PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK UNTUK …
Transcript of PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK UNTUK …
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH SA‟ADATUL „ULYA KELURAHAN TANJUNG
RADEN KECAMATAN DANAU TELUK SEBERANG KOTA JAMBI
SKRIPSI
MIFTAKHUL JANNAH NIM. TPG. 151 699
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH SA‟ADATUL „ULYA KELURAHAN TANJUNG
RADEN KECAMATAN DANAU TELUK SEBERANG KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
MIFTAKHUL JANNAH NIM. TPG. 151 699
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia.
Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman: 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
(QS. Al-Mujadalah: 11)
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku.
Sedih, bahagia, bertemu dengan orang-orang yang memberiku sejuta
pengalaman bagiku, yang telah memberi warna warni didalam hidupku.
Ku bersujud kepadaMu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di
penghujung awal perjuanganku.
Segala puji bagiMu Ya Allah
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil‟aalamiin...
Sujud syukur ku persembahkan kepada-Mu Allahu Rabbi, Tuhan yang
Maha Agung, Maha Adil, Maha Penyayang dan Maha pemilik setiap nafas
kehidupan ini, atas takdirMu telah Engkau jadikan diriku ini seorang manusia
yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani
kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk
meraih cita-cita besarku kelak..
Lantunan sholawat beriring salam, membawa ku untuk memanjatkan doa
dalam syukur yang tiada terkira. Alhamdulillah. Kupersembahkan sebuah karya
kecil ini untuk Bapak dan Mamakku tercinta, yang tiada pernah bosan memberiku
semangat, do‟a, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak
tergantikan hingga aku selalu bisa menghadapi setiap rintangan yang ada
didepanku. Bapak yang selalu bekerja dibawah panasnya terik matahari demi
biaya kuliahku, Mamak yang selalu memikirkanku dan mengatur uang bulananku,
demi hidupku, kalian ikhlas mengorbankan segala fisik dan perasaan tanpa kenal
lelah. Maafkan anakmu Pak, Mak,, masih saja nduk menyusahkan kalian..
Dalam sujudku, sholatku, aku berdo‟a, “Ya Allah, Terimakasih telah
Engkau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas
menjagaku, mendidikku, membimbingku dengan baik.. Berikanlah balasan
setimpal syurga firdaus untuk mereka, jauhkanlah mereka dari panasnya api
neraka-Mu. Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, sayangilah mereka
seperti mereka menyayangiku sejak kecil. Aaamiin Allahumma Aaamiin..”
Untuk bapak (Ahmad Sabit) dan Mamak (Dewi Handayani)..Terimakasih, nduk
sayang mamak bapak...(ttd. Anakmu)
Dalam setiap langkahku, aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang
kalian impikan dariku, meski belum semua dapat aku raih, insyaAllah atas
dukungan do‟a dan restu, semua akan terjawab kelak. Untuk itu kupersembahkan
ungkapan terimakasihku kepada :
Adik kandungku (Bayu Saputra) yang selalu berceramah kalau mbaknya
melakukan kesalahan. Mbak sukses kuliahnya, adik sukses sekolahnya. Kita
bahagiakan mamak bapak ya.. Kepada keluarga besar mbah Jemiran dan mbah
Sutriyah, dan juga keluarga besar mbah Ngapuan (alm) dan mbah Marsupiah,
terimakasih untuk segala masukan, dukungan, nasihat dan do‟anya. InsyaAllah
kedepannya nduk akan berusaha lebih baik lagi. Rukun selalu ya..aaaamiin..
Untuk yang spesial (Joko Samudro), yang selalu ikhlas membantu ku,
yang selalu ada ketika aku dalam kesulitan, yang selalu menjadi tempat keluh
kesahku, yang menjadi pembimbing di lika likunya, suka dukanya dan manis
pahitnya perjalanan meraih gelar sarjana ku, terimakasih yang tak terhingga.
Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikanmu. Aaaamiin allahumma
aaaamiin..
Untuk yang selalu menanyakan, “Kapan sidang? Kapan wisuda?”
kupersembahkan skripsi ku ini dengan senang hati. terimakasih untuk setiap
masukan, nyinyiran dan celotehan yang pedas namun tak pernah membuat telinga
ini panas.
Untuk yang selalu membicarakan tentang kata “meninggalkan” atau
“ditinggalkan”, terimakasih karena telah mengajarkan bagaimana rasanya jatuh
dan sakit, sehingga membuatku bisa sekuat dan setegar ini. Mari intropeksi diri
dan tolong jangan salah paham lagi. Yang harus kita pikirkan harusnya adalah
cepat wisuda, cepat kerja, dan cepat jaya, agar tidak lagi menjadi beban orangtua.
Bukankah begitu? Semoga Allah memaafkan kita semua. Aaamiin Allahumma
Aaamiin.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Hidup tanpa
mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha dan
berdo‟a untuk menggapainya. Jatuh, berdiri lagi. Kalah, coba lagi. Gagal, bangkit
lagi. Keep calm, spirit and amor fati. Sampai Allah SWT berkata “waktunya
pulang”. Semoga kita semua termasuk ummat yang khusnul khotimah. Aaaamiin
Allahumma Aaamiin.
Hanya sebuah karya kecil ini yang dapat kupersembahkan, beribu
terimakasih yang dapat kuucapkan, atas segala kekhilafan dan kekurangan,
dengan segala kerendahan hati, tercurah beribu-ribu kata maaf dari lubuk hati ini.
Aku bahagia memiliki kalian. –by Miftakhul Jannah
Jambi, Maret 2019
MOTTO
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
KATA PENGANTAR
.
Alhamdulillahi Robbil „Alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT sebagai pencipta, pengatur, dan pemelihara alam semesta ini, dan Yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di kehendakinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul : “Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi”. Shalawat dan salam penulis do‟akan semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai satu syarat untuk meraih sarjana program S.I Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Namun berkah dari Allah SWT serta usaha-usaha penulis, skripsi ini juga dapat diselesaikan. Selama pembuatan skripsi ini banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi. Tetapi berkat kerja keras, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga semuanya masih bisa di atasi. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
2. Bapak Dr. Hj. Armida, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
3. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I. Selaku Wakil Dekan I
4. Bapak Dr. Zawaqi Afdal Jamil, S.Ag. Selaku Wakil Dekan II
5. Bapak Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd. Selaku Wakil Dekan III
6. Bapak Dr. Mahluddin, M. Pd. I Selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan segenap staf yang telah memberikan
fasilitas dan layanan administrasi dengan baik selama perkuliahan dan
penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M. Pd. sebagai pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan
penuh keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
8. Bapak Tabroni, M. Pd. I sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan penuh
keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
9. Pimpinan Perpustakaan Universitas dan Fakultas Tarbiyah serta karyawan
yang telah membantu penulis dalam melengkapi referensi dalam penulisan
skripsi ini.
10. Bapak Raden Zuhdi, S Ag Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya, dan guru Aqidah Akhlak Ibu Rts Husnawati, S. Pd. I, serta segenap
dewan guru Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi yang telah memberikan
bantuan, informasi, serta dukungan selama proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
11. Orangtua penulis, Ayahanda Ahmad Sabit dan Ibunda tercinta Dewi
Handayani, serta adik tersayang Bayu Saputra dan seluruh keluarga yang
telah memberikan bantuan moril dan materil, serta motivasi, dukungan, dan
do‟a dalam menyelesaikan studi di UIN STS Jambi dan menyelesaikan
skripsi ini.
12. Kepada Mas Joko Samudro, yang telah hadir dalam kemalutnya kehidupan
ini, terimakasih karena selalu memberikan semangat dan motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
ABSTRAK
Nama : Miftakhul Jannah
NIM : TPG. 151699
Judul : Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Skripsi ini membahas tentang Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adataul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi, apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi, apa upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang telah diuraiakan, karena sifatnya menggunakan pendekatan analisis deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak belum sepenuhnya terealisasikan. Dikarenakan masih banyaknya siswa yang memiliki akhlak yang terkesan menurun. Faktor pendukung pelaksanaan akhlak ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti potensi atau bawaan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sedangkan faktor penghambat adalah seperti tidak adanya guru Bimbingan Konseling di sekolah dan pengaruh buruk dari berbagai media. Adanya faktor penghambat, pasti ada solusi untuk mengatasinya, sehingga proses peningkatan akhlak pada siswa akan mendapatkan hasil yang baik. Adapun solusi yang dapat dilakukan antara lain, guru lebih memahami karakter masing-masing siswa, rutin mengadakan absen siswa ketika hendak sholat dzuhur berjama‟ah dan mengaji, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan akhlak, seorang guru memberikan contoh (keteladanan) kepada siswa-siswanya, dan partisipasi dari orangtua untuk melihat perkembangannya dan mengajarinya selama dirumah.
Kata Kunci : Pelaksanaan, Aqidah Akhlak, Siswa
ABSTRACT Name : Miftakhul Jannah NIM : TPG. 151699 Title : Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Untuk Meningkatkan
Akhlak Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi
This study discusses the Implementation of Aqidah Akhlak Learning to Improve Student Morals in Ibtidaiyah Sa'adataul Madrasah „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Danau Teluk Seberang District, Jambi City. The formulation of the problem in this study is how the implementation of Aqidah Akhlak Learning to improve students 'morals in Ibtidaiyah Sa'adatul' Ulya Madrasa Tanjung Raden Sub-District, Danau Teluk Seberang Subdistrict, Jambi City, what are the supporting and inhibiting factors in improving students 'morals in Sa'adatul Ibtidaiyah Madrasa' Ulya, Tanjung Raden Subdistrict, Danau Teluk Seberang Subdistrict, Jambi City, what efforts have been made by the teacher in improving students 'morals in the Madrasah Ibtidaiyah Sa'adatul' Ulya, Tanjung Raden, Danau Teluk Seberang Subdistrict, Jambi City. This study uses a qualitative approach, in an effort to provide answers to problems that have been described, because they use a descriptive analysis approach by using data collection techniques through observation, interviews and documentation. The results of the study show that the implementation of moral Aqidah learning has not been fully realized. Because there are still many students who have morals that seem to decline. Factors supporting the implementation of morality are two, namely internal and external factors. Internal factors such as potential or innate students, while external factors such as family environment, school environment and community environment. While the inhibiting factors are such as the absence of school counseling guidance teachers and the bad influence of various media. The existence of inhibiting factors, there must be a solution to overcome them, so that the process of improving morals in students will get good results. As for the solutions that can be done, among others, teachers better understand the character of each student, routinely hold student absences when going to dzuhur prayer in congregation and recitation, habituating activities that are moral in character, a teacher gives an example (exemplary) to students students, and participation from parents to see their progress and teach them while at home Keywords: Implementation, Aqidah Akhlak, Students
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
NOTA DINAS ............................................................................................ ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
ABSTRAK ................................................................................................. xiii
ABSTRACK .............................................................................................. xiv
DAFTAR ISI .............................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ....................................................................................... 10
1. Pengertian Pembelajaran ........................................................... 10
2. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ................................................ 11
3. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak ............................... 13
4. Pengertian Aqidah Akhlak ....................................................... 17
5. Pengertian Meningkatkan ......................................................... 18
6. Konsep Akhlak ......................................................................... 19
7. Proses Pembentukan Akhlak yang Baik .................................... 27
B. Studi Relevan ......................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ......................................... 33
B. Setting dan Subjek Penelitian ................................................ 33
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 37
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 38
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................... 40
G. Jadwal Penelitian ................................................................... 42
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ......................................................................... 43
B. Temuan Khusus dan Pembahasan ............................................ 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 67
B. Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian .......................................................................... 42
Tabel 2. Keadaan Tenaga Kependidikan dan Guru .................................... 47
Tabel 3. Data Siswa..................................................................................... 48
Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana ..................................................... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya ....... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Responden
Lampiran 3 : Dokumentasi
Lampiran 4 : Wawancara
Lampiran 5 : Kartu Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(UUSPN Nomor 3 Tahun 2003). Pendidikan juga mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pembangunan manusia seutuhnya. Oleh karena itu,
pendidikan sangat perlu di kembangkan dari berbagai cabang ilmu
pengetahuan, karena pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan
kecerdasan suatu bangsa.
Pendidikan berdasarkan asas pancasila memiliki tujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian agar dapat
membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. Namun, dalam penerapannya, masih banyak ketidak
sesuaian antara materi yang dipelajari, dengan praktek yang dilakukan. Masih
banyak siswa yang tidak menuruti tata tertib dalam pendidikan dan sering
melakukan kecerobohan yang diakibatkan oleh rasa ingin tahunya. Seperti
berkata kasar, mengejek teman, tidak hormat pada guru, dan sebagainya. Hal
seperti itulah tanpa disadari dapat membuat kemerosotan akhlak pada
generasi penerus bangsa, sehingga di haruskan penanganan yang sangat
intensif agar akhlak anak bangsa dapat terbentuk sesuai dengan norma-norma
yang telah di tetapkan. Dalam hal ini, terdapat tiga instansi yang sangat
berperan penting dalam meningkatkan akhlak peserta didik, yaitu pada
keluarga, instansi sekolah dan pada masyarakat.
Abuddin Nata (2003, hal. 206) dalam bukunya menyebutkan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kemerosotan akhlak pada
anak yaitu kurang efektifnya pembinaan akhlak yang dilakukan di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Pembinaan akhlak yang dilakukan oleh
ketiga instansi ini tidak berjalan menurut semestinya atau yang biasanya.
Contoh pembinaan di sekolah yaitu dengan cara sekolah di jadikan sebagai
lapangan sosial bagi anak, dimana pertumbuhan mental, akhlak dan sosial
serta segala aspek kepribadian anak dapat di arahkan dengan baik oleh guru.
Untuk menumbuhkan akhlak yang demikian itu, pendidikan Aqidah Akhlak
di sekolah harus di lakukan secara intensif agar ilmu dan amal dapat dipahami
dengan baik oleh anak didik di sekolah. Karena apabila pendidikan Aqidah
Akhlak di abaikan di sekolah, maka didikan Agama yang di terima di rumah
tidak akan berkembang, bahkan mungkin akan terhalang. Untuk mewujudkan
sekolah yang dapat menjadi lapangan sosial bagi anak, maka dibutuhkan
seorang guru yang profesional. Guru Profesional adalah guru yang
mengedepankan mutu dan kualitas layanan dan produknya, layanan guru
harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa, dan pengguna
serta memaksimalkan kemampuan siswa berdasar potensi dan kecakapan
yang dimiliki masing-masing individu (Yamin & Maisah, 2010, hal. 28).
Seorang guru dapat di katakan profesional apabila memiliki kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.ia bertaqwa kepada Allah Swt,
berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik (Taniredja dkk, 2015, hal. 73).
Apabila hal tersebut sudah terpenuhi, maka seorang guru dapat membimbing,
memahami dan membentuk karakter dan akhlak anak didik di sekolah.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada
pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
Demikianlah pula pasal 6 menjelaskan kedudukan guru dan dosen
sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. (UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen)
Tidak semua tugas mendidik dapat di laksanakan oleh orang tua,
terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sekolah merupakan
rumah kedua bagi anak, untuk mendapatkan hak berupa ilmu pengetahuan
dan pendidikan. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah
bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan
dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak didik ke sekolah, maka
terbentuklah suatu hubungan antara rumah dengan sekolah. Karena antara
kedua lingkungan tersebut terdapat obyek dan tujuan yang sama yakni
mendidik anak-anak. (Drajat, dkk, 2011, hal. 76). Penyelenggaraan
Pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2)
disebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berurut berakar pada masyarakat indonesia. (UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional)
Secara konseptual, dasar pendidikan nasional tersebut mengandung
nilai-nilai yang amat ideal dan luhur, dan secara konsensus seluruh bangsa
Indonesia menerimanya. Karena hakekat kedua dasar tersebut secara filosofis
merupakan bagian dari filsafat Islam, artinya seluruh kandungan isi dan
maknanya tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan tercerminkan
dalam ajaran Islam. Karena itu, kedua dasar tersebut harus di terjemahkan dan
di tafsirkan secara islami, dengan pola menginternalisasikan nilai-nilai Islami
ke dalam seluruh kandungan isi dan makna kedua dasar tersebut. Dengan
demikian setiap penyelenggaraan satuan pendidikan akan terisi oleh nilai-
nilai yang semakin identik dengan ajaran Islam. Pembinaan akhlak
selanjutnya dapat di analisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh
aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan sangat berkaitan erat
dengan mengerjakan serangkaian amal sholeh dan perbuatan terpuji. Iman
yang tidak di sertai dengan amal sholeh di nilai sebagai iman yang palsu.
Bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Firman Allah dalam Al-Qur‟an:
Diantara manusia ada yang mengatakan “ kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman. ( Q.S al-Baqarah :8)
Ayat diatas menunjukkan bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan
iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, melainkan iman yang
disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu
menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya
untuk berjuang dijalan Allah dan seterusnya.
Di dalam Al-qur‟an terdapat perilaku (akhlak) terpuji yang hendaknya
diaplikasikan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena akhlak
mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan, ketertiban
dalam kehidupan manusia, dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan
tiang berdirinya umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama Islam. Dengan
kata lain apabila rusak akhlak suatu kaum maka rusaklah bangsanya. Penyair
besar Syauqi pernah menulis:
Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlaknya
selagi mereka berakhlak/berbudi perangai utama, jika pada mereka
telah hilang akhlaknya, maka jatuhlah umat (bangsa) ini.
