PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

88
PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA (MAZMUMAH ) DI MTsS TABEK PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI Ditulis sebagai syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar Oleh: RUSYDI AULIA PUTRA NIM 15300100100 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2020

Transcript of PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

Page 1: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

1

1

PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH

AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA (MAZMUMAH ) DI MTsS

TABEK PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis sebagai syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar

Oleh:

RUSYDI AULIA PUTRA

NIM 15300100100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2020

Page 2: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

2

Page 3: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

3

Page 4: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

4

Page 5: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

i

i

ABSTRAK

RUSYDI AULIA PUTRA, NIM 15300100100, Judul skiripsi,

“PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH

AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA (MAZMUMAH) DI MTsS

TABEK KABUPATEN TANAH DATAR” Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Batusangkar 2019, jumlah halaman pada skripsi ini adalah 71 halaman.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah dalam proses pembelajaran

Akidah Akhlak di MTsS Tabek Kabupaten Tanah Datar cenderung monoton

karena masih menggunakan metode konvensional sehingga membuat siswa

kurang aktif. Hal ini membuat materi tidak tersampaikan dengan efektif dan

berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah hasil belajar dengan menggunakan metode simulasi lebih baik

dari pada hasil belajar metode konvensional pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Materi Akhlak Tercela (Mazmumah) di MTsS Tabek pariangan Kabupaten Tanah

Datar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII di MTsS Tabek Pariangan. Dari hasil

perhitungan statistik didapatkan populasi berdistribusi normal. Pengambilan

sampel dilakukan dengan cara populasi sampel diteliti sebanyak 30 orang siswa

yakni 15 orang siswa kelas eksperimen dan 15 orang kelas kontrol.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil

siswa dengan perhitungan statistik hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

adalah 75,74, sedangkan kelas kontrol 74,8 Dari uji hipotesis diperoleh t hitung>t

tabel dimana 2,84>0,011 sehingga hipotesis diterima. Dapat disimpulkan bahwa:

“Hasil belajar Akidah akhlak dengan penerapan metode simulasi lebih baik dari

hasil belajar metode konvensional dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas VIII

di MTsS Tabek Kabupaten Tanah Datar”.

Keyword: Metode Simulasi, Hasil Belajar.

Page 6: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

ii

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillallahi Rabbil „Alamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke

hadirat Allah Swt. yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH

AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA MAZMUMAH DI MTsS

TABEK PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR”. Selanjutnya

shalawat serta salam senantiasa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw.

yang telah berjuang membawa umat Islam dari zaman jahiliah kepada zaman yang

berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena

keterbatasan kemampuan dan literatur yang dimiliki. Namun berkat kesungguhan

penulis serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Batusangkar yang telah memberikan fasilitas sehingga penulisan skripsi ini

dapat diselesaikan.

2. Bapak. Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Batusangkar.

3. Ibuk Susi Herawati, S.Ag, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

4. Ibuk Gustina, M.Pd selaku pembimbing sekaligus sebagai dosen PA yang

telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ridwal Trisoni, S.Ag, M.Pd dan ibuk Dra. Hj. Eliwatis, M.Ag

selaku penguji skripsi ini.

Page 7: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

iii

Page 8: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI

BIO DATA

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C. Batasan Masalah........................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

G. Defenisi Operasional .................................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Simulasi ........................................................................................ 10

1. Pengertian Metode Simulasi dan Tujuan Metode Simulasi ................... 10

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi......................................... 13

3. Prinsip dan Langkah-Langkah Dalam Metode Simulasi ....................... 14

4. Karakteristik Metode Simulasi .............................................................. 16

B. Akidah Akhlak ........................................................................................... 17

1. Pengertian akidah akhlak ..................................................................... 17

Page 9: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

v

2. Fungsi dan Tujuan Mengejar Akidah Akhlak ..................................... 19

3. Teknik penyajian dan langkah-langjkah Mengajar Aqidah Akhlak .... 21

4. Metode Pendidikan Aqidah Akhlak ..................................................... 21

5. Langkah-langkah Mengajar Akidah Dan Akhlak ...............................

6. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ........................................................... 24

7. Pembagian Akidah Akhlak .................................................................. 25

C. Pembelajaran dan Hasil Belajar ................................................................. 30

1. Pengertian Pembelajaran ....................................................................... 30

2. Pengertian Hasil belajar ......................................................................... 31

3. Pengertian dan Syarat Guru ................................................................... 31

4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ......................................................... 32

5. Peran Guru ............................................................................................. 33

D. Kajian Penelitian Yang Relevan ................................................................ 36

E. Kerangka Berfikir....................................................................................... 38

F. Hipotesis ..................................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 41

B. Metode Penelitian....................................................................................... 41

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 41

D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 42

E. Variabel Penelitian dan Data Penelitian ..................................................... 44

F. Pengembangan Instrumen .......................................................................... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 54

H. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 54

I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ............................................................................................ 58

B. Analisis Data .............................................................................................. 61

C. Pembahasan ................................................................................................ 65

Page 10: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

vi

D. Kendala Yang Dihadapi ............................................................................. 67

E. Solusi .......................................................................................................... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 70

B. Saran .......................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Akidah

Akhlak Kelas VIII di MTsSTabek-pariangan

kabupaten Tanah Datar.

4

3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII MTsS Tabek-Pariangan

Tanah Datar 2018/2019

42

3.2 RPP Kelas Eksperimen 46

3.3 RPP Kelas Kontrol 48

3.4 Kriteria Daya Pembeda 51

3.5 Klasifikasi Tingkat KesukaranSoal 52

3.6 Kriteria Validitas Tes 53

3.7 Kriteria Reabilitas Soal 53

4.1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

58

4.2 Hasil Analisis data tes hasil belajar kelas eksperimen

dan kontrol

59

4.3 Persentase Aspek ketuntasan Siswa pada

AspekKognitif

59

Page 12: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa kelas

Experimen

60

4.2 Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa kelas

Kontrol

60

4.3 Uji Normalitas Kelas VIII 1 62

4.4 Uji Normalitas Kelas VIII 2 63

4.5 Uji Homogenitas

64

Page 13: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Normalitas Sebelum Treatment Kelas Eksperimen 77

2 Nilai Sebelum Treatment Kelas Kontrol 78

3 Normalitas Sebelum Eksperimen 79

4 Nilai Sebelum Treatment Kelas Kontrol 79

5 Nilai sebelum treat kelas eksperimen 80

6 Nilai sebelum treat kelas kontrol 80

7 Hipotesis 81

8 Nilai Setelah Treatment Kelas Eksperimen 82

9 Nilai Setelah Treatment Kelas Kontrol 83

10 Normalitas Setelah Kelas Eksperimen 84

11 Normalitas Setelah Kelas Kontrol 84

12 Nilai uji coba 85

13 Normalitas uji coba 86

14 Normalitas kelas eksperimen 86

15 Kelas control 87

16 Homogenitas 87

17 Hipotesis 88

18 T, Tabel 89

19 RPP Kelas Eksperimen 90

20 RPP Kelas Kontrol 100

21 Surat Mohon Izin Penelitian 109

22 Surat keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di

MTsS Tabek Kabupaten Tanah Datar

110

23 Surat keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

MTsS Rambatan Kabupaten Tanah Datar

111

24 Dokumentsi 112

Page 14: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan

lingkunganya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka

mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani

pikir, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani) menimbulkan perubahan positif dan

kemajuan, baik kognitif, efektif, maupun psikomotorik yang berlangsung

terus-menerus guna mencapai tujuan hidup (Ahmadi, 2014:38).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

mendefinisikan pendidikan:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sebagai proses

pendidikan merupakan serangkaian kegiatan intraksi manusia dengan

lingkunganya yang dilakukan secara sengaja. Sebagai hasil, pendidikan

menunjukan pada hasil intraksi manusia dengan lingkungannya berupa

perubahanm, peningkaatan kognitif, efekif dan psikomotor. Jadi, dapat

dipahami bahwa pendidikan merupakan upaya sesorang dalam

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga menjadi manusia

yang cerdas, berilmu, kreatif, mandiri berkhlak mulia, dan bertaqwa kepada

Allah SWT.

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan

keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara

melalui materi keimanan, bimbingan ibadah, bertaqwa dan berakhlak mulia

1

1

Page 15: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

2

dalam ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan

Hadits melalui kegiatan pembimbing, pengajaran, dan latian serta penggunaan

pengalaman (Supardi, 2009:28). Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah

untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

selama hidupnya, dan matipun tetap dalam keadaan muslim (Derajat dalam

Akmal Hawi, 2013:20). Oleh sebab itu, tujuan pendidikan agama Islam adalah

untuk membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah SWT, cerdas,

terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan

masyarakat guna tercapainya kebahagian dunia dan akhirat.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek yang sangat

penting yang diajarkan kepada peserta didik. Materi yang terkandung di

dalamnya mencakup segala aspek kehidupan manusia yang dijadikan amal

shalih dalam kehidupan dunia dan dipertanggung jawab di akhirat. Menurut

Ahid (2010:140-141) pendidikan agama dan spritual bearti membangkitkan

kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak

melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.

Pentingnya materi Pendidikan Agama Islam bagi peserta didik maka

diperlukan suatu metode pembelajaran yang baik sehingga materi dapat

dipahami. Menurut Adi (2000:39) sebuah materi pelajaran yang baik, tidak

akan dapat dicerna pesrta didik apabila tidak menggunakan metode yang baik

dalam menyampaikan analisis. Pemilihan metode di awal tahun pelajaran akan

memberikan gambaran bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran satu

semester kedepan. Guru perlu mempertimbangkan karakteristik peserta didik

serta tujuan pembelajaran itu sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu tugas

penting seorang guru.

Tugas guru yang terpenting adalah merancanakan dan menuntut

peserta didik melakukan kegiatan belajar guna mencapai perkembangan dan

pertumbuhan yang diinginkan, guru harus membimbing murid agar mereka

memperoleh keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan,

kebiasaan yang baik dan perkembangan sikap. Peran dan kedudukan guru

Page 16: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

3

yang tepat dalam proses interaksi belajar akan menjamin tercapainya tujuan

pembelajaran.

Menurut Djamarah (2005) peranan yang diharapkan dari guru seperti

berikut. (1) Guru sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai

yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus

betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. (2) Guru sebagai

inspirator, guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) yang baik bagi

kemajuan belajar anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham)

bagaimana cara belajar yang baik. Guru juga harus dapat memberikan

informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. (3) Guru sebagai

informator yang baik dan efektif, guru harus menguasai bahasa dalam

berkomunikasi. Penguasaan bahasa ditopang dengan penguasaan bahan yang

akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang

mengerti apa kebutuhan anak didik. (4) Guru sebagai demonstrator, guru

harus dapat menunjukkan bagaimana agar setiap materi pelajaran bisa lebih

dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik.Dalam interaksi edukatif tidak

semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami.. Untuk itu, guru harus

berusaha dengan membantunya dengan cara memperagakan apa yang

diajarkan secara didaktis sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan

pemahaman anak didik.

Melihat peran guru di atas maka dapat disimpulkan bahwa suksesnya

seorang guru menyampaikan materi pelajaran tergantung bagaimana cara

seorang guru sersebut pandai untuk memakai metode yang tepat dalam

menyampaikan pelajaran sehingga akan dapat dengan mudah memahami

pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di MTsS Tabek

kabupaten Tanah Datar, terdapat beberapa masalah selama yang penulis

temukan dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak diantaranya: (1) guru

menyampaikan materi pelajaran dengan metode konvensional atau metode

ceramah seadanya tanpa dibantu dengan strategi dan metode yang menarik

sehingga membuat kurangnya perhatian peserta didik pada pembeajaran;

Page 17: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

4

masih banyak peserta didik yang kurang bertanggung jawab dan sportifitas

saat diminta menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Peserta didik kurang

aktif dalam melibatkan diri di kelas, bila di minta untuk belajar dalam

kelompok hanya beberapa anggota saja yang turut andil dalam menyelesaikan

tugas dalam kelompok; materi pembelajaran akidah akhlak masih sering

difokuskan kepada penguasaan materi tanpa mempetimbangkan pemahaman

peserta didik; metode guru dalam menyampaikan materi belum dirubah-rubah

hanya mengandalkan metode ceramah dan mencatat tiap materi yang di

sampaikan; dan peserta didik kurang sadar bahwa prilakunya dalam proses

pembelajaran sering melakukan sikap tercela (mazmumah).

Berdasarkan masalah yang penulis temukan di atas, hal tersebut

menjadikan materi pembelajaran tidak tersampaikan dengan efektif sehingga

proses pembelajaran membosankan dan kurang menarik perhatian peserta

didik dan juga berdampak pada rendahnya hasil belajar pesra didik pada

pembelajaran akidah akhlak dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang

dilakukan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MTsS Tabek Pariangan

Kabupaten Tanah Datar, banyak nilai peserta didik belum mencapai KKM

(Kriteria Ketentuan Minimal) yang ditetapkan oleh MTsS Tabek-Pariangan

Baru Kabupaten Tanah Datar untuk kelasVIII yaitu 75,00.

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Akidah Akhlak Kelas

VIII di MTsS Tabek-Pariangan Kabupaten Tanah Datar

No Kelas Jumlah

Peserta

didik

Tuntas Tidak

Tuntas

Persentase Ketuntasan

Tuntas Tidak

Tuntas

1 VIII.1 15 8 7 53,34% 46,67%

2 VIII.2 15 9 6 60% 40%

Sumber: Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak MTsS Tabek-Pariangan Kabupaten

Tanah Datar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih banyak nilai peserta

didik yang belum tuntas dari batas ketuntasan minimal yang ditetapkan

sekolah.

