PBL9 S2 Proses Pencernaan Dalam Tubuh Manusia
-
Upload
lie-ellisa -
Category
Documents
-
view
124 -
download
11
Transcript of PBL9 S2 Proses Pencernaan Dalam Tubuh Manusia
Proses Pencernaan dalam Tubuh Manusia
Ellisa
Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta
Email: [email protected]
Pendahuluan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut
hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam
usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
Selain itu, pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur
yang komplek diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim
yang diproduksi di dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem
pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan
anus. Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua
organ tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari
molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas
tubuh manusia.
Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan individu. Makanan yang
kurang bergizi dan waktu makan yang tidak teratur dapat menyebabkan kesehatan
tergganggu. Agar kita dapat memilih makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka perlu
pengetahuan tentang fungsi makanan, cara pengolahannya , dan penyajiannya.
Tujuan dari pencernaaan adalah agar makanan mudah untuk diserap (absorpsi). Hasil
pencernaan karbohidrat adalah monosakarida, pencernaan protein adalah asam amino dan
pencernaan lemak adalah asam lemak. Pencernaan dibedakan 2 macam:
1
1. Pencernaaan Fisika: yaitu pencernaaan yang merupakan makanan dari bentuk besar
menjadi kecil, yang terjadi hanya perubahan bentuk, tidak terjadi perubahan zat (tidak
terbentuk zat yang baru), dilakukan oleh gigi.
2. Pencernaaan Kimiawi adalah pencernaaan makanan dengan menggunakan enzim,
mengubah makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana.
Struktur Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1. Alat-alat pencernaan
Sistim pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistim ini terdiri atas:
2
Cavum Oris
Cavum oris merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Cavum oris disebelah depan dibatasi oleh suatu celah yang disebut rima oris
dengan labium superior et inferior sebagai dindingnya. Sebelah lateral cavum oris
dibatasi oleh pipi dan sebelah bawah terdapat dasar mulut dengan lidahnya dan
sebagai atapnya adalah palatum. Sedangkan disebelah dorsal terdapat hubungan
dengan pharynx yang merupakan lubang yang disebut faucia.
Gambar 2. Cavum oris
Faring
3
Di dalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama choana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut isthmus fausium.1,2
Dinding faring terdiri dari 3 lapis yakni:
Tunica mucosa pharyngis
Terdiri atas nasopharynx yang berfungsi untuk pernafasan, oropharynx
yang berfungsi untuk pencernaan, dan laryngopharynx.
Tunica submucosa pharyngis
Di bagian atas sangat tebal dan melekatkan pharynx pada dasar
tengkorak. Di bagian bawah, di laryngopharyns, submukosa lebih
elastis sehingga memudahkan pada saat menelan
Tunica muscularis pharyngis
Terdiri atas otot-otot melingkar dan membujur.
Otot-otot melingkar terdapat pada dinding posterior dan lateral
pharynx , yaitu M. constrictor pharyngeus superior, M. constrictor
pharyngeus media, M. constrictor pharyngeus inferior.
Otot-otot membujur
Yaitu M. palatopharyngeus, M. stylopharyngeus, M.
salpingopharyngeus.
Esofagus
Kerongkongan ( oesofagus ) adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esophagus (dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Di cranial dan caudal oesophagus terdapat sphincter yang bernama sphincter
oesophagus. Di oesophagus makanan akan mengalami gerak peristaltik yang terjadi
sekitar 6-10 deik. Apabila peristaltik pertama (peristaltik primer) tidak bisa
4
mengantarkan makanan ke gaster, maka akan terjadi gerakan peristaltik sekunder
sehingga mendorong makanan ke gaster.
Gaster
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Gaster terdiri dari Cardia, Fundus, Antrum,dan Pylorus.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung ( gaster ) berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Gaster memiliki 2 muara yaitu:2
Cardiac yaitu muara dari oesophagus ke gaster
Pylorus yaitu muara gaster ke duodenum
5
Gambar 3. Gaster
Intestinum
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas:1
Lapisan mukosa ( sebelah dalam )
lapisan otot melingkar ( M sirkuler )
Lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
Lapisan serosa ( sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu:1,2
Usus dua belas jari ( Duodenum )
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
6
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Usus kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari ( duodenum ) dan usus penyerapan ( ileum ). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Jejunum mempunyai
dinding yang tebal, diameter yang lebih besar daripada illeum, arcade yang
setingkat, Nnll. yang soliter, vasa recta yang panjang, dan pita sirkular yang
rapat.
Usus penyerapan (ileum).
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Sifat illeum berlawanan dari jejunum yakni mempunyai dinding yang tipis,
diameter yang kecil, arcade yang bertingkat, Nnll. yang aggregati, vasa recta
yang pendek, dan pita sirkular yang renggang.
Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Colon terdiri dari:1
Colon asendens (colon yang naik ke atas setelah illeum)
Colon transversum (colon yang bergerak melintang)
Colon desendens (colon yang bergerak setelah colon transversum menuju ke
arah bawah)
Colon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
7
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencernabeberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Gambar 4. Colon
Gambar 5. Intestinum, colon, duodenum, jejunum, dan illeum
Appendix
8
Apendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut
apendisitis atau radang umbai cacing.
Dalam anatomi manusia, vermiformis appendix (atau hanya appendix) adalah
ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda,
bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
Caecum
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar.
Gambar 6. Large intestinum
Rectum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
9
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Gambar 7. Rectum
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
10
erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar
yaitu :
Acinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Bagian-bagian pankreas yakni caput pancreas, collum pancreas, corpus
pancreas, dan cauda pancreas. Endokrin pankreas banyak terdapat di cauda
pancreas: pulau-pulau LANGERHANS. Saluran bercabang-cabang pada pankreas
disebut herring bone.
Pendarahan pankreas yaitu:
Arteri: A. pancreatico duodenale superior (cabang A. gastroduodenalis), A.
pancreatico duodenalis inferior (cabang A. mesenterica superior)
Vena: darah dialirkan ke dalam V. lienalis dan V. mesenterica superior
Hati ( Hepar )
Hati ( hepar ) dilapisi oleh peritoneum kecuali yang berbatasan dengan
diaphragma yang disebut bare area atau area NUDA. Hepar terdiri atas 2 lobus
yakni:
Hepar pars sinister
Hepar pars dexter
Hepar pars dexter terbagi atas 2 lobus yaitu lobus caudatus dan lobus
Quadratus.
Batas lobus dexter dan sinister adalah alur yang ditempati oleh ligamentum
teres hepatis & ligamentum venosum arantii.
Hepar Terdiri dari 3 facies yaitu:
Facies diaphragmatica yaitu facies yangberbatasan langsung dengan
permukaan bawah paru dan jantung ke impressio cardiaca
Facies visceralis yaitu facies inferior
Facies superior yaitu bare area
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
11
Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
Struktur Histologi Sistem Pencernaan
Saluran cerna adalah tabung berongga terdiri atas lumen dengan garis tengah
bervariasi, yang dikelilingi oleh dinding dengan empat lapisan utama: mokosa, submukosa,
muskularis eksterna dan serosa.
Mukosa terdiri atas epitel pelapis, lamina propria yang merupakan jaringan ikat
longgar dengan banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat otot polos, kadang-kadang
mengandung kelenjar dan jaringan limfoid dan muskularis mukosa umumnya terdiri atas
lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapis longotudinal luar serat otot polos yang
memisahkan lapisan mukosa dari submukosa. Mukosa sering disebut membran mukosa.
Submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah,
pembuluh limfe dan pleksus saraf submukosa(pleksus meissner). Mungkin juga mengandung
kelenjar dan jaringan limfoid.
Muskularis mengandung sel-sel otot polos yang berorientasi secara spiral dan terbagi
dalam dua lapisan menurut arah utama perjalanan sel otot. Pada lapisan dalam (dekat ke
lumen), arah jalannya sirkular, pada lapisan luar, kebanyakan arahnya memanjang. Lapisan
muskularis juga mengandung pleksus saraf mienterikus (pleksus Aauerbach), yang terletak
diantara kedua lapisan otot tadi dan pembuluh darah serta pembuluh limfe terdapat dalam
jaringan ikat diantara kedua lapisan.
Serosa adalah suatu lapisan tipis terdiri atas jaringan ikat longgar yang kaya pembuluh
darah dan pembuluh limfe serta jaringan lemak dan epitel selapis gepeng sebagai pelapis
(mesotel).
