Pemahaman thdp KAK
Click here to load reader
Transcript of Pemahaman thdp KAK
![Page 1: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/1.jpg)
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran
Terhadap Kerangka Acuan Kerja
Diawali dengan membaca secara saksama “Kerangka Acuan Kerja” kegiatan Pembangunan dan
Pengembangan Sistim Informasi dan Komunikasi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Berbasis GIS,
maka pemahaman pekerjaan dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Pentingnya Pembangunan Sektoral Kawasan Perbatasan
Meskipun pengembangan wilayah perbatasan telah menjadi komitmen dan prioritas
Pemerintah dalam dasawarsa terakhir sebagaimana dapat diamati dalam kebijakan
pembangunan yang dituangkan dalam GBHN 1993 dan Repelita VI, namun hingga saat ini masih
belum memperlihatkan hasil yang nyata. Komitmen Pemerintah dalam upaya pengembangan
kawasan perbatasan masih konsisten, sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1999 – 2004 pada
Bab IV Arah Kebijakan, butir G. Pembangunan Daerah, 1h, yaitu: “meningkatkan pembangunan
di seluruh daerah, terutama di kawasan timur Indonesia, daerah perbatasan dan wilayah
tertinggal lainnya dengan berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah”.
Dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 – 2004 dinyatakan “program
pengembangan daerah perbatasan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelolaan potensi wilayah perbatasan,
dan memantapkan ketertiban dan keamanan daerah yang berbatasan dengan negara lain”.
Sasarannya adalah terwujudnya peningkatan kehidupan sosial-ekonomi dan ketahanan sosial
masyarakat, terkelolanya potensi wilayah, dan ketertiban serta keamanan kawasan perbatasan.
Komponen-komponen program prioritasnya antara lain :
pengembangan pusat-pusat permukiman potensial termasuk permukiman transmigrasi
di daerah perbatasan;
peningkatan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi untuk membuka
keterisolasian daerah dan pemasaran produksi;
peningkatan pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan; penataan
wilayah administratif dan tapal batas;
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 1
![Page 2: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/2.jpg)
pengembangan partisipasi swasta dalam pemanfaatan potensi wilayah khususnya
pertambangan dan kehutanan; serta
peningkatan kerjasama dan kesepakatan dengan negara tetangga di bidang keamanan,
ekonomi, serta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan daerah perbatasan.
Kebijakan pemerintah terkait dengan upaya peningkatan keserasian pertumbuhan antardaerah
antara lain adalah dengan memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan
antardaerah dengan mengembangkan potensi sesuai dengan kondisi daerah. Keserasian
antardaerah diciptakan dengan memacu pembangunan daerah yang tertinggal dan terisolasi,
seperti kawasan timur Indonesia dan beberapa wilayah di kawasan barat Indonesia, serta
mendukung pengembangan kawasan pertumbuhan lintas batas internasional, kawasan
perbatasan antarnegara, dan kawasan yang mendukung kepentingan pertahanan keamanan
nasional.
Secara fisik, Indonesia merupakan negara terbesar kelima di dunia yang batas negaranya ada di
dua matra, yaitu di laut dengan 10 (sepuluh) negara tetangga, dan di darat dengan 3 (tiga)
negara tetangga. Karakteristik batas laut dan darat sangat berbeda, namun keduanya harus
ditangani secara komprehensif yang meliputi aspek filosofis, yuridis, politis, sosial ekonomi, dan
kultur historis, serta harus didukung dengan aspek teknis dan teknologi yang memadai.