Page 18: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

5

Afiful Ikhwan (dalam Armai Arief, 2017:2) menyatakan bahwa,

pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat

untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.

Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada

peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri.

Sebuah filosofis mengatakan bahwa “al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah”

(metode jauh lebih penting dari materi) adalah sebuah realita bahwa cara

penyampaian yang komunikatif lebih disenangi anak didik walaupun

sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi

yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka

materi itu sendiri kurang dapat dicerrna oleh anak didik. Oleh karena itu,

penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan

dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran Akidah

Akhlak, guru dituntut untuk mampu menggunakan metode dalam

menyampaikan materi kepada peserta didiknya yang membantu peserta didik

dalam memahami materi pelajaran dengan efektif. Metode pemebelajaran

adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek

sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru. Salah

satunya adalah metode simulasi. Gilstrap dalam (Hasibuan dan Moedjiono,

2010: 27) yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk:

role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Sedangkan menurut

Hyman dalam bukunya Ways of Teaching, simulasi merupakan salah satu

metode yang termasuk ke dalam kelompok role playing, dan bentuk-bentuk

role playing yang lain adalah sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.

Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian

pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami

tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Metode Simulasi

merupakan peniruan atau perbuatan srategi atau yang bersifat menirukan suatu

peristiwa seolah-olah seperti peristiwa sebenarnya, sehingga peserta

Page 19: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

6

mendefinisikan simulasi dengan memperoleh intisari atau pokok sesuatu tetapi

tanpa keseluruhan aspek kenyataan.

Simulasi dalam perspektif model pembelajaran adalah sebuah replikasi

atau visualisasi dari sebuaah sistem, misalnya sebuah prencanaan pendidikan,

yang berjalan pada kurun waktu tertentu. Sementara itu, menurut Sri Anitah

(2007:522) digunakan dalam pembelajaran kelompok. Dengan kata lain,

metode simulasi merupakan peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan

Seolah-seolah seperti peristiwa yang sebenarnya. Sehingga peserta didik

memperoleh pengalamannyata sambil memperoleh pengetahuan.

Dengan demikian, penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran

sesuai dengan kecenderungan pembelajaran modren yang menuju kepada

pembelajaran peserta didik yang bersifat individu dan kelompok kecil,

heuristik (mencari sendiri perolehan) danaktif. Sesuai dengan hal ini, simulasi

menurut Derick dan Alees (dalam Ahmadi, 2005:84) menyatakan bahwa

simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan peserta

didik dalam proses pembelajaran, yaitu metode simulasi merupakan bentuk

teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik mengambil peran

didalamnya.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Metode Simulasi Pada Pembelajaran Akidah

Akhlak Materi Akhlak Tercela (Mazmumah) di MTsS Tabek Kabupaten

Tanah Datar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode konvensional dan

metode ceramah seadanya tanpa dibantu dengan strategi dan metode yang

menarik sehingga membuat kurangnya perhatian siswa pada pembeajaran.

Page 20: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

7

2. Masih banyak terdapat peserta didik yang kurang bertanggung jawab dan

sportifitas saat diminta menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Peserta

didik kurang aktif dalam melibatkan diri di kelas.Bila diminta untuk

belajar dalam kelompok hanya beberapa anggota saja yang turut andil

dalam menyelesaikan tugas dalam kelompok.

3. Pembelajaran cenderung monoton dan siswa kurang aktif dalam materi

pembelajaran akidah akhlak masih sering difokuskan kepada penguasaan

materi tanpa mempetimbangkan pemahaman peserta didik.

4. Kurangnya perhatian peserta didik terhadap prilakunya dalam proses

pembelajaran akidah akhlak pada materi sikap tercela (mazmumah).

5. Masih banyak hasil belajar siswa yang dibawah KKM

6. Ketika guru menerangkan pembelajaran masih ada siswa yang tidak

memperhatikan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,

penelitian ini dibatasipada hasil belajarkognitif dengan penerapan metode

Simulasipada pembelajaran Akidah Akhlak materi Akhlak Tercela

(Mazmumah) di MTsS Tabek Pariangan Kelas VIII Kabupaten Tanah Datar”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan

masalah adalah: apakah hasil belajar siswa menggunakan penerapan Metode

Simulasi pada pembelajaran Akidah Akhlak materi Akhlak Tercela

(Mazmumah) di MTsS Tabek Pariangan Kelas VIII Kabupaten Tanah

Datarlebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan metode

konvensional.”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan

Page 21: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

8

metode Simulasi pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Materi Akhlak Tercela

(Mazmumah) di MTsS Tabek Pariangan Kabupaten Tanah Datar lebih baik

dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional”.

F. Manfaat dan penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penilitian ini adalah:

1. Manfaat teoretis

Secara umum penilitian ini dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan dunia pendidikan dan masyarakat tentang hubungan minat

belajar dan kehadiran siswa di sekolah atau dikelas. Selain itu, dapat

menambah wawasan dan informasi mengenai hubungan antara minat dan

kehadiran siswa terhadap hasil belajar Akidah Akhlak dan Menambah

wawasan penulis tentang penelitian dan teori-teori yang terkait dengan

pembahasan ini serta dapat dijadikan bekal untuk mengajar dimasa yang

akan datang.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Dapat masukan memberikan informasi bagi siswa tentang

pentingnya minat belajar dan kehadiran siswa dalam meningkatkan

hasil belajara kidah akhlak.

b. Bagi Guru

Menambah informasih dan wawasan bagi guru dalam upaya

meningkatkan hasil belajar akidah akhlak denagan dukungan minat

belajar dan kehadiran siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah dalam usaha untuk menumbuh

kan minat belajar dan kehadiran siswa dalam kegiatan pemebelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar.

d. Bagi Peneliti

Sebagai wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam tahapan

pembinaan diri sebagai pendidik.

Page 22: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

9

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul maka perlu

penulis memberikan beberapa penjelasan istilah-istilah berkaitan dengan judul

sebagai berikut:

1. Metode Simulasi

Metode Simulasi merupakan metode pelatihan yang

memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan

yang sesungguhnya, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian

pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami

suatu konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu. Jadi yang penulis maksud

metode simulasi dalam penelitian ini ialah simulisi dengan penerapan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Akidah Akhlak

Akidah akhlak ialah dasar-dasar pokok kepercayaan atau

keyakinan hati seoarang muslimyang bersumber ajaran islam yang wajib

di pegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Jadi yang penulis maksud ialah akidah akhlak merupakan mata pelajaran

di MTsS Tabek.

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upayah guru mengorganisasikan

lingkungan terjadi dalamproses belajar mengajar. Jadi yang penulis

maksud ialah proses pembelajaran dengan mernerapkan metode simulasi

pada pembelajaran akidah akhlak materi Akhlak Mazmumah di MTsS

Tabek.

Page 23: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

10

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Simulasi

1. PengertianMetode Simulasi dan Tujuan Metode Simulasi

Metode merupakan salah satu sub sistem dari sistem pembelajaran

yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara atau prosedur

yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan

memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Hyman dalam (Hasibuan dan Moedjiono, 2010: 27)

simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam kelompok

role playing, dan bentuk-bentuk role playing yang lain adalah sosiodrama,

permainan, dan dramatisasi Role Playing; atau bermain peran bertujuan

menggambarkan suatu peristiwa masa lampau dan dapat pula cerita yang

kemungkinan terjadi baik kini maupun mendatang. Pemeran melakukan

perannya sesuai dengan daya khayal tentang pokok yang diperankannya.

a. Sosiodrama; semacam drama social, berguna untuk menanamkan

kemampuan menganalisis situasi social tertentu. Cerita yang diangkat

dari kehidupan social.

b. Psikodrama; hampir mirip dengan sosiodrama, tapi psikodrama lebih

menekankan pada pengaruh psikologinya.

Sementara menurut Sri (2007:522) metode simulasimerupakan

salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran kelompok proses pembelajaran yang menggunakan metode

simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya,

melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi

dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar. Jadi,

metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan

suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya.

Permaianan simulasi seperti ini juga permainan yang lain

mempunyai batas waktu dan aturan-aturan tertentu yang membatasi

10

Page 24: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

11

kebebasan pemain. Permainan yang lain mempunyai batas waktu dan

aturan-aturan tertentu yang agak membatasi kebebasan pemain. Permainan

simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk mereflesikan situasi

yang dimodifikasi dan dibuat lebih sederhana atau diambil sebagian atau

dikeluarkan dari konteksnya (Ahmadi, 2005:83). Dalam hal ini perlu

diperhatikan bahwa situasi yang disimulasikan hendaknya tidak selalu

kompleks dan tidak terlalu sederhana. Apabila terlalu kompleks para

pemain menjadi kurang berani memainkanya, permainan simulasi tetap

dapat menyediakan suatu gambaran kehidupan dan kenyataan yang bearti.

Penekanan dalam metode simulasi adalah pada kemampuan siswa

untuk berimitasi sesuai dengan objek yang diperankan. Pada titik fianlnay

diharapakan siswa mampu untuk mendapatkan kecakapan bersikap dan

bertindak sesuai dengan sebenarnya (Armai, 2000:183). Motode simulasi

pada dasarnya merupakan salah satu startegi pembelajaran yang bertujauan

memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkret melaui penciptaan

tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya dan

berlangsung dalam suasan yang tanpa resiko.

Jadi, untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan

terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.

Dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam, metode ini bisa digunakan

untuk bidang-bidang sejarah. Peserta didik diharapkan mampu menirukan

peristiwa sejarah atau perilaku keagamaan yang diharapkan dapat dicontoh

atau diteladani oleh peserta didik dalam kehidupan, atau bisa juga perilaku

atau peran-peran yang harus dihindari oleh peserta didik dalam kehidupan

agar peserta didik memiliki kemampuan mengamalkan perintah agama dan

menjauhi larangan.

Dalam pelaksanaan penggunaan Hardini dan Dewi Puspita Sari

(2012:31) menyatakan bahwa dalam metode simulasi ini perlu

memerhatikan beberapa hal:

Page 25: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

12

a. Pada tahap permulaan proses belajar, diperlukan tingkat di bawah

realitas. Siswa diharapkan mengindentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat

benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu,dan sebagainya.

b. Pada tahap pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang

memadai. Siswa diharapakan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan

dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengordinasikan

keterampilan-keterampilan.

c. Pada tahap akhir, ditingkat perlukan tingkat realitas yang tinggi.

d. Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.

Ada beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi

(Ahmadi, 2005: 84) dapat dilihat sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa

dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang

sebenarnya.

b. Untuk melatih siswa mengusai keterampilan tertentu, baik yang

bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.

c. Untuk pelatihan memecahkan masalah.

d. Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa

e. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasi-

situasi masyrakat di sekitarnya.

f. Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan

memahami hubungan antara manusia, bekerjasama dalam kelompok

dengan efektif, menghargai dan memahamiperasaan dan pendapat

orang lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa.

Metode permainan simulasi dapat digunakan dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam terutama mata materi akhlak tercela

(mazmumah). Karena dengan metode siswa akan lebih dapat menghayati

tentang pelajaran yang diberikan.

Page 26: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

13

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi

Hardini dan Dewi Puspita sari (2012) mengungkapkan bahwa

metode simulasi memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut.

a. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi

yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat,

maupun menghadapi dunia kerja

b. Dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena siswa di beri

kesempatan untuk memainkan peran sesuai dengan topik yang di

simulasikan.

c. Dapat memupuk keberaniandan percaya diri siswa

d. Memperkarya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang di perlukan

untuk mnghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

e. Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran

Sanjaya (2008: 160) mengatakan bahwa, terdapat beberapa

kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar,

diantaranya:

a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi

situasi yang sebenarnya kelak.

b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa

c. Simulasi dapat memupuk kebenaranian siswa.

d. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Jadi, dapat penulis pahami bahwa, kelebihan metode simulasi

sebagai metode mengajar dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam

menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, mengembangkan kreativitas

dan meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Disamping memiliki kelebihan, metode simulasi juga memiliki

beberapa kelemahan. Hardini dan Dewi Puspita Sari (2012: 31)

mengatakan bahwa kelemahan metode simulasi adalah:

a. Biaya pengembangannya tinggi dan memerlukan waktu yang lama.

b. Fasilitas dan alat-alat khususnya yang di butuhkan mungkin sulit di

peroleh serta mahal harga dan pemeliharaanya.

Page 27: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

14

c. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan

sesuai dengan kenyataan di lapangan.

d. Pengelolaan yang kurang baik,sering simulasi di jadikan sebagai alat

hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi kurang baik.

e. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memepengaruhi

siswa dalam melakukan.

Sanjaya (2008: 160) mengatakan bahwa, terdapat beberapa

kelemahan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar,

diantaranya: Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu

tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan, Pengelolaan yang kurang

baikdanfaktor psikologis.

