Makalah Bentuk Sediaan Obat

54
MAKALAH FARMASETIKA DASAR “BENTUK SEDIAAN DAN CARA PEMBERIAN OBAT” OLEH : LOKAL IB (KELOMPOK 2) Anindita Rizkiana Aprilia Nur Dwiyanti Elma Nur Hidayanti Indah Nur Yulianti Isti Isnaini Muhammad Alfin Rachmadhan Risna Tridayanti Syifa Amelia Khairunnisa JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

description

Makalah Bentuk Sedan Obat Semester 1, Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakartas II

Transcript of Makalah Bentuk Sediaan Obat

Page 1: Makalah Bentuk Sediaan Obat

MAKALAH FARMASETIKA DASAR

“BENTUK SEDIAAN DAN CARA PEMBERIAN OBAT”

OLEH :

LOKAL IB(KELOMPOK 2)Anindita Rizkiana

Aprilia Nur Dwiyanti

Elma Nur Hidayanti

Indah Nur Yulianti

Isti Isnaini

Muhammad Alfin Rachmadhan

Risna Tridayanti

Syifa Amelia Khairunnisa

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT

2014

Page 2: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan

karunianya kami dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang tepat.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mingguan Farmasetika

dengan judul “Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat” yang mencakup materi

alasan dibuat sediaan obat, macam-macam bentuk sediaan obat, dan rute

pemberian obat.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu

mahasiswa dan mahasiswi Farmasi yang membaca mendapat informasi terbaru

dan memudahkan dalam pembelajaran mata kuliah Farmasetika Dasar. Kami juga

mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik dan benar. Penulis sadar,

sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya

kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik di

masa yang akan datang. Penulis berharap, semoga makalah sederhana ini, dapat

menjadi pengetahuan dan informasi baru yang dikemas dalam bentuk singkat,

padat dan jelas.

Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.

Jakarta, 11 Oktober 2014

Penulis

Kelompok 2 (Farmasi) 2

Page 3: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………4

B. Rumusan Masalah…………………………………...5

C. Tujuan……………………………………………….5

BAB II. Tinjauan Pustaka

A. Alasan Dibuat Sediaan Obat………………………..6

B. Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat……………...7

C. Rute Pemberian Obat………………………………22

D. Keuntungan dan Kerugian Rute Pemberian Obat….29

E. Tempat Pemberian Obat……………………………32

BAB III. Penutup

A. Kesimpulan………………………………………...35

B. Saran………………………………………………..35

Daftar Pustaka

Kelompok 2 (Farmasi) 3

Page 4: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering

merupakan suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat

bukan obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam-

macam dan khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini

sebagai bahan farmasi akan dihasilkan sediaan farmasi atu bentuk sediaan

dengan tipe yang bermacam-macam. Bahan farmasi ini melarutkan,

mensuspensi, mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi, menstabilkan,

mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak bermacam-

macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur dan

menarik. Masing-masing tipe bentuk sediaan mempunyai sifat-sifat fisika

dan sifat-sifat farmasi yang khusus. Sediaan yang bermacam-macam ini

merupakan tantangan bagi ahli-ahli farmasi di pabrik dalam membuat

formula dan bagi dokter dalam memilih obat serta cara pemberiannya

untuk ditulis dalam resep. Bidang umum yang mempelajari faktor-faktor

fisika, kimia dan biologi yang mempengaruhi formulasi, pembuatan di

pabrik, stabilitas dan efektivitas dari bentuk sediaan farmasi disebut

farmasetik.

Sifat yang keras dan takaran yang rendah dari kebanyakan obat-

obat yang digunakan saat ini menghalangi setiap harapan bahwa

masyarakat umum akan dapat memperoleh takaran yang tepat dengan

aman dari bahan berupa bahan baku berkhasiat. Sebagian besar daro obat

yang banyak, digunakan dalam jumlah miligram, sangat sedikit unutk

ditimbang dengan sesuatu kecuali dengan timbangan laboratorium yang

peka.

Kelompok 2 (Farmasi) 4

Page 5: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

B. Rumusan Masalah

1. Alasan apa saja dibuatnya bentuk sediaan obat ?

2. Apa saja macam bentuk sediaan obat ?

3. Apa saja rute/jalur pemberian obat ?

4. Apa keuntungan dan kerugian dari tiap rute/ jalur pemberian obat ?

C. Tujuan

1. Mengetahui alasan dibuatnya bentuk sediaan obat

2. Mengetahui macam-macam bentuk sediaan obat

3. Mengetahui rute/jalur pemberian obat

4. Serta mengetahui kerugian dan keuntungan tiap rute/jalur pemberian

obat

Kelompok 2 (Farmasi) 5

Page 6: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alasan Dibuat Bentuk Sediaan Obat

Berikut adalah alasan-alasan dibuatnya bentuk sediaan farmasi :

1. Untuk melindungi zat obat dari pengaruh yang merusak dari oksigen

udara atau kelembapan (misalnya tablet salut, ampul tertutup).