12
Fungsi utama epitel pelapis saluran cerna adalah sebagai sawar permeabel selektif
antara isi saluran cerna dan jaringan tubuh, memudahkan transfor dan pencernaan makanan,
memperbaiki penyerapan produk hasil pencernaan dan menghasilkan hormon yang
mempengaruhi aktifitas sistem pencernaan. Sel-sel pada lapisan ini menghasilkan mukus
(lendir) atau terlibat dalam pencernaan atau penyerapan makanan. Banyaknya limfonoduli
dalam lamina propria dan lapis submukosa melindungi organisme (bersama epitel) dari invasi
bakteri.
Seluruh saluran cerna dilapisi oleh epitel selapis tipis yang mudah diserang. Lamina
propria tepat berada dibawah epitel, adalah sebuah zona yang kaya akan makrofag dan
limfosit, beberapa diantaranya secara aktif menghasilkan antibodi. Antibodi ini terutama
adalah imunoglobulin A (IgA) dan terikat pada sebuah protein sekresi yang dihasilkan oloh
sel-sel epitel pelapis usus dan disekresi ke dalam lumen usus. Kompleks ini mempunyai
aktifitas protektif terhadap invasi virus dan bakteri.
IgA dalam saluran pernapasan, pencernaan dan saluran kemih resisten terhadap
aktifitas enzim proteolitik, menghasilkan antibodi yang bersamaan dengan protease
ditemukan dalam lumen usus.
Muskularis mukosa membantu gerakan mukosa, tidak bergantung pada gerakan lain
dari saluran cerna, meningkatkan kontak dengan bahan makanan. Kontraksi muskularis
eksterna mendorong dan mencampur makanan dalam saluran cerna. Pleksus saraf
membangkitkan dan mengkordinasi kontraksi otot. Terutama terdiri atas kumpulan sel saraf
yang membentuk ganglia parasimpatis kecil.
Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk (keratin), atau
tanpa lapisan tanduk bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi
mukosa mulut terhadap kerusakan selama mengunyah dan hanya terdapat di gigi
dan palatum durum. Lamina proprianya memiliki sejumlah papila dan langsung
melekat pada jaringan tulang. Epitel berlapis gepeng tanpa laipsan tanduk
menutupi palatum molle, bibir, dan dasar mulut. Lamina proprianya memiliki
papila, mirip derimis kulit, dan menyetu dengan submukosa yang mengandung
kelenjar liur kecil yang difus. Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut yang tidak
berlapis tanduk menjadi epitel kulit.3
Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan platum mole, yang
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran mukosa
13
melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka
dengan banyak kelenjar mukosa dalam submukosa.
Uvula palatina adalah sebuah tonjolan berbentuk kerucut kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah batas bawah palatum mole. Bagian pusatnya
adalah otot dan jaringan ikat areolar yang ditutupi oleh mukosa mulut biasa.
Labium oris
Labium oris dapat dibagi dalam 3 area, yaitu:
Area Cutanea yang tersusun atas struktur kulit tipis.
Area merah bibir (area intermedia )
Epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk dan transparan (jernih) karena
mengandung butir-butir eleidin. Papilla jaringan ikatnya tinggi dan
mengandung banyak kapiler
Area oral mukosa. Bagian ini mempunyai struktur histologis yang sama dgn
pipi, epitelnya berlapis gepeng tidak bertanduk, lamina propianya agak
kompak. Pada tumika submukosa didapati kelenjar labialis yang bersifat
seromukus. Dibawah submukosa didapati otot lurik (M.orbicularis oris).
Gambar 8. Area labium oris.4
Faring
Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan
dan sistem pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring.
Faring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah
bagian respirasi yang tidak mengalami gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh
epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet. Faring mengandung tonsila,
14
mukosa faring memiliki banyak kelenjar mukosa kacil dalam lapisan jaringan ikat
padat. Muskular konstriktor dan longitudinalis faring terletak di luar lapisan ini.
Gigi
Pada orang dewasa normal terdapat 32 gigi tetap (permanen), tersebar
dalam 2 lengkung simetris bilateral dalam tulang maksila dan mandibula, dengan 8
gigi pada pada setiap kuadrannya: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar dan 3 molar.
Gigi tetap didahului oleh 20 gigi susu (desidua). Ke 12 gigi molar tetap tidak
memiliki pendahulu gigi desiduanya.
Setiap gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingiva (gusi), bagian
mahkota (korona), satu atau lebih radiks di bawah gingiva yang menahan gigi
dalam soket tulang yang disebut alveolus.3-4 Korona ditutupi oleh email yang
sangat keras, sedangkan radiks oleh sementum. Kedua pelapis ini bertemu pada
bagian leher (serviks gigi). Bagian dalam gigi mengandung materi lain yang
disebut dentin, yang mengelilingi rongga berisi jaringan yang dikenal sebagai
rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat
sebuah muara (foramen apikal) memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh
darah, pembuluh limfe dan saraf dari rongga pulpa. Ligamen (membran
periodontal) adalah struktur fibrosa berkolagen yang tertanam dalam sementum
yang berfungsi menahan gigi dengan erat pada soket tulangnya (alveolus).
Dentin
Dentin adalah jaringan yang mengapur mirip tulang tetapi lebih keras
karena kandungan garam kalsiumnya lebih tinggi (70% dari berat kering).
Terutama terdiri atas serat kolagen tipe 1, glikosaminoglikan dan garam kalsium
dalam bentuk kristal hidroksiapatit. Matriks organik dentin dihasilkan oleh
odontoblas, sel yang melapisi permukaan dalam gigi, memisahkan dari rongga
pulpa.
Odontoblas
Odontoblas adalah sel langsing terpolarisasi yang hanya menghasilkan matriks
organik pada permukaan dentin. Sel-sel inti memiliki struktur sel penghasil sekret
terpolarisasi dengan gradul sekresi yang mengandung prokolagen, sitoplasma sel
ini mengandung sebuah inti pada basisnya. Odontoblas mempunyai cabang
sitoplasma halus yang menerobos secara tegak lurus terhadap lebar dentin yaitu
juluran odontoblas. Matriks yang dihasilkan odontoblas yang belum mengandung
mineral disebut predentin. Mineralisasi dari dentin yang berkembang dimulai bila
15
vesikel bermembran (vesikel matriks) mulai muncul, mengandung kristal
hidroksiapatit halus yang tumbuh dan berfungsi sebagai tempat nukleasi bagi
pengendapan mineral selanjutnya pada serabut kolagen sekitarnya.
Berbeda dengan tulang, dentin menetap sebagai jaringan bermineral untuk
waktu yang lama setelah musnahnya odontoblas. Karena dimungkinkan untuk
mempertahankan gigi yang pulpa serta odontoblasnya telah dirusak oleh infeksi.
Pada gigi orang dewasa, pengrusakan email penutup oleh erosi akibat pemakaian
atau karies dentis (lubang gigi) biasanya memicu reaksi dalam dentin yang
menyebabkan membuat komponen-komponennya.
Email adalah unsur paling keras pada tubuh manusia dan paling banyak
mengandung kalsium. Peran protein ini dalam mengatur unsur mineral dari email
sedang. Email terdiri atas batang atau kolom kristal hidroksiapatit memanjang,
batang (prisma) email digabung menjadi satu oleh email antar-batang.
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Sel silindris
tinggi ini mempunyai banyak mitokondria di daerah di bawah inti. Setiap
ameloblas memiliki juluran apikal dikenal sebagai prosesus tomes, mengandung
banyak granul sekresi. Granul ini mengandung protein yang menyusun matriks
email.
Oesophagus
Pada lamina proprianya didapati sel mucus sebagai proteksi dari makanan
yang berbenda tajam, bagian atasnya tersusun dari otot lurik, tengahnya campuran
otot polos dan lurik, sedangkan bawahnya otot polos yang tidak dapat
dikendalikan.
Gaster
Seluruh permukaan dari gaster terdapat foveola gastrica, epitel mukosanya
selapis torak tanpa sel goblet. Terdapat 4 macam sel pada gaster yaitu Chief cell,
Parietal cell, Neck cell, dan Argentafin cell (tidak terlihat,harus menggunakan
pewarnaan AgNO3).
Terdapat 3 daerah kelenjar yaitu:
Cardia dan pylorus sekresikan mucus, jumlahnya namun hanya sedikit.
Kelenjar pylorus relative pendek, simpleks dan tubulosa bercabang. Mucus
dari kelenjar-kelenjar melindungi lambung dari autodigestion.