3. Prinsip dan Langkah-Langkah dalam Metode Simulasi

Ramayulis (2012: 382) menyatakan bahwa, pemakaian simulasi

dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam pelaksanaanya

memperhatikan prinsi-prinsip sebagai berikut:

a. Simulasi itu dilakukan oleh kelompok peserta didikdan setiap

kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakansimulasi yang

sama maupun berbeda.

b. Semua peserta didik harus dilibatkan sesuai peranannya.

c. Penentuan topik dapat dibicarakan bersama

d. Petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan secarater perinci atau

secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan tujuan simulasi

e. Dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakupsemua ranah

pembelajaran; baik kognitif, afektif maupun psikomotorik simulasi

adalah latihan keterampilan agar dapatmenghadapi kenyataan dengan

baik.

f. Simulasi harusmenggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang

berurutan yangdiperkiran terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.

g. Hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, terjadinya

proses sebab akibat, pemecahan masalah dan sebagainya.

Page 28: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

15

Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalampelaksanaan

simulasi agar benar-benar dapat dilakukan sesuai konsepsimulasi dalam

berbagai bentuknya. Prinsip ini berlakuku dalam setiapmata pelajaran dan

standar kompetensi yang sesuai dengan prinsipprinsip tersebut yang

berhubungan dengan peristiwa nyata. Oleh sebab itu untuk memilih materi

atau topik mana yang akan digunakan dengan metode simulasi sangat

bergantung pada karakteristik dan prinsip-prinsip simulasi dihubungkan

dengan karakteristik mata pelajaran sebagaiman dijelaskan di atas.

Pada dasarnya Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok peserta

didik meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu atau

berpasangan. Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat

melakukan simulasi yang sama atau berbeda dengan kelompok lainnya.

Oleh sebab itu dalam prinsip pelaksanaannya harus terjadi proses kegiatan

yang menghasilkan domain efektif, (seperti menyenangkan,

menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong,

dan sebagainya), psikomotor (misalnya, keterampilan berbicara, bertanya,

berdebat, mengemukakan pendapat, memimpin, mengorganisir, dan

sebagainya) dan kognitif (misalnya, memahami konsep-konsep tertentu,

pengertian teori dan sebagainya).

Oleh sebab itu perlu jelas langkah-langkah dalam pelaksanaan

simulasi, yang terdiri dari tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap

penutup (Sumiati dan Asra, 2008: 100) mengatakan bahwa:

a. Tahap Awal Simulasi

1) Guru menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak

dicapai oleh simulasi.

2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan

disimulasikan.

3) Guru membentuk kelompok dan menentukan alat yang digunakan.

4) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi,

peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu

yang disediakan.

Page 29: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

16

5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi

b. Pelaksanaan simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.

2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang

mendapat kesulitan.

4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini

dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam

menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

c. Penutup

1) Guru dan siswa melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi

maupun materi cerita yang disimulasikan.

2) Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan

tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

3) Guru merumuskan kesimpulan

4. Karakteristik Metode Simulasi

Sebagai sebuah metode pembelajaran yang bersifat peniruan suatu

peristiwa, metode simulasi memiliki karakteristik yangmencerminkan

metode ini berbeda dengan metode-metode lain, di antaranya (Sri Anitah,

2007: 523) mengatakan bahwa:

a. Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi

merupakanbagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui

pembelajaran simulasi.

b. Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa.

c. Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual.

d. Bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai

sosial, maupun masalah-masalah sosial

Page 30: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

17

B. Akidah akhlak

1. Pengertian Akidah Akhlak

Secara etimologi (bahasa ) akidah dari kata “aqadah ya’qidu-

aqadan” bearti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh. Disebut demikian

karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu.

dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Menurut

istilah (terminologi) akidah ialah dasar-dasar pokok kepercayaan atau

keyakinan hati seoarang muslim yang bersumber ajaran islam yang wajib

di pegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Syaik Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah

kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat di terima

oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan

pujianya, dipastikan kebenaranya, ditetapkan, ditetapkan keshalehannya

dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta

berlaku selamanya, seperti keyakinan manusia akan adanya sang pencipta,

keyakinan ilmu kekuasaan, keyakinan manusia akan ketaatanya dan

menyempurnakan akhlak yang di maksud dalam bahsa arab akidah dan

indonesia akidah.

Kata Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa arab, bentuk

jamak kata khuluq atau al-khuluq yang secara bahasa anatara lain, bearti

budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.

Dalam Ilyas (2007), hakikat akhlak menurut Alghazali harus

mencakup 2 syarat:

a. Perbuatan itu harus berulang kali dilakukan (kontinu) dalam bentuk

yang sama sehinga menjadi kebiasaan.

b. Perbuatan itu harus tumbuh dari dalam bukan dari sebuah paksaan

orang lain

Ibnu miskawaih menyebutkan dalam kitabnya adalah sifat jiwa

yang tertanam dalam jiwanya dengan lahirnya sifat dan perbuatan yang

baik, buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dari

beberapa definisi di atas dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut:

Page 31: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

18

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam diri

seorang sehinnga telah menjadi kepribadiannya

b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa pemikiran. Ini tidak bearti bahwa pada saat melakukan sesuatu

perbuatan yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan dalam

keadaan sehat pemikiranya

c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang

yang mengerjakannya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang,

yakni atas kemauan pikiran atau keputusan dari orang yang

bersangkutan

d. Perbuatan akhlak dilakukan dengan sungguh bukan main-main atau

bukan karena sandiwara

e. Perbuatan yang dilakuakan karena ikhlas semata karena Allah, bukan

karena mendapatkan sesuatu pujian.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran

akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana untuk menyiapakan siswa

mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan

mempersiapkan dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan dan pembiasaan.

Menurut Ahmad dalam (Fadriati, 2014: 178) Akhlak menurut

istilah didefinisikan oleh para ahli, yaitu:

a. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah perilaku jiwa seseorang

melalaui pertimbangan sebelumnya.

b. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak ialah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih

dahulu.

c. Menurut Ahmad Amin, akhlak ialah kehendak jiwa manisa yang

menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa

mememrlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu

Page 32: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

19

d. Menurut Abdul Diroz, Akhlak ialah suatu kekuatan dalam kehendak

jiwa manusia yang mantap, kekuatan dan kehendak yang mana yang

berkombinasi memebawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang

benar (dalam hal yang baik atau Mahmudah) dan pihak yang jahat

(dalam hal yang buruk atau Mazmumah).

2. Fungsi Dan Tujuan Mengajar Akidah Dan Akhlak

a. Fungsi Mengajar Akidah dan Akhlak

Mata pelajaran akidah akhlak di madrash berfungsi sebagai:

1) Menanamkan nilai agama Islam sebgai pedoman mencapai

kebahagian hidup didunia dan akhirat.

2) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Akhlak

mulia peserta didik.

3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunagn.

4) Pencegahan bagi peserta didik dalam dalam prilaku negatif yang

terdapat di lingkungan sehari-hari

5) Memeperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan peserta didik

dalam keyakinan tentang ajaran agama Islam dalam kehidupan

6) Pembekalan Peserta didik untuk mendalami akidah akhlak pada

jenjang yang lebih tinggi

Menurut Ahmad dalam (Fadriati, 2014: 179) dari beberapa

fungsi disimpulkan bahwa fungsinya terdapat di atas ialah suatu usaha

sadar yang dilakukan oleh seorang guru untuk menanamkan nilai-nilai

agama Islam kepada peserta didik sebagai pedoman hidupnya baik

didunia dan akhirat, dimana nilai-nilai akidah tersebut akan

menenamkan dalam diri peserta didik menjadi beriman, dan

mememiliki akhlak yang baiak dalam kehidupanya sehari-hari.

b. Tujuan akidah akhlak

Drajat dalam (Fadriati, 2014) mengungkapkan tujuan mata

pelajaran Akidah Akhlak sebagai berikut.

Page 33: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

20

1) Menumbuhkan Akidah melalui pemberian,pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan serta pengaklaman siswa tentang akidah Islam

sehinnga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketaqwaan kepada allah swat

2) Mewujudkan Manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dala kehidupan sehari-hari baik dalam

kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran

dan niali –nilai ajaran Islam.

a) Tujuan Umum mengajar Akidah Akhlak

Tujuan ialah sesuatu yang ingin di capai atau yang di

tuju dengan usaha,dan kita akan berakhir apabila tujuan yang

kita inginkan tersebut telah di capai dengan kegiatan dan usaha

pendidikan, dan tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian

Muslim, yakni kepribadian yang seluruh aspeknya di jiwai oleh

ajaran Islam.

b) Tujuan Khusus Mengajar Akidah Akhlak

(1) Memberikan kepada peserta didik tentang kepercayaan

yang benar, memeprkenalkan tentang rukun iman,taat

kepada Allah, dan beramal dengan amal yang baik untuk

kesempurnaan keimanan mereka.

(2) Menanamkan dalam jiwa anak didik akan beriman kepada

Allah, malaikat,kitab Allah,Rasul-nya dan tentang hari

kiamat.

(3) Menumbuhkan generasi yang percaya dan beriman kepada

allah, dan menumbuhkan kepercayaan kepeserta didik

bahwa akhlak yang baik akan menenamkan keimanan

kepada allah SWT.

Page 34: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

21

3. TeknikPenyajian Dan Langkah-Langkah Mengajar Akidah Dan

Akhlak

1) Teknik Komunikasi

Komunikasi merupakan hal yang paling utama dalam

pembelajaran apa saja. Keefektivitasan seorang guru tergantung

pada kemampuannya untuk berkomunikasi dengan baik

kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektifitas adalah

suatu keterampilan lainya, paling baik mendapatkanya melalui

teknik dan praktik lainya.

2) Teknik melakukan variasi

Teknik melakukan perubahan dalam proses kegiatan yang

dilakukan pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi

belajar peserta didik sehingga dapat mengurangi kejenuhan dan

kebosanan peserta didik.

3) Teknik mengelola kelas

Merupakan salah satu tugas yang tidak pernah di tinggalkan

karena guru selalu mengelolah kelas ketika melakukan

tugasnya.Tujuannya untuk menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif sehingga mencapai tujuan pengajaran secara sefektif dan

efeisien.

4) Teknik menggunakan media

Media merupakan alat bantu yang dapat di jadikan sebagai

penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Dalam

Penyampaian pembelajaran hendaknya seorang guru mampu untuk

berinterakasi antara guru dengan peserta didik dan terjadi umpan

balik antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran tidak

membosankan.

4. Metode Pendidikan Akhlak

Menurut Ahmad D. Marimba dalam (Fadriati, 2014:182)

metode pendidikan adalah:

Page 35: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

22

1) Dengan pembiasaan

2) Dengan Pembentukan Pengertian, minat, dan bakat.

3) Pembentukan Kerohanian dalam mengajarkan akidah akhlak

Di bawah ini dikemukakan metode mengajar akidah akhlak yaitu:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyajian atau

penyampaian Informasi melalui penuturan secara lisan oleh

pendidikan kepada peserta didik

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana

seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid

tentang bahan pelajaran yang telah di ajarkan atau bacaan yang

telah mereka baca, sedangkan murid memberikan fakta

3) Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian atau

penyampaian bahan pembelajaran dimana pendidik memeberikan

kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis

secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan

atau menyusun berbagai alternatif pemecahana atas suatu masalah.

4) Metode pemberian Tugas

Metode pemebrian tugas adalah suatu cara mengajar

dimana seorang guru memebrikan tugas-tugas kepada murid-murid

sedangakn hasil tersebut di periksa dan murid mempertanggung

jawabkan jawabannya.

5) Metode demostrasi

Metode demonstrasi suatu cara mengajar dimana guru

menunjukan proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan

murid memperhatikanya.

6) Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara mengajar dimana

guru membagi murid-muridnya kedalam kelompok belajar tertentu

Page 36: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

23

dan setiap kelompok di beri tugas-tugas tertentu dalam rangkaian

mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

7) Metode Alami

Metode alami suatu akhlak dioperoleh bukan melaui

pendidikan, pengalaman ataupun latihan, tapai dipeoleh melalui

insting atau naluri yang dimiliknya secara alami.

8) Metode Mujahadah riadhoh

Metode Mujahadah Riadhoh atau perjuangan yang

dilakukan oleh guru menghasilkan kebiasaan–kebiasan baik,

memang pada awalnya cukup berat, namun apabila manusia

berniat sungguh-sungguh pasti menjadi suatu kebiasaan.

9) Metode Teladan

Metode teladan merupakan metode pembelajaran dengan

menjadikan guru sebagai suri tauladan bagi siswa untuk melakukan

perbuatan baiak.

5. Langkah-langkah Mengajar Akidah Dan Akhlak

Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang pendidik

untuk mengejar akhlak jika disesuaikan dengan strategi pembelajaran

berbasis masalah itu disesuaikan pula dengan langkah-langkah

penggunaan strategi pembelajaran berbasisi masalah itu sendiri, yang

mana langkah-langkanya sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Bahan-bahan yang akan di bahas terlebih dahulu di siapkan

oleh pendidik

b) Pendidik meberikan gamabaran secara umum tentang cara-cara

pelaksanaan

c) Pendidik menyiapkan alat-alat yang di butuhkan sebagai bahan

pembantu dalam memecahkan masalah

d) Problem yang di sajikan hendaknya jelas dapat merangsang

peserta didik untuk berfikir

Page 37: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

24

e) Problem harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan

peserta didik.