2. Untuk melindungi zat obat terhadap pengaruh yang merusak dari asam

lambung sesudah pemberian secara oral (misalnya tablet bersalut

enterik).

3. Menutupi rasa pahit, asin atau menjijikan atau bau dari zat obat

(misalnya kapsul, tablet bersalut, sirup-sirup yang diberi pengenak

rasa.

4. Menyediakan sediaan cair dari zat yang tidak larut atau tidak stabil

dalam pembawa yang diinginkan (misalnya suspensi).

5. Menyediakan bentuk sediaan cair dari zat yang larut dalam pembawa

yang diinginkan (misanya larutan)

6. Menyediakan obat dengan kerja yang luas, dengan cara mengatur

pelepasan obat (misalnya tablet, kapsul dan suspensi yang pelepasan

obatnya diatur)

7. Meperlengkap kerja obat yang optimum dari tempat pemberian secara

topikal (misalnya salep, krim, tempelan transdermal, obat mata, telinga

dan hidung).

8. Memberikan penempatan obat ke dalam salah satu lubang dari badan

(misalnya supositoria melaui anus atau vagina)

9. Memberikan penempatan obat secara langsung ke dalam aliran darah

atau ke dalam jarungan tubuh (misalnya injeksi)

10. Memberikan kerja obat yang optimum melalui pengobatan inhalasi

(misalnya obat-obat inhalasi dan aerosol inhalasi)

Kelompok 2 (Farmasi) 6

Page 7: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

B. Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat

Ada berbagai macam bentuk sediaan yang ada, berikut adalah

macam-macam bentuk sediaan obat :

a. Bentuk Sediaan Solid (Padat)

Bentuk sediaan ini terbagi atas beberapa jenis, antara lain :

1. Tablet

Sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan

atau tanpa bahan pengisi, dibuatdengan cara dikempa dalam

bentuk umumnya tabung pipih, yang kedua permukaannya

rata/cembung. Terdapat zat-zat tambahan dalam pembuatan

tablet yaitu :

Zat Pengisi : Laktosa, sukrosa, glukosa etc

Zat Pengikat : Pati, gelatin, gom arab etc

Zat Pelicin : Talk, Mg-stearat, asam stearat etc

Zat Penghancur : Primojel

Berikut adalah beberapa macam bentuk sediaan tablet :

Tablet Biasa

Yaitu tablet yang dicetak, tidak disalut

diabsorpsi disaluran cerna dan pelepasan obatnya

cepat untuk segera memberikan efek terapi. Contoh

: tablet paracetamol.

Tablet Kompresi

Adalah tablet yang dibuat dengan sekali

tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan

ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi

tambahan sejumlah bahan pembantu. Contohnya :

Bodrexin.

Kelompok 2 (Farmasi) 7

Page 8: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Tablet Kompresi Ganda

Adalah tablet kompresi berlapis, dalam

pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali

tekanan. Contohnya : Decolgen .

Tablet Trikurat

Tablet kempa atau cetak bentuk kecil

umumnya silindris dan biasanya mengandung

sejumlah kecil obat keras . Tetapi tablet ini Sudah

jarang ditemukan.

Tablet Hipodermik

Tablet yang dibuat dari bahan yang mudah

larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk

membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang

diberikan secara oral. Contoh: Atropin Sulfat.

Tablet Sublingual

Tablet yang digunakan dengan meletakkan

di antara pipi dan gusi. Contoh : Progesteron.

Tablet Effervecent

Tablet berbuih yang dibuat dengan cara

kompresi granul yang mengandung garam

efervescent/bahan lain yang dapat melepaskan gas

ketika bercampur dengan air, seperti as.sitrat-

Na.karbonat. Harus dikemas dalam wadah tertutup

rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket

tertulis “tidak untuk langsung ditelan”. Contoh :

CDR, Redoxon, Aspirin effervescent.

Tablet Bukal

Tablet yang digunakan dengan meletakkan

di antara pipi dan gusi. Contoh : Progesteron.

Kelompok 2 (Farmasi) 8

Page 9: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Tablet Diwarnai Coklat

Tablet ini menggunakan coklat untuk

menyalut dan mewarnai tablet, misalnya dengan

menggunakan oksida besi yang dipakai sebagai

warna tiruan coklat.

Tablet Kunyah

Cara pemakaiannya dengan cara dikunyah

untuk formulasi tablet anak, multivitamin, antasida,

antibiotik tertentu Ex : Erysanbe chew Promag.

Tablet Hisap

Tablet yang dapat melarut/ hancur perlahan

dalam mulut Ditujukan u/ pengobatan iritasi

lokal/ ataupun nfeksi mulut dan tenggorokan Ex :

FG Troches Degirol.

Tablet Vaginal

Dimaksudkan untuk diletakkan dalam

vagina dengan alat penyisip khusus, di dalam

vagina obat akan dilepaskan dan umumnya untuk

efek lokal.Contoh : Naxogin complex vaginal

Flagystatin tab vaginal.

