PDP III Strecher Slim
-
Upload
summer-morris -
Category
Documents
-
view
39 -
download
0
Transcript of PDP III Strecher Slim
-
1.1. Latar Belakang
Tandu merupakan sebuah alat yang sering di gunakan untuk mengevakuasi korban dari
tempat kejadian ke tempat yang lebih aman. Sangat sering kita jumpai terutama saat kita menonton
sepak bola, di saat ada kecelakan yang terjadi pada pemain, para medis segera mendatangi pemain
yang terluka tersebut, dengan membawa sebuah tandu. Jika kita sering memerhatikannya tandu
yang di gunakan para medis di lapangan sepak bola adalah tandu lipat. Dikatakan tandu lipat, yaitu
karena tandu ini memiliki sifat yang sangat praktis, kepraktisannya ini terdapat pada kemudahan
tandu untuk dapat dilipat sehingga tandu tidak terlalu besar dan mudah di bawa, tandu ini dibuat
dengan memakai alat atau bahan dari besi dan kain.Seperti yang saya katakana di awal waktu tandu
ini sangat sering kita lihat pada sat mengevakuasi korban pada saat pemain tersebut mengalami
cidera. Dikarenakan tandu ini memiliki sifat yang sangat praktis, maka tandu ini dapat digunakan
dimana saja.
Terkadang di dalam pendakian tidak dapat di pungkiri dalam setiap perjalanan kita akan
selalu mengalami yang namanya musibah entah itu keseleo, luka ringan, atau sampai dengan patah
tulang (tapi jangan sampai semoga baik-baik saja). Para pendaki biasanya meremehkan hal-hal
tersebut sehingga terkadang menghambat waktu pendakian. Terlalu banyak berhenti sehingga
stock makanan yang berkurang. Dalam benak pendaki sebenarnya ingin sekali membawa tandu
dalam perjalanan mereka, tetapi karena terkendala banyaknya barang bawaan yang harus di bawa,
sehingga mereka berpikir untuk tidak memasukkan list tandu lipat kedalam perjalanan mereka.
Sehinga sering kali mereka disaat mengalami cidera, para pendaki tersebut selalu menghabiskan
waktu untuk beristirahat. Maka perjalan pendakian malah memakan waktu yang sangat banyak.
Dan jika keadaan terus menerus begitu akan menyebabkan stock makanan yang semakin
berkurang.
1.2. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka ditemukan poin-poin dari latar bealakng, yaitu :
Tidak adanya alat bantu untuk evakuasi yang cepat
Jika diharuskan membawa tandu, akan memberatkan pendaki
Tandu yang Terlalu besar
-
Dari point-point tersebut, maka munculah pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana caranya agar alat evakuasi tersebut mudah di pakai
2. Bagaimana alat evakuasi tersebut disederhanakan
3. Apa yang harus disederhanakan
1.3. Batasan Masalah
Ruang linkup permasalahan akan berkisar pada:
- Rata - rata pendaki ialah anak-anak muda dari usia 17 30
- Ruang lingkup adalah pegunungan Tropis, tanpa ada salju
- Batas Berat badan dari 0 - 90 kg
1.4. Tujuan
- Memberi kenyamanan saat Mendaki
- Memantapkan siap siaga terhadap musibah yang akan datang.
1.5. Manfaat
1. Memberikan Kontribusi terhadap para pendaki agar selalu waspada dalam
setiap perjalanan, selalu mempersiapkan alat-alat keamanan mendaki, dan fisik
yang kuat
2. Memberikan kontribusi dalam merampingkan barang bawaan
3. Memberikan alat multifungsi yang sederhana dan mudah dipakai
1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang perolehan datanya
berdasarkan pada wawancara dan observasi, grup discussion, etnografi.
1.7. Kerangka Penelitian (MIND MAP)
Terlampir.
-
1.8. Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
Manfaat, Metode Penelitian, Min Map dan sistematika Penulisan.
BAB 2 Studi Pustaka
Berisi refrensi landasan teori yang terkai dengan topic bahasan, data antropometri, dan
produk eksisting. Data berasal dari sumber internet dan buku
BAB 3 Data dan Analisa
Terdiri dari scenario Penelitian, pelaksanaan penelitian dan Sintesa hasil Penelitian.
BAB 4 Konsep dan Analisa\
Berisi pembobotan aspek-aspek desain, Analisa Aspek desain yang terbagi aspek
primer, aspek skunder dan aspek tersier. Berisi konsep desain dan alternative dari desain
yang akan dibuat.
BAB 5 Kesimpulan
Berisi kesimpulan dari keseluruhan data yang terangkum dalam laporan.
