Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

25
Analisis Pengaruh Gross Dometic Product, Consumer Price Index dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Total Impor Indonesia Periode 1989-2007 TUGAS MATA KULIAH EKONOMI MANAJERIAL RULI SATYA DHARMA NIM : 0826000382 PROGRAM STUDI RISK MANAGEMENT PASCASARJANA ABFI-PERBANAS JAKARTA

description

Analisis Pengaruh Gross Domestic Product, Consumer Price Index, Kurs Dollar AS terhadap total Impor Indonesia perode 1989-2007 dengan menggunakan metode multiple regression

Transcript of Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

Page 1: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

Analisis Pengaruh Gross Dometic Product, Consumer Price Index

dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Total Impor Indonesia

Periode 1989-2007

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI MANAJERIAL

RULI SATYA DHARMA NIM : 0826000382

PROGRAM STUDI RISK MANAGEMENT

PASCASARJANA ABFI-PERBANAS JAKARTA

Page 2: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

2

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

perekonomian setiap negara di dunia. Melalui perdagangan internasional maka akan

tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan

negara lainnya. Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara

subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain. Adapun

subyek ekonomi yang dimaksud disini adalah penduduk yang terdiri dari warga negara

biasa, perusahaan swasta dan perusahaan negara maupun departemen pemerintah yang

dapat dilihat dari neraca perdagangan.

Secara umum perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu

ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara

ke negara lainnya. Sementara impor adalah arus kebalikan dari ekspor, yaitu barang dan

jasa dari luar suatu negara yang mengalir masuk ke negara tersebut.

Ekspor dan impor akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu

negara karena dua hal tersebut menjadi komponen yang diperhitungkan dalam mengukur

total Gross Domestic Product (GDP). GDP merupakan jumlah produk barang dan jasa

yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara. Salah satu

metode untuk mengukur GDP adalah melalui pendekatan pengeluaran (expenditure

approach). Metode ini diperkenalkan oleh seorang pakar ekonomi terkemuka asal Inggris

yaitu John Maynard Keynes dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and

Money (New York: Harcourt, Brace, and World, 1936). Menurut Keynes, GDP terbentuk

dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya. Keempat faktor tersebut adalah

konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (X – M). Jika

dirumuskan dalam satu formula menjadi : GDP = C + I+ G + (X - M)

Perekonomian suatu negara dimana perekonomiannaya mempunyai hubungan

ekonomi dengan negara lain dan terutama dilakukan dengan menjalankan kegiatan ekspor

dan impor disebut perekonomian terbuka (open economy). Tolak ukur yang baik untuk menilai

kadar keterbukaan suatu perekonomian adalah rasio ekspor dan impor terhadap Gross

Domestic Product (GDP). Semakin tinggi rasio ekspor dan impor suatu negara maka

perekonomiannya akan dianggap semakin terbuka. Seperti yang terjadi pada negara-

Page 3: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

3

negara di Eropa Barat dan Asia Timur dimana rasio ekspor dan impor mereka terhadap

PDB lebih dari 50% (Asian Development Bank, 2007).

ISU-ISU UTAMA

Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam perdagangan internasional

adalah impor. Kebijakan impor ini dilakukan karena Indonesia belum dapat

memproduksi seluruh kebutuhan dalam negeri. Meskipun ekspor dapat memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor

juga memegang peranan yang tak kalah penting. Kebijakan impor sepenuhnya ditujukan

untuk mengamankan posisi neraca pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan

luar negeri dan meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan

pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi nasional.

Nilai total impor Indonesia tidak terlepas dari pengaruh total permintaan dalam

negeri untuk digunakan sebagai konsumsi rumah tangga, dunia industri maupun

pemerintah. Secara umum total impor Indonesia dibagi kedalam dua kategori yaitu impor

Minyak Bumi dan Gas Alam (migas) serta Non Migas. Impor migas digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi bahan bakar dalam negeri yang dari tahun ke tahun

semakin meningkat. Beberapa jenis migas yang diimpor adalah premium, solar dan avtur

serta gas. Sementara impor non migas terdiri dari impor barang-barang konsumsi, bahan

baku dan bahan modal (BI: Laporan Perekonomian Indonesia 2007).

Berikut di bawah ini dapat dilihat perkembangan total impor Indonesia selama

periode 1989-2007.