Penanganan perbatasan negara selama ini belum dapat berjalan secara optimal dan kurang
terpadu, serta timbulnya konflik antar berbagai pihak (baik secara horisontal, sektoral, maupun
vertikal) tidak dapat dihindari. Persepsi bahwa penanganan kawasan perbatasan ini hanya
menjadi domain pemerintah (pusat) saja sudah waktunya diperbaiki dalam era otonomi daerah,
meskipun kawasan perbatasan ini merupakan kawasan strategis nasional. Nilai strategis
kawasan perbatasan ditentukan antara lain oleh kegiatan yang berlangsung di dalam kawasan :
mempunyai potensi sumberdaya yang berdampak ekonomi dan pemanfaatan ruang
wilayah secara siginifikan;
merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat di dalam ataupun di luar wilayah;
mempunyai keterkaitan yang kuat dengan kegiatan di wilayah lainnya yang berbatasan
baik dalam lingkup nasional maupun regional (antar negara);
mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan keamanan nasional.
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 2
![Page 3: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/3.jpg)
Nilai strategis kawasan perbatasan tersebut menuntut perhatian khusus dalam penataan ruang
kawasan. Dalam penataan ruang nasional, kawasan perbatasan merupakan kawasan yang
diprioritaskan untuk dikembangkan dengan mempertimbangkan :
perlunya dilakukan pemantapan kawasan berfungsi lindung (Taman Nasional, Suaka
Alam dan Hutan Lindung) maupun kawasan budidaya (termasuk kawasan fungsional
seperti KAPET, Kawasan Andalan dan lainnya);
perlunya dikembangkan keterkaitan sistem prasarana dan sarana transportasi hingga
mencapai jalur perbatasan (lintas batas);
perlunya dikembangkan pusat-pusat permukiman potensial baik sebagai pusat kegiatan
ekonomi maupun sosial;
perlunya dikembangkan prasarana-prasarana pendukung lainnya seperti irigasi, air
bersih, listrik, telekomunikasi, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat
setempat.
Kompleksitas penanganan kawasan perbatasan ini perlu didukung dengan:
Komitmen politik yang kuat dari semua pihak di berbagai tingkatan pemerintahan dan
pada stakeholders,
Master plan yang komprehensif, dan
Alokasi pembiayaan yang khusus sebagai stimulan dan atau perekat berbagai
sumberdana yang ada.
Dengan demikian penanganan pembangunan di wilayah perbatasan dapat lebih holistik (baik
perbatasan laut maupun darat) dan dilandasi konsep penataan ruang wilayah perbatasan
(strategi pengembangan wilayah) dengan didukung data base potensi lokal dan wilayah
sekitarnya termasuk pasar di negara tetangga yang akurat sehingga perumusan program
pembangunan pada kawasan perbatasan ini dapat mengangkat kualitas kesejahteraan
masyarakatnya dan kemajuan wilayah tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 3
![Page 4: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/4.jpg)
Keterlibatan multistakeholders dalam pengembangan wilayah perbatasan ini menjadi hal yang
menarik dan sekaligus kompleks. Kekompleksitasan ini diharapkan dapat dipadu secara sinergis
dalam bentuk strategi kebijakan dan konsepsi penanganan yang ditawarkan.
2. Kondisi Kawasan Perbatasan
2.1. Kondisi Umum
Kondisi umum kawasan perbatasan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
a. Aspek Sosial Ekonomi
Merupakan daerah yang kurang berkembang (terbelakang) yang disebabkan antara lain
oleh :
lokasinya yang relatif terisolir/terpencil dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah,
rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat,
rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan
(jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal),
langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan yang diterima oleh
masyarakat di daerah perbatasan (blank spots).
b. Aspek Pertahanan Keamanan
Kawasan perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola penyebaran
penduduk yang tidak merata, sehingga menyebabkan rentang kendali pemerintahan
sulit dilaksanakan, serta pengawasan dan pembinaan teritorial sulit dilaksanakan
dengan mantap dan efisien.
c. Aspek Politis
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan umumnya dipengaruhi
oleh kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk
mengundang kerawanan di bidang politik, karena meskipun orientasi masyarakat masih
terbatas pada bidang ekonomi dan sosial, namun dimungkinkan adanya kecenderungan
untuk bergeser ke soal politik, terutama apabila kehidupan ekonomi masyarakat daerah
perbatasan mempunyai ketergantungan kepada perekonomian negara tetangga, maka
hal inipun, selain dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik juga dapat
menurunkan harkat dan martabat bangsa.
