Pda
-
Upload
devyta-christia-heldisani -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Pda
Penyakit Jantung Bawaan Tipe AsianotikDevyta Christia Heldisani
102013457
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Email : [email protected]
Abstrak
NKB SMK (Neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat
badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan. dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
bukan bayi premature.
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri pulmonalis kiri
langsung dengan aorta desendens. Pada janin, duktus arteriosus dapat tetap terbuka karena
produksi dari prostaglandin E2 (PGE2). Pada bayi baru lahir, prostaglandin yang didapat dari ibu
(prostaglandin maternal) kadarnya menurun sehingga duktus arteriosus tertutup dan berubah
menjadi jaringan parut dan menjadi ligamentum arteriosum yang terdapat pada jantung normal.
DAP adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7%
dari seluruh penyakit jantung bawaan. DAP ini sering dijumpai pada bayi prematur, insidennya
bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.
Kata Kunci : NKB SMK, DPA
Abstract
NKB SMK (preterm neonate - according gestation) is a premature infant with a birth weight
corresponding to the period of pregnancy. with low birth weight (LBW) as they realized that not
all babies born weighing less than 2500 grams at birth instead of premature infants.
The ductus arteriosus is a fetal blood vessel connecting the left pulmonary artery directly to the
descending aorta. In the fetus, the ductus arteriosus can remain open because the production of
prostaglandin E2 (PGE2). In newborns, prostaglandins derived from the mother (maternal
prostaglandin) levels are decreased so that the ductus arteriosus is closed and turned into scar
1
tissue and ligament arteriosum be contained in a normal heart. DAP is a ductus arteriosus that
remains open after birth. This disorder is 7% of all congenital heart disease. DAP is common in
premature infants, the incidence increases with decreasing gestational age.
Keywords: NKB SMK, DPA
Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang paling sering dijumpai, meliputi
hampir 30% dari seluruh kelainan bawaan. Para petugas medis merupakan ujung tombak dalam
deteksi dini bayi dengan penyakit jantung bawaan, oleh karena itu kewaspadaan terhadap
kemungkinan adanya penyakit jantung bawaan perlu terus ditingkatkan, mengingat insidensi
penyakit ini cukup tinggi yaitu hampir 1% dari semua bayi yang lahir hidup. Pada sebagian besar
kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui. Berbagai jenis obat, penyakit ibu,
pajanan terhadap sinar x telah diduga sebagai penyebab eksogen penyakit jantung bawaan.
Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilannya dapat menyebabkan penyakit jantung
bawaan pada bayinya, terutama duktus arteriosus persisten. Apapun sebabnya, pajanan terhadap
faktor penyebab tersebut harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada
minggu kedelapan pembentukan jantung sudah selesai. Penyakit jantung bawaan dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu penyakit jantung bawaan non-sianotik dan sianotik.
Jumlah pasien penyakit jantung bawaan non-sianotik jauh lebih besar daripada sianotik, yakni
berkisar antara 3 sampai 4 kali. Penyakit jantung bawaan non-sianotik salah satunya adalah
duktus arteriosus persisten (DAP).1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara dokter dan pasien maupun dokter dan
keluarga maupun orang terdekat pasien. Wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan
informasi yang bersangkutan dengan keluhan yang membuat pasien tersebut datang ke dokter.1,3
Anamnesis terbagi menjadi dua yaitu auto-anamnesis dan allo-anamnesis. Auto-
anamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan secara langsung terhadap pasiennya dan pasiennya
2
sendirilah yang menjawab dan menceritakan keluhannya kepada dokter. Inilah cara yang terbaik
untuk melakukan anamnesis karena pasien bisa secara langsung menjelaskan apa yang
sesungguhnya ia rasakan. Allo-anamnesis adalah wawancara yang kita lakukan pada keluarga
ataupun pada orang terdekat pasien yang mengetahui keadaan pasien. Allo-anamnesis ini
dilakukan pada pasien yang tidak sadar, lemah, atau sangat kesakitan, pasien anak, dan manula,
maka perlu orang lain untuk menceritakan keluhan atau permasalahan pasien kepada dokter.