Page 4: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

4

Grafik 1 : Perkembangan Impor Indonesia

Periode 1989-2007

(Billion Rp)

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007

Perkembangan nilai total impor Indonesia sejak tahun 1989 sampai dengan tahun

2007 mengalami fluktuasi. Nilai total impor sempat mengalami penurunan pada tahun

1999 sebagai dampak dari krisis ekonomi yang mulai terjadi pada tahun 1998, serta pada

tahun 2002 dan 2003 diduga akibat belum pulihnya perekonomian akibat krisis ekonomi

serta situasi politik menjelang pemilu pada tahun 2004. Setelah itu laju peningkatan total

impor terus terjadi.

Naik turunnya nilai impor Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi

dalam negeri. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhinya adalah daya beli masyarakat,

nilai suku bunga, inflasi dan situasi keamanan yang sangat terkait erat dengan kondisi

politik.

Menurut Keynes, bahwa perubahan pada pendapatan masing-masing individu

akan mengakibatkan perubahan pada pola konsumsi. Begitu juga halnya dengan

pendapatan nasional juga sangat mempengaruhi pola konsumsi penduduknya. Akibatnya

pola konsumsi yang meningkat di negara yang sedang berkembang akan cenderung

meningkatkan total impor. Hal ini disebabkan produktivitas di negara tersebut belum

mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri. Dalam kenyataannya, amat

sulit untuk mencatat total jumlah barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu

di suatu wilayah negara. Sehingga dalam menaksir total produktivitas suatu negara (output)

angka yang digunakan adalah nilai uangnya yang tercermin dalam Gross Domestic Product

(GDP).

Page 5: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

5

Grafik 2 : Pertumbuhan GDP Indonesia

Periode 1989-2007

(Billion Rp)

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007

Akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 dan mulai

mereda pada akhir 2005 menyebabkan tingkat inflasi terjadi cukup tinggi. Inflasi adalah

kenaikan rata-rata tingkat harga umum yang diukur berdasarkan indeks harga konsumen

atau consumer price index (CPI) maupun indeks harga lainnya. Consumer price index (CPI)

dikenal juga dengan istilah Cost-of-living index. Pada umumnya sebuah Negara yang

mengalami inflasi yang tinggi akan kesulitan dalam melaksanakan perdagangan luar

negeri. Namun realita yang terjadi di Indonesia tingginya inflasi justru tidak menyurutkan

permintaan total impor.

Grafik 3 : Consumer Price Index (CPI) Indonesia

Periode 1989-2007

0

100

200

300

400

1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007

Page 6: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

6

Dalam melakukan perdagangan internasional, maka mata uang yang digunakan

pada umumnya adalah mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Sejak dimulainya krisis

moneter di Indonesia dan berlanjut menjadi krisis ekonomi di tahun 1998, mata uang

rupiah semakin terdepresiasi terhadap mata uang dollar AS. Sehingga menyebabkan daya

beli terhadap barang dan jasa impor semakin menurun.

Grafik 4 :Nilai Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS

Periode 1989-2007

-

3,000

6,000

9,000

12,000

1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian

untuk membuktikan hal-hal berikut ini :

1. Bagaimana pengaruh Gross Domestic Product (GDP), Inflasi dan kurs Dollar

AS secara global (bersama-sama) terhadap total impor Indonesia periode

1989-2007.

2. Bagaimana pengaruh Gross Domestic Product (GDP), Inflasi dan kurs Dollar

AS secara parsial (individu) terhadap total impor Indonesia periode 1989-

2007.

Page 7: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk

suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk

yang dmaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu

dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara

lain. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negri, maka

perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan oleh

faktor-faktor antara lain :

1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan

2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya melalui

bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang

dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata

uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya.

Pada dasarnya ada dua teori yang yang menerangkan tentang timbulnya

perdagangan internasional yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik diwakili oleh

dua orang pakar ekonomi legendaris yaitu Adam Smith dengan prinsip absolute advantage

dan David Ricardo dengan prinsip comparative advantage. Menurut Adam Smith suatu

negara akan megekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang

dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Ini terjadi karena

negara tersebut memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi barang dan jasa per

unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-

negara lain (Deliarnov, 1995:198).

Sementara Ricardo mengatakan bahwa suatu negara hanya akan mengekspor

barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang

memiliki komparatif rendah.