16
Fundus, dimulai dari dasar foveola gastrica ke seluruh lamina propria hingga
tunika muskularis mukosa. Kelenjar fundus ini hampir memenuhi seluruh
Lamina propria.
Gambar 17. Peralihan oesophagus ke cardia
Usus Halus
Epitelnya terdiri dari selapis toraks dan sel goblet. Sel torak pada bagian apikalnya
terdapat brush border/mikrovili yang berfungsi untuk memperluas permukaan
absorptif dan juga mengandung sel-sel pencernaan. Semakin ke distal, sel goblet
semakin banyak. Terdapat vili intestinalis. Sepanjang mukosa terdapat glandula
intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosa simpleks, yang bermuara diantar vili
intestinalis. Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di bagian apikalnya
mengandung granula eosinofilia.
Sel-sel crytus berfungsi menggantikan sel-sel epitel permukaan yang rusak. Dibagi
dalam 3 daerah yakni:
Duodenum
Terdapat kelenjar Bruner, mukus, dan kompleks tubulosa bercabang. Bentuk
vili intestinalis berbentuk lebar.
Jejunum
Tidak terdapat kelejar Bruner ataupun agmina peyeri. Plica sirkularis
Kerckringi tinggi-tinggi. Vili intestinalis berbentuk budar seperti lidah.
17
Illeum
terdapat agregat limfonodus atau agmina peyeri/ Plaque Peyeri di lamina
propria meluas ke tunica submukosa. Vili instetinalisnya berbentuk jari-jari.
Usus Besar
Tunica mukosa tidak mengandung plica sirkularis dan vili intestinalis. Sel goblet
banyak dintara sel epitel. Memiliki Cryptus Lieberkuhn dan limfonodus solitorius.
Sel paneth dan sel argentafin sedikit sekali. Tunica muscularis longitudinal
membentuk 3 pita longitudinal yang disebut Taenia Coli
Appendix
Merupakan evaginasi dari usus besar. Lumennya sempit, sering berisis debris.
Memiliki banyak folikel limphoid di sub mukosa. Tida ada taenia coli. Strukturnya
menyerupai usus besar.
Rektum
Mukosa mempunyai lipatan longitudinal Rectal collum (Anal column, Column of
Morgagni). Epitelnya selapis torak. Terdapat cryptus. Pertemuan anatar rektum dan
anus disebut Linea Pectinata.
Anus
Tunica submukosa mengandung banyak pembuluh darah, saraf, dan badan vater
Pacini. Pembuluh-pembuluh vena membentuk plexus hemmoroid. Tunica
Muskularis Mukosa/ lapisan longitudinal membentuk musculis dilator ani internus.
Tunica musckularis sirkular menebal pada ujungnya membentuk musculus
Sphincter ani internus. Di luar lapisan otot ini terdapat jaringan otot lurik Musculus
Sphincter ani externus. Epitelnya berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, memiliki
folike rambut, dan kelenjar sebasea.
Proses dasar pencernaan5
Motilitas
Mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan.
Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran pencernaan terus-menerus
berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting untuk
mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap, serta untuk mencegah
dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi
(peregangan). Gerakan propulsif (mendorong atau memajukan) isi saluran pencernaan ke
18
depan dengan kecepatan berbeda-beda, laju propulsif tergantung pada fungsi yang
dilaksanakan oleh setiap regio saluran pencernaan. Contohnya, transit makanan melalui
esofagus berlangsung cepat karena struktur ini hanya berfungsi sebagai tempat lewat
makanan dari mulut ke lambung. Di usus halus, tempat utama berlangsungnya pencernaan
dan penyerapan makanan bergerak sangat lambat, sehingga tersedia waktu cukup untuk
penguraian dan penyerapan makanan. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama,
dengan mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan tersebut membantu
pencernaan makanan. Kedua, gerakan tersebut mempermudah penyerapan dengan
memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.
Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-
kelenjar eksokrin yang terletak di sepanjang rute, masing-masing dengan produk sekretorik
spesifiknya sendiri. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen
organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan, seperti enzim, garam empedu, atau
mukus. Sekresi semua getah pencernaan memerlukan energi, untuk transpor aktif. Sel-sel
eksokrin memiliki banyak mitokondria untuk menunjang tingginya kebutuhan energi yang
diperlukan dalam proses sekresi.
Digesti (pencernaan)
Mengacu pada proses penguraian makanan dari strukturnya yang kompleks menjadi satuan-
satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi dalam sistem
pencernaan. Enzim-enzim pencernaan bersifat spesifik terhadap ikatan yang dapat mereka
hidrolisis. Sewaktu bergerak melintasi saluran pencernaan, makanan terpajan ke berbagai
enzim yang masing-masing menguraikan molekul makanan lebih lanjut.
Absorpsi (penyerapan)
Melalui proses penyerapan (absorpsi), satuan-satuan kecil yang dapat diserap yang dihasilkan
dari proses pencernaan tersebut bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari
lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.
Penyerapan lemak
Penyerapan lemak cukup berbeda dari penyerapan karbohidrat dan protein karena
adanya masalah lemak yang tidak larut dalam air. Lemak harus dipindahkan dari kimus yang
19
cair melalui cairan tubuh yang mengandung banyak air walaupun lemak tidak larut dalam air.
Dengan demikian, lemak harus menjalani serangkaian transformasi untuk mengatasi masalah
ini selama pencernaan dan penyerapannya.
Komponen empedu mempermudah penyerapan produk-produk akhir pencernaan
lemak ini melalui pembentukkan misel. Misel adalah partikel larut-air yang mengangkut
produk-produk akhir pencernaan lemak di dalam interiornya yang larut dalam air. Setelah
misel-misel ini mencapai membran luminal sel-sel epitel, monogliserida dan asam lemak
bebas secara pasif berdifusi dari misel menembus komponen lemak membran sel epitel untuk
memasuki interior sel-sel tersebut. Sewaktu produk-produk lemak tersebut meninggalkan
misel dan diserap melalui membran sel, misel mampu menyerap monogliserida dan asam
lemak lain yang dihasilkan dari perncernaan trigliserida di dalam emulsi lemak. Setelah
berada di dalam sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas disintesis ulang menjadi
trigliserida. Trigliserida-trigliserida ini bergabung membentuk butir-butir dan dibungkus oleh
satu lapisan lipoprotein, sehingga butir lemak tersebut dapat larut dalam air.
Pengaturan fungsi penccernaan5
Fungsi otonom otot polos
Seperti sel-sel otot jantung, sel-sel otot polos merupakan sel pemacu yang tidak memiliki
potensial istirahat yang konstan karena potensial membrannya memperlihatkan variasi yang
spontan dan berirama. Jenis aktivitas listrik spontan yang paling menonjol pada otot polos
pencernaan adalah potensial gelombang lambat yang disebut irama listrik dasar (basic
electrical rhythm, BER) saluran pencernaan (pacesetter potential). Jika gelombang tersebut
mencapai ambang pada puncak-puncak depolarisasi, suatu lonjakan potensial aksi akan
terpicu, menimbulkan siklus ritmis kontraksi otot yang berulang-ulang. Apabila titik awal
gelombang dekat dengan ambang, seperti saat makan, depolarisasi puncak gelombang lambat
akan mencapai ambang, sehingga frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraktil yang
menyertainya meningkat. Sebaliknya, apabila titik awalnya jauh dari ambang, seperti pada
saat tidak ada makanan, kecil kemungkinannya ambang tercapai, sehingga frekuensi potensial
aksi dan aktivitas kontraktil menurun.
Pleksus saraf intrinsik
Pleksus saraf adalah jaringan sel-sel saraf yang saling berhubungan. Terdapat dua jaringan
serat saraf yang membentuk pleksus di saluran pencernaan: pleksus mienterikus (auerbach)
20
terletak di antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler; pleksus submukosa (meissner)
terletak di submukosa. Kedua pleksus ini dikenal sebagai pleksus intrinsik karena keduanya
seluruhnya berada di dalam dinding saluran pencernaan dari esofagus sampai anus. Bersama-
sama, kedua pleksus ini sering disebut sistem saraf enterik (enterik berarti usus). Pleksus-
pleksus intrinsik mempengaruhi semua faset aktivitas saluran pencernaan. Sebagai contoh,
apabila sebuah potongan besar bolus makanan tersangkut di esofagus, respon kontraktil lokal
yang dikoordinasikan oleh pleksus intrinsik dimulai untuk mendorong maju makanan.
Saraf ekstrinsik
Saraf-saraf ini adalah saraf yang berasal dari luar saluran pencernaan dan mempersarafi
berbagai organ pencernaan, yaitu serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf otonom.