Tidak jarang juga dalam praktek, auto-anamnesis dan allo-anamnesis dilakukan secara bersama-
sama.
Alloanamnesis menyeluruh dilakukan untuk mendeteksi penyebab organik menangis. Diagnosis
sebaiknya diberikan pengertian dan diyakinkan agar mengurangi kecemasan. Orang tua juga
disarankan untuk membuat catatan harian mengenai tangisan bayi dan penambahan berat badan
untuk meyakinkan diri mereka.3
Riwayat penyakit sekarang3
o Keluhan utama perlu diketahui, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien dibawa
berobat. Berdasarkan kasus, anak berusia 4 hari sedang di rawat di ruang perinatal
lahir premature tidak langsung menangis dan tidak sianosis.
Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan dan sering memeriksakan kehamilannya
dibidan. Keluhan selama hamil tidak ada dan terapi yang didapat tablet Fe, kalk, vitamin
C dan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Riwayat ibu yang sakit atau terpajan obat dan bahan kimia mungkin berguna,terutama
jika agen infeksi atau bahan kimia diketahui merupakan teratogen.
Riwayat keluarga2,3,4
o Ditanyakan apakah saudara kandung pasien yang ada lubang dalam jantung, atau
kematian pada masa bayi.
o Riwayat penyakit jantung aterosklerotik pada anggota keluarga dewasa atau
penyakit jantung koroner?
3
o Riwayat tekanan darah tinggi atau stroke pada anggota keluarga dewasa
mengindikasikan kebutuhan terhadap pengukuran tekanan darah secara cepat.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi selanjutnya. Sebelumnya,
kita juga harus melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Terdapat empat modus
dasarnya, yaitu:2,3
Keadaan umum dan TTV dapat dilakukan secara selintas pandang dengan
menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum
tentang keadaan pasien (compos mentis, apatis, somnolen, sopor, atau koma).
Dari hasil pemeriksaan didapatkan : keadaan umun tampak sakit berat, kesadaran
compos mentis, heart rate 160-180x/menit, pernapasan 70-80x/menit (N
20-30x/menit), dan Tekanan darah 80/50 mmhg
Inspeksi yang membutuhkan penggunaan mata pemeriksa secara kritis, dimulai
dengan pengamatan umum selama wawancara medik (anamnesis) dan merupakan
modus utama pemeriksaan fisik.
Hasil: tidak sianosis dan tidak udem, ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi yaitu mode meraba dan merasakan, dimana palpasi ringan digunakan
untuk menilai kulit dan struktur permukaan, variasi dari suhu permukaan,
kelembaban, serta kekeringan. Palpasi dilakukan di organ-organ visera, seperti
pada abdomen.
Hasil:. Teraba tidak kuat angkat, hyperdynamic precordium, di abdomen hepar
teraba 2 cm dibawah subcostal margin, tepi tumpul.
perkusi yaitu menggunakan suara untuk menentukan densitas dan isi struktur.
Perkusi dilakukan dengan mengetuk permukaan tubuh dan menimbulkan getaran,
mendengar, dan merasakan adanya perbedaan dalam penghantaran gelombang
suara.
auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk menilai pergerakan
gas, cairan, atau organ di dalam kompartemen tubuh.
4
Hasil: terdengar continous murmur di ics 2 parasternal kiri, bunyi P2 prominent.
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiogram
Suatu gafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam
tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang di pasang ke tubuh. Dari
scenario diatas dapat hasil, Sinus takikardi, axis 1200 , tidak ada hipertrofi jantung.
Gambaran Radiologi
CTR 55%, tampak peningkatan pulmonary blood flow tanpa pembesaran chamber.
Working Diagnosis
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO
semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight
Infants ( BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi
2 golongan:3,4,5
1. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilan ( NKBSMK).
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus
Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan (NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ).
5
Etiologi NKB SMK
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita
kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian, bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi
mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.4
Faktor yang terjadi pada bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) terutama yang
prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut, Masalah pada BBLR
yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernapasan, Susunan saraf pusat,
Kardiovaskular, Gastrointestinal, Ginjal. Hingga saat ini, Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.
Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan antara lain
disebabkan oleh berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar,
ibu pernah melahirkan bayi prematur atau berat badan rendah sebelumnya, ibu hamil yang
sedang sakit, ibu dengan inkopenten serviks/mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu
menahan berat bayi dalam rahim.4
Dengan pengertian diatas maka Bayi Dengan Berat Badan Lahir rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan : yaitu Prematuritas dan Dismaturis. Prematuritas murni adalah bayi lahir
dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Bila Bayi Berat badan Lahir Rendah ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya,
maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan
pendengaran, penglihatan, fungsi motor susunan saraf pusat,dan penyakit-penyakit seperti
hidrosefalus, dan sebagainya.
Klasifikasi BBLR
Neonatus atau bayi termasuk dalam Berat Badan Lahir Rendah BBLR merupakan salah
satu dari keadaan yaitu NKB SMK (Neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan) adalah bayi
prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan, NKB KMK (Neonatus
kurang bulan-kecil masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari
normal menurut usia kehamilan, NCB KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan)
adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari normal.
6
Faktor Risiko
Beberapa Faktor risiko pada Berat Badan Lahir Rendah BBLR adalah dapat terjadi
hipotermia, hipoglikemia, paru-paru belum berkembang, gangguan pencernaan, mudah terkena
infeksi, anemia, perdarahan otak, gangguan jantung. Bayi dengan BBLR mempunyai sistem
kekebalan tubuh yang terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi dari pada bayi cukup bulan. Pada bayi BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut belum matang maka tidak mampu untuk mengelola
air, elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan
dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin. Bayi yang BBLR mempunyai struktur
kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit. Bagi
orang tua respon yang terjadi yang mempunyai BBLR umumnya akan mengalami perasaan
sedih, khawatir, cemas, takut karena memikirkan keadaan bayinya.4,5
Manifestasi klinis
a) Prematuritas murni 5
BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
Masa gestasi < 37 minggu
Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis,telinga dan
lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada
laki-laki testis belum turun.
Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot
masih hipotonik
Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
b) Dismaturitas
Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
7
Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah
infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.6
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu
bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5
kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
2. Nutrisi
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.
8
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama
faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.6
Duktus Arteri Persisten.
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) DAP adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung bawaan. DAP ini
sering dijumpai pada bayi prematur, insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.
Berkembangnya paru pada saat lahir dan perubahan tekanan oksigen darah pada waktu yang
bersamaan merupakan faktor yang sudah pasti. Bagaimana kontraksi duktus terjadi hingga kini
9
belum di ketahui secara pasti. Juga faktor turunan, infeksi memegang peranan penting. Rubeola
dikenal sebagai salah satu penyebab.1,3
Menurut pembagiannya PDA menjadi :1,3
a. PDA kecil
Biasanya asimptomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi normal. Jantung tidak
membesar. Kadang terasa getaran bising disela iga ke-2 sternum. Terdapat bising kontinu
(continous murmur, machinery murmur) yang khas untuk DAP di daerah subklavia kiri.
Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas normal. Pemeriksaan ekokardiografi
tidak menunjukkan adanya pembesaran ruang jantung atau arteri pulmonalis.1
b. PDA sedang
Gejala biasa timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien mengalami kesulitan
makan, sering menderita infeksi saluran nafas namun biasanya berat badan masih dalam
batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi masih dapat mengikuti permainan.
Pada pemeriksaan fisik frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding anak normal. Bila
nadi radialis diraba dan bila diukur tekanan darahnya, akan dijumpai pulsus seler, tekanan
nadi lebih dari 40 mmHg. Teraba getaran bising didaerah sela iga 1-2 parasternal kiri dan
bising kontinu di sela iga 2-3 dari parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya.
Bising middiastolik di apeks sering dapat didengar akibat bertambahnya pengisian cepat
ventrikel kiri (stenosis mitral relatif).