-
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pendaki
Mendaki gunung sudah mewabah ke seluruh kalangan masyarakat. Olahraga bercampur
rekreasi yang dulu dianggap berbahaya sekarang menjadi trend yang menggembirakan dan
menyehatkan. Namun kegiatan mendaki gunung ada beberapa tujuan, dan tujuan tersebut
membedakan jenis pendakinya.
Secara umum pendaki dibedakan menjadi dua, yaitu pendaki profesional dan pendaki
amatir yaitu :
A. Pendaki Profesional
Kata profesional berarti memang bekerja atau mencari nafkah dari mendaki. Kata
profesional sering diartikan sebagai orang yang sangat ahli. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa arti kata profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi (2)
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya (3) mengharuskan adanya
pembayaran untuk melakukannya. Orang yang termasuk pendaki profesional adalah orang
yang benar-benar terlatih dan cakap, mempunyai profesi tertentu yang berhubungan
dengan mendaki gunung dan point ketiga sudah jelas ada pembayaran.
Contoh pendaki profesional adalah :
1. Porter/guide yang menjual jasanya kepada orang yang akan mendaki. Hampir di
gunung-gunung yang menjadi tujuan wisata sudah tersedia porter profesional
seperti di Gunung Rinjani Lombok.
2. Tim Rescue Organik (bukan relawan) yang memang profesional dan cakap untuk
menolong dan mendapatkan gaji dari negara untuk tugas Rescue.
3. Pendaki riset/peneliti termasuk didalamnya fotografer wildlife, ilmuwan dll yang
mendaki untuk kepentingan riset/penelitian ciri-ciri utamanya adalah mendakinya
lama, menikmati perjalanan, dan kadang puncak bukan tujuan. Pendaki riset
mempunyai kepentingan untuk meneliti obyek di pegunungan.
-
Biasanya pendaki profesional sudah sangat mengenal gunung yang didaki, dan tidak jarang
mereka membawa peralatan seabrek dan tentu saja peralatan kesalamatan lebih baik dari
pendaki amatir. Mau tidak mau pendaki profesional harus mencintai kegiatan mendaki gunung
karena mendapatkan nafkah dari mendaki gunung.
Pendaki gunung profesional menjadi acuan pendaki lain sehingga saat mendaki gunung
harus menggunakan peralatan dan teknik yang benar agar menjadi teladan.
Orang yang memilih gunung sebagai nafkah hidupnya sebelum menjadi profesional sering
kali sudah pernah mendaki dan jatuh cinta dengan gunung sehingga ingin lebih mendalami
obyek di gunung. Angka kecelakaan pendaki profesional kecil karena tipe pendaki ini
mengutamakan dan sangat bertanggung jawab terhadap keselamatan.
B. Pendaki Amatir
Amatir adalah lawan dari profesional, sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa Edisi IV hal 48 entri A, maka arti amatir adalah kegiatan yang dilakukan atas
dasar kesenangan dan bukan untuk mencari nafkah.
Jenis-jenis pendaki amatir adalah sebagai berikut :
1. Pendaki gunung pemula, mendaki gunung karena ikut-ikutan teman, diwajibkan
organisasi atau bahkan dipaksa kelompoknya agar tetap eksis. Pendaki pemula akan
mendaki gunung dengan peralatan seadanya dan masih sangat tergantung dengan
kelompok. Tidak jarang jenis pendaki pemula ini yang sering menjadi kerjaan tim SAR
karena pendampingan kolompok yang tidak baik. Untuk menjadi pendaki pemula yang
baik alias aman dan kembali dengan selamat maka pendaki pemula sebaiknya pilih
kelompok yang sudah profesional, dikenal dengan baik, dan gunakan peralatan
keselamatan yang standard. Pendakian pertama akan menentukan apakah berlanjut ke
pendakian berikutnya atau kapok dan akhirnya anti dengan kegiatan mendaki gunung.
2. Pendaki Hobi, saat ini hobi mendaki gunung sudah menyebar dengan baik. Aneka
tujuan hobi mendaki gunung bermacam-macam, ada yang bertujuan untuk rekreasi,
olah raga, memupuk rasa nasionalisme, atau untuk menunjukkan eksistensi organisasi.