Apa yang disampaikan oleh Adam Smith maupun David Ricardo memiliki

kelemahan. Di dalam prinsip absolute advantage perdagangan internasional yang

menguntungkan hanya dapat terjadi bila masing-masing negara memiliki keunggulan

absolut yang berbeda. Dengan demikian jika hanya ada satu negara yang memiliki

Page 8: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

8

keunggulan absolut untuk dua jenis peroduk yang berbeda maka tidak akan terjadi

perdagangan internasional yang menguntungkan. Sedangkan comparative advantage milik

David Ricardo menyatakan bahwa perdagangan internasional hanya dapat terjadi apabila

adanya perbedaan pada harga barang sejenis diantara dua negara. Perbedaan harga ini

terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja) dan efisiensi. Bila

tenaga kerja sebagai faktor produksi memiliki produktivitas dan efisiensi yang sama maka

tidak akan terjadi perdagangan internasional. Pada kenyataannya meskipun produktivitas

dan efisiensi diantara dua negara sama ternyata harga pada barang sejenis dapat berbeda,

sehingga perdagangan internasional tetap terjadi. Dalam hal ini Ricardo tidak dapat

menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga pada produk sejenis meskipun

produktivitas dan efisiensi dari faktor produksi sama di kedua negara.

Satu lagi teori yang menerangkan terjadinya perdagangan internasional adalah

teori modern yang dikembangkan oleh Heckscher-Ohlin yang menyatakan bahwa

perdagangan internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif yaitu perbedaan

pada faktor pemberian alam dan intensitas penggunaan faktor produksi. Kedua

perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan pada harga relatif komoditi perdagangan

yang saling menguntungkan. Teori ini menganggap bahwa tiap-tiap negara akan

mengekspor komoditi yang relatif murah dan melimpah di negara itu dan mengimpor

komoditi yang relatif langka dan mahal dari negara lain.

IMPOR

Secara umum perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

negara ke negara lain. Sedangkan impor adalah arus kebalikan dari ekspor yaitu barang

dan jasa yang masuk kesuatu negara. Pada hakekatnya perdagangan luar negeri timbul

karena tidak ada satu negarapun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.

Dalam perekonomian terbuka (open economy) selain sektor rumah tangga, sektor

perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara

bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan negara lain. Suatu negara yang

memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi

tersebut keluar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat

mengimpornya dari luar negeri.

Page 9: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

9

Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana semakin besar

impor dari satu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan akan barang dan

jasa untuk kebutuhan penduduk suatu negara, namun disisi lain bisa mematikan produk

atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat menguras pendaptan

negara yang bersangkutan.

Berdasarkan laporan indikator Indonesia komposisi impor menurut golongan

penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:

1. Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat

dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum

mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk

rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang

tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama.

2. Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman

untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta suku

cadang dan perlengkapan.

3. Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil

penumpang dan alat angkut untuk industri.

GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah produk berupa barang dan

jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara

(domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi

barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang beroperasi di

wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang

modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan

dari GDP dianggap bersifat bruto (kotor).

GDP didefinisikan sebagai nilai seluruh barang dan jasa dalam satuan uang.

Dalam menghitung nilai tersebut (sekian dollar, atau sekian rupiah), biasanya para ahli

ekonomi menggunakan patokan harga pasar (market price) yang berlaku dari barang dan

jasa. Namun harga senantiasa berubah karena inflasi membuat harga lebih tinggi dari

tahun ke tahun. Dengan demikian harga merupakan ukuran yang kurang akurat.

Masalah harga-harga yang selalu berubah merupakan masalah yang harus

dipecahkan oleh para ekonom manakala mereka menggunakan uang sebagai tolak ukur.

Dengan demikian diperlukan ukuran yang lebih akurat guna menghitung tingkat output

Page 10: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

10

dan pendapatan nasional. Biasanya para ahli ekonomi tadi menggunakan tolak ukur

indeks harga (price index), yakni harga rata-rata atas sejumlah barang.

Dengan demikian maka GDP dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah

ditetapkan pasar yaitu :

1. Nominal GDP

Nominal GDP adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

negara dalam periode tertentu berdasarkan harga yang berlaku pada periode

tersebut. Nominal GDP disebut juga GDP at current Price (GDP harga

berlaku). Dalam penelitian ini menggunakan data Nominal GDP sebagai

variabel yang akan diteliti.

2. Real GDP

Sedangkan Real GDP adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan

oleh suatu negara dalam periode tertentu, berdasarkan harga yang berlaku

pada suatu tahun tertentu yang dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya

dalam menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada periode/tahun

berikutnya. Real GDP disebut juga GDP at Constant Price.

Nominal GDPReal GDP = 100

GDP chain price index×

CONSUMER PRICE INDEX (CPI)

Inflasi adalah kecenderungan dari kenaikan harga harga secara umum dan terus

menerus. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan

persentase yang sama. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus

menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun

dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. Inflasi diukur

berdasarkan indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) maupun indeks harga

lainnya. Consumer price index (CPI) dikenal juga dengan istilah Cost-of-living index.