Tablet Lepas Lambat

Tablet yang dibuat sedemikian rupa untuk

melepaskan obatnya secara perlahan-lahan

sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka

waktu tertentu setelah obat diberikan.Umumnya

dikenal sebagai tablet yang kerjanya : controlled

release, delayed release, sustained release,

sustained action, prolonged release, timed realease,

Kelompok 2 (Farmasi) 9

Page 10: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

slow release.Contoh: Avil retard, Profenid CR,

Isoptin SR, Adalat OROS.

Tablet Salut

Alasan dibuatnya tablet salut antara lain :

1. Melindungi zat aktif dari cahaya, udara,

kelembaban.

2. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.

3. Membuat penampilan obat lebih menarik.

4. Mengatur tempat pelepasan obat dalam

saluran pencernaan.

Ada tiga jenis dari tablet ini antara lain :

Tablet Salut Gula

Merupakan tablet tablet kempa yang

terdiri dari penyalut gula. Tujuan

penyalutan ini adalah untuk melindungi

obat dari udara dan kelembapan serta

member rasa atau untuk menghindarkan

gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa

atau bau bahan obat. Contohnya : Pahezon,

Arcalion.

Tablet Salut Selaput

Tablet ini disalut dengan selaput

yang tipis yang akan larut atau hancur di

daerah lambung usus. Contohnya : Fitogen.

Tablet Salut Enterik

Tablet yang disalut dengan lapisan

yang tidak hancur dilambung tapi hancur di

usus. contoh : Voltaren 50 mg, Enzymfort.

2. Kapsul

Kelompok 2 (Farmasi) 10

Page 11: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri

dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya

yang sesuai. Tujuan dibalik dibuatnya bentuk sediaan

kapsul antara lain :

1. Menghindari rasa pahit/tidak enak dari bahan obat.

2. Dapat membagi obat dalam dosis yang tepat.

3. Melindungi obat dari pengaruh luar (oksidasi dari

O2.

Ada dua jenis kapsul yang ada saat ini antara lain :

a. Kapsul keras

Terbuat dari gelatin

Biasanya berisi : serbuk, butiran, granul, tablet

kecil, bahan semi padat/cairan

b. Kapsul Lunak

Dibuat dari campuran gelatin, gliserol,

sorbitol/metilselulosa

Biasanya berisi : cairan, suspensi, bahan bentuk

pasta

Berikut variasi ukuran-ukuran bentuk sediaan kapsul :

Ukuran Kapsul Kapasitas Volume rata-rata(ml)

00

0

1,36

00 0,95

0 0,67

1 0,48

2 0,38

Kelompok 2 (Farmasi) 11

Page 12: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

3 0,27

4 0,20

5 0,13

3. Kaplet

Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang

dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat

warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya

bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari

pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat

dari keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian

padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval

seperti kapsul.

4. Pulvis (Serbuk)

Campuran obat dan atau bahan kimia dalam bentuk

kering halus dan homogen . Pulvis = Bulk Powder = serbuk

yang tak terbagi Contoh: Caladine powder, enbatic serbuk

tabur. Ada dua cara penggunaan pulvis antara lain :

1. Sebagai Obat Luar

a. Sebagai antiseptic

b. Sebagai anti fungal

2. Sebagai Obat Dalam

a. Pemakaian memalui mulut, krongkongan dan

saluran pencernaan

5. Pulveres

Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1 atau

lebih bahan obat yang dibuat dalam bentuk terbagi-bagi ,

Kelompok 2 (Farmasi) 12

Page 13: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

yang kering , halus dan homogen. Tujuan dibuatnya

pulveres adalah sebagai berikut :

1. Diinginkan dosis tertentu

2. Diinginkan beberapa macam obat pada satu sediaan

sesuai dengan kepentingan pengobatan

3. Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan

Kekurangan sediaan pulveres:

1. Rasa obat yang pahit atau tidak enak

2. Kesulitan dalam menahan terurainya bahan yang

higroskopis

3. Mudah menguap

6. Pil

Sediaan yang berbentuk bulat seperti seperti kelereng

yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat 100-

500 mg dan dibagi menjadi dua yaitu :

Pil Kecil (Granula) : Beratnya ± 30 mg, bila tidak

disebutkan maka granula mengandung bahan obat

berkhasiat 1 mg.

Pil Besar (Boli) : Berat > 500 mg.

7. Suppositoria

Bahan sediaan padat yang mengandung bahan obat

dan bahan dasar yang diberikan dengan cara memasukan

melalui rectum, vagina atau urethra, dapat melunak, larut

atau meleleh pada suhu tubuh.

Bahan dasar yang digunakan harus bersifat :

- Titik lebur : suhu kamar sampai dengan 37°C (larut

atau meleleh dalam suhu tubuh)

- Mudah bercampur dengan semua bahan obat

Kelompok 2 (Farmasi) 13

Page 14: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

- Tidak cepat tengik

- Tidak mengiritasi mukosa

- Tidak berinteraksi dengan bahan obat

Alasan diberikannya obat dalam bentuk suppositoria kepada

pasien apabila :

- Keadaan pasien tidak memungkinkan

mengkonsumsi obat peroral. Misalnya pasien tidak

sadar, pasien dengan hiperemesis atau pasien pra

dan pasca operasi.