Syair di atas menjelaskan bahwa akhlak merupakan pondasi paling
penting didalam kehidupan, seperti sebuah bangunan yang memiliki tiang
penyangga. Dapat direnungkan apabila tiang penyangga tersebut runtuh,
maka akan runtuh pula seluruh bangunan yang disangganya. Hal ini
merupakan masalah besar yang harus ditangani secara serius. Oleh sebab itu,
hadirlah solusi dengan dikembangkannya pembelajaran aqidah akhlak, untuk
mempelajari segala bentuk akhlak terpuji yang harus di teladani didalam
kehidupan sehari-hari dan membuat generasi muda mengerti tentang bahaya
dari akhlak tercela, sehingga mereka dapat menghindarinya. Itulah salah satu
pentingnya pembelajaran aqidah akhlak dalam menuntun maju akhlak
generasi muda. Namun, dalam proses pembelajaran tersebut, siswa tidak
dapat mempelajarinya seorang diri, agar tidak terjadi kebingungan dan
simpang siur pemahaman.
Melalui pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, guru Aqidah Akhlak
merupakan salah satu elemen pendidikan yang sangat berperan penting. Guru
dalam pendidikan Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab
terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, juga
bertanggung jawab kepada Allah SWT. Jadi, tugas guru dalam pendidikan
Islam Madrasah Ibtidaiyah adalah membina dan mendidik anak didiknya
melalui pembelajaran Aqidah Akhlak yang dapat menanamkan nilai akhlak
anak didik dan dapat di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tugas
tersebut tidaklah mudah, karena mengandung unsur mutlak bagi guru. Akan
tetapi, keluarga dan masyarakat dapat mendukung dan bertanggung jawab
serta bekerjasama dalam mendidik anak, agar penanaman nilai-nilai akhlakul
karimah dapat di capai dengan baik. Namun pada kenyataannya, masih
banyak guru yang belum menggunakan segala kiat dan tehnik untuk
memanfaatkan berbagai potensi yang ada pada diri anak. Guru cenderung
menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah, hal ini akan membuat
siswa merasa bosan, tidak kreatif dan pasif yaitu hanya menerima dan
mendengarkan saja tanpa berfikir kritis.
Proses pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah kurang
memberikan arahan pada proses pemahaman, pencarian, penemuan dan
penerapan. Seorang guru harus dapat membekali siswa dengan kemampuan
yang maksimal. Atas dasar ini diperlukan metode pembelajaran yang sesuai
pada tiap bahasan, yang lebih penting lagi adalah agar dalam proses
pembelajaran, siswa dapat merasa asyik, tertarik, senang dan menikmatinya. Seorang guru diharapkan mampu menguasai metode-metode
pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif dikelas. Karena dengan
demikian diharapkan siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan
maksimal. Metode ceramah memang sangat penting, namun mestinya harus
diimbangi dengan metode yang lain agar pembelajaran lebih bermakna.
Disamping itu, guru juga harus dapat membuat siswa aktif dan kreatif melalui
aktivitas kerja kelompok agar siswa dapat berpikir keras dan kritis tentang
materi pelajaran.
Metode mengajar merupakan cara-cara yang digunakan oleh guru
untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa agar mencapai tujuan.
Apabila dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode yang tepat
maka akan lebih efektif dan efisien, keberhasilanpun akan dapat diraih oleh
guru dan juga siswanya. Karenanya guru harus dapat memilih dengan tepat
metode dam media apa yang harus digunakan dalam mengajar dengan
melihat tujuan belajar yang hendak dicapai, situasi, kondisi serta tingkat
perkembangan siswa. Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk
menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan
menjadi interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru,dalam
pembelajaran aqidah baik didalam kelas maupun diluar kelas.
Terkait dengan hal di atas, Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
Seberang Kota Jambi, sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berusaha
tetap konsisten dalam menjalankan tujuan pendidikan dan memperhatikan
tenaga pengajar atau pendidiknya, baik dari segi kualitas maupun dari segi
kuantitasnya. Namun di sisi lain, proses dimana pentingnya akhlak yang
dilakukan oleh guru tersebut, terutama oleh guru Aqidah Akhlak belum dapat
dikatakan maksimal, mengingat masih terdapat sebagian dari siswa di sekolah
tersebut yang etika nya masih jauh dari norma dan tujuan pendidikan Islam di
harapkan.
Hasil grandtour peneliti (07 Desember 2017) yang peneliti lakukan
terhadap pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „Ulya tersebut dengan mewawancarai ibu Rts. Husnawati selaku
guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah tersebut. Dalam proses
pembelajaran aqidah akhlak sudah berjalan dengan baik. Dalam mengajar,
guru sudah memiliki motivasi yang tinggi, dan siswapun menjadi antusisas
dan penuh semangat dalam proses kegiatan belajar mengajar. Guru tidak
mempraktekkan materi secara langsung, namun hasil akhir dapat dilihat dari
nilai rata-rata untuk ujian madrasah mata pelajaran Aqidah Akhlak, siswa
lulus dengan memenuhi KKM (Kriteria Kelulusan Minimal).
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengkaji tentang ilmu
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak, sehingga
peneliti mengangkat sebuah judul yaitu, “Pelaksanaan Pembelajaran
Aqidah Akhlak untuk Meningkatkan Akhlak Siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan
Danau Teluk Seberang Kota Jambi “
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang Pelaksanaan
Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk Meningkatkan Akhlak Siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan
Danau Teluk Seberang Kota Jambi pada kelas V. Adapun akhak yang
dimaksud disini adalah Akhlak terhadap guru dan teman sebaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk
meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
Kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota
Jambi?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan
akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan
Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
3. Apa upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Aqidah
Akhlak untuk meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau
Teluk Seberang Kota Jambi.
b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan
Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk meningkatkan akhlak siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden
kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
c. Ingin mengetahui upaya apa saja yang di lakukan oleh guru dalam
meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya Kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang
Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan secara lebih
mendalam bagi peneliti terutama pada bidang yang dikaji.
b. Sebagai pedoman bagi siswa dalam meningkatkan akhlak yang
baik disekolah.
c. Sebagai acuan atau pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran khususnya dimata pelajaran Aqidah Akhlak.
d. Sebagai sumbangan pemikiran peneliti bagi masyarakat, orang tua,
pembaca dan khususnya Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
Seberang Kota Jambi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah
Akhlak untuk meningkatkan akhlak pada siswa.
e. Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas TarbiyaH dan keguruan UIN STS Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003, hal. 21),
Pembelajaran berasal dari kata ajar yang artinya adalah proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan
pengertian pembelajaran menurut para ahli adalah
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut
Sanjaya (2011, hal.13-14) mendefinisikan pembelajaran merupakan suatu
sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek
yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat
dari sisi produ adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh
dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran
dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya.
Akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai
proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Lain halnya dengan
Sagala (2010, hal. 32) mendefinisikan bahwa pembelajaran merupakan
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama dengan adanya usaha.
2. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
a) Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang
mengajarkan tentang asas ajaran agama Islam dan juga mengajarkan
tentang berperilaku, sehingga peserta didik dapat mengenal,
memahami, menghayati dan mengimani Allah swt dan dapat
mengaplikasikan dalam bentuk perilaku yang baik dalam kehidupan.
Baik terhadap diri sendiri, keluarga, ataupun terhadap masyarakat.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari aqidah
dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik sebelumnya.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati dan mengimani Allah swt dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari. Mata pelajaran Aqidah Akhlak memberikan bimbingan
kepada peserta didik agar memahami, menghayati, meyakini
kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan utama mempelajari akhlak adalah agar
peserta didik memahami akhlak dengan benar. (Referensi makalah,
2013. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
https://www.referensimakalah.com/2013/05/materi-pelajaran-aqidah-
akhlak-pengantar.html)
Setelah mendapatkan pendidikan Aqidah Akhlak, peserta didik
diharapkan memahami istilah-istilah aqidah, prinsip-prinsip, aliran-
aliran dan metode peningkatan kualitas aqidah serta meningkatkan
kualitas keimanan melalui pemahaman dan penghayatan serta
penerapan perilaku bertauhid dalam kehidupan dari aspek tauhid.
Sedangkan dari aspek akhlak peserta didik diharapkan memahami
istilah istilah akhlak dan tasawuf, menerapkan metode peningkatan
kualitas akhlak serta membiasakan perilaku terpuji dan menghindari
perilaku tercela. (Asmaran. 2002. hal. 69)
b) Tujuan mempelajari Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan mempelajari mata pelajaran aqidah akhlak, dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian :
(1) Tujuan Umum
(2) Tujuan khusus
Adapun tujuan umum dari mempelajari mata pelajaran aqidah
akhlak adalah:
(a) Menjadi bekal siswa dalam mengenal Islam secara utuh
(b) Siswa memahami bahwa dirinya adalah hamba Allah yang
harus tunduk dan taat kepada perintah dan menjauhi
larangannya.
(c) Siswa mampu mengenal dan membedakan antara akhlak yang
baik dan buruk.
Adapun tujuan khusus dari mempelajari mata pelajaran aqidah
akhlak adalah:
(a) Siswa dapat menumbuh kembangkan aqidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah swt.
(b) Siswa menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, menjadi rajin beribadah dan menerapkan nilai-nilai
agama
(c) Dalam keseharian, siswa menjadi ahli ibadah yang berakhlak
mulia. (Mukaddimah, 2011. Tujuan mempelajari Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak.
https://guruaqidahakhlakmenulis.blogspot.com/2011/06/tujuan
-dan-kegunaan-mempelajari-mata.html)
c) Materi dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Materi yang diajarkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak
terdiri dari dua aspek, aspek yang pertama adalah aspek aqidah dan
aspek yang kedua adalah aspek akhlak. Aspek aqidah ditekankan pada
pemahaman dan pengamalan prinsisp-prinsip aqidah Islam, metode
peningkatan aqidah, wawasan tentang aliran-aliran tentang aqidah
Islam sebagai landasan dalam pengamalan iman yang inklusif dalam
kehidupan sehari-hari, akhlak terpuji dan akhlak tercela, pemahaman
tentang macam-macam tauhid seperti tauhid uluhiyyah, tauhid
rububiyyah, tauhid mulkiyah, dan lain-lain serta perbuatan syirik dan
implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, disamping berupa
pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari
akhlak tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga
mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.
(Asmaran, 2002, hal. 54)
3. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah akhlak untuk meningkatkan
akhlak siswa
Pelaksanaan Aqidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan Al- akhlakul karimah
dan adab islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari
keimanannya kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir,serta Qada dan Qadar. Dalam hal ini, guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaannya, dengan
mempertimbangkan sebagai berikut:
a. Mempersiapkan materi dengan matang.
b. Menggunakan media yang menarik dan memadai
c. Mempraktikkan berbagai model atau pendekatan pengajaran (Edu,
2017, hal. 161)
Langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran aqidah akhlak :
a. Untuk mengembangkan materi aqidah akhlak ini, maka kita perlu
mengetahui materi besarnya apa, selanjutnya apa bagian-bagiannya.
Atau biasa disebut juga dengan struktur materi. Misalnya kita belajar
tentang materi syukur, kita tahu bahwa itu adalah akhlak terpuji kepada
Allah, ghibah adalah akhlak tercela kepada sesam manusia. Dan lain
sebagainya.
b. Selanjutnya ada yang lebih penting yaitu peta konsep, yaitu gambaran
dari materi yang akan kita ajarkan itu secara menyeluruh, kemudian
dari gambaran itu dari mana kita akan memulainya. Misalnya kita ingin
mengajarkan tentang Iman kepada malaikat. Hal-hal apa saja yang
termasuk dalam iman kepada malaikat ini yang harus dibicarakan.
Misalnya : nama malaikat, tugas malaikat, mengapa harusa beriman
kepada malaikat, apa dampak positif jika kita beriman kepada malaikat,
bagaimana cara melakukan iman kepada malaikat dalam kehidupan
sehari-hari, apa argumentasi iman kepada malaikat dan seterusnya.
Demikian juga dengan materi-materi lainnya.
c. Selanjutnya mengenai hal lain yang berkaitan dengan pengembangan
materi, dalam hal ini bagimana mengembangkan materi inti melalui
pengembangan dengan menggunakan teori-teori lain, ataupun
mengembangkan materi sesuai dengan pengalaman kehidupan siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini biasanya disebut materinya harus
kontekstual. Pengembangan materi secara kontekstual adalah puspa
ragam. Sumber belajar bukan hanya buku paket tetapi dari mana saja
baik dari buku-buku, literature atau sumber kepustakaan lain baik
dalam rumpun mata pelajaran yang sama ataupun mata pelajaran lain
tetapi berhubungan, misalnya kita meminjam teori psikologi, sosiologi,
filsafat, kesehatan dan lain sebagainya untuk materi aqidah akhlak, jadi
sumbernya sangat luas. Karena dalam Islam sebenarnya Ilmu
Pengetahuan itu sebenarnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam
bahkan Islam menyuruh ummatnya untuk mempelajari semua hal yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan asal jangan sampai melupakan
kebesaran Allah. Ataupun menggunakan hal-hal atau materi yang biasa
ada dalam kehidupan anak atau siswa sehari hari. Dalam pembelajaran
aqidah akhlak ini pengembangan materi bisa dilihat secara tekstual
artinya mengembangkan materi pelajaran inti melalui literatur atau
sumber kepustakaan lain, dan pengembangan materi disesuaikan
dengan kehidupan sehari-hari siswa dan ini diistilahkan kontekstual.
d. Pengembangan materi dalam RPP ditulis dalam bagian materi, dan
dalam pelaksanaan pembelajaran nampak dalam penjelasan-penjelasan
guru dan cara menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa.(Ardiansyah.
2011.hal.9)
Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak dilakukan pada 3 tahap, yaitu :
1) Tahap pendahuluan
Tahap pendahuluan adalah tahap yang ditempuh guru pada saat ia
memulai pembelajaran. Menurut Abimanyu, membuka pelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi atau suasana
siap mental dan menimbulkan perhatian peserta didik terfokus pada hal-
hal yang akan dipelajari. (Rusman,2010. Hal.81). Membuka pelajaran
merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mengkondisikan peserta didik agar perhatian dan
motivasinya tumbuh sehingga baik secara fisik maupun psikis memiliki
kesiapan untuk melakukan kegiatan pembelajaran, dengan begitu perhatian
peserta didik akan terpusat pada apa yang dipelajarinya.
Beberapa kegiatan yang dilakukan guru pada tahap pendahuluan
adalah:
a) Memberikan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali materi pelajaran
yang telah dipelajari sehingga dapat membangkitkan semangat belajar
siswa terhadap materi yang akan dipelajari,
b) Memberikan ilustrasi, yakni memberikan gambaran dalam bentuk
visualisasi tentang materi yang akan dipelajari dengan menggunakan
gambar pada kertas, tranfaransi atau menggunakan displai dengan
teknologi multimedia,
c) Menyampaikan kasus, yaitu memulai pembelajaran dengan
mengemukakan kasus riil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
yang terkait dengan materi yang akan dipelajari
d) Memberikan pretes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal
siswa sebagai dasar pemberian pembelajaran secara lebih tepat.
Menurut Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa yang
dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan adalah :
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran.
b) Melakukan apersepsi, yaitu mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari.
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
dengan silabus dan RPP.
2) Tahap inti
Tahap inti adalah tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan strategi yang telah ditentukan. Kegiatan ini mencakup:
a) Kegiatan eksplorasi
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan untuk menunjukkan atau
memperkenalkan materi atau keterampilan baru kepada siswa.
b) Kegiatan konsolidasi
Kegiatan konsolidasi adalah kegiatan menafsirkan dan memahami
materi pembelajaran dan melibatkan mereka secara aktif, dalam
penerapannya, misalnya dalam bentuk pemecahan masalah.
3) Tahap penutup
Tahap penutup adalah tahapan mengakhiri kegiatan pebelajaran. Pada
tahap ini dapat dilakukan :
a) Kegiatan penilaian
Kegiatan penilaian bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
belajar siswa.
b) Pemberian tugas atau penyampaian informasi tentang tema yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya. (Rofiah, 2016. Hal.67 )
4. Pengertian Aqidah Akhlak
Menurut bahasa, kata Aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu
(‘aqada-ya’qidu-‘aqdan) artinya adalah mengikat atau mengadakan
perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus di benarkan oleh hati dan di terima dengan rasa puas serta terhujam
kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat di goncangkan oleh badai subhat
(keragu-raguan). Dalam definisi yang lain di sebutkan bahwa Aqidah
adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat
jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih
dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat di rumuskan bahwa Aqidah adalah dasar-dasar pokok
kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari
ajaran islam yang wajib di pegangi oleh setiap muslim sebagai sumber
keyakinan yang mengikat.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu
Khalaqa jamaknya akhlaq yang artinya tingkah laku, perangai tabi‟at,
watak, moral atau budi pekerti (Nata, 2013, hal 1). Dalam Kamus Besar
bahasa Indonesia (2003, hal.23), akhlak dapat di artikan budi pekerti,
kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri
seseorang dan secara spontan di wujudkan dalam tingkah laku atau
perbuatan. Jadi tindakan spontan itu baik menurut panndangan akal dan
agama , maka di sebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah atau
akhlakul mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa
perbuatan-perbuatan yang jelek, maka di sebut akhlak tercela atau akhlakul
madzmumah.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Aqidah
Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan anak didik
untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah Swt dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan Al-qur‟an dan Hadist melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan serta pengalaman.
