).

13.1.2 Fitoterapi Pemutih Kulit (Antihiperpigmentasi)Pemutih Kulit (Antihiperpigmentasi)

1. Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

196

BAB XIII GANGGUAN KULIT

13.1 PEMUTIH KULIT (ANTI HIPERPIGMENTASI) 13.1.1 Pendahuluan

Hiperpigmentasi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penumpukan melanin pada permukaan kulit yang disebabkan oleh produksi melanin berlebih yang mengakibatkan kulit menjadi berwarna gelap. Melanin adalah pigmen berwarna kecoklatan yang berfungsi untuk melindungi jaringan kulit dari hamburan sinar uv. Sinar UV dari matahari dengan bantuan enzim tirosinase akan membentuk melanin, yang merupakan biokatalis berupa suatu enzim yang berperan untuk mempercepat pembentukan melanin yang akan menyebabkan kulit berwarna kecoklatan. Hiperpigmentasi dapat dicegah dengan adanya penghambatan (inhibisi) pada biokatalis pembentuk melanin yaitu enzim tirosinase, sehingga akan menyebabkan kulit mejadi lebih cerah atau lebih putih (Chang et al, 2009; Kumar et al., 2012). 13.1.2 Fitoterapi Pemutih Kulit (Antihiperpigmentasi) 1. Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

Gambar 13.1 Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L.)Urb.). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Enam senyawa aktif golongan flavonoid dalam Bengkoang dengan

kemampuan sebagai antioksidan dan aktivitas pemutih kulit yaitu 5-hydroxyl-daidzein-7-O-ß-glucopyranose, daidzein-7-O-ß-glucopyranose daidzein,; dan (8,9)-furanyl-pterocarpan-3-ol (Lukitaningsih et al, 2014). Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan kemampuan isolat dari akar bengkoang dalam menghambat enzim tirosinase (Lukitaningsih et all, 2013). Penghambatan terhadap enzim tersebut menyebabkan penghambatan produksi pigmen warna hitam pada kulit. Isolat dari bengkoang juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Lukitaningsih et al, 2014). Kemampuan sebagai antioksidan dapat bersinergis dengan kemampuan dalam penghambat enzim tirosinase dalam memutihkan kulit. Penghambatan enzim tirosinase menunjukkan jenis penghambatan kompetitif pada senyawa daidzein,

Gambar 13.1 Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.). www.wikipedia.org. [18 Juli 2016]

Page 110: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�02

Enam senyawa aktif golongan flavonoid dalam Bengkoang dengan kemampuan sebagai antioksidan dan aktivitas pemutih kulityaitu5-hydroxyl-daidzein-7-O-ß-glucopyranose, daidzein-7-O-ß-glucopyranosedaidzein,; dan (8,9)-furanyl-pterocarpan-3-ol(Lukitaningsih et al, 2014). Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan kemampuan isolat dari akar bengkoang dalam menghambat enzim tirosinase (Lukitaningsih et all, 2013). Penghambatan terhadap enzim tersebut menyebabkan penghambatan produksi pigmen warna hitam pada kulit. Isolat dari bengkoang juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Lukitaningsih et al, 2014). Kemampuan sebagai antioksidan dapat bersinergis dengan kemampuan dalam penghambat enzim tirosinase dalam memutihkan kulit. Penghambatan enzim tirosinase menunjukkan jenis penghambatan kompetitif pada senyawa daidzein, daidzein-7-O-ß-glucopyranose, dan 5-hydroxyl-daidzein-7-O-ß-glucopyranose. Sedangkan pada senyawa 8,9-furanil-pterocarpan-3-ol terjadi penghambatan enzim secara non-kompetitif (Lukitaningsih et all, 2013).

2. Andalas (Morus macroura L.)

197

daidzein-7-O-ß-glucopyranose, dan 5-hydroxyl-daidzein-7-O-ß-glucopyranose. Sedangkan pada senyawa 8,9-furanil-pterocarpan-3-ol terjadi penghambatan enzim secara non-kompetitif (Lukitaningsih et all, 2013). 2. Andalas (Morus macroura L.)

Gambar 13.2 Andalas (Morus macroura L.) (Miljkovic et al, 2014)

Kandungan kimia dalam Morus macroura adalah senyawa turunan stilben

yaitu oksiresveratrol, lunularin, dan andalasin A, andalasin B, turunan 2-arilbenzofuran, (morasin M), turunan kumarin (umbeliferon), dan β-resolsialdehid (Soekamto et al, 2003; Hakim et al, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Morus macroura memiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang tinggi, dengan prosentase inhibisi 97 %. Aktivitas inhibitor tirosinase yang tinggi pada Andalas, disebabkan adanya kandungan senyawa turunan stilben yang pada tanaman Andalas berupa andalasin A dan oksiveratrol. Senyawa turunan stilben memiliki peranan sebagai agen pencerah atau pemutih kulit yang mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim tirosinase atau fenol oksidase sebagai enzim pembentuk melanin, dimana jika melanin diproduksi berlebih pada lapisan epidermal akan menyebabkan kulit berwarna gelap (Hakim et al, 2008).

Gambar 13.2 Andalas (Morus macroura L.) (Miljkovic et al, 2014)

Page 111: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�0�

Kandungan kimia dalam Morus macroura adalah senyawa turunan stilben yaitu oksiresveratrol, lunularin, dan andalasin A, andalasin B, turunan 2-arilbenzofuran, (morasin M), turunan kumarin (umbeliferon), dan β-resolsialdehid (Soekamto et al, 2003; Hakim et al, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Morus macroura memiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang tinggi, dengan prosentase inhibisi 97 %. Aktivitas inhibitor tirosinase yang tinggi pada Andalas, disebabkan adanya kandungan senyawa turunan stilben yang pada tanaman Andalas berupa andalasin A dan oksiveratrol. Senyawa turunan stilben memiliki peranan sebagai agen pencerah atau pemutih kulit yang mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim tirosinase atau fenol oksidase sebagai enzim pembentuk melanin, jika melanin diproduksi berlebih pada lapisan epidermal akan menyebabkan kulit berwarna gelap (Hakim et al, 2008).

3. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.)

198

3. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.)

Gambar 13.3 Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) (Elevitch et al, 2006)

Pada kulit batang nangka mengandung golongan tanin, saponin, fenol, dan

flavonoid. Senyawa yang terkandung diantaranya asam betulik, sikloheterofilin (fenolik), heteropirol, sikloartenon, sikloartenol, sitosterol (Prakash et al., 2009). Hasil isolasi pada batang didapat senyawa artokarpanon (Arung et al., 2006). Ekstrak metanol dari kulit batang nangka memiliki kemampuan dalam menghambat reaksi tirosin-tirosinase yang berperan dalam menyebabkan warna hitam pada kulit (Putri et al, 2009). Penelitian lainnya menyatakan kemampuan ekstrak batang nangka dalam penghambatan aktivitas tirosinase secara kuat. Selain itu, hasil isolat batang nangka yaitu artokarpanon memiliki kemampuan dalam menghambat produksi melanin (Arung et al., 2006). Penghambatan pada produksi melanin dapat menyebabkan penghambatan produksi pigmen warna pada kulit.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, senyawa yang berperan dalam aktivitas inhibisi tirosinase pada tanaman nangka adalah golongan polifenol. Flavonoid merupakan salah satu golongan dari polifenol yang terkandung dalam kulit batang nangka. Flavonoid mengandung gugus fenol dan cincin pyren sehingga mampu menghambat enzim tirosinase dengan cara bertindak sebagai substrat dan berkompetisi sebagai inhibitor (Putri et al, 2009).

