PELAYANAN KEMATIAN BAGI LANJUT USIA di PANTI SOSIAL...
Transcript of PELAYANAN KEMATIAN BAGI LANJUT USIA di PANTI SOSIAL...
PELAYANAN KEMATIAN
BAGI LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
(PSTW) BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
WAHYUDINIM: 104054102131
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H. / 2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Maret 2011
WAHYUDI 104054102131
i
ABSTRAK
WahyudiPelayanan Kematian Bagi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Masa lanjut usia merupakan tahap akhir dalam fase kehidupan manusia hidup di dunia, dalam masa itu lanjut usia mengalami penurunan fisik, mental dan sosial yang dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan baru sehingga menghambat mereka untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Walaupun demikian seorang lanjut usia harus berusaha selalu optimis, ceria, dan berusaha untuk tetap sehat dimasa usia lanjut. Panti jompo merupakan tempat pilihan yang terakhir untuk lansia menghabiskan sisa-sisa kehidupan di dunia dan salah satu panti sosial yang menangani lanjut usia terlantar adalah Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna Radio Dalam, Jakarta selatan, yang memberikan pelayanan-pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar baik secara jasmani maupun rohani.
Pada umumnya manusia ingin hidup panjang bahkan sampai beribu-ribu tahun lagi dengan berbagai upaya yang dilakukan, proses hidup yang dialami manusia yang cukup panjang ini telah menghasilkan kesadaran pada diri setiap manusia akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia, apa lagi ketika manusia sudah berumur lanjut. Seharusnya mereka mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi nanti, yaitu di akhirat. Lanjut usia seharusnya lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, karena kebanyakan pada usia lanjut itu kematian akan datang menghampiri jika di bandingkan dengan masa dewasa,maupun masa anak-anak, dengan berbagai sebab-sebab dan permasalahan yang dihadapi lanjut usia, misalnya fisik yang memang sudah lemah serta mudah sakit yang berkepanjangan dan tidak sembuh-sembuh, yang meskipun pada dasarnya kematian itu menghampiri setiap manusia tidak memandang usia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelayanan kematian lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna, Radio Dalam, Jakarta Selatan. Melalui metode kualitatif yang menghasilkan data-data deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian adalah wawancara mendalam, pengamatan mendalamdan dokumentasi yang dilakukan untuk mendapatkan data-data secara valid. Obyek yang diteliti adalah lanjut usia terlantar yang menjadi Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW beserta pegawai-pegawai yang secara intens melakukan pendampingan maupun bimbingan kepada para WBS (lanjut usia).
Hasil penelitian menyatakan PSTW memberikan berbagai pelayanan-pelayanan sosial kepada lanjut usia sebelum kematian menghampirinya, mulai dari pengasramaan, memberikan makan sehari tiga kali, bimbingan keterampilan, bimbingan fisik dan mental serta tahapan-tahapan pelayanan. Selain itu juga, lanjut usia mengisi waktu luang dengan bermain-main, karaokean, tidur-tiduran, nonton TV, bercengkerama dengan lanjut usia yang lain, serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di PSTW, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di PSTW, maka diharapkan lanjut usia akan menemukan makna hidup dan apabila ajal telah tiba, maka dengan cara yang khusnul khotimah.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Dzat yang Maha Pemberi makna dan
kenikmatan kepada makhluknya, Dzat yang Maha Agung, Maha Bijaksana,
Dialah Allah SWT. Penulis dengan penuh keikhlasan hati bersyukur atas
kehidupan yang diberi, potensi akal dan kasih sayang disertai dengan usaha yang
sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Sholawat dan salam selalu penulis curahkan untuk panutan dan suri
tauladan umat, yakni Nabi Muhammad SAW. Kesejahteraan dan keselamatan
semoga selalu mengiringinya, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Dengan taufik dan hidayah dari Allah SWT, serta usaha keras yang
dilakukan, penulis begitu menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun berkat do’a, bantuan serta dukungan yang begitu banyak
dari berbagai pihak, Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi ini
hingga rampung dengan judul “Pelayanan Kematian Bagi Lanjut Usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna”.
Ayahanda Sokheh, beserta Ibunda Marwiyah yang telah rela mencurahkan
kasih sayang kepada penulis sejak kecil. Keikhlasan dan ketulusan dalam melepas
penulis untuk menuntut ilmu di “kota orang” adalah hal yang sangat berharga bagi
penulis, do’a dan air mata yang selalu tercurahkan disetiap do’anya adalah
penunjuk jalan bagi penulis dan dengan kehendak Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penilitian ini.
iii
Dengan penuh rasa hormat dan takjub, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini begitu banyak pihak yang memberikan bantuan, motivasi,
teguran, semangat, serta do’a dan nasihat yang selalu mengiringi pembuatan
skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M. A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Mahmud Jalal, M.A., selaku pembantu Dekan II
(PUDEK II) dalam membantu kelancaran penuliasan skripsi. Serta Drs.
Study Rizal, L.K., M.Ag, selaku Pembantu Dekan III (PUDEK III).
3. Ibu Siti Napsiah Ariefuzzaman M. SW sebagai Ketua Jurusan (KAJUR)
Kesejahteraan Sosial Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan
Bapak Ahmad Zaki M. Si sebagai Sekertaris Jurusan (SEKJUR), beserta
Dosen-dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial lainnya yang telah memberikan
penulis masukan, nasihat, dukungan serta do’anya.
4. Ibu Nurhayati Nurbus M. SW selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu, saran, motivasi serta waktunya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
5. Ibu Yanti Affianti S. Sos M. Si sebagai kepala PSTW Budhi Mulia 4
Margaguna dan Ibu Dra. Hj. Farah Darojati sebagai Ka. Sie. Perawatan
yang telah memberikan izin, menerima dan memberikan berbagai
informasi sehingga mempermudah dalam penulis melakukan penelitian.
iv
6. Segenap pimpinan karyawan dan staf-staf serta bapak/ibu dosen Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan
bantuan, ilmu, dan pengalaman. Serta Perpustakaan Fakultas maupun
Perpustakaan Umum (PU) yang telah memberikan fasilitas memadai atas
buku-bukunya.
7. Keluarga Besar Nogosari yang ada di JABODETABEK, antar lain H.
Mu’alimi (alm) dan Hj. Siti Sangadah (alm) sekeluarga, Pakde. Rus
sekeluarga, H. Mutamimmul Akhlak S.H. sekeluarga, Drs. H. Mudarris
sekeluarga, Mbak. Atik sekeluarga, Mas. Faiz sekeluarga, Mas. Anhar
sekeluarga, Mas Budi sekeluarga, dan Mas Agus sekeluarga yang telah
memberikan perhatian berupa dorongan moril maupun bantuan secara
materiil.
8. Paklik Drs. H. Widodo sekeluarga dan Drs. Sukamto sekeluarga yang juga
ikut berpartisipasi memberikan motifasi dan semangat untuk terus mencari
ilmu, meskipun hanya lewat telephon.
9. Kakanda Arifin, yang selalu memberikan bantuan, dorongan dan pelajaran
berharga kepada penulis sehingga menjadikan tokoh kakak yang selalu
memberikan inspirasi bagi penulis. Serta Adikku tercinta Novi Tri
Rahmawati. Karena kalianlah (kakak,adik) penulis selalu semangat
berusaha untuk terus maju.
10. Kyai Mukhlas, Para santri, dan kawan-kawan di Cirebon yang telah
memberikan pelajaran dan petuah untuk mendalami ilmu tentang
kehidupan, meskipun dalam waktu yang relatif singkat. Kawan-kawan
yang sering berbagi suka-duka dalam kehidupan ini dalam keadaan senang
v
maupun susah/sedih; Muhajirin Grinting sekeluarga, Ki Jambol, Ki
Brengsek, Gus Ken, Kang Asep sekeluarga, Emak Warsonah sekeluarga,
Emak RT sekeluarga, Om. Udin sekeluarga, Ubay sekeluarga, Rooney
Boat (R&B) sekeluarga, Zaenal sekeluarga, Wisnu sekeluarga, Aweng
sekeluarga dan Achong sekeluarga.
11. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi angkatan 2004: Mustofa, Ijul, Dedi, Yudha (Item),
Hafidz, Ipul, Hamzah, Safrudin (Didin), Afif, Fahrudin, Syamsari Pai,
Kartini (Ade), Fitrah, Winda, Mega, Nadya, Dhea, Sarti, Ziarotun, serta
Adik-adik dan Kakak-kakak kelas Jurusan Kessos dari angkatan 2003
sampai 2010. Terima kasih atas persahabatan yang kalian tawarkan,
Semoga Ukhuwah, Silaturrahim, dan kekeluargaan yang telah kita
pertahankan hingga masa tua dan itu semua akan menjadi cerita hidup di
masa yang akan datang.
Mungkin masih banyak lagi nama yang tidak bisa tercantumkan dalam
tulisan ini penulis dengan kerendahan hati dan berdo’a semoga Allah SWT
mempermudah segala urusan di dunia dan membalas segala amal perbuatan,
juga penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semuanya, baik
terhadap tiap-tiap individu, golongan masyarakat, lembaga atau instansi. Amin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 14 Maret 2011
Penulis,
Wahyudi
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... iKATA PENGATAR....................................................................................... iiDAFTAR ISI ................................................................................................. viDAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah............................................................ 1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 7
1. Pembatasan Masalah ........................................................... 72. Perumusan Masalah ............................................................ 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................. 71. Tujuan Penelitian ................................................................ 72. Manfaat Penelitian .............................................................. 7
a. Manfaat Akademis......................................................... 7b. Manfaat Praktis.............................................................. 8
D. Metodologi Penelitian............................................................... 8
1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 8
2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 10
3. Sumber Data ........................................................................ 10
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 10
5. Teknik Pemilihan Informan.................................................. 11
6. Analisa Data ........................................................................ 12
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 13
BAB II KERANGKA TEORIA. Definisi Pelayanan ................................................................... 15B. Kematian .................................................................................. 20
1. Pengertian Kematian...................................................................202. Perlunya Mengingat Mati...........................................................233. Makna Hidup dan Persiapan Bekal..................................... 24
C. Lanjut Usia ............................................................................... 301. Pengertian Lanjut Usia........................................................ 302. Permasalahan Lanjut Usia ................................................... 323. Kebutuhan Lanjut Usia ....................................................... 34
vii
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGAA. Sejarah Berdirinya PSTW......................................................... 36B. Landasan Hukum...................................................................... 36C. Visi dan Misi ............................................................................ 37D. Tugas Pokok............................................................................. 37E. Tujuan ...................................................................................... 37F. Sasaran ..................................................................................... 38G. Persyaratan Penerimaan Lanjut Usia ......................................... 38H. Prosedur Penerimaan ................................................................ 38I. Fasilitas Pelayanan.................................................................... 38J. Proses Pelayanan ...................................................................... 40K. Struktur Organisasi ................................................................... 42L. Data Warga Binaan/Lanjut Usia................................................ 43
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISAA. Identitas Informan..................................................................... 44
1. Kakek ED........................................................................... 452. Nenek MRS........................................................................ 46
B. Pelayanan Sosial ...................................................................... 461. Pendekatan Awal................................................................ 47
a. Identifikasi ..................................................................... 47b. Motivasi ......................................................................... 48c. Seleksi ............................................................................ 48
2. Penerimaan ........................................................................ 49 3. Pemahaman Masalah.......................................................... 49 4. Perencanaan Pemecahan Masalah ...................................... 50 5. Pelaksanaan Pemecahan Masalah....................................... 51 6. Resosialisasi ...................................................................... 53
C. Proses Pelayanan Kematian ...................................................... 54
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan............................................................................... 60B. Saran ........................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 65
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kerangka Informan……………………………………………….. 12
Tabel 3.2 Struktur Organisasi ........................................................................42
Tabel 3.3 Data Jumlah Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin.....................43
Tabel 3.4 Daftar Ruangan WBS/Lanjut Usia .................................................44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan
seseorang, hal ini sesuai dengan pernyataan Elizabeth Hurlock; tahap
terakhir dalam rentang kehidupan manusia adalah menjadi usia lanjut,
yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut
yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Usia
lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Ketika seorang
mencapai tahap usia lanjut, maka akan terjadi perubahan-perubahan fisik
bahkan sampai ada anggapan bahwa masa tua merupakan masa yang
mudah dihinggapi segala penyakit dan mengalami kemunduran mental
seperti menurunnya daya ingat.1
Seseorang menjadi tua merupakan fenomena perkembangan
manusia yang alamiah dalam kehidupan manusia yang tidak mungkin
dihindari. namun bagi sebagian orang menjadi tua merupakan suatu yang
menakutkan karena dengan berfikir menjadi tua mereka tidak dibutuhkan,
dihargai dan menganggap keberadaannya menjadi beban keluarga dan
anak cucu mereka, sehingga pemikiran itu akan berpengaruh pada
kejiwaannya.
Melihat kondisi fisik dan psikis orang tua yang sudah lanjut usia
adalah sama seperti melihat bayi, ke dua orang tersebut sama-sama
membutuhkan perawatan dan perhatian khusus. Selain itu pula, beberapa
1 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (ERLANGGA, 1980), hal. 380
2
orang tua dari mereka karena kondisi medis yang sudah sangat lemah
sekali, tentunya sangat memerlukan sekali bantuan dari orang lain yang
benar-benar telah berpengalaman dalam merawat orang tua yang sudah
berusia lanjut.