- Obat dikehendaki bekerja lama

- Diinginkan obat berefek lokal

b. Bentuk Sediaan Semi Solid (Setengah Padat)

Bentuk sediaan ini digunakan untuk obat luar, dioleskan

pada kulit untuk terapi, pelinduk kulit atau kosmetika, terdapat

beberapa bentuk sediaan ini antara lain :

1. Salep (Unguentum)

Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus terdispersi

homogen dalam vehiculum.

Berikut adalah jenis-jenis dari vehiculum :

Hidrokarbon : vaselin album, vaselin flavum,

paraffinum liquidum, paraffinum solidum

Minyak Nabati : oleum sesami, oleum

olivarum

Lemak dan Lilin Asal Hewani : adeps lanae,

cera alba, cera flava

Krim atau emulsi

2. Krim

Sediaan setngah padat berupa emulsi mengandung

air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Digunakan pada

Kelompok 2 (Farmasi) 14

Page 15: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

daerah yang peka dan mudah dicuci. Krim cocok untuk

kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang

baru terbentuk.

Terdapat dua jenis krim yaitu :

1. Tipe emulsi minyak dalam air O/W : lebih

sesuai untuk digunakan pada daerah lipatan

2. Tipe emulsi air dalam minyak W/O : efek

lubrikasi lebih baik

3. Pasta

Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih

kenyal dari salep) yang dimaksudkan untuk pemakaian luar

(dermatologi). Mengandung serbuk dalam jumlah besar (40-

50%) dengan vaselin/paraffin cair/bahan dasar yang tidak

berlemak dengan perbandingan 1:1. Serbuk yang banyak

digunakan adalah ZnO, Talk, Amilum, Bentnit, AlO2, dll.

Keuntungan dari menggunakan salep antara lain :

Mengikat cairan sekret (eksudat)

Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan

terbuka. Sehingga mengurangi rasa gatal

lokal.

Lebih melekat pada kulit sehingga

kontaknya dengan jaringan lebih lama

4. Sabun

Sediaan setengah padat yang didapat dengan

melalui proses penyabunan alkali dengan asam lemak atau

asam lemak tinggi.

c. Bentuk Sediaan Liquid (Cair)

Ada beberapa bentuk sediaan obat ini antara lain :

1. Sirup

Sediaan cair berupa larutan yang mengandung

Kelompok 2 (Farmasi) 15

Page 16: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

sakarosa, kecuali disebutkan lain kadar sakarosanya antara

64% sampai 66%. Sirup dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Non Medicated Syrup/Flavored vehicle Sirup

Contoh : Cherry Syrup, Cocoa Syrup, orange

syrup.

2. Medicated syrup/ sirup obat Contoh:Sirup

Piperazina Sitrat, Sirup Isoniazid.

3. Eliksir

Cairan jernih, dan rasanya yang enak, larutan

hidroalkohol yang digunakan untuk pemakaian oral,

umumnya mengandung flavuoring agent untuk

meningkatkan rasa enak. Eliksir bersifat hidroalkohol,

maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam

air maupun alkohol. Pelarut utama yaitu etanol dengan

maksud untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol

dalam eliksir yaitu 5-10%. Pemanis yang digunakan antara

lain : gula atau sirup gula, sorbitol, gliserin, dan sakarin.

Dibandingkan dengan sirup, eliksir :

- kurang manis dan kurang kental

- lebih mudah dalam pembuatannya

- Dan lebih stabil

Pembagian Eliksir antara lain :

1. Medicated Elixirs : Eliksir yang mengandung

bahan berkhasiat obat Pemilihan cairan

pembawa zat aktif obat harus

mempertimbangkan kelarutan &

kestabilannya dalam air dan alkohol.

2. Non Medicated Elixirs : Eliksir yang

digunakan sebagai bahan tambahan

Kelompok 2 (Farmasi) 16

Page 17: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Ditambahkan pada sediaan dengan tujuan:

Meningkatkan rasa/menghilangkan rasa,

Sebagai bahan pengencer eliksir yang

mengandung bahan aktif obat.

Kelebihan menggunakan eliksir antara lain :

1. Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet

atau kapsul.

2. Rasanya yang enak.

3. Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.

Kekurangan menggunakan eliksir antara lain :

1. Alkohol tidak baik untuk kesehatan anak.

2. Mengandung bahan yang mudah menguap,

sehingga harus disimpan dalam botol kedap

udara, dan diajuhkan dari api.

4. Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel

padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa

suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain

berupa campuran padatyang harus dikonstitusikan terlebih

dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum

digunakan.

Berikut adalah jenis-jenis suspensi yang ada, antara lain :

1. Suspensi Oral : ditujukan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi Topikal : ditujukan untuk penggunaan pada

kulit.