Pada foto toraks jantung membesar (terutama ventrikel kiri), vaskularisasi paru yang
meningkat, dan pembuluh darah hilus membesar. EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel
kiri dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.1
c. PDA besar
Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien tidak nafsu makan
sehingga berat badan tidak bertambah. Tampak dispnoe dan takhipnoe dan banyak
10
berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada
auskultasi terdengar bising kontinu atau bising sistolik. Bising middiastolik terdengar di
apex karena aliran darah berlebihan melalui katup mitral (stenosis mitral relatif). Bunyi
jantung ke-2 tunggal dan keras. Gagal jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului
oleh infeksi saluran nafas bagian bawah. Semua penderita PDA besar yang tidak
dilakukan operasi biasanya menderita hipertensi pulmonal.
Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri, di samping pembesaran
arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak hipertrofi biventrikular
dengan dominasi aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.1
d. PDA besar dengan hipertensi pulmonal
Pasien dengan PDA besar apabila tidak diobati akan berkembang menjadi hipertensi
pulmonal akibat penyakit vaskular paru, yakni suatu komplikasi yang ditakuti.
Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari satu tahun, namun jauh lebih sering
terjadi pada tahun ke-2 atau ke-3. Komplikasi ini berkembang secara progresif sehingga
akhirnya irreversible, dan pada tahap tersebut operasi korektif tidak dapat dilakukan.1
Diffternt Diagnosis
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri
yang terjadi karena kegagalannya penutupan septum atrium.3
11
Gambar 1. Perbedaan anatomis Jantung Normal dengan ASD
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis, yaitu sebagai berikut :
1. Defek Sinus Venosus
Defek ini terletak di bagian superior dan posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava
superior. Juga dekat dengan salah satu muara vena pulmonalis.2
2. Defek Sekat Sekundum
Defek ini terletak di tengah sekat atrium. Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
Kelainan ini merupakan kasus yang paling sering dijumpai.2
3. Defek Sekat Primum
Defek ini terletak dibagian bawah sekat primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh
sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum
dikenal dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan
ASD II.2
Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan
beban volume pada atrium kanan, ventrikel kanan dan sirkulasi pulmonal. Volume pirau dapat
dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada atrium kanan pada stadium
awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat
terjadi perubahan vaskular pulmonal. Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi pada
hipertensi pulmonal berat.
Stenosis Pulmonal
12
Stenosis Pulmonal Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk arteri
pulmonalis. Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan hipertrofi ventrikel knan dan
penurunan aliran darah paru. Stenosis arteri pulmonal bisa terjadi pada bagian valvuler, supra
valvuler maupun infundibuler. Sangat jarang kelainan ini disebabkan oleh reaktivasi rema, tapi
umumnya merupakan kelainan jantung konginental, yang dibawa sejak lahir. Stenosis pulmonal
tipe valvuler lebih banyak ditemukan pada anak dibandingkan dengan tipe infundibuler.
Sementara itu, stenosis pulmonal tipe infundibuler jarang sekali ditemukan sebagai kelainan
yang berdiri sendiri, tetapi biasanya menyertai kelainan jantung yang lain, seperti pada tetralogi
fallot. Demikian pula stenosis pulmonal tipe supravalvuler sangat jarang ditemukan tersendiri,
tapi justru merupakan salah satu bagian dari suatu kelainan konginental yang lebih kompleks,
seperti sindrom noonan, sindrom wiliam, atau rubella konginental.2,3
FOP
Foramen Ovale Paten/Menetap adalah suatu cacat jantung bawaan yang ditandai dengan
penutupan foramen ovale yang tidak benar. Foramen ovale adalah sebuah celah kecil yang