2) Pelaksanaan

a) Pendidik Menjelaskan secara umum tentang masalah yang di

pecahkan

b) Pendidik meminta kepada peserta didik untuk mengajukan

pertanyaan tentang tugas yang akan di laksanakan.

c) Peserta didik dapat bekerja secara individual ataupun

kelompok.

d) Mungkin peserta didik dapat menemukan pemecahannya dan

mungkin pula tidak.

e) Kalau pemecahan tidak di temukan oleh peserta didik mengapa

pemecahanyan tidak di ketemui

f) Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.

g) Data di usahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk

analisa sehingga menjadikan fakta

h) Membuat Kesimpulan.

6. Ruang Lingkup Akidah Akhlak

Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah berisi bahan

pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemajuan dasasr

siswa untuk dapat memahami rukun iman secara sederhana serta

pengamatan dan pembiasaan berakhlak Islami untuk dapt di jadikan

landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal

untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Menurut standar kompetensi Pendidikan Agama Islam No. 2

tahun 2008, aspek Akidah Akhlak sebagai berikut:

1) Aspek akidah

a) Kalimat thayyibah sebagi materi pemnbiasan, meliputi: Laa

ilaaha illaah, basmalah, alhamdulilah, allahu akbar.

Page 38: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

25

b) Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan: al-Ahad, al-

Khalid, ar-Rahman, ar-Rahim, as-Sami’.

c) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui

kaliamat thayybah, al-asma’al-husna dan pengenalan terhadap

shalat

d) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab,

Rasul, dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah)

2) Aspek Akhlak meliputi:

a) Pembiasaan akhlak karimah (MAHMUDAH) Secara berurutan

disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin

hidup bersih, ramah, sopan santun, syukur nikmat, hidup

sederhana, rendah hati, jujur, rajin dan percaya diri, kasih

sayang, taat, rukun dan tolong menolong, hormat dan patuh,

sidik, amanah, tabligh, fathanah, tanggung jawab, adil

bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana‟ah dan

tawakal

b) Menghindari akhlak tercela (Mazmumah) secara berurutan di

sajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup

kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, malas, durhaka,

khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir

serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.

7. Pembagian Akidah Akhlak

1) Akhlak Tercela (Akhlakul Mazmumah)

Akhlak Mazmumah adalah perangai atau tingkah laku

yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap tidak baik

(Abdullah, 2007: 55). Dimana perangai atau tingkah laku tersebut

mengakibatkan orang lain tidak senang. Tingkah laku dan tutur

kata yang ada pada manusia cendrung melekat dalam bentuk yang

tidak menyenangkan orang lain di sebut akhlak mazmumah.

Perbuatan disebut munkar, tingkah laku seperti ini dilarang oleh

Page 39: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

26

Allah, dan di wajibkan untuk menjahuinya. Sedangkan Mazmumah

itu sediri adalah prilaku buruk. Buruk dapat diartikan sebagai

berikut:

a) Rusak atau tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok-

jelek.

b) Perbuatan tidak sopan kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan

c) Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus,

perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma agama, adat

istidat yang berlaku dalam di dalam masyarakat (Abdullah,

2007:56).

Menurut Ghzali Akhlak Mazmumah adalah segala tingkah

laku manusia yang membawanya kepada kebinasaandiantaranya :

a) Ananiah (Egois) Sifat ananiah atau egois adalah perbuatan atau

tingkah laku yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa

memperhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan

bersama. Perbuatan tersebut bertentangan dengan ajaran islam

dimana islam menganjurkan kepada umatnya untuk

memperhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan

yang lain dalam hal kebaikan dan takwa. Firman Allah swt.

dalam surah al-Maidah ayat 2 berikut:

ل ش ٱنحشاو ل ٱنش ئش ٱلل ا شع ءايا ل تحه أب ٱنز

ل ٱن ٱنذ فعلا ي ت ٱنحشاو جتغ ٱنج ل ءاي ئذ قه

ل جشيكى ش إرا حههتى فٱصطبدا ب ا سظ ى ث س ا

ا عه تعب سجذ ٱنحشاو أ تعتذا ٱن كى ع و أ صذ ق

ٱ ٱلل إ ٱتقا ٱلل ٱنعذ ثى ا عه ٱل ل تعب ٱنتق نجش

٢شذذ ٱنعقبة

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-

syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,

jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-

Page 40: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

27

binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang

mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan

keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan

ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali

kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-

halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya

(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu

kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Firman allah dalam surah Al-Luqman ayat 18:

ل ٱلل إش ف ٱلسض يشحب ل ت ش خذك نهبط ل تصع

٨١حت كم يختبل فخس

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi

dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong lagi membanggakan diri.

b) Gadab (Pemarah)

Orang yang mempunyai sifat pemarah cendrung

mengedepankan emosinya. Orang dengan sifat pemarah

biasanya akan mengalami penyesalan di waktu kemudian.

Manusia marah terhad manusia lainya adalah wajar. Akan

tetapi kemarahan yang berlarut-larut melanggar ajaran Islam.

Mengajarkan apabila seorang Muslim berselisih dengan

sesamanya, maka tidak boleh lebih dari 3 hari. Kita harus

menjahui rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat

kita marah, maka diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada

Allah SWT agar di beri kekuatan dan kesabaran. Orang yang

kuat bukanlah orang yang perkasa dan gagah jasmaninya, tapi

orang yang bisa mengandalkan rasa amarahnya, jadi sebelum

Page 41: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

28

terlambat dan kemudian menyesal bijak sanlah dalam

mengelolah hati dan persaan.

c) Hasad (dengki/iri)

Hasad artinya perasaan tidak senang yang terus

menerus terhadap nasib baik/keberuntungan/kesenangan orang

lain. Setiap muslim tidak boleh memperlihatkan sikap iri dan

dengki terhadap saudara-saudaranya.ia harus bersikap senang

bila seorang mendpatkan apa yang juga harapannya. Sifat

dengki berakibat buruk bagi pribadi sesorang. Sifat dengki juga

dapat merusak tatanan hidup yang rukun dan harmonis di

masyarakat. Oleh karnanya, sifat dengki dicela dalam agama

Islam. Bukankah Rasulullah menegaskan kalau dengki

merupakan duri dalam kehidupan bermasyarakat dan

berbangsa, serta racun dalam kehidupan beragama.

d) Ghibah (Menggunjing)

Ghibah artinya menceritakan sesuatu yang tidak di

suakainya kepada orang laian, mendengarkan orang yang

sedang ghibah dengan sikap kagum dan menyetujui apa yang

dikatakan.

Firman allah dalam surah al-hujurat ayat 12:

ٱنظ ا ي ءايا ٱجتجا كثشا أب ٱنز إثى ثعط ٱنظ إ

ل غتت ثععكى ثععب أحت أحذكى أ أكم أكم ل تجسسا

حى اة س ت ٱلل إ ٱتقا ٱلل ت ب فكش تا ي ٨٢نحى أخ

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Penyayang.

Page 42: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

29

Ghibah sangat menjijikan sehingga sudah sepantasnya

kita untuk menjauhinya dan di tinggalkan, balasan orang suka

ghibah, seperti yang di ceritakan Rasulullah Saw meraka

adalah kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri

dengan kuku mereka yang terbuat dari tembaga. Akan tetapi

ada ghibah yang di perbolehkan dengan alasan tertentu adalah :

Orang dizalimi boleh mencerikatan kepada hakim tentang

kezaliman yang dilakukan terhadapnya, Meminta pertolongan

untuk mengubang kemungkaran dengan menceritakan kepada

orang yang mampu mengubah kemungkaran menjadi

kebenaran, Berita kepada seorang mufti/ahli untuk meminta

fatwa, dan memperlihatkan kaum musliminn dari kejahatan

seseorang

Apabila kita mengunjing harus segera bertaubat. Cara

bertaubat dari ghibah sebagai berikut: Dengan cara menyesali

perbiatan tersebut dan bertekad untuk tidak lagi

mengulanginya, Bila ghibah mulai terdengr pada orasng

bersangkutan, maka dia mengemukakan alasan dan meminta

maaf.

e) Namimah (Adu Domba)

Namimah mengandung arti mengadu domba antara

pihak satu dengan pihak yang lainnya. Orang yang punya

penyakit hati namimah suka sekali menyebarkan berita yang

menimbulakan kekacuan antar manusia. Namimah termasuk

dosa besar yang diharamkan. Allah berfirman dalm surah al-

Humazah ayat 1:

ضح ضح ن م نكم ٨

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”

Page 43: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

30

Namimah juga dapat berbentuk provokasi atau

memanas-mansi situasi agar terjadi perselisihan. Perilaku

mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengantujuan

merusak dan menciptakan perselisihan agar putus ikatan

persaudaraan atau persahabatan

Allah berfirman dalam surah al-qolam 10-11

ف ي ل تطع كم حل ى ٨١ بء ث بص يش ٨٨

10. Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah

lagi hina,

11. yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,

C. Pembelajaran dan Hasil belajar

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berdasrkan makna klasikal berati proses, cara

perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran

adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, siswa belajar,

sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai uopayah

guru mengorganisasikan lingkungan terjadi pembelajaran. Guru mengajar

dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediahkan fasilitas belajar

bagi siswanya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah

sisiwa pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan

proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Pembelajaran merupakan proses yang diselanggarakan oleh guru

untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan

memproses pengetahuan dan ketrampilan dan sikap.Berdasarkan beberapa

pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa pembelajaran adalah proses

intraksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatar guru untuk

mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian

kegiatan pembelajaran dilukiskan sebagai upayah-upayah guru yang

tujuannya membantu siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran lebih

menekankan kepada semua peristiwa yang secara langsung dapat

Page 44: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

31

berpengaruh kepada efektivitas belajar siswa. Dalam Suprijono Agus,

Cooperatif learnig, teori apliaksi paikem, Pustaka pelajar, 2009)

2. Pengertian Hasil belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang pokok. Ini bearti berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan banayak bergantung pada bagaimana proses belajar

yang dialami oleh sisiwa sebagai anak didik. Belajar dapat terjadi

kapanpun dan dimanapun manusia berada baik disekolah, dirumah,

maupun dimasyarakat. Belajar seumur hidup dan hasil belajar merupakan

gambaran tentang bagaimana siswa memahami yang di sampaikan oleh

guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau

huruf yang didapat oleh siswa setelah menerima materi pembelajaran

melalui sebuah tes ujian yang di sampaikan guru. Dari hasil belajar

tersebut guru dapat menerima informasi seberapa jauhnya siswa

memahami yang di pelajarinya.

Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar pada setiap siswa

berbeda-beda. Adapun faktor-faktor yang di kelompokkan menjadi dua

yaitu faktor internal faktor eksternal. Faktor internal adalah segala faktor

yang ada dalam diri siswa, diantaranya tingkat intelegensi, minat, motivasi

dan sebagainya sedangkan faktor eksternal adalah segala faktor dari luar

siswa, dianataranya lingkungan keluarga, masyarakat, pergaulan fasilitas

belajar, keadan sosilal

3. Pengertian dan Syarat Guru

Akmal Hawi (2013: 9) medefinisikan bahwa, guru adalah orang

yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam

pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, btetapi

bisa juga di mesjid/mushala, di arus rumah, dan sebagainya. Persyaratan

guru harus menjadi guru berdasarkan tuntunan hati nurani tidaklah semua

Page 45: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

32

orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakannya, karena

orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan

kehidupannya mengabdi kepaada negara dan bangsa guna mendidik anak

didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung

jawab atas pembangunan dirinya dan bangsa dan negara. Beberapa

persyaratan seperti di bawah ini: Takwa kepada Allah SWT, Guru, sesuai

dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik

agar bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepadanya

sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah SAW

menjadi teladan bagi umatnya.

a. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti

bahwa pemilikinya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan

kesanggupan tetentu yang di perlukannya untuk sesuatu jabatan tetapi

dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan

dan pada giliranya makin tinggi pula derajat masyarakat.

b. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi

mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap

penyakit menular, umpanya, sangat membayakan kesehatan anak-

anak.

c. Berkelakuan baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik.

guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di

antara tujuan pendidikan membentuk akhlak yang mulia pada diri

pribadi anak dan ini hanya bisa di lakukan jika pribadi guru berakhlak

mulia.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur

yang dapat membentuk jiwa dan anak didik. Guru mempunyai kekuasaan

Page 46: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

33

untuk membentuk dan membangun kepribadi yang anak didik menjadi

seseorang yang berguna bagi agama nusa, dan bangsa. Guru bertugas

mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat di harapkan

membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.Tanggung jawab

guru adalah mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang

cakap adalah yang di harapkan ada pada diri setiap anak didik.

Jadi, fungsi guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan hakikat

dari guru itu sendiri, sehingga seorang guru harus mempunyai kemampuan

dalam mendidik sesuai dengan standar kompetensi.

5. Peran Guru

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 43-44) menyatakan bahwa

peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik atau siapa saja yang

telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari

guru seperti diuraikan di bawah ini:

a. Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai

yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu

harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Semua

nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk

harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru

membiarkannya berarti guru telah mengabaikan perannya sebagai

korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku dan

perbuatan anak didik.

Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak

didik tidak hanya di sekolah tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan.

Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak

melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, social

dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan

kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan

menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.

