PELATIHAN SOFTSKILL BAGI MAHASISWA FIS SEBAGAI...

31
1 LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P2M) Oleh Luh Putu Sri Ariyani, S.S. M. Hum (Ketua) NIP. 197704242003122002 Dr. Tuty Maryati, M.Pd (Anggota) NIP. 196608311993032001 I Gusti Made Arya Suta Wirawan, S.Hum., M.Si. (Anggota) NIP. 198604052015041004 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Nomor: 128/UN48.16/PM/2016 Tanggal 25 Pebruari 2016 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA NOPEMBER 2016 PELATIHAN SOFTSKILL BAGI MAHASISWA FIS SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI PERSAINGAN KERJA

Transcript of PELATIHAN SOFTSKILL BAGI MAHASISWA FIS SEBAGAI...

1

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P2M)

Oleh

Luh Putu Sri Ariyani, S.S. M. Hum (Ketua)

NIP. 197704242003122002

Dr. Tuty Maryati, M.Pd (Anggota)

NIP. 196608311993032001

I Gusti Made Arya Suta Wirawan, S.Hum., M.Si. (Anggota)

NIP. 198604052015041004

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas

Pendidikan Ganesha Nomor: 128/UN48.16/PM/2016

Tanggal 25 Pebruari 2016

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

NOPEMBER 2016

PELATIHAN SOFTSKILL BAGI MAHASISWA FIS

SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI PERSAINGAN

KERJA

2

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena atas

limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan laporan pengabdian masyarakat ini

tepat waktu. Laporan yang kami buat ini berisikan semua kegiatan P2M yang telah

berlangsung dengan lancar.

Pada kesempatan ini ijinkan kami berterima kasih kepada Ketua Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNDIKSHA beserta jajarannya atas

kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan P2M ini.

Laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu tidak lepas dari dukungan IT dari LPPM

yang sudah memudahkan kami dalam berbagai tahapan seperti monitoring dan

persyaratan lainnya. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dekanat Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) UNDIKSHA atas

dukungan yang begitu banyak terhadap kami. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada para Ketua Jurusan di lingkungan FHIS UNDIKSHA karena telah bersedia

mengirimkan wakil mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ini. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para panitia yang terdiri

dari pegawai FHIS beserta mahasiswa D3 Perpustakaan, berkat kerja keras mereka

kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik.

Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, sehingga kami

mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih ada kesalahan atau

kekurangan. Akhir kata, semoga laporan kegiatan P2M yang telah kami

selenggarakan dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan inspirasi bagi

kegiatan serupa lainnya.

Singaraja, 1 Nopember 2016

Ketua Tim Pelaksana

Luh Putu Sri Ariyani

4

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….. 1

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… 2

PRAKATA …………………………...…………………………………….. 3

DAFTAR ISI ………………………………………………......................... 4

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..... 5

1.1. Analisis Situasi .…..………………………………………..……. 6

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...……………………....... 7

1.3. Tinjauan Pustaka ……………………………………………....... 8

1.4. Tujuan Kegiatan ……………………………………………........ 10

1.5. Manfaat Kegiatan ……………………………………………...... 10

1.6. Khalayak Sasaran ……………………………………………..... 11

BAB II METODE PELAKSANAAN …………………………………...... 12

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah .……………………………..…. 12

2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan ..…………………………..……. 13

2.3 Rancangan Evaluasi Kegiatan…………………………….…….. 13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….………. 14

3.1 Waktu Pelaksanaan……………………………………………….. 14

3.2 Dokumentasi dan Evaluasi ……..…..…………………………… 21

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………….………. 23

DAFTARPUSTAKA ……………………………………………….............. 24

Lampiran 1……………………………………………….............................. 25

Lampiran 2……………………………………………….............................. 26

Lampiran 3……………………………………………….............................. 27

Lampiran 4……………………………………………….............................. 28

5

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi yang kian canggih telah membawa banyak

perubahan pada gaya hidup masyarakat. Terlebih anak muda, mereka tidak pernah

mau ketinggalan dalam mengkonsumsi teknologi informasi terbaru. Teknologi juga

menjadikan kegiatan komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Terlebih dengan

adanya telepon genggam (baca: android) lengkap dengan koneksi internet membuat

masyarakat bisa terhubung dengan masyarakat di mana saja, dari mana saja dan

kapan saja. Bahkan masyarakat yang terpisah ribuan kilometer dapat terhubung

dalam waktu yang bersamaan. Namun dalam perkembangannya masyarakat belum

sepenuhnya bisa menggunakannya dengan bijak dan benar sehingga seringkali

berdampak kurang baik.

Penggunaan internet telah memungkinkan masyarakat khususnya anak muda

untuk mengenal budaya di luar negaranya dan menerimanya tanpa merasa canggung.