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 4
![Page 5: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/5.jpg)
2.2. Kondisi Kawasan Perbatasan Pulau Kalimantan
Kawasan perbatasan dengan negara tetangga di Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur merupakan perbatasan wilayah darat dan laut yang mempunyai pola keterkaitan pada
daerah perbatasan darat antara wilayah Propinsi Kalimantan Barat dengan Negeri Sarawak
dan antara Propinsi Kalimantan Timur dengan Negeri Sabah. Kedua kawasan tersebut relatif
berhubungan langsung satu sama lain karena merupakan perbatasan darat. Kondisi yang
berbeda satu sama lain, dimana wilayah Malaysia relatif lebih maju dibandingkan dengan
wilayah Indonesia, maka terjadi kecenderungan perubahan orientasi kegiatan sosial
ekonomi penduduk di wilayah Indonesia ke wilayah Malaysia. Pos lintas batas darat yang
telah diresmikan meliputi dua titik, yaitu Entikong (Singkawang – Kalimantan Barat) –
Tebedu (Negeri Sarawak), dan Nanga Badau (Kapuas Hulu – Kalimantan Barat) – Lubuk Antu
(Negeri Sarawak), keduanya dalam rangka mendukung IMS – GT dan BIMP – EAGA.
Adapun lintas batas melalui laut ataupun udara mempunyai permasalahan yang berbeda
dengan lintas batas melalui daratan. Adapun pelabuhan laut yang dapat dimanfaatkan untuk
sarana lintas batas di Pulau Kalimantan terdiri dari :
Pelabuhan Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat (mendukung IMS – GT dan BIMP -
EAGA),
Pelabuhan Sampit di Propinsi Kalimantan Tengah (mendukung BIMP – EAGA),
Pelabuhan Balikpapan di Propinsi Kalimantan Timur (mendukung BIMP – EAGA),
Pelabuhan Tarakan di Propinsi Kalimantan Timur (mendukung BIMP – EAGA),
Perbatasan_KS_rev 3
Pelabuhan Nunukan di Propinsi Kalimantan Timur (mendukung BIMP – EAGA),
Pelabuhan Samarinda di Propinsi Kalimantan Timur (mendukung BIMP – EAGA),
Pelabuhan Banjarmasin di Propinsi Kalimantan Selatan (mendukung BIMP – EAGA).
Sedangkan bandar udara yang dapat dimanfaatkan untuk sarana lintas batas di Pulau
Kalimantan terdiri dari:
Bandar udara Supadio – Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat (mendukung IMS –
GT dan BIMP - EAGA),
Bandar udara Sepinggan – Balikpapan di Propinsi Kalimantan Timur (mendukung
BIMP – EAGA),
Bandar udara Tarakan di Propinsi Kalimantan Timur (mendukung BIMP – EAGA).
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 5
![Page 6: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/6.jpg)
2.3. Kondisi Kawasan Perbatasan Pulau Papua
Pos lintas batas darat di Propinsi Papua belum ada yang telah diresmikan. Lintas batas
melalui laut ataupun udara mempunyai permasalahan yang berbeda dengan lintas batas
darat. Pelabuhan laut yang dapat dimanfaatkan untuk sarana lintas batas di Propinsi Papua
untuk mendukung kerjasama regional BIMP – EAGA meliputi 3 pelabuhan, yaitu: (1)
pelabuhan Jayapura, (2) Sorong, dan (3) Biak. Sedangkan bandar udara yang dapat
dimanfaatkan untuk sarana lintas batas di Propinsi Papua belum tersedia.
2.4. Kondisi Kawasan Perbatasan Pulau Nusa Tenggara Timur
Tapal batas darat antara Indonesia dan Timor Leste membentang sepanjang 150 km
meliputi Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan tiga
disrik: Maliana, Kovalima, dan Oecusse. Wilayah Timor Leste, yakni distrik Oecusse, menjadi
daerah enclave yang terjepit antara Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara di Indonesia.