Page 47: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

34

b. Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang

baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah

masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk

(ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti

harus bertolak belakang dari sejumlah teori-teori belajar dari

pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang

baik. Yang penting bukan teorinya tetapi bagaimana melepaskan

masalah yang dihadapi anak didik.

c. Informator

Sebagai informatory, guru harus dapat memberikan informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, selain sejumlah

bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan

dalam kurikulum. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif,

penguasaan bahasalah sebagai kuncinya ditopang dengan penguasaan

bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik

adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi

untuk anak didik.

d. Organisator

Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang

diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan

pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun

kalender akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan

sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada

diri anak didik.

e. Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak

didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan

Page 48: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

35

motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi

anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Peran

guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif karena

menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

f. Inisiator

Dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru

harus menjadikan dunia pendidikan khususnya interaksi edukatif agar

lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide

motivasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.

g. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan

fasilitasyang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas

yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang

kurang tersedia menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena

itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas sehingga akan

tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

h. Pembimbing

Peran guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang

telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus

lebih dipentingkan karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk

membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

Tanpa bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik

menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi

semakin dewasa ketergantungan anak didik akan semakin berkurang.

Page 49: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

36

Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada

saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

i. Demonstrator

Dalam interaksi edukatif tidak semua bahan pelajaran dapat

anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki inteligensi yang

sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru

harus berusaha dengan membantunya dengan cara memperagakan apa

yang diajarkan secara didaktis sehingga apa yang guru inginkan

sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan

pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat

tercapai dengan efektif dan efisiensi.

j. Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang

avaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang

menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek

instrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik yakni

aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan

penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian

anak didik tentu lebih diutamakan dari pada penilaian terhadap

jawaban anak didik ketika diberikan tes. Sebagai evaluator, guru tidak

hanya menilai produk (pengajaran) tetapi juga menilai proses (jalannya

pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik

(feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah

dilakukan.

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan metode simulasi oleh

guru pada pembelajaran Akidah Akhlak materi Akhlak Tercela (Mazmumah)

diantaranya sebagai berikut:

Page 50: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

37

1. Penelitian yang dilakukan oleh Afiful Ikhwanpada tahun 2017. Dengan

judul “Metode Simulasi Pembelajaran dalam Perspektif Islam” bahwa

dalam pembelajaran sangat dibutuhkan metode agar berjalannya sebuah

pembelajaran dengan lancar. Pada naskah ini hanya disebutkan tentang

metode simulasi, yaitu peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan

suatu peristiwa seolah-olah menggambarkan kejadian sebenarnya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fita Lelieflida pada tahun 2017. Dengan

judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Simulasi

Mata Pelajaran Fikih Materi Perekonomian Dalam Islam Ma Kelas X al-

Ittihadiyah Bromo” bahwa berkesimpulannya adalah, karena dari 25 orang

siswa hanya 12 orang yang mencapai nilai KKM dengan persentase 48%.

Dengan meninggkatkan hasil belajar siswa pada materi perekonomian

dalam Islam sebelum menggunakan metode simulasi tergolong sangat

rendah diterapkan metode simulasi pada mata pelajaran fikih materi

perekonomian dalam Islam siswa dapat belajar lebih aktif dan

menyenangkan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik Kusninsih pada tahun 2015. dengan

judul “Penerapan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips

Siswa Kelas V Wunut Klaten” Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kualiatas dan hasil belajar IPS menggunakan metode

simulasi pada siswa kelas V SDN Wunut, Tulung, Klaten. Jenis penelitian

adalah penilitian tindakan kelas dengan desain mengadopsi dari Stephen

Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah siswa kelas V

Sejumlah 27 orang.Penelitian dilakukan dalam dua siklus terdiri dari

perencanaan,tindakan, observasi dan refleksi.

Penerapan metode simulasi melalui tiga tahapan yaiu tahapan

persiapan, tindakan simulasi, dan tahap penutup/evaluasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Liyani pada tahun 2017. Dengan judul

“Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa Pada

Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Di Kelas V Min Krueng Mak Aceh

Page 51: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

38

Besar” penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil di MIN Krueng Mak aceh

Besar, yang menunjukan masih lemahnya proses pembelajaran tematik di

sekolah, pembelajaran masih berpusat kepada guru Sehingga kurangnya

kebanyakan Siswa merasa bosan dan sulit untuk memahami materi yang

disampaikan, sehingga tidak menutup kemungkinan ketuntasan belajar

siswa tidak mencapai KKM yang telah ditentukan di sekolah. Berdasarkan

permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penerapan metode terhadap tingkat ketuntasan belajar siswa

melalui penerapan Metode simulasi pada pembelajaran tematik subtema

manusia dan lingkungan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Elfi Lailan Syamita Lubis2017. Dengan

judul’ Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan sosial

siswa dengan penerapan metode Simulasi pada pembelajaran Ips Kelas V

mis Nurul Hasanah lubuk pakam. Ketrampilan sosial siswa di ukur di ukur

dari aspek kerja sama,sportif,dan tanggung jawab. Penelitian ini termasuk

penelitai tindakan kelas (classroom Action recearch) dengan subjek

penelitian sisiwa berjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi.Instrument berupa lembar ketelaksanaan metode

simulasi dan lembar observasi keterlaksanaan dan fokus pada keterampilan

siswa. Teknik yang digunakan deskriptif kuantatif.

Jadi dapat dipahami bahwa perbandingan kelima penelitian di atas

dengan penelitian ini adalah perbedaan pada mata pelajaran Akidah

Akhlak.

E. Kerangka Berpikir

Tujuan dari metode Simulasi untuk mendidik dan memberi bekal dasar

siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan

dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk dapat memahami

pelajaran (akidah akhlak) dan juga ilmu yang di dapatkan di sekolah ilmu

yang disampaikan guru memebekas melalui metode Simulasi ini Sampai ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan dan ketrampilan guru

Page 52: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

39

dalam menggunakan metode Simulasi pembelajaran senantiasa terus

ditingkatkan agar pembelajaran akidah akhlak dapat berjalan dengan

baik.Namun demikian, dilapangan masih kita temukan adanya pembelajaran

tidak melibatkan secara aktif dapat dilihat masih banyak yang duduk dan juga

guru. Metode ini hanya tertera tidak dilaksanakan seperti adanya di RPP

pembelajaran di kelas.

Metode Simulasi dalam proses pembelajaran lebih menyenangkan dan

lebih memberikn peran aktif kepada siswa serta membntu siswa dalam belajar

memecahkan suatu masalah, selain itu membantu mengembangkan sikap

percaya diri peserta didik, dalam mengembangkan komunikasi, dan sikap

kritis siswa sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihar pada kerangka konseptual berikut:

Proses Pembelajaran

Hasil ulangan Akidah Akhlak kelas VIII DI MTsS Tabek

Kabupaten Tanah Datar

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Menggunakan model

Pembelajaran konvensional

1. Berpusat pada guru

2. Siswa pasisi dalam

proses belajar

Hasil belajar

Menggunakan model

Pembelajaran Metode Simulasi

1. Mengembangkan beerfikir

siswa

2. Siswa aktif dalam proses

pembelajaran

3. Membiasakan siswa

bekerjasama dalam

kelompok

Hasil Belajar

Page 53: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

40

F. Hipotesis

Ha: Hasil belajar peserta didik dengan metode Simulasi lebih baik

dibandingkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode

konvensional pada mata pelajaran Akidah Akhlak Materi Akhlak Tercela

(Mazmumah) kelas VIII di MTsSTabek Pariangan Kabupaten Tanah

Datar.

Ho: Hasil belajar peserta didik dengan Metode Simulasi Tidak lebih baik

dibandingkan hasil belajar peserta didik dengan metode konvensional pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Mazmumah) kelas VIII di MTsS Tabek

Pariangan Kabupaten Tanah Datar.

Page 54: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

41

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan

(field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan melihat gejala-gejala

yang terjadi di lapangan. Adapun dari segi pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

pengolahan datanya berkaitan dengan angka dan analisis nya menggunakan

statistik (Sugiyono, 2013:13). Jadi, penelitian kuantitatif merupakan penelitian

yang datanya berkaitan dengan angka-angka.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen

semu (Quasi Experiment) dengan pengolahan data secara kuantitatif.

Penelitian eksperimen semu adalah suatu desain eksperimen yang

memungkinkan peneliti mengendalikan variabel sebanyak mungkin dari

situasi yang ada.

Penelitian ini dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan

(treatmen) pada kelas eksperimen dengan cara menerapkan metode simulasi

dan memberikan perlakuan belajar secara biasanya atau konvensional pada

kelas kontrol.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

Metode Simulasi dan Metode konvensional. Rancangan penelitian ini

membutuhkan 3 lokal, 1 kelas untuk kelas uji coba dan 2 kelas untuk kelas

eksperimen dan kelas Kontrol, rancangan penelitian ini di lakukan di MtsS

Tabek kabupaten tanah datar dan juga MTsS Rambatan, dengan waktu selama

1bulan.

Page 55: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

42

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2013: 80). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII MTsS Tabek Kabupaten Tanah Datar

tahun ajaran 2018/2019. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas VIII MTsS Tabek-Pariangan

Tanah Datar 2018/2019

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII.1 15 Orang

2 VIII.2

15 Orang

Jumlah

54

30 Orang Sumber: Guru mata pelajaran akidah akhlak.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secarapopulasisampel artinya setiap

kelas yang terdapat dalam populasi menjadi sampel dalam penelitian.

Siswa kelas VIII MTsSTabek berjumlah 2 kelas, maka pengambilan

sampel dilakukan dengan langkah-langkah:

a. Mengumpulkan nilai ulangan harian mata pelajaran Akidah Akhlak

kelas VIII MTsS Tabek tahun ajaran 2018/2019

b. Melakukan uji normalitas. Melakukan uji normalitas populasi

terhadap nilai ulangan pelajaran Akidah Akhlak siswa kelas VIII

semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Uji ini bertujuan untuk

mengetahui populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak, dengan

menggunakan dengan bantuan “Software MINITAB”. Uji yang

digunakan adalah Uji Anderson Darling dengan bantuan Software

MINITAB. Uji ini didasarkan pada fungsi distribusi komulatif

Page 56: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

43

empiris. Uji ini bertujuan untuk mengetahui populasi tersebut

berdistribusi normal atau tidak.

c. Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas adalah

sebagai berkut:

Hipotesis yang diajukan adalah:

: sampel berdistribusi normal

: sampel berdistribusi tidak normal

Cara untuk menginterpretasikan plot peluang:

1) Interpretasi grafik

Dalam grafik yang diperoleh, terdapat sebuah garis lurus

sebagai indikasi bahwa data berasal dari distribusi normal, Jika

semua pencaran titik-titik yang diperoleh dekat dengan garis lurus,

maka dikatakan data berdistribusi normal, Sebaliknya jika pencaran

titik–titik jauh dari garis lurus maka dikatakan bahwa asumsi

kenormalan tidak dipenuhi oleh data tersebut.

2) Interpretasi P-value

P-value menyatakan besarnya peluang untuk melakukan

galat jenis I (menolak hipotesis nol jika sesungguhnya hipotesis nol

tersebut benar). Jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf

nyata yang ditetapkan ( ) yaitu 0,05 maka ditolak dan

sebaliknya diterima jika P-value> 0,05.

d. Melakukan uji homogenitas variansi dengan uji Barllet dengan

bantuan Software MINITAB. Uji ini bertujuan untuk mengetahui

apakah populasi tersebut mempunyai variansi yang homogen atau

tidak.

Hipotesis yang diajukan yakni:

Cara untuk menginterpretasikan uji ini adalah dengan

memperhatikan chart yang dihasilkan. Jika irisan selang kepercayaan

itu kosong, maka dikatakan bahwa kelompok perlakuan tersebut tidak

Page 57: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

44

homogen, dan sebaliknya dikatakan homogen jika garis-garis selang

kepercayaan beririsan. Selain itu, jika P-value > berarti kelompok

data memiliki variansi yang homogen pada tingkat kepercayaan (1-

). Taraf nyata ( ). Hasil pengujian menunjukkan bahwa selang

kepercayaan bagi variansi untuk semua kelas populasi beririsan dan

nilai P-value.

e. Melakukan analisis variansi satu arah untuk melihat kesamaan rata-

rata populasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah

populasi memiliki kesamaan rata-rata atau tidak. Uji ini menggunakan

teknik Anava Satu Arah (one way) dengan bantuan Software

MINITAB. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: Semua pasang populasi memiliki rata-rata yang sama

:1H Sekurang-kurangnya terdapat sepasang populasi yang memiliki

rata-rata yang tidak sama.

Cara untuk menginterpretasikan uji ini adalah dengan melihat

nilai P-value. Jika nilaiP-value > maka populasi memiliki kesamaan

rata-rata dan sebaliknya. Populasi yang diperoleh telah berdistribusi

normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata, maka sampel

dapat diambil secara acak lotting.

Populasi yang diperoleh telah berdistribusi normal, homogen

dan memiliki kesamaan rata-rata, maka sampel dapat diambil secara

acak lotting. Kelas yang terambil pertama dijadikan sebagai kelas

eksperimendan kelas yang terambil kedua yaitu sebagai kelas kontrol.

E. Variabel Penelitian dan Data Penelitian

1. Variabel

Variabel dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode

simulasipada pembelajarandi kelas eksperimen

Page 58: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

45

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

kognitif siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak setelah

diberlakukan.

2. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil ulangan

harian siswa kelas sampel pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII.