Budaya-budaya yang berasal dari luar sangat mempengaruhi anak muda karena

mereka merasa bahwa budaya luarlah yang dapat membuat mereka lebih gaya,

percaya diri dan merasa diri hebat. Kondisi ini menyebabkan anak muda semakin

jauh dari lingkungan sekitarnya, menjadi semakin cuek dan tidak peduli dengan orang

lain.

Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan para orang tua, guru dan dosen,

banyak keluhan yang dilontarkan terkait dengan ketidakpedulian para anak muda

pada lingkungan sekitarnya sehingga seringkali mereka menjadi jauh dengan orang

tua dan teman yang berada di dekatnya. Budaya timur seakan-akan sudah

ditinggalkan. Anak muda semakin jarang menunjukkan kesopanan di depan orang

yang lebih tua. Bahkan mahasiswa yang sudah memiliki kematangan dalam hal

kejiwaan ikut-ikutan menjadi seorang ignorance yaitu orang yang sangat tidak peduli

dengan sekitarnya. Budaya bertegur sapa mulai jarang ditemukan karena mereka

lebih asyik mengobrol dengan orang yang sangat jauh alias chatting. Hal ini tentu

sangat memprihatinkan karena anak muda sebagai generasi penerus budaya yang

6

adiluhung, harus melupakan budayanya karena terlalu asyik dengab dunia luar.

Perubahan perilaku pada anak muda khususnya mahasiswa tentu tidak saja

berpengaruh pada pergaulan sehari-hari mereka namun yang lebih penting perubahan

ini akan berdampak pada perilaku mereka di masa depan khususnya pada saat

menghadapi tantangan kerja.

Dalam memasuki dunia kerja, seseorang tidak hanya dinilai dari technical

skill namun kemampuan softskill kini menjadi salah satu faktor yang menentukan

kesuksesan karir seseorang. Upaya untuk meningkatkan kemampuan softskill

mahasiswa sangatlah penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi persaingan

kerja. Selain itu softskill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup yang sangat

berguna tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri agar mampu

diterima dalam masyarakat (Elfindri, dkk, 2011). Melalui kegiatan Pengabdian Pada

Masyarakat (P2M) berupa pelatihan softskill bagi mahasiswa FIS UNDIKSHA

semester tujuh ke atas, diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan softskill

yang akan membantu mereka dalam menghadapi persaingan kerja di masa yang akan

datang.

1.1 Analisis Situasi

Pada prinsipnya softskill dapat dibagi menjadi dua jenis; pertama adalah

kualitas personal, yang terdiri dari kemampuan bertanggung jawab, kepercayaan diri,

kemampuan bersosialisasi, self-management (mampu mengatur diri sendiri) dan

integritas/kejujuran. Kedua adalah interpersonal skill yang terdiri dari leadership

(kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau

berbagi ilmu dengan orang lain, serta dapat melayani klien/pelanggan.

Menurut laporan Professional Standarts Council New South Wales dalam

https://miracleone.wordpress.com/miracle-learning/soft-skill-training/, pemberi

kerja cenderung untuk mencari orang yang memiliki kemampuan softskill yang

bagus. Hal ini dikarenakan tantangan utama yang dihadapinya adalah untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan individu-individu dalam upaya mencapai

kesuksesan. Faktor-faktor lain yang juga tidak kalah penting adalah motivasi atau

7

dorongan pencapaian, mengembangkan orang lain, kemampuan beradaptasi,

pengaruh, kepercayaan diri dan kepemimpinan. Apa yang telah dikemukakan di atas

merupakan bagian dari softskill (McClelland dalam Covington, 2000).

Dalam buku yang berjudul Lesson from The Top yang ditulis oleh Neff dan

Citrin (1999) bahwasannya kunci sukses seseorang 90% ditentukan oleh softskill dan

sisanya adalah kemampuan hardskill. Pendapat mereka diperkuat oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Harvard University dalam Sailah (2008) bahwa 20%

kesuksesan seseorang diperkirakan berasal dari intelegensia yaitu kemampuan untuk

belajar dan memahami (hardskill), 80% sisanya berasal dari kemampuan untuk

memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain (softskill). Hal ini

menunjukkan bahwasannya kemampuan softskill adalah kemampuan yang patut

diperhatikan dengan serius oleh siapapun untuk menghadapi dinamika kehidupan di

masyarakat.

Mahasiswa yang akan menjadi bagian masyarakat tentunya harus memiliki

kemampuan softskill agar dapat diterima sebagai bagian masyarakat. Dari apa yang

dikemukakan di atas, kemampuan softskill menjadi sangat penting untuk menghadapi

persaingan mendapatkan pekerjaan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa identifikasi permasalahan di

lapangan yang ditemui sebagai berikut : a. perlu ada usaha untuk meningkatkan

kemampuan softskill mahasiswa; b. banyak mahasiswa yang belum menyadari

pentingnya kemampuan softskill.