Pembahasan transportasi darat dari Oecusse ke Dilli masih belum dicapai kesepakatan, nota
kesepahaman (MoU) yang ditandatangani pada 26 Februari 2002 di Nusa Dua, Bali hanya
menyepakati untuk mengatur masalah transportasi komersial antara Pemerintah Propinsi
Nusa Tenggara Timur menyangkut lintas perbatasan antara Oecusse dan Timor Leste dan
mengatur lintas batas secara tradisional tanpa menggunakan paspor dan visa.
Saat ini, ada dua pintu perbatasan resmi, lengkap dengan petugas bea cukai dan imigrasi,
yaitu di Matoain dan Metamau. Kedua pintu itu menghubungkan daerah Kabupaten Belu di
NTT dengan sektor timur negara Timor Leste. Selain itu sedang diupayakan penambahan
satu pintu lagi di Napan yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Timor Timur Utara
(TTU) dengan enklave Oecusse.
Sementara itu, kesepakatan antar kedua negara untuk membuka lima pasar tradisional
secara resmi, yaitu: di Memo (Bobobnaro), Salele (Kovalima), Wini (NTT), Turiskai (NTT), dan
Haikesak (NTT), perlu segera diantisipasi terutama oleh Indonesia mengingat mata uang
yang digunakan oleh Tiomor Leste adalah Dolar Amerika. Perbedaan harga jual beberapa
komoditas akan dapat menarik masyarakat Indonesia untuk bertransaksi di Timor Leste.
3. Tantangan Pengembangan Kawasan Perbatasan
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 6
![Page 7: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/7.jpg)
Kepentingan percepatan pembangunan wilayah perbatasan ditujukan untuk melindungi
segenap penduduk dan kedaulatan seluruh wilayah negara, mengamankan pembangunan
wilayah dan memelihara kerjasama dengan negara tetangga guna mewujudkan prinsip hidup
berdampingan secara damai, aman, dan sejahtera.
Kebutuhan dan kepentingan percepatan pembangunan daerah perbatasan menghadapi
tantangan antara lain yang mencakup delapan aspek sebagai berikut :
a. ASPEK GEOGRAFIS, yang meliputi kebutuhan jalan penghubung, landasan pacu (airstrip),
dan sarana komunikasi serta sarana perhubungan lainnya yang memadai untuk
keperluan pembangunan daerah perbatasan antar negara;
b. ASPEK DEMOGRAFIS, yang meliputi pengisian dan pemerataan penduduk untuk
keperluan sistem hankamrata termasuk kekuatan cadangannya melalui kegiatan
transmigrasi dan permukiman kembali (resettlement) penduduk setempat;
c. ASPEK SUMBER DAYA ALAM, yang meliputi survei dan pemetaan sumber daya alam
guna menunjang pembangunan dan sebagai obyek yang perlu dilindungi pelestarian dan
keamanannya;
d. ASPEK POLITIK, yang meliputi pemahaman sistem politik nasional, terselenggaranya
aparat pemerintahan yang berkualitas sebagai mitra aparat hankam dalam pembinaan
teritorial setempat;
e. ASPEK EKONOMI, yang meliputi pembangunan kesatuan wilayah ekonomi yang dapat
sinkron dengan kegiatan ekonomi wilayah sekitarnya;
f. ASPEK SOSIAL BUDAYA, yang meliputi peningkatan pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan yang memadai untuk mengurangi kerawanan di bidang keamanan, serta
nilai sosial budaya setempat yang tangguh terhadap penetrasi budaya asing;
g. ASPEK HANKAM, yang meliputi pembangunan pos-pos perbatasan, pembentukan sabuk
pengamanan (security belt), dan pembentukan kekuatan pembinaan teritorial yang
memadai.