3. Suspensi Tetes Telinga : ditujukan untuk diteteskan

pada telingan bagian luar.

4. Suspensi Optalmik : ditujukan untuk penggunaan

pada mata.

Kelompok 2 (Farmasi) 17

Page 18: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

5. Suspensi Untuk Injeksi : sediaan berupa suspensi

serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak

disuntikan secara intravena atau kedalam saluran

spinal.

6. Suspensi Untuk Injeksi Terkontinyu : sediaan padat

kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk

membentuk larutan yang memenuhi semua

persyaratan untuk suspensi steril setelah

penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Keuntungan dari menggunakan suspensi antara lain :

1. Bahan obat tidak larut dapet bekerja sebagai depo,

yang dapat memperlambat terlepasnya obat

2. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak

dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang

tergantung kelarutannya.

Kekurangan dari menggunakan suspensi antara lain :

1. Rasa obat dalam larutan terasa lebih jelas.

2. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk

sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, kapsul

3. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan

terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam

larutan di mana terdapat air sebagai katalisator.

7. Emulsi

Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau

cairan obat terdispersi dalam cairan pembawadistabilkan

dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok suatu

sistem heterogen yang tidak stabil secaratermodinamika,

yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak

bercampur, dimana salah satunyaterdispersi dalam cairan

lainnya dalam bentuk tetesan– tetesan kecil, yang

Kelompok 2 (Farmasi) 18

Page 19: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan

emulgator/surfaktan yang cocok. Komponen-komponen

emulsi antara lain :

Komponen Dasar

Fase Dispersi / Fase Internal / Fase

Diskontinyu adalah zat cair yang terbagi-

bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair

lain.

Fase Kontinyu / Fase Eksternal / Fase luar

adalah zat cair dalam emulsi yang berfungsi

sebagai bahan dasar (pendukung) dari

emulsi tersebut

Emulgator adalah zat yang berfungsi untuk

menstabilkan emulsi

Komponen Bahan Tambahan

Komponen yang sering ditambahkan pada

emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik,

misalnya colouris, presertatif (pengawet),

antioksidan.

Presertatif : metil dan propil paraben,

asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol,

dan klorbutanol, benzalkonium klorida,

fenil merkuri asetat, dll.

Antioksidan → asam askorbat,

L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan

asam gallat.

Tipe Emulsi

Tipe O/W (Minyak dalam Air)

Kelompok 2 (Farmasi) 19

Page 20: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Emulsi yang terdiri dari butiran minyak

yang tersebar kedalam air. Minyak

sebagai fase internal dan air fase

eksternal.

Tipe W/O (Air dalam Minyak)

Emulsi yang terdiri dari butiran air yang

tersebar kedalam minyak. Air sebagai

fase internal sedangkan fase minyak

sebagai fase eksternal.

Pemakaian Emulsi

Dipergunakan sebagai obat dalam

Umumnya tipe emulsi O/W

Dipergunakan sebagai obat luar Bisa

tipe O/W maupun W/O

8. Guttae (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi,

atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat

luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan

penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan

yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope

Indonesia.

Sediaan obat tetes antara lain :

- Guttae (obat dalam)

- Guttae Oris (tetes mulut)

- Guttae Auriculares (tetes telinga)

- Guttae Nasales (tetes hidung)

- Guttae Ophtalmicae (tetes mata)

9. Injeksi

Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi

atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau

Kelompok 2 (Farmasi) 20

Page 21: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit

atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja

obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak

dapat menerima pengobatan melalui mulut.

10. Ticture

larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat

dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Contoh:tingtur

iodium, tingtur opium, tingtur pennyroyal, tingtur benzoin

dll.

C. Rute Pemberian Obat

Jalur pemberian obat turut menetukan kecepatan dan kelengkapan

resorpsi obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik

(di seluruh tubuh) atau efek local (setempat) keadaan pasien dan sifat-sifat

fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan

obat.

1. Efek Sistemik

a. Oral

Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang

paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun

tidak semua obat dapat diberikan peroral, misalnya obat yang

Kelompok 2 (Farmasi) 21

Page 22: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh

getah lambung, seperti benzilpenisilin, insulin, oksitosin dan

hormone steroida.

Sering kali, resorpsi obat setelah pemberian oral tidak

teratur dan tidak lengkap meskipun formulasinya optimal,

misalnya senyawa ammonium kwartener (thiazianium, tetrasiklin,

kloksasilin dan digoksin) (maksimal 80%). Keberatan lain adalah

obat segtelah direpsorbsi harus melalui hati, dimana dapat terjadi

inaktivasi sebelum diedarkan ke lokasi kerjanya.