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan untuk

dibantu pemecahannya melalui pengabdian masyarakat ini sebagai berikut :

1. Bagaimana memotivasi mahasiswa untuk mengasah kemampuan softskill?

2. Bagaimana mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi persaingan kerja?

8

1.3 Tinjauan Pustaka

Maju tidaknya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusianya (SDM). Semakin baik kualitas SDM suatu bangsa, maka semakin dapat

bersaing dengan negara lain. Apalagi banyak yang beranggapan bahwa di era

globalisasi saat ini sering disebut sebagai era persaingan kualitas. Hal ini tentu

menjadi tantangan bagi berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan mengingat

pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan sumber daya

manusia. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat

perguruan tinggi, telah mengalami pergeseran-pergeseran ke arah pembentukan

kompetensi lulusan. Hal ini dikarenakan oleh kompetensi lulusan menjadi salah satu

faktor penunjuk keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam menjalankan visi

misinya. Selain itu ini terkait juga dengan daya tarik (pull factor) bagi pengguna atau

user (stakeholder) yang akan memakai atau memanfaatkan lulusan perguruan tinggi

yang bersangkutan.

Kementerian Pendidikan Nasional dalam Tempo (2015) memiliki strategi

kebijakan sebagai berikut “Mewujudkan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif

Tahun 2025”, sehingga peningkatan daya saing lulusan sebagai salah satu output dari

pendidikan tinggi ditempatkan sebagai prioritas program utama di setiap perguruan

tinggi. Upaya peningkatan kualitas lulusan ini, selain dilakukan melalui sistem

pembelajaran yang komprehensif, efektif dan transformatif, juga dikembangkan

program pembinaan kemahasiswaan yang diarahkan memiliki pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) sehingga memberikan nilai tambah

(added values) guna meningkatkan daya saing lulusan.

Dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi dituntut agar selalu

mengedepankan kualitas lulusannya atau dengan kata lain lulusan yang memiliki

kompetensi tinggi. Istilah kualitas merupakan kata kunci yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pendidikan tinggi di negara manapun termasuk di Indonesia.

Peningkatan kualitas menjadi sangat penting karena dapat menjadi strategi utama

dalam meningkatkan nation’s competitiveness. Dalam hal ini kompetensi lulusan

(sarjana) tentu tidak hanya pada bidang keilmuannya saja, namun ada kompetensi-

9

kompetensi penunjang yang akan meningkatkan daya tawar (bargaining power) para

lulusan (sarjana) pada saat memasuki pasar tenaga kerja. Kompetensi yang

dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, menunjukkan bahwa selain kompetensi pada

bidang ilmunya (base knowledge), dituntut pula ada kompetensi-kompetensi

tambahan. Kompetensi tambahan ini sangat penting mengingat rekruitmen tenaga

kerja saat ini tidak hanya membutuhkan sarjana-sarjana dengan tingkat intelegensia

yang tinggi (yang ditunjukkan oleh indeks prestasi yang tinggi), namun juga para

sarjana yang memiliki wawasan kemandirian dan keahlian lainnya.

Kondisi seperti ini hendaknya menjadi perhatian pihak perguruan tinggi untuk

menghasilkan lulusan yang kompeten (berkualitas) dalam arti yang luas sehingga

mampu memenuhi permintaan pasar kerja, dimana penguasaan berbagai teknologi

baru dan keterampilan termasuk soft skill semakin dikedepankan. Apabila dicermati,

maka rasio kebutuhan softskill dan hardskill di dunia kerja menunjukkan bahwa yang

membawa orang di dalam sebuah kesuksesan, 80% ditentukan oleh softskill yang

dimilikinya dan 20% oleh hard skill. Namun dengan sistem pendidikan yang kita

miliki di Indonesia, soft skill hanya diberikan rata-rata 10% saja dalam kurikulum

(Sailah, 2008).

Senada dengan hal di atas, Samani (2012) mengungkapkan pendidikan di

Indonesia masih mengutamakan teori dan belum menyentuh praktek dalam

kehidupan sehari-hari. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pendidikan di negara kita

selama ini belum membekali peserta didik bagaimana menghadapi kehidupan nyata

di tengah masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus

dikerjakan, kecuali belajar dengan buku untuk mendapatkan selembar ijasah. Dari

penelitian yang dilakukan Goleman (1998) bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya

didukung oleh seberapa pintar seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan

mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu

mengelola dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Adanya kenyataan tersebut,

maka tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pada era globalisasi ini

10

universitas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi diposisikan sebagai kunci utama

untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dalam

kancah persaingan global.