Sistem simpatis yang bekerja pada situasi fight or flight cenderung menghambat kontraksi
dan sekresi saluran pencernaan. Sistem parasimpatis mendominasi pada situasi tenang pada
saat jenis-jenis aktivitas yang bersifat pemeliharaan, misalnya pencernaan, dapat berlangsung
dengan optimum. Dengan demikian, serat saraf parasimpatis yang mempersarafi saluran
pencernaan, terutama melalui saraf vagus, cenderung meningkatkan motilitas otot polos dan
mendorong sekresi enzim dan hormon pencernaan.
Hormon pencernaan
Di dalam mukosa bagian tertentu saluran pencernaan terdapat sel-sel kelenjar endokrin yang
mengeluarkan hormon ke dalam darah jika mendapat rangsangan yang sesuai. Berbagai
hormon pencernaan tersebut diangkut oleh darah ke bagian lain saluran pencernaan, tempat
mereka menimbulkan pengaruh eksitatorik atau inhibitorik pada sel otot polos atau kelenjar
eksokrin. Hormon-hormon pencernaan terutama dikeluarkan sebagai respon terhadap
perubahan lokal spesifik isi lumen (misalnya ada asam, lemak, atau protein) yang bekerja
secara langsung pada sel-sel kelenjar endokrin atau tidak langsung melalui pleksus intrinsik
atau saraf otonom ekstrinsik.
Reseptor sensorik5
Kemoreseptor merupakan reseptor yang peka terhadap komponen-komponen kimia
dalam lumen. Mekanoreseptor merupakan reseptor tekanan yang peka terhadap peregangan
21
atau ketegangan di dalam lumen. Osmoreseptor merupakan reseptor yang peka terhadap
osmolaritas isi lumen.
Pengaktifan reseptor akan mencetuskan refleks saraf yang berbeda; jika jaringan saraf
intrinsik mempengaruhi sekresi atau motilitas lokal sebagai respon terhadap rangsangan lokal
spesifik, refleks semacam ini dengan semua unsur lengkung refleks terletak di dalam dinding
saluran pencernaan itu sendiri, disebut sebagai refleks pendek. Aktivitas saraf otonom
ekstrinsik dapat turut bekerja pada kontrol lokal untuk memodifikasi respon otot polos dan
kelenjar. Karena refleks otonom melibatkan jalur-jalur panjang antara sistem saraf pusat dan
sistem pencernaan, refleks tersebut disebut refleks panjang.
MULUT
Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang
berbentuk bibir berotot membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di
bibir. Bibir juga memiliki fungsi non pencernaan, seperti berbicara dan sebagai reseptor
sensorik. Langit-langit (palatum) membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan
mulut dari saluran hidung. Ke arah depan mulut, palatum terdiri dari tulang yang disebut
sebagai palatum durum (langit-lagit keras). Ke arah belakang mulut, palatum tidak memiliki
tulang, disebut palatum mole. Di bagian belakang dekat tenggorokan terdapat suatu tonjolan
menggantung pada palatum mole, yakni uvula (anak lidah) berperan penting untuk menutup
saluran hidung ketika menelan.5
Lidah yang membentuk dasar rongga mulut terdiri dari otot rangka yang dikontrol
secara volunter. Pergerakan lidah penting untuk memandu makanan di dalam mulut sewaktu
mengunyah dan menelan, serta berperan penting untuk berbicara. Faring ialah rongga di
belakang tenggorokan. Rongga itu merupakan saluran bersama untuk sistem pencernaan
(berfungsi sebagai penghubung antara esofagus dan mulur untuk makanan) dan sistem
pernafasan (menyediaka jalan antara rongga hidung dan trakea untuk udara).5
Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan cara dikunyah.
Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Makin
lama mengunyah makin baik, sebab proses penghancuran lebih efektif. Apabila makanan
menjadi lebih kecil ukurannya, maka luas permukaan akan bertambah.6 Selama pengunyahan,
makanan bercampur dengan saliva dan didorong ke dalam esofagus. Gelombang peristaltik di
esofagus menggerakkan makanan ke dalam lambung.7
Saliva5-7
22
Selama penghancuran secara mekanis berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut
akan mengeluarkan cairan yang disebut saliva/air liur. Terdapat tiga kelenjar yang
mengeluarkan saliva, yaitu kelenjar parotis yang merupakan kelenjar terbesar dan terletak di
bagian atas mulut di depan telinga; kelenjar submandibular yang terletak di belakang
kelenjar sublingual dan lebih dalam; kelenjar sublingual yaitu kelenjar paling kecil yang
terletak di bawah lidah bagian depan.
Saliva adalah cairan yang lebih kental dari air biasa. Secara rata-rata, sekitar 1-2 liter
saliva dieksresikan per hari. Sekresi saliva bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya
rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf
parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% terdiri
atas Ca++, Mg++, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3
-, SO42-, dan zat-zat organik, seperti musin dan
enzim amilase(ptialin). Saliva memiliki fungsi penting, seperti memudahkan menelan,
mempertahankan kelembapan mulut, sebagai pelarut molekul yang merangsang indera
pengecap, membantu proses bicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah, serta
mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya anti bacteri dan
penderita defisiensi saliva (xerostomia) mempunyai insidens karies gigi lebih tinggi daripada
normal. Selain itu, saliva dapat membantu menetralkan asam di makanan atau asam yang
dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga dapat mencegah karies gigi.
Sekresi saliva dapat ditingkatkan dengan dua refleks; refleks saliva sederhana (tidak
terkondisi) terjadi disaat kemoreseptor atau mekanoreseptor di dalam rongga mulut berespon
terhadap adanya makanan; refleks saliva didapat (terkondisi) terjadi pengeluaran saliva
tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan
yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini. Tidak seperti sstem saraf
otonom di tempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di saliva tidak saling bertentangan,
keduanya sama-sama meningkatkan sekresi saliva. Rangsangan parasimpatis yang berperan
dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar
dan kaya enzim. Rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva kental dalam jumlah
sedikit dan kaya mukus.
FARING DAN ESOFAGUS
Motilitas yang terjadi di faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition.
Menelan sebenarnya mengacu pada keseluruhan proses pemindahan makanan dari mulut
melalui esofagus ke lambung.5 Menelan diawali dengan kerja volunter, yakni mengumpulkan
23
isi mulut di lidah dan mendorongnya ke belakang menuju faring. Hal ini mencetuskan
serangkaian gelombang kontraksi involunter pada otot faring yang mendorong makanan ke
dalam esofagus. Inhibisi pernafasan dan penutupan glotis merupakan bagian dari respon
refleks ini.7
Menelan dimulai ketika bolus makanan secara sengaja didorong oleh lidah ke bagian
belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di
faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan
secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan.5
Tahap menelan5,7
Tahap esofagus dimulai saat pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer
yang mengalir dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya melewati
esofagus ke lambung. Peristaltik yakni kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang
bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di
depan kontraksi. Dengan demikian, pendorongan makanan melalui esofagus ialah proses aktif
yang tidak mengandalkan gravitasi. Gelombang peristaltik terjadi sekitar 5-9 detik, kemajuan
gelombang tersebut dikontrol oleh pusat menelan, malalui persarafan vagus.
Cairan dengan cepat turun ke sfingter esofagus bawah akibat gravitasi dan kemudian
harus menunggu sekitar lima detik sampai gelombang peristaltik primer akhirnya sampai
sebelum cairan tersebut dapat melewati sfingter gastroesfagus.
Apabila bolus berukuran besar/lengket tertelan dan tidak dapat didorong oleh
gelombang peristaltik primer, maka bolus yang tertahan tersebut akan meregangkan esofagus
dan memicu reseptor tekanan yang menimbulkan gelombang peristaltik sekunder yang
lebih kuat yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat peregangan. Gelombang ini
tidak melibatkan pusat menelan dan peregangan esofagus tersebut meningkatkan sekresi
saliva.
Sfingter esofagus7
Esofagus dijaga oleh sfingter di kedua ujungnya. Sfingter adalah struktur berotot
berbentuk cincin yang jika tertutup dapat mencegah lewatnya benda melalui saluran yang
dijaganya. Sfingter esofagus atas ialah sfingter faringoesofagus dan sfingter bawah ialah
sfingter gastroesofagus.