Untuk mencapai efek local di usus dilakukan pemberian

oral, misalnya obat cacing atau antibiotika untuk mensterilkan

lambung-usus pada infeksi atau sebelum pembedahan

(streptomisin, kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamida). Obat-

obat ini justru tidak boleh diserap.

b. Sublingual

Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di

bawah lidah (sublingual), tempat berlangsungnya rebsorpsi oleh

selaput lender setmpat ke dalam vena lidah yang banyak di lokasi

ini. Keuntungan cara ini ialah obat langsung masuk ke peredaran

darah besar tanpa melalui hati. Oleh karena itu, cara ini digunakan

bila efek yang pesat dan lengkap diinginkan, misalnya pada

serangan angina (suatu penyakit jantung), asma atau migrain

(nitrogliserin, isoprenalin, ergotamin juga metiltesteron).

Kebertannya adalah kurang praktis untuk digunakan terus-

menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat yang

bersifat lipofil saja yang dapat diberikan dengan cara ini.

c. Injeksi

Pemberian obat secara parenteral (berarti “di luar usus”)

biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap

atau untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah

Kelompok 2 (Farmasi) 22

Page 23: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin).

Begitu pula pasien yang tidak sadar atau tidak mau kerja sama.

Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar

digunakan oleh pasien sendiri. selain itu ada pula bahaya terkena

infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau

saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

- Subkutan (hipodermal)

Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat

yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau

minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau

intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada

pasien penyakit gula.

- Intrakutan

Absorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari

Mantoux.

- Intramuscular

Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja

dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi

dengan maksud memperpanjang kerja obat, sering kali

digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, misalnya

suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi

umumnya dipilih pada otot bokong yang tidak memiliki

banyak pembuluh dan saraf.

- Intravena

Injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan

menghasilkan efek tercepat: dalam waktu 18 detik, yaitu

waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh

jaringan. Tetapi lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara

ini digunkan untuk mencapai pentakaran yang tepat dan dapat

dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk

Kelompok 2 (Farmasi) 23

Page 24: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

obat yang tak larut air atau menimbulkan endapan dengan

protein atau butir darah.

Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan

terganggunya zat-zat kolida darah dengan reaksi hebat,

karena dengan cara ini ‘benda asing’ langsung dimasukkan

ke dalam sirkulasi , misalnya tekanan darah mendadak turun

dan timbul shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi

dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam

darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu setiap injeksi

i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan, antara 50 dan

70 detik lamanya.

Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di

rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang

cepat metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar

plasma yang tetap tinggi.

- Intra-arteri

Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk

“membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang

sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya

obat kanker nitrogenmustard.

- Intralumbal

Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal

(ke dalam ruang selaput perut), intrapleural (selaput paru-

paru), intracardial (jantung) ddan anti-artikuler (ke celah-

celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk

memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.

- Implantasi subkutan

Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang

berbentuk pellet steril (tablet silindris kecil) ke bawah kulit

dengan menggunkan suatu alat khusus (trocar). Obat ini

Kelompok 2 (Farmasi) 24

Page 25: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

terutama digunakan untuk efek sistemis lama, misalnya

hormon kelamin (estradiol dan testosteran. Akibat resorpsi

yangh lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya

secara teratur selama 3-5 bulan lamanya. Bahkan dewasa ini

tersedia implantasi obat antihamil dengan lama kerja 3 tahun

(Implanon, Norplant).

- Rektal

Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur)

yang layak untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan

oleh asam lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria,

kadang-kadang sebagai cairan (klisma: 2-10 mL, lavemen:

10-500 mL). Obat ini terutama digunakan pada pasien yang

mual atau muntah-muntah (mabuk jalan atau migrain) atau

yang terlampau sakit untuk menelan tablet. Adakalanya juga

untuk efek lokal yang cepat, misalnya laksans (suppose,

bisakodil/gliserin) dan klisma (prednisone atau neomisin).

Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak

yang meleleh pada suhu tubuh (k.l. 36,80C), yakni oleum

cacao dan gliserida sintetis (Estarin, Wittepsol). Demikian

pula zat-zat hidrofil yang melarut dalam getah rectum,

misalnya tetrasiklin, kloramfenikol dan sulfonamida (hanya

20%). Karena ini sebaiknya diberikan dosis oral dan

digunakan pada rectum kosong (tanpa tinja). Akan tetapi,

setelah obat diresopsi, efek sistemiknya lebih cepat dan lebih

kuat dibandingkan pemberian per oral, berhubung vena-vena

bawah dan tengah dari rectum tidak tersambung pada system

porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah

pertama, sehingga tidak mengalami perombakan First Pass

Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap di bagian atas

Kelompok 2 (Farmasi) 25

Page 26: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

rectum dan oleh vena porta dan kemudian ke hati. Misalnya

thiazianium.

Dengan demikian, penyebaran obat di dalam rectum yang

tergantung dari basis suppositoria yang digunakan, dapat

menentukan rutenya ke sirkulasi darah besar. Suppositoria

dan salep juga sering digunakan untuk efek local pada

gangguan poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah

dapat menimbulkan peradangan bila digunakan terus-

menerus.