1.4 Tujuan Kegiatan

Kegiatan P2M berupa pelatihan softskill yang akan diikuti oleh mahasiswa

FIS semester akhir, bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa agar siap memasuki dunia

kerja.

2. Melatih kemampuan softskill mulai dari tindakan sederhana sehari-hari.

3. Melatih mahasiswa agar mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain.

1.5 Manfaat Kegiatan

Kegiatan P2M berupa pelatihan softskill kepada mahasiswa FIS memiliki

beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mahasiswa akan memiliki kemampuan softskill selain hardskill sebagai bekal

dalam mencari kerja.

2. Mahasiswa memiliki kemampuan dasar softskill seperti kemampuan

berkomunikasi, mendengar aktif, cerdas, hangat dan bermakna, dll.

3. Mahasiswa akan menjadi insane yang lebih peka terhadap lingkungan

sekitarnya.

1.6 Khalayak Sasaran

Sasaran P2M berupa pelatihan softskill adalah mahasiswa FIS Universitas Pendidikan

Ganesha semester 7 ke atas. Mahasiswa tingkat akhir dipilih untuk menambah

pegetahuan dan wawasan ereka tentang pentingnya softskill dalam menghadapi dunia

kerja serta dalam proses pencarian kerja mengingat kemampuan softskill sangat

menentukan kesuksesan seseorang. Dalam pelatihan nanti, mahasiswa akan dilatih

oleh pakar seperti psikolog, HRD perusahaan, dan perusahaan yang merupakan user

11

dari lulusan perguruan tinggi khususnya di FIS UNDIKSHA. Mahasiswa yang

terlibat sebanyak kurang lebih 50 orang yang diambil semua jurusan yang ada di FIS.

12

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka kerangka pemecahan

masalah yang ditawarkan dalam pelaksanaan pelatihan softskill tersebut adalah

sebagai berikut:

Bagan 1. Bagan Skematis Kerangka Pemecahan Masalah

Secara umum kerangka berpikir untuk memecahkan masalah kegiatan ini

digambarkan seperti pada Gambar 1. Berangkat dari permasalahan yang muncul

disusun berbagai alternatif untuk memecahkan masalah. Dari berbagai alternatif,

dipilih alternatif yang paling mungkin dilaksanakan.

Langkah-langkah Pelatihan

Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memberikan pemahaman bagi peserta

pelatihan tentang kemampuan softskill. Materi ini akan diberikan oleh Psikolog dari

UNDIKSHA. Materi yang diberikan memuat berbagai hal yang berkaitan dengan

wawancara kerja, sikap-sikap yang dikembangkan agar memiliki kemampuan intra

personal dan inter-personal yang baik. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

pelatihan antara lain: 1) Ceramah; 2) diskusi dan 3) contoh kasus.

Permasalahan Pelatihan Softskill

Mahasiswa dengan

kemampuan Softskill Information Sharing,

tindakan sehari-hari, dll

13

2.2 Keterkaitan

Kegiatan P2M ini melibatkan mahasiswa semester akhir semua jurusan di

Fakultas Ilmu Sosial. Peserta diperkirakan sebanyak 50 orang dari 7 jurusan yang

ada. Mahasiswa yang akan segera tamat dan akan segera melamar pekerjaan sangat

tepat menjadi peserta pelatihan untuk meningkatkan kemampuan softskill agar

mampu bersaing dengan pencari kerja lain.

2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Untuk mencapai tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dengan

menggunakan metode sebagai berikut. a. Metode Ceramah/Penyuluhan, dimaksudkan

untuk menyampaikan informasi untuk materi yang bersifat umum dan teoritis, dalam

hal ini adalah materi atribut softskill. b. Metode Dialogis, dimaksudkan untuk tanya

jawab dan diskusi tentang bagaimana menjadi pribadi yang memiliki keterampilan

softskill. c. Metode Pelatihan, dimaksudkan untuk menanamkan kecakapan softskill

dan memberikan gambaran konkrit dari sudut pandang pencari kerja.

2.4 Rancangan Evaluasi Kegiatan

Rancangan evaluasi dari kegiatan ini menekankan pada proses dan hasil.

Penilaian proses dilakukan pada saat mahasiswa mendengarkan ceramah sekaligus

praktek keterampilan softskill. Melalui pertanyaan dan keseriusan peserta latihan akan

diperoleh bagaimana antusiasme dan kebermanfaatan kegiatan ini.