Gambar 13.3 Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) (Elevitch et al, 2006)

Pada kulit batang nangka mengandung golongan tanin, saponin, fenol, dan flavonoid. Senyawa yang terkandung di antaranya asam betulik, sikloheterofilin (fenolik), heteropirol, sikloartenon, sikloartenol,

Page 112: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0�

sitosterol (Prakash et al., 2009). Hasil isolasi pada batang didapat senyawa artokarpanon (Arung et al., 2006).Ekstrak metanol dari kulit batang nangka memiliki kemampuan dalam menghambat reaksi tirosin-tirosinase yang berperan dalam menyebabkan warna hitam pada kulit (Putri et al, 2009). Penelitian lainnya menyatakan kemampuan ekstrak batang nangka dalam penghambatan aktivitas tirosinase secara kuat. Selain itu, hasil isolat batang nangka yaitu artokarpanon memiliki kemampuan dalam menghambat produksi melanin (Arung et al., 2006). Penghambatan pada produksi melanin dapat menyebabkan penghambatan produksi pigmen warna pada kulit.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, senyawa yang berperan dalam aktivitas inhibisi tirosinase pada tanaman nangka adalah golongan polifenol. Flavonoid merupakan salah satu golongan dari polifenol yang terkandung dalam kulit batang nangka. Flavonoid mengandung gugus fenol dan cincin pyren sehingga mampu menghambat enzim tirosinase dengan cara bertindak sebagai substrat dan berkompetisi sebagai inhibitor (Putri et al, 2009).

4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

199

4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

Gambar 13.4 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Senyawa metabolit sekunder terbesar di daun teh yaitu epigalokatekin galat,

apigalokatekin, kafein, apikatekin galat, flavonon, asam elagik, dan epikatekin (Widyaningrum, 2013). Ekstrak metanol dari daun teh memiliki aktivitas antioksidan dan kemampuan dalam menghambat aktivitas tirosinase dengan IC50 mencapai 22 ppm (Sangsrichan & Ting, 2010). Asam elagat yang diisolasi dari daun teh diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat melanogenesis, sehingga pigmen warna dapat ditekan (Shimogaki et al., 2000). Ekstrak daun teh juga diketahui memiliki korelasi antara penghambatan enzim tirosinase secara in vitro dengan kemampuan penghambatan pembentukan melanin yang diuji secara in vivo (Arini, 2013). Penelitian lain menyatakan epikatekin galat, galokatekin galat, dan epigalokatekin memiliki kemampuan yang kuat dalam menghambat aktivitas tirosinase secara kompetitif. Diantara ketiganya, galokatekin galat merupakan yang paling kuat aktivitasnya (No et al., 1999). Ekstrak air dari daun teh 0,15% (fenolik total 29,64 ± 0,82%) memiliki kemampuan penghambatan enzim tirosinase 4 kali lebih kuat dibanding vitamin C 0,15% (Irianti et al., 2008) 5. Lobak (Raphanus sativus L.)

Gambar 13.5 Lobak (Raphanus sativus L.) (Aruna et al, 2012)

Akar lobak mengandung senyawa utama sitokinin (alkaloid), arabinogalaktan,

sianidin, komponen sulfunium, betakaroten, vitamin, dan senyawa fenol (Gutierrez et al., 2004). Kandungan fenol total, flavonoid total, dan asam askorbat pada perasan akar lobak mencapai 10,09; 0,51; dan 24,11 µg/mg ekstrak kering. Sedangkan pada

Gambar 13.4 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Senyawa metabolit sekunder terbesar di daun teh yaitu epigalokatekin galat, apigalokatekin, kafein, apikatekin galat, flavonon, asam elagik, dan epikatekin (Widyaningrum, 2013). Ekstrak metanol dari daun teh memiliki aktivitas antioksidan dan kemampuan dalam menghambat aktivitas tirosinase

Page 113: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�0�

dengan IC50 mencapai 22 ppm (Sangsrichan & Ting, 2010). Asam elagat yang diisolasi dari daun teh diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat melanogenesis, sehingga pigmen warna dapat ditekan (Shimogaki et al., 2000). Ekstrak daun teh juga diketahui memiliki korelasi antara penghambatan enzim tirosinase secara in vitro dengan kemampuan penghambatan pembentukan melanin yang diuji secara in vivo (Arini, 2013). Penelitian lain menyatakan epikatekin galat, galokatekin galat, dan epigalokatekin memiliki kemampuan yang kuat dalam menghambat aktivitas tirosinase secara kompetitif. Di antara ketiganya, galokatekin galat merupakan yang paling kuat aktivitasnya (No et al., 1999). Ekstrak air dari daun teh 0,15% (fenolik total 29,64 ± 0,82%) memiliki kemampuan penghambatan enzim tirosinase 4 kali lebih kuat dibanding vitamin C 0,15% (Irianti et al., 2008)

5. Lobak (Raphanus sativus L.)

199

4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

Gambar 13.4 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Senyawa metabolit sekunder terbesar di daun teh yaitu epigalokatekin galat,

apigalokatekin, kafein, apikatekin galat, flavonon, asam elagik, dan epikatekin (Widyaningrum, 2013). Ekstrak metanol dari daun teh memiliki aktivitas antioksidan dan kemampuan dalam menghambat aktivitas tirosinase dengan IC50 mencapai 22 ppm (Sangsrichan & Ting, 2010). Asam elagat yang diisolasi dari daun teh diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat melanogenesis, sehingga pigmen warna dapat ditekan (Shimogaki et al., 2000). Ekstrak daun teh juga diketahui memiliki korelasi antara penghambatan enzim tirosinase secara in vitro dengan kemampuan penghambatan pembentukan melanin yang diuji secara in vivo (Arini, 2013). Penelitian lain menyatakan epikatekin galat, galokatekin galat, dan epigalokatekin memiliki kemampuan yang kuat dalam menghambat aktivitas tirosinase secara kompetitif. Diantara ketiganya, galokatekin galat merupakan yang paling kuat aktivitasnya (No et al., 1999). Ekstrak air dari daun teh 0,15% (fenolik total 29,64 ± 0,82%) memiliki kemampuan penghambatan enzim tirosinase 4 kali lebih kuat dibanding vitamin C 0,15% (Irianti et al., 2008) 5. Lobak (Raphanus sativus L.)

Gambar 13.5 Lobak (Raphanus sativus L.) (Aruna et al, 2012)

Akar lobak mengandung senyawa utama sitokinin (alkaloid), arabinogalaktan,

sianidin, komponen sulfunium, betakaroten, vitamin, dan senyawa fenol (Gutierrez et al., 2004). Kandungan fenol total, flavonoid total, dan asam askorbat pada perasan akar lobak mencapai 10,09; 0,51; dan 24,11 µg/mg ekstrak kering. Sedangkan pada

Gambar 13.5 Lobak (Raphanus sativus L.) (Aruna et al, 2012)

Akar lobak mengandung senyawa utama sitokinin (alkaloid), arabinogalaktan, sianidin, komponen sulfunium, betakaroten, vitamin, dan senyawa fenol (Gutierrez et al., 2004). Kandungan fenol total, flavonoid total, dan asam askorbat pada perasan akar lobak mencapai 10,09; 0,51; dan 24,11 µg/mg ekstrak kering. Sedangkan pada ekstrak metanol sebesar 6,59; 0,33; dan 8,28 µg/mg ekstrak kering (Jakmatakul., et al 2009). Ekstrak propilenglikol 50% dari akar lobak diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase yang diuji secara in vitro. Kemampuan penghambatan enzim tirosinase mencapai 88%, hasil tersebut lebih baik

Page 114: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0�

dibanding kontrol positif yang digunakan yaitu asam kojik yang memiliki daya hambat 82% (Kamkaen et al., 2007).

