PELANGGARAN PERIJINAN DAN PRAKTIK KEFARMASIAN...Berdasarkan UU 30 tahun 2014 tentang Administrasi...
Transcript of PELANGGARAN PERIJINAN DAN PRAKTIK KEFARMASIAN...Berdasarkan UU 30 tahun 2014 tentang Administrasi...
PELANGGARAN PERIJINAN DAN
PRAKTIK KEFARMASIAN
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
VISI KOTA SURABAYA :
SURABAYA KOTA SENTOSA YANG
BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING
GLOBAL BERBASIS EKOLOGI
MISI KOTA SURABAYA TERKAIT
BIDANG KESEHATAN
Misi ke 1 : Mewujudkan Sumber Daya
Masyarakat Yang Berkualitas
UPTD :PUSKESMAS
STRUKTUR ORGANISASI
SARANA KESEHATAN DI KOTA SURABAYA
• JUMLAH RUMAH SAKIT : 59 UNIT
• KLINIK PRATAMA : 231 UNIT
• KLINIK UTAMA : 113 UNIT
• APOTEK : 758 UNIT
• TOKO OBAT : 87 UNIT
• LABORATORIUM : 55 UNIT
• OPTIK : 91 UNIT
2 3 8 7
35
PERDANA DASAR MADYA UTAMA PARIPURNA
Cakupan Akreditasi Rumah Sakit
JENIS PERIJINAN
• Perizinan Sarana Kesehatan (RS, Klinik, Apotek, Laboratorium, TO,
Toko Alkes, PKRT, PAK)
• Pembinaan dan Pengawasan Sarkes
• Pengadaan Alat Kesehatan (Modal/Bukan Habis Pakai)
• Perizinan Depo Air Minum
Seksi Sarana dan
Alat Kesehatan
• Pembinaan & Pengawasan Pelayanan dan Sarana
Kefarmasian
• Pengelolaan Sediaan Farmasi (Kebutuhan Puskesmas) →
Unit Gudang Farmasi
• Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(SPP-IRT)
Seksi Kefarmasian,
Makanan & Minuman
• Penerbitan Surat Izin Praktek / Izin Kerja Tenaga
Kesehatan → Dokter Bidan, Perawat, Apoteker, Tenaga
Teknik Kefarmasian, Perekam Medis, Radiografer, Terapis
Gigi dan Mulut, Fisioterapis dll.
• Pembinaan dan Pengawasan → Lebih ke Perizinan Surat
Izin Praktek
Seksi Sumber Daya
Manusia
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
KEWENANGAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM BINWAS DAN
PENINGKATAN MUTU NAKES
(PASAL 5 – 7 UU NAKES)
Pelaksanaan kegiatan perizinanTenaga Kesehatan
Pembinaan dan pengawasanpelaksanaan praktik Tenaga
Kesehatan
Pelaksanaan kegiatan sertifikasi Kompetensi dan pelaksanaan Registrasi Tenaga Kesehatan
Membina, mengawasi, dan meningkatkan mutu Tenaga
Kesehatan melalui :
Pusat
Provinsi
Kab/Kota
Pasal 50
1) Tenaga kesehatan HARUS MEMBENTUK ORGANISASI PROFESI sebagai wadah untuk meningkatkandan / atau mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, martabat dan etika profesi nakes.
2) Setiap jenis tenaga kesehatan hanya dapat membentuk 1 (satu) organisasi profesi
UU NO 36/2014 tentang NAKES
Pasal 46 (4) :
Untuk mendapatkan SIP Tenaga Kesehatan harus memiliki;
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; tempat praktik atau PT
Pasal 48 (2) :
• Pembinaan dilakukan oleh Menteri bersama-sama dengan Pemerintah Daerah, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan, dan Organisasi Profesi sesuai dengan kewenangannya.