14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelatihan softskill diadakan pada Senin, 28 Maret 2016 di ruang Seminar

Fakultas Ilmu Sosial. Pelatihan diikuti oleh mahasiswa dari 7 jurusan Fakultas Ilmu

Sosial serta dari jurusan Pendidikan IPS Pasca Sarjana UNDIKSHA. Kegiatan

terlaksana dari pukul 08.00 – 13.00 wita. Adapun jadwal kegiatan adalah sebagai

berikut:

WAKTU ACARA KETERANGAN

08.00 – 09.00 Presensi

Pembagian Snack

Panitia

09.00 - 09.30 Pembukaan

1. Indonesia raya dan doa

2. Kata sambutan ketua panitia

3. Kata sambutan ketua LPM

sekaligus membuka kegiatan

P2M

Panitia

Ketua Panitia

Ketua Jurusan

09.30 – 10.15 Pemaparan materi Softskill Nice Maylani Asril

10.15-11.00 Praktek Nice Maylani Asril

11.45-13.00 Diskusi Perserta

Nara Sumber

Moderator

13.00-selesai Makan siang

Penutup

Peserta

Nara Sumber

Panitia

15

Peserta kegiatan mulanya dirancang untuk seluruh mahasiswa semester 8

(delapan) dari 3 (tiga) jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Sejarah, Pendidikan

Geografi, Pendidikan PPKN, serta Pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)

dari 4 (empat) jurusan yaitu jurusan Ilmu Hukum, Pendidikan Sosiologi, D3

Perpustakaan, dan D3 Survey & Pemetaan. Sehingga yang ada di Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Dari jumlah undangan yang

disebar, panitia meminta masing-masing jurusan mengirim dua orang perwakilan

untuk mengikuti pelatihan ini. Namun pada kenyataannya, banyak mahasiswa dari

semester 8 (delapan) tidak dapat mengikuti pelatihan karena banyak diantara mereka

sedang berada di luar kampus untuk urusan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Total

peserta pelatihan yang datang adalah sebanyak 60 orang. Dalam pelaksanaan P2M

tersebut, panitia dibantu oleh 5 (lima) orang mahasiswa D3 Perpustakaan.

Untuk menghindari kekurangan tempat duduk, konsumsi dan materi pelatihan

softskill, 2 (dua) minggu sebelum pelatihan mahasiswa yang akan mengikuti

pelatihan mendaftar dan mengisi pre-test terkait softskill. Pre-test diisi pada saat

mendaftar dan dikumpul saat itu juga sehingga sebelum pelatihan dimulai, pelatih

sudah memiliki gambaran tentang pengetahuan calon peserta terkait softskill. Pre-test

juga digunakan pelatih dalam menyusun materi pelatihan softskill yang akan

dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016. Hal ini penting agar materi yang disajikan

pelatih sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta. Harapannya pengetahuan

dan skill mahasiswa akan bertambah setelah pelatihan dilaksanakan sehingga peserta

yang terdiri dari mahasiswa siap menghadapi wawancara kerja. Sehari sebelum

pelatihan dilaksanakan, panitia sudah menerima meteri pelatihan untuk digandakan

yang selanjutnya akan dibagikan untuk peserta pelatihan. Selanjutnya pelatihan sudah

siap untuk dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016.

Acara pelatihan diawali dengan registrasi peserta dan pembagian kelengkapan

pelatihan. Pada pukul 09.00 wita ketika Ketua LPM sudah tiba di lokasi pelatihan,

acara dimulai. Acara pertama adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa

bersama dilanjutkan dengan laporan ketua panitia. Acara selanjutnya adalah

16

sambutan Ketua LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) yaitu Prof. Dr. I Ketut

Suma, M.Pd sekaligus membuka acara pelatihan. Selain membuka, Ketua LPM juga

banyak memberi masukan terkait dengan efektifitas kegiatan Pelatihan Softskill,

terutama evaluasi kegiatan yang dilaksanakan setelah pelatihan untuk memastikan

bahwasannya kegiatan pelatihan softskill yang sudah dilaksanakan bermanfaat bagi

mahasiswa terutama ketika menghadapi wawancara, baik wawancara yang

dilaksanakan selama menjadi mahasiswa maupun pada saat wawancara kerja. Saat

bersamaan, ketua LPM juga melakukan monitoring terkait persiapan yang dilakukan

sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan. Setelah acara pembukaan usai, peserta

diberikan kesempatan untuk menikmati snack yang disediakan oleh panitia. Tepat

pukul 09.30 wita, pelatihan dimulai.

17

Foto 1: Kegiatan Pelatihan Softskill dibuka oleh Ketua LPM Undiksha sekaligus

melaksanakan monitoring.