2. Efek Lokal

a. Intranasal

Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir

lainnya dalam tubuh, dapat menyerap obat dengan baik dan

menghasilkan terutama efek setempat. Secara intranasal

(melalui hidung) digunakan tetes hidung pada selesma untuk

menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin, ksilometazolin).

Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek sistemis,

misalnya vasopressin dan kortikosteroida (heklometason,

flunisolida).

b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)

Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati

penyakit mata atau telinga. Pada penggunaan beberapa jenis

obat tetes harus waspada, karena obat dapat diresorpsi ke darah

dan menimbulkan efek toksik, misalnya atropin.

c. Inhalasi (Intrapulmonal)

Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai

inhalasi (aerosol), yaitu obat yang disemprotkan ke dalam

mulut dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan

udara dan resorpsi terjadi melalui mukosa mulut, tenggorokan

dan saluran napas. Tanpa melalui hati, obat dapat dengan cepat

Kelompok 2 (Farmasi) 26

Page 27: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

memasuki predaran darah dan menghasilkan efeknya. Yang

digunakan secara inhalasi adalah anestetika umum (eter,

halotan) dan obat-obat asam (adrenalin, isoprenalin,

budenosida dan klometason) dengan maksud mencapai kadar

setempat yang tinggi dan memberikan efek terhadap brochia.

Untuk maksud ini, selain larutan obat, juga dapat digunakan

zat padatnya (turbuhaler) dalam keadaan sangat halus

(microfine: 1-5 mikron), misalnya natriumkromoglikat,

beklometason dan budesonida.

d. Intravaginal

Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia

salep, tablet atau sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang

harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ.

Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis (radang vagina)

akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula

digunakan sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah

untuk mencegah kehamilan, di mana zat spermicide (dengan

daya mematikan sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet

busa, krem atau foam.

e. Kulit (topical)

Pada penyakit kulit, obat yang digunakam berupa salep,

krim, atau lotion (kocokan). Kulit yang sehat dan utuh sukar

sekali ditembus obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih mudah

bila ada kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-

kadang berbahaya, seperti degan dengan kortikosterida

(kortison, betametason, dll), terutama bila digunakan dengan

cara occlusi.

Kelompok 2 (Farmasi) 27

Page 28: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

D. Keuntungan dan Kerugian Rute Pemberian Obat

Secara umum, keuntungan dan kerugian dalam jalur pemberian

obat adalah.

1. Oral

Keuntungan

- Sangat menyenangkan

- Biasanya harganya terjangkau

- Aman, tidak merusak pertahanan kulit

- Pemberian biasanya tidak menyebabkan stress

Kerugian

- Sulit bagi yang enggan menelan obat

Kelompok 2 (Farmasi) 28

Page 29: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

- Rasa cenderung pahit

- Proses cenderung lama

2. Sublingual

Keuntungan

- Proses absorpsi cepat, langsung pada vena mukosa

- Bentuk kecil tidak ribet diletakkan pada bawah lidah

atau pipi

Kerugian

- Pemakaian bisanya hanya untuk seseorang yang

pingsan

- Dapat merangsang mukosa mulut

3. Rectal

Keuntungan

- Terhindar dari rasa pahit

- Absorpsi cepat karena langsung memasuki vena

mukosa

- Cepat melebur pada suhu tubuh

Kerugian

- Pemakaian kurang menyenangkan

- Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya

dari mikroorganisme.

4. Topical

Keuntungan

- Memberikan efek local

- Efek samping sedikit

Kerugian

- Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian

- Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek

sistematik

Kelompok 2 (Farmasi) 29

Page 30: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

5. IM

Keuntungan

- Nyeri akibat iritasi kurang

- Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari

pemberian SC

- Obat diabsorpsi dengan cepat

Kerugian

- Merusak barier kulit

- Dapat menyebabkan kecemasan

6. Sub Cutan

Keuntungan

- Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral

Kerugian

- Harus menggunakan teknik steril karena merusak

barier kulit

- Diberikan hanya dalam jumlah kecil

- Lebih lambat dari pemberian intaramuscular

- Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat

mengiritasi jaringan kulit dan menyebabkan nyeri

- Dapat menimbulkan kecemasan

7. Intar Dermal

Keuntungan

- Absorpsi lambat

- Digunakan untuk melihat reaksi alergi

Kerugian

- Jumlah obat yang digunakan harus kecil

- Merusak barier kulit

8. IV

Keuntungan

- Efek kerja cepat

Kelompok 2 (Farmasi) 30

Page 31: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

Kerugian

- Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi

- Distribusi obat mungkin dihambat oleh sirkulasi darah

yang menurun

9. Inhalasi

Keuntungan

- Pemberian obat melalui saluran pernapasan

- Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar

Kerugian

- Obat dimaksudkan pada efek setempat

- Menghasilkan efek sistemik

- Hanya digunakan untuk saluran pernapasan

E. Tepat Pemberian Obat

Farmasis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan

pemberian obat. Antara lain harus mengecek mulai dari perintah melalui

(telepon, resep, catatan medik), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali

perhari atau 4 kali perhari), indikasi, dosis dan jalur pemberian. Setelah

pengecekan, paramedic harus memastikan bahwa pemberian obat yang

diberikan mengikuti 6 benar atau tapat, yaitu tepat pasien, obat, waktu,

dosis jalur pemberian dan tepat dokumentasi.