Sfingter gastroesofagus selalu berkontraksi (kecuali saat menelan) untuk mempertahankan
sawar antara esofagus dan lambung, sehingga mengurangi kemungkinan refluks isi lambung
24
yang asam ke esofagus. Apabila isi lambung mengakir kembali ke esofagus, keasaman isi
lambung akan mengiritasi esofagus, menimbulkan rasa tidak nyaman di esofagus, dikenal
sebagai heartburn (jantung itu sendiri tidak ikut terlibat). Jika sfingter gastroesofagus tidak
dapat melemas sewaktu menelan, tetapi malah berkontraksi lebih kuat, dikenal sebagai
keadaan akalasia. Terjadi penimbunan makanan di esofagus, menyebabkan esofagus sangat
melebar karena perjalanan makanan ke lambung snagat terhambat.
LAMBUNG
Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak di antara
esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian, fundus adalah bagian
lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah
korpus (badan). Lapisan otot polos di fundus dn korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah,
antrum memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus
yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.
Lambung berfungsi untuk menyimpan makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus
dengan kecepatan sesuai untuk pencernaan dan penyerapan optimal. Lambung juga
mensekresikan HCL dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein.5
Ukuran lambung tergantung pada seberapa banyak isinya, terutama bagian proksimal
yang melebar, sedangkan tekanan intraluminal hanya sedikit mengalami perubahan. Kerja
tubular dari korpus dan fundus menghasilkan sel chief yang mengeluarkan prekursor enzim
pepsinogen dan sel parietal (oksintik) yang memproduksi HCL dan faktor intrinsik. Di
samping itu, mukosa lambung mengandung sel endokrin dan sel penghasil mukus, misalnya
sel leher mukosa yang cepat membelah, yang mensekresikan mukus yang encer dan sel
epitel superfisial.4
Motilitas lambung5
Pengisian lambung, dalma keadaan kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi
organ ini dapat mengembang hingga sekitar 1l ketika makan. Faktor yang berpengaruh
terhadap pengisian lambung ialah; plastisitas yang mengacu kepada kemampua otot polos
mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, tidak seprti otot
rangka dan otot jantung. Dengan demikian, pada saat serat-serat otot polos lambung teregang
pada pengisian lambung, serat-serat tersebut menyerah (melemas) tanpa menyebabkan
peningkatan ketegangan otot. Sifat dasar otot polos tersebut diperkuat oleh relaksasi refleks
lambung pada saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan-lipatan dalam yang disebut
25
rugae. Selama makan, lipatan tersebut mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit
demi sedikit terisi. Relaksasi refleks lambung saat menerima makanan itu disebut relaksasi
reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan
tambahan dengan hanya sedikit mengalami peningkatan tekanan.
Penyimpanan makanan, pola depolarisasi sponta, yaitu irama listrik dasar (BER) lambung
berlangsung secara terus-menerus dan mungkin disertai oleh kontraksi lapisan otot
polossirkuler lambung. Bergantung pada tingkat eksitabilitas otot polos, BER dapat dibawa
ke ambang dan mengalami potensial aksi yang kemudian mengalami kontraksi otot yang
dikenal sebagai gelombang peristaltik.setelah dimulai, gelombang ini menyebar ke seluruh
fundus dan korpus tipis, kontraksi peristaltik di daerah tersebut lemah. Pada saat mencapai
antrum, gelombang menjadi jauh lebih kuat, disebabkan oleh lapisan otot di antrum yang jauh
lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur yang terjadi kurang kuat,
makanan yang masuk ke lambung melalui esofagus tersimpan relatif tenang tanpa
pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan, hanya berisi gas.
Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum, tempat berlangsungnya
pencampuran makanan.
Pencampuran lambung, kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakana penyebab
makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang
peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Kontraksi tonik
sfingter pilorus dalam keadaan normal menjaga sfingter tertutup rapat (tetapi tidak
seluruhny). Lubang yang tersedia cukup besar untuk air dan cairan lain lewat, tetapi terlalu
kecil untuk kimusyang kental lewat, kecuali jika kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik
yang kuat. Walau demikian, dari 30ml kimus yang dapat ditampung antrum, hanya beberapa
mililiter isi antrum yang dapat masuk ke duodenum oleh setiap gelombang peristaltik.
Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah mencapai
sfingter pilorus dan menyebabkan sfingter tersebut berkontraksi lebih kuat, menutup pintu
keluar dan menghambat aliran kimus ke duodenum. Kimus yang sudah di depan sfingter
pilorus kembali ke antrum dan didorong kembali ke pilorus oleh peristaltik berikutnya,
gerakan maju-mundur ini disebut retropulsi agar kimus tercampur merata.
Pengosongan lambung, kontraksi peristaltik antrum juga menghasilkan gaya pendorong
untuk mengosongkan lambung. Intensitas peristaltik antrum dapat sangat bervariasi di bawah
26
pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum, dengan demikian pengosongan
lambung diatur oleh faktor lambung dan duodenum. Dengan sedikit menimbulkan
depolarisasi dan hiperpolarisasi otot polos lambung, faktor-faktor tersebut mempengaruhi
eksitabilitas otot yang pada gilirannya menentukan tingkat peristaltik antrum. Semakin tinggi
aksitabilitas, semakin sering BER menghasilkan potensial aksi, semakin besar aktivitas
peristltik antrum, semakin cepat pengosongan lambung.
Faktor lambung utama yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah
kimus. Peregangan lambung meningkatkan motilitas lambung melalui efek langsung
peregangan pada otot polos, serta melalui keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan
hormon gastrin. selain itu, derajat keenceran (fluidity) kimus dalam lambung juga
mempengaruhi pengosongan lambung.
Faktor duodenum lebih penting untuk mengontrol kecepatan pengosongan lambung.
Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat bertindak untuk memperlambat
pengosongan lambung dengan menurunkan aktivitas peristaltik di lambung. Bahkan sewaktu
lambung teregang dan isinya sudah berada dalam bentuk cair, lambung tidak dapat
mengosongkan isinya sampai duodenum siap menerima kimus baru. Empat faktor duodenum
yang penting ialah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan.
Lemak dicerna dan diserap lebih lambat daripada nutrien lain. Selain itu, pencernaan dan
penyerapan lemak hanya berlangsung di lumen usus halus. Lemak merupakan perangsang
terkuat untuk menghambat motilitas lambung.
Asam didapat dari HCL yang dikeluarkan lambung, kimus sangat asam dikeluarkan ke
duodenum, tempat kimus tersebut mengalami netralisasi oleh natrium bikarbonat (NaHCO3)
yang disekresikan ke dalam lumen oleh pankreas. Asam yang tidak dinetralisas akan
mengiritasi mukosa duodenum dan menyebabkan inaktivasi enzim-enzim pencernaan
pankreas.
Hipertonisitas pada pencernaan molekul protein dan karbohidrat di duedenum, dibebaskan
sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Apabila kecepatan penyerapan molekul
asam amino dan glukosa tidak seimbang dengan kecepatan pencernaan protein dan
karbohidrat, molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada di dalam kimus dan
meningkatkan osmolaritas isi duodenum. Sehingga air dapat berdifusi bebas menembus
dinding duodenum, air masuk ke lumen duodenum dari plasma karena osmolaritas
meningkat. Hal ini membuat usus teregang dan terjadi gangguan sirkulasi karena volume
plasma menurun. Untuk mencegah efek tersebut, pengosongan lambung dihambat.
27
Peregangan disebabkan karena kimus yang terlalu banyak di duodenum, sehingga
menghambat pengosongan lambung lebih lanjut agar duodenum dapat menangani kelebihan
volume kimus yang sudah dikandungnya sebelum menerima tambahan kimus dari lambung.
Faktor di luar sistem pencernaan, seperti emosi yang dapat merangsang atau menghambat
motilitas dan pengosongan; nyeri hebat yang menghambat motilitas dan pengosongan;
penurunan pemakaian glukosa di hipotalamus yang merangsang motilitas, disertai oleh
rasa lapar.
Sekresi lambung5,6
Sekresi HCl dihasilkan oleh sel-sel parietal. Ion H+ dan ion Cl- dipindahkan secara aktif
melawan gradien konsentrasi, maka dibutuhkan banyak energi. Sehingga, sel-sel parietal
banyak mengandung mitokondria. Tetapi Cl- hanya melawan gradien konsentrasi yang jauh
lebih kecil. Proses pembentukan HCl oleh sel parietal diawali oleh reaksi pembentukan asam
karbonat dari CO2 dan H2O dengan enzim karbonat anhidrase membentuk H2CO3-. H2CO3- ini
melepaskan ion H+ keluar, sedangkan ion HCO3- mengalami perpindahan menggantikan ion
Cl- dalam plasma. Ion Cl- dikeluarkan dalam sel parietal dan dengan adanya ion H+, maka
terbentuklah HCl dalam lambung. Adanya HCl dalam lambung mnyebabkan cairan dalam
labung bersifat asam, dengan pH sekitar 1-2. Fungsi HCl tersebut ialah untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin, membantu penguraian serat jaringan ikat, dan bersama lisozim
saliva mematikan mikroorganisme yang masuk bersama makanan.