Penelitian lain menyatakan perasan akar lobak (IC50 = 3,09 mg/ml) memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan ekstrak metanol (IC50 = 9,62 mg/ml) dalam menghambat aktivitas tirosinase. Kedua ekstrak juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Jakmatakulet al., 2009). Weerapreeyakul et al (2012) menyatakan bahwa ekstrak air dan metanol akar lobak memiliki kemampuan dalam menghambat tirosinase. Somman & Siwarungson (2014) juga menunjukkan kemampuan ekstrak metanol akar lobak dalam menghambat tirosinase. Jakmatakul et al (2009) menyatakan terdapat hubungan antara kadar fenol total dengan asam askorbat yang terkandung dalam akar lobak. Semakin tingga kadar fenol total dan asam askorbat, maka semakin besar aktivitas dalam menghambat tirosinase. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa golongan fenol dan asam askorbat bertanggung jawab terhadap kemampuan akar lobak dalam menghambat tirosinase (Weerapreeyakul et al., 2012).

6. Lengkuas (Alpinia galanga L.)

200

ekstrak metanol sebesar 6,59; 0,33; dan 8,28 µg/mg ekstrak kering (Jakmatakul., et al 2009). Ekstrak propilenglikol 50% dari Akar lobak diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase yang diuji secara in vitro. Kemampuan penghambatan enzim tirosinase mencapai 88%, hasil tersebut lebih baik dibanding kontrol positif yang digunakan yaitu asam kojik yang memiliki daya hambat 82% (Kamkaen et al., 2007).

Penelitian lain menyatakan perasan akar lobak (IC50 = 3,09 mg/ml) memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan ekstrak metanol (IC50 = 9,62 mg/ml) dalam menghambat aktivitas tirosinase. Kedua ekstrak juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Jakmatakul et al., 2009). Weerapreeyakul et al (2012) menyatakan bahwa ekstrak air dan metanol akar lobak memiliki kemampuan dalam menghambat tirosinase. Somman & Siwarungson (2014) juga menunjukkan kemampuan ekstrak metanol akar lobak dalam menghambat tirosinase. Jakmatakul et al (2009) menyatakan terdapat hubungan antara kadar fenol total dengan asam askorbat yang terkandung dalam akar lobak. Semakin tingga kadar fenol total dan asam askorbat, maka semakin besar aktivitas dalam menghambat tirosinase. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa golongan fenol dan asam askorbat bertanggung jawab terhadap kemampuan akar lobak dalam menghambat tirosinase (Weerapreeyakul et al., 2012).

6. Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Gambar 13.6 Lengkuas (Alpinia galanga L.) (Chudiwal et al, 2010)

Rimpang lengkuas mengandung golongan flavonoid diantaranya kaemperol,

kaemferid, galangin, dan alpinin. Minyak atsiri yang terkandung yaitu 48% metil sinamat, 20-30% sineol, alfapinin, betapinin, dan camphor (Chudiwal et al., 2010). Rimpang lengkuas juga mengandung eugenol dan kurkuminoid (Panich et al., 2010). Dari rimpang lengkuas didapat dua isolat utama yaitu 1,7-bis(4-hydroxyphenyl)-1,4,6-heptatrien-3-on dan bisdemethoxycurcumin (Chih-Yu et al., 2013). Penelitian lain berhasil mengisolasi senyawa flavonoid yaitu galangoflavonosida (Jaju et al., 2009).

Hasil isolat dari ekstrak lengkuas menunjukkan kemampuan dalam menghambat aktivitas melanin dan tirosinase (Chih-Yu et al., 2013). Ekstrak air dan

Gambar 13.6 Lengkuas (Alpinia galanga L.) (Chudiwal et al, 2010)

Page 115: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�0�

Rimpang lengkuas mengandung golongan flavonoid di antaranya kaemperol, kaemferid, galangin, dan alpinin. Minyak atsiri yang terkandung yaitu 48% metil sinamat, 20-30% sineol, alfapinin, betapinin, dan camphor (Chudiwal et al., 2010). Rimpang lengkuas juga mengandung eugenol dan kurkuminoid (Panich et al., 2010). Dari rimpang lengkuas didapat dua isolat utama yaitu 1,7-bis(4-hydroxyphenyl)-1,4,6-heptatrien-3-on dan bisdemethoxycurcumin(Chih-Yu et al., 2013). Penelitian lain berhasil mengisolasi senyawa flavonoid yaitu galangoflavonosida (Jaju et al., 2009).

Hasil isolat dari ekstrak lengkuas menunjukkan kemampuan dalam menghambat aktivitas melanin dan tirosinase (Chih-Yu et al., 2013). Ekstrak air dan etanol dari lengkuas memiliki kemampuan yang sangat kuat dalam menghambat aktvitas enzim tirosinase. Daya hambat paling kuat yaitu pada ekstrak air dengan IC50 mencapai 3,33+1,9 µg/ml, sedangkan pada ekstrak metanol sebesar 14,2+1,9 µg/ml. Hasil tersebut melebihi kemampuan asam askorbat (IC50 = 19,6+1,5 µg/ml) dan trimetilhidrokuinon (31,7+0,9µg/ml) (Weerapreeyakul et al., 2012). Rimpang lengkuas memiliki kemampuan dalam mencegah peningkatan tirosinase dan produksi melanin, sehingga mencegah meningkatan produksi pigmen warna pada kulit (Paninch et al., 2010).

7. Murbei (Morus alba L.)

Gambar 13.7 Murbei (Morus alba L.) (Zafar et al, 2013)

Page 116: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�0�

Daun murbei mengandung asam askorbat, 1-deoksinojirimisin, rutin, kuersetin, dan apigenin (Devi et al., 2013). Hasil isolasi dari ekstrak metanol didapat senyawa mulberosida F (39-di-Ob-D-glukopiranosid) (Sang-Hee et al., 2002). Daun murbei mengandung fenol total sebesar 50,9 mg/gram (Kuo-Hsien et al., 2006). Dari 24 tanaman yang ada di Cina, daun murbei merupakan salah satu dari empat tanaman di Cina yang memiliki kemampuan yang kuat dalam menghambat tirosinase dan sintesis melanin (Kuo-Hsien et al., 2006). Dari 263 tanaman yang di Pulau Jeju Korea Selatan, ekstrak daun murbei memiliki kemampuan paling kuat dalam menghambat tirosinase dengan IC50 sebesar 11,9 µg/ml (Ji-Young et al., 2010). Ekstrak etanol daun murbei diketahui memiliki kemampuan yang kuat dalam menghambat tirosinase dengan IC50 22,1+0,5 µg/ml. Kemampuan tersebut melebihi IC50 dari trimetilhidrokuinon (31,7+0,9µg/ml) (Weerapreeyakul et al., 2012).