Di Indonesia lembaga pemerintah yang senantiasa melakukan pengukuran inflasi

dan mengumumkannya ke publik adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Lembaga ini

mengambil sampel dari beberapa kota besar di seluruh Indonesia untuk diukur dan

dihitung perubahan harga-harga secara umum agar dapat diketahui berapa angka inflasi

setipa bulan. Banyak lembaga keuangan yang membutuhkan informasi ini baik itu pasar

modal, perbankan maupun pihak swasta. Karena dengan mengetahui tingkat inflasi maka

Page 11: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

11

keputusan untuk menanamkan modal secara langsung ataupun disimpan dalam bentuk

tabungan dapat ditentukan.

Kondisi yang memungkinkan terjadinya inflasi adalah bila terjadi kelebihan

permintaan terhadap barang dan jasa di sektor riil. Inflasi bisa juga terjadi karena adanya

kelebihan jumlah uang yang beredar (money supply), sehingga masyarakat akan melakukan

pengeluaran lebih besar, padahal output riil sudah mencapai keadaan full employment.

NILAI KURS

Nilai kurs dollar (USD) adalah konversi niai mata uang dollar Amerika Serikat ke

nilai mata uang rupiah (IDR). Nilai kurs dollar AS pada penelitian ini diambil selama

periode 1989-2007.

PENELITIAN SEBELUMNYA

Wulan Lestari (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh Produk Domestik

Bruto (PDB), Kurs Dollar AS dan Inflasi dalam negeri terhadap impor migas di

Indonesia selama tahun 1993 – 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB

memberikan pengaruh signifikan terhadap impor migas di Indonesia. Sementara Kurs

dollar AS dan inflasi ternyata tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap nilai

impor migas Indonesia periode 1993 – 2005.

Sri Hartatik (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total

impor Indonesia tahun 1991 – 2005. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa PDB,

investasi, kurs dollar AS dan tingkat inflasi berpengaruh nyata secara serempak terhadap

nilai total impor Indonesi. Namun secara parsial hanya PDB yang berpengaruh signifikan

terhadap total impor, sedangkan kurs dollar AS berpengaruh negatif terhadap total

impor. Sementara secara parsial inflasi dan investasi tidak berpengaruh terhadap total

impor Indonesia periode 1991 – 2005.

Kedua penelitian di atas menggunakan metode multiple regression. Dimana yang

menjadi variabel bebas adalah variabel-variabel dari makroekonomi seperti PDB, inflasi,

kurs dollar AS dan nilai investasi, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah nilai

impor Indonesia, baik impor migas maupun non migas.

Page 12: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Secara garis besar, konsep dasar dari penelitian ini adalah menguji pengaruh

Grosss Domestic Product (GDP), Inflasi dan Kurs Dollar AS terhadap Total Impor

Indonesia 1989 – 2007. Alur dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

GDP

(X1)

KURS

DOLLAR AS

(X3)

CPI

(X2)

TOTAL

IMPOR

INDONESIA

(Y)

Gross domestic Product (GDP), Consumer Price Index (CPI) dan Kurs Dollar AS adalah

independent variable yang mempengaruhi dependent variable yaitu Total Impor Indonesia

baik secara simultan (bersama-sama) maupun secara parsial.

IDENTIFIKASI VARIABEL

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka variabel-

variabel dalam penelitian ini, adalah :

a. Variabel tidak bebas (dependent variable)

Total Impor Indonesia (Y) adalah nilai total impor selama periode 1989 –

2007. Total impor yang dimaksud adalah gabungan impor yang berasal migas

dan non migas.

Page 13: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

13

b. Variabel bebas (independent variable)

� GDP (X1)

� CPI (X2)

� Kurs Dollar AS (X3)

JENIS DAN SUMBER DATA

Pada penelitian ini data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diambil dan

dicatat dari berbagai instansi dan lembaga yang berkompeten dalam meneliti dan

mempublikasikan data-data sebagai bahan penelitian. Berikut ini adalah rincian asal

sumber data yang dipergunakan dalam :

Tabel 1 : Sumber Data

NO DATA LEMBAGA SUMBER DATA 1 Gross Domestic Product ADB http://www.adb.org 2 CPI BPS http://www.bps.go.id 3 Kurs Dollar AS ADB http://www.adb.org 4 Total Impor Indonesia ADB http://www.adb.org

Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder selama

periode 1989-2007 yang dikumpulkan dengan cara diunduh dari situs resminya di internet

untuk kemudian diseleksi dan digunakan sesuai dengan keperluan analisis.