Untuk memperoleh tujuan yang telah ditetapkan maka perlu

disusun prosedur yang sistematis, tahap-tahap dari penelitian ini sebagai

berikut.

a. Tahap Persiapan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap penelitian adalah:

1) Meninjau sekolah tempat penelitian diadakan

2) Mengajukan surat permohonan penelitian

3) Konsultasi dengan guru bidang studi yang bersangkutan

4) Menerapkan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol

5) Menetapkan jadwal penelitian

6) Merancang dan memvalidasi rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang akan divalidasi oleh guru atau dosen yang

berkompeten

7) Menyususn dan menetapkan instrumen penelitian seperti soal uji

coba yang divalidasi oleh guru atau dosen yang kompeten

8) Menyelesaikan segala administrasi penelitian seperti surat izin

penelitian dan lain-lain.

b. Tahan Pelaksanaan

1) Persiapan Pembelajaran

a) Menentukan materi pelajaran

b) Membuat rencana pembelajaran

c) Membuat media

Page 59: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

46

d) Membuat kisi-kisi soal

e) Mempersiapkan tes akhir.

Tabel 3.2 Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan Awal:

a. Guru membaca salam,

berdo’a dan mengambil

absen.

b. Guru memotivasi siwa

dengan cara membangkitkan

minat atau menyiapkan

mental siswa untuk belajar.

c. Guru Akidah akhlak

menyamakan tujuan

pembelajaran.

d. Guru melakukan apersepsi

kepada siswa dengan

mengaitkan pelajaran dengan

materi sebelumnya.

e. Guru menjelaskan cara

penerapan strategi

pembelajaran.

f. Guru menyapaikan Akidah

akhlakkan kepada peserta

didik tujuan pembelajaran

yang akan dipelajari yaitu

tentang materi Akhlak

Tercela (Mazmumah)

g. Guru melakukan pretest

terhadap materi “Akhlak

Tercela (Mazmumah)”

a. Siswa menjawab salam,

berdo’a dan

mendengarkan absen.

b. Siswa mendengarkan

motivasi guru.

c. Siswa mendengarkan

guru.

d. Siwa mengikuti

penjelasan guru.

e. Siswa mendengarkan

penjelasan guru.

f. Siswa mendengarkan

guru.

g. Siswa menjawab

pertanyaan guru.

10

Menit

Kegiatan Inti

1. Tahap persiapan Simulasi:

a. Guru secara singkat

menjelaskan materi yang

akan dipelajari

2. Membuat Rencana

Pembelajaran a. Guru memeberikan

masalah dalam sismulasi

a. Siswa mendengarkan

penjelasan guru.

a. Siswa mendengarkan

penjelasan guru.

15

Menit

Page 60: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

47

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

yang akan di simulasikan

oleh siswa

b. Guru menetapakan

pemain yang terlibat,

peranan yang harus

dimainkan oleh pemeran,

serta waktu yang di

sediakan.

3. Membuat Media a. Guru memberikan

gamabar sesuai kelompok

b. Guru memberikan

kesempatan kepada

sisiwa untuk bertanya

khususnya pada sisiwa

yang terlibat dalam

peranan simulasi

b. Siswa mulai berhitung 1

samapai 10 dan

menyamakan dengan

siswa yang lain

angkanya.

a. Siswa melihat dan

mengkomunikasikan

dengan teman

sekelompok

b. Siswa bertanya kepada

pemeran terkait materi

yang disimulasikan

pemain

2. Tahap Pelaksaanaan

Simulasi:

a. Guru memberi

kesempatan kepada siswa

untuk menyiapakan diri

dan kelompok masing-

masing kelompok untuk

tampil

b. Guru menyuruh siswa

untuk menyiapkan

Kelompoknya untuk

tampil dan guru memberi

saran kepada siswa untuk

tidak ada yang meribut

dan bersuara saat

kelompok yang lain

tampil.

c. Guru memberikan

bantuanan ketika siswa

mendapat kesulitan

a. Siswa mendengarkan

penjelasan guru.

b. Siswa mendengarkan

penjelasan guru dan

memperhatikan

kelompok lain tampil

dengan penuh perhatian

c. Siswa mendengarkan

penjelasan dan mengikuti

Kegiatan Penutup

a. Melakukan diskusi baik,

a. Siswa mendengarkan 10

Menit

Page 61: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

48

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

tentang jalanya simualsi

maupun cerita yang di

simulasikan

b. Guru memberikan tes akhir

kepada siswa tentang materi

pelajaran yang telah dibahas.

c. Guru memberikan tugas

untuk siswa.

d. Guru memberitahukan materi

yang akan dipelajari

selanjutnya.

e. Guru bersama siswa

mengakhiri pembelajaran

dengan membaca hamdalah,

berdo’a dan salam.

penjelasan dan mengikuti

b. Siswa mencatat tugas

yang diberikan guru.

c. Siswa mengerjakan tugas

yang di berikan guru

d. Siswa mencatat materi

yang akan dipelajari

selanjutnya.

e. Siswa menutup pelajaran

dengan membaca do’a

dan salam

Tabel 3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan Awal:

a. Guru membaca salam,

berdo’a dan mengambil

absen.

b. Guru memotivasi siwa

dengan cara membangkitkan

minat atau menyiapkan

mental siswa untuk belajar.

c. Guru menyampaikan materi

Akidah akhlak dan tujuan

pembelajaran.

d. Guru melakukan apersepsi

kepada siswa dengan

mengaitkan pelajaran

dengan materi sebelumnya.

e. Guru menjelaskan cara

penerapan strategi

pembelajaran

a. Siswa mendengarkan

guru

b. Siswa mendengarkan

guru

c. Siswa mendengarkan

guru

d. Siswa mendengarkan

guru

e. Siswa mendengarkan

guru.

10

Menit

Kegiatan Inti

a. Guru secara singkat

a. Siswa menampilkan hasil

45

Page 62: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

49

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

menjelaskan materi yang

akan di pelajari

b. Guru menyuruh Meminjam

buku ke perpkustakaan untuk

di catat tentang materi yang

di pelajari

c. Guru menyuruh sisiwa

menpertasisentasikan yang

di catat untuk kedapan yang

menunjuk guru bagi yang

siap

d. Guru meminta siswa untuk

menceritakan kembali isi

dari bacaan dan diskusi

e. Guru memberikan penjelasan

terhadap jawaban siswa serta

mengulas materi yang masih

belum dipahami siswa.

diskusi didepan kelas.

b. Siswa mendengarkan

penjelasan guru

c. Siswa mendengarkan

penjelasan guru

d. Siswa mendengarkan

penjelasan guru

e. Siswa mendengarkan

penjelasan guru

Menit

Kegiatan Penutup

a. Guru membimbing siswa

menyimpulkan materi

pelajaran

b. Guru memberikan tes akhir

kepada siswa tentang materi

pelajaran yang telah dibahas

c. Guru memberikan tugas

untuk siswa.

d. Guru memberitahukan

materi yang akan dipelajari

selanjutnya.

e. Guru bersama siswa

mengakhiri pembelajaran

dengan membaca hamdalah,

berdo’a dan salam.

a. Siswa bersama guru

menyimpulkan materi

pelajaran

b. Mengerjakan tugas yang

diberikan guru

c. Siswa mencatat tugas

yang diberikan guru

d. Siswa mencatat materi

yang akan dipelajari

selanjutnya

e. Siswa menutup pelajaran

dengan membaca do’a

dan salam

10

Menit

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian yaitu tes hasil

belajar.Instrumen atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan data pada

ranah kognitif adalah lembaran tes. Data diperoleh dari tes yang diberikan

Page 63: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

50

kepada siswa diakhir pembelajaran yang memuat materi yang dipelajari

selama perlakuan. Bentuk tes pada penelitian ini adalah soal essay yang

diberikan kelas sampel sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan

selama penelitian berlangsung yang dilakukan di awal dan di akhir

pertemuan. Sebelum tes diujikan, maka dilakukan uji coba tes terlebih dahulu.

Langkah-langkah pengembangan tes sebagai berikut.

1. Membuat kisi-kisi tes

2. Menyusun soal

3. Uji validitas tes

Tes dirancang dan divalidasi terlebih dahulu kepada validator

yaitu guru mata pelajaran Akidah akhlakkelas VIII MTsS Tabek. Pada

peneliatian ini validitas yang digunakan untuk validitas tes adalah

validitas isi dan muka.Validitas isi adalah (contet validity) adalah

pengujian validitas dilakukan diatas isinya untuk memastikan apakah isi

instrumen mengukur keadaan yang ingin diukur.

Validitas isi berhubungan dengan representative terhadap

keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang teskan (Sugiyono,

105:2013). Menurut Arifin (315:2012) validitas muka adalah validitas

yang menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat

dari sisi muka atau tampang dari instrument itu sendiri. Artinya jika suatu

tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkapkan fenomena

yang akan di ukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi

syarat validitas permukaan.

4. Menguji cobakan tes

Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu

diteskan ke kelas diluar sampel. Hal ini bertujuan agar tes yang akan

diberikan mempunyai kualitas yang baik. Untuk hasil dari tes uji cobanya

adalah sebagai berikut:

a. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah bagaimana kemampuan soal itu

untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok pandai dengan

Page 64: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

51

siswa kelompok kurang pandai (Arikunto, 211:2005). Daya pembeda

mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui

kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong kurang

mampu atau lemah prestasinya. Daya pembeda dapat ditentukan

dengan mengunakan rumus:

D = BA

B

B

A

A PPJ

B

J

B

Keterangan :

D = Daya pembeda soal

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

PA = Angka indeks kesukaran atas

PB = Angka indeks kesukaran bawah

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal

Indeks daya beda Klasifikasi

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Bernilai negative Tidak baik

Sumber: Arikunto (2005: 218)

b. Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar.Sebab, tingkat kesukaran soal itu memilki korelasi

dengan daya pembeda. Bila soal memilki tingkat kesukaran

maksimal, maka daya pembeda akan rendah, demikian pula bila soal

itu terlalu mudah juga tidak akan memilki daya pembeda.Untuk

menentukan tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan rumus:

Page 65: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

52

Ik = X / n

Keterangan : Ik = Indeks Kesukaran

X = Julah skor soal yang benar

n = Jumlah siswa

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

No. Indeks kesukaran Klasifikasi

1. Ik 0,00 – Ik 0,30 Sukar

2. Ik 0,31 – Ik 0,70 Sedang

3. Ik 0,71 – Ik 1,00 Mudah

Sumber: Arikunto, 218:(2005)

c. Klasifikasi Soal

Setelah dilakukan perhitungan indeks daya pembeda (D) dan

indeks kesukaran soal (TK) maka ditentukan soal yang akan

digunakan. Klasifikasi soal menurut Prawironegoro dalam Arikunto

adalah:

1) Item tetap dipakai jika D signifikan 0% < TK < 100%

2) Item diperbaiki jika:

D signifikan dan TK= 0% atau TK = 1

D tidak signifikan dan 0%< TK <100%

3) Item diganti jika D tidak signifikan dan TK= 0% atau TK= 100%

(Arikunto, 219: 2005).

d. Validitas Butiran Soal

Agar soal yang dibuat memilki kriteria soal yang baik, maka

soal tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu dan kemudian di

analisis untuk mendapatkan mana soal yang sudah disusun dapat

digunakan atau perlu direvisi. Hal ini dilakukan pada kelas diluar

sampel (kelas kontrol dan kelas eksperimen).

Page 66: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

53

Tabel 3.6 Kriteria Validitas Tes

Hasil Validitas Personal Klasifikasi

< 0 Tidak Valid

0 – 0,2 Rendah

0,2 – 0,4 Sedang

> 0,4 Tinggi Sumber: Arikunto (2005: 218)

e. Reliabilitas tes

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada

subjek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya

dilihat kesejajaran hasil, serta juga menggunakan rumus korelasi

product moment untuk mengetahui validitas, kesejajaran hasil dalam

reliabilitas tes (Arikunto, 90:2005).Dalam menentukan koefisien

reliabilitas digunakan rumus alfha yaitu :

2

2

11 11

t

i

n

nr

Keterangan :

11r = Reliabilitas yang di cari

n = Banyak soal

i2

= Jumlahvariansskortiap-tiap item

t2

= Varians total

Kriteriareliabilitas yaitu di jelaskan dalam tabel 7 berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Reabilitas Soal

No Reabilitas Kriteria

1 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

2 0,20 – 0,40 Rendah

3 0,40 – 0,60 Sedang

4 0,60 – 0,80 Tinggi

5 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi Sumber: Arikunto (2005: 218)

Page 67: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

54

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian maka teknik pengumpulan data yang

penulis lakukan adalah dengan menggunakan tes. Tes sebagai instrumen

pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan pengetahuan, Intelegensi, kemampuan atau

bakat-bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Ridwan, 80:2005).

Dalam hal ini adapun tes yang penulis lakukan adalah tes prestasi. Tes prestasi

adalah tes yang digunakan untuk mengukur pancaAkidah Akhlakseseorang

setelah mempelajari sesuatu. (Ridwan, 80: 2005).