Mengapa kita perlu memberikan perhatian dan pelayanan kepada
mereka yang sudah lanjut usia ? Meskipun pertanyaan tersebut bukanlah
inti permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, akan tetapi
jawabannya mempunyai arti penting sebagai langkah awal untuk
memberikan pemahaman pada permasalahan yang sebenarnya.
Alasan yang mendasar untuk menjawab pertanyaan diatas dilihat
dari segi ibadah, yaitu bentuk sikap keyakinan dan perilaku dalam
hubungan manusia dengan sang pencipta. Diketahui bahwa tidak ada
satupun ajaran agama yang tidak menekankan pada pengikutnya untuk
tidak menempatkan posisi orang tua sebagai orang yang harus dihormati.
Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh
waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk
memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya
komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian
perawatan terhadap orang tua. Kondisi perkotaan yang berpacu untuk
memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak menimbulkan rasa
kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat
menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat
individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga
penduduk merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan.
3
Ajaran Islam sangat jelas menegaskan tentang keharusan kita
berbuat baik kepada kedua orang tua, bahkan ketika mereka berusia lanjut.
Diantaranya adalah tercantum dalam QS. Al Israa’ (17; 23-24), yang
artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ahh” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Oleh karena itu sangat disayangkan apabila ada seseorang yang
sampai menelantarkan mereka, bahkan sampai melakukan kekerasan serta
tidak perduli akan keberadaan mereka, walau bagaimanapun mereka
adalah seseorang yang perlu mendapatkan perhatian, sekaligus pelayanan
yang memadai untuk keberlangsungan hidup para orang tua atau Lansia
yang terlantar.
Suatu hal yang menjadi penting dan perlu kita sikapi adalah
bagaimana kita memberikan akses dan pelayanan yang adil bagi masing-
masing kelompok tersebut. Terlebih bagi kelompok yang belum cukup
kemandiriannya (usia anak-anak) dan atau kelompok yang sudah
berkurang kemandiriannya (kelompok lansia).
Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan
pokok kesejahteraan sosial, dijelaskan bahwa; “Kesejahteraan sosial ialah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan
4
batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rokhaniah, dan sosial
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.”2
UU No. 6 Tahun 1974, menjelaskan juga bahwa tiap warga negara
Indonesia tanpa kecuali, tidak membedakan status sosial, tidak
membedakan jenis kelamin, tidak juga membedakan tingkatan dan usia.
dari anak-anak sampai lanjut usia (Lansia), bahkan sejak terlahir berhak
atas kesejahteraan sosial yang memadai.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia dari tahun
ke tahun semakin meningkat, struktur penduduk Indonesia yang berusia
lanjut (Departemen Sosial, 1999; 2004d), mulai tahun 1980 berjumlah
7.998.543 jiwa (5,45%). Tahun 1990 menjadi 11.277.577 jiwa (6,29%)
dan tahun 2000 menjadi 14.439.967 jiwa (7,18%). Lalu tahun 2010
diperkirakan berjumlah 23.992.553 jiwa(9,77%) dan tahun 2020 menjadi
11,34%.3
Tanggap dengan persoalan-persoalan yang ada pada lanjut usia,
negara membuat peraturan melalui undang-undang No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia, Pasal 5 Ayat 2 menyebutkan bahwa,
“sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi pelayanan
keagamaan, mental, spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan
kerja, pelayanan pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam
2 UU No. 6 Th 1974, Tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 13 Jayaputra Achmadi, Departemen Sosial RI, Pelayanan Sosial Lanjut Usia Indonesia.
(Jakarta; Puslit PKS, 2005), h. 6
5
menggunakan fasilitas sarana dan prasarana umum, kemudahan dalam
pelayanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial, serta bantuan sosial.”4
Selanjutnya pasal 8 (delapan) dalam Undang-undang tersebut di
atas disebutkan, “Pemerintah, keluarga dan Masyarakat bertanggung jawab
atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia”5
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam fase
kehidupan manusia didunia ini, yang kemudian akan di hadapkan pada
kematian, hal ini sesuai dengan QS. Al Imron Ayat 185 yang berbunyi:
Artinya: “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Karena kebanyakan orang yang sudah lanjut usia yang
kemungkinan akan mengalami kematian (meninggal dunia), jika
dibandingkan dengan usia remaja atau usia dewasa. Namun sebenarnya
kematian itu datang tidak memandang usia, ada yang masih usia remaja
sudah meninggal dunia, ada juga yang masih dalam kandungan yang
belum dapat merasakan keindahan dunia sudah dalam keadaan tidak
bernyawa (meninggal). Oleh karena itu, banyak hal penting yang perlu
diperhatikan disaat menjalani masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya dan
mempersiapkan diri sebelum kematian tiba saatnya nanti.
Tidak mudah memang ketika seseorang dihadapkan pada hal
kematian, pemikiran-pemikiran akan timbul dalam benak mereka, belum
4 UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Pasal 5 ayat 25 Ibid
6
lagi dipermasalahkan dalam hal pemakaman yang layak untuk tempat
singgah terakhir selama hidup didunia. Mereka harus mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit untuk proses pemakaman, mulai dari lahan, mengurus
jenazah, sampai pembelian peti mati.
Persoalannya lain juga terdapat pada lahan pemakaman itu sendiri
semakin lama makin menyempit di Indonesia, mengingat keadaan tanah
itu sendiri, dimana tanah tidak akan bertambah luas dan melebar, yang ada
hanya mengalami penyempitan.
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam
Jakarta Selatan adalah salah satu panti sosial yang berperan memberikan
pelayanan sosial dalam usaha kesejahteraan Lansia yang terkait dengan
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi Lansia, Baik itu
ketika mereka masih menjadi Warga Binaan Sosial (WBS) maupun sudah
tidak lagi menjadi Warga Binaannya (meninggal dunia).
Selama hidup di dunia kita dianjurkan untuk banyak-banyak
mengingat mati, apalagi ketika sudah mencapai masa lanjut usia, karena
dengan mengingat kematian tersebut, maka jiwa kita akan semakin tegar
menghadapi hidup yang singkat ini, rasa optimis dan mencari kehidupan
yang bermakna akan muncul dalam diri kita masing-masing, ketika
kematian datang menghampiri, maka sudah siap untuk menghadapinya dan
apa yang harus dilakukannya, Kalau saya gagal di dunia ini saya masih
punya surga di akhirat nanti, dan kalau saya sukses dalam kehidupan ini,
akan saya pergunakan kesuksesan itu untuk kesuksesan yang lebih abadi
dan hakiki, yaitu di akhirat nanti, dihadapan Illahi Robbi.
7
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
memperdalam pembahasan skripsi yang berjudul, “Pelayanan Kematian
Bagi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak melebar, maka peneliti
membatasi penelitian ini pada proses pelayanan kematian bagi Lanjut
Usia yang di lakukan oleh PSTW Budi Mulia 4 Margaguna, Jakarta
Selatan, pada bulan Maret sampai bulan Mei Tahun 2011.
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah penelitian ini adalah bagaimana proses pelayanan
kematian terhadap Lanjut Usia yang diberikan PSTW Budi Mulia 4
Margaguna Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam, Jakarta Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai peneliti adalah
Menggambarkan pelayanan kematian bagi Lanjut Usia yang
diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Jl.
Margaguna No. 1 Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah
1. Manfaat Akademis
a) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar S1 (Strata
Satu) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
b) Menambah informasi bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan
Sosial di bidang pelayanan Lanjut Usia.
c) Bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi, untuk dijadikan
rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial
bidang pelayanan Lanjut Usia.
2. Manfaat Praktis
a) Memberikan masukan bagi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jl.
Margaguna No. 1 Radio Dalam, Jakarta Selatan dalam pelayanan
terhadap Lanjut Usia.
b) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan
kesejahteraan sosial khususnya yang bergerak di bidang pelayanan
bagi Lanjut Usia.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai
dalam pengumpulan data dan analisa data yang diperlukan, guna
menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini
dimaksudkan untuk menentukan data valid, akurat, dan signifikan dengan
permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan yang diteliti.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode atau
pendekatan kualitatif, yaitu menurut Lexy J. Moleong, metodologi
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
9
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang
diamati.6
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi
dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan
dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis
maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan
informasi - informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan
menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat
manusia.7
Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif untuk
mendeskripsikan proses pelaksanaan pelayanan kematian bagi Lanjut
Usia yang dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jl.
Margaguna No. 1 Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya sehingga sekedar untuk mengungkapkan fakta.8
Data-data tersebut dapat berasal dari wawancara, observasi,
dokumentasi dll.
6 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998) H. 37 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Prees, 1992), h. 2098 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada
University, Press, 2005), Cet. Ke-11, h. 31
10
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam Jakarta Selatan, pada bulan Maret
sampai bulan Mei 2011.
3. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, data terbagi dua bagian, Yaitu :
a. Data Primer atau Data Pokok
Merupakan data yang langsung diperoleh dari para informan
yang ada di panti pada waktu penelitian berlangsung, yaitu
diperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
Penulis mewawancarai dua orang Lansia, yaitu satu lansia
berjenis kelamin laki-laki dan satu lansia berjenis kelamin
perempuan yang menjadi warga binaan di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna, serta kepala panti dan seorang
peksos.
b. Data Sekunder
Adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber
informasi tidak langsung, seperti dokumen-dokumen.
Sumbernya adalah majalah, buku, Brosur, Karangan Ilmiah,
Arsip dan Dokumen yang ada di PSTW Budhi Mulia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data
dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
11
permasalahan penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
a) Observasi atau pengamatan
Dalam hal ini, Peneliti mengadakan pengamatan langsung
ke tempat penelitian yaitu PSTW Budhi Mulia terhadap sarana dan
prasarana serta kegiatan pelayanan panti serta kegiatan para Lansia.
b) Wawancara
Yaitu peneliti mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan
tatap muka antara peneliti dengan para staf panti, beberapa Lansia,
dan juga Pekerja sosial.
c) Dokumentasi
yaitu peneliti memperoleh data melalui dokumen-dokumen
yang ada di PSTW Budhi Mulia, serta data-data lain yang dapat
dijadikan bahan analisa dalam penelitian ini. Diantaranya adalah
Brosur, Surat kabar, Majalah, Jurnal, dan juga Internet.
5. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan
ditentukan dengan informan kunci (key informan) tertentu yang sarat
informasi dengan fokus penelitian, lebih tepat dilakukan secara sengaja
(Purposive Sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-
orang atau pegawai yang menjadi informan untuk diwawancarai.
Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel berikut:
12
Tabel 3.1
Kerangka Informan
Informasi Informan Jumlah
Pelayanan kematian
2 Orang Pekerja Sosial
2 Orang Warga Binaan
Sosial (WBS)
4 Orang
6. Analisa Data
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Reduksi Data
Yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang relevan
dengan proses pelayanan kematian bagi Lanjut Usia.
b) Penyajian Data
Setelah data mengenai proses pelayanan kematian bagi
Lansia diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam
bentuk narasi, visual gambar, bagan, maupun tabel.
c) Penyimpulan atas apa yang disajikan
Yaitu pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan
dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik
kesimpulan.
13
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis
penulisannya dibagi dalam Lima Bab yang terdiri dari Sub-Sub Bab,
Yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar belakang masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam Bab ini dikemukakan teori-teori yang melandasi
pemikiran dalam menganalisa dari data-data yang telah
dikumpulkan untuk mendukung penelitian. Yang meliputi;
definisi pelayanan, definisi kematian, definisi Lanjut Usia.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini membahas profil PSTW Budhi Mulia yang
meliputi; sejarah singkat berdirinya PSTW Budhi Mulia,
Visi, Misi, Struktur organisasi, sarana dan prasarana,
Kemitraan, Pendanaan dan juga jumlah WBS (Wagrga
Binaan Sosial) Lansia.
BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini akan menjabarkan tentang analisa hasil penelitian
mengenai proses pelayanan kematian terhadap Lanjut usia
di PSTW Budhi Mulia
14
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian mengenai
pelayanan sosial terhadap Lansia di PSTW Budhi Mulia
dan Saran-saran yang membangun untuk perbaikan
kedepan, baik itu untuk Panti, Peneliti, Fakultas atau
Jurusan.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Definisi Pelayanan
Pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang
lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi
masalahnya sendiri.1
Sementara Alfred J. Kahn (1973) menyebutkan pelayanan sosial sebagai
pelayanan yang diberikan oleh lembaga kesejahteraan sosial. Menurut Kahn
(1973) pelayanan sosial sebagai pelayanan umum yang berisikan program-
program yang ditujukan untuk membantu melindungi dan memulihkan kehidupan
keluarga, membantu perorangan untuk mengatasi masalah yang diakibatkan
proses perkembangan serta mengembangkan kemampuan orang untuk memahami,
menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan sosial yang tersedia.2
Jika meninjau dari makna pelayanan sosial, Brenda Dubois dan Karl Krogsrud
Miley (1992) menyebut pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk
meningkatkan keberfungsisosialan atau untuk memenuhi kebutuhan individu,
antar individu maupun lembaga.3
The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut: “pelayanan
sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu
orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga,
1 Departemen Sosial R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha
kesejahteraan Sosia,l (Jakarta:1997), h.1792 Ibid. h. 2013 Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Badan
Pelatihan dan Pengembangan, DEPSOS RI), h. 201
16
memperbaiki keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.”4
Jika dilihat dari keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa pelayanan sosial
merupakan proses kegiatan pelayanan atau program-program sosial yang
terorganisir, terarah, terencana, sistematik dan professional untuk membantu
individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang membutuhkan
atau mengalami permasalahan sosial (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial /
PMKS), baik yang bersifat pencegahaan, perlindungan, pemberdayaan,
rehabilitasi, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi
serta memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu
melaksanakan fungsi sosial sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Secara konseptual, terdapat dua pendekatan pelayanan sosial terhadap lanjut
usia yaitu pertama adalah pendekatan pelayanan berbasis lembaga berupa panti-
panti jompo, yang lingkup pelayanannya meliputi pengasramaan, penyantunan
makan, pakaian, kesehatan, pendidikan, keterampilan, relasi sosial, rekreasi dan
agama. Panti-panti tersebut biasanya difasilitasi oleh pemerintah ataupun yang
disediakan oleh kelompok masyarakat. Kedua adalah Pelayanan yang berbasis
keluarga sering disebut pendekatan non-panti. Pelayanan ini dilaksanankan oleh
keluarga atau individu. Pelayanan lanjut usia berbasis keluarga sebenarnya
merupakan bagian dari pelayanan berbasis lembaga, namun fokus pelayanannya
adalah bagaimana meningkatkan tanggung jawab dan peranan lanjut usia yang
menjadi anggota keluarganya.
Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan dalam pelayanan sosial adalah5
4 Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam isu-isu tematik
pembangunan Sosial, (Jakarta:1997), h.119
17
1. Tahapan pendekatan awal yaitu suatu proses kegiatan penjajagan awal,
konsultasi dengan pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi
calon penerimaan pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan
kesepakatan, dan penempatan calon penerima pelayanan, serta identifikasi
sarana dan prasarana pelayanan.
2. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah suatu proses
kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan
memahami masalah, kebutuhan, dan sistem sumber penerima klien.
3. Perencanaan pemecahaan masalah (Planning) adalah suatu proses
perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan
berbagai sumber daya (manusia, biaya, metode-teknik, peralatan, sarana-
prasarana, dan waktu) yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Pelaksanaan pemecahaan masalah (intervention) yaitu suatu proses
penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan
pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah
yang dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi,
dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan dan
bimbingan pembinaan lanjutan.
a. Bimbingan yaitu suatu proses kegiatatan pelayanan yang diberikan
kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si
klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial,
sosial, resosialisasi, pengembangan masyarakat, dan advokasi.
5 Buku Saku Pekerja Sosial, (Jakarta: Depsos, 2004) h. 3
18
b. Bimbingan dan pembinaan lanjutan adalah suatu proses
pemberdayaan dan pengembangan agar penerima pelayanan dapat
melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosialnya.
5. Evaluasi, terminasi, dan rujukan
a. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas
dan efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah dan atau
indikator-indikator keberhasilan pemecahaan masalah.
b. Terminasi adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan
pelayanan/pertolongan antara lembaga dan penerima pelayanan
(klien).
c. Rujukan adalah suatu kegiatan merancang, melaksanakan,
mensupervisi, mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan
penerima program pelayanan kesejahteraan sosial.
Sedangkan menurut Achmadi, ada tiga tahap yang dilakukan pelayanan sosial
lanjut usia dalam panti; pertama, tahap pendekatan awal yaitu pendekatan yang
berkaitan dengan identifikasi lanjut usia dan seleksi yang disesuaikan dengan
persyaratan yang harus dipenuhi lanjut usia; kedua, tahap pelaksanaan pelayanan
yaitu pelaksanaan pemberian pelayanan sosial bagi lanjut usia yang akan
ditempatkan dalam panti dengan pemberian bantuan dan bimbingan sosial selama
dalam panti; ketiga, tahap resosialisasi yaitu tahap persiapan akhir dari suatu
proses pelayanan sosial yang diakhiri seperti mempersiapkan lanjut usia kembali
ke keluarganya atau lanjut usia sampai mengakhiri hidupnya di dalam panti.
Setiap panti sosial memberikan pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi pelayanan manusia, dan mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial
19
yang diberikan kepada kliennya. Adapun Jenis pelayanan yang diberikan antara
lain :
1. Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal
sementara kepada klien.
2. Pelayanan kebutuhan pangan yaitu pelayanan pemberian makan minum
dengan berbagai menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien
terjamin kualitasnya.
3. Pelayanan konseling yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan
kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan
peran sosial, memenuhi kebutuhan, dan memecahkan masalah.
4. Pelayanan kesehatan yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan
kesehatan klien oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
5. Pelayanan pendidikan yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada
klien untuk mengikuti pendidikan formal.
6. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja,
seperti petukangan, perbengkelan, kerajinan tangan, komputer, dan
sebagainya.
7. Pelayanan bimbingan mental yaitu pelayanan bimbingan keagamaan
dengan menjalankan aktivitas agama masing –masing klien dan mengikuti
ceramah-ceramah keagamaan.
8. Pelayanan Rekreasi dan hiburan yaitu pelayanan yang ditunjukan untuk
memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media,
dan kunjungan ke suatu tempat rekreasi.6
6 Sukoco, Kemitraan dalam pelayanan sosial, (Jakarta: 1997), h.106-107
20
Pelayanan sosial terhadap lanjut usia terbagi dua program yaitu program
pokok dan program penunjang. Khususnya program pokok antara lain tentang
kesejahteraan sosial, jaminan sosial, sumberdaya manusia lanjut usia, kesehatan,
kesempatan kerja, pembinaan kerohanian dan keagamaan, bina keluarga lanjut
usia, peningkatan sarana dan prasarana dan fasilitas khusus, peningkatan
partisipasi keluarga dan masyarakat, organisasi sosial, dunia usaha dan pembinaan
antar generasi. Sedangkan program penunjang terdiri dari pendataan dan
perencanaan, pendidikan dan pelatihan, peningkatan sarana dan prasarana,
peningkatan peraturan perundang-undangan, penelitian dan pengembangan, serta
peningkatan organisasi dan tata kerja.7
Tidak semua lembaga pelayanan sosial mampu memberikan semua jenis
pelayanan di atas kepada kliennya. Kesadaran akan keterbatasan sumber daya
yang dimiliki dan tingginya hasrat untuk memberikan pelayanan yang optimal,
maka banyak lembaga-lembaga sosial melakukan kemitraan sebagai pelibatan dua
lembaga atau lebih dalam suatu pekerjaan untuk mencapai minat dan tujuan
bersama dengan pihak lain, baik sesama lembaga pelayanan sosial maupun
lembaga lainnya.
B. Kematian
1. Pengertian Kematian
Kematian adalah suatu kepastian. Keberadaan manusia di dunia
dibatasi oleh kematian. Kematian tidak bisa ditunggu dan tidak bisa
dipastikan saat datangnya walaupun pasti akan datang. Kematian akan
senantiasa datang namun berada diluar dugaan dan diluar pilihan manusia
7Achmadi Jayaputra, Pelayanan Sosial Lanjut Usiadi Indonesia, (Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005), h. 39
21
sendiri. Tidak diketahuinya kapan kita mati ini melahirkan hikmah agar
setiap insan menyadari sempitnya masa hidup di dunia ini.
Kematian adalah ungkapan tak berfungsinya semua anggota tubuh
yang memang merupakan alat-alat ruh.8
Kematian juga diartikan sebagai perubahan keadaan, setelah
meninggalkan jasad, ruh manusia tetap hidup dan merasakan siksaan atau
kebahagiaan, maka perpisahan ruh dengan jasad adalah bahwa ruh sama
sekali tidak lagi efektif bagi jasad. Oleh karena itu, jasad pun tak lagi
tunduk kepada perintah-perintahnya, sesungguhnya anggota-anggota
(badan) adalah alat ruh yang dipakai oleh ruh untuk menggerakkan,
mendengar dengan telinga, melihat dengan mata, dan mengetahui hakikat
sesuatu dengan kalbunya, disini hanyalah ungkapan lain untuk ruh.
Kematian adalah ungkapan tentang tidak berfungsinya semua anggota
tubuh yang memang merupakan alat-alat ruh.9
Kematian menurut Al-Quran tidak hanya terjadi satu kali, tetapi dua
kali; demikian juga kehidupan tidak hanya satu kali, tetapi dua kali.10
Allah berfirman:
“Mereka berkata: “Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami menyadari dosa-dosa kami maka apakah ada jalan bagi kami untuk keluar (dari siksa) neraka?” (QS Al-Mu’min : 11)
Kematian pertama dialami manusia sebelum kelahirannya, saat Allah
belum menghembuskan ruh kepadanya, sedangkan kematian kedua, pada
saat meninggalkan dunia ini. Adapun kehidupan pertama, kehidupan
8 Al-Ghazali, Metode Menjemput Maut: Perspektif Sufistik (Bandung: MIZAN, 1999), h.
1219 Ibid, h. 12110 Anis Maskhur, Menyingkap Tabir Kematian, (CV. Sukses Bersama, 2006), h. 41
22
setelah kelahiran dari rahim, sedangkan kehidupan kedua setelah
kematian kedua, yakni di alam barzah hingga hidup kekal di akhirat.
Itulah pendapat Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Qatadah, dan Dhahak, yang
dipandang paling shahih. Agar lebih hati-hati dalam menghadapi
kematian yang kedua dan menyiapkan segala “bekal” kebaikan untuk
kehidupan yang kedua nanti.
Banyak faktor yang menyebabkan manusia takut mati. Antara lain
karena tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya sesudah kematian;
menduga bahwa yang dimiliki sekarang lebih baik dari yang akan didapat
disana; membayangkan betapa mengerikan pengalaman mati dan sesudah
mati; memikirkan dan prihatin terhadap keluarga yang ditinggalkan;
tidak mengetahui makna hidup dan kematian; dan berbagai sebab lainnya
yang mencemaskan dan menakutkan dalam menghadapai kematian.
Memang ketika manusia dalam mengalami kematian ada yang
berbeda-beda terkadang mereka tidak menyadari bahwa kematian
baginya sudah dekat, satu tahun lagi, satu bulan lagi dan mungkin bahkan
ada yang tinggal satu hari lagi. Pada umumnya terjadinya kematian
seseorang ada beberapa sebab, antara lain karena sudah lanjut usia, sakit,
kecelakaan, dibunuh, dan bunuh diri.
Kematian dalam agama islam mempunyai peran yang sangat besar
dalam memantapkan akidah, serta menumbuhkan semangat untuk
menjalani kehidupan didunia dengan kebaikan. Tanpa kematian, manusia
tidak akan berpikir tentang bagaimana sesudah mati dan tidak akan
mempersiapkan diri menghadapinya.
23
2. Perlunya Mengingat Kematian.
Abu Hamid al-Ghazali menjelaskan, dalam menyikapi soal kematian
manusia dibagi tiga golongan. Pertama, orang yang sibuk dengan
kehidupan dunia. Kedua, pemula yang bertobat, dan ketiga, orang yang
telah mencapai tingkatan arifin.11
Orang yang sibuk dengan kehidupan dunia tidak akan mengingat
kematian, kalaupun ia mengingatnya itu dilakukan sambil meratapi
kehidupan dunianya dan menyesali datangnya kematian. Bagi orang yang
seperti ini ingat kematian hanya akan membuatnya semakin jauh dari
Tuhan.
Kemudian orang yang bertobat seringkali mengingat kematian,
sehingga rasa takut dan gentar mungkin sekali timbul dalam hatinya dan
dengan demikian menyempurnakan tobatnya. Boleh jadi dia merasa
khawatir bahwa kematian akan menjemput sebelum tobatnya sempurna
dan bekalnya untuk kehidupan akhirat itu cukup.
Rasa takut mati orang seperti itu masih bisa dimakhlumi dan dia
tidak termasuk ke dalam kelompok orang yang disebut dalam sabda
Rosulullah: “Barang siapa membenci pertemuan dengan Allah, maka
Allah akan benci bertemu dengannya”.
Orang seperti itu sebenarnya tidak membenci pertemuan dengan
maut ataupun dengan Allah, dia hanya takut kalau pertemuan dengan
Allah akan berlangsung pada saat dia masih dalam keadaan kurang atau
lalai. Dia bagaikan orang terlambat bertemu dengan kakasihnya karena
11 Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut, (Pustaka irVan, Ciputat 2006) , h. 68
24
sibuk mempersiapkan diri agar pertemuan itu mendatangkan kecintaan
kekasih hatinya itu. Dia tidaklah dianggap berkeberatan terhadap
pertemuan itu.
Ciri khas orang yang bertobat adalah persiapannya yang terus
menerus untuk hal itu dan sikapnya mengurangi perhatiannya kepada hal-
hal yang lain. Jika tidak demikian, maka dia akan termasuk manusia yang
tenggelam dalam urusan duniawi semata.
Sedangkan orang yang arif akan senantiasa mengingat kematian,
sebab baginya kematian merupakan saat yang berbahagia bersama
kekasihnya dan seorang pecinta tak akan pernah melupakan janji
pertemuan dengan Zat yang dicintainya. Biasanya orang seperti ini dia
bisa meninggalkan dunia tempat tinggal orang-orang yang berdosa untuk
kemudian berada dihadirat Tuhan.
Orang yang banyak mengingat mati, maka Allah akan memberikan
tiga macam keuntungan; dipercepat taubatnya, jiwanya diterima dalam
keadaan bersih, dan menjadi giat beribadah.12 Hal itu ditegaskan oleh
Nabi Saw; “Perbanyaklah dari mengingat kematian karena sesungguhnya
mengingat kematian itu dapat menghilangkan dosa-dosa dan menjadikan
tidak terlalu tergantung pada kehidupan dunia.”