TEKNIK ANALISIS DATA

Untuk mengetahui pengaruh GDP, Inflasi dan Kurs Dollar AS terhadap total

impor Indonesia 1989-2007, peneliti menggunakan model analisis regresi berganda

(multiple regression), dengan persamaan sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Dimana :

Y = Total Impor Indonesia periode 1989-2007

X1 = Gross Domestic Product periode 1989-2007

X2 = CPI periode 1989-2007

X3 = Total Impor Indonesia periode 1989-2007

βi = Koefisien regresi parsial

ε = Tingkat Kesalahan (gangguan) stokastik

Page 14: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

14

Untuk menguji validasi model tersebut maka dilakukan pengujian sebagai berikut :

a. Koefisien Determinasi (R2)

Merupakan ukuran untuk mengetahui kemampuan variabel bebas

menjelaskan variabel tidak bebas. Semakin besar nilai koefisien determinasi

semakin baik kemampuan variabel X menerangkan atau menjelaskan variabel

Y.

b. Uji Serempak atau uji global

Menguji hipotesis koefisien nilai regresi secara simultan atau serempak

dengan menggunakan F-test. Pengujian secara simultan atau menyeluruh

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara serempak antara

variabel tidak bebas yaitu total impor migas Indonesia (Y) dengan variabel

bebas yaitu GDP (X1), Inflasi (X2) dan Kurs Dollar AS (X3). Signifikan

tidaknya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel

dependen dilakukan dengan melihat probabilitas (nilai Sig.) dari F rasio

seluruh variabel bebas pada taraf uji α = 5%.

Untuk memperoleh F-hitung maka dipergunakan rumus :

2

2

R /(k-1)F =

(1-R )/(n-k)

Dimana :

F = Nilai F-hitung

k = Banyaknya variabel dalam model regresi

n = Jumlah pengamatan

c. Uji Parsial

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel tidak bebas secara parsial. Metode pengujiannya

dengan menggunakan t-test. Signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas dilakukan melihat nilai probabilitas (nilai Sig.)

dari t rasio masing-masing variabel bebas pada taraf uji α = 5%.

Untuk memperoleh t-hitung maka dipergunakan rumus :

- t =

i

i i

b

bi

S

β

Dimana :

ti = t-hitung

Page 15: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

15

bi = Koefisien regresi

Sbi = Standard Deviasi dari βi

i = 1,2,....k (sebanyak jumlah variabel bebas)

d. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah pengujian ekonometrika untuk menilai ada tidaknya

bias penelitian. Model regresi ini digunakan agar dapat dijadikan alat estimasi

yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator) yakni tidak terdapat multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas. Apabila model yang digunakan terjadi multikolinearitas,

autokorelasi, dan heteroskedastisitas maka regresi penaksir tidak efisien,

peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji baku yang umum

untuk koefisien regresi menjadi tidak valid. Dengan menggunakan hasil

analisis komputer dari program SPSS maka dapat digunakan untuk menguji

model ada tidaknya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

Page 16: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Pengaruh Gross Domestic Product (GDP), Consumer Price Index (CPI) dan

kurs dollar (AS) terhadap total impor Indonesia periode 1989-2007 menggunakan

perhitungan multiple regression dan software SPSS 15.0.0 dapat dirangkum sebagai berikut :

Tabel 2 :

Rangkuman hasil regresi antara GDP (X1), CPI (X2) dan Kurs Dollar AS (X3)

terhadap Total Impor Indonesia (Y) periode 1989-2007

Dependent

Variable

Independent

Variable Coefficients

Standard

Error t-hitung

p-

value

GDP (X1) 0.220 0.014 15.825 0.000

CPI (X2) -90.963 155.536 -0.585 0.567

Total Impor

(Y)

KURS USD (X3) 16.489 4.372 3.772 0.002

Intercepts = -10114.8

R Square = 0.987

F - hitung = 374.654 Sig. = 0.000

Dari rangkuman tabel di atas maka persamaan multiple regression dalam penelitian

ini menjadi :

Y = -10114.8 + 0.220X1 - 90.963X2 + 16.489X3

INTERPRETASI

Persamaan multiple regresi dalam penelitian ini dapat diinterpretasikan sebagai

berikut :

1. Konstanta β0 = -10114.8 memberikan arti bahwa total nilai impor Indonesia

akan memiliki nilai -10,114.8 milyar rupiah jika GDP, CPI dan Kurs Dollar

AS diabaikan.

2. Nilai koefisien β1 = 0.220, artinya apabila CPI dan Kurs Dollar AS dianggap

konstan maka peningkatan GDP sebesar 1 milyar rupiah akan menaikkan

nilai total impor Indonesia sebesar 0.22 milyar rupiah.