sepertinya tertutup yang terletak di dinding yang berada diantara dua ruang jantung atas (atrium)
yang memungkinkan darah untuk melalui paru-paru sebelum lahir. Biasanya, celah ini akan
menutup dengan sendirinya sewaktu usia satu atau dua tahun. Pada foramen ovale paten, lubang
ini tidak menutup. Kondisi ini tidak memperlihatkan tanda atau gejala apapun dan sering tidak
terdiganosa. Hal ini bukanlah kondisi yang mengancam keselamatan jiwa dan kebanyakan orang
tidak membutuhkan perawatan kecuali mereka menderita cacat jantung lainnya.2,3
Etiologi DAP
DAP dapat disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah pengaruh lingkungan
pada waktu bayi dalam kandungan, pewarisan gen-gen yang mengalami perubahan atau mutasi,
dapat juga merupakan tanda dari suatu sindroma tertentu, atau juga karena kombinasi berbagai
faktor genetik dan faktor lingkungan yang bersifat multifaktorial. Faktor pengaruh lingkungan
dapat meningkatkan resiko bayi terkena DAP, diantaranya adalah pajanan terhadap rubella pada
waktu di dalam kandungan, persalinan prematur, dan lahir di dataran tinggi. DAP dapat berupa
suatu kondisi yang diturunkan dari keluarga dengan riwayat DAP atau bisa berupa bagian dari
13
sindroma tertentu. DAP juga bisa disebabkan karena adanya mutasi gen spesifik yang
menyebabkan cacat pada pembentukan jaringan elastik yang membentuk dinding duktus
arteriosus. Gen-gen yang menyebabkan DAP saat ini belum dapat diidentifikasi, tetapi DAP
diketahui dapat diturunkan secara autosomal dominan atau autosomal resesif. Pada kebanyakan
kasus, penyebab DAP bersifat multifaktorial karena kombinasi dari faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor-faktor ini menyebabkan cacat pada proses pembentukan jaringan elastik pada
dinding duktus arteriosus.
Epidemiologi DAP
Wanita lebih sering terkena 2-3 kali lebih banyak dari pria. Lebih sering terjadi pada bayi kurang
bulan, 20% pada bayi prematur lebih dari 32 minggu masa kehamilan, 60% pada bayi kurang
dari 28 minggu masa kehamilan.
Patofisiologi PDA
Oleh karena tekanan aorta yang lebih tinggi, maka ada pirau dari kiri ke kanan melalui
duktus arteriosus, yaitu dari aorta ke arteri pulmonal. Luasnya pirau tersebut tergantung dari
ukuran PDA dan rasio dari resistensi pembuluh darah paru-paru dan sistemik. Pada kasus yang
ekstrim, 70% darah yang dipompa ventrikel kiri akan mengalir melalui PDA ke sirkulasi
pulmonal. Jika ukuran PDA kecil, tekanan antara arteri pulmonal, ventrikel kanan, dan atrium
kanan normal. Jika PDA besar, tekanan arteri pulmonal dapat meningkat baik pada waktu sistol
dan diastol. Pasien dengan PDA yang besar mempunyai resiko tinggi terjadinya berbagai
komplikasi. Tekanan nadi yang tinggi disebabkan karena lolosnya darah ke arteri pulmonal
ketika fase diastol.6
Manifestasi klinik PDA
Bising sering ditemukan secara kebetulan pada anak tanpa keluahan. Pada anak lain infeksi
saluran nafas residif serta cepat lelah merupakan keluhan yang timbul. Gagal jantung pada masa
bayi hanya terjadi pada pirau dari kiri ke kanan yang besar. Pertumbuhan badan hampir normal,
14
hanya pada pirau besar terjadi gangguan. Ujung-ujung jari hiperemik khususnya pada pirau
besar, sebagai akibat vasodilatasi pembuluh darah tepi. Kerja jantung hiperdinamik terlihat pada
apeks.1
Palpasi. Aktivitas ventrikel kiri bertambah pada apeks kordis. Teraba getaran bising disela
iga II kiri, fosa supra sternalis. Tanda khas berupa denyut nadi pulsus seler dan disebut “water
hammer pulse”. Hal ini terjadi akibat kebocorandarah dari aorta pada waktu sistole maupun
diastole, sehingga didapatkan tekanan nadi yang besar.2
Auskultasi. Bunyi jantung pertama sering normal, diikuti systolic click. Bunyi jantung kedua
selalu keras, terkeras di selaiga II kiri, bising pada fase diastole bersifat dekresendo, terbaik
didengar pada posisi terbaring. Sifat , tempat dan intensitas ditandai oleh bising fungisional. Pada
permulaan terdapat MS (stenosis mitral) relatif sebagai akibat bertambahnya aliran darah yang
melalui katup normal kemudian diikuti katup aorta.