DASAR
▪ Undang - Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
▪ PMK No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
▪ PMK No.31 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan MenteriKesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, IzinPraktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
▪ PMK No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek
▪ PP No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
▪ Perka BPOM No. 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan PengelolaanObat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor FarmasiDi Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
DASAR HUKUM
▪ PMK No. 72 Tahun 2016tentang Standar PelayananKefarmasian Di Rumah Sakit
▪ PMK No. 73 Tahun 2016tentang Standar PelayananKefarmasian Di Apotek
▪ PMK No. 74 Tahun 2016tentang Standar PelayananKefarmasian Di Puskesmas
▪ Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 3Tahun 2015 Tentang Peredaran,Penyimpanan, Pemusnahan, DanPelaporan Narkotika,Psikotropika, Dan PrekursorFarmasi
BEBERAPA UNDANG-UNDANG / PERATURAN
KEFARMASIAN
▪ PMK 347/Menkes/SK/VII/1990Tgl 18 Juli 1990 tentang OWA
▪ PMK 919/Menkes/Per/X/1993tentang Obat yang bisadiserahkan tanpa resep dokter
▪ PMK 924/Menkes/Per/X/1993tentang Daftar OWA No. 2
▪ PMK PMK1176/Menkes/SK/X/1999tentang Daftar OWA
▪ Perka BPOM No. 28 Tahun 2018Tentang Pedoman PengelolaanObat-Obat Tertentu Yang SeringDisalahgunakan
PEMBINAAN
Meningkatkan mutu pelayanan.
Melindungi masyarakat atas pelayanan/tindakan medik yang diterimanya
Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan SDM Kesehatan.
Pembinaan SDM Kesehatan diarahkan kepada:
Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia)
Pemerintah Daerah (Dinkes Propinsi, Kabupaten/ Kota)
Organisasi Profesi terkait
Pembinaan dilakukan oleh:
PENGAWASAN
Memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan kegiatan pelayanan kesehatan
telah terlaksana sesuai dengan kebijakan, rencana, dan peraturan
perundangan yang berlaku
Melindungi semua pihak supaya tetap menjaga kualitas layanannya, sehingga
bila terdapat ketidaksesuaian segera dapat diketahui dan diintervensi
Pengawasan bertujuan untuk:
Berdasarkan UU 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan maka Dinkes Kota Surabaya dapat
mengatur jumlah tenaga dan jadwal pelayanan Apotek.
Berdasar PMK 31 tahun 2016 Apoteker hanya boleh menjadi penanggung jawab di 1 (satu) sarana
kefarmasian.
Berdasar UU No. 30 tahun 2014 bila terdapat perbedaan alamat pada SIPA yang tidak sesuai SIPA dan SIA
maka dapat dilakukan penyesuaian
Izin Apotek diberikan pada Apoteker, maka
1. jika Apoteker mengundurkan diri
2. SIPA habis masa berlakunya
3. SIA habis masa berlakunya
Apoteker sebagai penanggung jawab wajib mempertanggungjawabkan perbekalan farmasi dan menghentikan
pelayanan kefarmasian hingga perijinan baru terbit.
Apotek yang melakukan penutupan Apotek, Apoteker sebagai penanggung jawab wajib
mempertanggungjawabkan perbekalan farmasi yang ada di Apotek.
Apotek jaringan atau retail dalam penerimaan sediaan farmasi harus mampu telusur.
TO bukan sarana distribusi → tidak boleh melayani penjualan dalam jumlah besar.
Apotek yang akan melakukan penutupan dapat mengalihkan obat-obatan selama memiliki bukti administrasi.