3. Nilai koefisien β2 = -90.963, artinya apabila GDP dan Kurs Dollar AS

dianggap konstan maka kenaikan CPI sebanyak satu satuan maka total impor

Indonesia akan turun 90.963 milyar rupiah.

Page 17: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

17

4. Nilai koefisien β3 = 16.489, artinya apabila GDP dan CPI dianggap konstan

peningatan Kurs Dollar AS sebesar 1 rupiah akan menaikkan total impor

Indonesia sebesar 16.489 milyar rupiah.

PEMBAHASAN

a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R Square (R2) sebesar 0.987 pada table Model Summary di atas,

menunjukkan bahwa kemampuan dari variabel GDP, CPI dan Kurs Dollar AS sebagai

variabel bebas mampu menerangkan atau menjelaskan 98.7% terhadap total impor

Indonesia periode 1989-2007. Nilai yang ditunjukkan oleh R2 ini relative besar, dan

menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yang dipilih dapat menjelaskan dengan baik

terhadapa variabel tidak bebasnya yaitu total impor Indonesia 1989-2007. Sedangkan

sisanya atau residu 1.3% (100% - 98.7%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan ke dalam penelitian ini.

Apabila diungkapkan dengan kalimat lain maka 98.7% variasi dari total Impor

Indonesia periode 1989-2007 dipengaruhi oleh GDP, CPI dan Kurs Dollar AS. Dan

hanya 1.3% saja total impor Indonesia dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

b. Uji Serempak atau uji global

Untuk menguji apakah variabel bebas (GDP, CPI dan Kurs Dollar AS) secara

bersama-sama memberi pengaruh terhadap variabel tidak bebas (Total Impor Indonesia).

Metode yang digunakan adalah dengan melakukan uji F-Test.

Dari tabel 2, diperoleh bahwa nilai F-hitung dalam penelitian ini adalah sebesar

374.654. Untuk mengetahui apakah nilai F-hitung tersebut menunjukkan bahwa semua

variabel bebas berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel tidak bebasnya, maka

harus dibandingkan dengan F-Tabel.

Dengan jumlah observasi sebanyak 19 dan jumlah variabel bebas 3 maka dapat

ditentukan nilai F-Tabel sebagai berikut :

Jumlah Observasi v1

[k]

v2

[n-(k+1)] α F-Tabel

19 3 15 0.05 3.29

Karena nilai F-hitung = 374.654 lebih besar dari F-Tabel = 3.29 dengan taraf

nyata 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu GDP, CPI dan Kurs

Page 18: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

18

Dollar AS secara serempak berpengaruh signifikan terhadap total impor Indonesia

periode 1989-2007.

c. Uji Parsial

Apakah pengaruh masing-masing variabel GDP, CPI dan Kurs Dollar AS secara

parsial (individu) adalah signifikan terhadap total impor Indonesia?. Untuk itu harus

dilakukan uji-t atau t-test.

Uji-t ini dimulai dengan menentukan daerah kritis dengan cara mencari nilai t-

tabel. Untuk kasus ini maka df = 19 – (3 + 1) = 15, dan taraf nyata (α) = 5%. Karena kita

melakukan pengujian dua arah maka nilai tα/2 = t0.025 dengan df = 15 adalah : 2.131.

Karena menggunakan uji dua arah maka daerah kritis berada diantara nilai -2.131 dan

2.131. Artinya apabila nantinya t-hitung berada diantara daerah kritis ini dapat kita

simpulkan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara siginifikan. Sebaliknya

jika diluar range t-tabel diatas maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel tidak bebasnya.

Pada tabel 2, diketahui nilai t-hitung untuk semua variabel bebasnya adalah

sebagai berikut :

� Nilai t-hitung GDP = 15.825

� Nilai t-hitung CPI = -0.585

� Nilai t-hitung Kurs Dollar AS = 3.772

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa GDP dan Kurs Dollar AS secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap total impor Indonesia periode 1989-2007 karena nilai t-

hitung-nya berada diluar range -2.131 dan 2.131. Sedangkan Consumer Price Index (CPI)

ternyata secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap total impor Indonesia

periode 1989-2007.

d. Uji Asumsi Klasik

Ada tiga pengujian yang harus dilakukan terhadap variabel bebas untuk

menghindari terjadinya multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedasitas.