Semakin besar bukaan yang dialami pada PDA secara otomatis volume darah ke paru-paru
jadi meningkat. Pada bayi ataupun anak yang menderita PDA akan menampakkan gejala seperti:1
Tidak mau menyusu
Berat badannya tidak bertambah
Berkeringat secara berlebihan
Kesulitan dalam bernafas
Jantung yang berdenyut lebih cepat
Mudah kelelahan
Pertumbuhan terhambat
Gejala-gejala diatas menunjukkan telah terjadi gagal jantung kongestif. Sementara bila
bukaan pada PDA berukuran kecil resiko gagal jantung kongestif relatif tidak ada, hanya perlu
diperhatikan adanya resiko endokarditis. Endokarditis bisa berakibat fatal apabila tidak diberikan
tindak lanjut medis yang semestinya.
Faktor Resiko PDA
Prematuritas
15
BBLR/SGA
Pada waktu hamil trimester pertama, ibu terkena infeksi rubella/campak jerman
Tinggal pada dataran tinggi dan pada tekanan oksigen atmosfer yang rendah
Hipoksia
Penatalaksanaan PDA
Ada beberapa metode pangobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk mengatasi
gangguan fungsi jantung pada PDA, dan sangat bergantung dari ukuran bukaan pada duktus dan
yang utama usia pasien. Tidak diperlukan pembatasan aktivitas jika tidak terdapat hipertensi
pulmonal.1
Pada bayi prematur, duktus arteriosus sering menutup sendiri pada minggu pertama setelah
lahir. Pada bayi aterm, duktus arteriosus akan menutup dalam beberapa hari pertama setelah
lahir. Jika duktus tidak menutup dan menimbulkan masalah, obat-obatan dan tindakan bedah
dibutuhkan untuk menutup duktus arteriosus.6
Medika Mentosa
Dapat menggunakan antiinflamasi nonsteroid (AINS), seperti ibuprofen atau indometasin,
untuk membantu penutupan duktus arteriosus pada bayi prematur sebelum usia 10 hari.
AINS memblok prostaglandin yang mempertahankan duktus arteriosus tetap terbuka. Pada
bayi prematur dengan PDA dapat diupayakan terapi farmakologis dengan memberikan
indometasin intravena atau peroral dosis 0,2 mg/kgBB dengan selang waktu 12 jam
diberikan 3 kali. Terapi tersebut hanya efektif pada bayi prematur dengan usia kurang dari
satu minggu, yang dapat menutup duktus pada kurang lebih 70% kasus, meski sebagian
akan membuka kembali. Pada bayi prematur yang berusia lebih dari satu minggu
indometasin memberikan respon yang lebih rendah. Pada bayi aterm terapi ini tidak
efektif.7
Tabel 1. Dosis Indomethacin
Indomethacin Dosing Guidelines (mg/kg)
Age At Dose 1 Dose 1 Dose 2 Dose 3
16
< 48 hours 0.2 0.1 0.1
2–7 days 0.2 0.2 0.2
> 7 days 0.2 0.25 0.25
Bila usaha penutupan dengan medikamentosa ini gagal dan gagal jantung kongestif
menetap, bedah ligasi PDA perlu segera dilakukan. Bila tidak ada tanda-tanda gagal
jantung kongestif, bedah ligasi PDA dapat ditunda akan tetapi sebaiknya tidak melampaui
usia 1 tahun. Prinsipnya semua PDA yang ditemukan pada usia 12 minggu, harus dilakukan
intervensi tanpa menghiraukan besarnya aliran pirau.7
Tindakan Bedah
Setelah dibuat diagnosis secepat cepatnya dilakukan operasi pemotongan atau pengikatan
duktus. Pemotongan lebih diutamakan daripada pengikatan yaitu untuk menghindarkan
kemungkinan terjadinya rekanalisasi kemudian. Pada duktus yang sangat pendek, pemotongan
biasanya tidak mungkin dilakukan atau bisa jadi resiko. Operasi juga dilakukan pada penderita
tanpa keluhan. Terutama PDA yang kadang kadang mengarahke hipertensi pulmonal yang
irreversibel. Juga endokarditis lenta sering terjadi komplikasi.1,7
PDA yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala. PDA yang lebih besar yang tidak
diterapi dapat menyebabkan hipertensi pulmonal, infeksi paru berulang, aritmia atau gagal
jantung yang merupakan kondisi kronis dimana jantung tidak dapat memompa darah dengan
efektif. PDA menyebabkan gagal jantung pada 15% bayi prematur dengan berat badan lahir
<1750g.1
Seseorang yang mempunyai masalah struktural pada jantung, seperti PDA, mempunyai
resiko yang tinggi terkena endokarditis dibanding orang normal. Sindrom Eisenmenger biasanya
terjadi pada penderita dengan PDA besar yang tidak mengalami penanganan pembedahan.1
Prognosis PDA
17
Jika PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung kemungkinan dapat
berkembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar, masalah yang ditimbulkan pada jantung
dapat diminimalisir dengan tindakan bedah.