-
Pendaki hobi ini ada yang nekad mendaki dengan peralatan seadanya, ada juga yang
gila-gilaan melengkapi peralatan mendaki dengan kualitas dan harga yang bikin
dompet terkuras. Pendaki hobi sering kali mempunyai klub sesuai dengan arah
pendakiannya, ada yang bergabung dengan klub pecinta alam di lembaga pendidikan
karena masih sekolah/kuliah, atau bergabung dengan profesi sejenis misal pendaki
kantoran. Pendaki hobi akan lebih hati-hati seiring dengan perkembangan usia dan
statusnya. Pendaki hobi di usia muda mungkin akan menjadi pendaki nekad, sementara
pendaki hobi senior yang sudah bekerja dan mempunyai posisi mapan akan menjadi
pendaki VVIP.
https://stanislausr.wordpress.com/tag/pendaki-profesional/
2.1.2. Pertolongan Pertama Pada kecelakaan ( P3K)
Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban
dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan
dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan
pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit
yang dialami.Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang
diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan
secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan
kematian.
Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan
terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu
kecelakaan(accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis
bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita
tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan
terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini
kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan.
A. Prinsip Dasar
-
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut
diantaranya:
1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau
kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong
korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan
sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun
sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang
dan dipahami oleh seluruh anggota.
3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda
lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila
penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
B. Sistematika Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :
1. Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban
yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan
diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk
ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah
penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih
mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila
dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi
korban.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
4. Pendarahan.
-
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-
5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan
kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun
juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan,
letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh
yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan
telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga
dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau
air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak
nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan
keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan
bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu
pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung
korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai
saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral
pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama
hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan
tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.
C. Kasus kasus kecelakan atau gangguan dalam kegiatan alam terbuka
Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan
di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:
a. Pingsan (Syncope/collapse)
-
yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak
mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.
Gejala
- Perasaan limbung
- Pandangan berkunang-kunang
- Telinga berdenging
- Nafas tidak teratur
- Muka pucat
- Biji mata melebar
- Lemas
- Keringat dingin
- Menguap berlebihan
- Tak respon (beberapa menit)
- Denyut nadi lambat
Penanganan
Baringkan korban dalam posisi terlentang
1. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
2. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang
menghambat pernafasan
3. Beri udara segar
4. Periksa kemungkinan cedera lain
5. Selimuti korban
6. Korban diistirahatkan beberapa saat
7. Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi stabil >>
Rujuk ke instansi kesehatan
b. Dehidrasi
yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi
apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini
biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang
-
minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau
aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala dan tanda dehidrasi
Dehidrasi ringan
- Defisit cairan 5% dari berat badan
- Penderita merasa haus
- Denyut nadi lebih dari 90x/menit
Dehidrasi sedang
- Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
- Nadi lebih dari 90x/menit
- Nadi lemah
- Sangat haus
Dehidrasi berat
- Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
- Hipotensi
- Mata cekung
- Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
- Kejang-kejang
Penanganan
1. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
2. Mengganti elektrolit yang lemah
3. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
4. Memberantas penyebabnya
5. Rutinlah minum jangan tunggu haus
c. Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
-
- Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
- Terdengar suara nafas tambahan
- Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
- Irama nafas tidak teratur
- Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
- Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk
3. Posisikan duduk
4. Atur nafas
5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
d. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala
yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan
dll.
Gejala
- Kepala terasa nyeri/berdenyut
- Kehilangan keseimbangan tubuh
- Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban
2. Beri minuman hangat
3. beri obat bila perlu
4. Tangani sesuai penyebab
e. Maag/Mual
-
yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
- Perut terasa nyeri/mual
- Berkeringat dingin
- Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi
korban
2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
3. Jangan beri makan terlalu cepat
f. Lemah jantung
yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau
terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
- Nyeri di dada
- Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
- Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
- Denyut nadi tak teraba/lemah
- Gangguan nafas
- Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
- Kepala terasa ringan
- Lemas
- Kulit berubah pucat/kebiruan
- Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan
pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
-
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
g. Histeria
yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh
korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
- Seolah-olah hilang kesadaran
- Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
- Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Pisahkan dari keramaian
3. Letakkan di tempat yang tenang
4. Awasi
h. Mimisan
yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim
(terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
- Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
- Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat
oleh darah
- Kadang disertai pusing
-
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan
Pertama
i. Kram
yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
- Nyeri pada otot
- Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Istirahatkan
2. Posisi nyaman
3. Relaksasi
4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
j. Memar
yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
- Warna kebiruan/merah pada kulit
- Nyeri jika di tekan
- Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Kompres dingin
-
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka
k. Keseleo
yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
- Bengkak
- Nyeri bila tekan
- Kebiruan/merah pada derah luka
- Sendi terkunci
- Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
D. EVAKUASI KORBAN
Adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban
ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip Evakuasi
1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat
untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian
-
Alat Pengangutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal
tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat).
Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara
angkut yang dilaksanakan.
Bila satu orang maka penderita dapat:
Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas
Dipanggul/digendong
Merayap posisi miring
Bila dua orang maka penderita dapat:
Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak
perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang
punggung.
Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
Model membawa balok
Model membawa kereta
2. Alat bantu
Tandu permanen
Tandu darurat
Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
-
Tali/webbing
Persiapan
Yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan penilaian kondisi
dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan gangguan persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang
tidak didalam posisi benar
http://pmrsmanla2011.blogspot.com/p/pertolongan-pertama-pada-kecelakaan-p3k.html
2.1.3. TANDU
Tandu ialah sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi korban dari tempat kejadian
ketempat yang lebih aman atau rujukan. Adapun rujukan dapat di artikan sebagai tempat dimana
korban harus dirawat, misalnya rumah sakit, puskesmas, ataupun tempat yang dimana korban
layak untuk dirawat/ tempat yang lebih aman.
1. Tujuan Tandu
Ada begitu banyak macam-macam tandu, namun penulis akan uraikan sebagian dibawah
ini, meskipun begitu banyak macam-macam tandu namun tujuan dari tandu itu semua
sama. Yaitu sebagai alat untuk mengevakuasi korban dari tempat kejadian ketempat yang
lebih aman atau rujukan.
2. Manfaat Tandu
Memudahkan penolong untuk mengevakuasi korban, memberi rasanyaman pada korban
pada saat evakuasi berlangsung.dll
3. Macam macam Tandu
-
Macam-macam tandu itu sangatlah banyak dan beraneka ragam bentuknya, namun tujuan
dari tandu itu sama yaitu sebagai alat untuk mengevakuasi korban.
Adapun macam-macam tandu yang sering kita kenal antara lain :
1. Tandu Sepinal
Yaitu: tandu yang digunakan untuk mengevakuasi korban patah tulang belakang.
Tandu ini memiliki bentuk seperti daun pintu yang rata. Dikarnakan tulang yang patah
tersebut adalah bagian belakang maka tandu harus berbentuk rata, tujuannya agar tulang
balakang yang patah tetap pada posisi yang benar, mencegah terjadinya kematian dan dapat
memberi rasa nyaman terhadap pasien.
2. Tandu Sorong
Adapun tandu ini sering kita jumpai di rumah sakit - rumah sakit, puskesmas,
maupun di dalam ambulance. tandu sorong ini jarang kita jumpai pada saat di lapangan
dikarnakan adanya roda yang memerlukan jalan atau lintasan yang bagus maka tandu ini
jarang kita jumpai pada saad di lapangan.Tandu sorong ini adalah tandu yang sangat
megah, dikatakan megah karena tandu ini terbuat dari bahan busa yang beralaskan kain
yang membuat pasien merasa lebih nyaman
3. Tandu Lipat
Dikatakan tandu lipat yaitu: karena tandu ini memiliki sifat yang sangat praktis,
kepraktisannya ini terdapat pada kemudahan tandu untuk dapat dilipat sehingga tandu tidak
memebesar dan mudah dibawa, tandu ini dibuat dengan memakai alat atau bahan dari besi
dan kain. Tandu ini sering digunakan untuk mengevakuasi korban pada saat permainan
bola. Dikarnakan tandu ini memiliki sifat yang sangat praktis,maka tandu ini dapat
dugunakan dimana saja.
-
4. Tandu Darurat
Tandu darurat yaitu : tandu yang sering sekali di gunakan ketika dalam keadaan
darurat atau mendesak yang diluar dari perkiraan atau kemampuan manusia misalnya lupa
atau lintasan yang tidak memungkinkan untuk membawa tandu yang sudah ada.
Tandu darurat ini sering di gunakan ketika dalam keadaan darurat misalnya ketika
di hutan ataupun lembah yang mana dalam keadaan itu tidak mungkin untuk membawa
tandu yang sudah ada atau sudah jadi, maka dalam keadaan itulah tandu darurat ini dipakai.
Adapun pengertian tandu darurat itu sendiri adalah: sebagai alat transportasi darurat
yang dibuat dengan menggunakan alat atau bahan yang seadanya.
http://fokalmediaku.blogspot.com/2011/03/tandu.html
2.2. Produk Eksisting
Jenis Produk untuk alat bantu evakuasi yang cocok untuk pendaki adalah tandu yang
tidak terlalu berat, besar.