� Uji Multikolinearitas

Deteksi ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan jalan melihat besaran

VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance serta koefisien korelasi antara

variabel independen. Untuk membuktikan hal ini dapat kita lihat

perbandingannya pada tabel di bawah ini :

Page 19: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

19

Coefficientsa

.321 3.115

.879 1.138

.323 3.095

GDP

CPI

KURS

Model

1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: TOTAL_IMPOR_INDONESIAa.

Syarat untuk tidak terjadinya multikolinearitas adalah nilai tolerance tidak ada

yang kurang dari 0.2 (< 0.2) dan nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari 5 (>

5). Sedangkan dari tabel diatas tidak ada satupun yang melanggar aturan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara

GDP, CPI dan Kurs Dollar AS.

� Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW). Dengan bantuan

software SPSS untuk mengolah data penelitian diperoleh hasil DW = 1.784.

Angka DW berada di antara 1.65 < DW < 2.35, sehingga dapat disimpulkan

tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang kita gunakan dalam

penelitian ini.

� Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji

glejser yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap

variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolut residual), maka tidak ada

heteroskedastisitas. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada persamaan regresi dalam penelitian ini.

Page 20: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

20

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Gross Domestic Product (GDP), Consumer Price Index (CPI) dan Kurs Dollar AS

secara serempak (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap total impor

Indonesia periode 1989-2007. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel-

variabel yang diteliti memang memberikan pengaruh yang nyata terhadap

total impor Indonesia periode 1989-2007.

2. Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial

terhadap total impor Indonesia periode 1989-2007. Hasil penelitian ini yang

menyatakan bahwa GDP berpengaruh nyata atau signifikan secara parsial

terhadap total impor Indonesia periode 1989-2007 mendukung teori yang

disampaikan sebelumnya oleh John Maynard Keynes bahwa besar kecilnya

impor lebih dipengaruhi oleh pendapatan negara tersebut. Artinya realisasi

impor terkait langsung dengan kemampuannya dalam membiayai impor.

Analisis dari penelitian ini menyimpulkan bahwa makin besar pendapatan

nasional suatu negara maka semakin besar pula impornya.

3. Kurs Dollar AS berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap

total impor Indonesia periode 1989-2007. Hasil analisis ini menunjukkan

bahwa meskipun mata uang Rupiah melemah ternyata tidak memberi

pengaruh terhadap pengurangan total impor Indonesia periode 1989-2007.

Alasan yang paling logis untuk menjelaskan fenomena ini adalah ternyata

salah satunya adalah impor minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar

minyak (BBM) Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini

terjadi akibat permintaan BBM untuk konsumsi industri dan masyarakat dari

tahun ke tahun juga semakin bertambah sementara itu defisit ini tidak diikuti

oleh peningkatan produksi minyak bumi di dalam negeri. Sehingga untuk

memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri maka pemerintah harus

mengimpor dari negara lain. Oleh karena itu meskipun kurs Dollar AS

Page 21: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

21

semakin tinggi namun mau tidak mau Indonesia tetap harus mengimpor

minyak bumi dari negara lain. Akibatnya sejak tahun 2007 Indonesia

merupakan negara Net-Importir minyak bumi. Dan pada tahun 2008 ini

Indonesia secara resmi telah keluar dari organisasi OPEC yaitu organisasi bagi

kelompok negara-negara pengekspor minyak bumi. Dengan demikian dari

penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa makin tinggi nilai mata uang

rupiah terhadap Dollar AS maka semakin tinggi pula total impornya.

4. Consumer Price Index (CPI) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

total impor Indonesia periode 1989-2007. Kenyataan ini tentu saja

bertentangan dengan teori-teori impor sebelumnya yang menyatakan bahwa

inflasi dalam negeri yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat

menurun dan meningkatkan impor. Sementara ditinjau dari hasil penelitian

dengan data selama periode 1989-2007 menunjukkan bahwa meskipun

koefisien variabel inflasi yang diwaklili oleh CPI adalah negatif, namun

ternyata belum cukup siginfikan pengaruhnya terhadap total impor Indonesia

periode 1989-2007. Menurut pengamatan penulis, sebagai akibat dari tingkat

inflasi yang cukup tinggi di dalam negeri maka masyarakat cenderung untuk

mencari alternatif lain bagi produk-produk yang akan dikonsumsi dengan

harga yang lebih murah dari luar negeri. Ini bisa kita lihat dengan

membanjirnya produk-produk impor terutama yang berasal dari Cina yang

harganya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan produk lokal.