3. Makna Hidup dan Persiapan Bekal Sebelum Datang Kematian
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan
berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak
dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu
12 Anis Masykhur, Menyingkap Tabir Kematian, (CV. Sukses Bersama, 2006), h. 44
25
berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan
yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia
(happiness). Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri,
dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak
menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan.13
Untuk menemukan makna hidup itu sendiri dalam kehidupan
seseorang, maka seseorang tersebut diharapkan mampu melihat hikmah-
hikmahnya. Meskipun mereka mendapatkan suatu keadaan yang
menyenangkan maupun dalam penderitaan. Dalam hal ini, Bastman
menyatakan; untuk menemukan makna hidup dalam kehidupan ini
terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-
nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup, apabila
nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Nilai-nilai (values) tersebut
adalah:
a. Nilai-nilai kreatif (creative values)
Kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan
kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Menekuni
suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas
serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. Melalui
karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup.
Sehubungan dengan itu perlu dijelaskan juga bahwa pekerjaan
hanyalah merupakan sarana yang memberikan kesempatan untuk
menemukan dan mengembangkan makna hidup; makna hidup tidak
13 Bastman, LOGOTERAPI: Psikologi untuk MenemukanMakna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h. 45
26
terletak pada pekerjaan itu sendiri, tetapi lebih tergantung pada pribadi
yang bersangkutan dalam hal ini sikap positif dan mencintai pekerjaan
serta cara bekerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada
pekerjaannya.
b. Nilai-nilai Penghayatan (experiental values)
Yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran,
kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih.
Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang
berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan
arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang
menghabiskan sebagian besar usianya untuk menekuni suatu cabang
seni tertentu.
c. Nilai-nilai Bersikap (attitudinal values)
Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan
keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan
lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian dan
menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara
maksimal.
Kematian memang selalu membayangi langkah kita, kemanapun,
dimanapun, dan kapanpun, jika kematian menjemput maka tidak ada
seseorang yang mampu untuk mengelaknya. Sebenarnya kematian tidak
perlu kita takuti karena kematian pasti datang, yang perlu kita perhatikan
adalah bagaimana kita mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah
kematian di dunia ini.
27
Melihat deskripsi tentang makna hidup, kematian (BAB II, B 1, 2)
dan konsep-konsep yang telah kita lihat di atas, bukanlah untuk kematian
itu sendiri atau membangkitkan rasa takut, melainkan untuk menyuruh
manusia bersungguh-sungguh, bekerja dan mempersiapkan bekal bukan
saat menjelang kematian atau sesudahnya. Karena kematian di
deskripsikan untuk memberikan maslahat kepada manusia.14
Untuk mempersiapkan bekal itu kita cari selama kita masih hidup
di dunia dan tidak ada bekal yang berharga bagi kelanjutan perjalanan
hidup kita adalah amal kebaikan yang telah terekam dalam disket ruhani
yang nantinya akan di-print-out di akhirat kelak.15
Mungkin selama ini kita jarang berfikir untuk mempersiapkan
bekal kita dalam menghadapi kematian. Kesibukan kita terhadap urusan
dunia kerap kali menyebabkan kita malas untuk memikirkan kematian.
Kita hanya berfikir besok makan apa, bagaimana dengan kerjaan
dikantor, tentang kuliah dan lain sebagainya yang telah melalaikan hati
kita untuk memikirkan kehidupan yang akan datang.
Selain mempersiapkan bekal selama di dunia untuk menghadapi
kematian, tak ada salahnya menabung amal sebagai simpanan pahala
yang akan selalu mengalir, meski jasad telah hancur berkalang tanah
puluhan tahun lamanya. Semua amal manusia akan terputus, kecuali
untuk tiga hal. ”Apabila anak cucu Adam (manusia) meninggal, akan
terputus segala amal ibadahnya, kecuali pada tiga perkara: sedekah
14 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, (PT. SERAMBI ILMU SEMESTA,
2002), h. 4515 Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme,
(PT. MIZAN Publika, 2005), h. 117-118
28
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan
orang tuanya.” (HR. Bukhari).
Tiga amalan yang tersebut dalam hadis di atas bernilai tinggi.
Bahkan, tetap mengalir meski ia telah meninggal. Mempersiapkan
tabungan kematian juga melibatkan orang lain. Sifat sosial, pengabdian
yang tinggi kepada masyarakat, dan pendidikan keluarga merupakan
bagian dari sekian proses mempersiapkan kematian.
Sebelum kita mengalami kematian, mungkin kita diberikan ujian
yaitu sakit yang berkepanjangan, apalagi ketika kita sudah lanjut usia
yang rentan akan berbagi penyakit, oleh karena itu adapun hal-hal yang
harus dilakukan oleh orang sakit menjelang meninggal,16 antara lain:
a. Kewajiban bersabar.
Bila sakit, seorang muslim hemdaknya bersabar dan tidak marah-
marah atau bertindak tidak karuan karena Allah dan Rosulnya
memerintahkan untuk bersabar.
b. Disunatkan berobat
Orang islam yang sakit disunatkan untuk berobat dengan obat-obat
yang memang dibenarkan, bukan obat yang haram. Hal ini berdasarkan
sabda Rosulullah SAW, “sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan
penyakit kecuali dia menurunkan obatnya. Oleh karena itu, berobatlah
kalian. “ (H. R. Ibnu Majah dan Hakim), sedangkan berobat dengan obat
yang haram seperti dengan minuman keras atau daging babi dan
sejenisnya tidak dibolehkan.
16 Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Pola Hidup Muslim, (PT ROSDAKARYA, Bandung 1991),
h. 170-178
29
c. Dibolehkan berobat dengan ruqyah.
Ruqyah yaitu dengan cara membaca ayat-ayat Al-Quran, Hadits-
hadits Nabi, atau ucapan-ucapan yang baik untuk memohon kesembuhan.
Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw. Yang berbunyi, “tidak apa-apa
(berobat) dengan ruqyah selama di dalamnya tidak ada kemusrikan. “
(H.R. Muslim)
d. Haram mengaitkan penderitaan itu terhadap para tokoh.
Tidaklah dibenarkan kebergantungan pada pihak yang diagungkan
dan penggunaannya, maka tidaklah dibolehkan bagi orang islam untuk
mengaitkan penyakitnya dengan orang yang dianggap agung berdasarkan
sabda Rosulullah, yang berbunyi, “barang siapa yang menggantungkan
tamimah, berarti dia telah musyrik. “ (H.R. Ahmad dan Hakim)
Dan apabila menjumpai seseorang telah menghembuskan nafasnya
yang terakhir; maka diharuskan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya.
b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian (kain), selain
pakaian yang dikenakannya.
c. Hendaklah menyegerakan pengurusan pemakamannya bila telah
nyata kematiannya.
d. Hendaklah memakamkan sang mayat dikota tempat ia wafat dan
tidak dipindahkan ke kota atau negeri lain.
d. Hendaklah sebagian dari mereka menyegerakan untuk melunasi
utang-utang si mayat dari harta yang dimilikinya. Apabila si mayat
tidak meninggalkan harta atau tidak mampu, hendaklah Negara yang
30
menanggungnya bila terbukti sang mayat semasa hidupnya telah
berusaha untuk melunasi seluruh utangnya.17
C. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Ada dua pengertian yang selama ini digunakan untuk menyebut
orang yang berusia lanjut, yaitu jompo dan lanjut usia. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia, jompo di artikan sebagai tua sekali dan sudah
lemah fisiknya, tua renta, uzur.18
Istilah jompo tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1965 tentang Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Pengertian orang
jompo ialah setiap orang yang berhubungan dengan lanjutnya usia,
tidak mempunyai tenaga atau tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Sosial RI Nomor HUK 3-1-50/107 Tahun 1971 tentang Pemberian
Bantuan Penghidupan Orang Jompo, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Yang bersangkutan telah mencapai umur 55 tahun
b. Tidak mempunyai pekerjaan atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri
c. Tidak menerima nafkah secukupnya dari orang lain.
Sedangkan pengertian lanjut usia, tercantum dalam kamus yang
sama, bahwa lanjut usia itu tua, sudah berumur atau tidak muda lagi.
Istilah yang sama juga seperti usia lanjut, artinya adalah tahapan masa
17 Nashiruddin Al-Albani, Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah (Gema Insani, Jakarta
1999), h. 30.18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), h. 476
31
tua dalam perkembangan individu atau mereka yang berusia 60 tahun
ke atas.
Menurut FX Soebroto (1998; 29), orang menjadi lanjut usia karena
terjadinya berbagai perubahan fisik, psikis dan sosial.
Istilah lanjut usia tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lanjut
usia terbagi dua yaitu; lanjut usia potensial, adalah lanjut usia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa, sedangkan lanjut usia tidak
potensial adalah lanjut usai yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.19
Dilihat dari karakteristik lanjut usia dapat dibagi lagi menjadi tiga
kategori yaitu lanjut usia tidak terlantar, lanjut usia terlantar dan lanjut
usia rawan terlantar. Lanjut usai yang tidak terlantar artinya mendapat
pelayanan yang memadai baik dari lingkungan keluarga maupun dari
lingkungan masyarakat. Lanjut usia terlantar adalah seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih yang karena faktor tertentu tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani dan rohani maupun
sosial, dengan ciri-ciri sebagi berikut;
a. Usia 60 tahun ke atas (laki-laki atau perempuan), pendidikan
tamat SD atau kurang
19 Achmadi Jayaputra, Pelayanan Sosial Lanjut Usiadi Indonesia, (Jakarta: Pusat
Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005), h. 13-14
32
b. Makan hanya dua kali sehari atau kurang, hanya mampu
makanan berprotein rendah kurang dari empat kali dalam
seminggu.
c. Pakaian yang dimiliki kurang dari empat potong
d. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan, ada atau
tidak ada keluarga atau sanak saudara atau orangg lain yang
mau dan mampu mengurusnya.
Lanjut usia yang hanya memenuhi satu kriteria digolongkan dalam
kategori tidak terlantar, sedangkan lanjut usia yang memenuhi dua
kriteria digolongkan lanjut usia rawan terlantar.20
Usia lanjut merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
dielakkan dan berpengaruh pada kehidupan fisik, mental, sosial dan
spiritual. Kadang-kadang dalam kehidupan usia lanjut, ada yang merasa
sejahtera dan tidak sejahtera. Rasa sejahtera itu berkaitan dengan taraf
kesehatan jiwa, pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan spiritualitas
lanjut usia.
Oleh karena itu ketika seseorang sudah mencapai usia lanjut, maka
akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Tidak sedikit
dari para lanjut usia menganggap masa usia lanjut adalah masa yang
paling tidak mengenakkan dan menjadi momok dalam kehidupannya.
2. Permasalahan Lanjut Usia
Kusmana menguraikan Permasalahan lansia secara umum
berdasarkan empat kategori persoalan, yaitu:
20 Ibid., h. 42
33
1. Secara biologis atau fisik, usia tua merupakan saat penurunan
fungsi organ tubuh. Konsekuensi dari penurunan fungsi organ
tersebut menjadikan faktor kesehatan sebagai permasalahan utama
bagi lansia. Seperti seorang lansia akan rentan untuk mengalami
gangguan penyakit baik penyakit yang disebabkan oleh
bertambahnya usia maupun penyakit yang sifatnya turunan.
2. Secara psikis (mental), menjadi tua akan mengalami perubahan
aspek psikososial dan emosional yang tidak stabil. Seperti mudah
tersinggung dan mudah marah (sensitive), mengekang dan
melarang karena rasa ketakutan berlebih akan kehilangan
(possessive), dan lain-lain.
3. Secara sosial, usia tua akan mengalami perubahan dalam peran
sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lansia akan rentan
mengalami tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan
sekitar, baik ditingkat keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah
satu faktor utamanya adalah adanya stigma dikalangan masyarakat
yang masih menganggap bahwa lansia sebagai kelompok yang
harus tinggal di rumah.21
Lanjut usia dikategorikan sebagai kelompok lemah khusus atau
tidak berdaya, yang dimana sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Edi
Suharto, yang terdapat dalam kelompok-kelompok lemah, yaitu :
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas,
gender, maupun etnis.
21 Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, (IAIN: Indonesian Social
Equity Project, 2006) h. 227
34
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja,
penyandang cacat, gay, lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga.22
3. Kebutuhan Lanjut Usia.
Adapun yang menjadi kebutuhan lanjut usia pada umumnya
adalah23
a. Kebutuhan Jasmani.
Kebutuhan secara jasmani atau fisik dan disebut juga biologik
atau fisiologik merupakan kebutuhan vital, karena apabila tidak
terpenuhi akan kebutuhan ini manusia terancam akan menimbulkan
kegoncangan keseimbangan mental. Kebutuhan jasmani antara lain
pelayanan pemenuhan kesehatan, makanan dan gizi, perumahan,
sandang, olah raga dan alat bantu.
b. Kebutuhan Mental dan Psikis.
Aspek psikis atau mental terjadinya kemunduran intelegensia
dan emosi. Kebutuhan psikis atau mental spiritual dimaksudkan
membantu lanjut usia agar memiliki sikap mental yang positif bagi
diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.