Gambar 1.1 Tandu lipat untuk berbaring
-
(Sumber:http://4.bp.blogspot.com/-
RKo9dNlASkY/UYZJ8Nil9VI/AAAAAAAABv8/TGdwSMUl0qQ/s1600/Stretcher+2.jpg)
Tandu pada gambar 1.1 tersebut sudah cukup bagus, tetapi untuk para pendaki diperlukan
tandu yang tidak terlalu besar spacenya.
Gambar 1.2
( Sumber : http://www.iwarehouse.co.za/camping/sleeping/camping-stretchers/atg/atg-ribzz-
light-stretcher/)
Pada gambar 1.2 Tandu diatas sudah cukup ramping jika dilipat tetapi masih saja
menimbulkan effect yang sangan tidak nyaman. Karena hanya menambah nambah spacenya utk
barang bawaan.
-
Gambar 1.3 tandu Lipat
Pada gambar 1.3 Sudah memberikan kesederhanan bentuk produk, yang memungkinkan
fleksibel di bawa kemana-mana. Tapi pada intinya untuk di taruh tas pendaki (carier) yang akan
memenuhi space yang ada pada tas tersebut.
(Sumber:
http://firstresponder.com.au/cart/index.php?main_page=product_info&cPath=2_15&products_id
=212)
2.3. Warna dan Material
2.3.1. Psikologi Warna
Merah Berani, penuh semangat, agresif, memicu emosi, dan menarik perhatian.
Secara positif, warna merah mengandung arti cinta, gairah, berani, kuat, agresif,
-
merdeka, kebebasan, dan hangat. Negatifnya adalah punya arti bahaya, perang,
darah, anarki, dan tekanan.
Kuning Menciptakan perasaan optimis, percaya diri, pengakuan diri, akrab, dan
lebih kreatif. Kuning juga dapat merugikan kita karena menyampaikan pesan
perasaan ketakutan, kerapuhan secara emosi, depresi, kegelisahan, dan
keputusasaan. Pilihan warna kuning yang tepat dan penggunaan yang sesuai akan
mengangkat semangat kita dan lebih percaya diri.
Hijau Berarti kesehatan, keseimbangan, rileks, dan kemudaan. Unsur negatif
warna ini di antaranya memberi kesan pencemburu, licik, terasa jenuh, serta dapat
melemahkan pikiran dan fisik. Di dalam sejarah China, warna hijau adalah warna
perempuan. Lain dengan budaya muslim, yang menganggap warna hijau adalah
warna yang suci. Warna untuk perdamaian juga hijau.
Biru Melambangkan intelektualitas, kepercayaan, ketenangan, keadilan,
pengabdian, seorang pemikir, konsistensi, dan dingin. Selain itu, dapat memicu rasa
depresi dan ragu-ragu. Biru gelap akan membantu berpikir tajam, tampil jernih, dan
ringan. Biru muda akan menenangkan dan menolong berkonsentrasi dengan
tenang. Terlampau banyak biru akan menimbulkan rasa terlalu dingin, tidak akrab,
dan tak punya emosi atau ambisi.
Ungu Memberi efek spiritual, kemewahan, keaslian, dan kebenaran. Ungu mampu
menunjang kegiatan bermeditasi dan berkontemplasi. Kemerosotan dan mutu yang
jelek adalah sifat-sifat negatif warna ini.
Putih Warna murni, suci, steril, bersih, sempurna, jujur, sederhana, baik, dan
netral. Warna putih melambangkan malaikat dan tim medis. Warna ini juga bisa
berarti kematian karena berkonotasi kehampaan, hantu, dan kain kafan.
Abu-abu Bijaksana, dewasa, tidak egois, tenang, dan seimbang. Warna abu-abu juga
mengandung arti lamban, kuno, lemah, kehabisan energi, dan kotor. Karena
warnanya tergolong netral atau seimbang, warna ini banyak dipakai untuk warna
alat-alat elektronik, kendaraan, perangkat dapur, dan rumah.
Hitam Berkesan elit, elegan, memesona, kuat, agung, teguh, dan rendah hati.
Kesan negatifnya adalah hampa, sedih, ancaman, penindasan, putus asa, dosa,
kematian, atau bisa juga penyakit. Tak seperti putih yang memantulkan warna,
-
hitam menyerap segala warna. Dengan hitam, segala energi yang datang akan
diserap. Walau mampu memesona dan berkarakter kuat, tapi banyak orang yang
takut akan "gelap". Warna hitam berkonotasi gelap.
2.3.2. Material
Material Ini menggunakan Alumunium, kain parasut, spon.
2.4 Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukurna yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang pendaki dengan menggunakan ukuran tertentu, hitungan
ukuran-ukuran fisik ini hasil pengukuran antropometri dari rata-rata di Indonesia.