4. Kendala Pengembangan Kawasan Perbatasan
Beberapa kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya pembangunan daerah perbatasan
antar negara ini antara lain :
a. SUMBER DAYA MANUSIA, yang ditunjukkan antara lain oleh rendahnya jumlah dan
kualitas kesejahteraan penduduk dengan penyebaran yang tidak merata dibandingkan
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 7
![Page 8: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/8.jpg)
dengan luas wilayah dan garis perbatasan yang panjang, yang berimplikasi pada
kegiatan pelintas batas yang ilegal; selain itu banyaknya TKI yang bekerja di negara
tetangga sebagai pekerja kasar seperti buruh perkebunan, bangunan, dan pembantu
rumah tangga, juga turut menurunkan harkat bangsa;
b. SUMBER DAYA BUATAN (PRASARANA), yang tingkat pelayanannya masih sangat
terbatas, seperti sistem perhubungan dan telekomunikasi, pelayanan listrik dan air
bersih, serta fasilitas lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan pasar, sehingga
penduduk daerah perbatasan masih cenderung untuk berorientasi kepada negara
tetangga yang tingkat aksesibilitas fisik dan informasinya relatif lebih tinggi;
c. PENATAAN RUANG DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM, yang ditunjukkan antara
lain oleh terjadinya konflik ataupun tumpang tindih pemanfaatan ruang (lahan) baik
antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung, maupun antar kawasan budidaya
seperti antara kegiatan pertambangan dan kehutanan yang berkaitan dengan ekonomi
daerah dan masyarakat.
d. PENEGASAN STATUS DAERAH PERBATASAN, yang berupa penetapan wilayah kecamatan
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, persetujuan lintas batas kedua
negara (terutama berkaitan dengan larangan untuk mengelola dan mengembangkan
kawasan penyangga sepanjang garis perbatasan);
e. KETERBATASAN SUMBER PENDANAAN, dimana pembangunan daerah perbatasan
kurang diberikan prioritas dibandingkan dengan daerah lainnya, sehingga semakin
memperlebar tingkat kesenjangan antar daerah;
f. TERBATASNYA KELEMBAGAAN DAN APARAT yang ditugaskan di daerah perbatasan,
dengan fasilitas yang kurang mencukupi, sehingga fungsi pelayanan kepada masyarakat
setempat relatif kurang memadai.
5. Peluang Pengembangan Kawasan Perbatasan
Beberapa peluang pengembangan kawasan perbatasan antara lain:
a. KEKAKAYAAN SUMBERDAYA ALAM. Pada umumnya daerah perbatasan memiliki
kandungan sumber daya alam yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka
memperkuat daya ketahanan masyarakat, serta merupakan modal dasar dan peluang
untuk percepatan pembangunan daerah masing-masing.
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 8
![Page 9: Pemahaman thdp KAK](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100500/5571fb884979599169952200/html5/thumbnails/9.jpg)
b. KEDUDUKAN SEBAGAI OUTLET (BERBATASAN LANGSUNG DENGAN NEGARA
TETANGGA). Potensi daerah perbatasan lainnya yang dapat dijadikan peluang bagi
percepatan pembangunan daerah adalah letaknya yang memungkinkan hubungan
langsung dengan negara tetangga yang merupakan pasar potensial yang dapat
dimanfaatkan tidak saja bagi produsen internal di daerah masing-masing, tetapi juga
secara nasional.
c. MENJADI PENGGERAK KEGIATAN EKONOMI WILAYAH. Dengan potensi sumber daya
alam dan letak geografis di atas, maka kegiatan apapun yang dilakukan di daerah
perbatasan akan mencerminkan keseluruhan kepentingan bagian wilayah tanah air
lainnya, yang selanjutnya akan dapat menciptakan keterkaitan fungsional yang lebih luas
antara negara tetangga dengan bagian wilayah tanah air lainnya.
d. BAROMETER KEBERHASILAN PEMBANGUNAN NASIONAL, termasuk aspek pertahanan
keamanan wilayah yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan pembangunan
nasional.
Pemahaman, Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja Page | 9