Sekresi pepsinogen dengan sel utamanya ialah pepsinogen disintesis dan dikemas oleh
kompleks Golgi dan retikulum endoplasma sel utama. Pepsnogen disimpan di sitoplasma sel
utama di dalam vesikel sekretorik yang disebut granula zimogen dan dikeluarkan secara
eksositosis dan mengalami penguraian oleh HCl menjadi pepsin. Pepsin berfungsi mencerna
protein harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif agar tidak mencerna sendiri sel
tempat ia terbentuk (sel utama).
Sekresi mukus dimana lapisan mukus berasal dari sel epitel permukaan dan sel leher mukosa
yang berada di permukaan mukosa lambung. Mukus berfungsi sebagai sawar protektif
mengatasi beberapa bentuk cedera terhadap mukosa lambung.
Sekresi faktor intrinsik dimana faktor intrinsik diproduksi oleh sel parietal yang berperan
penting dalam penyerapan vitamin B12 dan hanya dapat diserap jika berikatan dengan faktor
28
tersebut. Penyerapan vitamin B12 dilaksanakan oleh mekanisme transportasi khusus,
mungkin endositosis di bagian akhir ileum. Vitamin B12 esensial untuk pembentukan
eritrosit dan jika tidak terdapat faktor intrinsik, vitamin B12 tidak dapat diserap dan timbul
anemia pernisiosa.
Sekresi gastrin dimana gastrin dihasilkan dari sel G yang terletak di daerah kelenjar pilorus
lambung, mensekresikan gastrin ke dalam darah kembali ke mukosa oksintik, merangsang sel
utama dan sel parietal sehingga terjadi sekresi getah lambung yang sangat asam. Gastrin juga
bersifat trofik (mendorong pertumbuhan) mukosa lambung dan usus halus.
Kontrol sekresi lambung4
Fase sefalik mengacu pada peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen sebagai respon terhadap
rangsangan di kepala, bahkan sebelum makanan mencapai lambung. Berpikir mengenai,
mencicipi, membaui, mengunyah, dan menelan makanan meningkatkan sekres melalui
aktivitas saraf vagus.
Fase gastrik terjadi sewaktu makanan sudah berada dalam lambung. Rangsangan yang
bekerja pada lambung, yaitu protein, meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur eferen
yang saling tumpang tindih. Fase ini ialah sekresi paling optimal.
Fase intestinal mencakup faktor-faktor yang berasal dari usus halus yang mempengaruhi
sekresi lambung. Fase intestinal memiliki komponen eksitatorik dan inhibitorik.
Sekresi pankreas dan empedu5
Pankreas merupakan kelenjar campur yang memiliki jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian
eksokrin terdiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk
kantung, atau asinus yang berhubungan ke duktus dan akhirnya bermuara ke duodenum.
Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau Langerhans yang mensekresikan
insulin dan glukagon.
Hormon kolesistokinin (CCK) yang dilepaskan sel epitel duodenum ke dalam aliran darah
sebagai respon dari adanya asam amino dan asam lemak dalam kimus, bertanggung jawab
terhadap sekresi enzim pankreas dari sel asinus pankreas. Volume getah pankreas yang
disekresi akan dengan tepat menetralkan kandungan asam pada kimus yang dihantarkan oleh
lambung ke usus. Hal ini terjadi karena asam di duodenum menyebabkan pelepasan sekretin
dari dinding duodenum ke aliran darah. Sekretin akan menstimulasi produksi air dan ion
bikarbonat dari sistem duktus dan terutama dari sel epitel yang melapisi duktus.
29
Enzim-enzim pankreas
Enzim proteolitik pankreas berperan dalam pencernaan protein terdiri dari tripsnogen,
kimotripsinogen, dan prkarboksipeptidase yang masing-masing disekresikan dalam bentuk
inaktif. Sebagai perlindungan tambahan, pankreas juga menghasilkan inhibitor tripsin yang
menghambat kerja tripsin jika enzim ini secara tidak sengaja diaktifkan di pankreas.
Enterokinase
tripsinogen tripsin (otokatalis)
tripsin
kimotripsinogen kimotripsin
tripsin
prokarboksipeptidase karboksipeptidase
Amilase pankreas berperan penting dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah
polisakarida menjadi disakarida. Amilase disekresikan melalui getah pankreas dalam bentuk
aktif karena tidak membahayakan sel-sel sekretorik.
Lipase pankreas ialah enzim yang sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim
yang disekresikan ke seluruh sistem pencernaan yang dapat menuntaskan pencernaan lemak.
Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak. Seperti
amilase, lipase disekresika dalam bentuk aktif karena tidak berbahaya.
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh terlibat dalam proses zat-zat yang diabsorpsi, baik
nutrient maupun toksik. Dengan kata lain, hati bertanggung jawab terhadap metabolisme
berbagai zat yang dihasilkan dari pencernaan dan absorpsi makanan dari usus. Hati juga
berfungsi eksokrin yang penting terlibat dalam; produksi asam empedu dan cairan alkali
untuk pencernaan dan absorpsi lemak, serta netralisasi asam lambung; pemecahan dan
produksi produk buangan metabolisme setelah pencernaan; detoksifikasi zat-zat beracun;
eksresi produk buangan dan detoksifikasi zat-zat di empedu.
Aliran darah hati mengalir dari sinusoid ke vena sentral, kemudian bertemu vena hepatika, ke
vena kava inferior, berjalan ke saluran tipis penyalur empedu (kanalikuli biliaris), ke duktus
biliaris, dan sampai di duktus biliaris komunis (menyalurkan empedu dari hati ke duodenum).
Masuknya empedu ke duodenum diatur oleh sfingter oddi. Pada saat makan, sfingter oddi
tertutup, empedu dibelokkan ke kandung empedu, dan setelah makan, empedu masuk ke
duodenum. Garam empedu ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak di
duodenum. Sebagian besar di reabsorpsi ke dalam darah oleh transportasi aktif khusus yang
30
ada di ileum terminal, kemudian dikembalikan ke hati melalui sistem vena porta hepatika
yang disebut sirkulasi enterohepatik.
Efek deterjen garam empedu
Efek ini mengacu pada kemampuan garam empedu mengubah globulus-globulus lemak
berukuran besar menjadi emulsi lemak yang berisi butir lemak kecil yang terbenam di dalam
cairan kimus. Dengan demikian luas permukaan yang tersedia untuk aktivitas lipase pankreas
meningkat. Agar dapat mencerna lemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul
trigliserida. Karena tidak larut dalam air, molekul-molekul lemak cenderung menggumpal
menjadi butir-butir besar dalam lingkungan lumen usus halus yang banyak mengandung air.
Jika garam empedu tidak mengemulsifikasi butir-butir lemak ini, lipase hanya dapat bekerja
pada lemak yang terdapat di permukaan butiran tersebut, sehingga pencernaan trigliserida
akan berlangsung sangat lama.
Pembentukan misel
Garam empedu bersama dengan kolesterol dan lesitin berperan penting dalam
memepermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel. Dalam suatu misel, garam
empedu dan lesitin menggumpal dalam kelompok-kelompok kecil dengan bagian larut lemak
berkerumul di bagian tengah membentuk inti hidrofobik, sementara bagian larut air
membentuk selaput hidrofilik di bagian luar. Agregat misle memiliki ukuran sekitar
sepersejuta lebih kecil daripada ukuran butir emulsi lemak. Misel, karena larut dalam air
akibat lapisan hidrofiliknya, dapat melarutkan zat-zat yang tidak larut air (tetapi larut lemak)
di intinya yang larut lemak. Dengan demikian, misel merupakan vehikulum yang praktis
untuk mengangkut bahan-bahan yang tidak larut air dalam isi lumen yang banyak
mengandung air.
USUS HALUS5,7
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan.
Usus halus adalah suatu saluran dengan panjang sekitar 6,3 m dengan diameter 2,1 cm. Usus
ini berada dalam keadaan bergelung dalam rongga abdomen dan terentang dari lambung
sampai usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga, duodenum, jejunum, dan ileum.