Ekstrak metanol dari daun murbei yang diuji secara in vitro mampu menghambat biosintesis melanin. Hasil isolasi dari daun murbei yaitu mulberosid F (IC50 = 68,3 µg/ml) memiliki kemampuan dalam menghambat pembentukan melanin dan antioksidan, meskipun kemampuannya sedikit lebih rendah dibandingkan kontrol positif yaitu asam kojik (IC50 = 58,5 µg/ml) (Sang-Hee et al., 2002). Krim yang mengandung ekstrak kulit akar dari murbei memiliki aktivitas dalam menghambat melanin dan mengurangi eritema pada kulit (Akhtar et al., 2012).

13.2 TABIR SURYA

13.2.1 Pendahuluan

Tabir surya merupakan suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk menyerap sinar matahari secara efektif terutama daerah emisi gelombang UV sehingga dapat mencegah gangguan pada kulit terhadap pancaran secara langsung sinar UV (Taufikkurohmah, 2005). Terapi sinar ultraviolet B gelombang pendek (UVB) bermanfaat sebagai terapi tambahan pada dermatitis atopik yang kronis. Terapi ultraviolet A (UVA) dengan intensitas yang tinggi diduga dapat bermanfaat pada eksaserbasi akut dan dari mekanisme kerja dapat diindikasikan bahwa eosinofil dan sel epidermal langerhans dapat menjadi target dari intensitas tinggi UVA (Sukandar et al,

Page 117: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�0�

2011). Khasiat dari tabir surya yaitu dinyatakan dengan faktor perlindungan matahari (SPF) (Dutra et al, 2004).

Mekanisme tabir surya sebagai penyerap adalah sebagai berikut:

1. Molekul dalam tabir surya bekerja dengan menyerap energi dari sinar UV, kemudian mengalami eksitasi dari ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi.

2. Saat molekul yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih rendah akan melepaskan energi yang lebih rendah dari energi yang semula diserap untuk menyebabkan eksitasi.

3. Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi, setelah diserap oleh senyawa dalam tabir surya akan berubah menjadi energy yang lebih rendah

4. Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan mengurangi atau menyebabkan efek sunburn pada kulit(Astuti & Setiawan, 2010).

13.2.2 FitoterapiTabir Surya

1. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

202

13.2 TABIR SURYA 13.2.1 Pendahuluan

Tabir surya merupakan suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk menyerap sinar matahari secara efektif terutama daerah emisi gelombang UV sehingga dapat mencegah gangguan pada kulit terhadap pancaran secara langsung sinar UV (Taufikkurohmah, 2005). Terapi sinar ultraviolet B gelombang pendek (UVB) bermanfaat sebagai terapi tambahan pada dermatitis atopik yang kronis. Terapi ultraviolet A (UVA) dengan intensitas yang tinggi diduga dapat bermanfaat pada eksaserbasi akut dan dari mekanisme kerja dapat diindikasikan bahwa eosinofil dan sel epidermal langerhans dapat menjadi target dari intensitas tinggi UVA (Sukandar et al, 2011). Khasiat dari tabir surya yaitu dinyatakan dengan faktor perlindungan matahari (SPF) (Dutra et al, 2004).

Mekanisme tabir surya sebagai penyerap adalah sebagai berikut: 1. Molekul dalam tabir surya bekerja dengan menyerap energi dari sinar UV,

kemudian mengalami eksitasi dari ground state ketingkat energi yang lebih tinggi. 2. Saat molekul yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih rendah akan

melepaskan energi yang lebih rendah dari energi yang semula diserap untuk menyebabkan eksitasi.

3. Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi, setelah diserap oleh senyawa dalam tabir surya akan berubah menjadi energy yang lebih rendah

4. Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan mengurangi atau menyebabkan efek sunburn pada kulit (Astuti & Setiawan, 2010).

13.2.2 Fitoterapi Tabir Surya 1. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

Gambar 13.8 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) (Altaf et al, 2013)

Buah mahkota dewa ditemukan beberapa golongan senyawa metabolit dengan

aktivitas antioksidan. Hasil isolasi pada daging buah tanaman fraksi etil asetat memberikan hasil yaitu senyawa asam lemak dan juga senyawa lignan dengan rumus molekul C19H20O6 dan struktur molekul 5-[4(4-methoxyphenyl)-tetrahydrofuro[3,4-c]

Gambar 13.8 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) (Altaf et al, 2013)

Page 118: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��0

Buah mahkota dewa ditemukan beberapa golongan senyawa metabolit dengan aktivitas antioksidan. Hasil isolasi pada daging buah tanaman fraksi etil asetat memberikan hasil yaitu senyawa asam lemak dan juga senyawa lignan dengan rumus molekul C19H20O6 dan struktur molekul 5-[4(4-methoxyphenyl)-tetrahydrofuro[3,4-c] furan-1-yl]-benzene-1,2,3-triol. Asam lemak dan senyawa lignan termasuk golongan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang dapat menangkap gugus radikal bebas (Lisdawati et al, 2006). Dari hasil uji fitokimia mahkota dewa menunjukkan bahwa mengandung metabolit sekunder yaitu golongan flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid (Gangga et al, 2007).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan aktivitas tabir surya didapat dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara ini vivo pada mencit galur Swiss Weber menggunakan krim ekstrak etanolik buah mahkota dewa. Nilai SPF ditentukan dengan membagi nilai DEM terhadap kulit mencit yang dilindungi tabir surya dengan DEM kulit mencit yang tidak dilindungi tabir surya (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

Aktivitas dari tabir surya yang dimiliki oleh ekstrak buah mahkota dewa yaitu karena adanya glikosida benzofenon. Glikosida benzofenon adalah senyawa fenolik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV. Senyawa fenolik dalam tumbuhan berperan dalam melindungi tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

Page 119: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

���

2. Pisang (Musa acuminate L.)

203

furan-1-yl]-benzene-1,2,3-triol. Asam lemak dan senyawa lignan termasuk golongan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang dapat menangkap gugus radikal bebas (Lisdawati et al, 2006). Dari hasil uji fitokimia mahkota dewa menunjukkan bahwa mengandung metabolit sekunder yaitu golongan flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid (Gangga et al, 2007).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan aktivitas tabir surya didapat dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara ini vivo pada mencit galur Swiss Weber menggunakan krim ekstrak etanolik buah mahkota dewa. Nilai SPF ditentukan dengan membagi nilai DEM terhadap kulit mencit yang dilindungi tabir surya dengan DEM kulit mencit yang tidak dilindungi tabir surya (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

Aktivitas dari tabir surya yang dimiliki oleh ekstrak buah mahkota dewa yaitu karena adanya glikosida benzofenon. Glikosida benzofenon adalah senyawa fenolik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV. Senyawa fenolik dalam tumbuhan berperan dalam melindungi tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

2. Pisang (Musa acuminate L.)

Gambar 13.9 Pisang (Musa acuminate L.) (Nelson et al, 2006)

Kulit pisang mengandung senyawa metabolit yakni flavonoid dan senyawa

saponin (Pane, 2013). Dari hasil pemisahan diperoleh dua senyawa hasil isolat yaitu 5,6,7,4’-tetrahidroksi-3,4-flavan-diol dan 2-sikloheksen-1-on-2,4,4-trimetil-3-O-2’-hidroksipropil eter (Atun et al, 2007). Hasil penelitian ekstrak kulit buah pisang dilakukan dengan menentukan tabir surya dari nilai SPF dengan metode spektrofotometri. Aktivitas penangkal radikal bebas ekstrak etanol mempunyai nilai