5. Konsep Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Ditinjau dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa
Arab) adalah bentuk jamak dari kata Khulk. Khulk didalam kamus Al-
Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.
Didalam Da’iratul Ma’arif dikatakan : “Akhlak adalah sifat-sifat
manusia yang terdidik”
Sebagaimana pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak
ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan
baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang
tercela sesuai dengan pembinaanya. (Asmaran, 2002, hal. 1)
Akhlak secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata khalaqa,
yang kata asalnya khuluqon, yang berarti: perangai, tabiat, adat atau
khalqun yang berarti kejadian, bantuan, ciptaan, jadi secaca etimologi
akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang
dibuat. Kareanaya akhlak secara kebahasan bisa baik atu buruk
tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya,meskipun
secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung
konotasi baik, jadi orang yang berakhalak berarti orang yang
berakhlak baik.(Ahmadi dan Salimi, 2008, hal 198). Sedangkan
menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1). Ibnu maskawih
Bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran (lebih dulu) (Hawi, 2014, hal. 99)
2). Abu Bakar Jabir Al-Jaziri
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri
manusia yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan
tercela dengan cara yang disengaja. (Mahjuddin, 2011, hal. 4)
Berdasarkan definisi akhlak di atas tampak bahwa tidak ada
yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan dan saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan
lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu:
a) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya
b) Perbuatan akhak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan
sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar,
hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan
melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan
sadar. Namun karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging,
sebagaimana disebutkan pada sifat yang pertama, maka pada saat
akan mengerjakannya sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan
atau pemikiran lagi.
c) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas
dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. Oleh
karena itu jika ada seseorang yang melakukan suatu perbuatan,
tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan, atau
ancaman dari luar, maka perbuatan tesebut tidak termasuk
kedalam akhlak dari orang yang melakukannya.
d) Perbuatan Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
e) Sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya
akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau
karena ingin mendapat suatu pujian. (Nata, 2003, hal. 4-6)
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan
rohani. Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberi konsumsi
makanan yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak
halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Perbuatan
merusak ini termasuk berakhlak buruk. Oleh karena itu islam mengatur
makan dan minum tidak berlebih-lebihan. (Makbuloh, 2013, hal. 147)
Akal kita juga perlu dijaga dan dipelihara agar tidak tertutup oleh
pikiran kotor, jiwa harus disucikan agar menjadi orang yang
beruntung.(Makbuloh, 2013, hal. 147)
Perhatiakan QS. Asy-Syams : 9-10
” sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh
rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 9-10)
Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan
keturunannya. Kita harus berbuat baik kepada orang tua dan berbakti.
(Ahmadi & Salimi, 2004, hal. 208)
Islam mengajarkan agar sesorang tidak boleh memasuki rumah
orang lain sebelum minta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
Jika tidak ada orangnnya, maka janganlah masuk.(Makbuloh, 2004, hal.
151)
Seperti dijelaskan dalam QS. An-Nuur: 27-28 :
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu
(selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka
janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika
dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu
kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS. An-Nuur : 27-28).
Berdasarkan ajaran yang luhur ini, mempunyai dampak yang
mendalam untuk tata kehidupan manusia. Akhlak islami ini, jika
diaplikasikan, tidak mungkin ada pencurian. Bukankah pencurian
merupakan perbuatan yang paling meresahkan dan merusak tali
kemanusiaan. Dalam berbisnis juga harus berakhlak, jangan curang
dalam takaran jual beli (Makbuloh, 2004, hal. 152)
Dari beberapa definisi tentang akhlak diatas, dapat penulis
simpulkan bahwa akhlak adalah suatu perangai atau tingkah laku
manusia dalam pergaulan sehari-hari. Perbuatan-perbuatan tersebut
timbul dengan mudah tanpa direncanakan terlebih dahulu karena sudah
menjadi kebiasaan. Apabila dari perangai tersebut timbul perbuatan-
perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal sehat dan syari‟at, maka ia
disebut sebgai akhlak yang baik, sebaliknya, apabila yang timbul dari
perangai itu perbuatan-perbuatan yang buruk maka ia disebut sebagai
akhlak yang buruk.
b. Sumber Akhlak
Akhlak merupakan cerminan diri pada umat islam yang tentu saja
mempunyai dasar. Dan dasar inilah yang harus dihayati dan diamalkan
agar tercipta akhlak yang mulia. M. Ali Hasan dalam buku Akmal Hawi
mengemukakan bahwa yang menjadi dasar sifat seseorang itu baik atau
buruk adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Apa yang baik menurut Al-Qur‟an
dan Sunnah, itulah yang baik untuk dikerjakan dalam kehidupan sehari-
hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut menurut Al-Qur‟an dan
Sunnah, berarti itu tidak baik dan harus dijauhi. (Hawi, 2014, hal. 100)
Firman Allah Swt. dalam dalam surah A-Ahzab ayat 21
menyatakan:
“ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu” ( QS. Al-Ahzab : 21)
Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR.
Al-Bukhari, Abu Dawud dan Hakim)”
Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-
sahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah
dalam kesehariannya. Beliau bersabda :
“ Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda, telah
ku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu
berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab
Allah dan sunnah Rasul-Nya.“ (HR. Hakim)
Dengan demikian, sumber akhlak Islam adalah Al-Qur‟an dan al-
sunnah. Maka segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela,
benar atau salah, didasarkan pada penilaian Al-Qur‟an dan al-Sunnah.
Menurut Al-Maududi dan Al-Ghazali, disamping Al-qur‟an dan al-sunnah
sebagai sumber pokok akhlak, dikenal pula sumber tambahan (pelengkap)
yaitu akal, pengalaman, dan intuisi, dengan syarat produk sumber tambahan
(pelengkap) tadi tidak bertentangan dengan sumber pokok. (Supadie dkk,
2012, hal. 223)
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada diri
Nabi Muhammad Saw. terdapat contoh yang paling tepat untuk dijadikan
keteladanan dalam membentuk pribadi yang berakhlak mulia karena Nabi
selalu memedomani Al-Qur‟an. Dengan demikian, segala bentuk perilaku
manusia yang menyatakan dirinya muslim hendaklah dapat merealisasikan
kedua sumber tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tujuan Akhlak
M. Ali Hasan dalam buku akmal hawi menjelaskan bahwa tujuan
pokok akhlak adalah “ agar setiap manusia berbudi pekerti (berakhlak),
bertingkah laku, berperangai, atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai
dengan ajaran islam. (Hawi, 2014, hal. 100-101)
Berdasarkan pendapat diatas diketahui bahwa tujuan daripada Akhlak
adalah agar setiap manusia dapat bertingkah laku dan bersifat baik serta
terpuji. akhlak yang mulia terlihat dalam penampilan sikap pengabdiannya
kepada Allah Swt. dan kepada lingkungannya baik kepada sesama manusia
maupun terhadap alam sekitarnya. Dengan akhlak yang mulia manusia akan
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
d. Macam-macam Akhlak
Dalam berbagai literatur tentang Ilmu Akhlak Islami, dijumpai uraian
tentang akhlak yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu akhlak yang baik (akhlak mahmudah) dan akhlak yang buruk (akhlak
madzmumah). Secara etimologi, akhlak mahmudah adalah akhlak yang
terpuji. Adapun pengertian akhlak mahmudah secara terminologi menurut
Al Ghazali merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah Swt,
sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban
individual setiap muslim. (Amin, 2016, hal. 180)
Sedangkan akhlak madzmumah secara etimologi berasal dari bahasa
Arab yang artinya tercela. Oleh karena itu, akhlak madzmumah artinya
akhlak tercela. Semua bentuk perbuatan yang bertentangan dengan akhlak
terpuji, disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang
tercela yang dapat merusak keimanan seseorang, dan menjatuhkan
martabatnya sebagai manusia (Amin, 2016, hal. 232)
Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam
itu sendiri, yaitu pola hubungan manusia dengan Allah (khaliq) dan
hubungan dengan sesama makhluk (baik manusia maupun bukan manusia).
Sehingga apabila di perinci sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Allah sang Khaliq.
2) Akhlak terhadap makhluk, terbagi dua:
(1) Akhlak terhadap manusia, dapat dibagi lagi menjadi: Akhlak
terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain atau sesama
manusia (Rasulullah, keluarga, teman, tetangga, masyarakat).
(2) Akhlak terhadap bukan manusia, yaitu: alam/lingkungan (hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar).
Sehubungan dengan hal diatas, penelitian ini hanya memfokuskan
pembahasan mengenai akhlak yang berhubungan dengan guru dan teman
sebaya, yakni :
1) Akhlak kepada guru, kyai atau ustadz
Ada beberapa akhlak yang karimah yang harus dimiliki seorang siswa
kaitannya dengan hubungan dengan guru atau ustadz, antara lain adalah :
(Findy, 2012, hal. 55)
b) Duduk di depannya dengan penuh sopan santun.
c) Berbicara dengan sopan.
d) Ketika beliau berbicara, jangan memotong pembicaraannya, tetapi
tunggulah sampai selesai bicara.
e) Dengarkan dan perhatikanlah apa yang disampaikan dalam materi
pelajaran.
f) Jika tidak paham, bertanyalah dengan sopan dan halus. Dengan
mengangkat tangan terlebih dahulu, sampai di izinkan untuk bertanya.
g) Jika ditanya, maka berdirilah dan jawab pertanyaannya dengan baik.
h) Jangan menjawab pertanyaan yang diajukan kepada orang lain, karena
itu tidak beradab.
Di dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim dijelaskan bahwa seorang siswa harus
menghormati guru dengan cara : hendaknya seorang siswa tidak berjalan
didepannya, tidak duduk ditempatnya, dan tidak memulai bicara padanya kecuali
dengan izinnya, hendaknya tidak banyak bicara dihadapan guru, tidak bertanya
sesuatu bila guru sedang capek atau bosan, harus menjaga waktu, jangan
mengetuk pintunya, tapi sebaliknya menunggu sampai beliau keluar.
Dengan demikian, seorang siswa atau santri harus mencari kerelaan hati
guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka, mematuhi perintahnya
asal tidak bertentangan dengan agama, karena tidak boleh taat pada makhluk yang
untuk bermaksiat kepada Allah, dan seorang siswa tidak boleh menyakiti hati
gurunya, karena apabila guru tersebut tersakiti hatinya, ilmunya yang dipelajari
siswa tersebut tidak akan berkah (Aljufri, 2009, hal. 29-30).
2) Akhlak terhadap teman
Seorang siswa yang belajar bersama teman-teman di sekolah, seperti
hidup bersama saudara-saudara di rumah. Oleh karena itu seorang siswa
hendaknya : (Findy, 2012, hal. 58)
a) Menyayangi teman seperti menyayangi saudara sendiri,
b) Menghormati teman yang lebih tua, dan menyayangi teman yang lebih
muda,
c) Saling membantu ketika belajar bersama, dalam memperhatikan
keterangan guru, dan dalam menjaga peraturan,
d) Bermain bersama di waktu istirahat, bukan waktu belajar di dalam
kelas,
e) Tidak saling menyakiti, bertengkar, mengganggu, dan tidak bermain
yang tidak pantas.
f) Berbicara dengan halus dan senyum ketika berbicara dengan teman,
tidak boleh mengeraskan suara dan jangan memasang wajah cemberut,
g) Hindarilah marah, hasud, bicara kotor, bohong, ingkar, dan adu domba
terhadap teman.
Setiap orang harus memiliki sifat-sifat di atas, agar mereka benar-benar
menjadi generasi yang unggul, baik dalam kecerdasan maupun keimanan. Bagi
setiap orang yang memiliki sifat jujur, iffah, sabar, pemaaf, dan amanah, maka
akan selalu terjaga dalam kemurniannya dan akan selalu tercerminkan akhlak
mulia dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak pribadi orang harus dibenahi dengan
baik sejak awal agar dalam menghadapi masa depan lebih siap untuk menjadi
manusia yang unggul dan menjadi pemimpin yang bermoral, jauh dari hal-hal
yang tidak diinginkan. Dengan demikian, maka akan terciptalah suatu Negara
yang maju, damai, dan sejahtera.
4. Pengertian Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, siswa adalah orang, anak yang
sedang berguru (belajar, bersekolah, pelajar pada akademi atau perguruan
tinggi). Sedangkan menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 4 menjelaskan, siswa adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri mereka melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah
status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan dunia
pendidikan yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual untuk menjadi
generasi penerus bangsa dengan cara bersekolah untuk mengembangkan
potensi yang ada pada diri mereka.
5. Proses Pembelajaran dalam pembentukan akhlak yang baik
Akhlak tidak cukup hanya dipelajari, tanpa ada upaya untuk
membentuk pribadi yang ber-akhlak al-karimah. Dalam konteks akhlak,
perilaku seseorang akan menjadi baik jika di usahakan pembentukannya.
Usaha tersebut dapat ditempuh dengan belajar dan berlatih melakukan
perilaku akhlak yang mulia. Untuk proses pembentukan akhlak pada diri
seseorang, di samping diperlukan pemahaman yang benar tentang mana yang
baik dan mana yang buruk (ilmu), untuk membentuk akhlak seseorang
diperlukan proses dan langkah-langkah tertentu. Berikut ini proses
pembentukan akhlak pada diri seseorang (Amin, 2016, hal 27):
a. Qudwah atau Uswah (Keteladanan)
Orangtua dan guru yang biasa memberikan keteladanan perilaku baik,
biasanya akan ditiru oleh anak-anak dan siswanya. Hal ini berperan besar
dalam mengembangkan pola perilaku mereka. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika Imam Al-Ghazali pernah mengibaratkan bahwa orangtua
itu seperti cermin bagi anak-anaknya. Artinya, perilaku orangtua biasanya
akan ditiru oleh anak-anaknya. Ihwal itu tidak terlepas dari kecenderungan
anak-anak yang suka meniru (hubbu at-taqlid).
Keteladanan orangtua sangat penting bagi pendidikan moral anak.
Bahkan hal itu jauh lebih bermakna, dari sekedar nasihat secara lisan
(indoktrinasi). Jangan berharap anak akan bersifat sabar, jika orangtua
memberi contoh sikap yang selalu marah-marah. Merupakan suatu yang
sia-sia, ketika orangtua mendambakan anaknya berlaku sopan dan bertutur
kata lembut, namun dirinya sendiri sering berkata kasar dan kotor.
Keteladanan yang baik merupakan kiat yang mujarab dalam
mengembangkan perilaku moral bagi anak.
b. Ta’lim (Pengajaran)
Dengan mengajarkan perilaku keteladanan, akan terbentuk pribadi
yang baik. Dalam mengajarkan hal-hal yang baik, kita tidak perlu
menggunakan kekuasaan dan kekerasan. Sebab cara tersebut cenderung
mengembangkan moralitas yang eksternal. Artinya, dengan cara tersebut,
anak hanya akan berbuat baik karena takut hukuman orangtua atau guru.
Pengembngan moral yang dibangun atas dasar rasa takut, cenderung
membuat anak menjadi kurang kreatif. Bahkan ia juga menjadi kurang
inovatif dalam berpikir dan bertindak, sebab ia selalu dibayangi rasa takut
dihukum dan dimarahi orangtua atau gurunya.
Anak sebaiknya jangan dibiarkan takut kepada orangtua atau guru,
melainkan ditanamkan sikap hormat dan segan. Sebab jika hanya karena
rasa takut, anak cenderung berperilaku baik ketika ada orangtua atau
gurunya. Namun, ketika anak luput dari perhatian orangtua atau gurunya,
ia akan berani melakukan penyimpangan. Menjadi wajar jika ada anak
yang ketika di rumah atau di sekolah tampak baik-baik saja, penurut dan
sopan, namun ketika di luar, ia berbuat nakal dan berperilaku
menyimpang. Misalnya mencuri, menggunakan obat-obatan terlarang, atau
melakukan tindak kriminal lainnya.
c. Ta’wid (Pembiasaan)
Pembiasaan perlu ditanamkan dalam membentuk pribadi yang
berakhlak. Sebagai contoh, sejak kecil, anak dibiasakan membaca
basmalah sebelum makan, makan dengan tangan kanan, bertutur kata baik,
dan sifat-sifat terpuji lainnya. Jika hal itu dibiasakan sejak dini, kelak ia
akan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia ketika dewasa.
d. Targhib atau Reward (Pemberian Hadiah)
Memberikan motivasi, baik berupa pujian atau hadiah tertentu, akan
menjadi salah satu latihan positif dalam proses pembentukan akhlak. Cara
ini akan sangat ampuh, terutama ketika anak masih kecil. Secara
psikologis, seseorang memerlukan motivasi atau dorongan ketika hendak
melakukan sesuatu. Motivasi itu pada awalnya mungkin masih bersifat
material. Akan tetapi, kelak akan meningkat menjadi motivasi yang lebih
bersifat spiritual. Misalnya, ketika masih anak-anak, kita mengerjakan
shalat jamaah hanya karena ingin mendapatkan hadiah dari orangtua. Akan
tetapi, kebiasaan tersebut lambat laun akan mengantarkan pada kesadaran,
bahwa kita beribadah karena kebutuhan untuk mendapatkan ridha dari
Allah Swt.
e. Tarhib atau Punishment (Pemberian Ancaman atau Hukuman)
Dalam proses pembentukan akhlak, terkadang diperlukan ancaman
agar anak tidak bersikap sembrono. Dengan demikian, anak akan enggan
ketika akan melanggar norma tertentu. Terlebih jika sanksi tersebut cukup
berat. Pendidik atau orangtua terkadang juga perlu memaksa dalam dalam
hal kebaikan. Sebab terpaksa berbuat baik itu lebih baik, daripada berbuat
maksiat dengan penuh kesadaran.