Kegiatan dimulai dengan registrasi oleh peserta pelatihan sekaligus pembagian

perlengkapan pelatihan berupa materi, alat tulis serta post-test (terlampir) yang harus

diisi peserta saat pelatihan selesai. Post-test yang dibagikan kepada peserta boleh

dibawa pulang dan diisi di rumah. Batas akhir pengumpulan post-test adalah 1 (satu)

minggu. Pada saat mengumpulkan post test, peserta diwancacarai tentang pelatihan

softskill yang sudah berlangsung dan kebermanfaatannya bagi mereka.

18

Setelah acara pembukaan oleh ketua LPM Undiksha, acara dilanjutkan dengan

pemaparan materi oleh pelatih. Adapun kegiatan pelatihan terdiri dari 2 (dua)

kegiatan yaitu:

1) Pemaparan informasi (Ceramah) terkait Soft Skill

Kegiatan diisi dengan ceramah dengan tema utama “How to succeed at Job

Interview and Psychological Test” (materi terlampir). Pada sesi ini psikolog

sekaligus dosen UNDIKSHA Nice Maylani Asriel memaparkan tentang jenis-jenis

tes psikologi yang ada pada dunia psikologi. Pada pemaparan ini, secara sekilas

dipaparkan contoh dari masing secara detail kepada mahasiswa cara-cara menghadapi

wawancara kerja di masa depan. Paparan pertama dimulai dengan membahas tentang

cara-cara menulis CV (Curiculum Vitae). Pelamar kerja harus menyiapkan diri

sebelum membuat CV karena kadangkala hal kecil yang menurut kita tidak penting

ternyata menjadi perhatian bagi pencari kerja. Yang perlu dipersiapkan sebelum

membuat CV adalah foto diri yang bagus, artinya tidak terlalu gelap atau terang serta

harus menampilakan wajah yang menyenangkan. Kertas untuk menulis CV tidak

boleh terlalu kecil atau terlalu besar sehingga mengganggu ketika dibaca. Layout atau

tampilan CV harus bersih dan rapi sehingga perhatian pembaca lebih focus pada isi

CV itu sendiri, bukan pada gambar-gambar yang menghiasi kertas tersebut.

Pemilihan huruf pada isi CV juga tidak bisa diabaikan. Diusahakan agar tulisan atau

huruf gampang dibaca dan tidak membuat mata sakit.

Untuk isi CV, pelamar kerja harus mampu menjual diri secara positif, yaitu

menampilkan data diri yang benar dan akurat; keterangan pendidikan secara lengkap,

pengalaman kerja dan organisasi yang dimiliki, aktivitas dan keterampilan khusus,

dan yang terakhir minat. Pada saat pemaparan materi, pelatih menampilkan contoh-

contoh CV yang dapat menarik perhatian pencari kerja untuk membacanya. Pada

pemaparan materi, peserta juga diberikan tips sebelum berangkat melakukan

wawancara kerja. Tips pertama adalah mencari tahu profil perusahaan tempat pencari

kerja melakukan wawancara melalui website resmi perusahaan tersebut atau istilah

lainnya dalam dunia kerja sebagai stalking website. Kedua adalah mencari tahu

19

budaya perusahaan, tren industri, interviewer, struktur organisasi perusahaan dan lain

sebagainya. Ketiga mencari lokasi interview sebelum waktu interview. Keempat

menyiapkan wardrobe untuk interview seperti memilih pakaian yang tepat baik dari

warna, ukuran, dan jenis pakaian; mengaplikasikan parfum dan make up yang tidak

mencolok, dan lain sebagainya. Pelatih juga memberikan saran agar pencari kerja

rajin melatih diri dengan berbicara di depan cermin sehingga akan menemukan cara

berbicara yang paling nyaman sehingga rasa percaya diri juga bertambah. Latihan

berbicara di depan cermin untuk melatih ekspresi yang terlihat nyaman dan

menyenangkan.

2) Pelatihan

Proses pelatihan softskill selain dipaparkan secara teori, sekaligus diiringi

dengan praktek. Metode ini dimaksudkan untuk merealisasikan teori yang diperoleh

melalui informasi, tanya jawab dan diskusi. Dalam pelaksanaannya secara bersama-

sama di mana mahasiswa bertanya dan nara sumber memberikan solusi dengan

mempraktekkan langsung di hadapan peserta. Karena sasaran dari pengabdian

masyarakat ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan segera mengakhiri masa

kuliah, nara sumber membawakan materi tentang kiat sukses mendapatkan pekerjaan.

Adapun materinya meliputi kiat sukses menulis lamaran dan kurikulum vitae yang

dapat dijadikan representasi dari pribadi si pelamar kerja. Mahasiswa diberikan

pemahaman bagaimana menulis CV yang mengeluarkan citra positif pelamar kerja

dan apa saja yang bisa disampaikan pada CV dan apa yang tidak perlu disampaikan.