Gambar 13.9 Pisang (Musa acuminate L.) (Nelson et al, 2006)

Kulit pisang mengandung senyawa metabolit yakni flavonoid dan senyawa saponin (Pane, 2013). Dari hasil pemisahan diperoleh dua senyawa hasil isolat yaitu 5,6,7,4’-tetrahidroksi-3,4-flavan-diol dan 2-sikloheksen-1-on-2,4,4-trimetil-3-O-2’-hidroksipropileter (Atun et al, 2007). Hasil penelitian ekstrak kulit buah pisang dilakukan dengan menentukan tabir surya dari nilai SPF dengan metode spektrofotometri. Aktivitas pe-nangkal radikal bebas ekstrak etanol mempunyai nilai SPF sebesar 16,63. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kulit buah pisang dapat digunakan sebagai antioksidan dan tabir surya. Disimpulkan dari hasil penelitian bahwa semakin besar aktivitas antioksidan, maka semakin besar nilai SPF (Alhabsyi et al, 2014).Aktivitas antioksidan dihasilkan oleh senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil pada flavonoid. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk donor hidrogen, maka aktivitas antioksi dan senyawa fenolik dapat dihasilkan padareaksi netralisasi radikal bebas yangmengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi (Alhabsyi et al, 2014).

Page 120: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

��2

3. Kencur (Kaempferia galanga L.)

204

SPF sebesar 16,63. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kulit buah pisang dapat digunakan sebagai antioksidan dan tabir surya. Disimpulkan dari hasil penelitian bahwa semakin besar aktivitas antioksidan, maka semakin besar nilai SPF (Alhabsyi et al, 2014). Aktivitas antioksidan dihasilkan oleh senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil pada flavonoid. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk donor hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik dapat dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi (Alhabsyi et al, 2014).

3. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Gambar 13.10 Kencur (Kaempferia galanga L.) (Sravanthi et al, 2010)

Rimpang kencur mengandung senyawa metabolit diantaranya minyak atsiri

2,4–3,9% yang terdiri atas etil para metoksi sinamat (30%), sineol, borneol, kamfer, dan pentadekan. Etil para metoksi sinamat merupakan senyawa dari turunan sinamat berfungsi sebagai pengeblok kimia antiultraviolet B yang berguna sebagai tabir surya (Soeratri et al, 2005). Kencur memiliki kandungan utama etil para metoksisinamat dengan kadar 10% (Rohmah et al.,2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa etil para metoksi sinamat (EPMS) yang diformulasikan dalam sediaan krim tabir surya, diformulasikan dengan basis berfasa air tidak stabil dalam penyimpanan selama 70 hari pada suhu kamar dan mengalami penurunan kadar secara bermakna pada derajat kepercayaan 0,01 (Soeratri et al, 2005). Hasil nilai SPF dari minyak kencur menunjukkan adanya efek perlindungan terhadap sinar matahari secara in vitro. Namun, dibandingkan dengan oktil metoksisinamat yang sebagai pembanding minyak kencur memiliki efektivitas yang lebih rendah (Wilhelmina, 2011). Dari hasil reaksi bahwa ester p-metoksisinamil p-metoksisinamat dapat digunakan sebagai senyawa potensial sebagai tabir surya (Taufikkurohmah, 2005).

Penelitian yang dilakukan Windono et al. (1997) dilakukan dengan mengisolasi etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Pengujian dilakukan secara in vitro dengan mengukur persentasi transmisi eritema (PTE), persentase transmisi

Gambar 13.10 Kencur (Kaempferia galanga L.) (Sravanthi et al, 2010)

Rimpang kencur mengandung senyawa metabolit di antaranya minyak atsiri 2,4–3,9% yang terdiri atas etil para metoksi sinamat (30%), sineol, borneol, kamfer, dan pentadekan. Etil para metoksi sinamat merupakan senyawa dari turunan sinamat berfungsi sebagai pengeblok kimia antiultraviolet B yang berguna sebagai tabir surya (Soeratri et al, 2005).Kencur memiliki kandungan utama etil para metoksisinamat dengan kadar 10% (Rohmah et al.,2009).Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa etil para metoksi sinamat (EPMS) yang diformulasikan dalam sediaan krim tabir surya, diformulasikan dengan basis berfasa air tidak stabil dalam penyimpanan selama 70 hari pada suhu kamar dan mengalami penurunan kadar secara bermakna pada derajat kepercayaan 0,01 (Soeratri et al, 2005). Hasil nilai SPF dari minyak kencur menunjukkan adanya efek perlindungan terhadap sinar matahari secara in vitro. Namun, dibandingkan dengan oktil metoksisinamat yang sebagai pembanding minyak kencur memiliki efektivitas yang lebih rendah (Wilhelmina, 2011). Dari hasil reaksi bahwa ester p-metoksisinamil p-metoksisinamat dapat digunakan sebagai senyawa potensial sebagai tabir surya (Taufikkurohmah, 2005).

Page 121: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

���

Penelitian yang dilakukan Windono et al. (1997) dilakukan dengan mengisolasi etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Pengujian dilakukan secara in vitro dengan mengukur persentasi transmisi eritema (PTE), persentase transmisi pigmentasi (PTP), dan Faktor Proteksi Matahari (FPM). Hasil penelitian adalah bahwa etil p-metoksi sinamat aktif sebagai suntan yang menyerap sinar (UV-B) pada konsentrasi 8 dan 10 µg/mL dan proteksi ultra sebagai sunblock pada konsentrasi 8, 10, dan 12 µg/mL. Oktil metoksisinamat tergolong tabir surya yang melindungi kulit dengan menyerap energi radiasi UV. Radiasi yang diserap menyebabkan molekulnya tereksitasi menjadi bentuk yang memiliki energi lebih besar. Ketika molekul kembali dalam keadaan awal, energi akan diemisikan dalam bentuk yang lebih rendah daripada energi yang diserap. Oktil metoksisinamat menyerap sinar UV pada panjang gelombang 290-320 nm pada daerah UVB. Kekuatan penyerapan UV adalah dalam bentuk isomer trans- dan cis- berbeda karena koefisien ekstinsi yang menentukan kekuatan penyerapan UV, bentuk trans- lebih besar daripada bentuk cis-(Wilhelmina, 2011).

4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

205

pigmentasi (PTP), dan Faktor Proteksi Matahari (FPM). Hasil penelitian adalah bahwa etil p-metoksi sinamat aktif sebagai suntan yang menyerap sinar (UV-B) pada konsentrasi 8 dan 10 µg/mL dan proteksi ultra sebagai sunblock pada konsentrasi 8, 10, dan 12 µg/mL. Oktil metoksisinamat tergolong tabir surya yang melindungi kulit dengan menyerap energi radiasi UV. Radiasi yang diserap menyebabkan molekulnya tereksitasi menjadi bentuk yang memiliki energi lebih besar. Ketika molekul kembali dalam keadaan awal, energi akan diemisikan dalam bentuk yang lebih rendah daripada energi yang diserap. Oktil metoksisinamat menyerap sinar UV pada panjang gelombang 290-320 nm pada daerah UVB. Kekuatan penyerapan UV adalah dalam bentuk isomer trans- dan cis- berbeda karena koefisien ekstinsi yang menentukan kekuatan penyerapan UV, bentuk trans- lebih besar daripada bentuk cis- (Wilhelmina, 2011). 4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

Gambar 13.11 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan teh hijau mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, dan kuinon (Maulida, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan nilai sun Protection Factor (SPF) dilakukan secara in vitro. Dari hasil pengukuran nilai SPF bahwa tidak menunjukkan efek tabir surya. Sedangkan oktil metoksisinamat dikombinasikan dengan ekstrak daun teh hijau menghasilkan nilai SPF yang cukup besar, yaitu menunjukkan efek tabir surya (Setiawan, 2010). Pemberian ekstrak teh hijau secara topikal dapat melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Soenarjady, 2014). Kemampuan polifenol dalam teh hijau dapat menstabilkan UV filter organik. UV filter organik seperti oktil metoksisinamat berupa senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus para dan orto antara gugus penerima elektron dan gugus pelepas elektron sehingga terjadi delokalisasi dan perpindahan elektron dari gugus yang melepaskan elektron ke gugus penerima elektron (Setiawan, 2010).