Jika penanaman nilai-nilai akhlak mulia telah dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari, kebiasaan tersebut akan menjadi sesuatu yang
ringan. Dengan demikian, ajaran-ajaran akhlak mulia akan diamalkan
dengan baik oleh umat Islam. Setidaknya perilaku tercela (akhlak
madzmumah) akan dapat diminimalkan dalam kehidupan. Inilah inti dari
ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi, dengan sabdanya, “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.”
B. Studi Relevan
Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam
Meningkatkan Akhlak anak didik di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
adalah hasil dari pemikiran peneliti langsung dengan cara melakukan
penelitian langsung ke lapangan. Setelah itu, barulah peneliti mendapatkan
suatu masalah dan kemudian peneliti jadikan sebuah skripsi. Berbagai temuan
yang ada di lapangan peneliti dapatkan dengan sumber yang bermacam-
macam. Studi yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Fitrotud Diniyah Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang (2013) yang berjudul Implementasi Pembinaan Akhlak
Siswa Di MI Muhammadiyah 1 Pare Full Day School menyimpulkan bahwa
upaya madrasah dalam pembinaan akhlak siswa antara lain melalui kegiatan
pegembangan diri yaitu berupa bimbingan konseling dan kegiatan ekstra
kurikuler, program pembiasaan, keteladanan, pemberian reward dan
punishment, character based approach, mengajarkan kepada siswa tentang
akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada alam,
sedangkan bentuk kegiatannya diterapkan agar siswa mengerti bagaimana
siswa bisa memposisikan dirinya dengan berakhlak kepada Allah, dengan
sesama manusia dan terhadap alam sekitar. Persamaan dalam penelitian
tersebut adalah terletak pada pengembangan Akhlak, sedangkan perbedaan
pada penelitian tersebut adalah pada pembahasannya yang membahas tentang
implementasi bentuk-bentuk kegiatan yang diterapkan dalam membina akhlak
siswa dengan sistem Full Day School.
Penelitian yang dilakukan oleh Syaepul Manan (2017) yang berjudul
Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan
menyimpulkan bahwa pembinaan akhlak dapat dilakukan melalui materi
kedisiplinan dan keagamaan. Dalam pelaksanaan pembinaan akhlak mulia di
MTs Al Inayah menggunakan dua metode, keteladanan dan pembiasaan.
Adapun bentuk keteladanan yang ditunjukkan oleh guru-guru di MTs Al
Inayah meliputi disiplin waktu, disiplin menegakkan aturan, disiplin dalam
bersikap, disiplin dalam beribadah. Sedangkan untuk pembiasaan-pembiasan
yang dilaksanakan di MTs Al Inayah meliputi Pembiasaan mengucapkan
salam kepada guru ketika bertemu, pembiasaan membaca asmaul husna
sebelum pembelajaran, pembiasaan tadarus Al-Qur`ān sebelum pembelajaran,
pembiasaan şalat ḍ uḥ a berjamaah, Pembiasaan Tausyiah Ḍuḥ a, pembiasaan
berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, Pembiasaan Muḥ aḍ araħ di hari
senin, pembiasaan hidup bersih melalui lomba kebersihan kelas, dan
eksrakurikuler kesenian dan keagamaan. Persamaan yang terdapat dalam
jurnal ini adalah adanya sebuah pembinaan akhlak mulia, sedangkan
perbedaaannya adalah pada jurnal tersebut hanya mengarah pembahasan pada
keteladanan dan pembiasaan saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Selly Sylviyanah (2012) yang berjudul
Pembinaan Akhlak Mulia pada Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pembinaan akhlak mulia pada SDIT Nur Al-Rahman dilakukan
dengan menggunakan tiga metode yaitu pembiasaan, keteladanan, serta
pemberian pahala dan sanksi. Orangtua peserta didik pun ikut bekerja sama
dengan pihak sekolah dalam pembinaan akhlak anaknya. Hasil dari
pembinaan akhlak mulia adalah terbentuknya akhlak mulia peserta didik. Hal
ini dapat terlihat pada keseharian peserta didik di sekolah. Persamaan yang
terdapat dalam jurnal ini adalah mengacu pada pembinaan akhlak mulia.
Sedangkan perbedaannya dalam jurnal ini adalah tidak mencantumkan mata
pelajaran, hanya berfokus pada pembinaan akhlaknya saja.
Berbeda dengan skripsi yang di buat dalam skripsi ini. Perbedaan
skripsi yang peneliti buat ini di bandingkan dengan penelitian yang pernah di
buat sebelumnya oleh orang lain adalah, skripsi ini lebih fokus dengan
penekanan pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak untuk meningkatkan
akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung
Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi. Jadi peneliti hanya
membahas tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di madrasah
tersebut seperti apa, faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dan
bagaimana solusinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang telah di bentangkan karena
sifatnya menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain,
penelitian ini berupaya menggambarkan dan menguraikan suatu keadaan yang
sedang berlangsung berdasarkan fakta dan informasi yang di peroleh dari
lapangan, kemudian di analisis berdasarkan tema yang satu dengan yang lainnya
sebagai upaya untuk memberikan solusi tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Aqidah Akhlak untuk Meningkatkan Akhlak Siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi,
karena permasalahan yang di ajukan dalam latar belakang masalah relevan
dengan keadaan di lapangan. Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan
lebih mengarah kepada keagamaan. Itulah sebabnya, apabila sistem
pendidikan di dalam instansi tersebut baik, maka lahirlah siswa yang
memiliki kepribadian yang baik, begitu pula sebaliknya.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian, tidak di kenal konsep “keterwakilan” contoh atau
sample dalam rangka generalisasi yang berlaku pada populasi. Subjek
yang di teliti adalah 1 orang guru Aqidah Akhlak sebagai Key informan,
Kepala Sekolah dan majelis guru yang berjumlah 11 orang sebagai
informan tambahan, serta siswa kelas V yang berjumlah 17 orang yang
terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Teknik
analisisnya adalah dengan menggunakan Purposive Sampling yaitu
tekhnik pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu. (Sugiono,
2008, hal. 54)
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Data Primer
Data Primer adalah data yang di ambil langsung dari peneliti
kepada sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar, 2010, hal. 86)
yakni data yang di peroleh secara langsung melalui wawancara dan
pengamatan (observasi) kepada para responden yaitu para guru di
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya kelurahan Tanjung Raden
kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
Wujud data primer pada penelitian ini adalah :
1) Perhatian guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan akhlak siswa
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya kelurahan Tanjung Raden
kecamatan Danau Seberang Teluk Kota Jambi.
2) Kendala yang di hadapi sekolah dalam meningkatkan akhlak
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya kelurahan Tanjung
Raden kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.
3) Upaya yang di lakukan pihak sekolah dalam meningkatkan akhlak
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya kelurahan Tanjung
Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari Biro Statistik, Majalah,
Koran, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. (Mukhtar,
2010, hal. 91). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
di ambil mengenai gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang
Kota Jambi, seperti :
1) Keadaan Geografis dan Historis Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi.
2) Struktur organisasi Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang
Kota Jambi.
3) Keadaan tenaga pengajar, siswa dan tenaga Administrasi
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya kelurahan Tanjung Raden
kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
4) Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi.
2. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Sumber data berupa manusia, yakni Kepala Sekolah, Para Pendidik
(bapak dan ibu guru), serta Siswa kelas V.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi proses belajar mengajar
dan suasana kehidupan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang
Kota Jambi.
c. Sumber data berupa dokumentasi, yakni foto-foto kegiatan, arsip
dokumentasi resmi yang berhubungan dengan keberadaan sekolah,
baik jumlah siswa, maupun sistem pembelajaran di sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lakukan oleh peneliti untuk memperoleh data serta
informasi yang akurat. Peneliti menggunakan metode yang cocok dan di sertai
dengan jenis data yang di ambil, dalam pelaksanaannya peneliti mengambil data
yang ada kaitannya dengan sampel yang telah di tentukan. Adapun metode yang
di gunakan adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi di artikan sebagai pengamatan terhadap suatu objek
yang di teliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh
data yang harus di kumpulkan dalam penelitian (Satori dan Komariah, 2012,
hal. 105). Observasi di lakukan dalam membantu peneliti untuk memperoleh
data. Panduan tersebut di kembangkan dan di perbaharui selama peneliti berada
di lokasi penelitian. Metode observasi yang peneliti gunakan yaitu metode
observasi paartisipan, yang mana peneliti melibatkan diri secara langsung
dalam lingkungan penelitian mengenai Pelaksanaan Aqidah Akhlak untuk
meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya kelurahan
Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam
proses ini, hasil wawancara di tentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi
dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara,
responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi
wawancara (Singarimbun dan Effendi, 2006, hal. 192). Metode ini di gunakan
untuk memperoleh data melalui wawancara langsung secara terpimpin antara
peneliti dengan orang yang memberi informasi yang menggunakan daftar
wawancara. Wawancara ini di pakai untuk lebih mendalami data yang di
peroleh dari observasi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan kejadian yang sudah lampau, yang dinyatakan
dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk (Satori dan Komariah, 2012, hal.
148). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data catatan dan surat-
surat dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian tersebut.
Data tersebut antara lain:
a. Historis dan geografis
b. Struktur organisasi sekolah
c. Keadaan guru dan siswa
d. Keadaan akhlak
e. Tata tertib sekolah
E. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, maka peneliti menggunakan analisis data
kualitatif. Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman (2014:
hal. 91), adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan
pada waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai
sejak peneliti memfokuskan wilayah penelitian. Dalam hal ini, data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber sangat banyak, oleh sebab itu, setiap
data harus dikelompokkan dan difokuskan. Seperti contoh, dalam
wawancara dari beberapa informan, akan menghasilkan data-data yang
sangat banyak, dan reduksi data sangat dibutuhkan untuk
menyederhanakan data-data yang banyak tersebut menjadi sebuah data
yang padat dan jelas sebagai bahan penelitian.
2. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai
jenis, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel. Pada langkah
analisis ini, data yang sudah terkumpulkan tersebut, akan di sajikan
dalam bentuk kalimat-kalimat atau tulisan untuk menerangkan data yang
diperoleh. Seperti contoh beberapa informan menjelaskan mengenai
karakteristik anak pada saat wawancara dengan peneliti, kemudian
karakteristik yang disebutkan oleh informan tadi, dijelaskan kembali
dalam bentuk kalimat-kalimat atau tulisan.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data, yaitu dalam pengumpulan
data, peneliti harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti
langsung di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab
akibat. Pada langkah ini, seluruh data yang sudah disajikan, akan diambil
garis besarnya saja untuk dibuat sebuah kesimpulan, yang mencakup
seluruh informasi-informasi penting saja. Informasi penting yang
dimaksud disini salah satunya adalah solusi atas permasalahan yang
terkait dengan penelitian. Dalam hal ini, solusi apa yang harus
dilaksanakan untuk meningkatkan akhlak siswa di madrasah ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Trianggulasi Data
Trianggulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu (Moleong, 2004, hal. 330). Jadi
dalam hal ini mengecek sumber data yang di peroleh di lapangan berkenaan
dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan trianggulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan
atau informasi yang di peroleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Hal ini dapat di capai dengan jalan :
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b) Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan
apa yang di katakannya secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang di katakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang di katakan sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, maupun
pemerintahan.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. (Moleong, 2004, hal. 330-331)
Trianggulasi dengan metode menurut Meleong adalah : pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
tekhnik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Trianggulasi dengan
penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan melalui derajat kepercayaan data atau dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya.
Sedangkan trianggulasi dengan teori dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu
secara induktif dan secara logika. (Moleong, 2004, hal. 331-332)
Berdasarkan tekhnik trianggulasi di atas, maka peneliti bermaksud
untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang di peroleh di
lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak untuk
meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya
kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
dari sumber observasi, wawancara maupun melalui dokumentasi, sehingga
dapat di pertanggung jawabkan keseluruh data yang di peroleh di lapangan
dalam penelitian.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama 10 (sepuluh) bulan, mulai dari bulan
September 2018 sampai pada bulan Juni 2019.
Tabel I Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan Sept Okt Nov Des Jan Mar Jun
1. Mengajukan judul x
2. Mengajukan
dosen pembimbing
x
3.
Menyusun atau menulis konsep
proposal
x x
4. Konsultasi
dengan dosen pembimbing
x x x x
5. Seminar proposal x
6. Izin atau perintah riset x x
7. Pelaksanaan riset x x x
8. Penulisan konsep skripsi x x
9. Konsultasi
dengan dosen pembimbing
x x x x
10. Penggandaan skripsi x
11. Munaqasah dan perbaikan x x
12.
Penggandaan skripsi dan
penyampaian skripsi kepada
tim penguji dan fakultas
x x
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Historis dan Geografis
Gagasan untuk mendirikan madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
Tanjung Raden Jambi berawal dari tiga orang ulama terkemuka Tanjung
Raden, yaitu: Raden Abdullah Yasin, Kemas H. Buhari dan R. H. Usman
Yasin. Ketiga ulama tersebut bekerja sama dengan tokoh masyarakat
Tanjung Raden untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan islam yang
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman dengan tidak
meninggalkan ajaran pokok agama islam. Pada tanggal 1 januari 1967
berdirilah sebuah madrasah ibtidaiyah yang berukuran 19 x 11 meter yang
terletak di atas lahan seluas 0,5 Ha. Pembangunan gedung madrasah ini
dikerjakan secara gotong royong oleh seluruh masyarakat tanjung raden
dan dana mendirikannya juga berasal dari sumbangan warga masyarakat
tanjung raden. Setelah selesai didirikan madrasah tersebut atas dasar
kemufakatan bersama diberi nama Sa‟adatul „ulya.
Sebagaimana lazimnya penamaan dari sebuah madrasah
mengandung makna filosofis begitu juga halnya dengan nama Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau
Teluk Seberang Kota Jambi yang diambil untuk dijadikan nama suatu
madrasah dengan alasan yaitu tinggi di dunia dan akhirat. Kebahagiaan di
dunia yaitu menjadi orang sukses. Berguna bagi orangtuanya, agamaa,
nusa dan bangsa. Sedangkan kebahagiaan di akhirat ialah termasuk ke
dalam hamba-hamba Allah SWT yang selalu dipenuhi rahmat dan
penghuni surga yang penuh nikmat.
Mengenai pengurus yayasan Sa‟adatul „Ulya, maka Rabu tanggal
27 Desember 2006 yang bertempat di kantor Lurah Tanjung raden
kecamatan danau teluk kota jambi jam 20.30 WIB yang dihadiri oleh
tokoh masyarakat, alim ulama, tokoh pemuda dan seluruh pak ketua RT
dalam kelurahan Tanjung Raden telah diadakan rapat pembentukan
pengurus Yayasan sa‟adatul ulya kelurahan tanjung raden. Rapat tersebut
membentuk pengurus baru yayasan sa‟adatul ulya sebagai berikut :
1) Badan Pendiri : R.H. Usman Yasin (alm)
R.H. Muhammad (alm)
Kms. H. Buhari (Alm)
2) Pelindung : Camat Danau Teluk
Kepala KUA Kecamatan Danau Teluk
Lurah Tanjung Raden
3) Pembina : R.H.A, Hamid, H. Ali
Drs. H. Abdullah Umar
H. Bujang Asnawi
R.A. Rahman Madjid
4) Badan Pengawas : Para ketua RT se-Kelurahan Tanjung Raden
5) Ketua 1 : H.M. Syarif Suib
Ketua II : Drs. Jarizal
6) Sekretaris : R. Hasan Jalil
Wakil Sekretaris : Isman Gumanti
7) Bendahara : H.M. Jarni
8) Keuangan : R.Zuhdi,H.A.Bakar
Ahmad Kosasi
R.Zainul Yusuf
R.H.A Rahman Basyir
2. Struktur Organisasi
Organisasi sekolah adalah susunan kepengurusan kelangsungan gerak
atau lanjutnya organisasi sekolah, yang maju mundurnya sangat ditentukan
oleh para pengurusnya. Demikian halnya madrasah ini sebagai suatu
lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah tentunya harus sesuai
dengan tuntutan lembaga pendidikan yang harus memiliki struktur
organisasi sekolah. Lebih lanjut untuk jelasnya struktur organisasi
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi dapat dilihar pada diagram
sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatul ‘Ulya Kelurahan
Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Ketua Yayasan Drs. R. H. Lukman, M. Fil. I
Wakil Ketua Raden Ahyar, S. H
Sekretaris Kms. A. Rahman B., S. Pd. I
Bendahara Kemas Hamdani, S. H. I Komite Madrasah
Kms. Hasim HS. Kepala Madrasah Raden Zuhdi, S. Ag
Kepala TU Kafrawi, S. Pd. I
Majelis Mapel Rts. Latipah, S. Pd. I Titin Nopita, S. Pd Raden Zuhdi, S. Ag
Rts. Husnawati, S. Pd. I Rts. Nurhasanah, S. Pd. I
Wali Kelas Kelas 1: Ida Royana, A. Ma Kelas II : Anita Kelas III : Kurniati, S. Pd. I Kelas IV : Fauziah, S. Pd. I Kelas V : Kafrawi, S. Pd. I Kelas VI : Kms. A. Rahman, S. Pd. I
Siswa
Bendahara Anita
3. Keadaan Guru, Siswa, Sarana dan Prasarana
a. Keadaan Guru
Guru merupakan tenaga edukatif yang langsung berhadapan
dengan siswa yang memadai dan didukung oleh pengetahuan yang
luas akan membawa banyak keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Hal inilah yang dibutuhkan oleh Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang
ada di Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Kota
Jambi. Guru yang berada di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
semaksimal mungkin bisa mengajar dan mendidik dengan kapasitas
ilmu yang telah dimilikinya. Sebagai pelaksana pendidikan, maka
seorang guru harus memiliki akhlak yang baik sesuai ajaran agama
untuk menjadi panutan bagi siswanya. Guru juga harus memiliki
wawasan yang luas dan sanggup menjadikan dirinya sebagai sarana
pencapaian cita-cita anak sebagaimana yang telah diamanahkan oleh
orang tua mereka.