Maksudnya disini adalah pemberian serangkaian butir-butir soal

kepada responden untuk diselesaikan atau dijawab setelah dilakukan

eksperimen. Butir-butir soal yang dimaksud adalah beberapa butir soal

padasiswa kelas VIII MTsS Tabek kabupaten Tanah Datar. Bentuk tes yang

digunakan adalah dengan menggunakan soal bentuk essay.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar

kognitif siswa. Untuk mendapatkan tes yang baik maka dilakukan beberapa

langkah sebagai berikut:

1. Menyusun Tes

Langkah-langkah yang dilakukan menyusun instrumen penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan hasil

belajar siswa

b. Membuat batasan terhadap bahan pelajaran yang akan diujikan

c. Menentukan bentuk soal tes hasil belajar

d. Menyusun kisi-kisi soal tes hasil belajar

e. Menentukan alokasi waktu dalam mengerjakan soal

f. Menyusun butir-butir soal yang akan diujikan yaitu berbentuk essay

g. Melakukan uji coba soal (Sumadi, 2011: 53)

Page 68: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

55

2. Analisis Butir Soal

Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran soal, daya pembeda dan kemudian dilakukan

klarifikasi soal.

a. Validitas Tes (content validity)

Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity)

adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil

belajar.Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila dapat

mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan

materi pembelajarannya. Menyusun instrumen tes yang mempunyai

validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi

pelajaran yang telah dipelajari siswa atau kompetensi yang

dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran (Eko Putro Widoyoko,

2014: 143).

Berdasarkan penjabaran diatas, penelitian ini meminta validitas

angket kepada seorang dosen dan satu orang guru yang dapat melihat

kesesuaian antara angket dengan kompetensi dasar dan indikator pada

pembelajaran yang akan diteliti.

b. Melakukan Uji Coba Tes

Supaya soal yang telah disusun memiliki kriteria yang baik,

maka soal tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu kemudian

dianalisis untuk mendapatkan soal yang memenuhi kriteria yang bisa

dipakai dan mana soal yang harus direvisi ulang.

c. Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan

untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang

tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong

kurang mampu atau lemah prestasinya.

Daya pembeda soal ini ditentukan dengan mencari indeks

pembeda soal. Indeks pembeda soal adalah angka ynag menunjukkan

Page 69: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

56

perbedaan kelompok tinggi dan kelompok rendah, dalam menghintung

indeks pembeda soal uraian dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

i. Dapat diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai yang terendah

ii. Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai

tertinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat nilai terendah

iii. Menentukan degress of freedom (df) dengan rumus

I. Teknik Analisis Data

Analisis terhadap data penelitian dilakukan dengan tujuan untuk

menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Teknik analisis

data yang dilakukan adalah:

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah kedua

kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Adapun pasangan hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H0 = Kedua kelas sampel berdistribusi normal

H1 = Kedua kelas sampel tidak berdistribusi normal

Uji normalitas hasil belajar kelas sampel dilakukan dengan bantuan

Software MINITAB, uji yang digunakan yaitu Uji Anderson Darling.

Untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, dapat

menggunakan cara interpretasi P-value.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok

data mempunyai variansi yang homogen atau tidak.Untuk mengujinya

dilakukan uji-t.Uji ini dilakukan dengan bantuan Software MINITAB

dengan kriteria pengujian hipotesis yaitu data dikatakan homogen jika P-

value. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0= Terdapat persamaan varian kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Page 70: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

57

H1= Tidak terdapat persamaan varian kelas eksperimen dengan kelas

kontrol

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi,

selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini bertujuan untuk

menentukan hasil belajar akidah akhlak siswa kelas eksperimen lebih baik

dari hasil belajar akidah akhlak siswa kelas kontrol, dilakukan uji-t satu

arah dengan hipotesis sebagai berikut :

Keterangan:

: Hasil belajar Akidah akhlak siswa dengan penerapan

Metode Simulasi lebih baik dari hasil belajar Akidah akhlak

siswa dengan menerapkan pembelajaran ceramah

: Hasil belajar Akidah akhlak siswa dengan penerapan

metode simulasitidak lebih baik dari hasil belajar

Akidahakhlak siswa dengan menerapkan pembelajaran

ceramah tanya jawab.

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t satu arah dengan bantuan

Software MINITAB. Dengan kriteria pengujian yaitu apabila diperoleh

nilai P-value , maka hipotesis penelitian atau diterima, dengan kata

lain tolak .Untuk melihat hasil uji hipotesis yang diperhatikan adalah

nilai P-value.

Page 71: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

58

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Bagian ini akan menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran dan

data hasil tes akhir. Data yang dideskripsikan adalah tes akhir hasil belajar

siswa yaitu untuk melihat hasil belajar Akidah Akhlak siswa selama

mengikuti pembelajaran Akidah Akhlak dengan menerapkan metode

Simulasi pada siswa kelas VIII di MTsS Tabek Pariangan Kabupaten Tanah

Datar.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang terbagi

kepada 3 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas Kontrol dan juga kelas uji

coba. 2 kelas di sekolah MTsS tabek dan 1 sekolah di MTsS Rambatan untuk

uji coba soal Kelas VIII. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas

eksperimen adalah dengan menerapkan metode Simulasi sedangkan, pada

kelas Kontrol dilaksanakan metode konvensional.

Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti menentukan materi

pelajaran dan mempersiapkan instrumen penelitian. Materi yang dipilih adalah

AkhlakTercela (Mazmumah). Materi ini diberikan pada kedua kelas sampel.

Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes

hasil belajar berupa soal essay dan yang telah divalidasi oleh validator untuk

diberikan kepada kedua kelas sampel Adapun jadwal pelaksanaan

pembelajaran baik eksperimen maupun kontrol dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan pembelajaran

pada kelas Eksperimen dan kontrol

No Kegiatan Kelas eksperimen Kelas Control

1 Pertemuan I Kelas

Ekspriment

7 September 11 September

2 Pertemuan 2

Ekspriment

13 September 15 September

3 Pertemuan 1 kelas

kontrol

1 7 september 19 September

Page 72: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

59

No Kegiatan Kelas eksperimen Kelas Control

4 Pertemuan 2 kelas

kontrol

21 september 23 september

5 Kelas uji coba 19 november 21 november

Data mengenai hasil belajar siswa diperoleh dari hasil perhitungan

secara statistik. Data pada kelompok eksperimendan konrtol di lakukan

perhitungan skor rata-rata (x-),skor tertinggi (x max) dan skor terendah(x min)

Hasil perhitungan dapat dilihat pada:

Tabel 4.2

HasilAnalisis data teshasilbelajarkelaseksperimendan Kontrol

Kelas N

Eksperimen 75 15 90 55

Konrotl 75 15 87 54

Uji coba 75 31 88 55

Dalam tabel yang dipaparkan diatas terlihat jelas bahwa adanya

perbedaan nilai rata-rata tes siswa nilai tertinggi dan nilai terendah antara

Eksperimen dan kontrol dan nilai rata yang diperoleh kelas Eksperimen lebih

tinggi dari kelas kontrol.Nilai kelas eksperimen yang tertinggi 90 dan

terendah 55 adapun nilai tertinggi kelas control 87 dan terendah 54. Untuk

lebih jelasnya hasil analisis tes.

Hasil belajar Siswa sebelum dan sesudah didapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.3

Persentase Aspek ketuntasan Siswa pada Aspek Kognitif

No Kelas Jumlah

Siswa Tuntas

Tidak

Tuntas Persentase Ketuntasan

Tuntus Tidak

Tuntas

1 VIII.1 15 11 4 73, 33% 26, 67 %

2 VIII.2 15 9 6 60 % 40, %

Page 73: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

60

Hasil persentase ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen dapat dilihat

pada diagram dibawah ini :

Gambar 4.1 Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa kelas Experimen

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan pada kelas

eksperimen adalah sebesar 42 %.

Gambar 4.2.Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa KelasKontrol

Gambar 4.2 mengambarkan adanya perbedaan persentase ketuntasan

siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlakmateri Akhlak Tercela

73% TIDAK TUNTAS

58%

60 %

40 %

0% 0%

TUNTAS TIDAK TUNTAS

Page 74: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

61

(Mazmumah)antara kelas eksperimendankelas kontrol. Persentase ketuntasan

kelas eksperimen adalah 73 % sedangkan persentase ketuntasan kelas

kontroladalah 60%. Persentase ketuntasaneksperimenlebih rendah dari

kontrol, hal ini berarti hasil belajar kelas eksperimen tidak sama dengan hasil

belajar kelas kontrol.

B. Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini adalah melalui uji tes-t dengan

bantuan sofware MINITAB. Analisis terhadap test kelas eksperimen dan

kontroldilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang ditunjukan dalam

penelitian. Hasil tes yang menjadi hasil belajar sisiwa dianalisisis dengan

menggunakan uji-t.

2. Uji Normalitas

Pada uji normalitas data yang digunakan adalah nilai eksperimen

dan kontrol siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Dalam

penelitian ,siswa yang mengikuti kelas eksperimen dan kontrol masing-

masing sebanyak 15 orang.

Uji normalitas yang telah dilakukan dengan bantun sofware

MINITAB. Uji yang dilakukan adalah uji AndersonDarling dengan

bantuan SOFWAREMINITAB. Cara untuk menginterpretasikan plot

peluang.

a. Interprestasi Grafik

Dalam Grafik yang diperoleh terdapat sebuah garis lurus

sebagai indikasi bahwadata berasl dari distribusi normal. jika semua

pancaran titik-titikyang diperoleh dekat dengan garis lurus, maka

dikatan data berdistribusi normal, sebaliknya jika pancaran titik-titik

jauh dari garis lurus maka dikatakan bahwa asumsi kenormalan oleh

data tersebut.

b. Interpetasi P-value

P-value menyatakan besarnya peluang untuk melakukan galat

jenis I ( menolak hipotesi nol; jika sesungguhnya hipotesisi nol

Page 75: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

62

tersebut benar). Jika p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata

yang ditetakan (x) yaitu 0,05 maka tolak dan sebaliknya terima

jika P-Value > 0,05.

Gambar 4.3Uji Normalitas Kelas VIII 1

VIII 1

Pe

rce

nt

12011010090807060

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Mean

0,011

89,73

StDev 11,78

N 15

AD 0,967

P-Value

VIII 1Normal

Page 76: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

63

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelas VIII 2

Hasil di atas menunjukkan bahwa pancaran titik-titik pada grafik

mendekati garis lurus dan P-Value ekperimendankontrollebih besar dari

taraf nyata (α) yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Dari pengujian normalitas

menggunakan UjiAnderson Darling dengan bantuan Software MINITAB,

maka hasil uji normalitas kedua kelas diatas menunjukan bahwa P-Value

untuk eksperimenadalah 0,033 dan P-Value Posttest adalah 0,461. Jadi,

dapat diambil kesimpulan bahwa hasil pembelajaran Akidah Akhlak pada

kelas eksperimen dan kontrolberdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Berdasarkan uji homogenitas variansi yang telah dilaksanakan

dengan bantuan Software MINITAB. Adapun hasil yang didapatkan

sebagai berikut:

VIII 2

Pe

rce

nt

140120100806040200

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Mean

0,113

67,07

StDev 28,61

N 15

AD 0,576

P-Value

VIII 2Normal

Page 77: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

64

Gambar4.5 Uji Homogenitas

Pada hasil ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa selang

kepercayaan bagi simpangan baku untuk kelas sampel beririsan. Selain itu,

P-Value dari eksperimen dancontrol lebih besar dari taraf nyata yang telah

ditetapkan 0,05.Dari pengujian homogenitas menggunakan Software

MINITAB maka diperoleh nilaiP-Valueeksperimen dancontrol adalah

0,924. Jadi dapat disimpulkan bahwa P-Value eksperimen dancontrol

adalah 0,924 0,05 maka varian kelompok data homogen.

4. Uji Hipotesis

Tujuan uji hipotesis adalah untuk melihat apakah hasil belajar siswa

yang di terapkan Metode Simulasi pada mata pelajaran Akidah Akhlak

siswa kelas VII MTsS Tabek Kabupaten Tanah Datar . Selanjutnya

dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan software MINITAB.

Hasil uji-tpada kelas eksperimen dancontrol dapat dilihat sebagaiberikut:

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

VIII 2

VIII 1

5040302010

Data

VIII 2

VIII 1

10080604020

F-Test

0,003

Test Statistic 0,17

P-Value 0,002

Levene's Test

Test Statistic 10,57

P-Value

Test for Equal Variances for VIII 1; VIII 2

Page 78: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

65

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Kelas SampelTwo-Sample T-Test and CI:

Pretest; Posttest Two-Sample T-Test and CI: VIII 1; VIII 2

N Mean StDev SE Mean

VIII. 1 15 76,07 9,51 2,5

V III.2 15 74,47 8,27 2,1

Difference = mu (VIII. 1) - mu (V III.2)

Estimate for difference: 1,60000

95% CI for difference: (-5,07828; 8,27828)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,49 P-Value =

0,627 DF = 27

Dilihat dari hasil uji-t nilai rata-rata yang diperoleh lebih tinggi

dibandingkan darinilai rata-rata yang ada. Kelas eksperimen 76,07

sedangkan untuk kontrol yaitu 74,47. Sedangkan untuk simpangan baku

Eksperimenlebih kecil dibandingkan dengan Kontrol yaitu 9,51 untuk

Pretest dan 9,47 untuk. Eksperimen.Berdasarkan hasil uji-t, hipotesis

penelitian ini adalah “Hasil belajar siswa lebih baik dengan penerapan

kombinasi metodeSimulasipada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VII

di MTsS TabekKabupaten Tanah Datar”. Dengan bantuan Software

MINITAB, nilai P-Value = 0,08 pada taraf nayat = 0,05 kanera nilai P-

Value> yaitu 0,08 >0,05 maka H1diterima dengan kata lain H0

ditolak.Jadi hipotesis penelitian diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa lebih baik dengan penerapan metode Simulasi

pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VII di MTsS Tabek kabupaten

tanah datar.