Tindakan dengan mengunakan pengobatan dapat diandalkan dalam beberapa situasi, dengan
sedikit efek samping. Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin, akan menunjukkan hasil
yang lebih baik. Pembedahan dapat membawa beberapa resiko yang signifikan pada jantung,
pembedahan dapat menghilangkan beberapa masalah yang ditimbulkan oleh PDA, tapi ini juga
dapat mneimbulkan masalah baru. Keuntungangn dan resiko lebih baik dikaji lebih mendalam
sebelum dilakukan sebuah pembedahan.
Kesimpulan
DAP adalah sebuah kondisi dimana duktus arteriosus yang seharusnya menutup dalam
rentang waktu normal, tetap dalam keadaan terbuka hingga otomatis mengganggu fungsi normal
jantung. Kelainan Jantung Bawaan DAP umumnya ditemui pada bayi-bayi yang lahir prematur,
juga pada bayi normal dengan perbandingan 1 kasus dari 2500 - 5000 kelahiran setiap tahunnya.
Gejala dan tanda-tanda yang muncul pada pasien dengan DAP tergantung dari seberapa besar
bukaan yang terjadi pada DAP. Semakin besar bukaan yang terjadi semakin berat gejalanya dan
komplikasi yang akan terjadi. Ada beberapa metode pengobatan yang biasanya diterapkan tim
medis untuk mengatasi gangguan fungsi jantung pada DAP, dan sangat bergantung dari ukuran
bukaan pada duktus dan yang utama usia pasien. Pemberian obat-obatan secara oral bisa
dilakukan untuk membuat duktus mengkerut dengan sendirinya. Apabila berhasil maka bisa
proses pembedahanpun bisa dihindari. Tetapi bila tidak berhasil dengan pemberian obat-obatan
secara oral, dan kondisi DAP memperburuk kesehatan pasien secara umum, maka akan
dilakukan operasi. Pasien dengan DAP kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada
gejala. Pengobatan termasuk pembedahan pada DAP yang besar umumnya berhasil dan tanpa
komplikasi sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup dengan normal.
Daftar Pustaka
1. Schwartz MS. Pedoman klinis pediatri. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005. h. 103,485-6.
18
2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Indonesia: Elsevier;2014. h. 577-82.
3. Bickley LS. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-5.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. h. 308 ,345.
4. M.H Abdoerrachman, M.B Affandi, S. Agusman, H. Alatas, Dahlan A, Aminullah A, et
all. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: FKUI; 2007
5. Wongso S, Nasution A H, Adnan H M, Isbagio H, Tambunan S, Albar Z, et all. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jakarta; FKUI: 2000
6. Kertohoesodo S. Memelihara jantung sehat dan menjaga jantung sakit. Jakarta: Citra
Budaya; 2007
7. Price. Patofisiologis: proses-proses penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2000
8. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B, et all. Farmakologi
dan terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2008
19