REKOMENDASI

Berdasarkan penelitian di atas dan uraian-uraian yang telah disampaikan

sebelumnya maka penulis memberikan saran berupa rekomendasi sebagai berikut :

1. Total impor Indonesia dari tahun ke tahun tidak selamanya menunjukkan

bahwa competitive advantage Indonesia itu tidak baik, justru bisa menjadi cermin

bahwa daya beli masyarakat Indonesia semakin meningkat. Tetapi impor juga

perlu dikendalikan Agar tidak terjadi defisit dalam penggunaan cadangan

devisa negara hanya untuk membayar kelebihan impor maka harus diimbangi

dengan peningkatan nilai ekspor. Pemerintah juga harus bisa memilah

produk-produk mana saja yang sebaiknya boleh diimpor. Ini bertujuan agar

Page 22: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

22

sektor riil di dalam negeri mampu tumbuh dan bersaing dengan produk-

produk yang sama dari luar negeri. Salah satunya dengan cara meningkatkan

pajak impor dan pembatasan jumlah barang yang diimpor.

2. Defisit produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) akibat permintaan yang terus

meningkat di dalam negeri menyebabkan pemerintah tidak punya pilihan

selain melakukan impor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Akibatnya

dari tahun ke tahun total impor Indonesia terus meningkat tajam. Tentu saja

hal ini secara jangka panjang akan berpengaruh pada makroekonomi

Indonesia. Harga minyak mentah di pasaran Internasional yang melambung

dapat membuat perekonomian menjadi terpukul akibat ongkos produksi yang

ikut meningkat, sehingga inflasi tidak dapat terelakkan. Oleh karena itu

penulis menyarankan agar program Bio Fuel di dalam negeri segera

ditindaklanjuti dengan meningkat produksi agar dapat menjadi solusi

alternatif energi di masa depan serta secara perlahan impor BBM dari negara

lain dapat dikurangi.

Page 23: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

23

DAFTAR PUSTAKA

Mason, Robert D, Lind, Douglas A. Teknik Statistika untuk Bisnis & Ekonomi,

Erlangga, 1996.

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga, 2003

Suharyadi, Purwanto SK. Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Jakarta :

Salemba Empat, 2004.

Tucker, Irvin B. Economics For Today’s World, Ohio: Thomson, 2007.

Page 24: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

24

LAMPIRAN

Data Total Impor Indonesia, GDP, CPI, Kurs Dollar AS

periode 1989-2007

TAHUN IMPORT

(milyar Rp)

GDP

(milyar Rp) CPI KURS

1989 38,443 179,582 330.30 1,770

1990 50,046 210,866 112.50 1,843

1991 60,249 249,969 123.00 1,950

1992 70,481 282,395 132.30 2,030

1993 78,383 329,776 145.10 2,087

1994 96,953 382,220 157.40 2,161

1995 125,657 454,514 172.30 2,249

1996 140,812 532,568 185.90 2,342

1997 176,600 627,695 106.20 2,909

1998 413,058 955,754 168.30 10,014

1999 301,654 1,099,732 202.45 7,855

2000 423,318 1,389,770 221.37 8,422

2001 506,426 1,684,280 249.15 10,261

2002 480,815 1,821,833 274.10 9,311

2003 465,941 2,013,675 106.78 8,577

2004 632,376 2,295,826 113.25 8,939

2005 816,406 2,784,960 125.57 9,705

2006 870,090 3,338,196 141.53 9,159

2007 1,000,604 3,957,404 150.55 9,140

Sumber : www.adb.org dan www.bps.go.id

Hasil pengolahan data dengan menggunakan Software SPSS 15.0 :

Model Summaryb

.993a .987 .984 38272.666 1.784

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), KURS_DOLLAR_AS, CPI, GDPa.

Dependent Variable: TOTAL_IMPOR_INDONESIA_1989_2007b.

ANOVAb

1.6E+012 3 5.488E+011 374.654 .000a

2.2E+010 15 1464796929

1.7E+012 18

Regression

Residual

Total

Model1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KURS_DOLLAR_AS, CPI, GDPa.

Dependent Variable: TOTAL_IMPOR_INDONESIA_1989_2007b.

Page 25: Analisis Pengaruh GDP CPI KURS Thdp Impor

25

Coefficientsa

-10114.8 29493.553 -.343 .736

.220 .014 .828 15.825 .000

-90.963 155.536 -.018 -.585 .567

16.489 4.372 .197 3.772 .002

(Constant)

GDP

CPI

KURS_DOLLAR_AS

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: TOTAL_IMPOR_INDONESIA_1989_2007a.

Coefficientsa

.321 3.115

.879 1.138

.323 3.095

GDP

CPI

KURS

Model1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: TOTAL_IMPOR_INDONESIAa.