Kebutuhan psikis meliputi pelayanan konseling dan pembelaan
yang berkaitan dengan rasa aman, tenteram, adanya hubungan
dengan Tuhan, dekat dengan teman dan mempunyai hubungan baik
22 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (PT Refika Aditama,
2005), h. 6023 Achmadi Jayaputra, Pelayanan Sosial Lanjut Usiadi Indonesia, (Jakarta: Pusat
Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005), h. 44-45
35
dengan lingkungannya. Sebagai salah satu cara mendekatkan diri
dengan Tuhan, lanjut usia diajak beribadah, menghadiri pengajian
dan upacar-upacara keagamaan atau upacara-upacara lainnya.
c. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi.
Pendekatan dengan cara memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada lanjut usia diluar lingkungan keluarga. Pelayanan
sosial lanjut usia dapat memberikan kesan bagi lanjut usia merasa
dirinya semakin tua dan berguna. Kebutuhan sosial antar lain
pelayanan bimbingan sosial, rekreasi, sosialisasi dan perlindungan.
Sedangkan kebutuhan ekonomi hanya dapat dilakukan lanjut usia
yang masih produktif. Bentuk pelayanan terhadap kesempatan
kerja, membantu Usaha Ekonomis Produktif (UEP) dan masuk
dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB).
Kebutuhan dasar bagi lanjut usia diarahkan terwujudnya
kesejahteraan sosial lanjut usia yaitu terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kebutuhan tersebut
dimaksudkan dalam rangka menopang kelangsungan hidup manusia,
dengan kata lain lanjut usia yang hidup sejahtera apabila terpenuhi ke
lima kebutuhan dasar tersebut.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya PSTW1
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna
berdiri tahun 1965 dengan nama PSTW Budi Mulia Jakarta Timur
berlokasi di kel. Ceger, karena pembangunan TMII maka di pindahkan ke
Kel. Dukuh, Kec. Kramat Jati dengan luas lahan 23000 M2. Karena lokasi
Kel. Dukuh ini terletak pada dataran rendah dan sering dilanda banjir
luapan kali krukut / banjir kiriman dari bogor maka pada tahun 2002
PSTW Budi Mulia dipindahkan ke Jl. Margaguna Radio Dalam, Jakarta
Selatan, dengan nama PSTW Budi Mulia Margaguna.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna merupakan
unit pelaksana teknis bidang kesejahteraan social lanjut usia dinas sosial
provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna adalah lembaga pemerintahan yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak
mampu/kurang beruntung dengan sumber dana APBD Provinsi DKI
Jakarta.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 104 Tahun 2008,
tentang organisasi dan tata kerja dinas sosial DKI Jakarta.
1 Brosur Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
37
3. SK. Gubernur provinsi DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja pelaksanaan teknis di
lingkungan dinas social Provinsi DKI Jakarta.
C. Visi dan Misi
Visi : Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya lanjut usia
terlantar di DKI Jakarta terentas dalam kehidupan yang layak
berguna.
Misi :
1. Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya
masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.
2. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut
usia terlantar dalam kehidupan yang layak.
3. Pembinaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melaksanakan usaha kesejahteraan sosial.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang
meliputi kesehatan fisik, sosial, mental dan agama.
D. Tugas Pokok
Tugas pokok Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
adalah memberikan pelayanan dan perawatan jasmani dan rohani kepada
para lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar.
E. Tujuan
Terpenuhinya kebutuhan hidup bagi lanjut usia yang disantuni
seperti, kebutuhan jasmani, rohani dan sosial dengan baik sehingga mereka
menikmati hari tuanya dengan meliputi ketentraman lahir dan batin.
38
F. Sasaran
1. Lanjut usia terlantar umur 60 tahun keatas.
2. Keluarga yang tidak mampu / terlantar.
3. Masyarakat yang mau dan mampu berpartisipasi dalam pembinaan
kesejahteraan sosial lanjut usia.
G. Persyaratan Penerimaan Lanjut Usia
1. Warga DKI Jakarta
2. Umur minimal 60 tahun
3. Terlantar karena tidak ada keluarga atau tidak diurus oleh keluarganya
4. Tidak mampu yang dinyatakan dengan surat keterangan dari lurah
5. Sehat jasmani dan rohani
6. Mandiri (mampu mengurus diri sendiri)
7. Bersedia mematuhi peraturaan yang ada dipanti
H. Prosedur Penerimaan
1. Penyerahan dari masyarakat.
2. Penyerahan dari kepolisian / instansi terkait.
3. Dari hasil penertiban.
4. Penyerahan dari keluarga.
I. Fasilitas Pelayanan.
1. Sarana Fisik.
a. Kantor.
b. Ruangan WBS.
c. Aula / loby terbuka.
d. Poliklinik.
39
e. Dapur Umum.
f. Mushola.
g. Sarana Olah raga ( tennis lown ).
h. Ruangan Keterampilan.
i. Ruangan Isolasi.
j. Kendaraan Operasional.
2. Program Kegiatan.
a. Bimbingan Rohani.
Islam, 4X / minggu
Kristen, 1X / minggu
b. Olah raga, senam lansia 2X / minggu
c. Bimbingan keterampilan.
- Menjahit
- Membuat keset
- Membuat bunga
- Membuat taplak
d. Pelayanan kesehatan.
e. Kesenian.
- Qosidah
- Anglung
- Karaoke
f. Rekreasi.
g. Penyaluran :
- Kembali ke keluarga
40
- Pemakaman / pemulasaran
J. Proses Pelayanan
1. PENDATAAN:
MASYARAKAT
Sasaran :
1. Lanjut usia 60 tahun ke atas:
a. Tidak ada / tidak diketahui oleh keluarganya ataupun tidak
diurus nyata-nyata oleh keluarganya sehingga terlantar.
b. Lanjut usia yang tidak ingin tinggal di lingkungan
keluarganya melainkan ingin disantuni di panti.
2. Keluarga terutama yang tidak dapat menyantuni lanjut usia.
3. Masyarakat terutama yang mampu dan mau berpartisipasi
dalam pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia.
2. PENERIMAAN PELAYANAN:
PROSES PELAYANAN DALAM PANTI
a. Penerimaan.
Pendekatan awal
Regristasi
b. Bimbingan.
1. Bimbingan fisik, mental dan sosial.
2. Bimbingan keterampilan
3. Penelaahan dan pengungkapan masalah
41
3. RESOSIALISASI:
1. Bimbingan kesiapan peran serta masyarakat.
2. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat.
3. Pembinaan lanjut.
4. Terminasi / penyaluran.
HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani dan sosial lanjut usia
sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi
ketentraman lahir dan batin.
2. Terlestarikannya dan dikembangkannya nilai sosial budaya bangsa
berkenaan dengan masalah lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan
lanjut usia.
3. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang mau dan mampu
menyantuni lanjut usia dalam keluarganya.
4. Meningkat dan melembaganya peran serta masyarakat dalam
pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
42
K. Struktur Organisasi
Tabel 3.2
Bagan Susunan OrganisasiPSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Kepala PantiR. Yanti Affianti S. Sos,
M. Si.
Ka. Sub. Bag. Tata Usaha
Yetti Mizwar S.H.
Ka. Sie Bimbingan & Penyaluran
Erni Yulia S. Sos.
Ka. Sie. PerawatanDra. Hj. Farah Darojati
Sub KelompokJabatan
Fungsional
43
L. Data Warga Binaan Sosial (WBS) / Lanjut Usia.
Berikut ini adalah tabel mengenai lanjut usia (WBS) berdasarkan
jenis kelamin, sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Jumlah Lanjut Usia / WBSBerdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Perempuan 101 orang
2. Laki-laki 49 orang
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi Mulia 4 Margaguna
memberikan ruangan-ruangan / kamar-kamar secara khusus kepada para
lanjut usia sesuai dengan kondisi fisiknya.
Ruangan-ruangan tersebut ada delapan (8), kemudian dari delapan
ruangan itu terdiri dari lima (5) untuk lanjut usia perempuan (nenek-nenek)
dan tiga (3) ruangan untuk lanjut usia laki-laki (kakek-kakek).
“nah,,,kita ada delapan ruangan, dari ruangan itu terdiri dari lima ruangan nenek-nenek, tiga ruangan kakek-kakek”2
Tabel 3.4
Daftar Ruangan WBS/Lansia
No. Nama Ruangan Jumlah WBS
1 Melati 18
2 Anggrek 22
3 Mawar 24
2 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati
44
4 Cempaka 20
5 Kenanga 17
6 Cendrawasih 13
7 Kutilang 18
8 Merpati 18
45
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISA
Hasil penelitian tentang proses pelayanan kematian bagi lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna, penulis mendeskripsikan
ke dalam bab IV ini. Adapun yang penulis temukan dilapangan, bahwa dalam
memberikan pelayanan kepada lansia dalam mengisi waktu sehari-hari sebelum
kamatian datang menjemputnya, karena keberadaan mereka (lansia) tinggal
dipanti memang sudah menjadi suatu pilihan yang harus dijalani dan lansia sendiri
memilih untuk tinggal dipanti karena pilihan sendiri dan karena terpaksa karena
keadaan yang membuatnya harus tinggal dipanti, seperti karena tidak punya
keluarga lagi yang mengurusnya dan ada juga yang karena tidak punya tempat
tinggal. Berdasarkan data wawancara dan hasil penilitian yang dilakukan peneliti,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
A. Identitas Informan
Informan Warga Binaan Sosial (WBS) yaitu lanjut usia yang berjumlah
dua orang dengan kriteria sebagai berikut:
Lanjut usia berusia enam puluh tahun atau lebih.
Lanjut usia yang bisa diajak berkomunikasi dengan baik.
Lanjut usia yang bersedia menjadi informan.
Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Margaguna 4.
Informan Warga Binaan Sosial dibagi menjadi dua kategori, yaitu lansia
yang memutuskan tinggal di panti atas keinginannya sendiri berarti lansia
sudah memiliki rencana untuk tinggal di panti, dan lansia yang memutuskan
46
tinggal dipanti bukan atas keinginannya sendiri; berarti lansia tidak memiliki
perencanaan sebelumnya untuk tinggal di panti.
Kedua informan Warga Binaan dipilih berdasarkan rekomendasi dari
pegawai sekaligus peksos PSTW setelah peneliti mengemukakan kriteria dari
informan yang diperlukan dalam penelitian, yaitu ED dan MRS. berikut ini
adalah riwayat hidup WBS (lanjut usia) yang telah dipilih.
1. ED (Lansia yang memutuskan tinggal di panti bukan keinginannya sendiri)
Ayah berasal dari Jakarta dan ibu berasal dari garut, ayah bekerja
sebagai tukang kayu di rumah sakit cipto mangun kusumo, mereka tinggal
didaerah galur, senen, Jakarta pusat. Semasa kecil, remaja dan dewasa. ED
tidak pernah bersekolah karena orang tuanyatidak mampu membiayai.
Ketika umur 18 Tahun, ED belajar dengan teman membuat iklan reklame
kemudian usaha tersebut mengalami kemajuan yang cukup pesat sehingga
WBS bisa menabung, merasa cukup mapan akhirnya ED memutuskan
untuk berumah tangga kemudian ED menikah dengan gadis tetangga dekat
rumahnya, dari perkawinan tersebut tidak mendapatkan seorang anak pun,
setelah pernikahannya berusia 10 tahun, istri bertingkah aneh, sering
marah-marah. Seiiring berjalannya waktu usahanya mulai mengalami
kemunduran tempat usahanya mulai kena gusuran, untuk mengontrak
tempat yang baru ED tidak memiliki uang sehingga untuk melanjutkan
usahanya ED tidak mampu lagi, lama-lama istrinya mulai kesal dan minta
cerai, kemudian oleh ED diceraikan. Sejak bercerai dengan istrinya, hidup
WBS tidak terarah lagi dan tidak teratur. Akhirnya ED menjadi pemulung
karena menjadi pemulung tidak memerlukan modal, hasil dari
47
mengumpulkan barang-barang bekas kemudian dijual ke penampungan,
dari hasil itu untuk keperluan sehari-hari. Dan hasil yang di dapat rata-rata
dibawah 20.000 rupiah. ED di tangkap trantib saat memulung di daerah
senen kemudian dibawa ke kedoya lalu di kirim ke PSTW.
2. MRS (Lansia yang memutuskan tinggal di panti atas keinginannya sendiri)
MRS tinggal dan hidup sebatang kara, tidak ada anak maupun saudara
karena MRS sejak umur 7 th. Sudah menjadi yatim piatu. Yang
mempunyai 7 orang saudara , empat laki-laki dan tiga perempuan MRS
adalah anak paling kecil. Setelah dewasa menikah, dari pernikahan
tersebut tidak seorang pun anaknya yang hidup menurut MRS, apabila
anaknya hidup semua maka ada lima orang karena semuanya keguguran
maka tidak ada satupun anak yang lahir. Setelah menginjak 18 tahun
berumah tangga, suami meninggal, sepeninggal suami MRS berjualan ikan
asin di pasar lontar, tanjung priok, lalu mengontrak rumah seharga 100.000
rupiah per-bulan, dari hasil berjualan MRS merasa sulit, sementara MRS
tidak punya siapa-siapa lagi karena kakak-kakaknya semua sudah
meninggal dunia ada satu orang keponakan tapi itupun tidak pernah
bertemu apalagi untuk menopang hidup. MRS akhirnya atas kesepakatan
warga di sarankan untuk tinggal di PSTW, dari pada hidup di jalan dan
mengemis sehingga tidak tahu akan kehidupannya, akhirnya menerima
saran dari warga dan mau tinggal di panti.
B. Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial yang dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) terhadap lanjut usia diharapkan terpenuhinya kebutuhan jasmani,
48
rohani dan sosial lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya
dengan diliputi ketentraman lahir dan batin. (BAB III, h. 40)
Pemberian pelayanan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
memiliki tahapan-tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Awal
Pendekatan awal merupakan suatu proses kegiatan yang mengawali
keseluruhan proses pelayanan sosial yang ada di Panti Sosial Tresna
Werdha. Dengan menyampaikan informasi program pelayanan sosial
kepada calon Warga Binaan Sosial (WBS) hal ini adalah lanjut usia
sebelum menjadi WBS, yang berguna untuk memperoleh dukungan dan
data awal calon WBS.
“sebelum lansia menjadi WBS disini, itu ada tahapan-tahapannya. Tahapan-tahapan itu apa saja? yang paling pertama kali adalah melakukan pendekatan awal”1
Dalam melakukan pendekatan awal ini meliputi kegiatan-kegiatan,
seperti identifikasi, motivasi, dan seleksi.
“dalam melakukan pendekatan awal ini terdapat tiga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pegawai panti yang pertama adalah, identifikasi para lanjut usia, ee,,, kemudian pemberian motivasi dan yang ketiga adalah proses seleksi”2
a. Identifikasi
Sebelum lansia menjadi WBS di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) terlebih dahulu dilakukan proses identifikasi, yaitu upaya
untuk memperoleh data yang lebih rinci tentang lansia yang akan
tinggal dipanti untuk memperoleh pelayanan, yang biasanya melalui
1 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 20112 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 2011
49
wawancara dengan menanyakan beberapa pertanyaan, misalnya
tentang keluarga, dari mana asalnya.3 Jadi pada tahap intervensi ini
intinya adalah mencari data-data berkaitan dengan kondisi calon WBS
dan kondisi keluarganya.
b. Motivasi
Setelah lanjut usia selesai diidentifikasi oleh pegawai Panti Sosial
Tresna Werdha kemudian dilakukan motivasi yaitu pengenalan
program-program pelayanan kepada calon WBS serta menumbuhkan
kemauan atau keinginan dan semangat untuk menjadi WBS dipanti,
sehingga nantinya WBS sadar dan patuh akan peraturan-peraturan
yang ada dipanti.
“setelah identifikasi selesai, kemudian dimandiin dulu,,, setelah mandi selesai,, kan kelihatan seger tuh,,,baru kita berikan motivasi; udah, jangan ke jalan lagi,,, jangan kabur lagi,, kamu nanti disini dilayani, makan, pakaian, tidur, nanti disediakan, serta nanti kalau ada keluarganya kita hubungi”4
c. Seleksi
Kemudian langkah pendekatan awal yang terakhir adalah seleksi,
yaitu suatu proses kegiatan pengelompokan atau pengklasifikasian
calon WBS yang sudah diidentifikasi dan diberikan motivasi oleh
pegawai untuk dapat diterima dan tidaknya sebagai WBS di Panti
Sosial Tresna Werdha.
3 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 20114 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 2011
50
2. Penerimaan
“Setelah dilakukan tahapan pendekatan awal melalui kegiatan-kegiatan identifikasi, motivasi dan seleksi karena sudah sesuai dengan syarat-syarat yang diberlakukan oleh PSTW kepada setiap calon WBS kemudian lansia dapat diterima sebagai WBS”5
Penerimaan disini merupakan serangkaian kegiatan administrasi
maupun teknis yang meliputi registrasi, dan penempatan dalam program
kegiatan pelayanan artinya lansia sudah syah/resmi menjadi WBS di
PSTW. Sehingga nama lansia sudah tercatat dalam buku induk atau buku
besar WBS.
3. Pemahaman Masalah (Assesment)
Dalam mengungkap dan memahami masalah yang ada pada lansia
lebih dalam dilakukan dengan cara memahami kebutuhan dan potensi
lansia itu sendiri yang menyangkut kelebihan dan kekurangannya yang ada
pada diri lansia itu sebagai dasar penyusunan rencana intervensi serta
mengadakan kajian terhadap berbagai informasi yang diperoleh pada saat
pendekatan awal. Untuk mengungkap itu semua, PSTW melakukan proses
assesmen sebagai berikut:
a. Asesmen Sosial
Asesmen sosial adalah proses pengungkapan masalah,
kemampuan, dan sistem sumber yang ada, berhubungan dengan relasi
sosial, ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal lansia.
b. Asesmen Psikologis
Asesmen psikologis adalah proses pengungkapan sikap, pemikiran
dan kejiwaan lansia. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu apakah
5 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin 23 Mei 2011
51
lansia masih mempunyai respon yang baik apabila sedang berbicara
dengan lawannya yang di ajak bicara, pikun atau tidaknya.
c. Asesmen Kesehatan
Asesmen kesehatan yang dilakukan dengan memeriksa kondisi
fisik dan kesehatan lansia sehingga apabila terdapat penyakit-penyakit
yang menular bisa segera diatasi dan diberikan obat sesuai dengan
sakit yang diderita. Hal ini dilakukan supaya tidak menular kepada
lansia yang lainnya.
4. Perencanaan Pemecahan Masalah (Planning)
Suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah,
serta penetapan berbagai sumber daya (manusia, biaya, metode-teknik,
peralatan, sarana-prasarana, dan waktu) yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tersebut. (BAB II, hal. 16)
Rencana pemecahan masalah diambil berdasarkan hasil asesmen
secara menyuluruh, mulai dari assessment sosial, psikologis, maupun
kesehatan. Sehingga rencana intervensi ini bertujuan untuk menentukan
pelayanan bagi klien setelah dirapatkan dengan seluruh pegawai PSTW.
“nah,,,sebelum melakukan intervensi terhadap lansia, sebaiknya dibuat perencanaan dulu,,ee dan dirapatkan dengan semua pegawai PSTW berdasarkan hasil assessment secara menyeluruh untuk mengambil langkah selanjutnya”
5. Pelaksanaan pemecahan masalah (Intervention)
Suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah
dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah yang telah dirumuskan.
Kegiatan pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah melakukan
pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada penerima
52
pelayanan dalam bimbingan dan bimbingan pembinaan lanjutan. (BAB II,
hal. 16)
Kegiatan-kegiatan dalam melakukan pemecahan masalah kepada
WBS, dilakukan dengan :
a. Bimbingan Mental dan Rohani
Bimbingan mental dan rohani merupakan usaha dan cara untuk
memperbaiki dan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME,
memperbaiki serta meningkatkan keimanan para lansia, pengetahuan
agama, amal baik dan buruk, sehingga dapat merasakan ketenangan
lahir dan batin.
Bimbingan rohani mendapatkan porsi yang sangat besar bagi lansia
dipanti, karena lansia diharapkan memang harus lebih mendekatkan
diri lagi kepada tuhan YME.
b. Bimbingan Fisik
Bimbingan fisik merupakan bimbingan untuk pengenalan dan
memberikan pengarahan untuk menjaga stamina dan kekebalan tubuh
serta mengikuti senam kesegaran jasmani.
Setiap hari selasa dan jumat lanjut usia melakukan senam yang
berada di lapangan tenis untuk menjaga stamina dan kondisi tubuh,
dengan dipandu oleh pegawai panti sekaligus mendampingi lanjut usia
yang kurang bersemangat untuk terus bergerak mengikuti pegawai
pemandu.
“bimbingan fisik di panti ini melalui senam kegaran jasmani (SKJ)yang diadakan seminggu dua kali”6
6 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 2011
53
c. Bimbingan Kesehatan
Bimbingan kesehatan yang disediakan oleh PSTW adalah dengan
tersedianya poliklinik yang berada di dalam panti dengan dua perawat
dan satu dokter umum.
“Tetapi kadang-kadang juga mahasiswa-mahasiswi yang praktek di PSTW ini dari Akper Gatot Subroto, Fatmawati juga ikut memberikan penyuluhan kesehatan kepada para lansia”7
d. Bimbingan Keterampilan
Panti Sosial Tresna Werdha selalu berusaha memberikan yang
terbaik untuk para WBS, yaitu lansia dengan usaha-usaha yang
dilakukan adalah memberikan keterampilan kepada lansia selama
tinggal di panti. Lansia yang dapat mengikuti kegiatan keterampilan
adalah lansia yang masih kuat dan mampu untuk beraktifitas sahari-
hari secara normal.
Bimbingan keterampilan yang diberikan oleh panti adalah dengan
membuat keset, menjahit, menyulam taplak, serta membuat gantungan
dari kunci, bimbingan keterampilan ini diperuntukkan bagi lanjut usia
yang masih mampu beraktifitas dengan baik, terlihat sehat, serta dapat
menjalankan tugas sehari-hari dengan baik.
“Adapun bimbingan keterampilan yang diberikan oleh panti adalah membuat keset dari wool, menyulam taplak, menjahit serta membuat gantungan kunci”8
7 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 20118 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 2011
54
6. Resosialisasi
Merupakan serangkaian kegiatan bimbingan untuk mempersiapkan
WBS hal ini lansia dapat berinteraksi dan berintegrasi penuh ke dalam
kehidupan dan penghidupan masyarakat di sekitar lingkungan panti.
a. Bimbingan Sosial Hidup Bermasyarakat
Adalah kegiatan bimbingan yang diarahkan agar WBS tersebut
dapat melakukan seluruh aktifitas sehari-hari sesuai norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
b. Pembinaan Lanjut
Merupakan serangkaian kegiatan yang diberikan kepada WBS
untuk meningkatkan dan mengembangkan minat serta bakat yang
dimiliki oleh WBS.
c. Terminasi / Penyaluran
Terminasi merupakan pengakhiran pelayanan atau pemutusan
pelayanan kepada WBS, artinya lansia sudah tidak lagi mendapatkan
berbagai pelayanan yang diberikan oleh panti, dan biasanya
disebabkan karena lansia sudah meninggal, dirujuk ke panti yang lain
atau dikembalikan ke keluarganya.
“terminasi itu kan pemutusan hubungan pelayanan antara kita dengan WBS, pertama WBS dikembalikan ke keluarga. Ketika proses assessment dia ingat nama, alamat, keluarganya,, nah, kita kirim surat biar keluarga yang datang kesini. Kemudian terminasi yang kedua adalah karena meninggal dunia”9
9 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 2011
55
C. Proses Pelayanan Kematian
Bagi lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha dalam
menikmati sisa-sisa kehidupan di masa tua sangat diharapkan untuk dapat
mempunyai semangat hidup sehingga tercapai Makna hidup yang diinginkan,
yaitu hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan
nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan
(the purpose in life) dengan diberikannya pelayanan-pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan lansia pada umumnya.
Jenis pelayanan yang diberikan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
terhadap lanjut usia bermacam-macam sesuai dalam pemenuhan kebutuhan
lansia, yang mencakup Biopsiko_sosial lanjut usia itu sendiri,
“jenis kegiatan atau pelayanan pokok itu menyangkut atau bermuatan biopsiko_sosial”10
Pelayanan tersebut antara lain; pengasramaan, permakanan, sandang,
bimbingan fisik dan psikis serta bimbingan keterampilan sehingga tercipta
kehidupan yang dapat membuat lansia nyaman, tenteram, dan bahagia dalam
menjalani sisa-sisa hidup di PSTW.
Sebagian besar lanjut usia merasa betah tinggal di PSTW karena selain
makan terjamin, tempat tinggal ada, dan apabila sakit maka dapat berobat
secara gratis, sangat jauh bila dibandingkan dengan kehidupan lanjut usia
sebelumnya, mengingat mereka adalah sebagian besar dari orang yang
kurang beruntung yang hidup di jalanan untuk mencari uang.
10 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati Senin
23 Mei 2011
56
“yaa,, mudah-mudahan aja saya betah tinggal disini dan merasa nyaman tinggal disini sampai tutup mata, karena makan terjamin, tempat juga enak.”11
Lanjut usia sangat membutuhkan semangat dalam menjalani kehidupan di
PSTW di masa akhir hidupnya dengan bermakna oleh karena itu harapan itu
mengarah pada pengharapan agar motivasi yang diberikan dapat bermanfaat
bagi dirinya, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menemukan makna hidup dalam kehidupan ini Bastman
menyebutkan ada tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung
nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup, apabila
nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Demikian juga Lanjut usia yang berada
dipanti juga berhak mendapatkan nilai-nilai tersebut, sehingga menjadikan
kehidupan Lanjut usia lebih bermakna. Nilai-nilai (values) tersebut adalah:
a. Nilai-nilai kreatif (creative values)
Kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan
kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Menekuni
suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas
serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. Melalui
karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup. (BAB II, h. 24)
Pegawai PSTW memberikan berbagai kegiatan mencakup aktifitas
yang berhubungan dengan hoby dan bekerja sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang layak jual yang menjadi pemasukan untuk
panti maupun lansia itu sendiri, kegiatan tersebut misalnya membuat
keset, menyulam taplak, membuat bunga serta menjahit.
11 Wawancara dengan Kakek ED, senin, 23 Mei 2011
57
“jika lansia punya keterampilan, dulunya menjahit, ya kita arahkan pada keterampilan jahit, tapi tidak di target, kalo ditarget malah menjadi beban,,ada juga yang ingin sesuai hoby aja, ada yang bercocok tanam, kemudian ada yang tiap pagi kerjaannya nyapu halaman juga ada,, kita arahkan agar lansia merasa “fun” disini karena kalo mereka merasa nyaman disini, mereka akan “long life”, merasa dihargai”12
Sehubungan dengan itu perlu dijelaskan juga bahwa pekerjaan
hanyalah merupakan sarana yang memberikan kesempatan untuk
menemukan dan mengembangkan makna hidup; makna hidup tidak
terletak pada pekerjaan itu sendiri, tetapi lebih tergantung pada pribadi
yang bersangkutan dalam hal ini sikap positif dan mencintai pekerjaan
serta cara bekerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada
pekerjaannya.
b. Nilai-nilai Penghayatan (experiental values)
Yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran,
kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih.
Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang
berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan
arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang
menghabiskan sebagian besar usianya untuk menekuni suatu cabang
seni tertentu. (BAB II, h. 25)
Bimbingan rohani termasuk dalam nilai-nilai penghayatan, karena
lansia diharapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT, memperbaiki dan meningkatkan wawasan serta
12 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin
23 Mei 2011
58
keimanan seseorang, pengetahuan amal ibadah seseorang, sehingga
mereka dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Pelayanan sosial dibidang keagamaan yang dilakukan oleh PSTW
terhadap lanjut usia diantaranya adalah
a. Pengajian (yasinan dan dzikiran)
Dalam kegiatan ini pembimbing berusaha memberikan dan
mengenalkan kepada lansia bagaimana cara membaca Al-Quran
dengan baik dan benar, caranya yaitu mengenalkan kepada mereka
mengenai lafaz-lafaz huruf hijaiyah, mempelajari tajwid,
mengenal berbagai makna yang terkandung dalam Al-Quran.
Pengajian ini dilakukan empat kali ddalam seminggu, ustadz dan
ustadzah terkadang sering masuk keruangan-ruangan WBS untuk
melakukan pengajian tersebut, dikarenakan kondisi fisik lansia itu
sendiri, ada yang masih kuat untuk berjalan dan tidak sedikit juga
yang sudah tidak mampu untuk berjalan/lemah. Setiap malam
jum’at terkadang diadakan pengajian membaca surah Yasin, juga
mendengarkan ceramah.
b. Memperingati hari-hari besar agama islam.
Peringatan hari-hari besar agama Islam yang dilaksanakan oleh
PSTW selain diikuti oleh para lansia, tetapi biasanya dibuka juga
untuk masyarakat sekitar panti. Dalam acara ini para lansia juga
ikut terlibat untuk menunjukkan bakat mereka masing-masing,
misalnya membaca puisi, karaoke dan berpidato.
59
Adapun hari-hari besar agama islam yang dirayakan oleh
PSTW, antara lain :
1. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal.
2. Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12
Rabi’ul Awal.
3. Isra’ Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 Rajab.
4. Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah.13
Kegiatan yang biasanya dilakukan lansia untuk mengisi waktu
luang mereka selama tinggal di panti selain mengikuti kegiatan-
kegiatan pokok yang diberikan oleh pihak panti adalah dengan
karaokean, bermain catur, tiduran-tiduran dikamar, bercengkerama
dengan lanjut usia yang lain dan nonton TV.
c. Nilai-nilai Bersikap (attitudinal values)
Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan
keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan
lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian dan
menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara
maksimal.
Bimbingan rohani juga dilakukan untuk menghilangkan perasaan-
perasaan tidak nyaman, gelisah, cemas, putus asa, dan perasaan inilah
yang sering dirasakan, sehingga perasaan-perasaan tersebut dapat
memperburuk kondisi mental lansia. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan atau meminimalisir sikap yang lansia rasakan itu,
13 Wawancara pribadi dengan kepala seksi perawatan, Ibu Dra. Hj. Farah Darojati, Senin23 Mei 2011
60
dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah atas dasar keimanan
dan keyakinan lansia terhadap Tuhan. Sehingga lansia dapat
merasakan dan memperoleh ketenangan dalam hidup sesuai dengan
harapannya. Ketika lanjut usia sakit misalnya, maka motivasi dan
bimbingan yang digunakan oleh pegawai yang disampaikan dalam
bentuk komunikasi persuasif, yaitu berupa ajakan dan nasihat-nasihat
yang bertujuan mengingatkan akan pentingnya kesadaran untuk
menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat dan keimanan yang
sungguh-sungguh.
Apabila lansia yang sudah sakit berat / sakaratul maut biasanya
petugas membisikan dengan kalimat tauhid; “Laaillahaillaallah/Allahu
Akbar” dan mendo’akan pasien.
“ketika sudah tanda-tanda sakaratul maut, klo istilah disini SOS, kita deketin,, biasanya sama nenek lain yang bisa baca yasin,, dengan tujuan kalau Allah menghendaki sembuh, yaa sembuhkanlah. Jika Allah berkehendak lain, yaa itu sudah takdirnya.”14
Setelah lanjut usia meninggal maka untuk pemakaman sepenuhnya
akan diserahkan kepada Dinas Pemakaman.
14 Wawancara pribadi dengan Ibu Yanti, staf. Sie. Bimbingan dan Penyuluhan. Senin, 23
Mei 2011
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan
kemukakan dalam uraian pada bab hasil temuan dan analisa, maka peneliti
dapat menyimpulkan mengenai proses pelayanan yang dilakukan oleh
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna, Jakarta
Selatan. Kesimpulan tersebut adalah
“Dalam memberikan pelayanan kepada lanjut usia sebelum
kamatian datang menjemputnya, PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
berusaha sebaik mungkin menyediakan berbagai pelayanan, antara lain
mulai dari pengasramaan, permakanan, bimbingan keterampilan,
bimbingan fisik dan mental, serta hiburan atau rekreasi. Karena mengingat
keberadaan mereka (lansia) tinggal dipanti memang sudah menjadi suatu
pilihan yang harus dijalani dan lansia sendiri memilih untuk tinggal dipanti
karena pilihan sendiri dan karena terpaksa karena keadaan yang
membuatnya harus tinggal dipanti, seperti karena tidak punya keluarga
lagi yang mengurusnya dan ada juga yang karena tidak punya tempat
tinggal, dan yang paling banyak lansia tinggal dipanti ini karena terjaring
razia, karena hidup di jalanan yang dapat membahayakan nyawanya.
Kemudian juga Lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha
dalam menikmati sisa-sisa kehidupan di masa tua sangat diharapkan untuk
dapat mempunyai semangat hidup sehingga tercapai Makna hidup yang
diinginkan, Bastman menyebutkan ada tiga bidang kegiatan yang secara
62
potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang
menemukan makna hidup yang selaras dengan pelayanan-pelayanan yang
ada di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna, yaitu Nilai-nilai kreatif (creative
values), Nilai-nilai Penghayatan (experiental values), dan Nilai-nilai
Bersikap (attitudinal values).”
B. Saran.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna
memang telah memberikan pelayanan yang optimal kepada para Warga
Binaan Sosial (WBS) dalam hal ini adalah Lanjut Usia. Oleh karena itu,
tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang telah dilakukan
PSTW, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudah-
mudahan dapat memberikan masukan untuk PSTW, dan secara khusus
dapat lebih bermanfaat untuk para Warga Binaan Sosial (WBS) / Lanjut
Usia pada umumnya. Saran tersebut antara lain:
1. Pegawai panti lebih memperhatikan lagi kondisi/keadaan para lanjut
usia dengan mengunjungi dari ruangan ke ruangan sesuai dengan
penanggung jawab ruangan masing-masing setiap dua jam sekali atau
tiga jam sekali kecuali jam-jam istirahat, agar lansia merasa
diperhatikan akan keadaannya.
2. Menambah fasilitas atau sarana dan prasarana, seperti taman-taman,
atau tempat untuk WBS (lansia) bercengkerama / bersendau gurau,
sehingga Menumbuhkan suasana ukhuwah dan keakraban kepada
lanjut usia untuk saling berbagi rasa dan cerita (keluh-kesah, curhat).
3. Pegawai harus lebih sabar, berkata lemah lembut dalam membimbing
dan merawat para WBS (lansia) serta memberikan motivasi dan
63
dorongan untuk tetap bersabar dan bertawakal dalam menghadapi ujian
dari Allah SWT mengingat keberadaan mereka dipanti kemungkinan
sampai akhir hayatnya.
4. Pegawai harus menganggap seolah-olah lanjut usia yang ada dipanti
adalah orang tua pegawai sendiri supaya terjalin emosional yang lebih
intim dan para lanjut usia dapat menikmati hari tua dengan aman,
tenteram, dan sejahtera.
64
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani Nashiruddin, Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah (Gema Insani, Jakarta 1999)
Al-Ghazali, Metode Menjemput Maut: Perspektif Sufistik (Bandung: MIZAN, 1999)
Bastman, LOGOTERAPI: Psikologi untuk MenemukanMakna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)
Departemen Sosial R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha kesejahteraan Sosia,l (Jakarta:1997)
Departemen Sosial RI, Standar Rahabilitasi Psikososial Pekerja Migram ( Jakarata: 2004)
El-Jazairi Abu Bakar Jabir, Pola Hidup Muslim, (PT. ROSDAKARYA, Bandung 1991)
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992)
Hidayat Komarudin, Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme, (PT. MIZAN Publika, 2005), h. 117-118
Hurlock B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan, (ERLANGGA, 1980)
Jayaputra Achmadi, Departemen Sosial RI, Pelayanan Sosial Lanjut Usia Indonesia. (Jakarta; Puslit PKS, 2005)
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I
Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, (IAIN: Indonesian Social Equity Project, 2006)
Lagha Ali Muhammad, Perjalanan Kematian, (PT. SERAMBI ILMU SEMESTA, 2002), hal. 45
Lexy J. Moeleong, MA, “Metodelogi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000)
Maskhur Anis, Menyingkap Tabir Kematian, (CV. Sukses Bersama, 2006)
Suharto Edi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Badan Pelatihan dan Pengembangan, DEPSOS RI)
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (PT Refika Aditama, 2005)
Sukoco Dwi Heru, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam isu-isu tematik pembangunan Sosial, (Jakarta:1997)
Tebba Sudirman, Kiat Sukses Menjemput Maut, (Pustaka irVan, Ciputat 2006)
65
UU No. 6 Th 1974, Tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 1
UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Pasal 5 ayat 2
65
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Pedoman Wawancara dengan PegawaiPanti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 4 Margaguna
Nama : ……………………….........
Jabatan : ……………………………..
Hari, Tanggal : ……………………………..
Tempat : ……………………………..
1. Bagaimana proses para Warga Binaan Sosial (WBS) dalam hal ini Lanjut Usia, bisa sampai tinggal di PSTW ini?
2. Apa saja persyaratan yang dilakukan oleh PSTW kepada calon WBS untuk tinggal di sini?
3. Jenis pelayanan apa saja yang diberikan oleh PSTW kepada WBS?
4. Berapa kali dalam seminggu pelayanan bimbingan rohani dilakukan dan setiap hari apa?
5. Materi apa saja yang diajarkan kepada WBS?
6. Metode dan media yang digunakan seperti apa ketika bimbingan rohani berlangsung?
7. Tindakan apa yang dilakukan oleh pegawai PSTW ketika ada salah satu WBS mengalami sakit dan sampai sakaratul maut?
8. Bagaimana tahap-tahap pelayanan yang dilakukan oleh PSTW ketika terjadi kematian pada WBS?
9. Kemudian akan dimakamkan dimana WBS yang meninggal?
10. Apa harapan anda kepada semua WBS, mengingat keberadan mereka di PSTW ini sampai nanti ajal menjemputnya?
Pedoman Wawancara Bagi Warga Binaan Sosial (WBS)Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4
Margaguna
Nama : ………………………..
Umur : ………………………...
Jenis Kelamin : ………………………...
Alamat Asal : ………………………...
Hari, Tanggal : ………………………...
1. Bagaimana proses masuk ke PSTW ini?
2. Sampai kapan anda akan tinggal di PSTW ini?
3. Apakah anda merasa nyaman tinggal di PSTW ini, alasan?
4. Pelayanan apa saja yang diberikan oleh PSTW kepada Warga Binaan Sosial (WBS), yang anda ketahui?
5. Apakah anda mengikuti kegiatan bimbingan rohani yang di berikan oleh PSTW, berapa kali dalam seminggu?
6. Materi apa yang biasanya diberikan ketika mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut?
7. Metode atau dengan cara apa ketika pembimbing memberikan bimbingan rohani?
8. Apakah anda menyukai dan aktif dalam kegiatan bimbingan rohani yang diberikan di PSTW, Alasan?
“Anda _kan sudah sering mengikuti kegiatan bimbingan rohani dan anda ingin tinggal di PSTW ini sampai akhir hayat (meninggal)”
9. Apakah anda pernah mendengar bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, ketika kematian datang maka kita akan hidup kekal di akhirat nanti?
10. Dari sekarang-sekarang ini apa yang anda persiapkan dan apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu luang sehari-hari supaya hidup di dunia ini lebih bermakna dan selalu optimis menjalaninya?