Gambar 13.11Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan teh hijau mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, dan kuinon (Maulida, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF) dilakukan secara in vitro. Dari hasil pengukuran nilai SPF

Page 122: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

���

bahwa tidak menunjukkan efek tabir surya. Sedangkan oktil metoksisinamat dikombinasikan dengan ekstrak daun teh hijau menghasilkan nilai SPF yang cukup besar, yaitu menunjukkan efek tabir surya (Setiawan, 2010). Pemberian ekstrak teh hijau secara topikal dapat melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Soenarjady, 2014). Kemampuan polifenol dalam teh hijau dapat menstabilkan UV filter organik. UV filter organik seperti oktil metoksisinamat berupa senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus para dan orto antara gugus penerima elektron dan gugus pelepas elektron sehingga terjadi delokalisasi dan perpindahan elektron dari gugus yang melepaskan elektron ke gugus penerima elektron (Setiawan, 2010).

5. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)

206

5. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) (Bhattacharyya, 2008)

Kandungan senyawa metabolit yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air,

serat kasar, karbohidrat, protein, enzim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tanin (Damogalad et al, 2013). Dari hasil penelitian bahwa penentuan efektivitas dan kemampuan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan spektrofotometri UV-Vis. Kandungan kimia dalam kulit nanas yaitu flavonoid dan tanin bekerja sebagai bahan aktif tabir surya (Damogalad et al, 2013). Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya dari sinar sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Tanin merupakan senyawa antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi resiko kanker kulit dan penuaan dini (Damogalad et al, 2013). 6. Jagung (Zea mays L.)

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) (Kumar et al, 2013)

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) (Bhattacharyya, 2008)

Kandungan senyawa metabolit yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air, serat kasar, karbohidrat, protein, enzim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tanin (Damogalad et al, 2013). Dari hasil penelitian bahwa penentuan efektivitas dan kemampuan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan spektrofotometriUV-Vis. Kandungan kimia dalam kulit nanas yaitu flavonoid dan tanin bekerja sebagai

Page 123: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

���

bahan aktif tabir surya (Damogalad et al, 2013). Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya darisinar sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Tanin merupakan senyawa antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi resiko kanker kulit dan penuaan dini (Damogalad et al, 2013).

6. Jagung (Zea mays L.)

206

5. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) (Bhattacharyya, 2008)

Kandungan senyawa metabolit yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air,

serat kasar, karbohidrat, protein, enzim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tanin (Damogalad et al, 2013). Dari hasil penelitian bahwa penentuan efektivitas dan kemampuan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan spektrofotometri UV-Vis. Kandungan kimia dalam kulit nanas yaitu flavonoid dan tanin bekerja sebagai bahan aktif tabir surya (Damogalad et al, 2013). Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya dari sinar sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Tanin merupakan senyawa antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi resiko kanker kulit dan penuaan dini (Damogalad et al, 2013). 6. Jagung (Zea mays L.)

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) (Kumar et al, 2013)

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) (Kumar et al, 2013)

Penelitian membuktikan bahwa ekstrak tongkol jagung memiliki kandungan fenolik. Ekstrak tongkol jagung dengan etanol 80% (E80) menunjukkan kandungan fenolik tertinggi diikuti dengan ekstrak E60, E40 dan E20 (Lumempouwa et al., 2012). Ekstrak E80 memiliki kemampuan sebagai bahan aktif tabir surya yang paling baik, dengan nilai SPF lebih tinggi daripada ekstrak E60, E40, dan E20. Ini menunjukkan bahwa kandungan fenolik yang tinggi meningkatkan nilai SPF. Kandungan senyawa fenolik terbukti mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat efek induksi dari radiasi UV. Penentuan efektivitas anti UV-B dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro menggunakan sinar UV-Vis pada panjang gelombang 290 sampai 320 nm (sesuai panjang gelombang UV-B) (Lumempouwa et al., 2012).

Page 124: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

���

Penelitian lain menjelaskan bahwa ekstrak tongkol jagung dengan pelarut etil asetat memiliki nilai SPF lebih tinggi dibandingkan ekstrak dengan pelarut etanol 70%, n-heksan dan butanol. Analisis kandungan total fenolik dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fraksi fenolik tongkol jagung dapat berperan sebagai antioksidan dan sekaligus sebagai tabir surya (Wungkana et al., 2013).

13.3 DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, N., Hisham, J., Khan, H., Khan, B., Mahmood, T., Saeed, T., 2012, Whitening and Antierythemic effect of a cream containingMorus alba extract, Hygeia.J.D.Med.vol.4 (1), April 2012 – Sept.2012.

Alhabsyi, D.F, E. Suryanto & D.S. Wewengkang. 2014. Aktivitas Antioksidan Dan Tabir Surya PadaEkstrak Kulit Buah Pisang Goroho (Musa Acuminate L.). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3(2) : 2302-2493.

Altaf, R., Asmawi, M. Z. B., Dewa, A., Sadikun, A., Umar, M. I. 2013. Phytochemistry and medicinal properties of Phaleriamacrocarpa (Scheff.) Boerl. extracts. PharmacognosyReviews. 7(13): 73–80. http://doi.org/10.4103/0973-7847.112853

Arini, R., 2013, Korelasi Daya Hambat Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Aktivitas Tirosinase secara In Vitro dengan Hambatan Pembentukan Melanin pada Ikan Mas Hitam, Skripsi, Univeritas Surabaya.

Aruna, G., Yerragunt, V.G., Raju, A.B. 2012. Photochemistry And Pharmacology of Raphanus sativus. International Journal Of Drug Formulation And Research. Jan-Feb 2012; 3(1): 43-52.

Arung, E., Shimizu, K., Kondo, R., 2006, Inhibitory Effect of Artocarpanone from Artocarpus heterophyllus onMelanin Biosynthesis, Biol. Pharm. Bull. 29(9) 1966—1969.

Page 125: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

���

Astuti, I.Y & D. Setiawan. 2010. Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat (Persea Americana Mill) YangDikombinasikan Dengan Ekstrak Lidah Buaya Sebagai Bahan AktifLosio Tabir Surya. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Atun, S., R. Arianingrum, S. Handayani, Rudyansah & M. Garson. 2007. Identification And Antioxidant Activity Test Of Some Compounds From Methanol Extract Peel Of Banana (Musa paradisiaca Linn.). Indo. J. Chem. Vol. 7(1) : 83-87.

Bhattacharyya, B.K. 2008. Bromelain: An Overview. Natural Product Radiance. 7(4): 359-363.

Chang, T.S. 2009. An Updated Review of Tyrosinase Inhibitors. International Journal of Molecular Sciences. Vol 10 : 2440-2475.