Mengenai keadaan guru di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„ulya, berjumlah 11 orang guru yang terdiri dari 3 guru laki-laki dan 8
orang guru perempuan. Adapun lebih jelasnya mengenai keadaan guru
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul ulya kota jambi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel II Keadaan Guru di Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatul ‘Ulya Tahun
Ajaran 2018/2019
No. Nama Guru Jabatan L/P Status
1. Raden Zuhdi, S. Ag
Kepala
sekolah/Guru
Mapel
L S1
2. Kafrawi, S. Pd. I Wakil/ Guru Mapel L S1
3. Anita Bendahara/ Guru
Mapel P MAN
4. Rts. Latifah, S. Pd. I Guru Mapel P S1
5. Rts. Idaroyana, A. Ma Guru Kelas P DII
6. Titin Nopita, S. Pd. I Guru Mapel P S1
7. Fauziah, S. Pd. I Guru Kelas P S1
8. Kurniati, S. Pd. I Guru Kelas P S1
9. Rts. Nurhasanah Guru Mapel P S1
10. Kms. A. Rahman B., S.
Pd. I Guru Kelas L S1
11. Rts.Husnawati, S. Pd. I Guru Mapel P S1
b. Keadaan Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya sudah memajukan sekolah tersebut
agar dipandang sebagai lembaga pendidikan yang layak bagi pendidikan anak-
anak. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah siswa pada setiap
tahunnya. Mengenai keadaan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi dapat dilihat
melalui tabel dibawah ini:
Tabel III Keadaan Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatul ‘Ulya Tahun
Ajaran 2018/2019
No. Kelas Siswa
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. I 11 11 22
2. II 10 9 19
3. III 9 10 19
4. IV 6 11 17
5. V 10 7 17
6. VI 3 9 12
Jumlah 49 57 106
c. Keadaan Sarana dan Prasarana
Ada tiga faktor yang harus ada dan sangat menentukan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi,
yaitu guru, siswa dan instrumen belajar. Ketiadaan dari salah satu faktor
tersebut maka tidak mungkin terjadi proses pembelajaran di Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya Seberang Kota Jambi. Salah satu bentuk dari
instrumen pendidikan yaitu sarana dan prasarana yang mendukung dan
lengkap, yang akan memudahkan proses pembelajaran. Karena dengan
lengkapnya sarana dan prasarana, akan memberi variasi pada proses
pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan sistem pendidikan secara
umum tersebut yang tentunya seluruh sarana dan prasarana yang selama ini
membantu proses pendidikan dan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya. Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya sebagai
pemimpin kemajuan sekolah bertanggung jawab dalam mengusahakan sarana
dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah. Adapun keadaan sarana
dan prasarana di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya adalah :
Tabel IV Keadaan Sarana dan Prasarana di Madrasah Ibtidaiyah
Sa’adatul ‘Ulya Tahun Ajaran 2018/2019
No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1. Lahan dan Bangunan 1000 M2 Baik
2. Ruang Kepala Sekolah 1 Unit Baik
3. Ruang Guru 1 Unit Baik
4. Ruang Belajar 6 Unit Baik
5. Ruang Tata Usaha 1 Unit Baik
6. Ruang Pustaka 1 Unit Baik
7. Ruang UKS 1 Unit Baik
8. Musholla 1 Unit Baik
9. Sumber Penerangan (PLN) 1 Unit Baik
10. Sumber Air Bersih
(PDAM) 1 Unit Baik
11. WC Guru 1 Unit Baik
12. WC Siswa 2 Unit Baik
13. Meja/Kursi Guru 11/11 Unit Baik
14. Meja/Kursi Siswa 120/140 Unit Baik
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan
Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi menurut survei peneliti pada awal ketika ke sekolah
tersebut, peneliti melihat adanya keganjalan akhlak yang terjadi, yaitu
banyaknya siswa yang kurang sopan apabila berpapasan dengan guru, hal
ini sangat tidak baik. Kemudian banyaknya siswa yang memanggil teman
sejawat nya dengan hal-hal yang buruk, seperti memanggil dengan suara
keras dan memanggil dengan panggilan yang tidak semestinya disebutkan.
Untuk menjawab gambaran akhlak siswa, peneliti langsung
menanyakannya kepada guru Aqidah Akhlak di sekolah tersebut yaitu ibu
Rts. Husnawati, sebagaimana rincian percakapan beliau:
Memang benar kalau ditanya akhlak anak-anak saat ini memang
kurang baik, namun kebanyakan kenakalan yang mereka lakukan
merupakan kenakalan hal yang kecil, akan tetapi jikalau dibiarkan,
maka akan menjadi masalah yang besar.(wawancara guru Aqidah
Akhlak 05 Februari 2019)
Untuk lebih jelas tentang gambaran akhlak siswa, peneliti
mewawancarai bapak Raden Zuhdi, selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi. Sebagaimana rincian wawancara tersebut:
Selaku kepala sekolah, bapak sering memberikan motivasi agar
anak-anak berprilaku baik dan sopan seperti yang diharapkan.
Namun disisi lain ketika mereka usai belajar disekolah, mereka
malah berubah. Kebiasaan dilingkungan luar mereka bawa ke
dalam lingkungan sekolah. Seperti memanggil sesama temannya
dengan panggilan yang tak pantas di dengar dan berkata kasar.
(wawancara kepala Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya 05
Februari 2019)
Berdasarkan observasi peneliti, memang benar akhlak siswa
tersebut masih banyak yang kurang baik seperti memanggil temannya
dengan panggilan yang tidak wajar dan berkata kasar. (observasi 06
Februari 2019)
Guru Aqidah Akhlak, ibu Rts. Husnawati, juga mengatakan
bahwa:
Akhlak anak yang kurang baik tersebut, akan ditangani secara
intensif melalui pendidikan pembelajaran Aqidah Akhlak. Itulah
mengapa setiap kelas disediakan mata pelajaran Aqidah Akhlak,
yang diharapkan mampu memperbaiki akhlak-akhlak siswa yang
kurang baik. (wawancara guru Aqidah akhlak 05 Februari 2019)
Berdasarkan wawancara diatas, diketahui bahwasanya akhlak siswa
merupakan hal yang sangat serius untuk ditangani, yang diharapkan
dengan adanya pembelajaran Aqidah Akhlak, mampu untuk mengatasi
dan memperbaiki akhlak-akhlak siswa yang menyimpang agar menjadi
akhlak yang berprilaku baik. Sedangkan pada pelaksanaannya, seperti
contoh pada pembelajaran Aqidah akhlak di materi akhlak terpuji,
membiasakan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela. Disini
lebih menekankan pada pendidik untuk memberikan contoh tauladan
yang baik kepada peserta didik pada saat guru memberikan
pembelajarannya. Tidak hanya dalam lingkup lembaga pendidikan,
tetapi juga pada saat diluar lembaga pendidikan tersebut. Proses
pembelajaran ini disebut metode modelling (teladan) dan etika yang
baik. Dalam konteks ini pendidik melakukan sesuatu sebelum
menyuruh orang lain (siswanya) melakukan sesuatu itu sebagai bentuk
pemodelan, sehingga oranglain (siswanya) pun akan dapat mengikuti
dan mencerna dengan mudah sebagaimana yang mereka lihat dari
seorang pendidik.
Hal ini dijelaskan oleh ibu Rts. Husnawati, beliau mengatakan
bahwa seorang guru itu seharusnya menjadi teladan dahulu. Setelah kita
dapat memberikan teladan yang baik, maka siswa pun akan mengikuti
kita. Jadi, pada pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak tersebut, yang
paling berperan aktif di dalam kelas adalah guru. Sebagaimana
observasi peneliti, memang benar pada pelaksanaan pembelajaran
tersebut, guru menyampaikan materi yang diajarkan, kemudian siswa-
siswa tersebut mendengarkan dan memperhatikan guru dengan
seksama. Namun, dalam pembelajaran guru tersebut tidak
mempraktekkan materi secara langsung, sehingga membuat siswa tidak
dapat memahami materi yang dipelajari. (observasi peneliti tanggal 7
Februari 2019)
2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk Meningkatkan Akhlak Siswa
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung
Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
a) Faktor Pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak
untuk meningkatkan akhlak siswa
(1) Faktor Internal
Untuk menjawab adanya faktor internal tersebut, peneliti
mendapatkan keterangan dari beberapa informan yang telah
memberikan jawaban, yang mana jawaban tersebut dapat dikategorikan
kedalam faktor internal. Sebagai contoh ketika peneliti mewawancarai
ibu Rts. Husnawati, selaku guru Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi beliau mengatakan bahwa bawaan yang dimiliki
siswa merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap akhlak
siswa. Keluarga merupakan peran terpenting dalam pendidikan anak.
Secara rinci kutipan wawancara beliau sebagai berikut:
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tua lah yang menjadi orang yang pertama untuk mendidik mereka. Setiap anak pun memiliki potensi masing-masing, dan potensi tersebut akan dipengaruhi oleh keluarga, sehingga guru di sekolah hanya membantu untuk mengembangkan potensi yang telah dimiliki oleh anak tersebut. (wawancara guru Aqidah Akhlak 05 Februari 2019) Keterangan lain yang peneliti temukan dari wawancara ibu Rts.
Husnawati selaku guru Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya kelurahan Tanjung Raden kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi, beliau mengatakan bahwa faktor internal lain
yang mempengaruhi peningkatan akhlak adalah kebiasaan, yang mana
kebiasaan itu merupakan suatu sikap yang dilakukan secara spontan.
Secara rinci kutipan wawancara beliau adalah sebagai berikut:
Kebiasaan siswa juga merupakan suatu faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan akhlak siswa. Karena para siswa yang sekolah di Madrasah ini memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Apabila orangtua memiliki watak keras di rumah, otomatis
akan terbentuk sikap keras di dalam diri anak tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika orangtua di rumah mengajarkan watak yang lemah lembut, maka terbentuklah akhlak yang lemah lembut pula pada diri anak tersebut. (wawancara guru Aqidah Akhlak 05 Februari 2019) Berdasarkan wawancara dengan guru Aqidah Akhlak diatas dapat
diketahui bahwa setiap siswa itu memiliki potensi masing-masing yang
dilatih dari keluarga, untuk dilanjutkan dan dikembangkan di sekolah
dengan bantuan guru. Kebiasaan-kebiasaan sehari-hari siswa juga
sangat mempengaruhi dalam peningkatan akhlak siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau
Teluk Seberang Kota Jambi. Karena para siswa yang bersekolah di
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya ini memiliki latar belakang
keluarga yang berbeda-beda, sehingga mereka juga memiliki kebiasaan-
kebiasaan tersendiri. Bagi mereka yang memiliki kebiasaan yang baik,
lemah lembut serta santun di rumah, maka akan tampak ketika mereka
di sekolah, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan observasi peneliti, memang benar adanya terlihat
siswa yang setiap hari disekolah terbiasa datang tepat waktu adalah
orang yang sama. Begitu juga dengan siswa yang sering datang
terlambat juga orang yang sama. Hal ini membuktikan bahwa bawaan
yang dimiliki siswa dan kebiasaan-kebiasaan siswa merupakan faktor
internal dalam meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi. (Observasi 06 Februari 2019)
(2) Faktor Eksternal
Untuk menjawab adanya faktor yang kedua yaitu faktor eksternal,
peneliti mendapatkan keterangan dari informan yang sama, ibu Rts.
Husnawati, selaku guru Aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya Seberang Kota Jambi beliau memberikan jawaban, yang
mana beliau mengatakan bahwa lingkungan keluarga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan akhlak siswa. Secara rinci dapat
dilihat dari kutipan wawancara beliau sebagai berikut :
Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan akhlak siswa adalah lingkungan keluarga, dimana siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya lebih memiliki banyak waktu dirumah bersama keluarga ketimbang mereka disekolah. Jadi seharusnya orangtualah yang sangat berperan penting dalam pembinaan siswa siswa dan guru di sekolah hanya melanjutkan pembinaan tersebut. Jadi antara orang tua dan guru harus menjalin kerja sama yang baik. Namun pada kenyataannya yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya ini, terkadang orang tua tidak pernah sama sekali memantau anaknya di sekolah. Padahal itu sangat penting dilakukan karena bisa saja siswa dirumah baik karena takut pada orangtua tapi di sekolah akhlaknya berbeda. (Wawancara guru Aqidah Akhlak 06 Februari 2019) Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi peningkatan akhlak
adalah lingkungan keluarga. Namun terkadang orang tua tidak pernah
sama sekali memantau anak nya disekolah. Ketika di sekolah para siswa
di jaga, di bimbing, di ajari, di didik dan di bina oleh guru mereka.
Karena di sekolah guru merupakan pengganti orang tua siswa tersebut.
Namun wawaupun demikian, orang tua tidak seharusnya lepas tangan
begitu saja terhadap perkembangan anak-anak mereka. Pada kasus yang
sama Ibu Rts. Husnawati, menambahkan jawabannya saat peneliti
mewawancarai, secara rinci kutipan wawancara beliau sebagai berikut:
Kerja sama antara guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam menginternalisasikan nilai akhlak siswa. Jika orang tua hanya menyerahkan sepenuhnya di sekolah saja untuk dapat mendidik dan meningkatkan akhlak siswa akan sulit tercapai, karena terkadang siswa ketika berada di sekolah akhlaknya tidak baik, tapi di rumah baik, demikian pula sebaliknya. (wawancara guru Aqidah Akhlak 06 Februari 2019) Berdasarkan wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
diperlukan adanya kerja sama antara orang tua siswa dengan pihak
sekolah dalam meningkatkan akhlak siswa. Apabila kerjasama tidak
berjalan dengan baik, maka sulit untuk membentuk akhlak siswa.
Karena sebenarnya orangtua lah yang lebih utama dalam membina
anaknya melalui bantuan guru-guru di sekolah.
Adapun contoh kerjasama antara orangtua dan siswa adalah seperti
(pada dokumentasi di halaman lampiran), di dalam tata tertib siswa,
yang di dalamnya terdapat 1 poin tentang kejasama guru dan orangtua,
yakni : Bila anak-anak tidak masuk sekolah, orangtua harus memberi
tahu kepada guru secara tertulis. Hal ini menandakan pentingnya
partisipasi orangtua agar komunikasi dan keamanan lingkungan sekolah
dapat tercipta dengan baik.
Untuk menjawab adanya faktor eksternal yang kedua, peneliti
mendapatkan keterangan dari informan yang telah memberikan
jawaban. Sebagai contoh ketika peneliti mewawancari ibu Rts.
Husnawati, selaku guru Aqidah Akhlak beliau mengatakan bahwa
lingkungan sekolah merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap akhlak siswa di sekolah. Dan guru merupakan peran terpenting
dalam pembentukan akhlak siswa. Secara rinci kutipan wawancara
beliau sebagai berikut:
Kita sebagai guru, terutama saya sebagai guru Aqidah Akhlak sekaligus pengganti orangtua mereka dirumah, bertugas bukan hanya sebagai pengajar namun lebih dari pada itu, kita harus dapat membimbing mereka untuk mengembangkan potensi mereka masing-masing sehingga mereka dapat menemukan jati diri mereka dan menjadi manusia yang berakhlakul karimah. (wawancara guru Aqidah Akhlak 06 Februari 2019) Keterangan yang sama untuk menjawab faktor eksternal yang
kedua saat mewawancarai bapak Raden Zuhdi, selaku kepala Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya, beliau mengatakan bahwa pihak sekolah
yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan akhlak siswa ketika
pihak sekolah memberikan nilai yang baik maka akan tercipya akhlak
yang baik begitu pula sebaliknya. Secara rinci kutipan wawancara
beliau sebagai berikut:
Selaku kepala madrasah, bapak tidak pernah bosan untuk selalu membimbing dan memberi contoh yang positif kepada para siswa dalam meningkatkan akhlak siswa di madrasah. Karena kita tahu bahwa mereka akan mengambil contoh dari guru di sekolah, bapak tidak pernah bosan untuk terus mengingatkan mereka ketika ada yang melanggar. (wawancara kepala madrasah ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya 05 Februari 2019) Berdasarkan observasi penulis memang benar bahwa guru Aqidah
akhlak dan kepala Madrasah ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya selalu
menasehati siswa ketika ada yang melanggar aturan seperti ketika ada
siswa yang datang terlambat langsung di panggil ditanya alasan dan
dinasehati. (Observasi 06 Februari 2019)
Untuk menjawab adanya faktor eksternal yang ketiga peneliti
mendapatkan keterangan dari informan yang telah memberikan
jawaban. Sebagai contoh ketika peneliti mewawancarai ibu Rts.