Selanjunya mahasiswa biberikan ilustrasi menghadapi wawancara kerja hingga tips

dan trik menghadapi psikologi test yang biasa dilaksanakan pencari kerja (slides

terlampir). Setiap pembahasan yang ditampilkan pada slides selalu diikuti dengan

praktek seperti halnya bagaimana sikap dan bahasa tubuh para pencari kerja ketika

pertama kali bertemu dengan pewawancara. Setiap slide yang dijelaskan, sekaligus

diiringi praktek sehingga mahasiswa terus antusias dengan apa yang disampaikan

nara sumber. Di bawah ini adalah contoh wawancara kerja yang langsung

20

dipraktekkan oleh peserta pelatihan dengan nara sumber. Adapun pelatihan yang

dilakukan oleh peserta dan nara sumber adalah sebagai berikut:

1. Latihan salaman

2. Latihan duduk dengan posisi nyaman dan sopan

3. Latihan interview

4. Latihan tentang etika bertanya kepada interviewer

5. latihan sikap-sikap yang diperlukan ketika menghadapi wawancara kerja

Foto 1. Praktek yang dilakukan antara peserta dengan nara sumber serta antar

peserta. Praktek meliputi cara berjabat tangan, cara berkenalan ketika pertama

kali bertemu, serta cara duduk yang benar.

Dari hasil wawancara dengan peserta pelatihan ketika pengembalian post-test,

praktek yang mereka lakukan pada saat pelatihan sebagian besar merupakan

pengalaman yang belum mereka ketahui sehingga kegiatan ini bermanfaat bahkan

21

mereka menganggap waktunya kurnag lama dan semestinya nara sumber berbagi

lebih banyak hal terkait keterampilan yang harus diperhatikan dalam melamar kerja.

3.2 Evaluasi dan Dokumentasi

Secara umum kegiatan pelatihan softskill bagi mahasiswa FIS sebagai upaya

menghadapi persaingan kerja sudah berlangsung lancer dan berhasil baik, meskipun

banyak masukan dari para mahasiswa bagwasannya waktu pelatihan yang Cuma

sehari masih kurang. Namun dengan adanya evaluasi yang dilakukan lebih dari

sebulan, sudah mengakomodasi keingintahuan mahasiswa tentang proses wawancara

kerja lebih lanjut. Pada saat evaluasi berlangsung, ada salah satu mahasiswa dari D3

Perpustakaan yang kebetulan sedang dalam proses mencari pekerjaan di sekolah

swasta international di Denpasar, secara rutin berdiskusi tentang pemaparan yang

pernah disampaikan oleh nara sumber.

Sebelum melakukan wawancara kerja, simulasi wawancara kerja dilakukan di

jurusan D3 Perpustakaan. Saat wawancara berlangsung, mahasiswa ini menerapkan

segala tips dan trik yang dibagikan oleh nara sumber. Pada akhirnya mahasiswa

tersebut berhasil mendapatkan posisi pustakawan di sekolah yang dituju. Ketika

diwawancarai mengenai pengalamannya dalam pencarian kerja, mahasiswa tersebut

mengungkapkan bahwasannya pelatihan softskill yang disiapkan untuk menghadapi

wawancara kerja sangat bermanfaat bagi para mahasiswa.

Pengalaman lainnya datang dari mahasiswa semester 9 jurusan S1 Pendidikan

Sejarah yang mengungkapkan bahwasannya pelatihan softskill tidak hanya

bermanfaat saat mencari kerja, namun juga berguna ketika menghadapi ujian skripsi.

Menuruh mahasiswa ini, dengan segala skill yang diberikan pada saat pelatihan kita

jadi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari agar dosen menuji

tidak merasa terganggu dengan penampilan kita baik dalam menyampaikan presentasi

maupun dalam menjawab pertanyaan dari dosen. Sikap yang dianjurkan oleh nara

sumber membantu mahasiswa tersebut menhadapi proses ujian hingga selesai. Dan

apa yang diungkapkan mahasiswa tersebut lebih meyakinkan apabila pelatihan

softskill sangat dibutuhkan mahasiswa.

22

Pengalaman unik yang diungkapkan mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi

semester 4 lebih menarik lagi. Mahasiswa tersebut memberikan masukan kalau

pelatihan softskill semestinya diadakan untuk mahasiswa baru. Semakin dini kita

mengetahui bagaimana cara berinteraksi yang benar dengan orang lain, maka

semakin cepat mahasiswa tersebut sukses baik di dunia akademik maupun di dunia

kerja. Mahasiswa tersebut berpendapat bahwa pelatihan softskill tidak hanya berguna

saat mencari kerja, namun sangat berguna bagi interaksi harian di lingkungan kampus

baik dengan sesama siswa, dosen dan perangkat perguruan tinggi lainnya.