11. Apa harapan anda untuk kedepannya, mengingat anda tinggal di PSTW ini sampai meninggal dunia?
Berikut ini adalah daftar nama-nama WBS/Lansia secara keseluruhan
yang ada di PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Jakarta Selatan
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Melati1
No. Nama Umur Agama Tgl Masuk Asal
1. H. Rohana 78 Th. Islam 30 - 10 – 2008 Batu Sangkar
2. Siti 65 Th. Islam 6 - 11 – 2008 Jakarta
3. Derah 75 Th. Islam 4 - 5 – 2011 Bumi Ayu
4. Selfida 67 Th. Islam 17 - 3 – 2011 Bukit Tinggi
5. Sumirah 60 Th. Islam 20 - 1 – 2011 Jawa Tengah
6. Yolanda 59 Th. Kristen 22 - 5 – 2007 Manado
7. Emi 60 Th. Islam 26 – 11 – 2010 Cirebon
8. Cici Gunarsih 60 Th. Islam 12 – 9 – 2007
9. Ngatinem 60 Th. Kristen 13 – 3 – 2010 Jogjakarta
10. Suyatmi 60 Th. Islam 24 – 11 – 2010 Kediri
11. Marisa 66 Th. Islam 7 – 5 – 2007 Jakarta
12. Sinah Islam 9 – 5 – 2009 Parung, Bogor
13. Lupilan 62 Th. Budha 10 – 5 – 2010 Cipinang
14. Giyem/Sutiyem 77 Th. Islam 27 – 3 – 2001 Jawa Tengah
15. Mariam 63 Th. Islam 27 – 3 – 2008 Jakarta
16. Yatin 65 Th. Islam 4 – 4 – 2011 Kebumen
17. Yuniti/Marsia 82 Th. Kristen 10 – 5 – 2011 Cempaka Putiih
18. Rutiah 66 Th. Islam 24 – 7 – 2007 Cirebon
1 File WBS “Ruang Melati” PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun 2008
Daftar Lanjut Usia / WBSRuang Anggrek2
No. Nama Umur Agama Tgl. Masuk Asal
1. Ina 91 Th. Islam 30 – 3 – 2011 Jakarta
2. Rumini 62 Th. Islam 7 – 3 – 2007 Palembang
3. Nurrohmah 70 Th. Islam 13 – 7 -2010 Padang
4. Siti Aminah 70 Th. Islam 6 – 9 – 2006 Jawa Tengah
5. Rina 62 Th Islam 18 – 11 – 2008 Pemalang
6. Hapsah Unyin 75 Th. Islam 19 – 2 – 2000 Rangkas Bitung
7. Lusi 60 Th. Kristen 5 – 9 – 2009 Surabaya
8. Sutinah 63 Th. Islam 25 – 6 – 2009 Jawa Timur
9. Purwati 60 Th. Islam 8 – 2 – 2008 Boyolali
10. Ani 62 Th. Islam 6 – 3 – 2007 Jakarta
11. Mariam 78 Th. Islam 1 – 3 – 2011 Kebumen
12. Bayi/Raye 70 Th. Islam 11 – 12 – 2008 Serang
13. Poniah 70 Th. Islam 4 – 3 – 2008 Yogyakarta
14. Aisah 65 Th. Islam 20 – 1 – 2009 Bogor
15. Majnin 65 Th. Islam 11 – 10 – 2010 Jakarta
16. Wasriha 65 Th. Islam 25 – 11 – 2008 Jakarta
17. Sasih 72 Th. Islam 25 – 3 – 2010 Bogor
18. Muhaya 82 Th. Islam 6 – 3 – 2006 Tangerang
19. Mardiyah 68 Th. Islam 23 – 1 – 2006 Bogor
2 File WBS “Ruang Anggrek” PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun 2008
20. Isah 66 Th. Islam 5 – 12 – 2006 Jakarta
21. Ponijah 80 Th. Kristen Katolik
24 – 11 – 2010 Jawa Timur
22. Minah 80 Th. Islam 3 – 3 – 2010 Surabaya
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Mawar3
No. Nama Umur Agama Tgl. Masuk Asal
1. Nasiatun 63 Th. Islam 12 – 5 – 2011 Probolinggo
2. Saidah 87 Th. Islam 23 – 12 – 2010 Jakarta
3. Novi Sutopo 77 Th. Islam 17 – 1 – 2000 Jakarta
4. Murni 70 Th. Islam 12 – 11 – 2010 Pemalang
5. Rofingatun 60 Th. Islam 1 – 4 – 1992 Kebumen
6. Friatun 65 Th. Islam 11 – 2 – 2011 Bojonegoro
7. Minah 62 Th. Islam 23 – 2 – 2006 Bogor
8. Muryati 55 Th. Islam 9 – 10 – 2010 Pekalongan
9. Muslikhah 70 Th. Islam 27 – 10 – 2008 Jakarta
10. Surati M. 64 Th. Kristen 26 – 8 – 2009 Banjar Negara
11. Tuning 64 Th. Islam 17 – 1 – 2011 Yogyakarta
12. Kaminah 80 Th. Islam 8 – 4 – 2008 Idramayu
13. Umi Sholehah 62 Th. Islam 25 – 9 – 2008 Cirebon
14. Sri Maryati 55 Th. Kristen 3 – 3 – 2009 Wonosobo
15. Sarifah 70 Th. Islam 8 – 12 – 3009 Jawa Tengah
16. Maria 63 Th. Islam 21 – 3 – 2004 Surabaya
3 File WBS “Ruang Mawar”, PSTW BUdhi Mulia 4 Margaguna
17. Sriyani 63 Th. Islam 23 – 6 – 2010 Blitar
18. Muhayuni 60 Th. Islam 10 – 5 – 2011 Subang
19. Farida 60 Th. Islam 16 – 6 – 2006 Jakarta
20. Ina Sara Jarah 80 Th. Islam 23 – 12 – 2010 Jakarta
21. Latifah 65 Th. Islam 14 – 1 – 2011 Jakarta
22. Sopiah 80 Th. Islam 17 – 3 -2009 Jakarta
23. Halimah 60 Th. Islam 6 – 7 – 2010 Cikampek
24. Saidah 60 Th. Islam 25 – 6 – 2009 Jakarta
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Cempaka4
No. Nama Umur Agama Tgl. Masuk Asal
1. Sarinah 80 Th. Islam 30 – 10 – 2009 Surabaya
2. Giok 70 Th. Islam 5 – 7 – 2006 Pamanukan
3. Maryani 56 Th. Islam 12 – 8 – 1992 Jakarta
4. Anis 65 Th. Islam 28 – 12 – 2005 Garut
5. Sri Alimah 60 Th. Islam 3 – 4 – 2008 Jawa
6. Hatijah 68 Th. Islam 7 – 4 – 2009 Banyu Mas
7. Hamara Sinite 74 Th. Kristen 12 -5 – 2009 Medan
8. Tariah 73 Th. Islam 25 – 4 – 2008 Yogyakarta
9. Unyoh 60 Th. Islam 12 – 10 – 2007 Bekasi
10. Rusmini/Ira 62 Th. Islam 1 – 10 – 2010 Bandung
11. Sainem 65 Th. Islam 12 – 1 – 2011 Gombong
4 File WBS/Lansia “Ruang Cempaka”, PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun 2008
12. Idah 70 Th. Islam 9 – 10 – 2002 Cirebon
13. Khotijah 71 Th. Islam 28 – 5 – 1998 Semarang
14. Rochani 65 Th. Islam 12 – 6 – 2009 Surabaya
15. Dasimah/Tasiman 64 Th. Islam 25 – 5 – 2010 Kuningan
16. Wartiyah 63 Th. Islam 22 – 3 – 2003 Yogyakarta
17. Minto/Mur 90 Th. Islam 6 – 7 – 2009 Senen
18. Yati Sumiati 68 Th. Islam 10 – 5 – 2011 Bandung
19. Icot 73 Th. Islam 26 – 7 – 2006 Jakarta
20. Rafira S. 60 Th. Islam 12 – 7 – 1997 Medan
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Kenanga5
No. Nama Umur Agama Tgl. Masuk Asal
1. Kartisem 70 Th. Islam 9 – 3 – 2007 Jakarta
2. Kustiyani 60 Th. Islam 24 – 9 – 2009 Malang
3. Juriah 71 Th. Islam 23 – 6 – 2010 Jakarta
4. Ilyah 60 Th. Islam 26 – 4 – 1999 Sragen
5. Siti Juariah 75 Th. Islam 19 – 2 – 2009 Jakarta
6. Kamini 70 Th. Islam 8 – 11 – 2010 Purwokerto
7. Elok 77 Th. Islam 8 – 11 – 2007 Garut
8. Siti/Sani 65 Th. Islam 1 – 3 – 2011 -
9. Rose 65 Th. Kristen 27 – 5 – 2008 Tapanuli
10. Encung 65 Th. Islam 23 – 6 – 2000 Jakarta
5 File WBS/Lansia “Ruang Kenanga”, PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun 2008
11. Fatimah 80 Th. Islam 11 – 12 – 2008 Jakarta
12. Sulastri - Islam 4 – 2 – 2009 Yogyakarta
13. Wendalino 66 Th. Kristen 28 – 10 – 2006 Jakarta
14. Siti Aminah 87 Th. Islam 21 – 5 – 2010 Sala Tigo
15. Nyinah 65 Th. Islam 10 – 5 – 2011 Jakarta
16. Lim Leonie - Kristen 10 – 5 – 2011 Jakarta Pusat
17. St. Tuti Rukinah 58 Th. Islam 10 – 2 – 2008 Semarang
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Kutilang6
No. Nama Umur Agama Tg. Masuk Asal
1. Kluyur 70 Th. Islam 23 – 7 – 2010 Indramayu
2. Murtado 60 Th. Islam 11 – 6 – 2007 Pekalongan
3. Moch. Sahri 75 Th. Islam 26 – 8 – 2009 Surabaya
4. Jimmi Iskandar 60 Th. Islam 12 – 3 – 2010 Medan
5. Dody Yan Suheri 53 Th. Islam 17 – 2 – 2010 Medan
6. Ahmad Rais 66 Th. Islam 1 – 10 – 2010 Tegal
7. Hadi Supono 65 Th. Islam 10 - 5 – 2011 Jawa
8. Wasmad 76 Th. Islam 26 – 5 – 2011 Tegal
9. Saya janapi 67 Th. Islam 26 – 5 – 2011 Serang
10. Suginta/Hasan 70 Th. Islam 25 – 5 – 2011 Sukamulya
11. Umar Hamdan 68 Th. Islam 7 – 7 – 2010 Lampung
12. Lie Cip Tong 70 Th. Kristen 11 – 2 – 2008 Jakarta
6 File WBS/Lansia “Ruang Kutilang”, PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun 2008
13. Tono Kartono 60 Th. Islam 11 – 10 - 2010 Brebes
14. Lasdar 81 Th. Islam 28 – 11 - 2008 Madura
15. Ata/Nata 68 Th. Islam 26 – 7 – 2006 Bandung
16. Yong Sou Kian 60 Th. Kristen 27 – 4 – 2009 Jakarta
17. H. Tatang 74 Th. Islam 4 – 5 – 2011 Bandung
18. Mat Eni 68 Th. Islam 23 – 7 – 2010 Jakarta
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Cendrawasih7
No. Nama Umur Agama Tgl. Masuk Asal
1. Maliko 78 Th. Islam 21 – 4 - 2006 Semarang
2. Edi 62 Th. Islam 11 – 9 - 2008 Jakarta
3. Suryanata Kusuma 80 Th. Islam 1 – 10 - 2010 Rangkas Bitung
4. Abdul Rahman 76 Th. Islam 26 – 4 - 2006 Jakarta
5. Sukir Sudaryo 83 Th. Islam 8 – 4 - 2008 Tegal
6. Sobar 69 Th. Islam 23 – 7 - 2010 Purworejo
7. Hari Wijaya 63 Th. Katolik 2 – 12 - 2010 Padang
8. Suhata/Dahlan 67 Th. Islam 12 – 2 - 2009 Jakarta
9. Sumarno 70 Th. Islam 23 – 1 - 2009 Jakarta
10. Jafar 85 Th. Islam 10 – 5 - 2011 Semarang
11. Herman 67 Th. Islam 18 – 5 - 2011 Jawa
12. Lukman Syam 67 Th. Islam 25 – 5 - 2009 Riau
13. Changwa Ciang 60 Th. Kristen 20 – 1 - 2009 Pontianak
7 File WBS/Lansia “Ruang Cendrawasih”, PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun
2008
Daftar Nama Lanjut Usia / WBSRuang Merpati8
No. Nama Umur Agama Tgl. Masuk Asal
1. Mustofa 74 Th. Islam 18 – 11 – 2004 Padang
2. Marwah 65 Th. Islam 28 – 7 – 2007 Jakarta
3. Karta 80 Th. Islam 15 – 3 – 2011 Brebes
4. Hamzah 75 Th. Islam 26 – 11 – 2010 Jakarta
5. Aminudin 75 Th. Islam 13 – 8 – 2007 Palembang
6. H.S. Hamid 74 Th. Islam 25 – 9 – 2006 Palembang
7. M. Sulaiman 78 Th. Islam 7 – 7 – 2010 Jakarta
8. Sukamdan 74 Th. Islam 2 – 8 – 2005 Solo
9. Ahmad Mahmudi 88 Th. Islam 13 – 9 – 2009 Purwakerto
10. Joko Darmawan 73 Th. Islam 18 – 5 – 2011 Jawa
11. Ali Alatas 63 Th. Islam 26 – 6 – 2006 Jakarta
12. Slamet Pingan 60 Th. Islam 27 – 9 – 2006 Solo
13. Dari 60 Th. Islam 29 – 6 – 2010 Malang
14. T. Adi Broto 68 Th. Islam 19 – 5 – 2011 Kalimantan
15. A. Sutiawan/Alex 68 Th. Islam 18 – 8 – 2000 JawaBarat
8 File WBS/Lansia “Ruang Merpati”, PSTW Budhi Mulia 4 Margaguna, Tahun 2008