1. Tepat Pasien

Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi seperti pada

saat ordernya lewat telepon, pasien yang masuk bersamaan, kasus

penyakit sama, suasana pasien sedang kusut atau adanya pindahan

pasien dari ruang satu ke ruang lainnya.

Kelompok 2 (Farmasi) 31

Page 32: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

2. Tepat obat

Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus

dibaca dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label atau etiket

yang perlu diteliti antara lain nama obat, sediaan, konsentrasi, dan

cara pemberiaan serta Experied date. Kesalahan pemberian obat sering

terjadi jika perawat memberikan obat yang disiapkan oleh perawat

lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau

label yang jelas. Harus diusahakan menyiapkan sendiri obat yang akan

diberikan.

3. Tepat Waktu

Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan

pemberian obat yang tidak tepat waktu. Banyak obat yang

pemberiannya menuntut harus tepat waktu. Misalnya pada kasus

gawat darurat henti jantung, efinefrin diberikan setiap 3-5 menit, jika

tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai.

Kekurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya. Termasuk

tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui

injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian melalui infus. Banyak obat

yang menuntut harus tepat waktu pemberian obat terlalu cepat atau

lambat dapat berakibat serius. Contoh dopamin harus diberikan antara

2-10 g/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi IV bolus

(cepat). Pemberian dopamin secara bolus dapat menimbulkan

kematian, sedangkan pemberian atropin secara lambat akan

memperparah brandikardi (perlambatan denyut jantung) yang

paradoksial. Adenosin yang mempunyai waktu paruh (t1/2) sangat

pendek harus diberikan dengan cepat supaya efektif.

4. Tepat dosis

Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau

timbul efek yang berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada

pasien anak-anak, lansia atau pada orang obesitas. Perhitungan dosis

Kelompok 2 (Farmasi) 32

Page 33: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

secara cermat harus dilakukan juga pada obat yang diberikan melalui

infus, termasuk perhitungan kecepatan tetesan setiap menitnya.

5. Tepat rute

Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam

tubuh. Jalur pemberian yang salah dapat berakibat fatal atau minimal

obat yang diberikan tidak efektif. Sebagai contoh epinefrin diberikan

secara subkutan pada pasien asma karena diabsorbsi secara lambat dan

dapat berefek kira-kira 20 menit. Jika diberikan secara injeksi IM akan

menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi

berlebihan selain pasien juga tidak akan mendapatkan manfaat dari

cara pemberian ini. Ketika diminta memberikan efinefrin secara

subkutan dan diberikan secara injeksi IV dapat menimbulkan efek

detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan kebutuhan

oksigen di jantung. Sebaliknya pemberian obat secara subkutan untuk

pengurangan rasa sakit yang seharusnya diberikan secara injeksi IV

akan menyebabkan perlambatan efek atau obat kurang efektif.

6. Tepat Dokumentasi

Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena

sebagai sarana untuk evaluasi. Menurut beberapa ahli, dokumentasi

merupakan bagian dari pemberian obat yang rasional. Pemberian obat

yang harus didokumentasikan meliputi nama obat, dosis, jalur

pemberian, tempat pemberian, alasan pemberian obat, dan

tandatangan yang memberikan.

Kelompok 2 (Farmasi) 33

Page 34: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Ada berbagai macam jenis obat

Jalur Pemberian obat dikelompokkan berdasarkan efeknya. Efek

sistemis meliptuti; oral, sublingual, injeksi, implantasi dan rectal.

Sedangkan efek local meliputi; intranasal, inhalasi, intravaginal dan

topical.

Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan kerugian

Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu,

dosis, rute dan dokumentasi

Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk sediaan

tertentu yang mendukung jalur pemberian tersebut.

Kelompok 2 (Farmasi) 34

Page 35: Makalah Bentuk Sediaan Obat

Makalah Farmasetika Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat

B. SaranInilah makalah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini

meskipun penulisan ini jauh dari kata sempurna namun kita dapat

memimplementasikan tulisan ini dan kami juga butuh saran dan kritikan

agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed. 4. Jakarta : 2008

https://www.academia.edu/6040535/Rute_Pemberian_Obat

http://www.slideshare.net/4nakmans4/bentuk-sediaan-obat

http://www.slideshare.net/adriyailmiyya/bentuk-sediaan-obat-29538557

http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Bahan_Ajar/Sofyan/Bentuk%20Sediaan

%20Obat.pdf

http://www.slideshare.net/idapartii/makalah-teknik-pemberian-obat

http://www.slideshare.net/Rukmana3reza/bentuk-dan-cara-pemberian-

obat

Kelompok 2 (Farmasi) 35