31
Segmentasi yaitu metode motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong secara
perlahan kimus. Segmentasi terdiri dari kontraksi berbentuk cincin yang berosilasi otot polos
sirkuler di sepanjang usus halus, di antara segmen-segmen yang berkontraksi di daerah-
daerah yang berisi bolus kecil kimus. Segmen-segmen yang berkontraksi, setelah jeda
singkat, melemas, dan kontraksi berbentuk cincin kemudian muncul di daerah yang semula
melemas. Dengan demikian, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segemn
yang berkontraksi di depan dan di belakangnya. Segera setelah itu, daerah-daerah yang
berkontraksi dan melemas kembali bertukar. Dengan cara ini kimus dhancurkan, dikocok,
dan dicampur dengan merata. Kontraksi segmentasi diawali oleh sel-sel pemacu usus halus
yang menghasilkan BER serupa dengan BER lambung yang menentukan peristaltis lambung.
Apabila BER membawa lapisan otot polos ke ambang, kontraksi segmental akan terinduksi,
dengan frekuensi segmentasi mengikuti frekuensi BER. Segmentasi ileum kosong yang
ditimbulkan oleh gastrinyang disekresikan sebagai respon terhadap adanya kimus di
lambung, suatu mekanisme yang disebut refleks gastroileum. Saraf-saraf ekstrinsik dengan
rangsangan parasimpatis meningkatkan segemntasi, dan sebaliknya dengan ragsangan
simpatis. Segmentasi tidak saja menyebabkan pencampuran, tetapi juga sebagai faktor utama
yang mendorong kimus secara perlahan melewati usus halus. Frekuensi segmentasi
berkurang seiring dengan panjang usus, sehingga kimus berjalan ke depan. Kecepatan
segmentasi di duodenum 12 kali per menit, sedangkan di ileum terminal 9 kali per menit.
Akibatnya, kimus secara perlahan bergerak maju dari bagian awal usus halus ke bagian
belakang, dan selama proses ini kimus mengalami gerakan maju mundur, sehingga dapat
terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.
Pertemuan ileum dan sekum
Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, bagian terakhir ileum mengosongkan isinya
ke dalam sekum. Hal ini berfungsi sebagai sawar antara usus halus dan usus besar. Alsannya
ialah pertama, susunan anatomisnya menyerupai lipatan-lipatan tonjolan jaringan mirip katup
dari ileum ke dalam lumen sekum yang disebut katup ileosekum. Jika isi ileum terdorong ke
depan, katup mudah terbuka. Jika isi sekum bergerak mundur ke ileum, katup menutup.
Kedua, karena adanya sfingter ileosekum yang umumnya sedikit berkontraksi. Tekanan di
sisi sekum sfingter menyebabkannya semakin kuat berkontraksi, peregangan di sisi ileum
menyebabkan sfingter melemas, suatu reaksi yang diatur oleh pleksus-pleksus saraf intrinsik
di daerah tersebut. Sfingter ini mencegah isi usus besar yang penuh bakteri mencemari usus
halus dan memungkinkan isi ileum masuk kolon.
32
Sekresi usus halus
Sekresi mukus oleh kelenjar bruner yang berfungsi untuk proteksi dan lubrikasi.
Sekresi getah pencernaan oleh kripta lieberkuhn dimana permukaan kripta dan vili ditutupi
oleh sel goblet yang berfungsi untuk sekresi mukus dan enterosit. Enterosit dalam kripta
untuk sekresi air dan elektrolit. Enterokit di atas permukaan vili untuk absorpi air dan
elektrolit, serta produk akhir pencernaan.
Sekresi enzim terutama dari mukosa yang menutupi vili/brush border mengandung enzim
peptidase, sukrase, maltase, isomaltase, laktase, dan lipase intestinum.
USUS BESAR
Kolon berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan baha sebelum defekasi dan
penyerapan air dan elektrolit. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat
dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja
secara teratur karena berperan menentukan volume isi kolon.
Gerakan kolon mencakup kontraksi segmentasi (haustra) dan gelombang peristaltis
seperti di usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon ke mukosa, penyerapan
akan meningkat. Gelombang peristaltik mendorong isi kolon menuju rektum, walaupun
antiperistaltis lemah kadang-kadang dijumpai. Selain itu, kontraksi kerja massal yang
terjadi kontrksi simultan otot polos di daerah penyatuan yang luas. Kontraksi ini mendorong
isi kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain. Refleks ini disebut refleks gastroileum.
Kontraksi ini juga mendorong isi kolon ke rektum dan peregangan rektum kemudian
mencetuskan refleks defekasi. Refleks ini disebut refleks gastrokolon. Gerakan kolon
dikoordinasikan oleh BER kolon. Frekuensi gelombang ini tidak seperti gelombang usus
halus, meningkat sepanjang kolon, dari sekitar 2kali/menit di katup ileosekum menjadi
6kali/menit di sigmoid.
Defekasi
Peregangan rektum oleh feses akan mencetuskan kontraksi refleks otot rektum dan keinginan
untuk buang air besar. Refleks ini terjadi karena sfingter otot ani internus (otot polos)
melemas, serta adanya kontraksi kuat rektum dan kolon sigmoid. Bila sfingter ani eksternus
(otot rangka) melemas, maka terjadi defekasi. bila defekasi ditunda, dinding rektum yang
semula teregang akan melemas, keinginan untuk buang air besar mereda sampai gerakan
33
massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke rektum. Pada periode aktif, kedua
sfingter ani berkontraksi untuk memastikan tidak ada pengeluaran feses.
Konstipasi
Dapat terjadi apabila defekasi tertunda terlalu lama. Jika isi kolon tertahan dalam waktu lama
dari normal, jumlah air yang diserap akan melebihi normal, sehingga feses menjadi kering
dan keras. Gejala-gejala penyerta konstipasi biasanya rasa tidak nyama di perut, nyeri kepala,
nafsu makan hilang, mual, dan depresi mental. Gejala ini disebabkan oleh peregangan
berkepanjangan usus besar (terutama rektum).
Sekresi usus besar
Usus besar tidak mensekresikan enzim pencernaan apapun. Hal tersebut tidak diperlukan
karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari
larutan mukus alkalis (HCO3-) yang berfungsi untuk melindungi mukosa usus besar dari
cedera kimiawi dan mekanis. Mukus menghasilkan pelumasan yang memudahkan feses
lewat, sedangkan HCO3- menetralkan asam-asam iritan yang dihasilkan oleh fermentasi lokal
bakteri.
Faktor-faktor penyebab gangguan pencernaan
Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-
anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di
antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos
colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan
tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami
penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses
defekasi.
Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa,
serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada
beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
34
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang
teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama Setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan
keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa
alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di
sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan
feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat
perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan
dari chyme.
Tonus otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya
juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon.
Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal
selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah
merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan
fungsi saraf.
Faktor psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen
psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat
meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn
depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air
besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,
seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang
ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan
privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan
35
dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan
karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang
normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-
kadang digunakan untuk mengobati diare.
Lemak
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigliserida yaitu lemak
netral yang masing-masing terdiri dari kombinasi gliserol dengan tiga molekul asam
lemak melekat padanya. Lemak dicerna dan diserap lebih lambat dibandingkan dengan
nutrient lain. Selain itu, pencernaan dan penyerapan lemak hanya berlangsung di
lumen usus halus. Oleh karena itu, apabila duodenum sudah terdapat lemak,
pengosongan isi lambung yang berlemak lebih lanjut ke dalam duodenum ditunda
sampai usus halus selesai mengolah lemak yang sudah ada di sana. Pada kenyataannya,
lemak adalah perangsang terkuat untuk menghambat motilitas lambung. Fungsi lemak
yaitu sebagai sumber dan pelarut beberapa vitamin tertentu dan asam-asam lemak, baik
esensial maupun non-esensial, sebagai cadangan energy dalam jaringan adiposa, dan
sebagai isolator tubuh baik terhadap perubahan suhu maupun terhadap benturan-
benturan.
Enzim Pencernaan
Mulut
Liur (Saliva) yang disekresikan oleh kelenjar liur terdiri atas 99,5% air dengan pH
sekitar 6,8. Liur mengandung glikoprotein, musin, yang bekerja sebagai pelumas pada
waktu mengunyah dan menelan makanan.6 Gerakan mengunyah berfungsi memecah
makanan sehingga terjadi peningkatan kelarutan dan perluasan daerah permukaan bagi
36
kerja enzim. Liur juga merupakan sarana untuk mensekresikan obat-obat tertentu (teanol
dan morfin), ion-ion organik (K+, Ca2+, HCO3-, SCN- (tiosinat), iodium, dan ekskresi
imunoglobulin (IgA)).