C. Pembahasan

Hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi

suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi

(Sanjaya 2005: 27).Hasil belajar adalah suatu proses untuk mengubah tingkah

laku seorang, yaitu tingkah laku dalam hasil belajar mencakup bidang

Page 79: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

66

kognitif yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Pengetahuan atau

knowledge. Afektif adalh ranah yang berkenan dengan sikap seorang dapat

diramalkan perubahannya bila seorang telah dimiliki penguasaan kognitif

tingkat tinggi.Psikomotor akan terlihat melalui ketrampilan atau (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Penelitian ini merupakan penilaian hasil

belajar berupa penilaian belajar dalam kofgnitif saja.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat

diketahui bahwa hasil belajar siswa lebih baik dengan penerapan kombinasi

metode Simulasipada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VII di MTsS

Tabek kabupaten tanah datar . Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar

yang dimaksud yaitu penilaian dalam bidang kognitif saja. Kognitif dalam arti

penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan guru di kelas yang diukur

dengan alat atau tes. Hasil belajar siswa meningkat seiring dengan

meningkatnya aktifitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar

siswa dapat diukur dengan melakukan tes akhir, tes ini bertujuan untuk

melihat seberapa besar siswa dapat menagkap dan memahami materi

pembelajaran.Tes dalam penelitian ini merupakan tes dalam bentuk essay

terdiri dari hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kriteria tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2014: 22).

Berdasrkan deskripsi dan analisis data hasil Eksperimen dan

kontrolterlihat bahwa hasil belajar Akidah Akhlak siswa kelas eksperimen

lebih baik setelah diberi perlakuan penerapan metode Simulasi dari pada

sebelum diberi perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari skor tertinggi dan terendah

serta nilai rata-rata dari eksperimen dan kontrol.Adapun skor tertinggi dari

Eksperimen adalah 90 sedangkan dari Eksperimen adalah 90 dan skor

terendah dari Kontrol adalah 55.

Begitupun dengan melihat persentase ketuntasan belajar siswa yaitu

pada kelas eksperimen di peroleh 76,07% dan kelas control dengan jumlah 15

orang siswa yang tuntas 11 dan 4 orang siswa yang tidak tuntas. Sedangkan,

kontrol 9 orang siswa yang tuntas dan 6 orang siswa yang tidak tuntas dengan

Page 80: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

67

jumlah siswa yang sama dengan siswa Ekperimen.Dengan demikian, ini

berarti bahwa pembelajaran pada Ekperimen lebih baik dari pada

pembelajaran kelas Kontrol.

Ada beberapa kelebihan yang menjadikan Metode Simulasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa diantarasiswa belajar bermusyawarah, siswa

belajar menghargai pendapat orang lain, dapat mengembangkan cara berfikir

kritis dan rasional, dapat memupuk rasa kerja sama, serta adanya persaingan

yang sehat (Hosnan, 2014: 318). Sedangkan kelebihan dari metode Simulasi

ini adalah siswa terlatih untuk dapat mendramatisasikan sesuatu dan juga

melatih keberanian mereka, kelas akan menjadi hidup karena menarik

perhatian para siswa, siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa sehingga

mudah mengambil suatu kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri, dan

siswa dilatih dalam menyusun buah pikiran secara teratur (Basyiruddin

Usmman, 2010: 51-52).Adanya metode Simulasi lebih memotivasi siswa

untuk lebih memahami pokok bahasan, anggota kelompok akan mendorong

teman kelompoknya untuk dapat memahami materi pembelajaran agar nanti

kelompoknya bisa memahami materi yang diberikan. Maka masing-masing

kelompok berusaha untuk memahami materi pembelajaran dan memberikan

yang terbaik untuk kelompoknya sehingga perilaku menganggu terhadap

teman lain menjadi lebih kecil.

D. Kendala

Dalam penelitian ini ada beberapa kendala yang penelitian temukan

diantaranya adalah:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa , yang

termask dalam faktor ini adalah:

a. Faktor Jasmani, yaitu faktor dari dalam diri siswa yang mana

menunjukan bagaimana kondisi siswa tersebut

b. Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi,perhstian,minat bakat,

motif, kematangan dan kedisiplin siswa dalam belajar.

Page 81: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

68

c. Faktor kelelahan,yaitu dimana keadaan fisik siswa yang membuat

tidak semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2. Faktor Eksternal,yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa,yang

termasuk ked alam faktor eksternal adalah :

a. Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa cara orang tua mendidik,relasi antata orang

tuaanggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi

keluarga

b. Faktor Sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup Metode,

kurikulum,relasi guru dengan sisiwa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah waktu sekolah dan mata pelajaran, Standar pelajaran,

keadaan gedung Sekolah dan tugas rumah ( pr)

c. Pada awal penelitian, penulis mengalami kesulitan dalam mengatur

atau mengorganisasikan siswa karena siswa belum terbiasa

melaksanakan metode yang diterapkan.

d. Keterbatasan waktu, alokasi waktu mata pelajaran Akidah Akhlak satu

kali pertemuan adalah 2x40 menit. Waktu juga terpakai selama 10

menit untuk membaca do’a dan mengaji. Supaya masalah tersebut

diatasi dengan baik, maka penulis berusaha untuk memaksimalkan

waktu yang tersedia sebaik-baiknya.

e. Sebagian kecil siswa masih ada yang melakukan kegiatan lain seperti

mengajak teman kelompoknya berbicara.

f. Ketika penerapan metodeSimulasi, banyak siswa yang kurang serius

dalam menampilkan drama, banyak diantara mereka yang tertawa

bahkan mengobrol dengan teman yang lainnya.

g. Siswa menganggap materi pelajaran sebagai bahan ejekan, karena

siswa beranggapan tidak ada yang perlu ditakuti sebab peneliti bukan

guru atau tenaga pendidik di sekolah tersebut.

h. Peneliti menemukan kendala dalam mengelolah waktu karena Metode

ini kurang cukup waktu 60 menit

Page 82: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

69

i. Peneliti menemukan kendala dalam mengelolah waktu karena Siswa

akan ujian Semester.

E. Solusi

Dengan penerapan metode Simulasi iniperan guru sebagai fasilitator

tercipta dengan baik. Selain itu dalam proses pembelajaran adanya partisipasi

positif dari siswa, munculnya keaktifan siswa dalam belajar, munculnya

tanggung jawab masing-masing siswa, suasana belajar lebih menyenangkan,

interaktif dan tidak monoton. Bahkan, dengan diterapkan Metode Simulasi ini

kebanyakan siswa sudah mulai berani dalam menyampaikan hasil melalui

bermain peran melalui metode simulai dan diskusi kelompoknya, bertanya dan

mengemukakan pendapat ketika menjawab pertanyaan.

Metode Simulasi lebih memotivasi siswa untuk lebih memahami

pokok bahasan, anggota kelompok akan mendorong teman kelompoknya

untuk dapat memahami materi pembelajaran agar nanti kelompoknya bisa

memahami materi yang diberikan. Maka masing-masing kelompok berusaha

untuk memahami materi pembelajaran dan memberikan yang terbaik untuk

kelompoknya sehingga perilaku menganggu terhadap teman lain menjadi lebih

kecil.

1. Peneliti akan memberikan teguran yang bersifat positif atau membangun

2. Peneliti mengadakan penelitian diluar jam pelajaran

Page 83: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

70

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui penelitian

Experimen semu dengan judul : Penerapan Metode Simulasi Pada

Pembelajaran Akidah Akhlak Materi Akhlak Tercela (Mazmumah) di MTsS

Tabek Kabupaten Tanah Datar. Nilai hasil belajar siswa setelah penelitian

pada kelas eksperimen lebih baik pada kontrol.

Maka dapat disimpulkan bahwa. hipotesis statistik H1 : µ1 > µ2 diterima,

dengan kata lain tolak H0 : µ1 = µ2. Jadi hipotesis penelitian diterima hasil

belajar siswa lebih baik dengan penerapan metode Simulasi pada mata

pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MtsS Tabek Kabupaten Tanah Datar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis ingin mengemukakan

beberapa saran antara lain:

1. Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak

a. Pembelajaran dengan mengunakan metode Simulasi dapat

meningkatkan hasil belajar Akidah Akhlak siswa. Oleh sebab itu,

disarankan kepada guru mata pelajaran Akidah Akhlak MTsS Tabek

Kabupaten Tanah datar dapat menerapkan metode ini dalam proses

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Besar harapan penulis agar guru Akidah Akhlak MTsS Tabek

Kabupaten Tanah Datar mau menerapkan metode Simulasi ini, agar

proses pembelajaran bisa lebih bervariasi dan menarik perhatian

siswa. Metode

pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa lebih

memperhatikan pembelajaran dan merasasenang dengan proses

pembelajaran.

Page 84: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

71

71

Penelitian ini bisa menjadi acuan dan referensi bagi peneliti

selanjutnya, yang meneliti tentang Penerapan Metode Simulasi Pada

Pembelajaran Akidah Akhlak Materi Akhlak Tercela, Penulis menyadari

bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih adanya

beberapa faktor yang belum diperhatikan secara seksama. Untuk itu bagi

semua pihak yang berkompeten diharapkan untuk mengembangkan

penelitian ini, baik sebagai penelitian lanjutan maupun penelitian lain dari

penerapan metode simulasi pada pembelajaran akidah akhlak materi

akhlak tercela sehingga metode pembelajaran baru tersebut dapat

berkembang di dunia pendidikan kita ini.

Page 85: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

72

DAFTAR PUSTAKA

Ahid Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:

Perpustakaan Pelajar.

Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ikhwan, Afiful. 2017. Metode Simulasi Pembelajaran Dalam Pespektif Islam.

Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2, Nomor 2, Juni 2017

Bahri, Syaiful. 2018. Respon Masyarakat Terhadap Madrasah Takmiliyah di

Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, Vol. 2,

No. 1

Darajat, Zakiah. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Askara.

Darlis, Ahmad. 2017. Hakikat Pendidikan Islam: Telaah Antara Hubungan

Pendidikan Informal, Non Formal Dan Formal.Jurnal Tarbiyah, Vol. Xxiv,

(1): 93 ISSN: 0854 – 2627

Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Djaali. 2008. Spikoloi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fadriati. 2014. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Batusangkar:

STAIN Batusangkar Press.

Fatmawati. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Batusangkar: STAIN Batusangkar

Press.

Febriany, Rani dan Yusri. 2013. Hubungan Perhatian Orangtua Dengan Motivasi

Belajar Siswa Dalam Mengerjakan Tugas-Tugas Sekolah. Jurnal Ilmiah

Konseling, Vol. 2 (2): 9

Habibullah, Achmad, dkk. 2010. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Penerbitan pada Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan

Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar

Baru Al Algensindo.

Hamdu, Ghullam dan Lisa Agustina. 2001. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa

Terhadap Pestasi Belajar IPA Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian

Pendidikan Vol. 12 (1): 83.

Page 86: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

73

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.

Hasibuan, Malayu Sp. 2006. Dasar-dasar, Pengertian, dan Masalah Dalam

Manajemen. Bumi aksara, Edisi Revisi : Jakarta.

Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kementian Agama RI. 2013. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Madrasah

Diniyah Takmiliyah.

Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Mahmud, Heri Gunawan, dan Yuyun Yulianinhsih. 2013. Pendidikan Agama

Islam Dalam Keluarga. Jakarta: Permata Puri Media.

Moleong. 2006. Metologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Nasir Muhammad. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Alquran Hadis.

Jurnal “Al-Qalam” 20 (1): 10.

Nata, Abuddin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.

Noor, Juliansyah.2011. Metodologi Penelitian:Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018. Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa

Arab di Madrasah.

Peraturan Peraturan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007. Pendidikan

Agama dan Keagamaan. BAB I Pasal 21 Tentang Pendidikan Nonformal.

Poerwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2013. Spikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Rachman, Fathor dan Ach Maimun. 2016. Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT)

Sebagai Pusat Pengetahuan Agama Masyarakat Pedesaan. Jurnal Anil

Islam9 (1): 78.

Rahman, Addul, Saleh & Abbdul, Wahab, Muhbib. 2004. Sikologi Suatu

Pengantar. Jakarta: Perdana Media.

Page 87: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

74

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riduwan. 2005. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan penelith

pemula. Bandung: alfabet.

Rohman Ahmad Aunur dan Sayyidatul Karimah. 2018. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. Jurnal At-Taqaddum,

Volume 10, Nomor 1.

Saha, M Ishom. 2005. Dinamika Madrasah Diniyah di Indonesia Menelusuri

Akar Sejarah Pendidikan Nonformal. Jakarta: Pustaka Mutiara.

Salim, Haitami dan Syamsul Kurniawa. 2013. Pendidikan Agama Dalam

Keluarga. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PR Raja

Grafindo Persada.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Sugiyono Anas. 2007. Metode Penelitian pendidikan (pendekatan Kuantitatif,

kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan praktiknya.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Sumantri. Muhammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di

Tinggkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Pres.

Supardi, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Diadit Media.

Syaifurahman. 2013. Manajemen Dalam Pembrlajaran. Jakarta: Permata Puri

Media.

Widiaswoto, Erwin. 2016. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar

Peserta Didik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 88: PENERAPAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK …

75

Widyanto Eko Adi. 2017. Pengaruh Motivasi Belajar, Motivasi Orang Tua da

Lingkungan Belajar. Jurnal Pendidikan: SNITT: Politeknik Negeri

Balikpapan. ISBN: 97-602-51450-0-1.