PERIJINAN KEFARMASIAN DI KOTA SURABAYA
KONDISI SAAT INI KONDISI YANG DIHARAPKAN
PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
▪ Apoteker belum melakukan pelayanan secara
langsung dan optimal
▪ Sarana dan prasarana belum memadai
▪ Penerapan SOP belum optimal
Apoteker dapat melaksanakan pelayanan
kefarmasian yang optimal, berkualitas,
memenuhi standar dan sesuai peraturan
yang berlaku
NO S I M P U L T E M U A N
1. PERIZINAN Tidak memiliki izin:
▪ Masa berlaku izin sudah habis dan belum diperpanjang
Contoh Apotek : Apotek CK, Apotek AM
▪ Pindah lokasi
▪ Pergantian APJ
2. PENGADAAN ▪ Surat Pesanan (SP):
✓ tidak sesuai format, foto kopi/fax/email
✓ tidak ada tanggal/no. urut/tanda tangan/no. SIPA/cap outlet pemesan
▪ Blangko SP ditandatangani dalam jumlah banyak ontoh : Apotek Jess 8
▪ Dok. pengadaan tdk di-file tersendiri
▪ Dok. pengadaan (SP dan Faktur) tdk dapat ditunjukkan pd saat pemeriksaan
▪ Pengadaan bukan dari sarana resmi (freelance) / dari rekanan contoh : 459, T2
▪ Pengadaan dari PBF di luar provinsi tanpa pengakuan Din. Kes
3. PENERIMAAN ▪ Nama obat, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan, no. bets, ED, alamat pengiriman tidak sesuai (SP,
faktur)
▪ Tidak ada tanda tangan, cap pengirim
▪ Kondisi obat tidak baik /rusak
▪ Obat tidak diterima, hanya menandatangani faktur penjualan
▪ Obat tdk diterima oleh APJ atau Aping/TTK yg diberi penugasan
▪ Tdk mencantumkan nama dan no. SIPA/SIKTTK penerima
CONTOH PELANGGARAN APOTEK
CONTOH PELANGGARAN APOTEK
NO S I M P U L T E M U A N
3. PENERIMAAN ▪ Nama obat, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan, no. bets, ED, alamat pengiriman tidak sesuai (SP,
faktur) Contoh : Apotek L2
▪ Obat tidak diterima, hanya menandatangani faktur penjualan
▪ Obat tdk diterima oleh APJ atau Aping/TTK yg diberi penugasan
▪ Tdk mencantumkan nama dan no. SIPA/SIKTTK penerima
4. PENCATATAN ▪ Tidak dilakukan pencatatan (tidak ada kartu stok manual/elektronik)
▪ Pencatatan pemasukan dan pengeluaran/penyerahan tdk tertib dan tidak akurat
▪ Sumber pengadaan tdk dicatat Contoh : Apotek J
▪ Tanggal pemasukan dan pengeluaran/penyerahan tdk dicatat
▪ No. batch, ED tidak dicatat contoh : Apotek KW
5. PENYIMPANAN ▪ Tempat penyimpanan tidak menjamin keamanan (tidak terkunci, kunci tergantung di pintu lemari,
tdk ada surat pendelegasian pemegang kunci kepada Aping atau TTK)
▪ Narkotika atau psikotropika disimpan bergabung dgn obat lain atau barang lain
▪ Alat pencatat suhu tdk ada, ada tapi tdk dikalibrasi
▪ Suhu tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada kemasan/label)
▪ Narkotika, Psikotropika & Prekursor rusak, kembalian atau ED tdk disimpan terpisah, tdk diberi
penandaan
▪ Tempat penyimpanan tidak bersih Contoh : Apotek SS
CONTOH PELANGGARAN APOTEK
NO S I M P U L T E M U A N
6. PENYERAHAN ▪ Tidak dilakukan skrining thd resep yg masuk:
➢ Tidak ada tanggal/tanda tangan dokter/no. SIP
➢ Tdk ada nama, umur pasien
➢ Tdk rasional, poli farmasi
Contoh : Apotek SF, Apotek G
▪ Resep palsu, resep ditulis selain dokter
▪ Menyerahkan narkotika dan psikotropika tanpa resep dokter/jual bebas
▪ Melakukan penggantian narkotika atau psikotropika tanpa bukti acc dokter penulis resep
▪ Melayani resep UP dari dokter (jumlah besar)
▪ Dokter menuliskan banyak resep utk ditukarkan dengan psikotropika
▪ Salesman/Medrep menulis resep dlm jumlah banyak, obat diambil oleh Salesman/Medrep
▪ Menyerahkan obat (dlm jumlah besar) kepada oknum tdk berwenang
▪ Dokumen resep narkotika atau psikotropika tdk di-file tersendiri
▪ Resep tdk dapat ditunjukkan pd saat pemeriksaan
▪ Selama apotek buka, tidak ada Apoteker, Aping atau TTK
▪ Melakukan penjualan prekursor logo biru diluar batas wajar
7. PELAPORAN ▪ Tidak menyampaikan laporan bulanan narkotika, psikotropika atau laporan tidak rutin
▪ Dokumen pelaporan tidak dapat ditunjukkan saat pemeriksaan
Contoh : Apotek AM, Apotek BF
TERIMA KASIH
Dinas Kesehatan Kota SurabayaJl. Jemursari No. 197 SurabayaEmail : [email protected] : dinkes.surabaya.go.id