Chih-Yu, L., Po-Len, L., Li-Ching, L., Yen-Ting, C., You-Chen, H., 2013, Antimelanoma and Antityrosinase fromAlpinia galangal Constituents, The Scientific World Journal, Volume 2013, Article ID 186505, 5 pages.

Chudiwal, A.K., Jain, D.P., Somani, R.S. 2010. Alpinia galangaWilld.–An overview on phyto-pharmacological properties. Indian Journal of Natural Products and Resources. Jun 2010; 1(2): 143-149.

Damogalad, V., H.J. Edy & H.S. Supriati. 2013. Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Nanas(Ananas Comosus L Merr) Dan Uji In Vitro NilaiSun Protecting Factor (Spf). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2(2) : 39-45.

Devi, B., Sharma, N., Kumar, D., Jeet, K., 2013, Morus Alba Linn: A Phytopharmacological Review, Int J Pharm Pharm Sci, Vol 5, Suppl 2, 14-18.

Dutra, E.A, D.A.G.C. Oliveira, E.R.M. Kedorhackmann & M.I.R.M.Santoro. 2004. Determination of sun protection factor (SPF) of sunscreens by ultravioletspectrophotometry. Journal of Pharmaceutical Sciences. Vol. 40(3) : 381-385.

Elevitch C.R., dan Manner, H.I. Artocarpus heterophyllus (jackfruit). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Apr 2006; 1(1): 1-17.

Page 126: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

���

Gangga, E., H. Asriani & L. Novita. 2007. Analisis Pendahuluan Metabolit Sekunderdari Kalus Mahkota Dewa(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 5(1) : 17-22.

Gutierrez, R., dan Prez, R., 2004, Raphanus sativus (Radish): Their Chemistry and Biology, TheScientificWorldJOURNAL, (2004) 4, 811–837.

Hakim, E. H., Y. M. Syah, L. D. Juliawati & D. Mujahidin. 2008. Aktifitas Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase Beberapa Stilbenoid dari Tumbuhan Moraceae dan Dipterocarpaceae yang Potensial untuk Bahan Kosmetik. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 13 (2).

Irianti, T., Fakhrudin, N., Hartono, S., 2008, Perbandingan Inhibisi Ekstrak Air Daun Teh (Camellia sinensis(L) O.K.) terhadap Vitamin C pada Fotodegradasi Tirosin yangDiinduksi Ketoprofen dan Kandungan Fenolik Totalnya, Majalah Obat Tradisional, Volume 13, Issue 45.

Jaju, S., Indurwade, N., Sakarkar, D., Fuloria, N, Ali, M., 2009, Galangoflavonoid Isolated from Rhizome of Alpiniagalanga (L) Sw (Zingiberaceae), Trop J Pharm Res, December 2009; 8 (6): 5 45.

Jakmatakul, R., Suttisri, R., Tengamnuay, P., 2009, Evaluation of antityrosinase and antioxidant activities ofRaphanus sativus root: comparison betweenfreeze-dried juice and methanolic extract, Thai J. Pharm. Sci. 33 (2009) 22-30.

Ji-Young, M., Eun-Young, Y., Gwanpil, S., Nam, H., Chang-Gu, H., 2010, Screening of elastase and tyrosinase inhibitoryactivity from Jeju Island plants, EurAsia J BioSci, 4, 41-53.

Kamkaen, N., Mulsri, N., Treesak, C., 2007, Screening of Some Tropical Vegetables forAnti-tyrosinase Activity, Thai Pharm Health Sci J, 2007;2(1):15-19.

Kumar, D., dan Jhariya, A.N. 2013. Nutritional, Medicinal and Economical importance of Corn: A Mini Review. Research Journal of Pharmaceutical Sciences. 2(7): 7-8.

Kuo-Hsien, W., Rong-Dih, L., Feng-Lin, H., Yen-Hua, H., Hsien-Chang, C., 2006, Cosmetic applications of selected traditionalChinese herbal medicines, Journal of Ethnopharmacology 106 (2006) 353–359.

Page 127: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

���

Lisdawati, V., L. Broto & S. Kardono. 2006. Aktivitas Antioksidan Dari Berbagi Fraksi Ekstrak Daging Buah dan Kulit Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Media Litbang Kesehatan XVI. Nomor 4 Tahun 2006.

Lumempouwa, L. I., Edi S., & Jessy J.E. P. 2012. Aktivitas Anti UV-B Ekstrak Fenolik dari Tongkol Jagung (Zea mays L.). Jurnal Mipa Unsrat Online Vol. 1. No.1: 1-4.

Maulidia, O. S. 2010. Uji Efektivitas dan Fotostabilitas Krim Ekstrak Etanol 70% Teh Hitam (Camellia Sinensis L.) sebagai Tabir Surya secara In Vitro. Skripsi Program Studi Farmasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Miljkovic, V.M., Nikolic, G.S., Nikolic, L.B., Arsic, B.B. Morus Species Through Centuries In Pharmacy And As Food. Advanced Technologies. 2014; 3(2): 111-115.

Namita, P., Mukesh, R., Vijay, K.J. 2012. Camellia sinensis (Green Tea): A Review. Global Journal of Pharmacology. 6(2): 52-59.

Nelson, S.C., Ploetz, R.C., Kepler, A.K. 2006. Musa species (banana and plantain). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. 2(2): 1-33.

No, J., Soung, D., Kim, Y., Shim, K, Jun, Y., 1999, Inhibition of tyrosinase by green tea components, Life Sci. 1999;65(21):PL241-6.

Pane, E.R. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak MetanolKulit Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum). Valensi. Vol. 3(2) : 76-81.

Panich, U., Kongtaphan, K., Onkoksoong, T., Jaemsak, K., Phadungrakwittaya, R., 2010, Modulation of antioxidant defense by Alpinia galanga and Curcuma aromatica extracts correlates with their inhibition of UVA-induced melanogenesis, Cell Biology and Toxicology, April 2010, Volume 26, Issue 2, pp 103-116.

Prakash, O., Kumar, R., Gupta, R., 2009, Artocarpus heterophyllus (Jackfruit): An overview, Phcog Rev, 3:353-8

Putri W.S., F. M. T. Supriyanti, Zackiyah. Penentuan Aktivitas dan Jenis Inhibisi Ekstrak Metanol Kulit Batang Artocarpus heterophyllus Lamk Sebagai Inhibitor Tirosinase. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Vol. 1 (1) : 94-99.

Page 128: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�20

Rohmah, J., Titik T., & Hadi P. 2009. Optimasi Suhu Sintesis Isoamil P-Metoksisinamat Melalui Reaksi Transesterifikasi dari Etil P-Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa. Surabaya.

Sandeep, K., Nisha, Shweta, Archana, 2012, Green Tea Polyphenols: Versatile Cosmetic Ingredient, IJARPB, 2012; Vol.1 (3): 348- 362.

Sang-Hee, L., Sang-Yoon, C., Hocheol, K., Jae-Sung, H., Byeong-Gon, L., 2002, Mulberroside F Isolated from the Leaves of Morus alba Inhibits MelaninBiosynthesis, Biol. Pharm. Bull. 25(8) 1045—1048.

Sangsrichan, S., dan Ting, R., 2010, Antioxidation and Radical Scavenging Activities andTyrosinase Inhibition of Fresh Tea Leaves, Camellia Sinensis, Sci. J. UBU, Vol. 1, No. 1 (January-June, 2010) 76-81.