Husnawati, selaku guru Aqidah Akhlak beliau mengatakan bahwa
lingkungan masyarakat merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap akhlak anak. Ketika anak berada di dalam lingkungan yang
baik, maka tertanamlah akhlak yang baik, begitu pula sebaliknya.
Lingkungan berpengaruh besar terhadap akhlak siswa. Lingkungan
dapat memberikan dampak positif dan negatif. Begitu juga halnya
dengan interaksi yang dilakukan para siswa dalam lingkungan
pergaulan mereka. Secara rinci kutipan wawancara beliau sebagai
berikut :
Sering sekali ibu bertemu dengan siswa madrasah ibtidaiyah ini yang bermain bersama temannya, mereka bermain HP dan berkumpul rame-rame memakai motor mereka masing-masing bersama anak dari sekolah lain. Saya selaku guru Aqidah akhlak yang juga orangtua mereka waktu di sekolah memberikan nasehat agar mereka tidak seperti itu lagi. Selain itu juga kami pihak sekolah juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar agar dapat melaporkan apabila ada siswa yang akhlaknya tidak baik seperti bolos sekolah atau mengganggu masyarakat sekitar. (wawancara guru Aqidah akhlak 05 Februari 2019) Keterangan lain yang peneliti temukan dari wawancara ibu Rts.
Husnawati, selaku guru Aqidah akhlak, beliau mengatakan bahwa
lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi peningkatan akhlak. Secara rinci kutipan wawancara
beliau sebagai berikut:
Seharusnya orangtua dapat memantau lingkungan bermain anak mereka ketika sudah diluar jam sekolah. Karena pada saat itu tanggung jawab untuk membina siswa telah berpindah kepada orangtua. Seharusnya orangtua memantau anak-anak mereka dengan siapa anak-anaknya bergaul ketika diluar jam sekolah. Karena zaman sekarang pergaulan remaja sangat dikhawatirkan dan banyak sekali pengaruh-pengaruh buruk yang bisa didapat siswa diluar. Untuk itu, sebelum siswa terjerumus kedalam
pergaulan yang tidak baik yang dapat berpengaruh buruk terhadap akhlak, orangtua dan guru hendaknya bekerjasama dalam memantau siswa tersebut. Guru memantau siswa ketika berada disekolah, sedangkan orangtua mempunyai tanggung jawab besar untuk memantau anak-anaknya diluar jam sekolah. (wawancara guru Aqidah akhlak 05 Februari 2019) Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa akhlak
siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan bermain dan pergaulannya
sehari-hari. Dengan kata lain pengaruh negatif dari lingkungan akan
memberikan dampak yang tidak baik pula pada kebiasaan dan akhlak
siswa yang tidak mencerminkan norma agama. Begitu juga sebaliknya,
jika lingkungan memberikan pengaruh positif maka akan memberikan
dampak yang baik pula kepada siswa tersebut, sehingga akan tercermin
dan terbentuklah akhlak yang baik.
b) Faktor Penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak
untuk meningkatkan akhlak siswa
Adapula faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran
Aqidah akhlak, berdasarkan temuan dilapangan peneliti
mengklasifikasikan adanya tiga kendala yang sedang dihadapi guru
Aqidah akhlak dalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak untuk
meningkatkan akhlak siswa. Adapun yang menjadi kendala yang
dimaksud yaitu, tidak adanya guru Bimbingan Konseling (BK),
pengaruh negatif dari media HP, dan karakter orangtua yang berbeda-
beda.. Untuk menjawab adanya kendala tersebut, peneliti mendapatkan
keterangan dari beberapa informan yang telah memberikan jawaban,
yang mana jawaban tersebut dapat dikategorikan kedalam kendala yang
dihadapi dalam proses peningkatan akhlak. Sebagai contoh ketika
peneliti mewawancarai Kafrawi selaku wali kelas V dimana kelas
tersebut merupakan kelas yang sedang peneliti teliti. Beliau
mengatakan:
Kelas 5 itu kan kebanyakan adalah masa-masa peralihan dalam pubertas, jadi sifat mereka itu campur-campur, ada yang nakal, dan ada juga yang cuek. Nah, seandainya ada anak yang bermasalah, terkadang saya tidak bisa menanganinya sendiri. Seharusnya
masalah seperti ini bisa ditangani jika ada guru BK. Namun, kami disini tidak memiliki guru BK, jadi itu merupakan sebuah kendala juga untuk para guru disekolah. (wawancara wali kelas V madrasah ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya 06 Februari 2019) Untuk memperkuat adanya kendala tersebut, bapak Hasan Zuhdi,
selaku kepala madrasah, beliau mengatakan bahwa ketika ada terjadi
sesuatu mengenai siswa, pihak sekolah langsung menanganinya tanpa
adanya guru BK karena guru BK juga tanggung jawabnya mengontrol
akhlak siswa terlepas dengan guru lain. Secara rinci kutipan wawancara
beliau sebagai berikut:
Kendala peningkatan akhlak jika terjadi sesuatu terhadap siswa ini
tidak ditangani ke guru BK melainkan langsung ke guru yang
bersangkutan, hal ini dikarenakan sekolah kami tidak mempunyai
guru BK. (wawancara kepala madrasah ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
06 Februari 2019)
Untuk menjawab kendala yang kedua yaitu pengaruh negatif
berbagai media, peneliti mendapatkan keterangan dari informan lain
yang telah memberikan jawaban, yang mana jawaban tersebut dapat
dikategorikan kedalam kendala yang dihadapi dalam proses
peningkatan akhlak. Sebagai contoh ketika peneliti mewawancarai ibu
Rts. Husnawati, selaku guru Aqidah akhlak di madrasah, beliau
mengatakan bahwa media seperti televisi, HP, dan internet sangat
mempengaruhi dalam proses peningkatan akhlak, dimana media
tersebut memiliki dua dampak bagi siswa yaitu dampak positif dan
negatif. Secara rinci kutipan wawancara beliau sebagai berikut:
Kendala lain yang mempengaruhi pergeseran akhlak siswa di
madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya ini karena adanya pengaruh
negatif terhadap media elektronik seperti HP, internet dan lain
sebagainya.(wawancara guru Aqidah akhlak 05 Februari 2019)
c) Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Hambatan pada
Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan
Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Berdasarkan temuan dilapangan peneliti mendapatkan jawaban
tentang hambatan pada pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak untuk
meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi,
untuk menjawab bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan pada pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak tersebut, peneliti
mendapatkan keterangan dari beberapa orang informan yang telah
memberikan jawaban sebagai contoh ketika peneliti mewawancarai bapak
Kafrawi selaku wali kelas V, mengenai tidak adanya guru Bimbingan
Konseling (BK). Adapun solusi yang dilakukan adalah pihak sekolah harus
mencari guru Bimbingan Konseling, agar proses kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik, dan dapat dibantu oleh guru BK sebagaimana
mestinya.
Mengenai hambatan yang kedua yang disampaikan oleh ibu Rts
Husnawati, yakni pengaruh buruk dari media elektronik. Seharusnya pihak
sekolah melakukan kerjasama dengan orangtua dalam memantau anak
didik. Ketika disekolah, guru lah yang memperhatikan, sedangkan
dirumah, orangtua yang menggantikan peran tersebut. Dengan demikian,
guru disekolah harus menjalin komunikasi dengan orangtua siswa
dirumah. Setelah itu, guru memberikan pengarahan terhadap orangtua
siswa mengenai pembatasan penggunaan media elektronik terhadap
anaknya. Agar tidak menimbulkan dampak negatif yang berefek pada
kebiasaan-kebiasaan buruk yang sampai ke sekolah.
Hambatan ketiga juga disampaikan oleh ibu Rts Husnawati. Beliau
mengatakan bahwa karakter orangtua yang berbeda-beda, mampu
membuat efek negatif. Jikalau seorang anak memiliki orangtua yang
cenderung keras, dan kasar. Maka secara tidak langsung akan menurun dan
berpengaruh terhadap anaknya. Ketika seorang anak memiliki orangtua
yang baik, lembut dan santun, maka anak tersebut secara tidak langsung
akan memiliki watak dan kepribadian yang sama. Karena dari kecil sudah
di didik seperti orangtuanya. Solusi dari permasalahan ini adalah, pihak
sekolah harus mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh orangtua anak,
memberikan penyuluhan dan pemahaman bagaimana karakter seorang
anak terbentuk dan apa saja yang menjadi faktor pendukungnya, sehingga
orangtua siswa pun akan memahami siklus pembentukan akhlak tersebut
dan menjadi tersadar bahwa seharusnya orangtua itu memiliki akhlak yang
baik dan lembut.
C. Pembahasan
1. Analisis Peneliti tentang Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah
Akhlak untuk Meningkatkan Akhlak Siswa Di Madrasah
Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan
Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Proses peningkatan akhlak merupakan proses pemasukan nilai akhlak
kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut dapat menyatu pada
kepribadian yang tercermin pada sikap dan perilaku keberagaman
seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan akhlak yang
dimasukkan disini adalah akhlak terpuji kepada Allah SWT, kepada
sesama manusia dan lingkungan sekitar. Proses peningkatan akhlak yaitu
dimulai dengan memberikan pengetahuan tentang akhlak terpuji yang
kemudian dilanjutkan dengan memberikan keteladanan (contoh) dalam
kehidupan yang direalisasikan dalam perbuatan. Berdasarkan temuan
peneliti dalam proses belajar mengajar dikelas, guru selalu menekankan
kepada para siswa untuk berperilaku terpuji kepada sesama, terhadap
lingkungan dan terutama terhadap Allah SWT.
Untuk meningkatkan akhlak siswa, guru Aqidah akhlak pada sebagian
besar materi hanya menerapkan pembelajaran secara teoritis saja, namun
tidak pada pengaplikasiannya. Secara teoritis dilakukan melalui
pembelajaran dikelas seperti pada materi Akhlakul Karimah “Dermawan”,
maka siswa dituntut dan diajarkan untuk saling berbagi, saling memberi
dan saling membantu apabila ada teman yang sedang kesusahan. Disini
guru tersebut hanya meminta siswa-siswa untuk berbagi, namun tidak
langsung dipraktekkan. Hal ini tidak sesuai dengan teori dalam
pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak, yaitu: mempersiapkan materi
dengan matang, menggunakan media yang menarik dan memadai dan
mempraktikkan berbagai model atau pendekatan pengajaran (Edu, 2017,
hal. 161).
Seharusnya guru dapat membuat pembelajaran yang menarik dengan
menggunakan media yang menarik, dan mempraktikkan berbagai model
dan pendekatan dalam mengajar seperti praktik setelah penyampaian
materi. Seharusnya setelah penyampaian materi, guru aqidah akhlak
tersebut langsung memberikan materi secara aplikatif atau latihan praktek,
seperti contoh secara aplikatif adalah dilakukan dengan cara praktek
langsung dilingkungan sekolah, seperti menyediakan tempat sampah
sehingga siswa terbiasa membuang sampah pada tempatnya, berbagi
makanan dengan praktek di depan kelas agar teman-teman melihat dengan
seksama, agar sesuai dengan salah satu tujuan dari mata pelajaranAqidah
Akhlak yaitu dalam keseharian, siswa menjadi ahli ibadah yang berakhlak
mulia. (Mukaddimah, 2011. Tujuan mempelajari Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak. https://guruaqidahakhlakmenulis.blogspot.com/2011/06/tujuan-
dan-kegunaan-mempelajari-mata.html)
Kepala madrasah selaku pemimpin dan contoh dari seluruh guru dan
siswa tidak pernah bosan untuk menyampaikan nasihat kepada guru dan
siswa, bahkan ketika sambutan pada saat upacara bendera hari senin,
beliau selalu memberikan siraman rohani bernilai religius berupa motivasi
kepada siswa untuk menerapkan ajaran islam, seperti hidup bersih, tegur
sapa, menjaga silaturrahmi, sholat zuhur berjamaah sebelum pulang dan
mengaji ketika sebelum memulai pelajaran dengan baik serta diniatkan
karena Allah SWT.
2. Analisis Peneliti Tentang Faktor pendukung dari pelaksanaan
pembelajaran Aqidah akhlak untuk meningkatkan akhlak siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Dalam suatu lembaga atau badan organisasi, selalu terdapat dua faktor
yang mempengaruhi, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari dalam)
dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar), begitu pun yang terjadi
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi dalam meningkatkan
akhlak siswa agar memiliki akhlak yang terpuji.
Faktor internal yang mempengaruhi peningkatan akhlak siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya yang peneliti temukan ada dua faktor
yaitu bawaan siswa dan kebiasaan siswa, yang mana bawaan siswa itu
merupakan potensi yang dibawa mereka sejak lahir sehingga akan
berkembang sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan siswa itu sendiri. Jika
siswa tersebut terbiasa bersikap atau bertingkah laku baik, maka potensi
bawaannya akan mengarah ke yang baik juga.
Terdapat tiga faktor eksternal yang mempengaruhi peningkatan akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi, yakni lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam
lingkungan keluarga terkadang ada orangtua yang tidak pernah sama sekali
memantau anaknya setelah pulang dari sekolah, dengan siapa ia berteman
dan bergaul. Sedangkan pergaulan lah yang terkadang dapat
menjerumuskan anak tersebut kearah yang negatif. Ketika disekolah para
siswa dijaga, dibimbing, diajari, dididik dan dibina oleh guru. Karena
disekolah guru merupakan pengganti orangtua siswa tersebut. Akan tetapi,
orangtua tidak seharusnya lepas tangan begitu saja terhadap perkembangan
anak-anak mereka.
Lingkungan sekolah merupakan tempat terjadinya interaksi antara
siswa dengan guru dan guru dengan siswa. Hal ini sesuai dengan UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20,pembelajaran merupakan
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Sehingga disekolah juga sangat mempengaruhi
internalisasi nilai akhlak siswa dimana sekolah merupakan tempat
menimba ilmu pengetahuan dan guru akan menjadi contoh bagi siswa
tersebut. Kemudian faktor eksternal yang ketiga yaitu Lingkungan
masyarakat. Yang mana lingkungan masyarakat sangat berpengaruh besar
terhadap akhlak siswa. Lingkungan masyarakat dapat memberikan dampak
positif dan negatif. Begitu juga halnya dengan dengan interaksi yang
dilakukan siswa dalam lingkungan pergaulan mereka.
Seharusnya orangtua memantau anak-anak mereka dengan siapa anak-
anaknya bergaul ketika diluar jam sekolah, apa yang mereka lakukan, apa
isi hp nya, dan masih banyak lagi yang harus dilakukan oleh orangtua.
Karena zaman sekarang pergaulan remaja sangat dikhawatirkan dan
banyak sekali pengaruh-pengaruh buruk yang bisa di dapat siswa diluar.
Apabila seorang anak memiliki orangtua yang perhatian, sering
mengawasi anaknya, maka anak tersebut tidak akan keluar dari jalur
akhlak yang baik. Untuk itu sebelum siswa tersebut terjerumus kedalam
pergaulan yang tidak baik yang dapat berpengaruh buruk terhadap akhlak,
orangtua dan guru hendaknya bekerjasama dalam memantau siswa
tersebut. Guru memantau siswa ketika berada di sekolah, sedangkan
orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk memantau anak-anaknya
diluar jam sekolah.
Maka dengan demikian, akhlak siswa dapat dipengaruhi oleh
lingkungan bermain dan pergaulan yang kurang baik, dengan kata lain,
pengaruh negatif dari lingkungan masyarakat akan memberikan dampak
yang tidak baik pula pada kebiasaan dan akhlak siswa yang tidak
mencerminkan norma agama, begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan
masyarakat memberikan pengaruh positif maka akan memberikan dampak
yang baik pula kepada siswa tersebut , sehingga mencerminkan akhlak
yang baik.
3. Analisis Peneliti tentang Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk Meningkatkan Akhlak Siswa
Di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung
Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi
Terdapat beberapa faktor penghambat dalam meningkatkan akhlak
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi. Kendala yang pertama
adalah tidak adanya guru Bimbingan Konseling (BK). Kendala yang kedua
adalah pengaruh negatif dari penggunaan media elektronik seperti HP.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih, berkembang pula lah berbagai media komunikasi saat ini yang
dapat memberikan berbagai macam pengaruh bagi siswa. Misalnya seperti
televisi, HP, internet dan sebagainya yang dapat berpengaruh terhadap
perilaku siswa. Dan kendala yang ketiga adalah karakter orangtua anak
yang berbeda-beda.
Adanya faktor penghambat ataupun kendala maka harus ada solusi
untuk mengatasinya, sehingga proses peningkatan dan pengembangan
akhlak pada siswa akan mendapat hasil yang baik. Adapun solusi yang
dapat dilakukan menurut peneliti antara lain:
a. Pemahaman
Pemahaman ini dilakukan dengan cara menginformasikan tantang
hakikat nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalam obyek itu.
Pemahaman berfungsi memberikan landasan logis teoritis mengapa
seseorang harus berakhlak mulia dan harus menghindari akhlak tercela.
(Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, hal. 36)
Pemahaman yang dimaksud disini adalah mengambil pelajaran dari
beberapa kisah-kisah teladan, fenomena, peristiwa-peristiwa yang
terjadi, baik masa lampau maupun sekarang. Dari sini diharapkan siswa
dapat mengambil hikmah yang terjadi dalam suatu peristiwa, baik yang
berupa musibah atau pengalaman. Untuk dapat menerapkan metode ini,
seorang guru harus dapat memilih dan bahkan menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi yang
kondusif untuk memberikan berbagai nasihat dalam rangka
mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku terpuji (Erlina, 2007,
hal.178). Sang guru tidak cukup mengantarkan siswa pada pemahaman
inti suatu peristiwa, melainkan juga menasehati dan mengarahkan
siswanya ke arah yang dimaksud.
b. Belajar sambil bermain
Bermain yang dimaksudkan disini adalah, ketika guru telah selesai
menyampaikan materi, maka guru membuat permainan edukatif,
misalkan bermain konsentrasi. Apabila nanti ada siswa yang tidak
konsentrasi, maka ia harus maju ke depan dan mempraktekkan contoh
dari pelajaran yang sudah dipelajari tadi. Misalkan pada materi akhlak
terpuji, siswa mencontohkan membuang sampah pada tempatnya.
Setelah siswa tersebut tampil, berikan apresiasi dan siswa kembali ke
tempat. Permainan pun bisa dimulai lagi. Dengan begitu, pembelajaran
tidak akan terasa membosankan dan anak akan cepat mengerti dan akan
langsung mengaplikasikannya dalam sehari-hari.
c. Cross check absensi siswa
Mengecek kehadiran siswa pada setiap kegiatan sekolah terutama
pada saat hendak sholat zuhur berjamaah dan mengaji sebelum
pelajaran dimulai. Hal ini akan sangat membantu guru dalam
membimbing siswa yang kurang rajin dan kurang disiplin. Siswa yang
tidak mengikuti kegiatan, maka akan dipanggil dan ditanyai alasannya
tidak hadir serta diberi bimbingan dan nasehat.
d. Pembiasaan
Pembiasaan perlu ditanamkan dalam membentuk pribadi yang
berakhlak. Sebagai contoh, sejak kecil, anak dibiasakan membaca
basmalah sebelum makan, makan dengan tangan kanan, bertutur kata
baik, dan sifat-sifat terpuji lainnya. Jika hal itu dibiasakan sejak dini,
kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia ketika
dewasa. (Amin, 2016, hal. 29)
Metode pembiasaan ini adalah untuk melatih serta membiasakan
anak didik secara konsisten dan continue dengan sebuah tujuan,
sehingga benar-benar tertanam dalam diri santri dan akhirnya menjadi
kebiasaan yang sulit ditinggalkan dikemudian hari.
e. Memberikan contoh (keteladanan)
Guru sebagai panutan siswa memberikan contoh pada siswa dengan
berpartisipasi langsung dalam kegiatan keagamaan disekolah. Bukan
hanya untuk siswa, guru memberikan contoh juga ditujukan untuk
tenaga kependidikan di sekolah. Sehingga mereka lama kelamaan akan
tumbuh kesadaran untuk mengikutinya. Dengan demikian, guru
berperan penting dalam membentuk kepribadian siswa. Guru
merupakan panutan siswa, oleh karena itu guru dituntut untuk
berperilaku baik dan dapat mengarahkan siswa mana perilaku yang baik
dan mana perilaku yang tidak baik.
f. Partisipasi orangtua
Partisipasi kedua orangtua sangat penting dalam menumbuhkan
nilai religius pada siswa. Karena guru hanya mengarahkan dan
membimbing siswa disekolah. Sedangkan orangtua berperan
mengarahkan dan membimbing anak dirumah. Ketika ada siswa yang
kurang rajin dan kurang disiplin dalam melaksanakan kegiatan
disekolah, maka guru memanggil orangtua dan memberitahukan pada
mereka tentang perilaku anaknya. Setelah mendapatkan informasi
tentang perilaku anaknya disekolah, sebaiknya orangtua tidak
menegurnya atau memarahinya, tapi justru harus dinasehati dan
diarahkan agar anak menjadi lebih baik lagi.
4. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk
Meningkatkan Akhlak Siswa
Hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak
dapat peneliti lihat melalui observasi langsung dalam keseharian siswa
disekolah baik saat berada di kelas ketika proses belajar mengajar
berlangsung maupun diluar kelas ketika jam istirahat.
Dalam proses belajar mengajar itu sendiri dapat dikatakan belum
optimal, dikarenakan guru mata pelajaran aqidah akhlak tersebut masih
belum maksimal dalam menyampaikan materi pembelajaran. Namun,
dalam proses pembelajaran disekolah, dilengkapi dengan kegiatan-
kegiatan keagamaan seperti, membaca yaasin pada hari jum‟at, mengaji
ketika sebelum memulai pembelajaran, dan shalat dzuhur berjama‟ah
sebelum pulang sekolah. Maka terjadilah keseimbangan antara materi yang
disampaikan dengan praktik yang dilakukan dalam sehari-hari, meskipun
penerapan materinya tidak secara langsung atau tidak beriringan dengan
teori yang dipelajari, sehingga perubahan peningkatan akhlak dan sikap
dalam bentuk nilai, dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) = 68, yang
awalnya sebagian siswa rata-rata hanya mendapat nilai 70, maka
peningkatan pun terjadi menjadi 79, bahkan skitar 7 orang siswa
mendapatkan nilai 80.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang peneliti uraikan pada bab-bab terdahulu, maka
pada bab yang kelima ini peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan
saran-saran berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang
Kota Jambi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Adapun macam-macam pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak
untuk meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang
Kota Jambi meliputi : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Kegiatan pendahuluan di awali dengan Membaca Surah
Pendek sebelum masuk kelas, bersalaman dengan guru ketika hendak
masuk kelas, membaca Iqro‟ atau Al-qur‟an sebelum memulai
pelajaran, kegiatan inti adalah berisi materi yang dipelajari, dan
kegiatan penutup yakni ditutup dengan evaluasi dan shalat zuhur
berjamaah sebelum pulang sekolah.
2. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden
Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi meliputi:
a. Faktor internal yaitu bawaan (potensi) dan kebiasaan yang dimiliki
siswa.
b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat.
c. Kendala yang dihadapi guru Aqidah akhlak dalam proses
pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak untuk meningkatkan
akhlak siswa yaitu tidak adanya guru Bimbingan Konseling (BK),
pengaruh negatif dari berbagai media, dan adanya karakter
orangtua yang berbeda-beda.
3. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Sa‟adatul „ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi yaitu dengan mencari guru BK, komunikasi
antara guru dan orangtua, serta pemahaman yang baik terhadap
orangtua. Sedangkan solusi dari peneliti adalah :
g. Pemahaman
h. Bermain sambil belajar
i. Cross check absensi siswa
j. Pembiasaan
k. Memberikan contoh (keteladanan)
l. Partisipasi orangtua
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti memiliki
saran sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah agar mencari guru Bimbingan Konseling (BK)
2. Kepada pihak sekolah, orangtua, masyarakat dan pemerintah agar
meningkatkan komunikasi dan kerjasama dalam rangka meningkatkan
akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya Kelurahan
Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi. Nilai-
nilai akhlak hendaknya lebih difokuskan pada praktek keseharian
hidup di sekolah maupun di rumah.
3. Kepada pihak sekolah, agar kiranya dapat meminimalisir kendala yang
dihadapi guru Aqidah akhlak dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah
akhlak untuk meningkatkan akhlak siswa yaitu dengan mencontohkan
akhlak-akhlak yang perlu diteladani agar siswa dapat mencontoh dan
menjadi siswa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Ahmadi, Abu, dan Noor Salimi, 2008. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam
Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara
Asmaran, 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindi Persada
Anwar, Desy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru Dilengkapi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Surabaya: PT Amelia
Departemen Agama RI. Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, Bandung : Lajnah
Pentashih Mushaf Al-Qur‟an
Didiek Ahmad Supadie dkk, 2012. Pengantar studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Drajat, Zakiah, 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hawi, Akmal, 2013. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Raja Grafindo
Persada
Kadir Aljufri, Abdul, (Penterjemah). 2009. Terjemah Ta‟lim Muta‟allim.
Surabaya : Mutiara Ilmu
Mahjuddin, 2011. Akhlak Tasawuf 1. Jakarta: Kalam Mulia.
Makbuloh, Deden, 2013. Arah baru dan perkembangan ilmu dan kepribadian di
perguruan tinggi. Jakarta: Rajawali Pers
Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Miles, B Matthew dan Michael Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Mukhtar, 2010. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Jambi: Gaung Persada
Pers
Munir Amin, Samsul, 2016. Ilmu Akhlak. Jakarta : Sinar Grafika Offset
Nata, Abuddin, 2010. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Nata, Abuddin, 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Bogor: Kencana.
Nasirudin, 2009. Pendidikan Tasawuf. Semarang: RaSAIL Media Group.
Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta
Barat: IKAPI.
Sugiono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, R & D. Bandung: Alfabeta
Taniredja, Tukiran, Pudjo Sumedi, & Muhammad Abduh. 2015. Guru yang
Profesional. Bandung: Alfabeta, cv
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Yamin, Martinis, dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta : Gaung
Persada Press.
Zad Findy, Khoirul (Penterjemah). Wahai anakku inilah akhlaq yang mulia.
Jakarta Utara : Al-Findy Press.
Dokumen-dokumen :
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 3 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
Jurnal & Artikel:
Fitrotud Diniyah. Implementasi Pembinaan Akhlak Siswa Di MI Muhammadiyah
1 Pare Full Day School. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Mukaddimah, 2011. Tujuan mempelajari Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
https://guruaqidahakhlakmenulis.blogspot.com/2011/06/tujuan-dan-
kegunaan-mempelajari-mata.html
Referensi makalah, 2013. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
https://www.referensimakalah.com/2013/05/materi-pelajaran-aqidah-
akhlak-pengantar.html
Selly Sylviyanah. “Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar”, Jurnal
Tarbawi (Vol. I, No. 3 September 2012)
Syaepul Manan. “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan”, Jurnal Pendidikan Agama Islam –Ta’lim (Vol.XV, No.1
2017), Bandung.
Instrumen Pengumpulan Data
A. Pedoman Wawancara Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan untuk
mendalami sejumlah data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
beberapa informan. Adapun butir pertanyaan dan informan
(Terwawancara) adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah a. Bagaimana sejarah berdirinya MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan
Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? b. Bagaimana akhlak siswa secara umum di MI Sa‟adatul Ulya
Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
c. Kasus-kasus moral apa saja yang pernah dilakukan siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
d. Adakah usaha sekolah dalam meningkatkan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
e. Kendala apa saja yang terjadi dalam usaha meningkatkan akhlak siswa tersebut?
f. Apakah ada sarana yang menunjang proses peningkatan pelaksanaan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
g. Bagaimana tindakan sekolah terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah?
2. Guru a. Apakah ada pengalaman bapak/ibu selama mengajar, perbuatan
anak didik yang kurang menyenangkan bapak/ibu guru? b. Apa tindakan bapak/ibu terhadap tindakan anak didik yang kurang
menyenangkan atau melanggar tata tertib sekolah? c. Apakah ada proses peningkatan Akhlak di dalam kelas? d. Bagaimana respon peserta didik terhadap peningkatan akhlak
ketika di dalam kelas? e. Apa saja faktor pendukung pada pelaksanaan pembelajaran aqidah
akhlak untuk meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
f. Kendala apa yang bapak/ibu alami dalam meningkatkan akhlak anak didik terhadap guru di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
g. Apa upaya yang sudah bapak/ibu lakukan untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
3. Siswa a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib
di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
d. Akhlak apa saja yang sudah ananda laksanakan? B. Observasi
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk menjangkau data-data
yang dimungkinkan untuk diamati secara mendalam dengan teknik
observasi tersebut,peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Peneliti mengamati aspek afektif anak didik di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
2. Peneliti mengamati proses belajar mengajar di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
3. Peneliti mengamati kondisi diluar lingkungan MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
4. Peneliti mengamati cara guru Pembelajaran Aqidah Akhlak melakukan proses peningkatan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
5. Peneliti mengamati sarana dan prasarana dalam menunjang proses peningkatan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi.
C. Pedoman Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi
dipakai untuk mengumpulkan sejumlah dokumen yang relevan dengan
penelitian ini. Terkait dengan teknik pengumpulan data tersebut, peneliti
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Historis dan geografis 2. Struktur organisasi 3. Keadaan sarana dan prasarana 4. Tata tertib
FOTO KEGIATAN RISET
Kegiatan Wawancara
dengan Kepala
Madrasah dan Guru Aqidah
akhlak
Kegiatan Wawancara
dengan Siswa-siswa
kelas V
Keadaan sekolah dan
suasana kegiatan belajar
mengajar
Kegiatan
bermain
dan
memungut
sampah
FOTO
KEGIATAN RISET
Tata Tertib Siswa Siswa tidak diperbolehkan membawa sepatu ke dalam kelas
Suasana kekeluargaan antara guru-guru Madrasah
Mading karya siswa madrasah Suasana dikantor guru
Teknik Pengumpulan Data
A. Wawancara 4. Kepala Sekolah
h. Bagaimana sejarah berdirinya MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban :
Jadi begini, gagasan untuk mendirikan madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„ulya Tanjung Raden Jambi berawal dari tiga orang ulama terkemuka
Tanjung Raden, yaitu: Raden Abdullah Yasin, Kemas H. Buhari dan R. H.
Usman Yasin. Ketiga ulama tersebut bekerja sama dengan tokoh
masyarakat Tanjung Raden untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan
islam yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman dengan tidak
meninggalkan ajaran pokok agama islam. Pada tanggal 1 januari 1967
berdirilah sebuah madrasah ibtidaiyah yang berukuran 19 x 11 meter yang
terletak di atas lahan seluas 0,5 Ha. Pembangunan gedung madrasah ini
dikerjakan secara gotong royong oleh seluruh masyarakat tanjung raden
dan dana mendirikannya juga berasal dari sumbangan warga masyarakat
tanjung raden. Setelah selesai didirikan madrasah tersebut atas dasar
kemufakatan bersama diberi nama Sa‟adatul „ulya. Sebagaimana lazimnya
penamaan dari sebuah madrasah mengandung makna filosofis begitu juga
halnya dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan
Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi yang
diambil untuk dijadikan nama suatu madrasah dengan alasan yaitu tinggi
di dunia dan akhirat. Kebahagiaan di dunia yaitu menjadi orang sukses.
Berguna bagi orangtuanya, agama, nusa dan bangsa. Sedangkan
kebahagiaan di akhirat ialah termasuk ke dalam hamba-hamba Allah SWT
yang selalu dipenuhi rahmat dan penghuni surga yang penuh nikmat.
i. Bagaimana akhlak siswa secara umum di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Secara umum aman terkendali, namun ada sebagian kecil siswa yang
memiliki sifat tidak baik. Selaku kepala sekolah, bapak sering memberikan
motivasi agar anak-anak berprilaku baik dan sopan seperti yang
diharapkan. Namun disisi lain ketika mereka usai belajar disekolah,
mereka malah berubah. Kebiasaan dilingkungan luar mereka bawa ke
dalam lingkungan sekolah. Seperti memanggil sesama temannya dengan
panggilan yang tak pantas di dengar dan berkata kasar.
j. Kasus-kasus moral apa saja yang pernah dilakukan siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Seperti congkak dalam berbicara, ketika berpapasan dengan guru mereka
tidak menegur, ketika berbicara dengan temannya siswa tersebut
memanggil temannya dengan panggilan yang kurang pantas, dan ketika
masih dilingkungan sekolah, baju mereka tidak dimasukkan, sehingga
terkesan tidak rapi
k. Adakah usaha sekolah dalam meningkatkan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Ada. Seperti salah satu contoh, yang diupayakan oleh sekolah adalah
sebelum pulang sekolah sholat dzuhur berjama‟ah dulu, sebelum masuk
kelas berbaris dahulu dan hormat cium tangan guru dulu, kegiatan-
kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk akhlak anak tersebut.
Selaku kepala madrasah, bapak tidak pernah bosan untuk selalu
membimbing dan memberi contoh yang positif kepada para siswa dalam
meningkatkan akhlak siswa di madrasah. Karena kita tahu bahwa mereka
akan mengambil contoh dari guru di sekolah, bapak tidak pernah bosan
untuk terus mengingatkan mereka ketika ada yang melanggar.
Selain guru Aqidah akhlak, pihak lain juga terlibat dalam proses
peningkatan akhlak, seperti bapak sebagai kepala madrasah ketika
sambutan saat upacara bendera hari senin bapak selalu memberikan nilai
religius berupa motivasi siswa untuk menerapkan ajaran islam, seperti
hidup bersih, tegur sapa, menjaga silaturrahmi, ikut sholat zuhur
berjamaah ketika hendak pulang, dan ikut mengaji sebelum pelajaran
dimulai dengan baik. Dan ketika saya mengajar, saya selalu mengingatkan
hal tersebut kepada mereka. Kemudian,kami disini memperbanyak
kegiatan islami seperti yasinan setiap pagi jum‟at, mengaji sebelum
memulai pelajaran, dan sholat zuhur berjamaah bersama guru-guru
sebelum pulang sekolah.
l. Kendala apa saja yang terjadi dalam usaha meningkatkan akhlak siswa tersebut? Jawaban:
Kendala peningkatan akhlak jika terjadi sesuatu terhadap siswa ini tidak
ditangani ke guru BK melainkan langsung ke guru yang bersangkutan, hal
ini dikarenakan sekolah kami tidak mempunyai guru BK
m. Apakah ada sarana yang menunjang proses peningkatan pelaksanaan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Ada, sarana yang menunjang antara lain seperti tempat wudhu, tempat
ibadah (ruang kosong dijadikan musholla).
n. Bagaimana tindakan sekolah terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah? Jawaban:
Memberikan hukuman, seperti memungut sampah, mengepel lantai,
membersihkan wc, hapalan surah, hapalan perkalian. Yang jelas, hukuman
yang diberikan itu, untuk mendidik siswa, dan memotivasi anak untuk
lebih rajin belajar.
2. Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
a. Apakah ada pengalaman ibu selama mengajar, perbuatan anak didik yang kurang menyenangkan ibu guru? Jawaban:
Ada, memang benar kalau ditanya akhlak anak-anak saat ini memang
kurang baik, namun kebanyakan kenakalan yang mereka lakukan
merupakan kenakalan hal yang kecil, akan tetapi jikalau dibiarkan, maka
akan menjadi masalah yang besar
b. Apa tindakan ibu terhadap tindakan anak didik yang kurang menyenangkan atau melanggar tata tertib sekolah? Jawaban:
Akhlak anak yang kurang baik tersebut, akan ditangani secara intensif
melalui pendidikan pembelajaran Aqidah Akhlak. Itulah mengapa setiap
kelas disediakan mata pelajaran Aqidah Akhlak, yang diharapkan mampu
memperbaiki akhlak-akhlak siswa yang kurang baik. Kalau masih belum
mempan juga, panggil anak tersebut ke kantor, beri pengertian bagaimana
akhlak yang baik itu, jika sifat anak tersebut keras, seharusnya dikembalikan
ke guru BK. Namun, karena tidak adanya guru BK, terkadang guru-guru
yang disegani lah yang mengambil alih anak tersebut.
c. Apakah ada proses peningkatan Akhlak di dalam kelas? Jawaban:
Ada. Proses peningkatan terjadi apabila anak mengikuti guru tersebut. Jadi,
ibu dulu yang mengajarkan, sehingga menjadi panutan, kemudian setelah
itu, anak akan mencontoh apa yang sudah diajarkan dan dicontohkan sama
ibu.
d. Bagaimana respon peserta didik terhadap peningkatan akhlak ketika di dalam kelas? Jawaban:
Respon mereka tergolong baik. Apabila pembelajarannya seru, mereka akan
semangat sekali.
e. Apa saja faktor pendukung pada pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dalam meningkatkan akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
Jawaban:
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tua lah yang menjadi
orang yang pertama untuk mendidik mereka. Setiap anak pun memiliki
potensi masing-masing, dan potensi tersebut akan dipengaruhi oleh
keluarga, sehingga guru di sekolah hanya membantu untuk mengembangkan
potensi yang telah dimiliki oleh anak tersebut.
Kebiasaan siswa juga merupakan suatu faktor yang mempengaruhi dalam
peningkatan akhlak siswa. Karena para siswa yang sekolah di Madrasah ini
memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Apabila orangtua
memiliki watak keras di rumah, otomatis akan terbentuk sikap keras di
dalam diri anak tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika orangtua di rumah
mengajarkan watak yang lemah lembut, maka terbentuklah akhlak yang
lemah lembut pula pada diri anak tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan akhlak siswa adalah
lingkungan keluarga, dimana siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul „ulya
lebih memiliki banyak waktu dirumah bersama keluarga ketimbang mereka
disekolah. Jadi seharusnya orangtualah yang sangat berperan penting dalam
pembinaan siswa siswa dan guru di sekolah hanya melanjutkan pembinaan
tersebut. Jadi antara orang tua dan guru harus menjalin kerja sama yang
baik. Namun pada kenyataannya yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul
„ulya ini, terkadang orang tua tidak pernah sama sekali memantau anaknya
di sekolah. Padahal itu sangat penting dilakukan karena bisa saja siswa
dirumah baik karena takut pada orangtua tapi di sekolah akhlaknya berbeda.
Kerja sama antara guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam
menginternalisasikan nilai akhlak siswa. Jika orang tua hanya menyerahkan
sepenuhnya di sekolah saja untuk dapat mendidik dan meningkatkan akhlak
siswa akan sulit tercapai, karena terkadang siswa ketika berada di sekolah
akhlaknya tidak baik, tapi di rumah baik, demikian pula sebaliknya.
Kemudian faktor selanjutnya, kita sebagai guru, terutama saya sebagai guru
Aqidah Akhlak sekaligus pengganti orangtua mereka dirumah, bertugas
bukan hanya sebagai pengajar namun lebih dari pada itu, kita harus dapat
membimbing mereka untuk mengembangkan potensi mereka masing-
masing sehingga mereka dapat menemukan jati diri mereka dan menjadi
manusia yang berakhlakul karimah.
Nah untuk yang ketiga, jadi begini, Sering sekali bapak bertemu dengan
siswa madrasah ibtidaiyah ini yang bermain bersama temannya, mereka
bermain HP dan berkumpul rame-rame memakai motor mereka masing-
masing bersama anak dari sekolah lain. Saya selaku guru Aqidah akhlak
yang juga orangtua mereka waktu di sekolah memberikan nasehat agar
mereka tidak seperti itu lagi. Selain itu juga kami pihak sekolah juga
bekerjasama dengan masyarakat sekitar agar dapat melaporkan apabila ada
siswa yang akhlaknya tidak baik seperti bolos sekolah atau mengganggu
masyarakat sekitar. Seharusnya orangtua dapat memantau lingkungan
bermain anak mereka ketika sudah diluar jam sekolah. Karena pada saat itu
tanggung jawab untuk membina siswa telah berpindah kepada orangtua.
Seharusnya orangtua memantau anak-anak mereka dengan siapa anak-
anaknya bergaul ketika diluar jam sekolah. Karena zaman sekarang
pergaulan remaja sangat dikhawatirkan dan banyak sekali pengaruh-
pengaruh buruk yang bisa didapat siswa diluar. Untuk itu, sebelum siswa
terjerumus kedalam pergaulan yang tidak baik yang dapat berpengaruh
buruk terhadap akhlak, orangtua dan guru hendaknya bekerjasama dalam
memantau siswa tersebut. Guru memantau siswa ketika berada disekolah,
sedangkan orangtua mempunyai tanggung jawab besar untuk memantau
anak-anaknya diluar jam sekolah.
f. Kendala (faktor penghambat) apa yang ibu alami dalam meningkatkan akhlak anak didik di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Kendala yang dialami yaitu, siswa tersebut sering salah dalam
menggunakan media seperti HP, sehingga terkadang mereka tidak
membedakan antara guru dan teman, intinya mereka kurang menghargai
seorang guru sebagai guru, melainkan menganggap guru tersebut seperti
teman sendiri yang mereka dapat berbicara dengan seenaknya. Kemudian
untuk kendala berikutnya, tidak adanya guru BK, sehingga ketika ada anak
yang bermasalah, tidak ada guru khusus seperti guru BK yang dapat
menangani anak tersebut dengan baik. Kendala berikutnya, karakter
orangtua yang berbeda-beda. Misalkan orangtua cuek terhadap tugas
anaknya di sekolah dan keseharian anaknya disekolah, sehingga anak
tersebut tidak ada rasa ingin bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
disekolah kepada orangtuanya. Hal ini lah yang banyak menimbulkan sifat
anak-anak yang malas belajar.
g. Apa upaya yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Upaya yang dilakukan adalah seperti menekankan saling hormat, disiplin
dan berbagi antara satu dengan yang lain.
Ketika pembelajaran, kita menekankan siswa untuk bisa mempunyai nilai
religius itu sendiri. Meningkatkannya yaitu melalui pembelajaran di kelas,
dan praktek di lingkungan. Seumpama ada materi tentang akhlak terpuji
yakni dermawan, maka siswa dituntut untuk berbagi kasih, menolong teman
yang sedang dalam kesusahan. Dan diajarkan pada siswa untuk berakhlak
terpuji terhadap guru dan teman-temannya dengan menjaga silaturrahmi
yang baik. Ketika saya mengajar tentang akhlak, saya menekankan para
siswa untuk selalu berakhlak baik tidak hanya kepada sesama manusia tetapi
juga menjaga akhlaknya kepada Allah SWT. Kalau dengan sesama kita
berusaha untuk selalu menjaga silaturrahmi, ketika bertemu teman atau guru
mengucapkan salam, berjabat tangan dan bertutur kata yang baik. Kalau
akhlak kepada Allah, kita harus menjaga tingkah laku agar tidak
menyimpang dari ketentuan Allah.
3. Wali Kelas V
a. Apakah ada pengalaman bapak selama mengajar, perbuatan anak didik yang kurang menyenangkan bapak guru? Jawaban:
Ada beberapa hal yang pernah dilakukan oleh anak didik waktu itu. Tapi
alhamdulillah dapat diatasi.
b. Apa tindakan bapak terhadap tindakan anak didik yang kurang menyenangkan atau melanggar tata tertib sekolah? Jawaban:
Biasanya saya berikan hukuman ambil sampah disekitar wilayah sekolah.
c. Apakah ada proses peningkatan Akhlak di dalam kelas? Jawaban:
Sepertinya ada peningkatan yang terjadi. Misalkan hari ini belajar aqidah
akhlak, anak-anak yang nakal-nakal tadi, mereka ada yang berubah, jadi
lebih baik.
d. Bagaimana respon peserta didik terhadap peningkatan akhlak ketika di dalam kelas? Jawaban:
Sepertinya respon nya sangat baik. Terkadang terdengar antusias mereka
ketika sedang belajar.
e. Kendala apa yang bapak alami dalam meningkatkan akhlak anak didik di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Kelas 5 itu kan kebanyakan adalah masa-masa peralihan dalam pubertas,
jadi sifat mereka itu campur-campur, ada yang nakal, dan ada juga yang
cuek. Nah, seandainya ada anak yang bermasalah, terkadang saya tidak bisa
menanganinya sendiri. Seharusnya masalah seperti ini bisa ditangani jika
ada guru BK. Namun, kami disini tidak memiliki guru BK, jadi itu
merupakan sebuah kendala juga untuk para guru disekolah.
f. Apa upaya yang sudah bapak lakukan untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan akhlak siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Upaya yang dilakukan, seperti membiasakan kegiatan-kegiatan sosial dan
keagamaan kepada anak, mengaji sebelum pembelajaran dimulai, piket,
setor hapalan, berwudhu, dan lain-lain.
4. Wawancara dengan siswa kelas V
1) Dwi Aditya Duta Akbar a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk
Seberang Kota Jambi?
Jawaban:
Sedikit kak. Ribut dikelas sering, pernah tidak buat PR, baju kadang
tidak rapi.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah. Buk hasna baik, ramah.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Ada beberapa yang sudah, ada beberapa yang belum.
d. Apa saja yang sudah ananda laksanakan dan apa saja yang belum? Baju mulai rapi, tidak terlambat lagi, tapi masih sering ribut dikelas
kak,hehe
2) Kemas Khoirul Ihsan Asy‟ari a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Kadang masih suka ribut dikelas,jahili teman sampai
marah, ejek aja nama bapaknya, pasti marah tu.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
Jawaban:
Ibu hasna itu penyabar kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
insyaAllah sudah kak.
d. Apa saja yang sudah ananda laksanakan ? Sekarang sudah mulai belajar untuk tidak ribut dikelas lagi kak.
3) M. Iqbal Ramadhan a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Kadang buang sampah sembarangan, tidak sholat dan
ngaji, tidak membuat PR.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak. Ibu tu selalu hukum kami kalau kami salah.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Ada beberapa yang sudah, ada beberapa yang belum kak.
d. Apa saja yang sudah ananda laksanakan dan apa saja yang belum? Mulai membuang sampah di tong sampah, mulai sholat dan ngaji, tapi
PR sering lupa buat kak.
4) Kms Fitrah Alfarisy a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Tapi tidak sering. Seperti ribut dikelas, jahili teman,
manggil-manggil temen dengan kata woy nyet..
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak, ibuk sudah nyontohin ke kami perilaku baik.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Ada beberapa yang sudah kak, ada beberapa yang belum .
d. Apa saja yang sudah ananda laksanakan dan apa saja yang belum? Mulai mengurangi ribut dikelas. Tapi masih susah hilangin kebiasaan
jahilin temen kak.
5) Aditya Firmansyah a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Manggil temen dengan nama bapaknya.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah. Bu hasna selalu berprilaku baik.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Belum kak.
d. Apa saja yang belum ananda laksanakan? Masih susah hilangin kebiasaan manggil temen dengan nama bapaknya
kak, soalnya sudah hapal nama-nama bapak mereka.
6) Rts. Ristia Ramadhani a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Kami pernah terlambat datang ke sekolah.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah. Bu hasna selalu ngingetin kami semua untuk berbuat baik.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Alhamdulillah sudah kak.
d. Apa saja yang sudah ananda laksanakan ? Alhamdulillah sekarang kami tidak pernah terlambat lagi kak.
7) Halumal Kiromah a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
Jawaban:
Tidak pernah kak.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
d. Apa saja yang sudah ananda laksanakan ? Jawaban :
Belajar dengan baik, tidak nakal kepada teman.
8) Hairunnisa Suci Ramadhani a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Terlambat berangkat sekolah. Waktu itu kami kesiangan
bangun
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
Jawaban:
Belum kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang belum ananda laksanakan? Kami suka gangguin temen nyagili mereka. Seru kak. Hehe
9) M. Alif Arphani a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Tidak buat PR. Terus manggil temen dengan sebutan
cug.hehe
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak. Tapi kadang kami merasa bosan belajar kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang belum ananda laksanakan? Bantu teman yang kesulitan, selalu mengerjakan PR dirumah.
10) Aliva Yuniarni Safira Putri a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Alhamdulillah tidak pernah kak.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Alhamdulillah sudah kak
d. Apa saja nilai akhlak yang sudah ananda laksanakan? Belajar dengan baik, tidak mengganggu teman, dan memperhatikan
guru ketika sedang belajar.
11) MGS Audriansyah Taufani a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Buang sampah dilapangan.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak..ibu hasna baik.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang sudah ananda laksanakan? Buang sampah ditong sampah dan tidak pernah buang sampah
dilapangan lagi.
12) Raisatun Nuha a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Tidak pernah kak.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak. Bu hasna gak pernah bosan-bosannya negur kami kalau
kami salah.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak alhamdulillah.
d. Apa saja nilai akhlak yang sudah ananda laksanakan? Sholat 5 waktu dan ngaji, rajin belajar.
13) Rts Devina Hasrianty a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Tidak pernah kak.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi?
Jawaban:
Sudah kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang sudah ananda laksanakan? Bertanggung jawab, jujur, dan selalu berdo‟a sebelum belajar.
14) Rts Denisa Faradina a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Tidak pernah kak alhamdulillah.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak. Ibu selalu baik.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang belum ananda laksanakan? Sering membantu teman yang kesusahan, meminjamkan pena sama
teman.
15) Rd M Rahman Fauzan a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Alhamdulillah tidak pernah kak, kalau pernah mungkin kami khilaf.
Tapi kami beberapa kali manggil teman kmi dengan istilah-istilah.
Kayak cug, cuy, bahkan kmi pernah manggil mereka dengan nama-
nama binatang, nyet monyet, dan lain-lain.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kayaknya kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Alhamdulillah kayaknya belum kak
d. Apa saja nilai akhlak yang sudah ananda laksanakan? Kami belum menghormati teman-teman kmi kak.
16) Nabil Al Nabawi a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Alhamdulillah tidak pernah kak.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang sudah ananda laksanakan? Memungut sampah apabila lihat sampah kak, menghapus papan tulis
setelah belajar.
17) M. Rijal Alfi Satria a. Apakah ananda pernah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di
MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Pernah kak. Manggil teman dengan istilah coeg, cuy, nyet dan lain-lain.
b. Apakah guru pembelajaran Aqidah Akhlak sudah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh siswa di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Sudah kak. Bu hasna sampe capek mungkin nasehati kami yang kayak
gini.
c. Apakah ananda sudah melaksanakan nilai akhlak yang di ajarkan dan di contohkan oleh guru pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Sa‟adatul Ulya Kelurahan Tanjung Raden Kecamatan Danau Teluk Seberang Kota Jambi? Jawaban:
Belum kak.
d. Apa saja nilai akhlak yang belum ananda laksanakan? Kami suka manggil teman dengan panggilan itu tu, nanti teman tu
marah. Senang kami lihatnya.hehe
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Miftakhul Jannah
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Mendahara Ulu, 19 Februari 1997
Alamat : Jalur II B Unit 1 Desa Mekar Sari Makmur
Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro
Jambi
Hobi : Reading, Watching, Travelling, & Listening of Music
Alamat Email : [email protected]
No. Kontak : 085267544778
Pendidikan Formal :
1. TK Dharma Wanita Suka Makmur
2. SDN 153/IX Mekar Sari Makmur
3. SMPN 12 Muaro Jambi
4. MA As‟ad Seberang Kota Jambi
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota bidang keagamaan Badan pengurus Harian Himpunan Mahasiswa
Jurusan (BPH HMJ)
2. Anggota racana Sulthan Thaha – Sri Soedewi (ST – SS) UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
Motto hidup :
Allahummadipaksapastibisadanjuara. Percaya atau tidak, bagiku semua keahlian
itu berasal dari dipaksa, ditempa, dan dibiasakan. Demi bahagiakan orangtua
<3