Dalam kegiatan evaluasi ditemukan juga ketidakpuasan pada kegiatan pelatihan

softskill yang sudah dilaksanakan. Mahasiswa merasa tema psikotest yang dipaparkan

nara sumber belum dikupas secara mendalam. Mahasiswa tersebut menganggap

kemampuan psikotest penting untuk dikuasai mengingat banyak pencari kerja

mengandalkan test ini untuk menjaring karyawan. Saran yang diberikan mahasiswa

tersebut agar pelatihan softskill lebih ditekankan pada pengerjaan psikotest termausk

bagaimana tips dan trik agar lulus melaluinya. Masukan ini sangat baik untuk

pengembangan kegiatan selanjutnya.

23

BAB IV

KESIMPULAN

Pelatihan softskill yang dipersiapkan selama 4 bulan sebelum pelaksanaannya

sudah melalui berbagai diskusi terkait tema yang akan diambil. Mengingat cakupan

softskill sangat luas, sempat ada diskusi panjang terkait dengan materi yang akan

diangkat untuk membekali mahasiswa semester akhir dengan softskill yang tepat.

Mengingat seringkali pencari kerja gagal dalam tahap wawancara kerja, maka

diputuskan untuk memilik tema tersebut. Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti

kegiatan ini tercermin dari semangat mereka mengambil pre-test yang diberikan

sebelum pelatihan berlangsung serta mengembalikan post-test setelah pelatihan

berlangsung sangat tinggi. Tidak ada satu mahasiswa peserta yang luput

mengembalikan post-test yang sudah diberikan. Kondisi ini menunjukkan

bahwasannya pelatihan softskill sangat diperlukan oleh mahasiswa baik semester

awal hingga semester akhir. Masukan menarik datang dari mahasiswa bahwasannya

pelatihan softskill sebaiknya mencakup pembentukan karakter mahasiswa agar

mahasiswa terbiasa berperilaku baik di manapun berada.

Keterbatasan waktu pelatihan juga membatasi durasi praktek yang tidak bisa

melatih secara personal semua mahasiswa terkait keterampilan seperti berjabat

tangan, menyapa, sikap duduk, dan lain sebagainya. Kelemahan dan kekurangan yang

dialami pada saat pelatihan bisa menjadi masukan agar di kemudian hari kegiatan

dilakukan selama 2 (dua) hari.

Kegiatan pelatihan softskill sudah terlihat manfaatnya dari adanya laporan

dari beberapa mahasiswa yang dalam tempo yang cukup singkat mengikuti tes

wawancara kerja di sekolah maupun perusahaan swasta. Ke depan acara pelatihan

softskill bisa dirancang menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh pihak

fakultas maupun pihak universitas guna membekali seluruh siswa menjadi pribadi

yang percaya diri baik dalam menghadapi wawancara maupun dalam pergaulan yang

lebih luas.

24

DAFTAR PUSTAKA

Covington, M.V. 2000. Goal Theory, Motivation, and School Achievement: An

Integrative Review. Dalam

http://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.psych.51.1.171

diunduh pada tanggal 28 Oktober 2015.

Depdiknas. 2008. Pengembangan Soft Skill Dalam Proses Pembelajaran Di

Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti.

Elfindri, dkk. 2011. Softskill untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media.

Goleman, Daniel. 1998. An EI-Based Theory of Performance. Dalam

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.203.662&rep=rep1&t

ype=pdf diunduh pada tanggal 29 Oktober 2015.

McClelland, 2Neff, T.J. dan Citrin J. M. 1999. Lesson From The Top NY:

Doubleday.

Sailah, Illah. 2008. Pengembangan Softskulls di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen

Dikti

Samani, Muchlas, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

25

Lampiran 1

PRE-TEST

Soft Skill

1. Apa yang anda ketahui mengenai wawancara kerja?

2. Apa itu psikotes?

3. Mengapa perusahaan menggunakan psikotes dan wawancara untuk menjaring

calon karyawan?

4. Apa yang harus anda persiapkan dalam menghadapi wawancara kerja dan

psikotes?

5. Sebutkan soft skill yang harus anda kuasai dalam mencari pekerjaan!

26

POST-TEST

Soft Skill

1. Apa yang anda ketahui mengenai wawancara kerja?

2. Apa itu psikotes?

3. Mengapa perusahaan menggunakan psikotes dan wawancara untuk menjaring

calon karyawan?

4. Apa yang harus anda persiapkan dalam menghadapi wawancara kerja dan

psikotes?

5. Sebutkan soft skill yang harus anda kuasai dalam mencari pekerjaan!

27

Lampiran 3

Foto-foto pendukung lainnya

28

Lampiran 4

Materi Pelatihan

29

30

31