Setiawan, T. 2010. Uji Stabilitas dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir Surya yang Mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) Oktil Metoksisinamat dan Titanium Dioksida. Skripsi. Universitas Indonesia.

Shimogaki, H., Tanaka, Y., Tamai, H., Masuda, M., 2000, In vitro and in vivo evaluation of ellagic acid on melanogenesis inhibition, Int J Cosmet Sci. 2000 Aug;22(4):291-303.

Shovyana, H.H. & A.K. Zulkarnain. 2013. Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim w/o Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa[Scheff.] Boerl.) Sebagai Tabir Surya. Traditional Medicine Journal. Vol. 18(2) : 109-117.

Soekamto, N.H., S. A. Achmad, E. L. Ghisalberti, N. Aimi, E.H. Hakim, Y.M. Syah. Beberapa Senyawa Fenol dari Tumbuhan Morus macrora Miq. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 8 (1) : 35-40.

Soenarjady, H.W. 2014. Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dapat Mencegah Penurunan JumlahKolagen Dermis Dan Peningkatan EkspresiMatriks Metalloproteinase-1 Pada Mencit Balb-C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B. Tesis. Universitas Udayana.

Soeratri, W., N. Ifansyah & D. Fitrianingrum. 2005. Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya Dari BahanEkstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Berk. Penel. Hayati. 10 : 103-105.

Page 129: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�2�

Somman, A., dan Siwarungson, N., 2014, Comparison Of Antioxidant Activity And Tyrosinase InhibitionIn Fresh White Radish, Garlic And Ginger, 2ndInternational Conference on Innovation Challenges In Multidisciplinary Research & Practice, December 17-18, 2014. ICMRP © 2014 Kuala Lumpur, Malaysia.

Sravanthi, C.K., Manthri, S., Srilakshmi, Ashajyothi, V. 2010. Wound Healing Herbs – A Review. International Journal of Pharmacy and Technology. 2(4): 603-624.

Sukandar, E.Y, R. Andrajati, J. Sigit, K. Adnyana, A.P. Setiadi & Kusnandar. 2011. Iso Farmakoterapi. Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta.

Taufikkurohmah, T. 2005. Synthesis Of P-Methoxy-Cynnamil- P-MetoxycinamateFrom Ethyl P-Methoxycinamat Was Isolated From Dried RhizomeKaempferia Galanga L As Sunscreen Compound. Indo. J. Chem. Vol. 5(3) : 193-197.

Weerapreeyakul, N., Seebundit, K., Pra-yong, P., 2012, Antioxidative and Tyrosinase Inhibitory Activitiesof Indigenous Plants, KKU Sci. J. 40(2) 572-583.

Widyaningrum, Naniek. Epigallocatehin-3-Gallate (EGCG) Pada Daun Teh Hijau Sebagai Anti Jerawat. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 17 (3) : 95-98

Wihelmina, C. E. 2011. Pembuatan Dan Penentuan Nilai SPF Nanoemulsi Tabir Surya Menggunakan Minyak Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai Fase Minyak. Skripsi Program Studi Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Wikipedia, diambil dari: URL: .https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkuang. diakses 18 Juli 2016.

Windono, T., Jany, & Widji, S. 1997. Aktivitas Tabir Matahari Etil P-Metoksisinamat Yang Diisolasi Dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. 3. No. 4.

Wungkana, I., Edi S., & Lidya M. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya Fraksi Fenolik dari Limbah Tongkol Jagung (Zea mays L.). PHARMACON. Vol. 2. No.4.

Page 130: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�22

Zafar, M.S., Muhammad, F., Javed, I., Akhtar, M., Khaliq, T., Aslam, B., Waheed, A., Yasmin, R., Zafar, H. 2013. White Mulberry (Morus alba): A Brief Phytochemical and Pharmacological Evaluations Account. International Journal of Agriculture and Biology. 15: 612-620.

Page 131: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�2�

GLOSARIUM

Antioksidan : Senyawa yang membantu melindungi terhadap kerusakan akibat radikal bebas.

Difusi : Peristiwa berpindahnya suatu zat/partikel dalam pelarut dari bagian dengan konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah

Ekstrak : Sediaan kering, kental, atau cair dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menggunakan metode tertentu

Ekstraksi : Proses penyarian atau penarikan suatu zat dari simplisai nabati atau hewani

Farmakologi : Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan

Fitokimia : Senyawa kimia dari bahan tumbuhan

Herbal : Tanaman atau tumbuhan

Inflamasi : Radang

Minyak Esensial : Minyak atsiri

Mortalitas : Kematian

Polar : Larut air

: Pencegahan

Proliferasi : Pertumbuhan atau berkembangbiakan pesat untuk menghasilkan jaringan baru, bagian, sel

Reseptor : Molekul protein yang menerima sinyal kimia dari luar sel

: Fase kontraksi atrium dan ventrikel

Page 132: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2�

INDEKS

Alamanda (Allamanda cathartica L.) 160

Andalas (Morus macrouraL.) 197

Anting-anting (Acalypha indica L.) 167

Bawang merah (Allium cepaL.) 154

Bawang Putih (Allium sativum L.) 153, 162

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L). 164

Bengkoang (Pachyrizus erosus(L.) Urb.) 196

Bidara Upas (Merremia mammosa Hall) 175

Cempedak (Artocarpus champeden(Lour.) Stokes)

168

Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) 192

Delima (Punica granatum L.) 170

Eukaliptus (Eucalyptus globulusLabill.) 187

Gambir (Uncaria gambir Roxb) 188

Jagung (Zea mays) 206

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) 122, 133, 159

Jambu Biji ((Psidium guajava L.) 146

Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) 163

Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc) 165

Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) 154

Page 133: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

�2�

Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz)

173

Kelor (Moringa oleifera) 144

Kencur (Kaempferia galanga L.) 204

Kunyit (Curcuma domestica Val). 125, 136, 163

Kurma (Phoenix dactylifera) 148

Labu Merah (Cucurbita moschata Duch.) 172

Lada Hitam (Piper nigrum) 124

Legundi (Vitex trifolia Linn.) 177

Lengkuas (Alpinia galanga Linn) 161, 200

Lidah Buaya (Aloe vera) 123, 129

Lobak (Raphanus sativus) 199

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) 202

Mangrove (Avicenna marina (Forsk.)Vierh) 193

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) 132, 175, 186

Meniran (Pyllanthus niruri Linn) 155, 189

Miana (Coleus blumei) 171

Murbei (Morus alba) 201

Nanas (Ananas comosus L Merr) 206

Nangka (Artocarpus heterophyllus) 198

Palaisa (Kleinhovia hospita Linn) 191

Pegagan (Centella asiatica) 174

Page 134: Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan …

Tanaman Obat Indonesia 2

�2�

Pepaya (Carica papaya L.) 130, 158, 166

Petai (Parkia speciosa. Hassk) 147

Pinang (Areca catechu) 169

Pisang (Musa acuminate L.) 203

Sambiloto (Andrographis paniculata) 134, 155, 190

Singalawang (Petiveria Alliacea) 176

Sirih (Piper betle Linn.) 135, 157

Sirih Merah (Piper crocatum) 72, 218

Sirsak (Annona muricata) 156

Srigading (Ncytanthes arbortristis) 126

Teh (Camellia sinensis) 125, 158, 199, 205

Temulawak (Curcuma xanthorrihiza) 186

Terong Belanda (Solanum betaceum) 145