-Amilase liur mampu membuat pati dam glikogen dihidrosis menjadi maltosa dan
oligosakarida.6 Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH lebih rendah daripada 4,
sehingga kerja pencernaan dalam mulut akan terhenti ketika lingkunagn lambung yang
asam menembus partikel makanan. Enzim lipase lingual disekresikan oleh permukaan
dorsal lidah (kelenjar Ebner).
Lambung
Getah lambung merupakan cairan jernih bewarna kuning pucat yang mengandung HCl
0,2-0,5% dengan pH 1. Getah lambung terdiri atas 97-99% air dan sisanya musin (lendir)
serta garam anorganik, enzim pencernaan (pepsin dan renin), dan lipase.
Pepsin
Fungsi utama untuk hidrolisis molekul protein menjadi peptide
Disekresikan dalam bentuk inaktif. Jika diperlukan maka akan berubah bentuk
dari pepsinogen menjadi pepsi.
Renin
Fungsi utama mengubah kaseinogen menjadi kasein
Hanya terdapat pada lambung bayi untuk mengolah susu
Lipase
Fungsi utama hidrolisis tri-asilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol
Pankreas
Pankreas berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan (dalam bentuk getah pankreas)
yang nantinya akan dibawah ke duodenum melalui saluran pankreas.
Tripsin
Fungsi mengubah protein menjadi polipeptida. Disekresikan dalam bentuk inaktif
(tripsinogenn) dan diaktifkan dalam duodenum (tripsin).
Kemotripsin
Fungsi mengubah pepton menjad polipeptida. Inaktif (kemotripsinogen) dan aktif
(kemotripsin).
Amilase Pankreas
Fungsi mengubah pati menjadi maltose. Hampir sama dengan amylase di saliva.
Nuklease
37
Fungsi katalisa asam mukleat menjadi komponen nukleotida.
Hati
Meskipun hati tidak memegang peran yang begitu besar dalam sistem pencernaan, hati
menghasilkan empedu yang berguna dalam mencerna lemak.
Usus Halus
ENZIM FUNGSI
Enterokinase Mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin
Laktase Mengubah laktosa menjadi glukosa
Dipeptidase Mengubah pepton menjadi Asam Amino
Maltase Mengubah maltose menjadi glukosa
Disukarase Mengubah disakarida menjadi monosakarida
Peptidase Mengubah polipeptida menjadi Asam Amino
Sukrase Mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
Lipase Mengubah tri-asilgliserol menjadi gliserol dan Asam Amino
Hormon Pencernaan
Gastrin
Gastrin berasal dari sel-sel G. Stimulusnya utamanya untuk sekresi berasal dari
protein di lambung kelenjar pilorus lambung. Fungsi gastrin adalah:5
Merangsang sekresi sel parietal dan sel utama
Meningkatkan motilitas lambung
Sekretin
Sekretin berasal dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama
sekresinya adalah asam di lumen duodenum. Fungsi sekretin adalah merangsang
motilitas illeum, melemaskan sfingter ileosekum, menginduksi gerakan massa si
kolon, bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus, serta menghambat
pengosongan lambung.5
Kolesitokinin
Hormon ini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Rangsangan utama
sekresi hormon ini adalah nutrien di lumen duodenum terutama produk lemak dengan
tingkat yang lebih rendah dan produk protein. Fungsi hormon ini adalah menghambat
sekresi lambung, merangsang sekresi NaHCO3 encer oleh sel duktus pankreas,
merangsang sekresi empedu kaya NaHCO3 oleh hati, bersifat trofik bagi pankreas
38
eksokrin, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung,
merangsang sekresi enzim pencernaan oleh sel-sel asinus pankreas, menyebabkan
kontraksi kantung empedu.5
Gastric inhibitory peptide
Hormon ini berasal dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utama
sekresi hormon ini adalah lemak, endokrinasam, hipertonisitas, glukosa, dan
perenggangan di duodenum. Fungsi hormon ini adalah menyebabkan relaksasi
sfingter oddi, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, dapat menimbulkan perubahan-
perubahan adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim pankreas, berperan dalam
rasa kenyang, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung, dan
merangsang sekresi insulin pankreas
Penyebab kembung:8
1. Produksi gas yang berlebihan
Produksi gas yang berlebihan biasanya disebabkan oleh bakteri, melalui 3 mekanisme.
Pertama, jumlah gas yang dihasilkan oleh setiap individu tidak sama sebab ada bakteri
tertentu yang menghasilkan banyak gas sementara yang lainnya tidak. Kedua,
makanan yang sulit dicerna dan diabsorbsi di usus halus menyebabkan banyaknya
makanan yang sampai di usus besar sehingga makanan yang harus dicerna bakteri
akan bertambah dan gas yang dihasilkan bertambah banyak. Contohnya adalah pada
kelainan intoleransi laktosa, sumbatan pancreas, dan saluran empedu. Ketiga, karena
keadaan tertentu bakteri tumbuh dan berkembang di usus halus dimana biasanya
seharusnya di usus besar. Biasanya hal ini berpotensi meningkatkan flatus (buang
angin/kentut)
2. Sumbatan mekanis
Sumbatan dapat terjadi di sepanjang lambung sampai rectum, jika bersifat sementara
dapat menyebabkan kembung yang bersifat sementara. Contohnya adalah adanya
parut di katup lambung yang dapat mengganggu aliran dari lambung ke usus.
Sesudah makan makanan bersama udara tertelan, kemudian setelah 1-2 jam lambung
mengeluarkan asam dan cairan dan bercampur dengan makanan untuk membantu
pencernaan. Jika terdapat sumbatan yang tidak sempurna makan makanan dan hasil
pencernaan dapat masuk ke usus dan dapat mengatasi kembung. Selain itu kondisi
39
feces yang terlalu keras juga dapat menjadi sumbatan yang dapat memperparah
kembung.
3. Sumbatan fungsional
Yang dimaksud sumbatan fungsional adalah akibat kelemahan yang tejadi pada otot
lambung dan usus sehingga gerakan dari saluran cerna tidak baik yang menyebabkan
pergerakan makanan menjadi lambat sehingga terjadi kembung. Hal ini bisa terjadi
pada penyakit gastroparesis, irritable bowel syndrome (IBS) dan Hirschprung's. Selain
itu faktor makanan seperti lemak juga akan memperlambat pergerakan makanan, gas,
dan cairan ke saluran cerna bawah yang juga berakibat kembung. Serat yang
digunakan untuk mengatasi sembelit juga dapat menyebabkan kembung tanpa adanya
peningkatan jumlah gas, namun adanya kembung ini disebabkan oleh melambatnya
aliran gas ke usus kecil akibat serat.
4. Hipersensitifitas saluran cerna
Beberapa orang ada yang memang hipersensitif terhadap kembung, mereka
merasakan kembung padahal jumlah makanan, gas, dan cairan di saluran cerna dalam
batas normal, biasanya bila mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
Kesimpulan
Pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur yang komplek
diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang
diproduksi di dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem
pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan
anus. Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua
organ tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari
molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas
tubuh manusia.
Mengkonsumsi lemak berlebih ternyata dapat menimbulkan gejala kembung pada
tubuh yang disebabkan oleh pencernaan dan penyerapan lemak yang terhambat. Karena
pencernaan lemak membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pencernaan makanan
yang lain, sehingga alat-alat pencernaan bekerja jauh lebih keras dan berat dalam melakukan
pencernaan tersebut. Selain itu gangguan pada lumen usus halus juga beperanan penting
dalam merangsang sekresi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna lemak.
Daftar pustaka
40
1. Snell RS . Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.p.148-52.
2. Moore KL , Anatomi Klinis Dasar. In : Agur AMR. Sistem Digestivus. Jakarta: EGC;
2002.p.83-7.
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. In: Frans Dany, editor. Saluran
Cerna. Jakarta: EGC; 2007.p.278-307.
4. Depopoulus, Agamemnon. Atlas berwarna dan teks fisiologi. Jakarta:
Hipokrates.2000.h.201-28.
5. Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2001.h.538-84.
6. Anna P. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press) .2000.h.235-9.
7. William FG. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2008.h.485-528.
8. Jeremy PT, Robert WC, Roger WA. At a glance fisiologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.2009.h.79-81.
41